Sistem pendukung keputusan (SPK) dirancang untuk membantu pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah hingga mengevaluasi alternatif. Penelitian ini menganalisis penerapan metode AHP dalam pemilihan perangkat lunak pengolah citra dengan menggunakan kriteria manfaat dan biaya. Hasilnya memberikan urutan alternatif perangkat lunak berdasarkan nilai prioritas.
Efektifitas Penerapan Metode AHP dalam Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra dengan Menggunakan Expert Choice
1. 34
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK
PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE
Faisal piliang 1
,Sri marini2
Faisal_piliang@yahoo.co.id , Srimarini30@yahoo.com
Program Studi Teknik Elektro2
Fakultas Teknik Universitas Islam “45” (UNISMA)
Universitas Islam 45 Bekasi Jl.Cut Meutia No. 83, 17113
Telp. 021-88344436, 021-8802015 Ext. 124
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sebuah sistem yang dapat membantu seseorang
dalam mengambil keputusan secara akurat dan sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem pendukung
keputusan (SPK), salah satunya adalah untuk menyelesaikan permasalahan penentuan
pemilihan perangkat lunak pengolah citra yang dilakukan dalam penelitian ini. Metodelogi
yang digunakan untuk proses sistem pendukung keputusan (SPK) dalam pemilihan perangkat
lunak pengolah citra pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metodelogi Analitical
Hierarcy Process (AHP). Metode ini dipilih karena mampu memilih alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif, dalam hal ini alternatif yang dimaksud adalah efektifitas penerapan
metodelogi Analitical Hierarcy Process (AHP) dalam pemilihan perangkat lunak pengolah
citra terbaik berdasarkan kriteria dan sub-kriteria yang ditentukan. Hasil dari proses
pengimplementasian metode AHP dapat mengurutkan alternatif dari nilai yang terbesar ke
nilai yang terkecil.
Kata kunci: Pemilihan perangkat lunak pengolah citra, SPK, AHP, Expert Choice.
PENDAHULUAN
Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya merupakan bentuk pemilihan dari berbagai
alternatif tindakan yang mungkin bisa dipilih. Sebelum menentukan alternatif, diperlukan data-data
yang akurat untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan akurat, bila data-data yang
dimasukan tidak akurat maka proses perhitungan dapat menyebabkan hasil yang salah sehingga
alternatif keputusan yang dihasilkan pun menjadi tidak akurat. Kebutuhan sistem pendukung
keputusan akan sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan hasil akhir dari proses perhitungan untuk
pemilihan alternatif keputusan.
2. 35
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Kemampuan sistem pendukung keputusan dapat membantu dalam proses pemilihan perangkat lunak
pengolah citra yaitu perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan pengolahan pencitraan
pada halaman elektronik atau internet. Bantuan sistem pendukung keputusan bisa dirasakan lebih
cepat dan akurat jika sistem pendukung keputusan dilakukan dengan bantuan pemrosesan komputer.
Kemampuan komputer dalam mengolah data-data untuk menghasilkan informasi sudah tidak
diragukan lagi. Komputer sebagai alat bantu dapat mengolah data berdasarkan perangkat lunak atau
software yang dimasukan ke dalam komputer, untuk menghasilkan alternatif keputusan dalam
memilih jenis komputer yang sesuai dengan kriteria
Dari hal tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
a. Bagaimana membangun sistem dalam mengukur efektifitas penerapan AHP untuk
mendukung pemilihan perangkat lunak pengolah citra berdasarkan kriteria dan sub-kriteria
yang ditentukan?
b. Bagaimana merancang sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan perangkat lunak
pengolah citra agar pengembang perangkat lunak atau software developer pengolah citra
dapat menentukan pilihan perangkat lunak pengolah citra dengan tepat sesuai dengan
keinginannya?
Tujuan dari penelitian ini adalah penerapkan sistem pendukung keputusan (SPK) sesuai dengan
metodelogi Analytic Hierarchy Process (AHP) dan penggunaan software ”Expert Choice 2000”.
Agar dapat memberikan solusi untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu
dalam mengambil keputusan yang terbaik dalam pemilihan perangkat lunak pengolah citra untuk
mencapai hasil yang maksimal
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Salah satu model yang dapat digunakan sebagai proses pengambilan keputusan adalah dengan
menggunakan Proses Hierarki Analitik atau yang dikenal dengan istilah Analytical Hierarchy Process
(AHP). Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton
School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam
memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1983) (MARIMIN, 2005, 76). Dengan menggunakan
AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir,
sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan
tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan
keputusannya.
3. 36
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur,
stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian
tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel
tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan peranan
untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat
dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level
pertama, sub kriteria, dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai
bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara
intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Dr. Thomas L.
Saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan
berpasangan/pairwise, menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari
setiap kriteria dan alternatif. AHP memilki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses
pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga dapat dipahami oleh semua
pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat
diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani lebih mudah.
Adapun prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Hierarki yaitu persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-
unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki.
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty
(1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan
Saaty dapat dilihat pada tabel berikut:
Sistem Penunjang Keputusan (SPK)
SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi
masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif.
Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
4. 37
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran
Kerangka pemikiran di atas menggambarkan proses penelitian “Penerapan Metode AHP dalam
Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra dengan Menggunakan Expert Choice”, dimana urutannya
diawali dengan
Melakukan proses analisa bagaimana penerapan Metode AHP dalam Pemilihan Perangkat
Lunak Pengolah Citra yang bertujuan untuk memperoleh pemikiran landasan dasar tentang
penelitian ini dengan cara mencari referensi melalui studi kepustakaan, wawancara dan
diskusi dengan responden ahli menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD).
Kemudian proses dilanjutkan pada tahapan berikutnya yaitu menentukan kriteria dan sub-
kriteria penelitian dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD)
Proses berikutnya penentuan alternatif penelitian dari penerapan AHP dalam pemilihan
perangkat lunak pengolah citra. Agar tidak terjadi inkonsistensi pada pembuatan model, maka
dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan responden ahli untuk menentukan tahapan
pembuatan model yang valid dengan elemen-elemen yang signifikan berpengaruh pada
model.
Metode ini menggunakan pendekatan iterasi di mana atribut-atribut yang tidak layak melalui
proses analisis dieliminasi sehingga atribut-atribut yang tertinggal benar-benar atribut-atribut
yang penting untuk diteliti.
METODE PENELITIAN
Penelitian diawali dengan pengamatan penerapan metode AHP dalam pemilihan perangkat
lunak pengolah citra yang bertujuan untuk merancang sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan
perangkat lunak pengolah citra agar para pengembang perangkat lunak dapat menentukan pilihan
perangkat lunak atau software pengolah citra dengan tepat sesuai dengan keinginannya. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitik dengan menyajikan rangkuman wawancara dan hasil survey
yang berupa kuesioner. Dengan metode ini akan digambarkan kondisi pemilihan perangkat lunak
pengolah citra yang ada di pasaran saat ini, serta akan dilakukan analisis sistem pendukung keputusan
pemilihan perangkat lunak pengolah citra agar para pengembang perangkat lunak dapat menentukan
5. 38
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
pilihan perangkat lunak pengolah citra dengan tepat. Selanjutnya dilakukan pencarian data sekunder
yang ada di lapangan melalui berbagai media, seperti: internet, buku literatur dan jurnal serta artikel-
artikel sehingga didapatkan informasi yang akurat mengenai SPK pemilihan perangkat lunak
pengolah citra dengan menggunakan AHP. Selain itu juga dilakukan identifikasi sistem dengan
mempertimbangkan variabel-variabel pendukung penerapan AHP dengan cara melakukan wawancara
dan pemberian kuesioner kepada pakar. Hal ini merupakan tahapan yang penting karena model yang
dibuat harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar mengenai data, selanjutnya data diolah dengan
menggunakan pendekatan proses hierarki analitis (AHP) untuk mendapatkan hasil berupa langkah-
langkah yang harus dilakukan pada penerapan AHP. Keputusan yang diperoleh harus segera
ditindaklanjuti berupa tindakan atau dapat pula dikaji ulang keputusan tersebut bila ternyata diperoleh
informasi baru yang dapat mempengaruhi hasil untuk mengurangi ketidakpastian, maka akan
diperoleh keputusan yang baru.
Sampling/Metode Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden ahli dengan
menggunakan teknik wawancara dan pengamatan pemilihan perangkat lunak pengolah citra.
Diharapkan setelah melakukan penelitian ini agar para pengembang perangkat lunak dapat
menentukan pilihan perangkat lunak pengolah citra dengan tepat sesuai dengan keinginannya.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian diawali dengan proses pengumpulan data primer melalui survei dan wawancara
langsung di lapangan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Dan pada saat yang bersamaan
peneliti juga mencari data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur, jurnal, dan artikel mengenai
metode Analitical Hierarcy Process (AHP).
Tahap akhir dari penelitian ini adalah melakukan pengolahan data yang telah diperoleh dengan
pendekatan proses metode Analitical Hierarcy Process (AHP) untuk merumuskan masalah dan
mendapatkan peringkat alternatif-alternatif yang akan dilakukan pada saat metode Analitical Hierarcy
Process (AHP) akan diterapkan. Dalam rangka menentukan prioritas langkah-langkah penerapan
metode Analitical Hierarcy Process (AHP) dalam pemilihan perangkat lunak pengolah citra dengan
menggunakan Expert Choice, maka pada sisi kriteria diusulkan dua (2) kriteria, sepuluh (10) sub-
kriteria, dan tiga alternatif strategis yang mendukung penerapan penerapan metode Analitical
Hierarcy Process (AHP) dalam pemilihan perangkat lunak pengolah citra. Adapun kriteria, sub-
kriteria, dan alternatif strategis dapat dirinci dalam tabel sebagai berikut:
6. 39
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Berikut ini ditampilkan diagram hierarki dan keputusan analisis penerapan metode AHP dalam
pemilihan komputer:
Gambar 2. Diagram Hirarki dan Keputusan dari Sisi kriteria Manfaat dan Biaya dengan
Pendekatan AHP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun proses pengolahan, analisa dan interpretasi data yang didahului dengan menentukan elemen-
elemen yang signifikan pada masing-masing level dari sisi kriteria dan sub-kriteria dimulai dari:
Level 1 yang merupakan penentuan “Fokus: Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra”.
Level 2 berisi “Kriteria: Manfaat dan Biaya”.
Level 3 ditentukan sub-sub kriteria Manfaat memiliki turunan Mutu Pelayanan, Kemampuan
Layar, Kapasitas Memori, Kapasitas Penyimpanan, Latihan Diperlukan dan Bahasa
Pemrograman sedangkan sub-sub kriteria Biaya memiliki turunan Harga, Perbekalan,
Pelayanan dan Kelengkapan Tambahan.
Level 4 berisi “Alternatif: Dreamweaver, Frontpage dan Photoshop” dari strategis penerapan
metode AHP dalam Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra.
Selanjutnya dilakukan kajian untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan berdasarkan
proses hierarki analitis.
Landasan Kriteria MANFAAT Yang Menjadi Pertimbangan Pemilihan Perangkat Lunak
Pengolah Citra Ditinjau Dari Elemen Kriteria Dan Sub-Kriteria
Bobot masing-masing kriteria “MANFAAT” yang mempengaruhi penentuan Pemilihan
Perangkat Lunak Pengolah Citra dari para responden diurutkan dari prioritas tertinggi ke
prioritas terendah:
7. 40
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Gambar 3. Kriteria Manfaat yang harus dipertimbangkan dalam strategi pemilihan Pengolah
Citra beserta nilai bobotnya
Prioritas utama dari sisi kriteria Manfaat yang harus diperhatikan dalam menentukan pemilihan
Pengolah Citra yaitu “Mutu Pelayanan” dengan nilai bobot 0,375 atau sebanding dengan 37,5% .
Prioritas berikutnya sebesar 0,125 atau 12,5% yaitu “Kemampuan Layar”, “Kapasitas
Memori”, “Kapasitas Penyimpanan”, “Latihan Diperlukan” dan “Bahasa Pemrograman”
.
Nilai bobot prioritas alternatif strategis berdasarkan Mutu Pelayanan Manfaat
Gambar 4. Nilai bobot sub-kriteria Mutu Pelayanan
Prioritas utama sebesar 0,5 atau 50% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,25 atau 25% yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Kemampuan Layar Manfaat
Gambar 5. Nilai bobot sub-kriteria Kemampuan Layar
Prioritas utama sebesar 0,5 atau 50% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,25 atau 25% yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
8. 41
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Nilai bobot berdasarkan Kapasitas Memori Manfaat
Gambar 6. Nilai bobot sub-kriteria Kapasitas Memori
Prioritas utama sebesar 0,6 atau 60% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,2 atau 20% yaitu yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Kapasitas Penyimpanan Manfaat
Gambar 7. Nilai bobot sub-kriteria Kapasitas Penyimpanan
Prioritas utama sebesar 0,5 atau 50% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,25 atau 25% yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Latihan Diperlukan Manfaat
Gambar 8. Nilai bobot sub-kriteria Latihan Diperlukan
Prioritas sebesar 0,333 atau 33,3% yaitu “Dreamweaver”, “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Bahasa Pemrograman Manfaat
Gambar 9. Nilai bobot sub-kriteria Bahasa Pemrograman
9. 42
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Prioritas utama sebesar 0,6 atau 60% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,2 atau 20% yaitu yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Inconsistency Ratio (CR) Manfaat
Inconsistency ratio atau rasio inkonsistensi data responden ahli merupakan parameter yang digunakan
untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak.
Rasio inkonsistensi data dianggap baik jika nilai CR-nya ≤ 0,1. perbandingan berpasangan yang
diberikan responden ahli memiliki nilai rasio inkonsistensi yang lebih kecil dari 0,1 sebagai batas
maksimum nilai rasio inkonsistensi. Dengan demikian hasil perhitungan geometrik gabungan data
responden cukup konsisten.
Landasan Kriteria BIAYA Yang Menjadi Pertimbangan Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah
Citra Ditinjau Dari Elemen Kriteria Dan Sub-Kriteria
Bobot masing-masing kriteria “Biaya” yang mempengaruhi penentuan Pemilihan Perangkat
Lunak Pengolah Citra dari para responden diurutkan dari prioritas tertinggi ke prioritas
terendah:
Gambar 1 0. Kriteria “Biaya” yang harus dipertimbangkan dalam strategi Pemilihan
Perangkat Lunak Pengolah Citra beserta nilai bobotnya
Prioritas utama dari sisi kriteria Biaya yang harus diperhatikan dalam menentukan
Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra yaitu “Pelayanan” dengan nilai bobot 0,4 atau
sebanding dengan 40% .
Prioritas berikutnya dengan nilai bobot 0,2 atau 20% yaitu “Harga”, “Perbekalan” dan
“Kelengkapan Tambahan”.
Nilai bobot prioritas alternatif strategis berdasarkan Harga Biaya
Gambar 11. Nilai bobot sub-kriteria Harga
10. 43
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Prioritas utama sebesar 0,5 atau 50% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,25 atau 25% yaitu yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Perbekalan Biaya
Gambar 12. Nilai bobot sub-kriteria Perbekalan
Prioritas utama sebesar 0,5 atau 50% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,25 atau 25% yaitu yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Ketersediaan Pelayanan Biaya
Gambar 13. Nilai bobot sub-kriteria Pelayanan
Prioritas utama sebesar 0,6 atau 60% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,2 atau 20% yaitu yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
Nilai bobot berdasarkan Kelengkapan tambahan Biaya
Gambar 14. Nilai bobot sub-kriteria Kelengkapan tambahan
Prioritas utama sebesar 0,6 atau 60% yaitu “Dreamweaver”.
Prioritas berikutnya sebesar 0,2 atau 20% yaitu yaitu “Frontpage” dan “Photoshop”.
sten.
11. 44
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Landasan Alternatif Strategis Menjadi Prioritas Manfaat Dan Biaya Pada Pemilihan Perangkat
Lunak Pengolah Citra
Setelah melalui proses pengisian kuesioner oleh banyak responden dan melalui perhitungan geometris
penggabungan data responden, maka diperoleh nilai bobot alternatif yang menjadi prioritas Manfaat
Dan Biaya pada strategi Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra seperti yang disajikan pada grafik
berikut
Gambar 15. Nilai Bobot Global Prioritas Alternatif Manfaat dalam Alternatif Strategis Pemilihan
Perangkat Lunak Pengolah Citra
Berdasarkan hasil pengolahan data responden diperoleh urutan prioritas utama untuk Manfaat adalah
“Dreamweaver” dengan nilai bobot 0,504 atau sebanding dengan 50,4% dari total alternatif yang
ditetapkan. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah “Frontpage” dan “Photoshop” dengan
nilai bobot 0,248 atau sebanding dengan 24,8% dari total alternatif yang ditetapkan.
Gambar 16. Nilai Bobot Global Prioritas Alternatif Biaya dalam Strategis Pemilihan Perangkat
Lunak Pengolah Citra
Berdasarkan hasil pengolahan data responden diperoleh urutan prioritas utama untuk Biaya adalah
“Dreamweaver” dengan nilai bobot 0,56 atau sebanding dengan 56% dari total alternatif yang
ditetapkan. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah “Frontpage” dan “Photoshop” dengan
nilai bobot 0,22 atau sebanding dengan 22% dari total alternatif yang ditetapkan.
Sedangkan yang menjadi prioritas pada strategi Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra seperti
yang disajikan pada grafik berikut :
12. 45
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Gambar 17. Nilai Bobot Global Prioritas Alternatif Strategis Pemilihan Perangkat Lunak
Pengolah Citra
Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama atau tertinggi
alternatif strategis Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra adalah “Dreamweaver” dengan nilai
bobot 0,518 atau sebanding dengan 51,8% dari total alternatif yang ditetapkan. Peringkat prioritas
alternatif berikutnya adalah “Frontpage” dan “Photoshop” dengan nilai bobot 0,241 atau sebanding
dengan 24,1% dari total alternatif yang ditetapkan.
Landasan Alternatif Strategis Rasio Manfaat Terhadap Biaya Secara Global yang Menjadi
Prioritas Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra
Setelah dilakukan analisis terhadap kriteria, sub-kriteria, dan alternatif dari sisi Manfaat serta
kriteria, sub-kriteria, dan alternatif dari sisi Manfaat maka selanjutnya dilakukan analisis rasio
Manfaat terhadap Biaya yaitu dengan cara membagi nilai bobot dari masing-masing alternatif pada
sisi Manfaat dengan nilai bobot dari masing-masing alternatif pada sisi Biaya.
Adapun analisis rasio Manfaat terhadap Biaya ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 1 Analisis Rasio Manfaat terhadap Biaya
Berdasarkan hasil analisis rasio Manfaat terhadap Biaya pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa alternatif “Dreamweaver” merupakan alternatif strategis yang dipilih untuk menerapkan
strategi Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra.
Alternatif
Dreamweaver Frontpage Photoshop
Manfaat 0.504 0.248 0.248
Biaya 0.56 0.22 0.22
Manfaat/Biaya 0.90 1.127 1.127
13. 46
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Keterkaitan analisis hubungan antara alternatif strategis dari sisi Manfaat terhadap Biaya dapat
diilustrasikan pada grafik-grafik sebagai berikut:
Gambar 18. Grafik Hubungan Alternatif Strategis dari Sisi Manfaat terhadap Biaya
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga alternatif strategis tersebut (jika
diurutkan dari alternatif Dreamweaver, Frontpage dan Photoshop).
Sedangkan untuk keterkaitan analisis rasio (Manfaat/Biaya) terhadap Manfaat dapat dilihat pada
grafik berikut :
Gambar 19. Grafik keterkaitan antara analisis rasio (Manfaat/Biaya) terhadap Manfaat
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga alternatif strategis tersebut (jika
diurutkan dari alternatif Dreamweaver, Frontpage dan Photoshop). Kemudian untuk keterkaitan
analisis rasio (Manfaat/Biaya) terhadap Biaya dapat dilihat pada grafik berikut :
14. 47
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Gambar 20. Grafik Keterkaitan antara analisis rasio (Manfaat/Biaya) terhadap Biaya
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga alternatif strategis tersebut (jika
diurutkan dari alternatif Dreamweaver, Frontpage dan Photoshop).
SIMPULAN
Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah peringkat prioritas alternatif strategis penentuan
Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat diusulkan beberapa saran
untuk penelitian lanjutan dan saran manajerial sebagai berikut:
Kajian ini hanya difokuskan pada Strategi Penentuan Pemilihan Perangkat Lunak
Pengolah Citra saja, dan sangat disarankan untuk dikembangkan lebih lanjut lagi
seperti Strategi pemilihan infrastruktur Informasi Teknologi yang dapat diterapkan di
perguruan tinggi.
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Penentuan Pemilihan Perangkat Lunak
Pengolah Citra berdasarkan rasio Manfaat terhadap Biaya. Untuk penelitian
selanjutnya perlu dikembangkan implementasi strategi lainnya.
Hasil analisis dari penelitian ini memberikan rekomendasi untuk memilih alternatif
Dreamweaver sebagai Strategi Penentuan Pemilihan Perangkat Lunak Pengolah Citra,
sehingga perlu diperhatikan faktor-faktor dari kriteria Manfaat memiliki turunan Mutu
Pelayanan, Kemampuan Layar, Kapasitas Memori, Kapasitas Penyimpanan, Latihan
15. 48
JREC
Journal of Electrical and Electronics
Vol 2. No.2
Diperlukan dan Bahasa Pemrograman sedangkan kriteria Biaya memiliki turunan
Harga, Perbekalan, Pelayanan dan Kelengkapan Tambahan
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Setiawan, 2012. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Produk
Laptop Menggunakan Metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making.
Djamila Podungge, 2012. Penerapan Metode Analytical Hierarkhi Process (AHP) dalam
Menentukan Pemilihan Pengawas Sekolah.
Eddy, 2006. Business Continuity Plan Berdasarkan Kuantifikasi Nilai Ekonomis Sistem
Aplikasi Pada Industri Penerbangan: Studi Kasus Pada PT. Garuda Indonesia.
Edwin Nur Prasetyo, 2011. Implementasi Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Web Untuk
Menentukan Antivirus Yang Tepat Dengan Metode Analytical Hierarkhi Process
(AHP).
Faisal, 2010. Strategi IT Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery
Planning/DRP) pada Core UICo Sistem dengan Pendekatan Analytical Hierarchy
Process studi kasus UNOCAL Indonesia