SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG
LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
XII/2014 yang memperluas kewenangan Praperadilan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 77 huruf
a KUHAP tidak hanya sebatas pada sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penuntutan, tetapi termasuk juga penetapan tersangka,
penyitaan dan penggeledahan;
b. bahwa Surat EdaranMahkamah Agung (SEMA) Nomor 4
Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Hasil Pleno Kamar
Mahkamah Agung sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas
bagi Pengadilan, memungkinkan diajukannya peninjauan
kembali terhadap putusan Praperadilan dalam hal
ditemukan indikasi penyelundupan hukum, namun
demikian terdapat penafsiran yang berbeda-beda
mengenai pengertian penyelundupan hukum sehingga
dapat mengakibatkan putusan yang saling bertentangan
dan menimbulkan ketidakpastian hukum;
c. bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor
65/PUU-IX/2011 menghapus pemberian hak banding
kepada penyidik dan penuntut umum sebagaimana
- 2 -
dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2) KUHAP sehingga
terhadap putusan praperadilan tidak dapat lagi diajukan
upaya hukum banding;
d. bahwa Pasal 45A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung
menentukan larangan diajukan kasasi terhadap putusan
Praperadilan;
e. bahwa Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 memberikan
kewenangan Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada
semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman, termasuk
Praperadilan;
f. bahwa Rapat Pleno Kamar Pidana hari Selasa tanggal 2
Februari 2016 menentukan Putusan Praperadilan tidak
dapat diajukan Peninjauan Kembali (PK);
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f dan
untuk menjamin kepastian hukum perlu menetapkan
Peraturan Mahkamah Agung tentang Larangan
Peninjauan Kembali Putusan Praperadilan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958);
3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5076);
- 3 -
4. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-IX/2011;
5. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG LARANGAN
PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Peraturan ini mengatur tentang larangan pengajuan
peninjauan kembali terhadap putusan Praperadilan.
BAB II
OBYEK DAN PEMERIKSAAN PRAPERADILAN
Pasal 2
(1) Obyek Praperadilan adalah :
a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,
penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan, penetapan tersangka, penyitaan dan
penggeledahan;
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang
yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan.
(2) Pemeriksaan Praperadilan terhadap permohonan tentang
tidak sahnya penetapan tersangka hanya menilai aspek
formil, yaitu apakah ada paling sedikit 2 (dua) alat bukti
yang sah dan tidak memasuki materi perkara.
(3) Putusan Praperadilan yang mengabulkan permohonan
tentang tidak sahnya penetapan tersangka tidak
menggugurkan kewenangan Penyidik untuk menetapkan
yang bersangkutan sebagai tersangka lagi setelah
memenuhi paling sedikit dua alat bukti baru yang sah,
berbeda dengan alat bukti sebelumnya yang berkaitan
dengan materi perkara.
- 4 -
(4) Persidangan perkara Praperadilan tentang tidak sahnya
penetapan tersangka, penyitaan dan penggeledahan
dipimpin oleh Hakim Tunggal karena sifat
pemeriksaannya yang tergolong singkat dan
pembuktiannya yang hanya memeriksa aspek formil.
(5) Praperadilan diajukan dan diproses sebelum perkara
pokok disidangkan di pengadilan negeri, jika perkara
pokok sudah mulai diperiksa maka perkara Praperadilan
gugur.
BAB III
LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN
PRAPERADILAN
Pasal 3
(1) Putusan Praperadilan tidak dapat diajukan peninjauan
kembali.
(2) Permohonan peninjauan kembali terhadap Praperadilan
dinyatakan tidak dapat diterima dengan penetapan Ketua
Pengadilan Negeri dan berkas perkara tidak dikirim ke
Mahkamah Agung.
(3) Penetapan Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diajukan upaya
hukum.
BAB IV
PENGAWASAN PUTUSAN PRAPERADILAN
Pasal 4
(1) Mahkamah Agung berwenang untuk melakukan
pengawasan tertinggi terhadap penyelengaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan
kekuasaan kehakiman, termasuk Praperadilan.
(2) Wewenang Mahkamah Agung dalam melaksanakan
fungsi pengawasan terhadap Praperadilan, meliputi :
a. mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim
dalam menjalankan tugas Praperadilan;
- 5 -
b. meminta keterangan tentang teknis pemeriksaan
Praperadilan; dan
c. Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang
dipandang perlu terhadap putusan Praperadilan yang
menyimpang secara fundamental
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 5
Hal-hal yang tidak diatur secara khusus dalam peraturan ini,
tetap diberlakukan ketentuan hukum acara pidana yang
berlaku.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 6
Dengan berlakunya Peraturan Mahkamah Agung ini, SEMA
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Hasil Pleno
Kamar Mahkamah Agung sebagai Pedoman Pelaksanaan
Tugas bagi Pengadilan, khususnya mengenai peninjauan
kembali terhadap putusan Praperadilan dalam hal ditemukan
indikasi penyelundupan hukum, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan
- 6 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Mahkamah Agung ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
Ditetapkandi Jakarta
pada tanggal 19 April 2016
KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MUHAMMAD HATTA ALI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 April 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 596

More Related Content

What's hot

6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid
Ronalto_Tan
 
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesiaSumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
Roy Pangkey
 
12 posisiparapihak
12 posisiparapihak12 posisiparapihak
12 posisiparapihak
Ronalto_Tan
 
Putusan Pengadilan
Putusan PengadilanPutusan Pengadilan
Putusan Pengadilan
ntii_meiian
 
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung riHak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
Eri Triwanda
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Ilham Mustafa
 

What's hot (20)

Praperadilan
PraperadilanPraperadilan
Praperadilan
 
6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid6 perkembanganhkacpid
6 perkembanganhkacpid
 
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesiaSumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
 
Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Civil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part ICivil law and Common Law System Part I
Civil law and Common Law System Part I
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
 
13 praperadilan
13 praperadilan13 praperadilan
13 praperadilan
 
12 posisiparapihak
12 posisiparapihak12 posisiparapihak
12 posisiparapihak
 
5 surat-dakwaan
5 surat-dakwaan5 surat-dakwaan
5 surat-dakwaan
 
Putusan Pengadilan
Putusan PengadilanPutusan Pengadilan
Putusan Pengadilan
 
Uu 22 1952
Uu 22 1952Uu 22 1952
Uu 22 1952
 
Tugas Dan Wewenang MA, MK, KY Dikaitkan Dengan Undang-Undang Republik Indone...
Tugas Dan Wewenang MA, MK, KY Dikaitkan Dengan  Undang-Undang Republik Indone...Tugas Dan Wewenang MA, MK, KY Dikaitkan Dengan  Undang-Undang Republik Indone...
Tugas Dan Wewenang MA, MK, KY Dikaitkan Dengan Undang-Undang Republik Indone...
 
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
PKN Tugas dan Wewenang Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi...
 
Perma 7 2015 -v2
Perma 7 2015 -v2Perma 7 2015 -v2
Perma 7 2015 -v2
 
Uu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 PjlsUu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 Pjls
 
Makalah praperadilan
Makalah praperadilanMakalah praperadilan
Makalah praperadilan
 
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung riHak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
 
Skkma 144
Skkma 144Skkma 144
Skkma 144
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
 

Similar to Edaran ma no. 4 2016

UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdfUU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
bocil9
 
2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara
2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara
2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara
Kurniawan Sukawangi
 
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009
khairu_zikri
 
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
Kurniawan Sukawangi
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
DirgaGunk
 
Penetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkaraPenetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkara
Eka Ramadhani
 
Sk mediator 2013
Sk mediator 2013Sk mediator 2013
Sk mediator 2013
moliiceman
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
annatasyamaryana
 

Similar to Edaran ma no. 4 2016 (20)

UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
 
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdfUU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
 
2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara
2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara
2009 51 perubahan kedua tentang peradilan tata usaha negara
 
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
 
Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009Uu no 50 tahun 2009
Uu no 50 tahun 2009
 
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
 
Uu 09 2004
Uu 09 2004Uu 09 2004
Uu 09 2004
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
 
Instruksi Disiplin PNS 2013
Instruksi Disiplin PNS 2013Instruksi Disiplin PNS 2013
Instruksi Disiplin PNS 2013
 
SK Biaya Proses
SK Biaya ProsesSK Biaya Proses
SK Biaya Proses
 
Penetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkaraPenetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkara
 
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptxADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
ADMINISTRASI PENGAJUAN UPAYA HUKUM DAN PERSIDANGAN KASASI.pptx
 
SK Hakim Pengawas Mahkamah Syar'iyah Jantho 2013
SK Hakim Pengawas Mahkamah Syar'iyah Jantho 2013SK Hakim Pengawas Mahkamah Syar'iyah Jantho 2013
SK Hakim Pengawas Mahkamah Syar'iyah Jantho 2013
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
Sk mediator 2013
Sk mediator 2013Sk mediator 2013
Sk mediator 2013
 
Uu 16 1961
Uu 16 1961Uu 16 1961
Uu 16 1961
 
Cara memilih anggota
Cara memilih anggotaCara memilih anggota
Cara memilih anggota
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
 

Recently uploaded (7)

aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggimateri hukum perbankan di Indonesia  untuk perguruan tinggi
materi hukum perbankan di Indonesia untuk perguruan tinggi
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 

Edaran ma no. 4 2016

  • 1. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU- XII/2014 yang memperluas kewenangan Praperadilan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 77 huruf a KUHAP tidak hanya sebatas pada sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penuntutan, tetapi termasuk juga penetapan tersangka, penyitaan dan penggeledahan; b. bahwa Surat EdaranMahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Hasil Pleno Kamar Mahkamah Agung sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan, memungkinkan diajukannya peninjauan kembali terhadap putusan Praperadilan dalam hal ditemukan indikasi penyelundupan hukum, namun demikian terdapat penafsiran yang berbeda-beda mengenai pengertian penyelundupan hukum sehingga dapat mengakibatkan putusan yang saling bertentangan dan menimbulkan ketidakpastian hukum; c. bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 65/PUU-IX/2011 menghapus pemberian hak banding kepada penyidik dan penuntut umum sebagaimana
  • 2. - 2 - dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2) KUHAP sehingga terhadap putusan praperadilan tidak dapat lagi diajukan upaya hukum banding; d. bahwa Pasal 45A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung menentukan larangan diajukan kasasi terhadap putusan Praperadilan; e. bahwa Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 memberikan kewenangan Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman, termasuk Praperadilan; f. bahwa Rapat Pleno Kamar Pidana hari Selasa tanggal 2 Februari 2016 menentukan Putusan Praperadilan tidak dapat diajukan Peninjauan Kembali (PK); g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f dan untuk menjamin kepastian hukum perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Larangan Peninjauan Kembali Putusan Praperadilan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958); 3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);
  • 3. - 3 - 4. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-IX/2011; 5. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Peraturan ini mengatur tentang larangan pengajuan peninjauan kembali terhadap putusan Praperadilan. BAB II OBYEK DAN PEMERIKSAAN PRAPERADILAN Pasal 2 (1) Obyek Praperadilan adalah : a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, penetapan tersangka, penyitaan dan penggeledahan; b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. (2) Pemeriksaan Praperadilan terhadap permohonan tentang tidak sahnya penetapan tersangka hanya menilai aspek formil, yaitu apakah ada paling sedikit 2 (dua) alat bukti yang sah dan tidak memasuki materi perkara. (3) Putusan Praperadilan yang mengabulkan permohonan tentang tidak sahnya penetapan tersangka tidak menggugurkan kewenangan Penyidik untuk menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka lagi setelah memenuhi paling sedikit dua alat bukti baru yang sah, berbeda dengan alat bukti sebelumnya yang berkaitan dengan materi perkara.
  • 4. - 4 - (4) Persidangan perkara Praperadilan tentang tidak sahnya penetapan tersangka, penyitaan dan penggeledahan dipimpin oleh Hakim Tunggal karena sifat pemeriksaannya yang tergolong singkat dan pembuktiannya yang hanya memeriksa aspek formil. (5) Praperadilan diajukan dan diproses sebelum perkara pokok disidangkan di pengadilan negeri, jika perkara pokok sudah mulai diperiksa maka perkara Praperadilan gugur. BAB III LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN Pasal 3 (1) Putusan Praperadilan tidak dapat diajukan peninjauan kembali. (2) Permohonan peninjauan kembali terhadap Praperadilan dinyatakan tidak dapat diterima dengan penetapan Ketua Pengadilan Negeri dan berkas perkara tidak dikirim ke Mahkamah Agung. (3) Penetapan Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diajukan upaya hukum. BAB IV PENGAWASAN PUTUSAN PRAPERADILAN Pasal 4 (1) Mahkamah Agung berwenang untuk melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelengaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman, termasuk Praperadilan. (2) Wewenang Mahkamah Agung dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap Praperadilan, meliputi : a. mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim dalam menjalankan tugas Praperadilan;
  • 5. - 5 - b. meminta keterangan tentang teknis pemeriksaan Praperadilan; dan c. Memberi petunjuk, teguran, atau peringatan yang dipandang perlu terhadap putusan Praperadilan yang menyimpang secara fundamental BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 5 Hal-hal yang tidak diatur secara khusus dalam peraturan ini, tetap diberlakukan ketentuan hukum acara pidana yang berlaku. BAB VI PENUTUP Pasal 6 Dengan berlakunya Peraturan Mahkamah Agung ini, SEMA Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Hasil Pleno Kamar Mahkamah Agung sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan, khususnya mengenai peninjauan kembali terhadap putusan Praperadilan dalam hal ditemukan indikasi penyelundupan hukum, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 7 Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
  • 6. - 6 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Mahkamah Agung ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia Ditetapkandi Jakarta pada tanggal 19 April 2016 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ttd MUHAMMAD HATTA ALI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 596