2. DISIPLIN PNS
DISIPLIN PNS PELANGGARAN DISIPLIN
PELANGGARAN DISIPLIN ADALAH SETIAP UCAPAN,
TULISAN,ATAU PERBUATAN PNS YG TIDAK MENAATI
KEWAJIBAN DAN/ATAU MELANGGAR LARANGAN
KETENTUAN DISIPLIN PNS, BAIK YG DILAKUKAN DI
DALAM MAUPUN DI LUAR JAM KERJA
DISIPLIN PNS ADALAH KESANGGUPAN PNS UNTUK
MENAATI KEWAJIBAN DAN MENGHINDARI LARANGAN
YANG DITENTUKAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
3. 3
Ucapan
Tulisan
Perbuatan
Setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh
orang lain seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon,
radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya
Pernyataan pikiran dan/atau perasaan secara tertulis baik dalam
bentuk tulisan maupun gambar, karikatur, coretan, dll yang serupa
dengan itu
Setiap tingkah laku, sikap, atau tindakan yang dilakukan oleh PNS
atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
5. PERBANDINGAN SANKSI HUKUMAN DISIPLIN
PP 53/2010
TINGKAT RINGAN
a. Teguran lisan;
b. Teguran Tertulis; dan
c. Pernyataan Tidak Puas Secara
Tertulis.
TINGKAT SEDANG
a. Penundaan KGB selama 1 tahun;
b. Penundaan KP selama 1 tahun;dan
c. Penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 1 tahun.
TINGKAT BERAT
PP 94/2021
a.
b.
c.
c.
a. Penurunan pangkat selama 3 tahun;
b. Pemindahan dalam rangka penurunan tingkat
jabatan;
c. Pembebasan jabatan;
d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS; dan
Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS
(di hapus dengan UU 5 / 2014 tentangASN)
a.
TINGKAT RINGAN
Teguran lisan; Teguran
Tertulis; Pernyataan
Tidak Puas Secara
Tertulis
TINGKAT SEDANG
a. Pemotongan tunjangan kinerja sebesar
25% selama 6 bulan;
b. Pemotongan tunjangan kinerja sebesar
25% selama 9 bulan;
Pemotongan tunjangan kinerja sebesar
25% selama 12 bulan.
TINGKAT BERAT
Penurunan jabatan setingkat lebih
rendah selama 12 bulan;
b. Pembebasan dari jabatannya menjadi
jabatan pelaksana selama 12 bulan; dan
c. Pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS.
e.
6. Perbandingan PP 53 dengan PP 94 (1)
No Perbedaan PP 53/2010 PP 94/2021
1 Kewajiban dan
Larangan
17 Kewajiban dan 15 Larangan 8 + 9 Kewajiban dan 14 Larangan
2 Jenis Hukuman
Disiplin Sedang
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama
1 (satu) tahun
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1
(satu) tahun
c. penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 1 (satu) tahun
a. pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25%
(dua puluh lima persen) selama 6 (enam)
bulan
b. pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25%
(dua puluh lima persen) selama 9 (sembilan)
bulan
c. pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25%
(dua puluh lima persen) selama 12 (dua
belas) bulan
3 Jenis Hukuman
Disiplin Berat
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama
3 (tiga) tahun
b. pemindahan dalam rangka penurunan
jabatan setingkat lebih rendah
c. pembebasan dari jabatan
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS
a. penurunan jabatan setingkat lebih rendah
selama 12 (dua belas) bulan
b. pembebasan dari jabatannya menjadi
jabatan pelaksana selama 12 (dua belas)
bulan
c. pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS
(Pasal 42)
• Tingkat dan jenis Hukuman Disiplin Sedang berlaku setelah PP mengenai Gaji dan Tunjangan
berlaku
• Sebelum berlaku PP mengenai Gaji dan Tunjangan, Hukdis Sedang berlaku sesuai PP53/2010
7. Perbandingan PP 53 dengan PP 94 (2)
No Perbedaan PP 53/2010 PP 94/2021
4 Pelanggaran masuk
kerja dan menaati
ketentuan jam kerja
a. Teguran Lisan : 5 hari kerja
b. Teguran Tertulis : 6 – 10 hari kerja
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis : 11 –
15 hari kerja
d. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun : 16 – 20 hari kerja
e. penundaan kenaikan pangkat selama 1
(satu) tahun : 21 – 25 hari kerja
f. penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun : 26 – 30 harikerja
g. penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 (satu) tahun : 31 – 35 harikerja
h. pemindahan dalam rangka penurunan
jabatan setingkat lebih rendah : 36 – 40 hari
kerja
i. pembebasan dari jabatan : 41 – 45 hari
kerja
j. pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS : ≥ 46 hari
kerja
a. Teguran Lisan : 3 hari kerja
b. Teguran Tertulis : 4 – 6 hari kerja
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis : 7
– 10 hari kerja
d. pemotongan TUKIN sebesar 25%
selama 6 bulan : 11 – 13 hari kerja
e. pemotongan TUKIN sebesar 25%
selama 9 bulan : 14 – 16 hari kerja
f. pemotongan TUKIN sebesar 25%
selama 12 bulan : 17 – 20 hari kerja
g. penurunan jabatan setingkat lebih rendah
selama 12 bulan : 21 – 24 hari kerja
h. pembebasan dari jabatannya menjadi
jabatan pelaksana selama 12 (dua belas)
bulan : 25 – 27 hari kerja
i. pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS :
≥ 28 hari kerja
j. pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS :
10 hari kerja (terus menerus)
8. Perbandingan PP 53 dengan PP 94 (3)
No Perbedaan PP 53/2010 PP 94/2021
5 Pengentian
Pembayaran Gaji
Tidak ada Pasal 15 ayat (2)
PNS yang tidak masuk kerja dan tidak menaati
ketentuan jam kerja tanpa alasan yang sah secara
terus menerus selama 10 hari kerja diberhentikan
pembayaran gajinya sejak bulan berikutnya
6 Pejabat yang
berwenang
menghukum
a. Berdasarkan Pangkat dan golongan
b. Berdasarkan jabatan struktural
• Eselon 1
• Eselon 2
• Eselon 3
• Eselon 4
Berdasarkan Jabatan
• JPT
• Administrator
• Pengawas atau
• pejabat lain yang setara (JF)
7 Pemeriksaan 1. Pelanggaran hukdis ringan diperiksa
oleh atasan langsung
2. Pelanggaran hukdis sedang dan
berat dapat dibentuk tim pemeriksa
1. Pelanggaran hukdis ringan diperiksa oleh atasan
langsung
2. Pelanggaran hukdis sedang dapat dibentuk tim
pemeriksa
3. Pelanggaran hukdis berat dibentuk tim pemeriksa
8 Anggota tim
pemeriksa
1. Atasan langsung
2. Unsur pengawasan dan;
3. Unsur kepegawaian atau;
4. Pejabat lain yang ditunjuk
1. Atasan langsung
2. Unsur pengawasan dan;
3. Unsur kepegawaian
Dalam hal tertentu tim pemeriksa dapat melibatkan
pejabat lain yang ditunjuk
9. PELANGGARAN KEWAJIBAN MASUK KERJA DAN MENAATI JAM KERJA
9
Kategori Pelanggaran Kewajiban Masuk
Kerja
Hukuman Disiplin Ringan
3 Hari Kerja Teguran Lisan
4 s.d 6 Hari Kerja Teguran Tertulis
7 s.d 10 Hari Kerja Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis
Kategori Pelanggaran Kewajiban Masuk
Kerja
Hukuman Disiplin Sedang
11 s.d 13 Hari Kerja Pemotongan Tunjangan Kinerja sebesar 25% selama 6 bulan
14 s.d 16 Hari Kerja Pemotongan Tunjangan Kinerja sebesar 25% selama 9 bulan
17 s.d 20 Hari Kerja Pemotongan Tunjangan Kinerja sebesar 25% selama 12 bulan
Kategori Pelanggaran Kewajiban Masuk
Kerja
Hukuman Disiplin Berat
21 s.d 24 Hari Kerja Penurunan Jabatan Setingkat Lebih Rendah salama 12 bulan
28 Hari Kerja atau Lebih Pemberhentian dengan Hormat tidak atas Permintaan Sendiri sebagai PNS
10 Hari Kerja terus menerus Pemberhentian dengan Hormat tidak atas Permintaan Sendiri sebagai PNS
10. No Kewajiban (Pasal 3)
Hukuman Disiplin
Ringan Sedang Berat
1 Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD NegaraRI
Tahun 1945, NKRI, dan Pemerintah
Dampak Negatif
unit kerja dan atau
negara
2 Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Dampak Negatif
Unit Kerja dan atau
negara
Dampak Negatif
Negara
3 Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah
yang berwenang
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara
4 Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara
5 Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuhpengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggungjawab
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara
6 Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara
7 Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara
8 Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara
Kewajiban PNS dan Tingkat Hukuman Disiplin
11. No Kewajiban (Pasal 4)
Hukuman Disiplin
Ringan Sedang Berat
1 Menghadiri dan mengucapkan sumpah/ janjiPNS Tanpa Alasan Sah
2 Menghadiri dan mengucapkan sumpah/ janji Jabatan Tanpa Alasan Sah
3 Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
pribadi, seseorang, dan/atau golongan
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara dan atau
Pemerintah
4 Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan keamanan
negara atau merugikan keuangannegara
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif
Negara dan atau
Pemerintah
5 Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan
Administrator & JF
yang wajib lapor
JPT & pejabat
lainnya yang wajib
lapor
6 Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
(Ketentuan akan diatur dalam Peraturan MenpanRB)
(1-3/4-6/7-10) (11-13/14-16/17-20) (21-24/25-27/28/10)
7 Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan
sebaik-baiknya
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
8 Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan kompetensi; dan
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
9 Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan
tugas dan fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
√
Kewajiban PNS dan Tingkat Hukuman Disiplin
12. No Larangan (Pasal 5)
Hukuman Disiplin
Ringan Sedang Berat
1 Menyalahgunakan wewenang √
2 Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain
yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan jabatan
√
3 Menjadi pegawai atau bekerja untuk negaralain √
4 Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin
atau tanpa ditugaskan oleh PPK
√
5 Bekerja pada perusahaan asing, konsultasn asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh PPK
√
6 Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen, atau surat berharga milik negara secara tidaksah
Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Dampak Negatif Negara
dan atau Pemerintah
7 Melakukan pungutan di luar ketentuan Dampak Negatif Unit
Kerja dan atau Instansi
Dampak Negatif Negara
dan atau Pemerintah
8 Melakukan kegiatan yang merugikan negara Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
9 Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
10 Menghalangi berjalannya tugas kedinasan Dampak Negatif
Unit Kerja
Dampak Negatif
Instansi
Larangan PNS dan Tingkat Hukuman Disiplin
13. No Larangan (Pasal 5)
Hukuman Disiplin
Ringan Sedang Berat
11 Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/ataupekerjaan √
12 Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan √
13 Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani
Dampak Negatif
Instansi
14 Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wapres, calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, calon anggota DPR, calon anggota DPD, atau calon anggota DPRD
dengan cara:
1. ikut kampanye √
2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atributPNS √
3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain √
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitasnegara √
5. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan sesudahmasa kampanye
√
6. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, masyarakat;dan/atau
√
7. Memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat
Keterangan Tanda Penduduk
√
Larangan PNS dan Tingkat Hukuman Disiplin
14. Pejabat Yang Berwenang Menghukum (Pybm)
Presiden
No Bagi PNS Tingkat HD Usulan
1 JPT Utama Ringan, Sedang,
Berat
Menteri
2 JPT Madya yg mrpkan
PPK
Ringan, Sedang,
Berat
PPK / Menteri
3 a. JPT Madya;
b. JF Utama; dan
c. Jabatan lain yang
pengangkatan &
pemberhentiannya
menjadi wewenang
Presiden
Misal: panitera MA/MK
PDHTAPS sbg PNS PPK / Menteri
15. Pejabat Yang Berwenang Menghukum (Pybm)
MENTERI
No Bagi PNS Tingkat HD
1 JPT Madya 1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
• penurunan jabatan setingkat lebih rendah
selama 12 bulan
• pembebasan jabatan menjadi pelaksana
selama 12 bulan
2 JPT Pratama Sedang & Berat
3 JF Ahli Utama 1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
• penurunan jabatan setingkat lebih rendah
selama 12 bulan
• pembebasan jabatan menjadi pelaksana
selama 12 bulan
4 Pejabat Administrator ke bawah Berat
5 Pejabat Fungsional selain AhliUtama Berat
16. Pejabat Yang Berwenang Menghukum (Pybm)
JPTMADYA
Sekretaris Jenderal
Inspektur Jenderal
Direktur Jenderal
Kepala Badan
No Bagi PNS Tingkat HD
1 PNS di lingkungannya yang berada 1 Tingkat di bawahnya Ringan
2 PNS di lingkungannya yang berada 2 Tingkat di bawahnya Sedang
JPTPRATAMAATAU
PEJABATLAIN
YANG SETARA
No Bagi PNS Tingkat HD
1 PNS di lingkungannya yang berada 1 Tingkat di bawahnya Ringan
2 PNS di lingkungannya yang berada 2 Tingkat di bawahnya Sedang
3 Pejabat Fungsional di lingkungannya Ringan dan Sedang
17. Pejabat Yang Berwenang Menghukum (Pybm)
Pejabat
Administrator atau
Pejabat lain yang
setara
No Bagi PNS Tingkat HD
1 PNS di lingkungannya yang berada 1 Tingkat di bawahnya Ringan
2 PNS di lingkungannya yang berada 2 Tingkat di bawahnya Sedang
3 Pejabat Fungsional di lingkungannya Ringan dan Sedang
Dalam hal tidak ada
pejabat Administrator
pada unit kerja,
Pejabat Fungsional
Ahli Madya yang
ditetapkan PPK
No Bagi PNS Tingkat HD
1 PNS di lingkungannya yang berada 1 tingkat di bawahnya Ringan
18. Pejabat Yang Berwenang Menghukum (Pybm)
Pejabat Pengawas
atau Pejabat lain
yang setara
No Bagi PNS Tingkat HD
1 PNS di lingkungannya yang berada 1 Tingkat di bawahnya Ringan
2 PNS di lingkungannya yang berada 2 Tingkat di bawahnya Ringan dan Sedang
3 Pejabat Fungsional di lingkungannya Ringan
Dalam hal tidak ada
pejabat Pengawas
pada unit kerja,
Pejabat Fungsional
Ahli Muda yang
ditetapkan PPK
No Bagi PNS Tingkat HD
1 PNS di lingkungannya yang berada 1 tingkat di bawahnya Ringan
19. Mekanisme Penjatuhan Hukuman Disiplin
PNS YG DIDUGA
MELANGGAR DISIPLIN
PEMANGGILAN I
SECARA TERTULIS O/
ATASAN LANGSUNG
HADIR TDK HADIR
PEMERIKSAAN PEMANGGILAN I I
HADIR
PEMERIKSAAN PENJATUHAN HD O/ PYBM
BERDASARKAN ALAT BUKTI &
KETERANGAN YG ADA
TDK HADIR
7
HARI
KERJA
Biro Kepegawaian @2021
7
HARI
KERJA
Pemeriksaan dilakukan secara tertutup melalui tatap muka langsung maupun secara virtual dan
hasilnya dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan (Pasal 27 ayat (2))
20. BERLAKUNYA HUKDIS, HAPUSNYA KEWAJIBAN MENJALANI
HUKDIS DAN HAK-HAK KEPEGAWAIAN
20
1. Keputusan Hukuman Disiplin berlaku pada hari ke-15 (lima belas) sejak diterima.
2. Keputusan Hukuman Disiplin yang diajukan Upaya Administratif berlaku sesuai
dengan keputusan upaya administratifnya.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah tersendiri.
21. PENDOKUMENTASIAN HUKUMAN DISIPLIN
21
Keputusan Hukdis harus didokumentasikan oleh pejabat
pengelola kepegawaian di instansi yang bersangkutan
Dokumen keputusan Hukdis digunakan sebagai salah satu
bahan penilaian dalam pembinaan PNS yang bersangkutan
Pendokumentasian keputusan Hukdis termasuk dokumen
dalam pemeriksaan diunggah ke dalam system yang
terintegrasi dengan Sistem Informasi Aparatus Sipil Negara
22. PERATURAN PEMERINTAH
Nomor 11 Tahun 2017 jo. PP Nomor 17 Tahun 2020
Tentang
MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Tentang : CUTI PNS
dan PERKA BKN Nomor 24 Tahun 2017
Tentang : Tata Cara Pemberian Cuti PNS jo.
PERKA BKN Nomor 7 Tahun 2021
23. JENIS CUTI
PNS
1. CUTI TAHUNAN
2. CUTI BESAR
3. CUTI SAKIT
4. CUTI MELAHIRKAN
5. CUTI KARENA ALASAN PENTING
6. CUTI BERSAMA
7. CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA
24. CUTI
TAHUNAN
Diberikan :
• Bagi PNS dan CPNS yang telah bekerja
secara terus menerus paling kurang 1
tahun
• Lamanya 12 hari kerja dalam setahun
• Dapat diambil minimal 1 hari
• Penambahan cuti dapat diberikan paling
lama 12 hari kerja
• 18 hari kerja apabila thn yl tdk diambil
ditambah tahun berjalan
• 24 hari kerja apabila 2 thn atau lebih
tidak diambil ditambah tahun berjalan
25. CUTI BESAR
Diberikan :
• Bekerja paling singkat setelah 5 tahun
• Kurang 5 tahun hanya utk kepentingan
agama (haji)
• Cuti besar maksimal 3 bulan
• Cuti besar mengurangi hak cuti tahunan
pada tahun berjalan
• Usul Cuti besar dapat ditangguh selama
1 tahun kecuali keperluan agama
• Selama Cuti besar ybs tetap
memperoleh penghasilan
Pengurangan Tunkin:
1. Cutbes krn haji pertama pd tgl selama
berada di Arab Saudi selama 0% untuk pd
tgl selama di tanah air sblm brngkt dan
setelah kembali dipotong 2,5% / hari;
2. Cutber krn melahirkan dipotong 0%
3. Cutber selain krn haji pertama dan
melahirkan dipotong 0% sejumlah cuti
tahunan tahun berjalan dan 2,5% utk sisa
26. CUTI SAKIT Diberikan :
1. 1 hari dengan surat keterangan dokter
dan diajukan secara tertulis kepada
atasan langsung
2. Lebih dari 1 hari surat keterangan dokter
dan diajukan secara tertulis kepada PYB,
maksimal 1 tahun
3. Dapat ditambah 6 bulan lagi dengan surat
keterangan dari tim penguji kesehatan
4. PNS gugur kandungan paling lama 1,5
bulan
5. PNS yang mengalami kecelakaan
diberikan cuti sampai sembuh dari
penyakitnya
27. CUTI MELAHIRKAN
Diberikan :
1. Diberikan maksimal selama 3
bulan
2. Diberikan untuk anak 1 s.d. 3
3. Untuk anak ke 4 menggunakan
Cuti Besar
28. CUTI KARENA
ALASAN PENTING
Diberikan :
1. Ibu, Bapak, Isteri, Suami,
Mertua, Anak, Adik, Kakak,
Menantu sakit keras dan/
atau meninggal dunia
2. Melangsungkan perkawinan
3. Diberikan paling lama 1 bulan
29. CUTI BERSAMA
Diberikan :
1. Cuti Bersama ditetapkan oleh Presiden
2. Cuti Bersama tidak mengurangi Cuti tahunan
3. Cuti Bersama yang tdk diberikan kepada pegawai
karena jabatannya akan menambah hak Cuti
Tahunan
30. CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA
Diberikan :
• Bekerja paling singkat 5 tahun
• Lamanya maksimal 3 tahun dan dapat ditambah 1
tahun apabila ada alasan penting
• Berhenti dari jabatan
• Mendapat persetujuan dari Kepala BKN
• Tidak diperhitungkan sebagai masa kerja
31. CATATAN
Cuti Tahunan, Cuti Bersama, Cuti
Alasan Penting dan Cuti Bersama dapat
dipanggil kembali bekerja apabila
terdapat kepentingan dinas mendesak
Cuti Sakit, Cuti Melahirkan dan Cuti
Alasan Penting berlaku secara mutatis
mutandis terhadap CPNS
33. PERMASALAHAN
PNS merasa tidak tahu kalau ada aturan terkait perkawinan
dan perceraian
PNS tidak bisa membedakan penggugat dan tergugat.
Atasan setelah menerima laporan tidak melakukan
pemeriksaan
Tidak tahu cara membuat BAP
34. PENGERTIAN
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan
Pasal 2 ayat (1) UU 1/1974:
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.
Pasal 2 ayat (2) UU 1/1974:
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 1 UU 1/1974:
36. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Penjelasan Pasal 2:
Tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing
agamanya
dan kepercayaannya.
Dengan demikian “Pencatatan Perkawinan” tidak termasuk
syarat yang menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan,
tetapi merupakan bukti administratif terjadinya perkawinan.
Penjelasan Umum Angka 4 huruf b:
Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah
sama halnya dengan pencatatan peristiwa
pentingdalam kehidupan seseorang
misalnya kelahiran, kematian yang dimuat
dalam surat keterangan, suatu akte resmi
yang dimuat dalam daftar pencatatan.
Pasal 2 ayat
(1): Perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan
kepercayaannya itu
Pasal 2 ayat
(2): Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
perundang-undangan
yang berlaku
37. LAPORAN PERKAWINAN
PNS yang melangsungkan perkawinan
pertama wajib memberitahukan secara
tertulis kepada pejabat secara hirarkhis,
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun
sejak tanggal perkawinan.
Ketentuan ini juga berlaku bagi PNS
yang berstatus janda atau duda yang
melangsungkan perkawinannya
kembali.
Laporan perkawinan dibuat rangkap 3 (tiga)
dan dilampiri:
a. Salinan sah surat nikah/akte perkawinan;
b. Pasfoto isteri/suami ukuran 3X4 cm
sebanyak 3 lembar
- 1 lembar untuk tata naskahkepegawaian
- 2 lembar dikirim ke BKN, untuk
Karin, Karis/Karsu.
Pasal 1 huruf b PP 10/1983:
Pejabat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan LPNK,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara. Gubernur, Pimpinan Bank milik
Negara/Daerah, Pimpinan BUMN/BUMD.
38. PERCERAIAN
PNS yang melakukan perceraian wajib memperoleh
ijin secara tertulis atau surat keterangan terlebih
dahulu dari pejabat.
Bagi PNS yang berkedudukan sebagai penggugat,
harus memperoleh izin dari pejabat, sedangkan
bagi PNS yang berkedudukan sebagai tergugat cukup
mendapat surat keterangan pejabat.
39. www.bkn.go.id
Setiap atasan yang menerima permintaan izin dari PNS dalam lingkungannya
baik untuk melakukan perceraian atau untuk beristri lebih dari seorang wajib
memberikan pertimbangan dan meneruskannya kepada Pejabat melalui
saluran hirarki dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) Bulan TMT ia
menerima permintaan izin dimaksud.
40. PNS dapat melakukan perceraian apabila:
Salah satu pihak berbuat zina.
Salah satu pihakmenjadi
pemabuk, pemadat, ataupenjudi
Salah satu pihakmelakukan
kekerasan/penganiayaan
Salah satu pihak mendapatkan
hukuman penjara 5 (lima)
tahun/hukuman yang lebihberat
Antara suami/isteri terjadi
perselisihan terus menerus dan
tidak ada harapan untuk rukun
kembali
Salah satu pihakmeninggalkan
selama 2 (dua) tahun berturut-turut
41. PERMINTAAN IZIN PERCERAIAN
01
02
03
04
Tidak ada alasan sebagai tercantum
di awal
Diberikan apabila:
Ditolak apabila:
Tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bertentangan denganperaturan
perundang-undangan
Alasan perceraian yang dikemukakan
bertentangan dengan akal sehat.
Bertentangan dengan ajaran/ketentuan
agama yang dianut.
Ada alasan sebagaimana tercantum
di awal.
Alasan perceraian yang dikemukakan
tidak bertentangan dengan akal sehat.
Tidak bertentangan dengan
ajaran/ketentuan agama yang dianutnya.
42. PERCERAIAN YANG SAH
MENURUT PASAL 39 UU NO. 1/1974
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan
sidang pengadilan setelah pengadilan berusaha
dan tidak berhasil mendamaikan keduanya.
Cape dech !!!
43. PEMBAGIAN GAJI
www.bkn.go.id
1. Apabila perceraian terjadi atas kehendak PNS pria, maka ia wajib menyerahkan
sebagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya.
2. Pembagian gajinya ialah 1/3 untuk PNS pria, 1/3 untuk bekas istrinya, dan 1/3 untuk
anak-anaknya.
Rp
Mana
Bagian Ku..
Abisss…
Uang Amboo….
44. PEMBAGIAN GAJI SETELAH PERCERAIAN
PNS pria wajib menyerahkan sebagian gaji apabila:
PNS yang menggugat, serta dilatarbelakangi perbuatan negatifnya.
Istri yang menggugat, tetapi dilatarbelakangi perbuatan negatif suami.
PNS pria tidak wajib menyerahkan sebagian gaji apabila :
PNS pria yang menggugat, tetapi dilatarbelakangi perbuatan negatif istri.
Istri yang menggugat, serta dilatarbelakangi perbuatan negatif istri
www.bkn.go.id
45. Pengertian gaji adalah seluruh penghasilan yang diterima selaku PNS dan
tidak terbatas pada besaran gaji pada saat perceraian.
Mantan istri tidak berhak lagi menerima bagian gaji tersebut, apabila telah
menikah lagi.
PNS pria yang menolak pembagian gaji dijatuhi hukuman disiplin tingkat
berat.
Bendaharawan dapat menyerahkan bagian gaji yang menjadi hak mantan
istri.
www.bkn.go.id
46. Apabila perceraian terjadi atas kehendak bersama
suami isteri, maka pembagian gaji diatur sbb :
Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak, maka
pembagiangaji berdasarkan kesepakatan bersama.
Dengan tidak mengurangi ketentuan di atas, apabila
semua anak mengikuti bekas isteri, maka 1/3 gaji
untuk anak dan diterimakan pada isteri.
Apabila sebagian anak mengikuti PNS ybs dan
sebagian mengikuti bekas isteri maka 1/3 gaji untuk
anak dibagi jumlah anak (sebagian ikut isteri/suami).
47. PRIA YANG AKAN BERISTERI LEBIH DARI SEORANG
Ada persetujuan tertulis secara
ikhlas dari isteri dan disahkan
atasannya;
PNS pria mempunyai
penghasilan yang cukup;
dan
PNS pria berlaku adil terhadap
isteri-isterinya dan anaknya.
Isteri tidak dapat menjalankan
kewajibannya, karena menderita
sakit jasmani/rokhani;
Isteri mendapat cacat
badan/penyakit lain yang
tidak dapat disembuhkan;
atau
Isteri tidak dapat melahirkan
keturunan setelah menikah
sekurang-kurangnya 10 tahun.
Syarat
Kumulatif
Syarat
Alternatif
48. • PNS dilarang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
yang sah. Yang dimaksud hidup bersama di luar
perkawinan yang sah
adalah melakukan hubungan sebagai suami-isteri
dengan wanita yang bukan isterinya atau dengan pria
yang bukan suaminya yang seolah-olah merupakan
suatu rumah tangga.
HIDUP BERSAMA DILUAR IKATAN
PERKAWINAN YANG SAH
49. P E R M I N TA A N I Z I N U N T U K B E R I S T R I
L E B I H D A R I S E O R A N G D A PAT D I S E T U J U I A PA B I L A
Tidak bertentangan dengan ajaran/agama yang dianutnya/kepercayaan terhadap Tuhan
YME;
Memenuhi salah satu syarat alternatif dan semua syarat kumulatif;
Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Alasan yang dikemukakan untuk beristri lebih dari seorang tidak bertentangan dengan akal
sehat;
Tidak ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan.
50. • PNS wanita tidak diizinkan menjadi isteri kedua/ketiga/
keempat.
• Seorang wanita yang berkedudukan sebagai isteri
kedua/ketiga/keempat dilarang menjadi PNS.
• PNS yang menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dijatuhi
hudis pemberhentian sebagai PNS
51. Pasal 41
PP 94/2021
Pasal 8
PP 94
ayat (4)
/2021
PNS yang melanggar ketentuan PP Nomor 10 Tahun
1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 45 Tahun
1990, dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin berat
berdasarkan PP ini.
Jenis hukuman disiplin berat terdiri atas:
a. Penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama
12 (dua belas) bulan
b. Pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan
pelaksana selama 12 (dua belas) bulan; dan
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS.
SANKSI
52. Dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan PP No.94 Tahun
2021,
apabila:
Tidak memberitahukan perkawinan pertama dalam jangka waktu 1 tahun
setelah perkawinan;
Cerai tanpa izin/surat keterangan dari Pejabat;
Beristri lebih dari seorang tanpa izin Pejabat;
Hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah;
Tidak melaporkan perceraian dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1
bulan setelah perceraian;
Tidak melaporkan perkawinan kedua/ketiga/keempat dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 tahun setelah perkawinan;
PNS wanita yang menjadi isteri kedua/ketiga/keempat;
Atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan meneruskan izin bercerai
atau beristri lebih dari satu kepada Pejabat setelah 3 bulan; dan
Pejabat yang tidak memberikan izin atau menolak secara tertulis setelah 3
bulan permohonan cerai.