SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
TUGAS AKHIR
YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT
KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU
Mata Kuliah: Kristologi Dasar
Dosen Pengampu: Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, Sj
Disusun Oleh:
Andre Ohoirat 161414085
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PENGANTAR
Dalam kehidupan kita setiap hari, sering kali kita mengalami perjumpaan dengan
Yesus. Perjumpaan yang kita alami dengan Yesus disini bukan secara langsung bertatap
muka, melainkan melalui sikap dan tindakan yang kita lakukan secara berulang ulang
maupun kebiasan kebiasaan hidup yang bersifat membangun. Hal inilah yang kemudian
melatar belakangi suatu tradisi atau kebudayaan di suatu daerah.Jika kita berbicara mengenai
agama dan budaya, secara umum biksa dibilang bahwa agama bersumber dari Allah,
sementara budaya bersumber dari manusia. Agama merupakan karya nyata Allah, dan budaya
adalah karya manusia. Itu berarti, agama bukan bagian dari budaya dan budaya pun bukan
bagian dari agama. Walaupun demikian bukan berarti bahwa agama dan budaya terpisah
sama sekali, melainkan berhubungan baik satu dengan yang lain. Melalui agama, Allah yang
merupakan Sang Pencipta menyampaikan ajaran-Nya harus dijalani oleh manusia. Ajaran
Allah, yang dengan istilah agama ini senantiasa mewarnai corak kebudayaan yang dihasilkan
oleh manusia yang memeluknya.
Kita tentu mengenal bahwa katekese inkulturatif adalah gereja yang memerlukan
inkulturasi agar iman kristiani dapat mengakar pada budaya yang ada di daerah itu.
Melalui katekese inkulturasi ini nilai-nilai luhur yang ada pada budaya daerah setempat
dapat digali untuk menemukan nilai-nilai kristiani yang terkandung di dalamnya. Melalui
sabda yang telah menjadi manusia, Allah selaku sang pencipta berkenan untuk solider
dengan umatnya. Kita selaku manusia tentu dapat menemukan Allah dalam kehidupan
kita bermasyarakat dan berbudaya, hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa Allah memiliki
kehendak yang menyelamatkan.
Hal lainnya yang dapat kita temui yakni inkulturasi ini tidak lepas dari liturgi
gereja. Konsili Vatikan II dengan jelas menegaskan bahwa unsur-unsur yang ada pada
budaya setempat perlu diintegrasikan di dalam liturgi gereja sebagai perayaan iman. Hal
ini sungguh-sungguh mengungkapkan iman kita yang tumbuh dari budaya setempat.
Aturan dan rubrik yang ada pada liturgi gereja memang liturgi perlu, namun jangan sampai
membuat kita jatuh pada rubrisisme,dimana kita terlalu memperhatikan aturan dan
rinciannya sehingga liturgi pun menjadi kaku. Katekese inkulturatif ini tentu akan sangat
membantu umat agar tidak jatuh pada rubrisisme, malah sebaliknya melalui inkulturasi ini
justru semakin menyadarkan kita tentang arti pentingnya penghayatan liturgi melalui
unsur-unsur budaya dimana kita berada.
BAB I
BUDAYAKU
Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu wilayah yang terletak di provinsi
Maluku, tepatnya berada dalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam
beberapa sumber, dikatakan bahwa kata tersebut sulit untuk dipastikan artinya. Dari
sumber lain yang diperoleh juga disebutkan bahwa Tanimbar berasal dari penggalan
kata tnebar yang berarti pria besar atau sesuatu yang baru saja muncul dan menampakan
dirinya. Terdapat beberapa nama yang mengarah kepada kepulauan Tanimbar atau
masyarakat yang hidup di kepulauan itu. Nama tersebut ada yang diberikan oleh
masyarakat lain yang bukan merupakan masyarakat tanimbar dan ada pula yang diberikan
oleh masyarakat Tanimbar sendiri. Nama yang dimaksud yaitu Timor Lao,
Ntnebar, dan Tanempar. Timor Lao berarti Timor Jauh. Nama Timor Lao tidak dikenal
serta tidak digunakan oleh masyarakat Tanimbar untuk menyebut dirinya. Nama tersebut
hanya dipakai oleh masyarakat asing untuk menyebut kepulauan Tanimbar. Sebelum
memeluk agama Katolik dan Kristen Protestan seperti saat ini, masyarakat Tanimbar telah
percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib dalam alam. Selain itu untuk konsep ketuhanan
sendiri secara umum yang dipercaya oleh orang Tanimbar adalah Lere Bulin. Lere adalah
matahari dan Bulin adalah bulan. Saat berlangsungnya gerhana bulan, tetua adat dari desa
tertentu bertanya kepada bulan dan jika bulan kembali terbit dan menyebut nama suatu
desa, maka desa itu akan diserang dan dibakar.Hanya Tetua adatlah yang memiliki kuasa
untuk berjuma dengan Tuhan yang mereka sembah. Tetua adat adalah mereka yang dipilih
langsung oleh seluruh masyarakat yang mempunyai tugas untuk bertemu dengan Tuhan
dan mempunyai untuk menangani hal hal yang berkaitan dengan adat dalam suatu
desa. Tetua adat mempunya kemampuan untuk mengikat matahari dimana orang
Tanimbar mengenal mereka dengan sebutan mangket lerar yang berarti orang yang
memiliki kuasa untuk mengikat matahari. Di kepulauan Tanimbar terdapat empat suku
besar dengan bahasa dan kepercayaannya masing-masing yaitu suku Yamdena, Fordata,
Selaru, dan Seluwasa. Masyarakat yang menempati kepulauan tanimbar ini biasanya diberi
nama sesuai dengan nama dari suku tempat mereka tinggal. Mengingat ada beraneka
ragam bahasa dan kepercayaan dari setiap suku ini, dan sumber yang terbatas maka
penulis hanya membatasi diri dan membahas penghayatan akan Yang Ilahi menurut
masyarakat Yamdena dan Fordata.
BAB II
GELAR YESUS YANG SESUAI
Masyarakat Tanimbar dalam penghayatannya akan Yang Ilahi menganut suatu
Monoteis yakni Yang Ilahi hanya satu, sama halnya dengan Yesus yang merupakan satu
pribadi namu dikenal dengan gelar yang berbeda beda. Walau demikian paham monoteis
ini dimaknai secara heterogen. Yang Ilahi atau Yang Esa diyakini secara berbeda-beda
dan penghayatan itu pula sangat antropomorfis sifatnya. Masyarakat tanimbar
menggunakannya sebagai acuan hubungan-hubungan di antara mereka, untuk
melukiskan Yang Ilahi yang secara tersirat juga merupakan perwujudan dari gelar-gelar
yang dimiliki oleh Yesus.
1. Yang Ilahi dimaknai sebagai Lanit Vavan dan Ompak Lanit-Saryamrene
(Yesus sebagai Tuhan)
Lanit Vavan dan Ompak lanit Bumi Langit Saryamrene , yang berarti: Tuhan
pencipta alam semesta dan yang menguasaai jagat raya atau dengan kata lain sebagai
penguasa langit dan bumi. Dalam filosofi masyarakat Tanimbar Ompak Lanit
dianggap sebagai kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Ompak diyakini sebagai
penjelmaan perempuan, dan lanit sebagai penjelmaan laki-laki. Kedua element ini
bersatu dikala peristiwa hujan. Masyarakat meyakini bahwa hujan merupakan benih-
benih yang jatuh dari langit dan untuk memberi kesuburan bagi bumi (Ompak)
sehingga tanaman-tanaman tumbuh.
Keyakinan inilah yang menjadi dasar dimana setiap kali masyarakat Tanimbar
hendak membuat kebun baru ataupun memanen hasil kebun seringkali mengadakan
upacara syukuran di ladang ataupun juga di desa mereka sebagai nemtuk ucapan
syukur untuk Tuhan penguasa langit juga bumi (Ompak-Lanit) karena berkat yang
selama mereka mengolah kebun hingga memperoleh hasilnya.
2. Yang Ilahi dimaknai sebagai Mele/Mela. (Yesus sebagai Raja/Penguasa)
Mela dikaitkan dengan kata lanit (langit) untuk menegaskan posisi tertinggi
dari Mela, sehingga tidak jarang muncul ucapan Mele lanit yang merujuk pada Yang
Ilahi sendiri sebagai penguasa langit. Mela sendiri dalam masyarakat Tanimbar
dimaknai sebagai kaum bangsawan, artinya bahwa di dalam lingkungan leluhurnya
tidak terdapat budak-budak (kawar), Mele (Yamdena) dan Mela (Fordata) dapat
diterjemahkan sebagai penguasa. di Tanimbar masyarakat yang disebut Mele ini
menduduki posisi yang paling terhormat karena mereka adalah turunan dari kepala-
kepala kampung/adat. Kemudian untuk Kawar dan Iri melambangkan masyarakat
awam, yang hanya mendengar serta melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Mele.
Penyebutan yang lebih halus digunakan yaitu: Keyai dan famudi dalam bah.
Yamdena(yang sulung dan bungsu) atau juga dalam bah. Fordata: Iyaan natau
Iwarin ditujukan untuk mereka yang pertama atau kemudian masuk dan mendiami
sebuah kampung. Jadi mereka yang pertama masuk disebut sebagai keyai sementara
mereka yang datang kemudian dikenal sebagai famudi dan mungkin hal ini yang
menjadi latar belakang penyebutan Mele dan Kawar.
3. Lere-Bulan/Lere Wulan (Yesus sebagai Anak Manusia)
Suatu persembahan lain yang diberikan untuk Yang Ilahi yaitu Lere-
Bulan yang memiliki arti; Matahari dan Bulan, dalam bahasa Selaru dikenal; Hula-
Sou, sedangkan di Fordata; Lera-Wulan. Lere (matahari) disimbolkan sebagai laki-
laki, dan bulan sebagai perempuan. Terdapat tiga acuan yang dapat ditempuh untuk
mengerti dan memahami Lere-Bulan. Pertama, Lere-Bulan dipersonifikasikan sebagai
persatuan antara laki-laki dan perempuan. Lere adalah symbol laki-laki yang punya
tenaga dan kuasa, simbol kekuatan, keperkasaan sedangkan Bulan adalah symbol
perempuan, lemah, feminim. Selanjutnya adalah, Lere-Bulan dipandang sebagai
simbol kekuasaan Yang Ilahi sebagai pengatur waktu siang dan malam, gelap dan
terang, mengatur waktu manusia seperti pergantian hari dan itu berarti dimulai
sesuatu yang baru; mengatur tatanan hidup manusia dan memberikan arah dan
langkah. Ini menandakan otoritas dari Lere-Bulan. Terakhir adalah Lere-Bulan
dipandang sebagai symbol Tuhan yang berkuasa dan penuh kemuliaan karena berada
di tempatnya yang jauh tinggi dari manusia Transenden), namun juga dekat dengan
manusia, karena mengatur waktu/hari-hari hidup manusia.
BAB III
YESUS DALAM BUDAYAKU
Masyarakat Tanimbar, terkhususnya pada suku Yamdena dan Fordata memiliki
keyakinan bahwa dunia ini merupakan ciptaan dari Yang Ilahi termasuk juga manusia
yang mendiaminya. Walaupun menghayati Tuhan Yang sama dan satu namun berbeda
dalam penyebutannya, hal ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan suku,tempat tinggal
dan bahasa. Demikian ada dua model penyebutan Yang Ilahi yaitu Rat’we (Suku
Yamdena) dan Ubula’a (Suku Fordata),berikut akan dijelaskan pada bagian berikut:
1. Ra’tu
Ada beraneka ragampenyebutan istilah Yang Ilahi dengan dialeknya ada yang
menyebutkan Rat, Ra’tu, Rat’w, akan tetapi seringkali istilah ini ditujukan untuk
menyebut Tuhan Sang Pencipta yang dibedakan dengan para leluhur atau ada-ada
supranatural lainnya. Bukan juga dalam arti sebagai seorang permaisuri dari Raja
yang dikenal lazimnya dengan sebutan Ratu. Penyebutan Ra’tu, Rat’we merupakan
penyebutan yang digunakan oleh masyarakat yang menempati Pulau Yamdena
(Yamdena Selatan dan Utara) untuk menyebut Yang Ilahi.Walau demikian
penyebutan ini belum bisa dipastikan kebenarannya mengapa sehingga penyebutan
istilah ini dipakai oleh masyarakat yang mendiami pulau Yamdena dalam penyebutan
terhadap Yang Ilahi.
Hal ini dapat kita jumpai saat kalipara tua-tua atau ibu dan bapa tengah berceritera
kepada anaknya. Biasanya sejarah atau cerita diawali dengan kalimat “nangin nangin
o..andrit radu arat’we rafsaw beber” sebagai awalan sebelum masuk pada sebuah
cerita. Andrit menyimbolkan perempuan/ibu, sementara Arat’we menggambarkan
sosok seorang lelaki perkasa. Mungkin saja atas penggambaran inilah sehingga
istilah Ra’twe atas salah satu cara dimaknai sebagai seorang bapa pemberi kehidupan,
karena menikah dengan Andrit seorang perempuan, sehingga menghasilkan
keturunan. Dilain sisi Arat’we juga diyakini merupakan titik alur pembuka dari
sebuah sejarah atau cerita sama halnya Andrit.
2. Ubula’a
Jika masyarakat Yamdena menyebut Yang Ilahi sebagai Rat’we, hal berbeda
ditemukan pada masyarakat Fordata. Penyebutan Ubula’a dipakai secara khusus oleh
Masyarakat Fordata,Selaru dan Seluwasa) untuk menggambarkan Yang Ilahi. Ubula’a
yang berasal dari kata: Ubu yang berarti Leluhur dan Ila’a: yang berarti Agung atau
besar, sehingga Ubuila’a berarti leluhur agung atau besarSering juga ditemukan
bahwa Yang Ilahi disebut dengan nama Ubula’a atau Ubu. Pandangan tentang
Ubula’a ini didasari atas gambaran masyarakat Fordata tentang Ubu Nusin atau
leluhur. Ubu nusin merupakan penyebutan lain untuk leluhur yang sudah tiada, dan
diyakini bahwa dapat membantu mereka dalam kesulitan hidup seperti: dalam
pelayaran laut, menunjukan obat-obatan, bagaimana membuat busur panah, tombak,
berburu, bercocok tanam, mengajarkan cara menenun dan memintal serta
menganyam tikar, atas salah satu cara Ubula’a dipandang berdasar pada sifat-sifat
Ubunusin ini.
Sehingga jika kita berdasar pada sifat-sifat Ubu nusin sebagai interpretasi Ubula’a
kita dapat menarik kesimpulan bahwa Ubula’a adalah Dia Yang menguasai seluruh
aspek kehidupan manusia mulai dari seperti bercocok tanaman, sakit penyakit, darat
(nuhu) dan laut (tahat), keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
BAB IV
SIMPULAN DAN PENUTUP
Budaya, dan agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masing-masing masyarakat.
Dimana dengan melalui budaya yang dimiliki dapat direalisasikan dengan kehidupan serta
penghayatan hidup setiap hari. Hal tersebut dipergunakan oleh masyarakat sebagai acuan
dalam kehidupan setiap hari sehingga ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan budaya,
peraturan yang ada dalam budaya maupun agama itu sendiri. Budaya, tradisi dan agama
saling berkaitan satu sama lain, dan semuanya memiliki nilai positif.
Keyakinan warga masyarakat di kepulauan Tanimbar terkhususnya yang menempati pulau
Yamdena mengenai eksistensi Yesus mempunyai dasar yang sangat dipengaruhi dari
kebudayaan dan iman Kristisni . Refleksi tersebut dapat dilihat dalam sejarah hidup
masyarakatnya dan akan terus hidup meskipunmengalami pergantian zaman. Beberapa
konsep tentang Yesus dalam budaya seperti yang telah digambarkan menunjukkan tantang
adanya pengakuan keberadaan dan ke Esa - an Nya sehingga dalam perjalanan hidup setiap
hari , konsep itu dinyatakan juga dihidupi secara nyata dalam iman Kristiani , di mana Yesus
diakui dan diyakini sebagai Tuhan yang memberi keselamatan , sebagai Sumber Kehidupan
dan Jalan Kebenaran . Tentu saja , pengakuan ini diwujudkan dalam kehidupan adat istiadat
yang ada di tempat mereka tinggal.
Demikian penulis mencoba memaparkan secara garis besar penghayatan Yang Ilahi menurut
masyarakat Tanimbar khususnya masyarakat Yamdena dan Fordata. Besar harapan penulis
semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk memiliki gambaran dan
yang cukup terkait konsep dan penghayatan masyarakat Tanimbar (Yamdena-Fordata)
tentang Yang Ilahi.
DAFTAR PUSTAKA
B. A Rukiyanto, Pewartaan di Zaman Global, Yogyakarta: Kanisius, 2014.
Drabbe, The Unique Moluccan photographs of Petrus Drabbe Tanimbar, Alphen aan den
Rijn, Nederland : Periplus, 1995.
Drabbe, Etnografi Tanimbar, Terj. Karel Mouw, Jakarta, 1981.
P. A Wuritimur, Yang Ilahi Menurut Penghayatan Orang Tanimbar,STF-SP, 1993
P.R Renwarin: Life In The Saryamrene, An Anthropological exploration of the Yamdena,
Leiden: Leiden University, Institute of Cultural & social studies, 1989.
Yohanes Purwanto, dkk.,Antropologi dan Etnobiologi Masyarakat Yamdena di Kepulauan
Tanimbar, Jakarta: The TLUP Tech. Ser. no 4, 2004.

More Related Content

Similar to TUGAS AKHIR YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU (Andre Ohoirat)

Pengertian doks
Pengertian doksPengertian doks
Pengertian doks
Ludi Ludi
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
Erick Ruing
 
Isi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragama
Isi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragamaIsi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragama
Isi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragama
irwanburu
 

Similar to TUGAS AKHIR YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU (Andre Ohoirat) (20)

Tana Toraja
Tana TorajaTana Toraja
Tana Toraja
 
Pengertian doks
Pengertian doksPengertian doks
Pengertian doks
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
Suku toraja di indonesia
Suku toraja di indonesiaSuku toraja di indonesia
Suku toraja di indonesia
 
Keadaan masyarakat indonesia sebelum kedatangan islam
Keadaan masyarakat indonesia sebelum kedatangan islamKeadaan masyarakat indonesia sebelum kedatangan islam
Keadaan masyarakat indonesia sebelum kedatangan islam
 
Wawancara iv
Wawancara ivWawancara iv
Wawancara iv
 
Lentera News edisi #15 Juni 2015
Lentera News edisi #15 Juni 2015Lentera News edisi #15 Juni 2015
Lentera News edisi #15 Juni 2015
 
Sosio suku torajaa
Sosio suku torajaaSosio suku torajaa
Sosio suku torajaa
 
Keberagaman Budaya dan Bhinneka Tunggal Ika
Keberagaman Budaya dan Bhinneka Tunggal IkaKeberagaman Budaya dan Bhinneka Tunggal Ika
Keberagaman Budaya dan Bhinneka Tunggal Ika
 
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAMISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
 
Rabu wekasan tugas bahsa jawa
Rabu wekasan tugas bahsa jawaRabu wekasan tugas bahsa jawa
Rabu wekasan tugas bahsa jawa
 
ARTI DAN MAKNA SIMBOL LITURGI.docx
ARTI DAN MAKNA SIMBOL LITURGI.docxARTI DAN MAKNA SIMBOL LITURGI.docx
ARTI DAN MAKNA SIMBOL LITURGI.docx
 
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, MandarBudaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
Budaya Bugis, Toraja, Makassar, Mandar
 
Isi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragama
Isi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragamaIsi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragama
Isi pasal 29 uud 1945 tentang kebebasan beragama
 
Paper teologi pb
Paper teologi pbPaper teologi pb
Paper teologi pb
 
HINDU DHARMA.pptx
HINDU DHARMA.pptxHINDU DHARMA.pptx
HINDU DHARMA.pptx
 
KELOMPOK MUAMAR.pptx
KELOMPOK MUAMAR.pptxKELOMPOK MUAMAR.pptx
KELOMPOK MUAMAR.pptx
 
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptxPOLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN INDONESIA.pptx
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Recently uploaded

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 

TUGAS AKHIR YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU (Andre Ohoirat)

  • 1. TUGAS AKHIR YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU Mata Kuliah: Kristologi Dasar Dosen Pengampu: Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, Sj Disusun Oleh: Andre Ohoirat 161414085 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020
  • 2. PENGANTAR Dalam kehidupan kita setiap hari, sering kali kita mengalami perjumpaan dengan Yesus. Perjumpaan yang kita alami dengan Yesus disini bukan secara langsung bertatap muka, melainkan melalui sikap dan tindakan yang kita lakukan secara berulang ulang maupun kebiasan kebiasaan hidup yang bersifat membangun. Hal inilah yang kemudian melatar belakangi suatu tradisi atau kebudayaan di suatu daerah.Jika kita berbicara mengenai agama dan budaya, secara umum biksa dibilang bahwa agama bersumber dari Allah, sementara budaya bersumber dari manusia. Agama merupakan karya nyata Allah, dan budaya adalah karya manusia. Itu berarti, agama bukan bagian dari budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Walaupun demikian bukan berarti bahwa agama dan budaya terpisah sama sekali, melainkan berhubungan baik satu dengan yang lain. Melalui agama, Allah yang merupakan Sang Pencipta menyampaikan ajaran-Nya harus dijalani oleh manusia. Ajaran Allah, yang dengan istilah agama ini senantiasa mewarnai corak kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia yang memeluknya. Kita tentu mengenal bahwa katekese inkulturatif adalah gereja yang memerlukan inkulturasi agar iman kristiani dapat mengakar pada budaya yang ada di daerah itu. Melalui katekese inkulturasi ini nilai-nilai luhur yang ada pada budaya daerah setempat dapat digali untuk menemukan nilai-nilai kristiani yang terkandung di dalamnya. Melalui sabda yang telah menjadi manusia, Allah selaku sang pencipta berkenan untuk solider dengan umatnya. Kita selaku manusia tentu dapat menemukan Allah dalam kehidupan kita bermasyarakat dan berbudaya, hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa Allah memiliki kehendak yang menyelamatkan. Hal lainnya yang dapat kita temui yakni inkulturasi ini tidak lepas dari liturgi gereja. Konsili Vatikan II dengan jelas menegaskan bahwa unsur-unsur yang ada pada budaya setempat perlu diintegrasikan di dalam liturgi gereja sebagai perayaan iman. Hal ini sungguh-sungguh mengungkapkan iman kita yang tumbuh dari budaya setempat. Aturan dan rubrik yang ada pada liturgi gereja memang liturgi perlu, namun jangan sampai membuat kita jatuh pada rubrisisme,dimana kita terlalu memperhatikan aturan dan rinciannya sehingga liturgi pun menjadi kaku. Katekese inkulturatif ini tentu akan sangat membantu umat agar tidak jatuh pada rubrisisme, malah sebaliknya melalui inkulturasi ini justru semakin menyadarkan kita tentang arti pentingnya penghayatan liturgi melalui unsur-unsur budaya dimana kita berada.
  • 3. BAB I BUDAYAKU Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu wilayah yang terletak di provinsi Maluku, tepatnya berada dalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam beberapa sumber, dikatakan bahwa kata tersebut sulit untuk dipastikan artinya. Dari sumber lain yang diperoleh juga disebutkan bahwa Tanimbar berasal dari penggalan kata tnebar yang berarti pria besar atau sesuatu yang baru saja muncul dan menampakan dirinya. Terdapat beberapa nama yang mengarah kepada kepulauan Tanimbar atau masyarakat yang hidup di kepulauan itu. Nama tersebut ada yang diberikan oleh masyarakat lain yang bukan merupakan masyarakat tanimbar dan ada pula yang diberikan oleh masyarakat Tanimbar sendiri. Nama yang dimaksud yaitu Timor Lao, Ntnebar, dan Tanempar. Timor Lao berarti Timor Jauh. Nama Timor Lao tidak dikenal serta tidak digunakan oleh masyarakat Tanimbar untuk menyebut dirinya. Nama tersebut hanya dipakai oleh masyarakat asing untuk menyebut kepulauan Tanimbar. Sebelum memeluk agama Katolik dan Kristen Protestan seperti saat ini, masyarakat Tanimbar telah percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib dalam alam. Selain itu untuk konsep ketuhanan sendiri secara umum yang dipercaya oleh orang Tanimbar adalah Lere Bulin. Lere adalah matahari dan Bulin adalah bulan. Saat berlangsungnya gerhana bulan, tetua adat dari desa tertentu bertanya kepada bulan dan jika bulan kembali terbit dan menyebut nama suatu desa, maka desa itu akan diserang dan dibakar.Hanya Tetua adatlah yang memiliki kuasa untuk berjuma dengan Tuhan yang mereka sembah. Tetua adat adalah mereka yang dipilih langsung oleh seluruh masyarakat yang mempunyai tugas untuk bertemu dengan Tuhan dan mempunyai untuk menangani hal hal yang berkaitan dengan adat dalam suatu desa. Tetua adat mempunya kemampuan untuk mengikat matahari dimana orang Tanimbar mengenal mereka dengan sebutan mangket lerar yang berarti orang yang memiliki kuasa untuk mengikat matahari. Di kepulauan Tanimbar terdapat empat suku besar dengan bahasa dan kepercayaannya masing-masing yaitu suku Yamdena, Fordata, Selaru, dan Seluwasa. Masyarakat yang menempati kepulauan tanimbar ini biasanya diberi nama sesuai dengan nama dari suku tempat mereka tinggal. Mengingat ada beraneka ragam bahasa dan kepercayaan dari setiap suku ini, dan sumber yang terbatas maka penulis hanya membatasi diri dan membahas penghayatan akan Yang Ilahi menurut masyarakat Yamdena dan Fordata.
  • 4. BAB II GELAR YESUS YANG SESUAI Masyarakat Tanimbar dalam penghayatannya akan Yang Ilahi menganut suatu Monoteis yakni Yang Ilahi hanya satu, sama halnya dengan Yesus yang merupakan satu pribadi namu dikenal dengan gelar yang berbeda beda. Walau demikian paham monoteis ini dimaknai secara heterogen. Yang Ilahi atau Yang Esa diyakini secara berbeda-beda dan penghayatan itu pula sangat antropomorfis sifatnya. Masyarakat tanimbar menggunakannya sebagai acuan hubungan-hubungan di antara mereka, untuk melukiskan Yang Ilahi yang secara tersirat juga merupakan perwujudan dari gelar-gelar yang dimiliki oleh Yesus. 1. Yang Ilahi dimaknai sebagai Lanit Vavan dan Ompak Lanit-Saryamrene (Yesus sebagai Tuhan) Lanit Vavan dan Ompak lanit Bumi Langit Saryamrene , yang berarti: Tuhan pencipta alam semesta dan yang menguasaai jagat raya atau dengan kata lain sebagai penguasa langit dan bumi. Dalam filosofi masyarakat Tanimbar Ompak Lanit dianggap sebagai kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Ompak diyakini sebagai penjelmaan perempuan, dan lanit sebagai penjelmaan laki-laki. Kedua element ini bersatu dikala peristiwa hujan. Masyarakat meyakini bahwa hujan merupakan benih- benih yang jatuh dari langit dan untuk memberi kesuburan bagi bumi (Ompak) sehingga tanaman-tanaman tumbuh. Keyakinan inilah yang menjadi dasar dimana setiap kali masyarakat Tanimbar hendak membuat kebun baru ataupun memanen hasil kebun seringkali mengadakan upacara syukuran di ladang ataupun juga di desa mereka sebagai nemtuk ucapan syukur untuk Tuhan penguasa langit juga bumi (Ompak-Lanit) karena berkat yang selama mereka mengolah kebun hingga memperoleh hasilnya.
  • 5. 2. Yang Ilahi dimaknai sebagai Mele/Mela. (Yesus sebagai Raja/Penguasa) Mela dikaitkan dengan kata lanit (langit) untuk menegaskan posisi tertinggi dari Mela, sehingga tidak jarang muncul ucapan Mele lanit yang merujuk pada Yang Ilahi sendiri sebagai penguasa langit. Mela sendiri dalam masyarakat Tanimbar dimaknai sebagai kaum bangsawan, artinya bahwa di dalam lingkungan leluhurnya tidak terdapat budak-budak (kawar), Mele (Yamdena) dan Mela (Fordata) dapat diterjemahkan sebagai penguasa. di Tanimbar masyarakat yang disebut Mele ini menduduki posisi yang paling terhormat karena mereka adalah turunan dari kepala- kepala kampung/adat. Kemudian untuk Kawar dan Iri melambangkan masyarakat awam, yang hanya mendengar serta melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Mele. Penyebutan yang lebih halus digunakan yaitu: Keyai dan famudi dalam bah. Yamdena(yang sulung dan bungsu) atau juga dalam bah. Fordata: Iyaan natau Iwarin ditujukan untuk mereka yang pertama atau kemudian masuk dan mendiami sebuah kampung. Jadi mereka yang pertama masuk disebut sebagai keyai sementara mereka yang datang kemudian dikenal sebagai famudi dan mungkin hal ini yang menjadi latar belakang penyebutan Mele dan Kawar. 3. Lere-Bulan/Lere Wulan (Yesus sebagai Anak Manusia) Suatu persembahan lain yang diberikan untuk Yang Ilahi yaitu Lere- Bulan yang memiliki arti; Matahari dan Bulan, dalam bahasa Selaru dikenal; Hula- Sou, sedangkan di Fordata; Lera-Wulan. Lere (matahari) disimbolkan sebagai laki- laki, dan bulan sebagai perempuan. Terdapat tiga acuan yang dapat ditempuh untuk mengerti dan memahami Lere-Bulan. Pertama, Lere-Bulan dipersonifikasikan sebagai persatuan antara laki-laki dan perempuan. Lere adalah symbol laki-laki yang punya tenaga dan kuasa, simbol kekuatan, keperkasaan sedangkan Bulan adalah symbol perempuan, lemah, feminim. Selanjutnya adalah, Lere-Bulan dipandang sebagai simbol kekuasaan Yang Ilahi sebagai pengatur waktu siang dan malam, gelap dan terang, mengatur waktu manusia seperti pergantian hari dan itu berarti dimulai sesuatu yang baru; mengatur tatanan hidup manusia dan memberikan arah dan langkah. Ini menandakan otoritas dari Lere-Bulan. Terakhir adalah Lere-Bulan dipandang sebagai symbol Tuhan yang berkuasa dan penuh kemuliaan karena berada di tempatnya yang jauh tinggi dari manusia Transenden), namun juga dekat dengan manusia, karena mengatur waktu/hari-hari hidup manusia.
  • 6. BAB III YESUS DALAM BUDAYAKU Masyarakat Tanimbar, terkhususnya pada suku Yamdena dan Fordata memiliki keyakinan bahwa dunia ini merupakan ciptaan dari Yang Ilahi termasuk juga manusia yang mendiaminya. Walaupun menghayati Tuhan Yang sama dan satu namun berbeda dalam penyebutannya, hal ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan suku,tempat tinggal dan bahasa. Demikian ada dua model penyebutan Yang Ilahi yaitu Rat’we (Suku Yamdena) dan Ubula’a (Suku Fordata),berikut akan dijelaskan pada bagian berikut: 1. Ra’tu Ada beraneka ragampenyebutan istilah Yang Ilahi dengan dialeknya ada yang menyebutkan Rat, Ra’tu, Rat’w, akan tetapi seringkali istilah ini ditujukan untuk menyebut Tuhan Sang Pencipta yang dibedakan dengan para leluhur atau ada-ada supranatural lainnya. Bukan juga dalam arti sebagai seorang permaisuri dari Raja yang dikenal lazimnya dengan sebutan Ratu. Penyebutan Ra’tu, Rat’we merupakan penyebutan yang digunakan oleh masyarakat yang menempati Pulau Yamdena (Yamdena Selatan dan Utara) untuk menyebut Yang Ilahi.Walau demikian penyebutan ini belum bisa dipastikan kebenarannya mengapa sehingga penyebutan istilah ini dipakai oleh masyarakat yang mendiami pulau Yamdena dalam penyebutan terhadap Yang Ilahi. Hal ini dapat kita jumpai saat kalipara tua-tua atau ibu dan bapa tengah berceritera kepada anaknya. Biasanya sejarah atau cerita diawali dengan kalimat “nangin nangin o..andrit radu arat’we rafsaw beber” sebagai awalan sebelum masuk pada sebuah cerita. Andrit menyimbolkan perempuan/ibu, sementara Arat’we menggambarkan sosok seorang lelaki perkasa. Mungkin saja atas penggambaran inilah sehingga istilah Ra’twe atas salah satu cara dimaknai sebagai seorang bapa pemberi kehidupan, karena menikah dengan Andrit seorang perempuan, sehingga menghasilkan keturunan. Dilain sisi Arat’we juga diyakini merupakan titik alur pembuka dari sebuah sejarah atau cerita sama halnya Andrit.
  • 7. 2. Ubula’a Jika masyarakat Yamdena menyebut Yang Ilahi sebagai Rat’we, hal berbeda ditemukan pada masyarakat Fordata. Penyebutan Ubula’a dipakai secara khusus oleh Masyarakat Fordata,Selaru dan Seluwasa) untuk menggambarkan Yang Ilahi. Ubula’a yang berasal dari kata: Ubu yang berarti Leluhur dan Ila’a: yang berarti Agung atau besar, sehingga Ubuila’a berarti leluhur agung atau besarSering juga ditemukan bahwa Yang Ilahi disebut dengan nama Ubula’a atau Ubu. Pandangan tentang Ubula’a ini didasari atas gambaran masyarakat Fordata tentang Ubu Nusin atau leluhur. Ubu nusin merupakan penyebutan lain untuk leluhur yang sudah tiada, dan diyakini bahwa dapat membantu mereka dalam kesulitan hidup seperti: dalam pelayaran laut, menunjukan obat-obatan, bagaimana membuat busur panah, tombak, berburu, bercocok tanam, mengajarkan cara menenun dan memintal serta menganyam tikar, atas salah satu cara Ubula’a dipandang berdasar pada sifat-sifat Ubunusin ini. Sehingga jika kita berdasar pada sifat-sifat Ubu nusin sebagai interpretasi Ubula’a kita dapat menarik kesimpulan bahwa Ubula’a adalah Dia Yang menguasai seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari seperti bercocok tanaman, sakit penyakit, darat (nuhu) dan laut (tahat), keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
  • 8. BAB IV SIMPULAN DAN PENUTUP Budaya, dan agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masing-masing masyarakat. Dimana dengan melalui budaya yang dimiliki dapat direalisasikan dengan kehidupan serta penghayatan hidup setiap hari. Hal tersebut dipergunakan oleh masyarakat sebagai acuan dalam kehidupan setiap hari sehingga ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan budaya, peraturan yang ada dalam budaya maupun agama itu sendiri. Budaya, tradisi dan agama saling berkaitan satu sama lain, dan semuanya memiliki nilai positif. Keyakinan warga masyarakat di kepulauan Tanimbar terkhususnya yang menempati pulau Yamdena mengenai eksistensi Yesus mempunyai dasar yang sangat dipengaruhi dari kebudayaan dan iman Kristisni . Refleksi tersebut dapat dilihat dalam sejarah hidup masyarakatnya dan akan terus hidup meskipunmengalami pergantian zaman. Beberapa konsep tentang Yesus dalam budaya seperti yang telah digambarkan menunjukkan tantang adanya pengakuan keberadaan dan ke Esa - an Nya sehingga dalam perjalanan hidup setiap hari , konsep itu dinyatakan juga dihidupi secara nyata dalam iman Kristiani , di mana Yesus diakui dan diyakini sebagai Tuhan yang memberi keselamatan , sebagai Sumber Kehidupan dan Jalan Kebenaran . Tentu saja , pengakuan ini diwujudkan dalam kehidupan adat istiadat yang ada di tempat mereka tinggal. Demikian penulis mencoba memaparkan secara garis besar penghayatan Yang Ilahi menurut masyarakat Tanimbar khususnya masyarakat Yamdena dan Fordata. Besar harapan penulis semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk memiliki gambaran dan yang cukup terkait konsep dan penghayatan masyarakat Tanimbar (Yamdena-Fordata) tentang Yang Ilahi.
  • 9. DAFTAR PUSTAKA B. A Rukiyanto, Pewartaan di Zaman Global, Yogyakarta: Kanisius, 2014. Drabbe, The Unique Moluccan photographs of Petrus Drabbe Tanimbar, Alphen aan den Rijn, Nederland : Periplus, 1995. Drabbe, Etnografi Tanimbar, Terj. Karel Mouw, Jakarta, 1981. P. A Wuritimur, Yang Ilahi Menurut Penghayatan Orang Tanimbar,STF-SP, 1993 P.R Renwarin: Life In The Saryamrene, An Anthropological exploration of the Yamdena, Leiden: Leiden University, Institute of Cultural & social studies, 1989. Yohanes Purwanto, dkk.,Antropologi dan Etnobiologi Masyarakat Yamdena di Kepulauan Tanimbar, Jakarta: The TLUP Tech. Ser. no 4, 2004.