SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA)
I.PENGERTIAN
Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang
mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam
perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.
(Hawari, 2001, hal. 19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu,
yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat
cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak
berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik :
rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik:
anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit
menurun.
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan
disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan
kadang¬kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung
dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan
kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual.
II. Rentang Respon Emosional
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima
dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu
dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan.
Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses
kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri,
berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3
tingkatan, yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau
menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.
c) Mania/Depresi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
IV. Psikopoatologi
Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam
jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi
tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang,
emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya
dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang
dari reaksi adaptif sampai maladaptive.
1) Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada
orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.
a) Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel, tidak
dapat berpikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk iri sendiri lebih
besar dari pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak
senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-
menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
b) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya
kekurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena harapan-harapan yang
realistis membuat dia tidak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar
khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan
prestasi yang dicapainya.
c) Perbandingan yang Tidak Adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik
dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin
terjadi.
d) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mecetuskan depresi adalah organic contoh individu yang
mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
e) Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
f) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi
maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)
Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih kronis
adalah :
a) Kematian orang yang dicintai
b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple,
prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas, kanker,
sakit Parkinson)
c) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen penyakit,
krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat
meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)
d) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan.
2) Gejala Klinis Depresi
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
a) Aspek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat,
merasa tidak berdaya.
b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
c) Nafsu makan menurun
d) Berat badan menurun
e) Konsentrasi dan daya ingat menurun
f) Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal.
g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas
menurun, produktivitas juga menurun.
i) Gangguan seksual (libido menurun)
j) Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.
3) Tingkat Depresi
a) Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses piker komunikasi social dan rasa
tidak nyaman.
b) Depresi Sedang
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis.
(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal,
komunikasi non verbal meningkat.
(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal
meningkat.
(4) Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung
c) Depresi Berat
(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.
(2) Gangguan proses piker
(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif,
kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan
lingkungan.
V. FAKTOR PREDISPOSISI & PRESIPITASI
1.Faktor Predisposisi
1.1.Faktor genetik,mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
melalui garis keturunan.Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar
monozygote daripada dizygote.
1.2.Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan
oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.Freud mengatakan bahwa
kehilangan obyek/orang,ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri.
1.3.Teori kehilangan.Berhubungan dengan faktor perkembangan;misalnya kehilangan
orang tua pada masa anak,perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang
sangat dicintai.Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
1.4.Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania.
1.5.Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan.
1.6.Model belajar ketidakberdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari
kehilangan kendali diri,lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.
Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
1.7.Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian
(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
1.8.Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan
kimiawi,yaitu defisiensi katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi
kortisol.
2. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi:
Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan
atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,neoplasma dan ketidakseimbangan
metabolisme.
Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,termasuk kehilangan cinta,
seseorang,dan kehilangan harga diri.
Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran,perceraian,kehilangan pekerjaan.
VI. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku yang berhubungan dengan mania bervariasi.
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang
tinggi,dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1;Perilaku yang berhubungan dengan Mania
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
a).Gembira yang
berlebihan
b).Harga diri
meningkat
c).Tidak tahan kritik a).Ambisi
b).Mudah terpengaruh
c).Mudah beralih
perhatian
d).Waham kebesaran
e).Ilusi
f).Flight of ideas
g).Gangguan penglihatan a).Dehidrasi
b).Nutrisi yg tidak
adekuat
c).Berkurangnya
kebutuhan tidur/
istirahat
d).Berat badan menurun a).Agresif
b).Hiperaktif
c).Aktivitas motorik
meningkat
d).Kurang bertanggung
jawab
e).Royal
f).Iritatable/suka berdebat
g).Perawatan diri kurang
h).Tingkah laku seksual
yang berlebihan
i).Bicara bertele-tele.
Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi
agitasi,
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2;Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
#Sedih,cemas,apatis,
murung,
#.Kebencian,kekesalan
marah,
#.Perasaan ditolak,
perasaan bersalah,
#Merasa tdk berdaya,
putus asa,
#.Merasa sendirian,
#.Merasa rendah diri,
#.Merasa tak berharga
#Ambivalensi,bingung,
ragu-ragu,
#Tidak mampu
konsentrasi,
#Hilang perhatian dan
motivasi,
#Menyalahkan diri sendiri,
#Pikiran merusak diri,
#Rasa tidak menentu,
#Pesimis #Sakit perut,anoreksia,
mual,muntah,
#Gangguan pencernaan,
konstipasi,
#Lemah,lesu,nyeri,kepala,
pusing,
#Insomnia,nyeri dada,
overakting,
#Perubahan berat badan,
gangguan selera makan,
#Gangguan menstruasi,
impoten,
#Tidak berespon terhadap
seksual. #Agresif,agitasi,tidak
toleran,
#Gangguan tingkat
aktivitas
#Kemunduran
psikomotor,
#Menarik diri,
isolasi sosial,
#Iritabel(mudah marah,
menangis,
tersinggung),
#Berkesan
menyedihkan,
#Kurang spontan,
#Gangguan kebersihan
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial
dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.Depresi,yaitu perasaan berduka
yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah represi,supresi,denial
dan disosiasi.Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi
yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI
1.Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi,presipitasi,dan
perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien(lihat point III & IV).
2.Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respons emosional (gangguan alam
perasaan ) antara lain:
Berduka disfungsional
Ketidakberdayaan
Peningkatan mobilitas fisik
Gangguan pola tidur
Risiko terhadap cedera
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan diri
Ansietas
3.Perencanaan
Tujuan Umum:Mengajarkan klien untuk berespons emosional yang adptif dan
meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tindakan keperawatan:
Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya
kecelakaan.Karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah,hiperaktif,senang
tindakan yang berisiko tinggi,maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,yaitu
dilantai dasar,perabotan yang dasar,kurangi rangsang dan suasana yang tenang.Sedangkan
merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri,karena klien merasa tidak
berdaya,tidak berharga dan keputusasaan.
Hubungan perawat – klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu dibina dan dipertahankan.Bekerja dengan
klien depresi perawat harus bersifat hangat,menerima,diam aktif,jujur dan empati.Bicara
lambat,sederhana dan beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab.
Berbeda bila bekerja dengan klien mania,perawat harus membuat batasan yang
konstruktif,hal ini perlu untuk mengontrol perilaku klien.Kontrol dari lingkungan
(perawat,dokter,klien) yang konsisten akan mempercepat kesadaran klien untuk
mengontrol perilakunya.
Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama.Merawat klien
depresi,perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik.Sikap perawat
yang menerima klien,hangat,sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada
klien.Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan
menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.Klien didorong untuk
mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal,hal ini
akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.
Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan control diri klien pada tujuan dan
perilaku,meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.
Cara mengubah pikiran yang negatif:
1.Identifikasi semua ide,pikiran yang negatif.
2.Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan,keberhasilan).
3.Dorong klien menilai kembali persepsi,logika,rasional.
4.Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif,dari tidak
realistis ke realistis.
5.Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil.Beri penguatan dan
pujian akan keberhasilan.
Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan realistic,yaitu
dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan di ruangan.Klien
depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur.
Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil
Sosial
Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial,dengan cara:
1.Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien.
2.Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
3.Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal,dengan role model,role play.
4.Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.
5.Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat,
klien).
Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatanklien.
Kebutuhan dasar seperti makan,minum,istirahat,kebersihan dan penampilan diri
perlu mendapat perhatian perawat.
#Kewaspadaan Perawat#
Dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan alam perasaan yang
berat,perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh
diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh diri,yaitu gejala meningkat
secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang.Asuhan keperawatan pada keadaan
ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri.Percobaan
bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi,klien mempunyai
energi dan kesempatan untuk bunuh diri.Klien dalam keadaan mania akut juga dapat
mengancam kehidupannya.
Sebagai contoh,pada lampiran 1 & 2 akan diuraikan rencana tindakan keperawatan untuk
diagnosa yang etiologinya Ketidakberdayaan dan Peningkatan mobilitas fisik.
VI. EVALUASI
1. Apakah semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali?
2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri,rasa marah dan hubungan interpersonal
dapat digali?
1. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respons tersebut tampak?
2. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat
dievaluasi sepenuhnya?
1. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri?
2. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping?
3. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien?
4. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien?
5. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi,konflik,dan
mampu untuk menghadapi benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien?
6. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap
dunia pribadinya?
Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan
kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa
keperawatan dapat dirumuskan :Gangguan harga diri:Harga diri rendah berhubungan
dengan Ketidakberdayaan.
1. PENGKAJIAN
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah:
Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi
situasi.
Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan
Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
Apastis,pasif
Ekspresi muka murung
Bicara dan gerakan lambat
Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
Tidur berlebihan
Menghindari orang lain.
2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan
situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.
TUJUAN KHUSUS TINDAKAN
1.Pasien dapat membina
hubungan terapeutik
dengan perawat.
2.Pasien dapat mengenali
dan mengekspresikan
emosinya.
3.Pasien dapat
memodifikasi pola
kognitif yang negatif. 1.1.Lakukan pendekatan yang hangat,menerima pasien apa adanya
dan bersifat empati
1.2.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (misalnya:rasa marah,frustasi dan simpati)
1.3.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
sifatnya supportif
1.4.Beri waktu untuk pasien berespons.
2.1.Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien
2.2.Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,eksplorasi,
klarifikasi.
2.3.Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
2.4.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya
yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya
yang berhubungan dengan ketidakmampuan.
3.1.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa
memintanya untuk menyimpulkan.
3.2.Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk
menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.
3.3.Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
3.4.Evaluasi ketepatan persepsi,logika dan kesimpulan yang dibuat
pasien.
3.5.Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat,penyimpangan
dan pendapatnya yang tidak rasional.
3.6.Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
4.Pasien dapat
berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.
5.Pasien dapat
termotivasi untuk aktif
mencapai tujuan yang
realistik. 3.7.Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau
perilakunya dan perubahan yang terjadi.
4.1.Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan
perawatannya yang ingin dicapai.
4.2.Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan
dirinya
4.3.Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan
4.4.Berikan ”reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat
4.5.Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilan yang bagus.
4.6.Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan/kegiatan
tersebut.
5.1.Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistik.
Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu
5.2.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan
yang dapat dikontrolnya.
5.3.Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien.Dorong
untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan
berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan
pencapaiannya.
5.4.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu
pasien menurunkan perasaan tidak berdaya.
Lampiran 2
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
PENINGKATAN MOBILITAS FISIK
Peningkatan mobilitas fisik yang sering juga disebut dengan hiperaktif merupakan suatu
gangguan alam perasaan.
1. PENGKAJIAN
Perilaku yang sering timbul pada pasien ini adalah:
o Aktivitas motorik yang meningkat
o Ekspresi wajah riang yang berlebihan
o Banyak bicara dan pembicaraan mudah beralih dari satu topik ke topik lain
(flight of ideas)
o Kurang bertanggung jawab
o Mudah tersinggung dan terangsang
o Tingkah laku mengancam bahaya
o Tidak tahan kritik
o Tidak takut bahaya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bila saudara menganalisa data-data yang dijumpai pada pasien dengan peningkatan
mobilitas fisik,maka diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan mobilitas fisik.
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Pasien tidak akan mengalami cedera fisik selama dirawat.
TUJUAN KHUSUS TINDAKAN
1.Pasien dapat membina
hubungan saling percaya 1.1.Kenalkan diri pada pasien
1.2.Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
1.3.Bicara dengan tegas,jelas dan simpati.
1.4.Bersikap hangat dan bersahabat.
1.5.Temani pasien saat agitasi muncul dan hiperaktivitasnya
meningkat.
2.Pasien dapat
mengendalikan aktivitas
motorik.
3.Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya.
4.Pasien dapat menentukan
cara penyelesaian masalah
(koping) yang konstruktif.
5.Pasien mendapat dukungan
keluarga. 2.1.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat
menurunkan aktivitas motorik.
2.2.Diskusikan dengan pasien manfaat pemberian obat
2.3.Ciptakan ruangan yang tenang dan tidak banyak rangsangan,
seperti musik yang lembut,penataan ruangan tidak banyak
peralatan.
2.4.Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh pasien,misalnya
mandi,makan,dll
2.5.Beri reinforcement positif bila pekerjaan/kegiatan tersebut
dapat diselesaikan
2.6.Bersama pasien membuat jadwal kegiatan/aktivitas fisik
untuk menyalurkan energinya,seperti menyapu, mengepel,
olahraga.
2.7.Beri reinforcement positif bila pasien dapat melakukan
kegiatannya tersebut.
2.8.Tetapkan batasan yang konstruktif terhadap tingkah laku
yang negatif
2.9.Lakukan pendekatan yang konsisten oleh seluruh anggota
tim kesehatan
2.10.Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi persepsi
diantara anggota tim kesehatan
2.11.Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku positif
lainnya.
3.1.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya yang menyakitkan
3.2.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan
keinginannya,perasaan dan pikiran dengan menggunakan
tekhnik komunikasi ”fokusing”
3.3.Berikan respons empati dan menerima pasien
3.4.Bantu pasien menurunkan tingkat ansietas.
4.1.Identifikasi bersama pasien cara yang biasa digunakan untuk
mengatasi perasaan kesal,marah atau sesuatu yang tidak
menyenangkan.
4.2.Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan.
4.3.Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi perasaan
yang tidak menyenangkan.
4.4.Beri motivasi pasien agar memilih cara penyelesaian
masalah yang tepat serta diskusikan konsekwensi dari cara
yang dipilih.
4.5.Anjurkan pasien untuk mencoba cara tersebut.
5.1.Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan pasien.
5.2.Bantu keluarga untuk memberikan asuhan yang tepat.
5.3.Bantu keluarga untuk merencanakan kegiatan yang sesuai
dengan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,Gail W.(2006).Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5).Jakarta;EGC.
Alimul Hidayat,A.Azis.(2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep edika.
http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/askep-gangguan-alam-perasaan-wnes.html
Diposkan oleh anggreni di 17:50
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
 ► 2011 (3)
o ► April (1)
 ASKEP DM PADA LANSIA
o ► Maret (1)
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BPK ”SW” KHUSUSNYA PAD...
o ► Februari (1)
 LAPORAN PENDAHULUAN PADA POST SC
 ▼ 2010 (9)
o ▼ Desember (1)
 ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA)
o ► November (5)
 LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN SULOSIO PLA...
 LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN EKLAMPSIA
 Potongan Rambut yang Sesuai dengan Bentuk Wajah
 LAPORAN PENDAHULUAN PROLAPS UTERI
 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI CA CERVIKS...
o ► Oktober (3)
 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI HYSTEREKTO...
 Proses Kimiawi Jatuh Cinta Jika kita bertanya pada...
 <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-f...
Mengenai Saya
anggreni
biarkan orang lain yang menilainya
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Mood didefinisikan sebagai “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang bersifat
internal. Ekspresi eksternal dari mood disebut afek, atau “eksternal display”. Sejak lama
dalam literatur psikiatri mood yang terganggu disebut gangguan afektif. Tapi kurang lebih
dalam 5 tahun terakhir, gangguan afektif ini diubah namanya dengan gangguan mood. Yang
paling utama dalam gangguan mood ini adalah mood yang menurun atau tertekan yang
disebut depresi, dan mood yang meningkat atau ekspansif yang disebut mania (manik).
Baik mood yang menurun atau terdepresi dan mood yang meningkat bersifat graduil ,
suatu kontinuum dari keadaan normal ke bent6uk yang jelas-jelas patologik. Pada
beberapa individu gejala-gejalanya bisa disertai dengan ciri psikotik.
Gejala-gejala ringan dapat berupa peningkatan dari kesedihan atau elasi normal sedang
gejala-gejala berat dikaitkan dengan sindrom gangguan mood yang terluhat berbeda secara
kualitatif dari proses normal dan membutuhkan terapi spesifik.
Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang
manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM-IV) merupakan salah satu instrumen yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis depresi, selain PPDGJ-III (ICD-X) yang digunakan di RSJ-RSJ di
Indonesia. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan
dengan mood (seperti murung, sedih, putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat
ditegakkan. Tapi bila gejala depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau somatik
seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus menerus, adanya
gejala depresi yang melatarbelakangi sering tidak terdiagtnosis. Ada masalah yang juga
dapat menutupi diagnosis depresi, misalnya individu penyalahguna alkohol atau napza
untuk mengatasi depresi, atau depresi muncul dalam bentuk gangguan perilaku.
Gangguan depresi sering dijumpai. Prevalensi selama kehidupan pada wanita 10%-25%
dan pada laki-laki 5%-12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih
sering pada laki-laki terutama usia muda dan tua.
Penyebab depresi dan mania secara pasti belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga
berperan pada terjadinya gangguan mood ini, yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang
berakibat stressor (problem keuangan, perkawinan, pekerjaan, dll), faktor kepribadian,
genetik, dan biologik lain seperti ganggtuan hormon, keseimbangan neurotransmiter,
biogenik amin, dan imunologik..
Klasifikasi
Gangguan mood berbeda dalam hal manifestasi klinik, perjalanan penyakit, genetik, dan
respons pengobatan. Kondisi ini dibedakan satu sama lain berdasarkan: (1) ada tidaknya
mania (bipolar atau unipolar); (b) berat ringannya penyakit (mayor atau minor); (c)
kondisi medik atau psikiatrik lain sebagai penyebab gangguan. Maka diklasifikasikan
sebagai berikut:
(I) Gangguan mood mayor : depresi mayor dan/ atau tanda-tanda gejala manik. Gangguan
Bipolar I ( manik-depresi) – mania pada masa lalu atau saat ini ( dengan atau tanpa adanya
depresi atau riwayat depresi). Gangguan Bipolar II – hipomania dan depresi mayor mesti
ada saat ini atau pernah ada. Gangguan Depresi Mayor- hanya depresi berat saja.
(II) Gangguan mood spesifik lainnya. Depresi minor dan/atau gejala-gejala dan tanda-tanda
manik. Gangguan distimia – depresi saja. Gangguan siklotimia – depresi dan hipomanik saat
atau baru saja berlalu (secara terus menerus selama 2 tahun).
(III) Gangguan mood akibat kondisi medik umum dan gangguan mood akibat zat.
(IV) Gangguan penyesuaian dengan mood depresi : depresi yang disebabkan oleh stressor.
Gangguan mood akibat kondisi medik umum
Berbagai kondisi medik dapat secara langsung menimbulkan depresi mayor dan/atau
sindrom manik. Walaupun demikian, penderita-penderita yang akan berkembang
mengalami sindrom depresi tidak dapat kita prediksi. Beberapa penyakit mempunyai
kecenderungan yang tinggi untuk menimbulkan depresi. Misalnya, sekitar 50% atau
bahkan lebih penderita stroke mengalami depresi. Begitu pula dengan penderita kanker
pankreas dan sindrom Cushing. Penyakit lain jarang yang menimbulkan depresi secara
langsung. Hal ini berarti tidak semua kondisi medik umumdapat menimbulkan depresi
atau manik. Gangguan mood sebagai reaksi terhadap penyakit tidak dapat dikategorikan
sebagai gangguan mood akibat kondisi medik umum.
Depresi
Tumor, terutama tumor otak dan paru, kanker pankreas (50% memperlihatkan gejala-
gejala psikiatri sebelum diagnosis ditegakkan).
Infeksi – influenza, mononukleosis, hepatitis.
Gangguan endokrin – penyakit Cushing (60% pasien, juga akibat steroid eksogen)
hipotiroid, hiperparatiroid, diabetes sindrom Turner.
Darah – anemia (terutama anemia pernisiosa).
Nutrisi dan elektrolit – pelagra, hiponatrium, hipokalemia, hiperkalsemia, ADH tak sesuai.
Lain-lain – MS, penyakit Parkinson, trauma kepala, stroke, depresi paskastroke , terutama
lobus frontal awal penyakit Hungtington, MI, sindrom prahaid, menopause (hilang dengan
estrogen).
Mania
Tumor – otak
Infeksi – ensefalitis, influenza, sipilis (20% pasien dengan parese umum
Lain-lain – MS, penyakit Wilson, trauma kapitis, epilepsi psikomotor, hipertiroid.
Teori neurobiologik
Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT).
Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh rendahnya kadar NE
otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Pada beberapa pasien kadar MHPG
(metabolit utama NE rendah). Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya
neurotransmiter serotonin (5-HT) otak menyebabkan depresi dan peningkatan serotonin
(5-HT) dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa penurunan NE
menimbulkan depresi dan peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar
serotonin 5-HT rendah.
Mekanisme kerja obat antidepresan mendukung teori ini – antidepresan klasik trisiklik
memblok ambilan kembali (reuptake) NE dan 5-HT dan menghambat momoamin oksidase
inhibitor mengoksidasi NE. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mungkin terdapat
hipometabolisme otak di lobus frontalis menyeluruh pada depresi atau beberapa
abnormalitas fundamental ritmik sirkadian pada pasien-pasien depresi.
Neurotransmiter dan sinapsis
Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas
badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat
celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam
informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu
mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut
neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan
dilepaskannya molekul neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah
sinaptik lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah
loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi
“supersensitivitas” dan “subsensitivitas”. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih
tinggi dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik
lebih banyak jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik
tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh
obat tertentu maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan
neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan
menurunnya kadar (jumlah) neurotransmiter tertentu di celah sinaptik.
Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas enam
neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkholin dan
histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang sama,
tirosin, dan diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin
disintesis dari asam amino triptofan dan merupakan satu-satunya indolamin dalam
kelompok itu. Serotonin juga dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT).
Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam amino. Asam amino
dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua neurotransmiter utama dari asam amino ini
adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino
inhibitor (penghambat), sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara
sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua
neurotransmiter tersebut.
Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-reseptor pada membran sel
paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin menurun
kadarnya pada celah sinaptik, terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi
disregulasi asetilkholin yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin
di celah sinaptik, terjadilah gejala depresi.
Monoamin dan Depresi
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan
berkurangnya monoamin, seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi.Akibatnya timbul
teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin,
terutama NE dan serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan
ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor yang bekerja
meningkatkan monoamin di sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi.
Serotonin
Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri,
hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat
ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14
reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan syaraf
pusat.
Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin
yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik
sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin
bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang
terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia.
Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat pencitraan
otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien
dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan
terhadap kekambuhan depresi.
Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal dan
temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin
rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri.
Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi.
Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi
dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan
fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan
dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif
yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan.
Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid). Terdapat penurunan
5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada
penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri.
Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis.
Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan
penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon
serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya gangguan
serotonin pada depresi.
Noradrenergik
Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus
ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia,
hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan
(proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam
sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus ceruleus dan juga
berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus juga tempat
neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama sekresi
norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer.
Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC, fungsi
vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh
korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen
simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif dapat
memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut.
Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat
pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang
menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat
menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.
Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG).
Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi
MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada
penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita
depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).
Dopamin
Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbik,
mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi,
memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi
eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan
kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi.
Neurotransmiter lain
Neuron kolinergik mengandung setilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri dan
mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal kadar kolin
(prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis
kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang
normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom depresi dan
mengurangi simptom mania.
GABA (gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin, terutama
pada sistem mesokorteks dan mesolimbik. Pada penderita depresi terdapat penurunan
GABA. Stressor khronik dapat mengurangi kadar GABA dan antidepresor dapat
meningkatkan regulasi reseptor GABA.
Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang
terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-AP4,
dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang
antagonis terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan.
HPA aksis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal)
Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat dalam
korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang mengganggu, bagian
dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk
mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan
hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang peranan penting
dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting
kehidupan. Peningkatan aktivitas glukokortikoid (kortizol) merupakan respon utama
terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan “umpan balik”, yaitu
hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-releasing hormone (CRH) , kemudian
mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga hipofisi juga menurunkan produksi
adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal
untuk mengurangi produksi kortisol.
Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada awal
perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood pada
masa dewasa.
Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang dialami
seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang berulang menyebabkan peningkatan
sekresi CRH, dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Stressor pada awal
masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada sistem
neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang berfungsi merespon
respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap stressor dan resiko
terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stressor meningkat, seperti terjadinya
depresi setelah dewasa.
Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk,
menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Selain itu ,
setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stressor.
Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan, mengakibatkan
hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem syaraf. Keadaan ini menjadi dasar
kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa. Depresi dapat dicetuskan hanya
oleh stressor yang derajatnya sangat ringan.
Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis-adrenal terhadap
stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan fisik
dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.
Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang terhadap
stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi bila orang tersebut
menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada tempat di luar
hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme “umpan balik” semakin
terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi CRH sehingga
pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah seseorang mengalami depresi
mayor, bila berhadapan dengan stressor.
Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningkatan kadar
kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini menjadi
prediposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan gangguan
hipokampus.
Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten pada
gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan dengan
adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol terhadap supresi deksametason,
tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan konsentrasi CRH di
cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi, terjadi akibat tidak
berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui
dengan test DST (dexamethasone supression test).
Neurotransmiter pada Mania (Gangguan Bipolar)
Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk
komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal
sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan,
mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-
pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu
neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit
neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik
tersebut.
Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan bipolar adalah dopamin,
norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian-penelitian
juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada
timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin,
vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam
beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak
individu normal.
Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien
mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi dengan serotonin
normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan
hiperaktivitas dan nsgresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan trisiklik
dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnya mania, dan
antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa
memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia.
*****************
DAFTAR RUJUKAN
Andreasen,NC. Mood disorders.2001. Dalam : Brave new brain. Conquering mental illness
in t6he era of the genome. Oxford University Press 215-240.
Bhagwagar, ZB., Whale, R., Cowen, PJ. 2002. State and trait abnormalities in serotonin
function in major depression. Br.J. Psycchiatry. 181:242-247.
Bonaventura, P., Voom,P., Luyten, WHML, Jurzak M, . 1999. Detailed mapping of serotonin
5-HT1B and 5-HT-1D reseptor messenger RNA and ligand binding sites in guinea-pig brain
and trigeminal ganlion:clues for fungtion. Neuroscience. 82: 469-484.
Dinan, TG. 1992. Glucocorticoid and the genesis of depressive illness. A psychobiological
model. Br.J.Psychiatry. 164:365-371.
Dum,AJ., Berridge,CW., 1990. Physiological and behaviural responses to CRF
administration: is CRF a mediator of anxiety or stress responses. Brain Res Rev 1990;
15:71-100.
Helm,C. Newport, DJ. Bonsall, R., Mileer, AH., Nemeroff,CB. 2001. Altered pituitary-adrenal
axis responses to provocative challenge test in adult survivors of childhood abuse.
American J. Psychiatry 2001 ; 158:575-581.
Jacobson, L., Sapolsky, R. The role of the hippocampus in feedback regulator of the
hypothalamic-pituitary-adrenocortical axis. 1991. Endoc.Rev. 12 : 118-134.
Joseph, R. Hippocampus. 1996. Dalam: Neuropsychiatry, Neuropsychology and Clinical
Neuroscience. Emotion, Evolution, Cognition, Language, Memory, Brain Damage, and
Abnormal Behaviour. Second ed. Williams & Wilkins, 193-216.
Nurmiati Amir, 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Owens, MJ., Nemeroff, CB. I991. Physiology and pharmacology of CRF. Pharmacol Rev. 43:
425-473.
Post, RM., Gordon, EK, Goodween, FK. Bunney,WE. 1973. Central norepinephrine
metabolism in affective illness: MHPG in the cerebrospinal fluid. Science 1973; 179: 1002-
1003.
Thoenen, H., 1995. Neurotrophines and neuronal plasticity. Science. 1995. 270: 593-598.
Van Diyken, HH., De Goeij, DC, Mos J, De Kloet, ER, Tilder FJH . 1993. Short inescapable
stress produces long lasting change in the brain-pituitary-adrenal axis of adult male rates.
Neuroindocrinology 1993. 58: 57-84.
1 Juni 2011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN
DEPRESI-MANIA
Rabu, Juni 01, 2011 No comments
Tweet
A. PENGERTIAN
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasan adalah
gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi. Mania adalah suatu gangguan
alam perasaan yng ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau
keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi
dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda
gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual. Depresi adalah suatu gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yng berlebihan dan
berkepanjangan.
B. RENTANG RESPONS EMOSIONAL
Responsive adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaanya.
Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu
yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan
dan menghalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti
melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama.
Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptiuf, individu menyangkal,
menekan atau mengintemalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
Bila anda merasa sangat marah / kesal dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya reaksi
berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi
tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini
dapat terjadi beberapa tahun.
Mania/depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengharuhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.
C. FACTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Factor Predisposisi
Factor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri
dizigote
Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh
perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan
yang menyalahkan diri sendiri.
Teori kehilangan. Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang
tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai.
Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania.
Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian negtif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
Model belajar ketidak berdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kjehilangan
kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudin individu
timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak
berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian
(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan
Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi,
yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
2. Faktor Presipitsai
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis,
psikologis dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,
termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor sosial budaya
meliputi kehilangan peran, perceraan, kehilangan pekerjaan.
D. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari
mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi, dapat dilihat pada table 1.
Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi
agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pda reaksi kehilangan yang memanjang adalah
denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan
berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku
mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang
efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
Komponen Perilaku
Afektif
Gembira yang berlebihan
Harga diri meningkat
Tidak tahan kritik
Kognitif
Ambisi
Mudah terpengaruh
Mudah beralih perhatian
Wahain kesabaran
Ilusi
Flight ofideas
Gangguan penilaian
Fisik
Dehidrasi
Nutrisi yang tidak adekuat
Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat
Berat badan menurun
Tingkah laku
Agresif
Hiperaktif
Aktivitas motorik meningkat
Kurang bertanggung jawab
Royal
Irritable atau suka berdebat
Perawalan diri kurang
Tingkah laku seksual yang berlebihan
Bicara bertele-tele
Table 2: Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Komponen Perilaku
Afektif
Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian,
kekesalan, marah, perasaan ditolak,
perasaan bersalah, merasa tak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, merasa rendah
diri, merasa tak berharga
Kognitif
Ambivalen, bingung, ragu-rgu
Tidak mampu konsentrasi
Hilang perhatian dan motivasi
Menyalahkan diri sendiri
Pikiran merusak diri
Rasa tidak menentu
Pesimis
Fisik
Sakit perut, anoreksi, mual, muntah
Gangguan pencernaan, konstipasi
Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing
Insomnia, nyeri dada, over acting
Perubahan berat badan gangguan selera
makan
Gangguan menstruasi, impotensi
Tidak berespon terhadap seksual
Tingkah laku
Agresif, agitasi, tidak toleran
Gangguan tingkat aktifitas
Kemunduran psikomotor
Menarik diri, isolasi sosial
Irritable (mudah marah, menangis,
tersinggung)
Berkesan menyedihkan
Kurang spontan
Gangguan kebersihan
E. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi dan
perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien.
2. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional (gangguan alam
perasaan) anatara lain :
a. Berduka disfungsional
b. Ketidakberdayaan
c. Peningkatan mobilitas fisik
d. Gangguan pola tidur
e. Resiko terhadap cedera
f. Perubahan nutrisi
g. Defisit perawatan diri
h. Ansietas
3. Perencanaan
Tujuan keperawatan
Tujuan umum : Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan
meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tindakan keperawatan :
Pada dasarnya intervensi difokuskan pada :
a. Lingkungan
b. Hubungan perawat-klien
c. Afektif
d. Kognitif
e. Perilaku
f. Sosial
g. Fisiologis
Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah
terjadinya kecelakaan. Karena klien mania memiliki daya nilai rendah, hiperaktif, senang
tindakan yang beresiko tinggi, maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,
yaitu dilantai dasar, perabotan yang dasar, kurangi rangsang dan suasana yang tenang.
Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri, karena klien
merasa tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan.
Hubungan perawat-klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perku dibina dan dipertahankan. Bekerja
dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat, menerima, diam aktif, jujur dan
empati. Bicara lambat, sederhana dan beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab.
Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama, merawat
klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap
perawat yang menerima klien, hangat, sederhana akan mengekspresikan perngharapan
pada klien. Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan
menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Klien didorong untuk
mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal, hal ini
akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.
Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien pada tujuan dan
perilaku, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.
Cara mengubah pikiran yang negatif :
1. Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif.
2. Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan).
3. Dorong klien menilai kembali persepsi, logika, rasional.
4. Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif, dari tidak realistis
ke realistis.
5. Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil. Beri penguatan dan pujian akan
keberhasilan.
Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realistik,
yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien
depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur. Beri
penguatan pada kegiatan yang berhasil.
Sosial
Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial, dengan cara :
1. Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien.
2. Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
3. Bombing klien melakukan hubungan interpersonal, dengan role model, role play.
4. Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.
5. Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat, klien).
Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klie.
Kebutuhan dasar seperti makan, minum, istirahat, kebersihan dan penampilan diri perlu
mendapat perhatian perawat.
Kewaspadaan perawat
Dalam member asuhan keperawan kepada klien dengan gangguan alam perasaan
berat, perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh
diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila da resiko bunuh diri, yaitu gejala meningkat
secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang. Asuhan keperawatan pada keadaan
ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri. Percobaan
bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi dan klien mempunyai
energi dan kesempatan untuk bunuh diri. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat
mengancam kehidupannya
Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_01.html#ixzz1vhbIIkkO

More Related Content

What's hot (9)

Askep lp depresi
Askep lp depresiAskep lp depresi
Askep lp depresi
 
Mania
ManiaMania
Mania
 
Konsep kehilangan
Konsep kehilanganKonsep kehilangan
Konsep kehilangan
 
Reply
ReplyReply
Reply
 
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kasus pengkajian keperawatan kesehatan jiwa depresi AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Berduka dan kehilangan
Berduka dan kehilanganBerduka dan kehilangan
Berduka dan kehilangan
 
Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)
 

Viewers also liked

Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikOkta-Shi Sama
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienzulindarisma
 
Major depressive disorder
Major depressive disorderMajor depressive disorder
Major depressive disorderAndrew Micheals
 
Diagnosis and management of major depressive disorder
Diagnosis and management of major depressive disorderDiagnosis and management of major depressive disorder
Diagnosis and management of major depressive disorderNeurologyKota
 
Major depressive disorder ppt
Major depressive disorder pptMajor depressive disorder ppt
Major depressive disorder pptgloomylife
 

Viewers also liked (8)

Terapi kognitif 270312
Terapi kognitif 270312Terapi kognitif 270312
Terapi kognitif 270312
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 
Mood Disorders
Mood DisordersMood Disorders
Mood Disorders
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi Terapeutik
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Major depressive disorder
Major depressive disorderMajor depressive disorder
Major depressive disorder
 
Diagnosis and management of major depressive disorder
Diagnosis and management of major depressive disorderDiagnosis and management of major depressive disorder
Diagnosis and management of major depressive disorder
 
Major depressive disorder ppt
Major depressive disorder pptMajor depressive disorder ppt
Major depressive disorder ppt
 

Similar to Depresi (20)

Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Reply AKPER PEMKAB MUNA
Reply AKPER PEMKAB MUNA Reply AKPER PEMKAB MUNA
Reply AKPER PEMKAB MUNA
 
Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA
Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA
Tugas jiwaku mimi AKPER PEMKAB MUNA
 
Tugas jiwaku mimi
Tugas jiwaku mimiTugas jiwaku mimi
Tugas jiwaku mimi
 
Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)
 
Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)
 
Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)
 
Depresi AKPER PEMDA MUNA
Depresi AKPER PEMDA MUNADepresi AKPER PEMDA MUNA
Depresi AKPER PEMDA MUNA
 
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNAAskep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
 
Gangguan alam perasaan
Gangguan alam perasaanGangguan alam perasaan
Gangguan alam perasaan
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Kel. 6 askep depresi
Kel. 6 askep depresiKel. 6 askep depresi
Kel. 6 askep depresi
 
Kel. 6 askep depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 6 askep depresi  AKPER PEMKAB MUNA Kel. 6 askep depresi  AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 6 askep depresi AKPER PEMKAB MUNA
 
Kel. 6 askep depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 6 askep depresi AKPER PEMKAB MUNA Kel. 6 askep depresi AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 6 askep depresi AKPER PEMKAB MUNA
 
Kegawatdaruratan psikiatri.pptx
Kegawatdaruratan psikiatri.pptxKegawatdaruratan psikiatri.pptx
Kegawatdaruratan psikiatri.pptx
 
emosi-dan-stres-adaptasi-ppt.pptx
emosi-dan-stres-adaptasi-ppt.pptxemosi-dan-stres-adaptasi-ppt.pptx
emosi-dan-stres-adaptasi-ppt.pptx
 
Berduka dan kehilangan
Berduka dan kehilanganBerduka dan kehilangan
Berduka dan kehilangan
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfModul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfAndiAliyah2
 
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxPPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxmuhnurmufid123
 
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdCo-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdveinlatex
 
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpIMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpAdePutraTunggali
 
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoIMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoAdePutraTunggali
 

Recently uploaded (6)

undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfModul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
 
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxPPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
 
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdCo-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
 
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpIMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
 
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoIMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
 

Depresi

  • 1. ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA) I.PENGERTIAN Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal. 19) Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008, hal.388) Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun. Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang¬kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas). Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan, penyimpangan seksual. II. Rentang Respon Emosional Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :
  • 2. 1) Reaksi Emosi Adaptif Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif : a) Respon emosi yang responsive Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. b) Reaksi kehilangan yang wajar Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama. 2) Reaksi Emosi Maladaptif Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu : a) Supresi Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan. b) Reaksi kehilangan yang memanjang Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu. Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri. c) Mania/Depresi Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social. IV. Psikopoatologi Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang, emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptive.
  • 3. 1) Penyebab Terjadinya Depresi Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya. a) Kekecewaan Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel, tidak dapat berpikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk iri sendiri lebih besar dari pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus- menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan. b) Kurang Rasa Harga Diri Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena harapan-harapan yang realistis membuat dia tidak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya. c) Perbandingan yang Tidak Adil Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi. d) Penyakit Beberapa faktor yang dapat mecetuskan depresi adalah organic contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi. e) Aktivitas Mental yang Berlebihan Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi. f) Penolakan Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004) Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih kronis adalah : a) Kematian orang yang dicintai
  • 4. b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple, prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas, kanker, sakit Parkinson) c) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau personal) d) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan. 2) Gejala Klinis Depresi Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut : a) Aspek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya. b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan. c) Nafsu makan menurun d) Berat badan menurun e) Konsentrasi dan daya ingat menurun f) Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal. g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya) h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun. i) Gangguan seksual (libido menurun) j) Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri. 3) Tingkat Depresi a) Depresi Ringan Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses piker komunikasi social dan rasa tidak nyaman. b) Depresi Sedang (1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis. (2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
  • 5. (3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat. (4) Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung c) Depresi Berat (1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang. (2) Gangguan proses piker (3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan. V. FAKTOR PREDISPOSISI & PRESIPITASI 1.Faktor Predisposisi 1.1.Faktor genetik,mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozygote daripada dizygote. 1.2.Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang,ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri. 1.3.Teori kehilangan.Berhubungan dengan faktor perkembangan;misalnya kehilangan orang tua pada masa anak,perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai.Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 1.4.Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. 1.5.Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
  • 6. dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan. 1.6.Model belajar ketidakberdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri,lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif. 1.7.Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 1.8.Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi,yaitu defisiensi katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol. 2. Faktor Presipitasi Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi: Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,neoplasma dan ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,termasuk kehilangan cinta, seseorang,dan kehilangan harga diri. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran,perceraian,kehilangan pekerjaan. VI. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING Perilaku yang berhubungan dengan mania bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi,dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1;Perilaku yang berhubungan dengan Mania Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku a).Gembira yang
  • 7. berlebihan b).Harga diri meningkat c).Tidak tahan kritik a).Ambisi b).Mudah terpengaruh c).Mudah beralih perhatian d).Waham kebesaran e).Ilusi f).Flight of ideas g).Gangguan penglihatan a).Dehidrasi b).Nutrisi yg tidak adekuat c).Berkurangnya kebutuhan tidur/ istirahat d).Berat badan menurun a).Agresif b).Hiperaktif c).Aktivitas motorik meningkat d).Kurang bertanggung jawab e).Royal f).Iritatable/suka berdebat g).Perawatan diri kurang h).Tingkah laku seksual yang berlebihan i).Bicara bertele-tele. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi,
  • 8. dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2;Perilaku yang berhubungan dengan depresi Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku #Sedih,cemas,apatis, murung, #.Kebencian,kekesalan marah, #.Perasaan ditolak, perasaan bersalah, #Merasa tdk berdaya, putus asa, #.Merasa sendirian, #.Merasa rendah diri, #.Merasa tak berharga #Ambivalensi,bingung, ragu-ragu, #Tidak mampu konsentrasi, #Hilang perhatian dan motivasi, #Menyalahkan diri sendiri, #Pikiran merusak diri, #Rasa tidak menentu, #Pesimis #Sakit perut,anoreksia, mual,muntah, #Gangguan pencernaan, konstipasi, #Lemah,lesu,nyeri,kepala, pusing, #Insomnia,nyeri dada, overakting,
  • 9. #Perubahan berat badan, gangguan selera makan, #Gangguan menstruasi, impoten, #Tidak berespon terhadap seksual. #Agresif,agitasi,tidak toleran, #Gangguan tingkat aktivitas #Kemunduran psikomotor, #Menarik diri, isolasi sosial, #Iritabel(mudah marah, menangis, tersinggung), #Berkesan menyedihkan, #Kurang spontan, #Gangguan kebersihan Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.Depresi,yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah represi,supresi,denial dan disosiasi.Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI 1.Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi,presipitasi,dan
  • 10. perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien(lihat point III & IV). 2.Masalah Keperawatan Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respons emosional (gangguan alam perasaan ) antara lain: Berduka disfungsional Ketidakberdayaan Peningkatan mobilitas fisik Gangguan pola tidur Risiko terhadap cedera Perubahan nutrisi Defisit perawatan diri Ansietas 3.Perencanaan Tujuan Umum:Mengajarkan klien untuk berespons emosional yang adptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan. Tindakan keperawatan: Lingkungan Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan.Karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah,hiperaktif,senang tindakan yang berisiko tinggi,maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,yaitu dilantai dasar,perabotan yang dasar,kurangi rangsang dan suasana yang tenang.Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri,karena klien merasa tidak berdaya,tidak berharga dan keputusasaan. Hubungan perawat – klien Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu dibina dan dipertahankan.Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat,menerima,diam aktif,jujur dan empati.Bicara
  • 11. lambat,sederhana dan beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab. Berbeda bila bekerja dengan klien mania,perawat harus membuat batasan yang konstruktif,hal ini perlu untuk mengontrol perilaku klien.Kontrol dari lingkungan (perawat,dokter,klien) yang konsisten akan mempercepat kesadaran klien untuk mengontrol perilakunya. Afektif Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama.Merawat klien depresi,perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik.Sikap perawat yang menerima klien,hangat,sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal,hal ini akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi. Kognitif Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan control diri klien pada tujuan dan perilaku,meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif. Cara mengubah pikiran yang negatif: 1.Identifikasi semua ide,pikiran yang negatif. 2.Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan,keberhasilan). 3.Dorong klien menilai kembali persepsi,logika,rasional. 4.Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif,dari tidak realistis ke realistis. 5.Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil.Beri penguatan dan pujian akan keberhasilan. Perilaku Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan realistic,yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan di ruangan.Klien
  • 12. depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur. Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil Sosial Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial,dengan cara: 1.Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien. 2.Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien. 3.Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal,dengan role model,role play. 4.Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif. 5.Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat, klien). Fisiologis Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatanklien. Kebutuhan dasar seperti makan,minum,istirahat,kebersihan dan penampilan diri perlu mendapat perhatian perawat. #Kewaspadaan Perawat# Dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan alam perasaan yang berat,perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh diri,yaitu gejala meningkat secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang.Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri.Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi,klien mempunyai energi dan kesempatan untuk bunuh diri.Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam kehidupannya. Sebagai contoh,pada lampiran 1 & 2 akan diuraikan rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa yang etiologinya Ketidakberdayaan dan Peningkatan mobilitas fisik.
  • 13. VI. EVALUASI 1. Apakah semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali? 2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri,rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali? 1. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respons tersebut tampak? 2. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat dievaluasi sepenuhnya? 1. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri? 2. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping? 3. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien? 4. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien? 5. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi,konflik,dan mampu untuk menghadapi benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien? 6. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap dunia pribadinya? Lampiran 1 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan :Gangguan harga diri:Harga diri rendah berhubungan dengan Ketidakberdayaan. 1. PENGKAJIAN
  • 14. Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah: Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya Apastis,pasif Ekspresi muka murung Bicara dan gerakan lambat Nafsu makan tidak ada atau berlebihan Tidur berlebihan Menghindari orang lain. 2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Tujuan Umum: Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri. TUJUAN KHUSUS TINDAKAN 1.Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat. 2.Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya. 3.Pasien dapat memodifikasi pola
  • 15. kognitif yang negatif. 1.1.Lakukan pendekatan yang hangat,menerima pasien apa adanya dan bersifat empati 1.2.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya:rasa marah,frustasi dan simpati) 1.3.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif 1.4.Beri waktu untuk pasien berespons. 2.1.Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien 2.2.Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,eksplorasi, klarifikasi. 2.3.Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya 2.4.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan. 3.1.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. 3.2.Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkannya melalui interupsi atau substitusi. 3.3.Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif. 3.4.Evaluasi ketepatan persepsi,logika dan kesimpulan yang dibuat pasien. 3.5.Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat,penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. 3.6.Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya. 4.Pasien dapat berpartisipasi dalam
  • 16. pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya sendiri. 5.Pasien dapat termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik. 3.7.Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi. 4.1.Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatannya yang ingin dicapai. 4.2.Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya 4.3.Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan 4.4.Berikan ”reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat 4.5.Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. 4.6.Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan/kegiatan tersebut. 5.1.Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistik. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu 5.2.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. 5.3.Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien.Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya. 5.4.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan perasaan tidak berdaya.
  • 17. Lampiran 2 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENINGKATAN MOBILITAS FISIK Peningkatan mobilitas fisik yang sering juga disebut dengan hiperaktif merupakan suatu gangguan alam perasaan. 1. PENGKAJIAN Perilaku yang sering timbul pada pasien ini adalah: o Aktivitas motorik yang meningkat o Ekspresi wajah riang yang berlebihan o Banyak bicara dan pembicaraan mudah beralih dari satu topik ke topik lain (flight of ideas) o Kurang bertanggung jawab o Mudah tersinggung dan terangsang o Tingkah laku mengancam bahaya o Tidak tahan kritik o Tidak takut bahaya. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Bila saudara menganalisa data-data yang dijumpai pada pasien dengan peningkatan mobilitas fisik,maka diagnosa yang dapat dirumuskan adalah : Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan mobilitas fisik. 3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Tujuan Umum: Pasien tidak akan mengalami cedera fisik selama dirawat.
  • 18. TUJUAN KHUSUS TINDAKAN 1.Pasien dapat membina hubungan saling percaya 1.1.Kenalkan diri pada pasien 1.2.Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak menyangkal. 1.3.Bicara dengan tegas,jelas dan simpati. 1.4.Bersikap hangat dan bersahabat. 1.5.Temani pasien saat agitasi muncul dan hiperaktivitasnya meningkat. 2.Pasien dapat mengendalikan aktivitas motorik. 3.Pasien dapat mengungkapkan perasaannya. 4.Pasien dapat menentukan cara penyelesaian masalah (koping) yang konstruktif. 5.Pasien mendapat dukungan keluarga. 2.1.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat menurunkan aktivitas motorik. 2.2.Diskusikan dengan pasien manfaat pemberian obat 2.3.Ciptakan ruangan yang tenang dan tidak banyak rangsangan, seperti musik yang lembut,penataan ruangan tidak banyak peralatan. 2.4.Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh pasien,misalnya mandi,makan,dll 2.5.Beri reinforcement positif bila pekerjaan/kegiatan tersebut
  • 19. dapat diselesaikan 2.6.Bersama pasien membuat jadwal kegiatan/aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya,seperti menyapu, mengepel, olahraga. 2.7.Beri reinforcement positif bila pasien dapat melakukan kegiatannya tersebut. 2.8.Tetapkan batasan yang konstruktif terhadap tingkah laku yang negatif 2.9.Lakukan pendekatan yang konsisten oleh seluruh anggota tim kesehatan 2.10.Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi persepsi diantara anggota tim kesehatan 2.11.Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku positif lainnya. 3.1.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang menyakitkan 3.2.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan keinginannya,perasaan dan pikiran dengan menggunakan tekhnik komunikasi ”fokusing” 3.3.Berikan respons empati dan menerima pasien 3.4.Bantu pasien menurunkan tingkat ansietas. 4.1.Identifikasi bersama pasien cara yang biasa digunakan untuk mengatasi perasaan kesal,marah atau sesuatu yang tidak menyenangkan. 4.2.Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan. 4.3.Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan. 4.4.Beri motivasi pasien agar memilih cara penyelesaian masalah yang tepat serta diskusikan konsekwensi dari cara
  • 20. yang dipilih. 4.5.Anjurkan pasien untuk mencoba cara tersebut. 5.1.Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan pasien. 5.2.Bantu keluarga untuk memberikan asuhan yang tepat. 5.3.Bantu keluarga untuk merencanakan kegiatan yang sesuai dengan keadaan pasien. DAFTAR PUSTAKA Stuart,Gail W.(2006).Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5).Jakarta;EGC. Alimul Hidayat,A.Azis.(2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep edika. http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/askep-gangguan-alam-perasaan-wnes.html Diposkan oleh anggreni di 17:50 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Pengikut Arsip Blog
  • 21.  ► 2011 (3) o ► April (1)  ASKEP DM PADA LANSIA o ► Maret (1)  ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BPK ”SW” KHUSUSNYA PAD... o ► Februari (1)  LAPORAN PENDAHULUAN PADA POST SC  ▼ 2010 (9) o ▼ Desember (1)  ASKEP GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI DAN MANIA) o ► November (5)  LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN SULOSIO PLA...  LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN EKLAMPSIA  Potongan Rambut yang Sesuai dengan Bentuk Wajah  LAPORAN PENDAHULUAN PROLAPS UTERI  LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI CA CERVIKS... o ► Oktober (3)  LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI HYSTEREKTO...  Proses Kimiawi Jatuh Cinta Jika kita bertanya pada...  <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-f... Mengenai Saya anggreni biarkan orang lain yang menilainya Lihat profil lengkapku
  • 22. Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger. Mood didefinisikan sebagai “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang bersifat internal. Ekspresi eksternal dari mood disebut afek, atau “eksternal display”. Sejak lama dalam literatur psikiatri mood yang terganggu disebut gangguan afektif. Tapi kurang lebih dalam 5 tahun terakhir, gangguan afektif ini diubah namanya dengan gangguan mood. Yang paling utama dalam gangguan mood ini adalah mood yang menurun atau tertekan yang disebut depresi, dan mood yang meningkat atau ekspansif yang disebut mania (manik). Baik mood yang menurun atau terdepresi dan mood yang meningkat bersifat graduil , suatu kontinuum dari keadaan normal ke bent6uk yang jelas-jelas patologik. Pada beberapa individu gejala-gejalanya bisa disertai dengan ciri psikotik. Gejala-gejala ringan dapat berupa peningkatan dari kesedihan atau elasi normal sedang gejala-gejala berat dikaitkan dengan sindrom gangguan mood yang terluhat berbeda secara kualitatif dari proses normal dan membutuhkan terapi spesifik. Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) merupakan salah satu instrumen yang dipakai untuk menegakkan diagnosis depresi, selain PPDGJ-III (ICD-X) yang digunakan di RSJ-RSJ di Indonesia. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, sedih, putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakkan. Tapi bila gejala depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus menerus, adanya gejala depresi yang melatarbelakangi sering tidak terdiagtnosis. Ada masalah yang juga dapat menutupi diagnosis depresi, misalnya individu penyalahguna alkohol atau napza untuk mengatasi depresi, atau depresi muncul dalam bentuk gangguan perilaku.
  • 23. Gangguan depresi sering dijumpai. Prevalensi selama kehidupan pada wanita 10%-25% dan pada laki-laki 5%-12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering pada laki-laki terutama usia muda dan tua. Penyebab depresi dan mania secara pasti belum diketahui. Faktor-faktor yang diduga berperan pada terjadinya gangguan mood ini, yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang berakibat stressor (problem keuangan, perkawinan, pekerjaan, dll), faktor kepribadian, genetik, dan biologik lain seperti ganggtuan hormon, keseimbangan neurotransmiter, biogenik amin, dan imunologik.. Klasifikasi Gangguan mood berbeda dalam hal manifestasi klinik, perjalanan penyakit, genetik, dan respons pengobatan. Kondisi ini dibedakan satu sama lain berdasarkan: (1) ada tidaknya mania (bipolar atau unipolar); (b) berat ringannya penyakit (mayor atau minor); (c) kondisi medik atau psikiatrik lain sebagai penyebab gangguan. Maka diklasifikasikan sebagai berikut: (I) Gangguan mood mayor : depresi mayor dan/ atau tanda-tanda gejala manik. Gangguan Bipolar I ( manik-depresi) – mania pada masa lalu atau saat ini ( dengan atau tanpa adanya depresi atau riwayat depresi). Gangguan Bipolar II – hipomania dan depresi mayor mesti ada saat ini atau pernah ada. Gangguan Depresi Mayor- hanya depresi berat saja. (II) Gangguan mood spesifik lainnya. Depresi minor dan/atau gejala-gejala dan tanda-tanda manik. Gangguan distimia – depresi saja. Gangguan siklotimia – depresi dan hipomanik saat atau baru saja berlalu (secara terus menerus selama 2 tahun). (III) Gangguan mood akibat kondisi medik umum dan gangguan mood akibat zat. (IV) Gangguan penyesuaian dengan mood depresi : depresi yang disebabkan oleh stressor. Gangguan mood akibat kondisi medik umum Berbagai kondisi medik dapat secara langsung menimbulkan depresi mayor dan/atau sindrom manik. Walaupun demikian, penderita-penderita yang akan berkembang mengalami sindrom depresi tidak dapat kita prediksi. Beberapa penyakit mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk menimbulkan depresi. Misalnya, sekitar 50% atau
  • 24. bahkan lebih penderita stroke mengalami depresi. Begitu pula dengan penderita kanker pankreas dan sindrom Cushing. Penyakit lain jarang yang menimbulkan depresi secara langsung. Hal ini berarti tidak semua kondisi medik umumdapat menimbulkan depresi atau manik. Gangguan mood sebagai reaksi terhadap penyakit tidak dapat dikategorikan sebagai gangguan mood akibat kondisi medik umum. Depresi Tumor, terutama tumor otak dan paru, kanker pankreas (50% memperlihatkan gejala- gejala psikiatri sebelum diagnosis ditegakkan). Infeksi – influenza, mononukleosis, hepatitis. Gangguan endokrin – penyakit Cushing (60% pasien, juga akibat steroid eksogen) hipotiroid, hiperparatiroid, diabetes sindrom Turner. Darah – anemia (terutama anemia pernisiosa). Nutrisi dan elektrolit – pelagra, hiponatrium, hipokalemia, hiperkalsemia, ADH tak sesuai. Lain-lain – MS, penyakit Parkinson, trauma kepala, stroke, depresi paskastroke , terutama lobus frontal awal penyakit Hungtington, MI, sindrom prahaid, menopause (hilang dengan estrogen). Mania Tumor – otak Infeksi – ensefalitis, influenza, sipilis (20% pasien dengan parese umum Lain-lain – MS, penyakit Wilson, trauma kapitis, epilepsi psikomotor, hipertiroid. Teori neurobiologik Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT). Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh rendahnya kadar NE otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Pada beberapa pasien kadar MHPG (metabolit utama NE rendah). Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya neurotransmiter serotonin (5-HT) otak menyebabkan depresi dan peningkatan serotonin (5-HT) dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa penurunan NE
  • 25. menimbulkan depresi dan peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-HT rendah. Mekanisme kerja obat antidepresan mendukung teori ini – antidepresan klasik trisiklik memblok ambilan kembali (reuptake) NE dan 5-HT dan menghambat momoamin oksidase inhibitor mengoksidasi NE. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mungkin terdapat hipometabolisme otak di lobus frontalis menyeluruh pada depresi atau beberapa abnormalitas fundamental ritmik sirkadian pada pasien-pasien depresi. Neurotransmiter dan sinapsis Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan dilepaskannya molekul neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi “supersensitivitas” dan “subsensitivitas”. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik lebih banyak jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat tertentu maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan menurunnya kadar (jumlah) neurotransmiter tertentu di celah sinaptik. Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas enam neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkholin dan histamin. Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang sama, tirosin, dan diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin disintesis dari asam amino triptofan dan merupakan satu-satunya indolamin dalam
  • 26. kelompok itu. Serotonin juga dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT). Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam amino. Asam amino dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua neurotransmiter utama dari asam amino ini adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino inhibitor (penghambat), sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua neurotransmiter tersebut. Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-reseptor pada membran sel paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin menurun kadarnya pada celah sinaptik, terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi disregulasi asetilkholin yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin di celah sinaptik, terjadilah gejala depresi. Monoamin dan Depresi Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan berkurangnya monoamin, seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi.Akibatnya timbul teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor yang bekerja meningkatkan monoamin di sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi. Serotonin Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan syaraf pusat. Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin
  • 27. bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia. Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal dan temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri. Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan. Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid). Terdapat penurunan 5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri. Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya gangguan serotonin pada depresi. Noradrenergik Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan (proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus ceruleus dan juga
  • 28. berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama sekresi norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer. Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC, fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut. Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi. Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG). Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita depresi yang di ECT (terapi kejang listrik). Dopamin Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbik, mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi. Neurotransmiter lain Neuron kolinergik mengandung setilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri dan mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal kadar kolin (prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang
  • 29. normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom depresi dan mengurangi simptom mania. GABA (gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin, terutama pada sistem mesokorteks dan mesolimbik. Pada penderita depresi terdapat penurunan GABA. Stressor khronik dapat mengurangi kadar GABA dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi reseptor GABA. Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-AP4, dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang antagonis terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan. HPA aksis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal) Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang mengganggu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan. Peningkatan aktivitas glukokortikoid (kortizol) merupakan respon utama terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan “umpan balik”, yaitu hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-releasing hormone (CRH) , kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga hipofisi juga menurunkan produksi adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol. Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada awal perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood pada masa dewasa. Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang dialami seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang berulang menyebabkan peningkatan sekresi CRH, dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Stressor pada awal
  • 30. masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang berfungsi merespon respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap stressor dan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stressor meningkat, seperti terjadinya depresi setelah dewasa. Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk, menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Selain itu , setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stressor. Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan, mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem syaraf. Keadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa. Depresi dapat dicetuskan hanya oleh stressor yang derajatnya sangat ringan. Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis-adrenal terhadap stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan fisik dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol. Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang terhadap stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi bila orang tersebut menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada tempat di luar hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme “umpan balik” semakin terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah seseorang mengalami depresi mayor, bila berhadapan dengan stressor. Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningkatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini menjadi prediposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan gangguan hipokampus. Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten pada gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan dengan adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol terhadap supresi deksametason, tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan konsentrasi CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi, terjadi akibat tidak
  • 31. berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui dengan test DST (dexamethasone supression test). Neurotransmiter pada Mania (Gangguan Bipolar) Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan- pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut. Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan bipolar adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal. Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tapi dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan hiperaktivitas dan nsgresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia. Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnya mania, dan antipsikotik yang mem-blok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia. ***************** DAFTAR RUJUKAN
  • 32. Andreasen,NC. Mood disorders.2001. Dalam : Brave new brain. Conquering mental illness in t6he era of the genome. Oxford University Press 215-240. Bhagwagar, ZB., Whale, R., Cowen, PJ. 2002. State and trait abnormalities in serotonin function in major depression. Br.J. Psycchiatry. 181:242-247. Bonaventura, P., Voom,P., Luyten, WHML, Jurzak M, . 1999. Detailed mapping of serotonin 5-HT1B and 5-HT-1D reseptor messenger RNA and ligand binding sites in guinea-pig brain and trigeminal ganlion:clues for fungtion. Neuroscience. 82: 469-484. Dinan, TG. 1992. Glucocorticoid and the genesis of depressive illness. A psychobiological model. Br.J.Psychiatry. 164:365-371. Dum,AJ., Berridge,CW., 1990. Physiological and behaviural responses to CRF administration: is CRF a mediator of anxiety or stress responses. Brain Res Rev 1990; 15:71-100. Helm,C. Newport, DJ. Bonsall, R., Mileer, AH., Nemeroff,CB. 2001. Altered pituitary-adrenal axis responses to provocative challenge test in adult survivors of childhood abuse. American J. Psychiatry 2001 ; 158:575-581. Jacobson, L., Sapolsky, R. The role of the hippocampus in feedback regulator of the hypothalamic-pituitary-adrenocortical axis. 1991. Endoc.Rev. 12 : 118-134. Joseph, R. Hippocampus. 1996. Dalam: Neuropsychiatry, Neuropsychology and Clinical Neuroscience. Emotion, Evolution, Cognition, Language, Memory, Brain Damage, and Abnormal Behaviour. Second ed. Williams & Wilkins, 193-216. Nurmiati Amir, 2005. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Owens, MJ., Nemeroff, CB. I991. Physiology and pharmacology of CRF. Pharmacol Rev. 43: 425-473. Post, RM., Gordon, EK, Goodween, FK. Bunney,WE. 1973. Central norepinephrine metabolism in affective illness: MHPG in the cerebrospinal fluid. Science 1973; 179: 1002- 1003. Thoenen, H., 1995. Neurotrophines and neuronal plasticity. Science. 1995. 270: 593-598. Van Diyken, HH., De Goeij, DC, Mos J, De Kloet, ER, Tilder FJH . 1993. Short inescapable stress produces long lasting change in the brain-pituitary-adrenal axis of adult male rates. Neuroindocrinology 1993. 58: 57-84.
  • 33. 1 Juni 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN DEPRESI-MANIA Rabu, Juni 01, 2011 No comments Tweet A. PENGERTIAN Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi. Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yng ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yng berlebihan dan berkepanjangan. B. RENTANG RESPONS EMOSIONAL
  • 34. Responsive adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaanya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan menghalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama. Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptiuf, individu menyangkal, menekan atau mengintemalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan. Bila anda merasa sangat marah / kesal dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun. Mania/depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengharuhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial. C. FACTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI 1. Factor Predisposisi Factor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri dizigote Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri.
  • 35. Teori kehilangan. Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negtif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Model belajar ketidak berdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kjehilangan kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudin individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif. Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol. 2. Faktor Presipitsai Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraan, kehilangan pekerjaan. D. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi, dapat dilihat pada table 1.
  • 36. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pda reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan. Komponen Perilaku Afektif Gembira yang berlebihan Harga diri meningkat Tidak tahan kritik Kognitif Ambisi Mudah terpengaruh Mudah beralih perhatian Wahain kesabaran Ilusi Flight ofideas Gangguan penilaian Fisik Dehidrasi Nutrisi yang tidak adekuat Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat Berat badan menurun
  • 37. Tingkah laku Agresif Hiperaktif Aktivitas motorik meningkat Kurang bertanggung jawab Royal Irritable atau suka berdebat Perawalan diri kurang Tingkah laku seksual yang berlebihan Bicara bertele-tele Table 2: Perilaku yang berhubungan dengan depresi Komponen Perilaku Afektif Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga Kognitif Ambivalen, bingung, ragu-rgu Tidak mampu konsentrasi Hilang perhatian dan motivasi
  • 38. Menyalahkan diri sendiri Pikiran merusak diri Rasa tidak menentu Pesimis Fisik Sakit perut, anoreksi, mual, muntah Gangguan pencernaan, konstipasi Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing Insomnia, nyeri dada, over acting Perubahan berat badan gangguan selera makan Gangguan menstruasi, impotensi Tidak berespon terhadap seksual Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran Gangguan tingkat aktifitas Kemunduran psikomotor Menarik diri, isolasi sosial Irritable (mudah marah, menangis, tersinggung) Berkesan menyedihkan Kurang spontan Gangguan kebersihan
  • 39. E. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien. 2. Masalah keperawatan Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional (gangguan alam perasaan) anatara lain : a. Berduka disfungsional b. Ketidakberdayaan c. Peningkatan mobilitas fisik d. Gangguan pola tidur e. Resiko terhadap cedera f. Perubahan nutrisi g. Defisit perawatan diri h. Ansietas 3. Perencanaan Tujuan keperawatan Tujuan umum : Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan. Tindakan keperawatan :
  • 40. Pada dasarnya intervensi difokuskan pada : a. Lingkungan b. Hubungan perawat-klien c. Afektif d. Kognitif e. Perilaku f. Sosial g. Fisiologis Lingkungan Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Karena klien mania memiliki daya nilai rendah, hiperaktif, senang tindakan yang beresiko tinggi, maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman, yaitu dilantai dasar, perabotan yang dasar, kurangi rangsang dan suasana yang tenang. Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri, karena klien merasa tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan. Hubungan perawat-klien Hubungan saling percaya yang terapeutik perku dibina dan dipertahankan. Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat, menerima, diam aktif, jujur dan empati. Bicara lambat, sederhana dan beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab. Afektif Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama, merawat klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap perawat yang menerima klien, hangat, sederhana akan mengekspresikan perngharapan
  • 41. pada klien. Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal, hal ini akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi. Kognitif Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien pada tujuan dan perilaku, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif. Cara mengubah pikiran yang negatif : 1. Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif. 2. Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan). 3. Dorong klien menilai kembali persepsi, logika, rasional. 4. Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif, dari tidak realistis ke realistis. 5. Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil. Beri penguatan dan pujian akan keberhasilan. Perilaku Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realistik, yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur. Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil. Sosial Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial, dengan cara : 1. Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien. 2. Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
  • 42. 3. Bombing klien melakukan hubungan interpersonal, dengan role model, role play. 4. Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif. 5. Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat, klien). Fisiologis Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klie. Kebutuhan dasar seperti makan, minum, istirahat, kebersihan dan penampilan diri perlu mendapat perhatian perawat. Kewaspadaan perawat Dalam member asuhan keperawan kepada klien dengan gangguan alam perasaan berat, perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila da resiko bunuh diri, yaitu gejala meningkat secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang. Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri. Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi dan klien mempunyai energi dan kesempatan untuk bunuh diri. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam kehidupannya Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien- dengan_01.html#ixzz1vhbIIkkO