3. Pengertian Dalil
Secara Etimology bermakna menunjukkan ataupun
memberi tahu jalan. Seperti dalam hadits:
-
-
--
Artinya: “Sewaktu kami bertanya pada sahabat
Hudzaifah ra tentang sosok manusia yang jelas
maksudnya dan petunjuknya yang dekat dengan
Rasulullah SAW sehingga kami bisa belajar
darinya, Hudzaifah ra berkata: “Saya belum
pernah melihat seseorang yang jelas
maksud, petunjuk dan pengarahannya dari Nabi
Saw selain dari Fatimah ra.”
4. • Sedangkan dalil secara terminology:
“ ”
artinya: “Sesuatu yang memungkinkan
untuk sampai (pada maksud) melalui
pandangan yang benar dalam menetapkan
hukum Islam”.
5. Pembagian Dalil
1. Pembagian Dalil Berdasarkan Sumbernya.
Dalam semua pembahasan berkaitan dengan dalil
maka para ulama telah sepakat bahwa dalil yang
disepakati oleh para ulama terdiri dari empat dalil
a) Al-Qur‟an,
b) As-Sunnah,
c) ijma‟
d) dan qiyas
Hal itu ditegaskan oleh Imam syafi‟i yang
menyatakan: ”Kedudukan ilmu harus berdasarkan
kepada: Al-Qur‟an, As-Sunnah, ijma‟ dan qiyas”.
Dan ada kesepakatan ulama mengenai sumber asal
empat dalil diatas harus bersumber dari Al-Qur‟an
dan As-Sunnah, dikarenakan hal ini berhubungan
langsung dengan tegaknya agama Islam.
6. • Al-Qur‟an dan As-Sunnah merupakan
sumber segala dalil yang disepakati
keberadaannya, karena keduanya dapat
disebut sebagai
1. dalil naqli
(wahyu, syara‟, nash, khabar )
2. dalil „aqli (pendapat, ijtihad, istinbath
hukum).
7. Karakteristik Dalil Al-Qur’an Dan As-Sunnah
• Dibawah ini dapat dilihat, bahwa kedua sumber tersebut
mempunyai karakteristik yang kuat dalam syariah:
1. Semuanya berdasar atas wahyu Allah kepada Rasulullah.
2. Sumber awal dari Al-Qur‟an diperoleh dari Rasulullah
SAW, karena kita tidak mendapatkan wahyu langsung dari
Allah, tidak juga melalui Malaikat Jibril as, karena hanya
Rasulullah yang mendapatkan wahyu, dan beliaulah yang
berkewajiban menyampaikannya kepada kita.
3. Allah SWT menjamin keaslian dan kemurnian Al-Qur‟an
sebagai sumber hukum selamanya.
4. Allah SWT menurunkan Al-Qur‟an sebagai sumber hukum
untuk hamba-hambanya dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari.
5. Kewajiban bagi umat Islam untuk mengikuti dan
berpedoman pada kedua sumber hukum tersebut selama-
lamanya, dan tidak diperbolehkan untuk meninggalkannya
apalagi mengingkarinya.
8. 2. Pembagian Dalil Berdasarkan Qath’i Dan Dzanni
a. Pengertian qath‟i dan dzanni
Pertama:
Secara etimology qath‟i dari kata qatha‟a yang
bermakna memisahkan bagian tubuh dengan cara
menghilangkannya atau memotongnya. Tetapi dalam
pembahasan ini kata qath‟i bermakna
keyakinan, kepastian, sesuatu yang bersifat tetap.
Sedangkan secara terminology bermakna ”Sesuatu
yang tetap dan pasti yang dapat dibuktikan melalui
penelitian dengan menyertakan bukti-bukti yang
mendukungnya”.
Kedua:
Secara etimology dzanni bermakna
dugaan, persangkaan, sesuatu yang masih
membingungkan. Sedangkan secara terminology
bermakna ”Sesuatu yang tidak menentu (meragukan)
antara sesuatu yang saling berlawanan, tanpa dapat
dimenangkan salah satunya”.
9. b. Dalil qath‟i dan dzanni
Pertama:
Dalil qath‟i adalah sesuatu yang menunjukkan
pada hukum yang bersifat pasti dan tetap tanpa
ada kemungkinan-kemungkinan yang bisa
merubahnya. Atau bisa juga diartikan: ”sesuatu
yang pasti baik dilihat dari segi sanad, dalalah
dan sifatnya yang tetap”. Ada yang
menambahkan: “qath‟i adalah sesuatu yang pasti
dilihat dari segi matan dan dalalah nya”.
Kedua:
Dalil dzanni adalah sesuatu yang menunjukkan
pada hukum tetapi masih mengandung
kemungkinan-kemungkinan yang bisa merubahnya
tanpa dapat dimenangkan salah satunya”. Makna
lainnya adalah: ”dalalah yang ada merupakan
dzahirnya nash yang tidak qath‟i”.
10. 3. Pembagian Dalil Berdasarkan Cara
Pengambilannya
• Dalil dalam hukum Islam dapat dibagi
menjadi dua;
1. dalil syar‟i dan
2. bukan syar‟i:
Dalil syar‟i adalah dalil yang
diperintahkan, ditunjukkan atau
direkomendasikan oleh syara‟. Dalil bukan
syar‟i adalah anonym dari dalil syar‟i. Dalil
ini dapat berupa dalil yang unggul maupun
diunggulkan, dalil shahih maupun rusak, „aqli
maupun sam‟i. dalil yang bukan syar‟i ini bisa
datang dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah
seperti: berbuat, berkata dan memutuskan
hukum tanpa pengetahuan.
11. Pembagian Dalil Syar‟i
• Dalil syar’i dibagi menjadi tiga:
1. Dalil yang ditetapkan oleh syara’ yang hadir melalui
pendengaran (audio) dan kutipan (migrasi), dalil ini disebut
dengan dalil sima’i (dalil yang diperoleh melalui pendengaran)
dan dalil ini tidak dapat diperoleh melalui penelitian dan logika.
Contohnya adalah berita yang datang dari malaikat dan
penghuni ’Arsy, permasalahan akidah, perintah dan larangan.
Semuanya itu dapat kita ketahui melalui hadits Rasulullah SAW
saja.
2. Dalil yang keberadaannya ditunjukkan dan yang diperingatkan
oleh syara’. Dalil ini disebut dengan dalil ’aqli. Contohnya dalam
masalah perumpamaan, penetapan keNabian dan penetapan
hari kebangkitan.
3. Dalil yang diperbolehkan dan direkomendasikan oleh syara’.
Dalil yang dimaksud disini adalah segala yang tertuang dalam
hadits Rasulullah SAW dalam bentuk ilmu kedokteran, kimia,
matematika, tehnologi dan sebagainya.
12. Ciri-ciri Dalil syar’i ini
1. Dalil ini benar keberadaannya.
2. Dalil syar‟i diutamakan daripada dalil
yang bukan syar‟i.
3. Dalil syar‟i berupa dalil sam‟i dan ‟aqli.
4. Dalil syar‟i berbeda dengan dalil yang
bukan syar‟i.
13. Macam–Macam Dalil:
1. dalil Naqli (bukti yang berasal dari sumber hukum
agama islam) Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pengertian dari
Dalil naqli adalah: dalil yang di ambil dari Al-qur’an
atau hadits Nabi Muhammad SAW. Dalil Naqli bisa
diartikan juga seperti tanda bukti atau petunjuk dari
teks ayat Al-Qur'an, yang tertera dalam mushaf al-
Qur’an atau Hadis mutawatir, yang tertera didalam
kitab-kitab hadis, laludiambil dan disalin dari tulisan
yang telah baku. Frekwensi kebenarannya 100%.
2. dalil ‘aqli ( bukti yang berasal dari akal ) Dalil aqli
adalah: dalil yang bisa di nalar oleh akal. Dalil aqli bisa
diartikan juga seperti petunjuk dan pertimbangan akal
fikiran yang sehat dan obyektif, tidak dipengaruhi oleh
keinginan, ambisi atau kebencian dari emosi.
Tegasnya dalil aqli adalah penerimaan akal secara
murni dan bebas, kebenarannya relatif