SlideShare a Scribd company logo
54

    DETEKSI KEBERADAAN ANTIGEN Ascaridia galli DENGAN
 IMUNOGLOBULIN YOLK MELALUI METODE IMUNOHISTOKIMIA

                                   ABSTRAK

        Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan antigen
ekskretori/sekretori Ascaridia galli dengan metode imunohistokimia. Cacing A.
galli dewasa dipotong secara melintang dan memanjang pada bagian kepala dan
ekor. Jaringan tubuh A. galli yang dipotong diblok di dalam parafin dan preparat
histologi dibuat melalui proses tahapan dehidrasi, clearing, infiltrasi dan
embeding dengan parafin, pemotongan dan pewarnaan. Keberadaan antigen pada
jaringan cacing A. galli dideteksi dengan uji imunohistokimia. Slide dihangatkan
di dalam buffer sitrat pada temperatur 90-95oC. Aktivitas endogen dihambat
dengan H2O2 3% dan skim milk 0,1%. Slide diinkubasikan dengan antibodi
primer imunoglobulin yolk (IgY) selama satu malam pada temperatur 4oC, dan
antibodi sekunder anti-chicken IgY HRP-conjugat selama satu jam pada
temperatur ruangan. Slide diwarnai dengan kromogen AEC, conterstain dengan
Lillie Mayer Haematoxylin, dan ditutup di dalam genangan gliserin. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa antigen dapat dideteksi keberadaannya pada
bagian kutikula dan saluran cerna A. galli. Hasil tersebut merefleksikan bahwa
IgY yang terbentuk oleh rangsangan produk ekskretori/sekretori stadium L3 A.
galli dapat mengenal antigen A. galli sehingga IgY tersebut dapat digunakan
dalam imunodiagnostik.

Kata kunci: Ascaridia galli, antigen ekskretori/sekretori, imunohistokimia

                                   ABSTRACT

        The purpose of the present study was to determine the presence of antigen
in the Ascaridia galli. A. galli adult worms were cut in transversal and
longitudinal by mean of cranial and caudal. The tissue of A. galli were blocked in
paraffin and the histologic preparates were done by means of dehydration,
clearing, infiltration and embedding in paraffin, section and staining. The antigen
were detected with immunohistochemistry. Slides were warmed in citrate buffer at
90-95oC. Endogenous activities were blocked with 3% H2O2 and 0.1% skim milk.
Slides were incubated with both primary antibody yolk immunoglobulin (IgY) for
overnight at 4oC and secondary antibody rabbit anti-chicken IgY HRP-conjugate
for one hour at room temperature. Slides were stained with AEC chromogen,
counterstained with Lillie Mayer Haematoxylin, and mounted in glyserin aqueous
mount. The result showed that antigen were able detected in cuticle and intestines
of A. galli. This research concluded that IgY stimulated by the excretory/
secretory antigen of L3 stage was able to recognized A. galli antigen so the IgY
could be applied for immunodiagnostic.

Key words: Ascaridia galli, excretory/secretory antigen, immunohistochemistry
55

                               PENDAHULUAN


       Metode deteksi antigen-antibodi telah banyak dikembangkan seiring
dengan penemuan teknologi mutakhir dalam bidang biologi molekuler bersamaan
dengan penemuan terbaru metode produksi antibodi spesifik terhadap antigen di
dalam serum dan kuning telur (yolk). Kemajuan tersebut memberi kesempatan
untuk membuat cara imunodiagnostik yang aman dan akurat (Motoi et al. 2005).
       Lehr et al. (1999) menyatakan bahwa kombinasi dari konsep-konsep
imunologis dan histologis merupakan suatu jalan yang terbukti sangat berguna
dalam biologi molekuler dan biomedis, terutama dalam analisis imunoserologis
pada organ-organ dalam keadaan normal maupun patologik. Untuk tujuan tersebut
telah digambarkan pendekatan kuantitatif sejak abad terakhir ini, misalnya oleh
Ehrlich dan Landsteiner sebagai pelopor-pelopor dalam pengembangan teknik ini.
       Prinsip dari teknik imunohistokimia adalah adanya ikatan antigen-antibodi
yang digunakan untuk mendeteksi suatu molekul dalam jaringan. Pada penelitian
ini, metode imunohistokimia ditujukan untuk mendeteksi antigen cacing A. galli
dengan menggunakan IgY yang dipicu oleh antigen ekskretori/sekretori stadium
L3 A. galli sebagai antibodi primer sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi.
Motoi et al. (2005) membuktikan bahwa IgY yang dipicu oleh antigen virus rabies
dapat digunakan pada uji imunohistokimia yang sangat rektif mengenal antigen
rabies pada sitoplasma sel-sel neuron (sel syaraf) dari ganglion trigeminal
jaringan otak tikus.
       Imunohistokimia diartikan sebagai suatu metode untuk mendeteksi suatu
molekul yang ada di jaringan dengan menggunakan antibodi poliklonal atau
monoklonal terhadap molekul yang akan dideteksi (merupakan reaksi antigen-
antibodi) dan dapat memberikan gambaran kualitatif dari intensitas warna yang
terbentuk maupun gambaran kuantitatif. Teknik imunohistokimia dapat digunakan
untuk mempelajari distribusi enzim yang spesifik pada struktur sel intak
(normal/lengkap), mendeteksikan komponen sel, biomakromolekul seperti
protein, karbohidrat (Lehr et al. 1999; Ding dan Candido 2000; Nagano et al.
2004; Yarim et al. 2004; Rostaing et al. 2004; dan Motoi et al. 2005).
56

        Kemajuan teknologi yang telah dicapai untuk produksi imunoglobulin yolk
(IgY) yang mudah dan efisien membuka peluang pemanfaatan IgY dalam
berbagai uji imunodiagnostik dan pencegahan penyakit infeksi. IgY telah
dimanfaatkan untuk mencegah diare dan karies pada gigi (Soejoedono et al.
2005), dan untuk mencegah rabies (Motoi et al. 2006; dan Paryati 2006). IgY
dapat dimanfaatkan untuk imunodiagnostik melalui uji imunohistokimia (Motoi et
al. 2005) dan uji ELISA (Paryati 2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keberadaan antigen A. galli dengan menggunakan IgY terhadap
ekskretori/sekretori A. galli melalui uji imunohistokimia.


                            BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Penelitian
        Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Departemen Klinik,
Patologi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Waktu Penelitian berlangsung 2 bulan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2007.


Rancangan Penelitian
        Cacing A. galli dewasa dipotong secara transfersal dan longitudinal setebal
3 – 5 µm. Preparat objek ditetesi antibodi primer terhadap ekskretori/sekretori A.
galli, antibodi sekunder (IgY conjugate HRP, rabbit anti-chicken). Preparat objek
ditetesi dengan peroksidase, dan kromogen 3-amino-9-ethyl-carbazole (AEC).
Counterstain dilakukan dengan meneteskan Lillie Mayer Hematoksilin secara
merata dan dicuci dengan dionized water. Preparat objek ditutup dengan cover
glass   yang   digenangi    dengan    gliserin.   Visualisasi   endapan   berwarna
(kromogranin) yang terbentuk diamati di bawah mikroskop yang menunjukkan
adanya kompleks antigen-antibodi (Lehr et al. 1999).


Uji Imunohistokimia
        Preparat histologi jaringan tubuh cacing A. galli dibuat melalui proses
tahapan dehidrasi, clearing, infiltrasi dan embeding dengan parafin, pemotongan
dan pewarnaan. Jaringan diblok di dalam parafin dan disimpan di dalam lemari es
57

agar parafin menjadi lebih keras sehingga memudahkan pemotongan. Cacing A.
galli dipotong secara transfersal dan longitudinal setebal 3 – 5 µm dengan
mikrotom. Sayatan jaringan diapungkan diatas air hangat pada temperatur 60oC
dan dilekatkan pada gelas objek. Parafin dihilangkan dengan xylol (III, II, dan I)
masing-masing selama 3 menit. Rehidrasi dilakukan dengan cara merendam
preparat objek secara bergantian dalam alkohol konsentrasi 95%, 90%, 80%, dan
70% masing-masing selama 3 menit. Preparat objek dicuci (clearing) dengan
diionized water selama 15 menit. Peroksidase endogen dihilangkan dengan H2O2
3% selama 20 menit dan skim milk 0,1% selama 30 menit, dibilas dengan
diionized water dan PBS masing-masing 3 kali 5 menit (Yarim et al. 2004).
       Slide    (preparat   objek)   ditetesi   antibodi   primer   IgY   terhadap
ekskretori/sekretori A. galli secara merata. Antibodi primer yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari hasil purifikasi IgY dengan metode fast performans
liquid chromatografi (FPLC) di dalam kuning telur (yolk) dari ayam yang
diimunisasi dengan antigen ekskretori/sekretori stadium L3 A. galli. Preparat
objek dimasukkan ke dalam kotak preparat (humidity chamber) diberi kertas
tissue yang ditetesi dengan PBS untuk menjaga kelembaban, dimasukkan ke
dalam lemari es pada temperatur 4oC selama satu malam, dan dicuci 3 kali 5 menit
dengan PBS. Preparat objek ditetesi antibodi sekunder (IgY conjugate HRP rabbit
anti-chicken, Promega), diinkubasi pada temperatur ruangan selama satu jam, dan
dicuci 3 kali 5 menit dengan PBS. Preparat objek ditetesi dengan peroksidase,
diinkubasi pada temperatur ruangan selama 30 menit, dan dicuci 3 kali 5 menit
dengan PBS (Ding dan Candido 2000; Inoue et al. 2003; Rostaing et al. 2004; dan
Motoi et al. 2005).
       Preparat objek ditetesi kromogen AEC, diinkubasi pada temperatur
ruangan selama 3 menit, dan dicuci 3 kali 5 menit dengan PBS. Counterstain
dilakukan dengan meneteskan Lillie Mayer Hematoksilin secara merata selama
satu menit dan dicuci dengan dionized water. Preparat objek ditutup dengan cover
glass yang direkatkan dengan gliserin. Imunoreaktivitas positif dievaluasi di
bawah mikroskop dengan lensa objektif 40 kali. Visualisasi endapan berwarna
(kromogranin) yang terbentuk menunjukkan adanya kompleks antigen-antibodi
(Lehr et al. 1999).
58

                            HASIL PENELITIAN


       Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antibodi poliklonal IgY yang
terbentuk oleh rangsangan antigen ekskretori/sekretori stadium L3 A. galli dapat
mengenal keberadaan antigen cacing A. galli. Kompleks antigen-antibodi
ditunjukkan oleh reaksi positif yang ditandai munculnya warna jingga kontras
pada potongan melintang dan memanjang pada bagian kutikula dan saluran cerna
A. galli (Gambar 12).




   A            20 µm




   B    20 µm


     Gambar 12. Reaksi positif uji imunohistokimia terhadap antigen A. galli

Keterangan:   A = potongan melintang (20x), B = potongan memanjang (10x).
              Panah tebal = kutikula, Panah tipis = saluran cerna
59

                               PEMBAHASAN


       Teknik polymer peroxidase merupakan teknik yang banyak digunakan.
Teknik ini menggunakan dua antibodi, yaitu antibodi primer dan antibodi
sekunder yang telah dikonjugasikan dengan peroksidase. Reaksi yang ditimbulkan
dapat diamati dengan mikroskop cahaya yang dapat memberikan gambaran
kualitatif dari intensitas produk warna yang terbentuk (Lehr et al. 1999).
Pembentukan kompleks reaksi antigen-antibodi tersebut berlangsung seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 13.




                                                    P


       Gambar 13. Kompleks antigen-antibodi pada teknik polimer peroksidase


       Untuk mendeteksi peroksidase, ditambahkan suatu kromogen yang dapat
menghasilkan endapan berwarna (kromogranin) pada suatu reaksi sehingga
produk dapat tervisualisasi. Tujuan umum teknik imunohistokimia adalah untuk
mengidentifikasi dan mengkarakterisasi komponen struktur dan fungsi sel, oleh
karena itu kompleks antigen-antibodi yang terjadi harus dilabel dengan suatu cara
khusus agar dapat tervisualisasi. Substansi yang cocok untuk melabel kompleks
tersebut adalah yang memberikan reaksi warna yang tegas. Kromogen yang
digunakan pada reaksi yang berperoksidase adalah AEC sehingga reaksi
berlangsung seperti yang terlihat pada Gambar 14.


                      Peroksidase
       H2 O2                                        Endapan merah jambu
                                                    (kromogranin)
               AEC
               Gambar 14. Reaksi pembentukan produk berwarna
60

       Penambahan AEC tidak akan menghasilkan kromogranin tanpa adanya
H2O2 dan peroksidase. Antibodi primer akan bereaksi/berikatan dengan antigen
(molekul) jaringan yang dideteksi, selanjutnya antibodi yang dilabel dengan
peroksidase akan bereaksi dengan antibodi primer tersebut. Sehingga keberadaan
enzim peroksidase ini melambangkan adanya kompleks antigen-antibodi. Pada
penelitian ini, kompleks antigen-antibodi yang terbentuk pada kutikula dan
sepanjang saluran cerna cacing A. galli menghasilkan warna jingga kontras
(Gambar 12). Lehr et al. (1999) melaporkan bahwa uji imunohistokimia terhadap
karsinoma sel-sel tumor epitel pada itik membentuk dua warna yang kontras.
Warna turquoise (biru hijau) adalah representasi positif sitokeratin sel-sel tumor
sedangkan warna pink (merah jambu) adalah representasi positif vimentin stroma.
       Teknik imunohistokimia adalah salah satu metode imunokimiawi yang
sudah dikembangkan pada imunodiagnostik penyakit parasitik. Yarim et al.
(2004) menyatakan bahwa uji imunohistokimia dapat mendeteksi keberadaan
enzim 3β-hydroxysteroid-dehidrogenase (3β-HSD) pada bradyzoit yang menutupi
sarcocysts di dalam otot skelet domba sebagai inang intermediet Sarcocystis spp.
Nagano et al. (2004) membuktikan bahwa antibodi primer dapat mengenal antigen
cacing Clonorchis sinensis yang berlokasi pada sel-sel epitel intestinal cacing
dewasa dan pada telur intrauterin.


                                KESIMPULAN


       Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa IgY yang terbentuk oleh
rangsangan antigen ekskretori/sekretori larva L3 A. galli dapat mengenal antigen
yang berada pada kutikula dan saluran cerna A. galli.


                                     SARAN


       Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa untuk mengetahui
kemungkinan antigen ekskretori/sekretori stadium L3 dan atau IgY dapat
mengurangi kelangsungan hidup A. galli perlu dilakukan penelitian secara in vivo
dan in vitro.

More Related Content

What's hot

Makalah I
Makalah  IMakalah  I
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
ElviraYunita2
 
Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Rasy Alzi
 
Lap plaque adz
Lap plaque adzLap plaque adz
Lap plaque adz
Dickdick Maulana
 
Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
Kampus-Sakinah
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
Jo Sugiharto
 
Mikrobiologi dasar2010new
Mikrobiologi dasar2010newMikrobiologi dasar2010new
Mikrobiologi dasar2010new
Ayuw Damayanti
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
xie_yeuw_jack
 
Pengantar Mikrobiologi
 Pengantar Mikrobiologi   Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
pjj_kemenkes
 
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologiBab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
Amir Uddin
 
Forensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and Storage
Forensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and StorageForensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and Storage
Forensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and Storage
ZainulHasan13
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 
Mikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisiMikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisi
Adriani Adriani
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi
pjj_kemenkes
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
Winniey Tillich Wahyuni
 
Infeksi opertunistik
Infeksi opertunistikInfeksi opertunistik
Infeksi opertunistik
Gilang Rizki
 
Buku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiBuku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiYudi Aditya
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
C14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarC14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi Dasar
Catatan Medis
 

What's hot (19)

Makalah I
Makalah  IMakalah  I
Makalah I
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012
 
Lap plaque adz
Lap plaque adzLap plaque adz
Lap plaque adz
 
Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
 
Kontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganismeKontrol mikroorganisme
Kontrol mikroorganisme
 
Mikrobiologi dasar2010new
Mikrobiologi dasar2010newMikrobiologi dasar2010new
Mikrobiologi dasar2010new
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
Pengantar Mikrobiologi
 Pengantar Mikrobiologi   Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
 
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologiBab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
 
Forensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and Storage
Forensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and StorageForensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and Storage
Forensic Goodwin 3. Biological Material Collection, Caracterization, and Storage
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Mikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisiMikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisi
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
 
Infeksi opertunistik
Infeksi opertunistikInfeksi opertunistik
Infeksi opertunistik
 
Buku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiBuku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologi
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 
C14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi DasarC14 Mikrobiologi Dasar
C14 Mikrobiologi Dasar
 

Viewers also liked

Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...
Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...
Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...
Fernando Ferrer, MBA
 
Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Tu Nguyen
 
Convocatoria gestor multigrado
Convocatoria gestor multigradoConvocatoria gestor multigrado
Convocatoria gestor multigrado
Área de Gestión Ugel Quince
 
95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xp95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xpIlan Surf ﺕ
 
領導專書研讀報告
領導專書研讀報告領導專書研讀報告
領導專書研讀報告
topming
 
codigo de etica
codigo de eticacodigo de etica
codigo de etica
nilena sanchez
 
Proyecto informatica (1)
Proyecto informatica (1)Proyecto informatica (1)
Proyecto informatica (1)
Felipe Valencia
 

Viewers also liked (8)

Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...
Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...
Avoiding invasive tactics when conquering markets, by Fernando Ferrer. Multin...
 
Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Math Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
 
Convocatoria gestor multigrado
Convocatoria gestor multigradoConvocatoria gestor multigrado
Convocatoria gestor multigrado
 
95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xp95 tip & trik registry win xp
95 tip & trik registry win xp
 
領導專書研讀報告
領導專書研讀報告領導專書研讀報告
領導專書研讀報告
 
Taeguk 7
Taeguk 7 Taeguk 7
Taeguk 7
 
codigo de etica
codigo de eticacodigo de etica
codigo de etica
 
Proyecto informatica (1)
Proyecto informatica (1)Proyecto informatica (1)
Proyecto informatica (1)
 

Similar to DETEKSI KEBERADAAN ANTIGEN Ascaridia galli DENGAN IMUNOGLOBULIN YOLK MELALUI METODE IMUNOHISTOKIMIA

Triploidisasi
TriploidisasiTriploidisasi
Triploidisasi
Igna nada
 
Jurnal 1
Jurnal 1Jurnal 1
Jurnal 1
Khafid Nawawi
 
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantapBIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
MRashyaQubillah
 
Kisi2 mikro
Kisi2 mikroKisi2 mikro
Kelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdf
Kelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdfKelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdf
Kelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdf
MaretaWindi
 
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfjm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
YuliWulanSari5
 
Makalah macam macam imunoglobulin2
Makalah macam macam imunoglobulin2Makalah macam macam imunoglobulin2
Makalah macam macam imunoglobulin2
Septian Muna Barakati
 
Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)
Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)
Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)
Didi Yudha
 
Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...
Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...
Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...
Operator Warnet Vast Raha
 
skripsi Firman Darmawan FTIP UNPAD
skripsi Firman Darmawan FTIP UNPADskripsi Firman Darmawan FTIP UNPAD
skripsi Firman Darmawan FTIP UNPAD
firmandarmawann
 
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anakKontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Ariyanto Harsono
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
aulidya nurul habibah
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisaulidya nurul habibah
 
Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8
Raden Saputra
 
Tugas
TugasTugas
Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02
Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02
Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02
Liana Susanti SMPN 248
 
231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx
231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx
231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx
LightMan9
 
Bioteknologi KEL 5
Bioteknologi KEL 5Bioteknologi KEL 5
Bioteknologi KEL 5
kelompok limo
 
Efikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdf
Efikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdfEfikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdf
Efikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdf
ekohendrigunawan1
 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
Anka Rahmi Utami
 

Similar to DETEKSI KEBERADAAN ANTIGEN Ascaridia galli DENGAN IMUNOGLOBULIN YOLK MELALUI METODE IMUNOHISTOKIMIA (20)

Triploidisasi
TriploidisasiTriploidisasi
Triploidisasi
 
Jurnal 1
Jurnal 1Jurnal 1
Jurnal 1
 
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantapBIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
 
Kisi2 mikro
Kisi2 mikroKisi2 mikro
Kisi2 mikro
 
Kelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdf
Kelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdfKelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdf
Kelompok 3_Pengujian ALT_Prak Wastu.pdf
 
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfjm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
 
Makalah macam macam imunoglobulin2
Makalah macam macam imunoglobulin2Makalah macam macam imunoglobulin2
Makalah macam macam imunoglobulin2
 
Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)
Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)
Artikel ilmiah didi yudha p. 061211133046 (1)
 
Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...
Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...
Antibody meupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan di bentuk sebagai...
 
skripsi Firman Darmawan FTIP UNPAD
skripsi Firman Darmawan FTIP UNPADskripsi Firman Darmawan FTIP UNPAD
skripsi Firman Darmawan FTIP UNPAD
 
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anakKontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
 
Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02
Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02
Bioteknologi Bab 6 131210050429- kelas 9 G smpn264 jakart-aphpapp02
 
231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx
231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx
231118-uji-mpn-coliform-dan-identifikasi-fungi-c34e5735.docx
 
Bioteknologi KEL 5
Bioteknologi KEL 5Bioteknologi KEL 5
Bioteknologi KEL 5
 
Efikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdf
Efikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdfEfikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdf
Efikasi_Oxytetracycline_Terhadap_Kesehatan_Ikan_Le.pdf
 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
 

More from REISA Class

sindrom down
sindrom downsindrom down
sindrom down
REISA Class
 
Antibiotika resistensi
Antibiotika resistensiAntibiotika resistensi
Antibiotika resistensiREISA Class
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
REISA Class
 
jenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksijenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksiREISA Class
 
gastritis (magh)
gastritis (magh) gastritis (magh)
gastritis (magh) REISA Class
 
pengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraanpengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraan
REISA Class
 
Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011
REISA Class
 
perawakan-pendek
perawakan-pendekperawakan-pendek
perawakan-pendekREISA Class
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDREISA Class
 
karakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dinikarakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia diniREISA Class
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangREISA Class
 
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuanperbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
REISA Class
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
REISA Class
 
penyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakpenyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakREISA Class
 
mengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakmengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakREISA Class
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
REISA Class
 
Menyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakMenyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakREISA Class
 

More from REISA Class (20)

Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
sindrom down
sindrom downsindrom down
sindrom down
 
Antibiotika resistensi
Antibiotika resistensiAntibiotika resistensi
Antibiotika resistensi
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
 
jenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksijenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksi
 
lipid
lipidlipid
lipid
 
gastritis (magh)
gastritis (magh) gastritis (magh)
gastritis (magh)
 
pengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraanpengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraan
 
Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
perawakan-pendek
perawakan-pendekperawakan-pendek
perawakan-pendek
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
 
karakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dinikarakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dini
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
 
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuanperbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
penyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakpenyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anak
 
mengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakmengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anak
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
 
Menyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakMenyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anak
 

Recently uploaded

PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
IrfanAudah1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Andre664723
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 

Recently uploaded (20)

PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 

DETEKSI KEBERADAAN ANTIGEN Ascaridia galli DENGAN IMUNOGLOBULIN YOLK MELALUI METODE IMUNOHISTOKIMIA

  • 1. 54 DETEKSI KEBERADAAN ANTIGEN Ascaridia galli DENGAN IMUNOGLOBULIN YOLK MELALUI METODE IMUNOHISTOKIMIA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan antigen ekskretori/sekretori Ascaridia galli dengan metode imunohistokimia. Cacing A. galli dewasa dipotong secara melintang dan memanjang pada bagian kepala dan ekor. Jaringan tubuh A. galli yang dipotong diblok di dalam parafin dan preparat histologi dibuat melalui proses tahapan dehidrasi, clearing, infiltrasi dan embeding dengan parafin, pemotongan dan pewarnaan. Keberadaan antigen pada jaringan cacing A. galli dideteksi dengan uji imunohistokimia. Slide dihangatkan di dalam buffer sitrat pada temperatur 90-95oC. Aktivitas endogen dihambat dengan H2O2 3% dan skim milk 0,1%. Slide diinkubasikan dengan antibodi primer imunoglobulin yolk (IgY) selama satu malam pada temperatur 4oC, dan antibodi sekunder anti-chicken IgY HRP-conjugat selama satu jam pada temperatur ruangan. Slide diwarnai dengan kromogen AEC, conterstain dengan Lillie Mayer Haematoxylin, dan ditutup di dalam genangan gliserin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antigen dapat dideteksi keberadaannya pada bagian kutikula dan saluran cerna A. galli. Hasil tersebut merefleksikan bahwa IgY yang terbentuk oleh rangsangan produk ekskretori/sekretori stadium L3 A. galli dapat mengenal antigen A. galli sehingga IgY tersebut dapat digunakan dalam imunodiagnostik. Kata kunci: Ascaridia galli, antigen ekskretori/sekretori, imunohistokimia ABSTRACT The purpose of the present study was to determine the presence of antigen in the Ascaridia galli. A. galli adult worms were cut in transversal and longitudinal by mean of cranial and caudal. The tissue of A. galli were blocked in paraffin and the histologic preparates were done by means of dehydration, clearing, infiltration and embedding in paraffin, section and staining. The antigen were detected with immunohistochemistry. Slides were warmed in citrate buffer at 90-95oC. Endogenous activities were blocked with 3% H2O2 and 0.1% skim milk. Slides were incubated with both primary antibody yolk immunoglobulin (IgY) for overnight at 4oC and secondary antibody rabbit anti-chicken IgY HRP-conjugate for one hour at room temperature. Slides were stained with AEC chromogen, counterstained with Lillie Mayer Haematoxylin, and mounted in glyserin aqueous mount. The result showed that antigen were able detected in cuticle and intestines of A. galli. This research concluded that IgY stimulated by the excretory/ secretory antigen of L3 stage was able to recognized A. galli antigen so the IgY could be applied for immunodiagnostic. Key words: Ascaridia galli, excretory/secretory antigen, immunohistochemistry
  • 2. 55 PENDAHULUAN Metode deteksi antigen-antibodi telah banyak dikembangkan seiring dengan penemuan teknologi mutakhir dalam bidang biologi molekuler bersamaan dengan penemuan terbaru metode produksi antibodi spesifik terhadap antigen di dalam serum dan kuning telur (yolk). Kemajuan tersebut memberi kesempatan untuk membuat cara imunodiagnostik yang aman dan akurat (Motoi et al. 2005). Lehr et al. (1999) menyatakan bahwa kombinasi dari konsep-konsep imunologis dan histologis merupakan suatu jalan yang terbukti sangat berguna dalam biologi molekuler dan biomedis, terutama dalam analisis imunoserologis pada organ-organ dalam keadaan normal maupun patologik. Untuk tujuan tersebut telah digambarkan pendekatan kuantitatif sejak abad terakhir ini, misalnya oleh Ehrlich dan Landsteiner sebagai pelopor-pelopor dalam pengembangan teknik ini. Prinsip dari teknik imunohistokimia adalah adanya ikatan antigen-antibodi yang digunakan untuk mendeteksi suatu molekul dalam jaringan. Pada penelitian ini, metode imunohistokimia ditujukan untuk mendeteksi antigen cacing A. galli dengan menggunakan IgY yang dipicu oleh antigen ekskretori/sekretori stadium L3 A. galli sebagai antibodi primer sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi. Motoi et al. (2005) membuktikan bahwa IgY yang dipicu oleh antigen virus rabies dapat digunakan pada uji imunohistokimia yang sangat rektif mengenal antigen rabies pada sitoplasma sel-sel neuron (sel syaraf) dari ganglion trigeminal jaringan otak tikus. Imunohistokimia diartikan sebagai suatu metode untuk mendeteksi suatu molekul yang ada di jaringan dengan menggunakan antibodi poliklonal atau monoklonal terhadap molekul yang akan dideteksi (merupakan reaksi antigen- antibodi) dan dapat memberikan gambaran kualitatif dari intensitas warna yang terbentuk maupun gambaran kuantitatif. Teknik imunohistokimia dapat digunakan untuk mempelajari distribusi enzim yang spesifik pada struktur sel intak (normal/lengkap), mendeteksikan komponen sel, biomakromolekul seperti protein, karbohidrat (Lehr et al. 1999; Ding dan Candido 2000; Nagano et al. 2004; Yarim et al. 2004; Rostaing et al. 2004; dan Motoi et al. 2005).
  • 3. 56 Kemajuan teknologi yang telah dicapai untuk produksi imunoglobulin yolk (IgY) yang mudah dan efisien membuka peluang pemanfaatan IgY dalam berbagai uji imunodiagnostik dan pencegahan penyakit infeksi. IgY telah dimanfaatkan untuk mencegah diare dan karies pada gigi (Soejoedono et al. 2005), dan untuk mencegah rabies (Motoi et al. 2006; dan Paryati 2006). IgY dapat dimanfaatkan untuk imunodiagnostik melalui uji imunohistokimia (Motoi et al. 2005) dan uji ELISA (Paryati 2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan antigen A. galli dengan menggunakan IgY terhadap ekskretori/sekretori A. galli melalui uji imunohistokimia. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Departemen Klinik, Patologi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian berlangsung 2 bulan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2007. Rancangan Penelitian Cacing A. galli dewasa dipotong secara transfersal dan longitudinal setebal 3 – 5 µm. Preparat objek ditetesi antibodi primer terhadap ekskretori/sekretori A. galli, antibodi sekunder (IgY conjugate HRP, rabbit anti-chicken). Preparat objek ditetesi dengan peroksidase, dan kromogen 3-amino-9-ethyl-carbazole (AEC). Counterstain dilakukan dengan meneteskan Lillie Mayer Hematoksilin secara merata dan dicuci dengan dionized water. Preparat objek ditutup dengan cover glass yang digenangi dengan gliserin. Visualisasi endapan berwarna (kromogranin) yang terbentuk diamati di bawah mikroskop yang menunjukkan adanya kompleks antigen-antibodi (Lehr et al. 1999). Uji Imunohistokimia Preparat histologi jaringan tubuh cacing A. galli dibuat melalui proses tahapan dehidrasi, clearing, infiltrasi dan embeding dengan parafin, pemotongan dan pewarnaan. Jaringan diblok di dalam parafin dan disimpan di dalam lemari es
  • 4. 57 agar parafin menjadi lebih keras sehingga memudahkan pemotongan. Cacing A. galli dipotong secara transfersal dan longitudinal setebal 3 – 5 µm dengan mikrotom. Sayatan jaringan diapungkan diatas air hangat pada temperatur 60oC dan dilekatkan pada gelas objek. Parafin dihilangkan dengan xylol (III, II, dan I) masing-masing selama 3 menit. Rehidrasi dilakukan dengan cara merendam preparat objek secara bergantian dalam alkohol konsentrasi 95%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 3 menit. Preparat objek dicuci (clearing) dengan diionized water selama 15 menit. Peroksidase endogen dihilangkan dengan H2O2 3% selama 20 menit dan skim milk 0,1% selama 30 menit, dibilas dengan diionized water dan PBS masing-masing 3 kali 5 menit (Yarim et al. 2004). Slide (preparat objek) ditetesi antibodi primer IgY terhadap ekskretori/sekretori A. galli secara merata. Antibodi primer yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hasil purifikasi IgY dengan metode fast performans liquid chromatografi (FPLC) di dalam kuning telur (yolk) dari ayam yang diimunisasi dengan antigen ekskretori/sekretori stadium L3 A. galli. Preparat objek dimasukkan ke dalam kotak preparat (humidity chamber) diberi kertas tissue yang ditetesi dengan PBS untuk menjaga kelembaban, dimasukkan ke dalam lemari es pada temperatur 4oC selama satu malam, dan dicuci 3 kali 5 menit dengan PBS. Preparat objek ditetesi antibodi sekunder (IgY conjugate HRP rabbit anti-chicken, Promega), diinkubasi pada temperatur ruangan selama satu jam, dan dicuci 3 kali 5 menit dengan PBS. Preparat objek ditetesi dengan peroksidase, diinkubasi pada temperatur ruangan selama 30 menit, dan dicuci 3 kali 5 menit dengan PBS (Ding dan Candido 2000; Inoue et al. 2003; Rostaing et al. 2004; dan Motoi et al. 2005). Preparat objek ditetesi kromogen AEC, diinkubasi pada temperatur ruangan selama 3 menit, dan dicuci 3 kali 5 menit dengan PBS. Counterstain dilakukan dengan meneteskan Lillie Mayer Hematoksilin secara merata selama satu menit dan dicuci dengan dionized water. Preparat objek ditutup dengan cover glass yang direkatkan dengan gliserin. Imunoreaktivitas positif dievaluasi di bawah mikroskop dengan lensa objektif 40 kali. Visualisasi endapan berwarna (kromogranin) yang terbentuk menunjukkan adanya kompleks antigen-antibodi (Lehr et al. 1999).
  • 5. 58 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antibodi poliklonal IgY yang terbentuk oleh rangsangan antigen ekskretori/sekretori stadium L3 A. galli dapat mengenal keberadaan antigen cacing A. galli. Kompleks antigen-antibodi ditunjukkan oleh reaksi positif yang ditandai munculnya warna jingga kontras pada potongan melintang dan memanjang pada bagian kutikula dan saluran cerna A. galli (Gambar 12). A 20 µm B 20 µm Gambar 12. Reaksi positif uji imunohistokimia terhadap antigen A. galli Keterangan: A = potongan melintang (20x), B = potongan memanjang (10x). Panah tebal = kutikula, Panah tipis = saluran cerna
  • 6. 59 PEMBAHASAN Teknik polymer peroxidase merupakan teknik yang banyak digunakan. Teknik ini menggunakan dua antibodi, yaitu antibodi primer dan antibodi sekunder yang telah dikonjugasikan dengan peroksidase. Reaksi yang ditimbulkan dapat diamati dengan mikroskop cahaya yang dapat memberikan gambaran kualitatif dari intensitas produk warna yang terbentuk (Lehr et al. 1999). Pembentukan kompleks reaksi antigen-antibodi tersebut berlangsung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13. P Gambar 13. Kompleks antigen-antibodi pada teknik polimer peroksidase Untuk mendeteksi peroksidase, ditambahkan suatu kromogen yang dapat menghasilkan endapan berwarna (kromogranin) pada suatu reaksi sehingga produk dapat tervisualisasi. Tujuan umum teknik imunohistokimia adalah untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi komponen struktur dan fungsi sel, oleh karena itu kompleks antigen-antibodi yang terjadi harus dilabel dengan suatu cara khusus agar dapat tervisualisasi. Substansi yang cocok untuk melabel kompleks tersebut adalah yang memberikan reaksi warna yang tegas. Kromogen yang digunakan pada reaksi yang berperoksidase adalah AEC sehingga reaksi berlangsung seperti yang terlihat pada Gambar 14. Peroksidase H2 O2 Endapan merah jambu (kromogranin) AEC Gambar 14. Reaksi pembentukan produk berwarna
  • 7. 60 Penambahan AEC tidak akan menghasilkan kromogranin tanpa adanya H2O2 dan peroksidase. Antibodi primer akan bereaksi/berikatan dengan antigen (molekul) jaringan yang dideteksi, selanjutnya antibodi yang dilabel dengan peroksidase akan bereaksi dengan antibodi primer tersebut. Sehingga keberadaan enzim peroksidase ini melambangkan adanya kompleks antigen-antibodi. Pada penelitian ini, kompleks antigen-antibodi yang terbentuk pada kutikula dan sepanjang saluran cerna cacing A. galli menghasilkan warna jingga kontras (Gambar 12). Lehr et al. (1999) melaporkan bahwa uji imunohistokimia terhadap karsinoma sel-sel tumor epitel pada itik membentuk dua warna yang kontras. Warna turquoise (biru hijau) adalah representasi positif sitokeratin sel-sel tumor sedangkan warna pink (merah jambu) adalah representasi positif vimentin stroma. Teknik imunohistokimia adalah salah satu metode imunokimiawi yang sudah dikembangkan pada imunodiagnostik penyakit parasitik. Yarim et al. (2004) menyatakan bahwa uji imunohistokimia dapat mendeteksi keberadaan enzim 3β-hydroxysteroid-dehidrogenase (3β-HSD) pada bradyzoit yang menutupi sarcocysts di dalam otot skelet domba sebagai inang intermediet Sarcocystis spp. Nagano et al. (2004) membuktikan bahwa antibodi primer dapat mengenal antigen cacing Clonorchis sinensis yang berlokasi pada sel-sel epitel intestinal cacing dewasa dan pada telur intrauterin. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa IgY yang terbentuk oleh rangsangan antigen ekskretori/sekretori larva L3 A. galli dapat mengenal antigen yang berada pada kutikula dan saluran cerna A. galli. SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa untuk mengetahui kemungkinan antigen ekskretori/sekretori stadium L3 dan atau IgY dapat mengurangi kelangsungan hidup A. galli perlu dilakukan penelitian secara in vivo dan in vitro.