SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh
Raden Hendra Ariyapijati, Dr.,ST, MT
Teknik Teknik Sipil
08
1
(Rev
201
7)
MODULPERKULIAHAN
Perancangan
Perkerasan Jalan
Desain Perkerasan Kaku
Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)
Perkerasan kaku
merupakan tipe perkerasan
Jalan dengan bahan
pengikat semen. Bahan
yang dicampurkan dengan
agregat dan air, yang
dihampar diatas base
dengan maksud agar lalu
lintas dapat berjalan dengan
lancar dan mampu
mendukung beban lalulintas.
Mahasiswa dapat mendesain tebal
perkerasan kaku dengan metode
AASHTO, l
konstruksi perkerasan
sesuai beban lalu lintas dan
lingkungan.
1
PERENCANAAN RIGID PAVEMENT
DENGAN METODE AASHTO 1993
A. Umum
Perencanaan mengacu pada AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials) guide for design of pavement structures 1993 (selanjutnya disebut
AASHTO 1993). Langkah-langkah / tahapan, prosedur dan parameter-parameter perencanaan
secara praktis diberikan sebagai berikut dibawah ini.
Parameter perencanaan terdiri :
 Analisis lalu-lintas : mencakup umur rencana, lalu-lintas harian rata-rata, pertumbuhan
lalu-lintas tahunan, vehicle damage factor, equivalent single axle load
 Terminal serviceability index
 Initial serviceability
 Serviceability loss
 Reliability
 Standar normal deviasi
 Standar deviasi
 CBR dan Modulus reaksi tanah dasar
 Modulus elastisitas beton, fungsi dari kuat tekan beton
 Flexural strength
 Drainage coefficient
 Load transfer coefficient
Bagan alir prosedur perencanaan diperlihatkan seperti pada Gambar 3.1.
B. Analisis Lalu – Lintas (Traffic Desain)
1. Umur rencana
Umur rencana rigid pavement umumnya diambil 20 tahun untuk konstruksi baru.
Lalu-lintas harian rata-rata (LHR) dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan
Ciri pengenalan penggolongan kendaraan seperti dibawah ini, penggolongan lalu-lintas
terdapat paling tidak 3 versi yaitu berdasar Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997(Tabel
3.1.), berdasar Pedoman Teknis No. Pd.T-19-2004-B Survai pencacahan lalu lintas dengan
cara manual (Tabel 3.2.), dan berdasar PT. Jasa Marga (Persero) lihat Tabel 3.3.
2
Desain tebal perkerasan jalan kaku
Umur rencana
Faktor distribusi arah
Traffic Faktor distribusi lajur
LHR pada tahun dibuka
Pertumbuhan lalu-lintas tahunan
Vehicle damage factor
Reliability Standard normal deviation
Standard deviation
Tidak
Serviceability Terminal serviceability Check Ya Tebal pelat
Initial serviceability Equation
Kuat tekan beton Modulus elastisitas beton
Drainage coefficient
Load transfer coefficient
CBR
rencana
Flexural strength
Serviceability loss Coba
Tebal pelat
Desain ESAL
Modulus reaksi tanah dasar
BAGAN ALIR PROSEDUR PERENCANAAN TEBAL
PERKERASAN KAKU – CARA AASHTO 1993
Gambar 3.1.
Pengenalan ciri kendaraan :
 Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaraan penumpang umum maximal 12 tempat duduk
seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-up yang diberi penaung kanvas / pelat dengan rute
dalam kota dan sekitarnya atau angkutan pedesaan.
 Umumnya sebagai kendaraan barang, maximal beban sumbu belakang 3,5 ton dengan
bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
 Bus kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 16 s/d
26 kursi, seperti Kopaja, Metromini, Elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda
(STRG) dan panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus ¾. : Golongan 5a.
 Bus besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 30
s/d 50 kursi, seperti bus malam, bus kota, bus antar kota yang berukuran  12 m dan STRG
: Golongan 5b.
3
Desain tebal perkerasan jalan kaku
 Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu belakang antara 5 -
10 ton (MST 5, 8, 10 dan STRG) : Golongan 6.
 Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang letaknya STRT dan
SGRG (sumbu ganda roda ganda) : Golongan 7a.
 Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi gandengan bak truk
dan dihubungkan dengan batang segitiga. Disebut juga Full Trailer Truck : Golongan 7b.
 Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri dari kepala truk
dengan 2 - 3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang
beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula : Golongan 7c.
Tabel 3.1. : Penggolongan kendaraan berdasar MKJI.
No. Type kendaraan Golongan
1. Sedan, jeep, st. wagon 2
2. Pick-up, combi 3
3. Truck 2 as (L), micro truck, mobil hantaran 4
4. Bus kecil 5a
5. Bus besar 5b
6. Truck 2 as (H) 6
7. Truck 3 as 7a
8. Trailer 4 as, truck gandengan 7b
9. Truck s. trailer 7c
Tabel 3.2. : Penggolongan kendaraan berdasar Pedoman Teknis No. Pd.T-19-2004-B.
No. Jenis kendaraan yang masuk kelompok ini adalah Golongan
1. Sedan, jeep, dan Station Wagon 2
2. Opelet, Pick-up opelet, Sub-urban, Combi, Minibus 3
3. Pick-up, Micro Truck dan Mobil hantaran atau Pick-up Box 4
4. Bus Kecil 5a
5. Bus Besar 5b
6. Truk ringan 2 sumbu 6a
7. Truk sedang 2 sumbu 6b
8. Truk 3 sumbu 7a
9. Truk Gandengan 7b
10. Truk Semi Trailer 7c
4
Desain tebal perkerasan jalan kaku
Tabel 3.3. : Penggolongan kendaraan berdasar PT. Jasa Marga (Persero).
No. Golongan kendaraan
1 Golongan 1
2 Golongan 1 au
3 Golongan 2 a
4 Golongan 2 a au
5 Golongan 2 b
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan dari parameter lalu-lintas harian rata-rata dan
pertumbuhan lalu-lintas tahunan, untuk memudahkan dalam analisis, disajikan dalam suatu
tabel (lihat Tabel 3.4.), dalam tabel ini digabungkan sekalian data / parameter vehicle damage
factor (VDF).
Tabel 3.4. : Data / parameter Golongan kendaraan, LHR, Pertumbuhan lalu-lintas ( i ) & VDF.
No. Jenis kendaraan Gol. LHR i (%) VDF
1. Sedan, jeep, dan Station Wagon 2
2. Opelet, Pick-up opelet, Sub-urban, Combi, Minibus 3
3. Pick-up, Micro Truck dan Mobil hantaran atau Pick-up Box 4
4. Bus Kecil 5a
5. Bus Besar 5b
6. Truk ringan 2 sumbu 6a
7. Truk sedang 2 sumbu 6b
8. Truk 3 sumbu 7a
9. Truk Gandengan 7b
10. Truk Semi Trailer 7c
Keterangan :
Contoh diatas, penggolongan kendaraan mengacu pada Pedoman Teknis No. Pd.T-19-
2004-B.
LHR : Jumlah lalu-lintas harian rata-rata (kendaraan) pada tahun survai / pada tahun
terakhir.
i : Pertumbuhan lalu-lintas per tahun (%)
VDF : Nilai damage factor
5
Desain tebal perkerasan jalan kaku
2. Analisa lalu lintas (Traffic design)
Data dan parameter lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan
meliputi:
 Jenis kendaraan.
 Volume lalu-lintas harian rata-rata.
 Pertumbuhan lalu-lintas tahunan.
 Damage factor.
 Umur rencana.
 Faktor distribusi arah.
 Faktor distribusi lajur.
 Equivalent Single Axle Load, ESAL selama umur rencana (traffic design).
Faktor distribusi arah : DD = 0,3 – 0,7 dan umumnya diambil 0,5 (AASHTO 1993 hal. II-9).
Faktor distribusi lajur (DL), mengacu pada Tabel 6.14.(AASHTO 1993 halaman II-9).
Tabel 3.14. : Faktor distribusi lajur (DL).
Jumlah lajur setiap arah DL (%)
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4
Rumus umum desain traffic (ESAL = Equivalent Single Axle Load) :
dimana :
W18 = Traffic design pada lajur lalu-lintas, Equivalent Single Axle Load.
LHRj = Jumlah lalu-lintas harian rata-rata 2 arah untuk jenis kendaraan j.
VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
DD = Faktor distribusi arah.
DL = Faktor distribusi lajur.
N1 = Lalu-lintas pada tahun pertama jalan dibuka.
Nn = Lalu-lintas pada akhir umur rencana.
 




Nn
N
L
D
j
j D
D
VDF
LHR
W
1
18 365
6
Desain tebal perkerasan jalan kaku
Lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan adalah lalu-lintas kumulatif
selama umur rencana. Besaran ini didapatkan dengan mengalikan beban gandar standar
kumulatif pada jalur rencana selama setahun dengan besaran kenaikan lalu-lintas (traffic
growth). Secara numerik rumusan lalu-lintas kumulatif ini sebagai berikut :
dimana :
Wt = Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
W18 = Beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.
n = Umur pelayanan, atau umur rencana UR (tahun).
g = perkembangan lalu-lintas (%)
3. California Bearing Ratio (CBR)
California Bearing Ratio (CBR), dalam perencanaan perkerasan kaku digunakan untuk
penentuan nilai parameter modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction : k).
CBR yang umum digunakan di Indonesia berdasar besaran 6 % untuk lapis tanah dasar,
mengacu pada spesifikasi (versi Kimpraswil / Departemen Pekerjaan Umum edisi 2004 dan
versi Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta edisi 2004). Akan tetapi tanah dasar dengan nilai
CBR 5 % dan atau 4 % pun dapat digunakan setelah melalui kajian geoteknik, dengan CBR
kurang dari 6 % ini jika digunakan sebagai dasar perencanaan tebal perkerasan, masalah
yang terpengaruh adalah fungsi tebal perkerasan yang akan bertambah, atau masalah
penanganan khusus lapis tanah dasar tersebut.
4. Material Konstruksi Perkerasan
Material perkerasan yang digunakan dengan parameter yang terkait dalam perencanaan
tebal perkerasan sebagai berikut :
1. Pelat beton
 Flexural strength (Sc’) = 45 kg/cm2
 Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : fc’ =
350 kg/cm2 (disarankan)
2. Wet lean concrete Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : fc’ =105 kg/cm2 Sc’
digunakan untuk
 
g
g
W
W
n
t
1
1
18




7
Desain tebal perkerasan jalan kaku
penentuan paramater flexural strength, dan fc’ digunakan untuk penentuan parameter
modulus elastisitas beton (Ec).
C. Parameter Perhitungan Tebal Pelat
1. Reliability
Reliability : Probabilitas bahwa perkerasan yang direncanakan akan tetap memuaskan
selama masa layannya. Penetapan angka Reliability dari 50 % sampai 99,99 % menurut
AASHTO merupakan tingkat kehandalan desain untuk mengatasi, mengakomodasi
kemungkinan melesetnya besaran-besaran desain yang dipakai. Semakin tinggi reliability
yang dipakai semakin tinggi tingkat mengatasi kemungkinan terjadinya selisih (deviasi)
desain. Besaran-besaran desain yang terkait dengan ini antara lain :
 Peramalan kinerja perkerasan.
 Peramalan lalu-lintas.
 Perkiraan tekanan gandar.
 Pelaksanaan konstruksi.
1. Kinerja perkerasan diramalkan pada angka desain Terminal Serviceability pt = 2,5
(untuk jalan raya utama), pt = 2,0 (untuk jalan lalu-lintas rendah), dan Initial
Serviceability po = 4,5 (angka ini bergerak dari 0 – 5).
2. Peramalan lalu-lintas dilakukan dengan studi tersendiri, bukan hanya didasarkan
rumus empirik. Tingkat kehandalan jauh lebih baik dibandingkan bila dilakukan
secara empiris, linear, atau data sekunder.
3. Perkiraan tekanan gandar yang diperoleh secara primer dari WIM survey, tingkat
kehandalannya jauh lebih baik dibanding menggunakan data sekunder.
4. Dalam pelaksanaan konstruksi, spesifikasi sudah membatasi tingkat / syarat agar
perkerasan sesuai (atau lebih) dari apa yang diminta desain. Bahkan desain
merupakan syarat minimum dalam spesifikasi.
Mengkaji keempat faktor diatas, penetapan besaran dalam desain sebetulnya sudah
menekan sekecil mungkin penyimpangan yang akan terjadi. Tetapi tidak ada satu
jaminan-pun berapa besar dari keempat faktor tersebut menyimpang.
Reliability (R) mengacu pada Tabel 3.15. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-9).
Standard normal deviate (ZR) mengacu pada Tabel 2.17. (diambil dari AASHTO 1993
halaman I-62).
Standard deviation untuk rigid pavement : So = 0,30 – 0,40 (diambil dari AASHTO 1993
halaman I-62).
8
Desain tebal perkerasan jalan kaku
Penetapan konsep Reliability dan Standar Deviasi :
Parameter reliability dapat ditentukan sebagai berikut :
 Berdasar parameter klasifikasi fungsi jalan
 Berdasar status lokasi jalan urban / rural
 Penetapan tingkat Reliability (R)
 Penetapan standard normal deviation (ZR)
 Penetapan standar deviasi (So)
 Kehandalan data lalu-lintas dan beban kendaraan
Tabel3.15. : Reliability (R) disarankan.
Klasifikasi Reliability : R (%)
jalan Urban Rural
Jalan tol 85 – 99,9 80 – 99,9
Arteri 80 – 99 75 – 95
Kolektor 80 – 95 75 – 95
Lokal 50 – 80 50 – 80
Catatan : Untuk menggunakan besaran-besaran dalam standar AASHTO ini
sebenarnya dibutuhkan suatu rekaman data, evaluasi desain / kenyataan beserta
biaya konstruksi dan pemeliharaan dalam kurun waktu yang cukup. Dengan demikian
besaran parameter yang dipakai tidak selalu menggunakan “angka tengah” sebagai
kompromi besaran yang diterapkan.
Tabel 3.16. : Standard normal deviation (ZR).
R (%) ZR R (%) ZR
50 - 0,000 93 - 1,476
60 - 0,253 94 - 1,555
75 - 0,674 96 - 1,751
80 - 0,841 97 - 1,881
85 - 1,037 98 - 2,054
90 - 1,282 99 - 2,327
91 - 1,340 99,9 - 3,090
92 - 1,405 99,99 - 3,750
2. Serviceability
Terminal serviceability index (pt) mengacu pada Tabel 3.17. (diambil dari AASHTO 1993
hal II-10). Initial serviceability untuk rigid pavement : po = 4,5 (diambil dari AASHTO 1993
hal. II-10). Total loss of serviceability : t
o p
p
PSI 


9
Desain tebal perkerasan jalan kaku
Effective Modulus of Subgrade Reaction, k (pci)
Tabel3.17. : Terminal serviceability index (pt).
Percent of people
pt
stating unacceptable
12 3,0
55 2,5
85 2,0
Penetapan parameter serviceability :
 Initial serviceability : po = 4,5
 Terminal serviceability index Jalur utama (major highways) : pt = 2,5
 Terminal serviceability index Jalan lalu-lintas rendah : pt = 2,0
 Total loss of serviceability : t
o p
p
PSI 


3. Modulus Reaksi Tanah Dasar
Modulus of subgrade reaction (k) menggunakan gabungan formula dan grafik penentuan
modulus reaksi tanah dasar berdasar ketentuan CBR tanah dasar.
MR = 1.500 x CBR
4
,
19
M
k R

MR = Resilient modulus.
Koreksi Effective Modulus of Subgrade Reaction, menggunakan Grafik pada Gambar 3.4.
(diambil dari AASHTO 1993 halaman II-42).
Faktor Loss of Support (LS) mengacu pada Tabel 3.18. (AASHTO 1993 halaman II-27).
10
Desain tebal perkerasan jalan kaku
C
aliforniaBearingR
atio(C
BR
)
60 70 80 100
25 30 40 50
700 800
2 3 4 5 6 10 15 20
M
odulusreaksitanahdasar:k(psi/in)
100 150 200 250 300 400 500 600
Tabel 3.18. : Loss of Support Factors (LS).
No. Tipe material LS
1. Cement Treated Granular Base ( E = 1.000.000 – 2.000.000 psi ) 0 – 1
2. Cement Aggregate Mixtures ( E = 500.000 – 1.000.000 psi ) 0 – 1
3. Asphalt Treated Base ( E = 350.000 – 1.000.000 psi ) 0 – 1
4. Bituminous Stabilized Mixtures ( E = 40.000 – 300.000 psi ) 0 – 1
5. Lime Stabilized ( E = 20.000 – 70.000 psi ) 1 – 3
6. Unbound Granular Materials ( E = 15.000 – 45.000 psi ) 1 – 3
7. Fine grained / Natural subgrade materials ( E = 3.000 – 40.000 psi ) 2 – 3
Pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar dari referensi / literatur :
Pendekatan nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) dapat menggunakan hubungan nilai CBR
dengan k seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. Diambil dari literatur Highway
Engineering (Teknik Jalan Raya), Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Stanford University &
Oregon State University, 1996.
Gambar 3.5. : Hubungan antara (k) dan (CBR).
4. Modulus Elastisitas Beton
dimana :
Ec = Modulus elastisitas beton (psi).
fc’ = Kuat tekan beton, silinder (psi).
Kuat tekan beton fc’ ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan (jika ada dalam
spesifikasi).
Di Indonesia saat ini umumnya digunakan : fc’ = 350 kg/cm2
'
000
.
57 c
c f
E 
11
Desain tebal perkerasan jalan kaku
5. Flexural Strength
Flexural strength (modulus of rupture) ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan.
Flexural strength saat ini umumnya digunakan : Sc’ = 45 kg/cm2 = 640 psi.
6. Drainage Coefficient
Variabel faktor drainase
AASHTO memberikan 2 variabel untuk menentukan nilai koefisien drainase.
 Variabel pertama : mutu drainase, dengan variasi excellent, good, fair, poor, very poor.
Mutu ini ditentukan oleh berapa lama air dapat dibebaskan dari pondasi perkerasan.
 Variabel kedua : persentasi struktur perkerasan dalam satu tahun terkena air sampai
tingkat mendekati jenuh air (saturated), dengan variasi < 1 %, 1 – 5 %, 5 – 25 %, > 25 %
Penetapan variable mutu drainase
Penetapan variable pertama mengacu pada Tabel 3.19. (diambil dari AASHTO 1993
halaman II-22), dan dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Air hujan atau air dari atas permukaan jalan yang akan masuk kedalam pondasi jalan,
relatif kecil berdasar hidrologi yaitu berkisar 70 – 95 % air yang jatuh di atas jalan aspal /
beton akan masuk ke sistem drainase (sumber : BINKOT Bina Marga & Hidrologi Imam
Subarkah). Kondisi ini dapat dilihat acuan koefisien pengaliran pada Tabel 3.20. & 3.21.
b. Air dari samping jalan yang kemungkinan akan masuk ke pondasi jalan, inipun relatif
kecil terjadi, karena adanya road side ditch, cross drain, juga muka air tertinggi di-desain
terletak di bawah subgrade.
c. Pendekatan dengan lama dan frekuensi hujan, yang rata-rata terjadi hujan selama 3 jam
per hari dan jarang sekali terjadi hujan terus menerus selama 1 minggu.
Maka waktu pematusan 3 jam (bahkan kurang bila memperhatikan butir b.) dapat diambil
sebagai pendekatan dalam penentuan kualitas drainase, sehingga pemilihan mutu
drainase adalah berkisar Good, dengan pertimbangan air yang mungkin masih akan
masuk, quality of drainage diambil kategori Fair.
Untuk kondisi khusus, misalnya sistem drainase sangat buruk, muka air tanah terletak
cukup tinggi mencapai lapisan tanah dasar, dan sebagainya, dapat dilakukan kajian
tersendiri.
12
Tabel 3.19. : Quality of drainage.
Quality of drainage Water removed within
Excellent 2 jam
Good 1 hari
Fair 1 minggu
Poor 1 bulan
Very poor Air tidak terbebaskan
Tabel 3.20. : Koefisien pengaliran C (Binkot)
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990,
Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Tabel 3.21. : Koefisien pengaliran C (Hidrologi, Imam Subarkah)
Type daerah aliran C
Jalan Beraspal 0,70 - 0,95
Beton 0,80 - 0,95
Batu 0,70 - 0,85
Sumber : Hidrologi, Imam Subarkah.
Penetapan variable prosen perkerasan terkena air
Penetapan variable kedua yaitu persentasi struktur perkerasan dalam 1 tahun terkena air
sampai tingkat saturated, relatif sulit, belum ada data rekaman pembanding dari jalan lain,
namun dengan pendekatan-pendekatan, pengamatan dan perkiraan berikut ini, nilai dari faktor
variabel kedua tersebut dapat didekati.
No. Kondisi permukaan tanah Koefisien pengaliran (C)
1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95
2. Bahu jalan :
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
13
Desain tebal perkerasan jalan kaku
Prosen struktur perkerasan dalam 1 tahun terkena air dapat dilakukan pendekatan dengan
asumsi sebagai berikut :
100
W
365
T
24
T
P L
hari
jam
heff 



dimana :
Pheff = Prosen hari effective hujan dalam setahun yang akan berpengaruh terkenanya
perkerasan (dalam %).
Tjam = Rata-rata hujan per hari (jam).
Thari = Rata-rata jumlah hari hujan per tahun (hari)
WL = Faktor air hujan yang akan masuk ke pondasi jalan (%)
Selanjutnya drainage coefficient (Cd) mengacu pada Tabel 6.22.(AASHTO 1993 halaman II–
26).
Tabel 3.22. : Drainage coefficient (Cd).
Percent of time pavement structure is exposed
to moisture levels approaching saturation
Quality of drainage < 1 % 1 – 5 % 5 – 25 % > 25 %
Excellent 1.25 – 1.20 1.20 – 1.15 1.15 – 1.10 1.10
Good 1.20 – 1.15 1.15 – 1.10 1.10 – 1.00 1.00
Fair 1.15 – 1.10 1.10 – 1.00 1.00 – 0.90 0.90
Poor 1.10 – 1.00 1.00 – 0.90 0.90 – 0.80 0.80
Very poor 1.00 – 0.90 0.90 – 0.80 0.80 – 0.70 0.70
Penetapan parameter drainage coefficient :
 Berdasar kualitas drainase
 Kondisi Time pavement structure is exposed to moisture levels approaching
saturation dalam setahun
14
Desain tebal perkerasan jalan kaku
7. Load Transfer
Load transfer coefficient (J) mengacu pada Tabel 3.23. (diambil dari AASHTO 1993
halaman II-26), dan AASHTO halaman III-132.
Tabel 3.23. : Load transfer coefficient.
Shoulder Asphalt Tied PCC
Load transfer devices Yes No Yes No
Pavement type
1. Plain jointed & jointed
reinforced
3.2 3.8 – 4.4 2.5 – 3.1 3.6 – 4.2
2. CRCP 2.9 – 3.2 N/A 2.3 – 2.9 N/A
Pendekatan penetapan parameter load transfer :
 Joint dengan dowel : J = 2,5 – 3,1 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-26).
 Untuk overlay design : J = 2,2 – 2,6 (diambil dari AASHTO 1993 halaman III-132).

More Related Content

Similar to Rigid Pavement

Session 1 perhitungan perkerasan lentur pelebaran
Session 1   perhitungan perkerasan lentur pelebaranSession 1   perhitungan perkerasan lentur pelebaran
Session 1 perhitungan perkerasan lentur pelebaranSuhardiyantoST
 
10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx
10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx
10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptxnugrahafillah1
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Herlyn Meylisa
 
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017Aji Aulia
 
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptxdalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptxprodiftsp2023
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2ergi bari
 
Paper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truckPaper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truckheny novi
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanPPGHybrid1
 
Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul andika dika
 
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)Fathoni Kudo
 
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA Debora Elluisa Manurung
 
Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...
Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...
Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...Debora Elluisa Manurung
 
Konstruksi jalan
Konstruksi jalanKonstruksi jalan
Konstruksi jalanE Sanjani
 
Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...
Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...
Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...Debora Elluisa Manurung
 
Desain perkerasan jalan kelompok 5
Desain perkerasan jalan kelompok 5Desain perkerasan jalan kelompok 5
Desain perkerasan jalan kelompok 5Trisunan Pamungkas
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfHeriansyahPutra5
 
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...Debora Elluisa Manurung
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturHelny Lalan
 
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019Kevin Ferdinand
 

Similar to Rigid Pavement (20)

Session 1 perhitungan perkerasan lentur pelebaran
Session 1   perhitungan perkerasan lentur pelebaranSession 1   perhitungan perkerasan lentur pelebaran
Session 1 perhitungan perkerasan lentur pelebaran
 
10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx
10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx
10_DESEMBER_2022_PERKERASAN_DENGA_METODE_AASHTO_DAN_MDP_KEL.9[1].pptx
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
 
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
 
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptxdalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
 
Bab ii mitha
Bab ii mithaBab ii mitha
Bab ii mitha
 
Paper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truckPaper analisis kerusakan ban dump truck
Paper analisis kerusakan ban dump truck
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
 
Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul
 
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
 
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
PEMILIHAN TEKNIK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN DAN BIAYA PENANGANANNYA
 
Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...
Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...
Analisis Dampak Beban Overloading Pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur ...
 
Konstruksi jalan
Konstruksi jalanKonstruksi jalan
Konstruksi jalan
 
Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...
Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...
Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993...
 
Desain perkerasan jalan kelompok 5
Desain perkerasan jalan kelompok 5Desain perkerasan jalan kelompok 5
Desain perkerasan jalan kelompok 5
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
 
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lentur
 
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019
 

Recently uploaded

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

Rigid Pavement

  • 1. Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh Raden Hendra Ariyapijati, Dr.,ST, MT Teknik Teknik Sipil 08 1 (Rev 201 7) MODULPERKULIAHAN Perancangan Perkerasan Jalan Desain Perkerasan Kaku Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS) Perkerasan kaku merupakan tipe perkerasan Jalan dengan bahan pengikat semen. Bahan yang dicampurkan dengan agregat dan air, yang dihampar diatas base dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar dan mampu mendukung beban lalulintas. Mahasiswa dapat mendesain tebal perkerasan kaku dengan metode AASHTO, l konstruksi perkerasan sesuai beban lalu lintas dan lingkungan.
  • 2. 1 PERENCANAAN RIGID PAVEMENT DENGAN METODE AASHTO 1993 A. Umum Perencanaan mengacu pada AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) guide for design of pavement structures 1993 (selanjutnya disebut AASHTO 1993). Langkah-langkah / tahapan, prosedur dan parameter-parameter perencanaan secara praktis diberikan sebagai berikut dibawah ini. Parameter perencanaan terdiri :  Analisis lalu-lintas : mencakup umur rencana, lalu-lintas harian rata-rata, pertumbuhan lalu-lintas tahunan, vehicle damage factor, equivalent single axle load  Terminal serviceability index  Initial serviceability  Serviceability loss  Reliability  Standar normal deviasi  Standar deviasi  CBR dan Modulus reaksi tanah dasar  Modulus elastisitas beton, fungsi dari kuat tekan beton  Flexural strength  Drainage coefficient  Load transfer coefficient Bagan alir prosedur perencanaan diperlihatkan seperti pada Gambar 3.1. B. Analisis Lalu – Lintas (Traffic Desain) 1. Umur rencana Umur rencana rigid pavement umumnya diambil 20 tahun untuk konstruksi baru. Lalu-lintas harian rata-rata (LHR) dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan Ciri pengenalan penggolongan kendaraan seperti dibawah ini, penggolongan lalu-lintas terdapat paling tidak 3 versi yaitu berdasar Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997(Tabel 3.1.), berdasar Pedoman Teknis No. Pd.T-19-2004-B Survai pencacahan lalu lintas dengan cara manual (Tabel 3.2.), dan berdasar PT. Jasa Marga (Persero) lihat Tabel 3.3.
  • 3. 2 Desain tebal perkerasan jalan kaku Umur rencana Faktor distribusi arah Traffic Faktor distribusi lajur LHR pada tahun dibuka Pertumbuhan lalu-lintas tahunan Vehicle damage factor Reliability Standard normal deviation Standard deviation Tidak Serviceability Terminal serviceability Check Ya Tebal pelat Initial serviceability Equation Kuat tekan beton Modulus elastisitas beton Drainage coefficient Load transfer coefficient CBR rencana Flexural strength Serviceability loss Coba Tebal pelat Desain ESAL Modulus reaksi tanah dasar BAGAN ALIR PROSEDUR PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU – CARA AASHTO 1993 Gambar 3.1. Pengenalan ciri kendaraan :  Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaraan penumpang umum maximal 12 tempat duduk seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-up yang diberi penaung kanvas / pelat dengan rute dalam kota dan sekitarnya atau angkutan pedesaan.  Umumnya sebagai kendaraan barang, maximal beban sumbu belakang 3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).  Bus kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 16 s/d 26 kursi, seperti Kopaja, Metromini, Elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus ¾. : Golongan 5a.  Bus besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 30 s/d 50 kursi, seperti bus malam, bus kota, bus antar kota yang berukuran  12 m dan STRG : Golongan 5b.
  • 4. 3 Desain tebal perkerasan jalan kaku  Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu belakang antara 5 - 10 ton (MST 5, 8, 10 dan STRG) : Golongan 6.  Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang letaknya STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda) : Golongan 7a.  Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi gandengan bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga. Disebut juga Full Trailer Truck : Golongan 7b.  Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri dari kepala truk dengan 2 - 3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula : Golongan 7c. Tabel 3.1. : Penggolongan kendaraan berdasar MKJI. No. Type kendaraan Golongan 1. Sedan, jeep, st. wagon 2 2. Pick-up, combi 3 3. Truck 2 as (L), micro truck, mobil hantaran 4 4. Bus kecil 5a 5. Bus besar 5b 6. Truck 2 as (H) 6 7. Truck 3 as 7a 8. Trailer 4 as, truck gandengan 7b 9. Truck s. trailer 7c Tabel 3.2. : Penggolongan kendaraan berdasar Pedoman Teknis No. Pd.T-19-2004-B. No. Jenis kendaraan yang masuk kelompok ini adalah Golongan 1. Sedan, jeep, dan Station Wagon 2 2. Opelet, Pick-up opelet, Sub-urban, Combi, Minibus 3 3. Pick-up, Micro Truck dan Mobil hantaran atau Pick-up Box 4 4. Bus Kecil 5a 5. Bus Besar 5b 6. Truk ringan 2 sumbu 6a 7. Truk sedang 2 sumbu 6b 8. Truk 3 sumbu 7a 9. Truk Gandengan 7b 10. Truk Semi Trailer 7c
  • 5. 4 Desain tebal perkerasan jalan kaku Tabel 3.3. : Penggolongan kendaraan berdasar PT. Jasa Marga (Persero). No. Golongan kendaraan 1 Golongan 1 2 Golongan 1 au 3 Golongan 2 a 4 Golongan 2 a au 5 Golongan 2 b Data yang dibutuhkan untuk perencanaan dari parameter lalu-lintas harian rata-rata dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan, untuk memudahkan dalam analisis, disajikan dalam suatu tabel (lihat Tabel 3.4.), dalam tabel ini digabungkan sekalian data / parameter vehicle damage factor (VDF). Tabel 3.4. : Data / parameter Golongan kendaraan, LHR, Pertumbuhan lalu-lintas ( i ) & VDF. No. Jenis kendaraan Gol. LHR i (%) VDF 1. Sedan, jeep, dan Station Wagon 2 2. Opelet, Pick-up opelet, Sub-urban, Combi, Minibus 3 3. Pick-up, Micro Truck dan Mobil hantaran atau Pick-up Box 4 4. Bus Kecil 5a 5. Bus Besar 5b 6. Truk ringan 2 sumbu 6a 7. Truk sedang 2 sumbu 6b 8. Truk 3 sumbu 7a 9. Truk Gandengan 7b 10. Truk Semi Trailer 7c Keterangan : Contoh diatas, penggolongan kendaraan mengacu pada Pedoman Teknis No. Pd.T-19- 2004-B. LHR : Jumlah lalu-lintas harian rata-rata (kendaraan) pada tahun survai / pada tahun terakhir. i : Pertumbuhan lalu-lintas per tahun (%) VDF : Nilai damage factor
  • 6. 5 Desain tebal perkerasan jalan kaku 2. Analisa lalu lintas (Traffic design) Data dan parameter lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan meliputi:  Jenis kendaraan.  Volume lalu-lintas harian rata-rata.  Pertumbuhan lalu-lintas tahunan.  Damage factor.  Umur rencana.  Faktor distribusi arah.  Faktor distribusi lajur.  Equivalent Single Axle Load, ESAL selama umur rencana (traffic design). Faktor distribusi arah : DD = 0,3 – 0,7 dan umumnya diambil 0,5 (AASHTO 1993 hal. II-9). Faktor distribusi lajur (DL), mengacu pada Tabel 6.14.(AASHTO 1993 halaman II-9). Tabel 3.14. : Faktor distribusi lajur (DL). Jumlah lajur setiap arah DL (%) 1 100 2 80 – 100 3 60 – 80 4 Rumus umum desain traffic (ESAL = Equivalent Single Axle Load) : dimana : W18 = Traffic design pada lajur lalu-lintas, Equivalent Single Axle Load. LHRj = Jumlah lalu-lintas harian rata-rata 2 arah untuk jenis kendaraan j. VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j. DD = Faktor distribusi arah. DL = Faktor distribusi lajur. N1 = Lalu-lintas pada tahun pertama jalan dibuka. Nn = Lalu-lintas pada akhir umur rencana.       Nn N L D j j D D VDF LHR W 1 18 365
  • 7. 6 Desain tebal perkerasan jalan kaku Lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan adalah lalu-lintas kumulatif selama umur rencana. Besaran ini didapatkan dengan mengalikan beban gandar standar kumulatif pada jalur rencana selama setahun dengan besaran kenaikan lalu-lintas (traffic growth). Secara numerik rumusan lalu-lintas kumulatif ini sebagai berikut : dimana : Wt = Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif W18 = Beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun. n = Umur pelayanan, atau umur rencana UR (tahun). g = perkembangan lalu-lintas (%) 3. California Bearing Ratio (CBR) California Bearing Ratio (CBR), dalam perencanaan perkerasan kaku digunakan untuk penentuan nilai parameter modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction : k). CBR yang umum digunakan di Indonesia berdasar besaran 6 % untuk lapis tanah dasar, mengacu pada spesifikasi (versi Kimpraswil / Departemen Pekerjaan Umum edisi 2004 dan versi Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta edisi 2004). Akan tetapi tanah dasar dengan nilai CBR 5 % dan atau 4 % pun dapat digunakan setelah melalui kajian geoteknik, dengan CBR kurang dari 6 % ini jika digunakan sebagai dasar perencanaan tebal perkerasan, masalah yang terpengaruh adalah fungsi tebal perkerasan yang akan bertambah, atau masalah penanganan khusus lapis tanah dasar tersebut. 4. Material Konstruksi Perkerasan Material perkerasan yang digunakan dengan parameter yang terkait dalam perencanaan tebal perkerasan sebagai berikut : 1. Pelat beton  Flexural strength (Sc’) = 45 kg/cm2  Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : fc’ = 350 kg/cm2 (disarankan) 2. Wet lean concrete Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : fc’ =105 kg/cm2 Sc’ digunakan untuk   g g W W n t 1 1 18    
  • 8. 7 Desain tebal perkerasan jalan kaku penentuan paramater flexural strength, dan fc’ digunakan untuk penentuan parameter modulus elastisitas beton (Ec). C. Parameter Perhitungan Tebal Pelat 1. Reliability Reliability : Probabilitas bahwa perkerasan yang direncanakan akan tetap memuaskan selama masa layannya. Penetapan angka Reliability dari 50 % sampai 99,99 % menurut AASHTO merupakan tingkat kehandalan desain untuk mengatasi, mengakomodasi kemungkinan melesetnya besaran-besaran desain yang dipakai. Semakin tinggi reliability yang dipakai semakin tinggi tingkat mengatasi kemungkinan terjadinya selisih (deviasi) desain. Besaran-besaran desain yang terkait dengan ini antara lain :  Peramalan kinerja perkerasan.  Peramalan lalu-lintas.  Perkiraan tekanan gandar.  Pelaksanaan konstruksi. 1. Kinerja perkerasan diramalkan pada angka desain Terminal Serviceability pt = 2,5 (untuk jalan raya utama), pt = 2,0 (untuk jalan lalu-lintas rendah), dan Initial Serviceability po = 4,5 (angka ini bergerak dari 0 – 5). 2. Peramalan lalu-lintas dilakukan dengan studi tersendiri, bukan hanya didasarkan rumus empirik. Tingkat kehandalan jauh lebih baik dibandingkan bila dilakukan secara empiris, linear, atau data sekunder. 3. Perkiraan tekanan gandar yang diperoleh secara primer dari WIM survey, tingkat kehandalannya jauh lebih baik dibanding menggunakan data sekunder. 4. Dalam pelaksanaan konstruksi, spesifikasi sudah membatasi tingkat / syarat agar perkerasan sesuai (atau lebih) dari apa yang diminta desain. Bahkan desain merupakan syarat minimum dalam spesifikasi. Mengkaji keempat faktor diatas, penetapan besaran dalam desain sebetulnya sudah menekan sekecil mungkin penyimpangan yang akan terjadi. Tetapi tidak ada satu jaminan-pun berapa besar dari keempat faktor tersebut menyimpang. Reliability (R) mengacu pada Tabel 3.15. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-9). Standard normal deviate (ZR) mengacu pada Tabel 2.17. (diambil dari AASHTO 1993 halaman I-62). Standard deviation untuk rigid pavement : So = 0,30 – 0,40 (diambil dari AASHTO 1993 halaman I-62).
  • 9. 8 Desain tebal perkerasan jalan kaku Penetapan konsep Reliability dan Standar Deviasi : Parameter reliability dapat ditentukan sebagai berikut :  Berdasar parameter klasifikasi fungsi jalan  Berdasar status lokasi jalan urban / rural  Penetapan tingkat Reliability (R)  Penetapan standard normal deviation (ZR)  Penetapan standar deviasi (So)  Kehandalan data lalu-lintas dan beban kendaraan Tabel3.15. : Reliability (R) disarankan. Klasifikasi Reliability : R (%) jalan Urban Rural Jalan tol 85 – 99,9 80 – 99,9 Arteri 80 – 99 75 – 95 Kolektor 80 – 95 75 – 95 Lokal 50 – 80 50 – 80 Catatan : Untuk menggunakan besaran-besaran dalam standar AASHTO ini sebenarnya dibutuhkan suatu rekaman data, evaluasi desain / kenyataan beserta biaya konstruksi dan pemeliharaan dalam kurun waktu yang cukup. Dengan demikian besaran parameter yang dipakai tidak selalu menggunakan “angka tengah” sebagai kompromi besaran yang diterapkan. Tabel 3.16. : Standard normal deviation (ZR). R (%) ZR R (%) ZR 50 - 0,000 93 - 1,476 60 - 0,253 94 - 1,555 75 - 0,674 96 - 1,751 80 - 0,841 97 - 1,881 85 - 1,037 98 - 2,054 90 - 1,282 99 - 2,327 91 - 1,340 99,9 - 3,090 92 - 1,405 99,99 - 3,750 2. Serviceability Terminal serviceability index (pt) mengacu pada Tabel 3.17. (diambil dari AASHTO 1993 hal II-10). Initial serviceability untuk rigid pavement : po = 4,5 (diambil dari AASHTO 1993 hal. II-10). Total loss of serviceability : t o p p PSI   
  • 10. 9 Desain tebal perkerasan jalan kaku Effective Modulus of Subgrade Reaction, k (pci) Tabel3.17. : Terminal serviceability index (pt). Percent of people pt stating unacceptable 12 3,0 55 2,5 85 2,0 Penetapan parameter serviceability :  Initial serviceability : po = 4,5  Terminal serviceability index Jalur utama (major highways) : pt = 2,5  Terminal serviceability index Jalan lalu-lintas rendah : pt = 2,0  Total loss of serviceability : t o p p PSI    3. Modulus Reaksi Tanah Dasar Modulus of subgrade reaction (k) menggunakan gabungan formula dan grafik penentuan modulus reaksi tanah dasar berdasar ketentuan CBR tanah dasar. MR = 1.500 x CBR 4 , 19 M k R  MR = Resilient modulus. Koreksi Effective Modulus of Subgrade Reaction, menggunakan Grafik pada Gambar 3.4. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-42). Faktor Loss of Support (LS) mengacu pada Tabel 3.18. (AASHTO 1993 halaman II-27).
  • 11. 10 Desain tebal perkerasan jalan kaku C aliforniaBearingR atio(C BR ) 60 70 80 100 25 30 40 50 700 800 2 3 4 5 6 10 15 20 M odulusreaksitanahdasar:k(psi/in) 100 150 200 250 300 400 500 600 Tabel 3.18. : Loss of Support Factors (LS). No. Tipe material LS 1. Cement Treated Granular Base ( E = 1.000.000 – 2.000.000 psi ) 0 – 1 2. Cement Aggregate Mixtures ( E = 500.000 – 1.000.000 psi ) 0 – 1 3. Asphalt Treated Base ( E = 350.000 – 1.000.000 psi ) 0 – 1 4. Bituminous Stabilized Mixtures ( E = 40.000 – 300.000 psi ) 0 – 1 5. Lime Stabilized ( E = 20.000 – 70.000 psi ) 1 – 3 6. Unbound Granular Materials ( E = 15.000 – 45.000 psi ) 1 – 3 7. Fine grained / Natural subgrade materials ( E = 3.000 – 40.000 psi ) 2 – 3 Pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar dari referensi / literatur : Pendekatan nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) dapat menggunakan hubungan nilai CBR dengan k seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. Diambil dari literatur Highway Engineering (Teknik Jalan Raya), Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Stanford University & Oregon State University, 1996. Gambar 3.5. : Hubungan antara (k) dan (CBR). 4. Modulus Elastisitas Beton dimana : Ec = Modulus elastisitas beton (psi). fc’ = Kuat tekan beton, silinder (psi). Kuat tekan beton fc’ ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan (jika ada dalam spesifikasi). Di Indonesia saat ini umumnya digunakan : fc’ = 350 kg/cm2 ' 000 . 57 c c f E 
  • 12. 11 Desain tebal perkerasan jalan kaku 5. Flexural Strength Flexural strength (modulus of rupture) ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan. Flexural strength saat ini umumnya digunakan : Sc’ = 45 kg/cm2 = 640 psi. 6. Drainage Coefficient Variabel faktor drainase AASHTO memberikan 2 variabel untuk menentukan nilai koefisien drainase.  Variabel pertama : mutu drainase, dengan variasi excellent, good, fair, poor, very poor. Mutu ini ditentukan oleh berapa lama air dapat dibebaskan dari pondasi perkerasan.  Variabel kedua : persentasi struktur perkerasan dalam satu tahun terkena air sampai tingkat mendekati jenuh air (saturated), dengan variasi < 1 %, 1 – 5 %, 5 – 25 %, > 25 % Penetapan variable mutu drainase Penetapan variable pertama mengacu pada Tabel 3.19. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-22), dan dengan pendekatan sebagai berikut : a. Air hujan atau air dari atas permukaan jalan yang akan masuk kedalam pondasi jalan, relatif kecil berdasar hidrologi yaitu berkisar 70 – 95 % air yang jatuh di atas jalan aspal / beton akan masuk ke sistem drainase (sumber : BINKOT Bina Marga & Hidrologi Imam Subarkah). Kondisi ini dapat dilihat acuan koefisien pengaliran pada Tabel 3.20. & 3.21. b. Air dari samping jalan yang kemungkinan akan masuk ke pondasi jalan, inipun relatif kecil terjadi, karena adanya road side ditch, cross drain, juga muka air tertinggi di-desain terletak di bawah subgrade. c. Pendekatan dengan lama dan frekuensi hujan, yang rata-rata terjadi hujan selama 3 jam per hari dan jarang sekali terjadi hujan terus menerus selama 1 minggu. Maka waktu pematusan 3 jam (bahkan kurang bila memperhatikan butir b.) dapat diambil sebagai pendekatan dalam penentuan kualitas drainase, sehingga pemilihan mutu drainase adalah berkisar Good, dengan pertimbangan air yang mungkin masih akan masuk, quality of drainage diambil kategori Fair. Untuk kondisi khusus, misalnya sistem drainase sangat buruk, muka air tanah terletak cukup tinggi mencapai lapisan tanah dasar, dan sebagainya, dapat dilakukan kajian tersendiri.
  • 13. 12 Tabel 3.19. : Quality of drainage. Quality of drainage Water removed within Excellent 2 jam Good 1 hari Fair 1 minggu Poor 1 bulan Very poor Air tidak terbebaskan Tabel 3.20. : Koefisien pengaliran C (Binkot) Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990. Tabel 3.21. : Koefisien pengaliran C (Hidrologi, Imam Subarkah) Type daerah aliran C Jalan Beraspal 0,70 - 0,95 Beton 0,80 - 0,95 Batu 0,70 - 0,85 Sumber : Hidrologi, Imam Subarkah. Penetapan variable prosen perkerasan terkena air Penetapan variable kedua yaitu persentasi struktur perkerasan dalam 1 tahun terkena air sampai tingkat saturated, relatif sulit, belum ada data rekaman pembanding dari jalan lain, namun dengan pendekatan-pendekatan, pengamatan dan perkiraan berikut ini, nilai dari faktor variabel kedua tersebut dapat didekati. No. Kondisi permukaan tanah Koefisien pengaliran (C) 1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95 2. Bahu jalan : - Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65 - Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20 - Batuan masif keras 0,70 – 0,85 - Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
  • 14. 13 Desain tebal perkerasan jalan kaku Prosen struktur perkerasan dalam 1 tahun terkena air dapat dilakukan pendekatan dengan asumsi sebagai berikut : 100 W 365 T 24 T P L hari jam heff     dimana : Pheff = Prosen hari effective hujan dalam setahun yang akan berpengaruh terkenanya perkerasan (dalam %). Tjam = Rata-rata hujan per hari (jam). Thari = Rata-rata jumlah hari hujan per tahun (hari) WL = Faktor air hujan yang akan masuk ke pondasi jalan (%) Selanjutnya drainage coefficient (Cd) mengacu pada Tabel 6.22.(AASHTO 1993 halaman II– 26). Tabel 3.22. : Drainage coefficient (Cd). Percent of time pavement structure is exposed to moisture levels approaching saturation Quality of drainage < 1 % 1 – 5 % 5 – 25 % > 25 % Excellent 1.25 – 1.20 1.20 – 1.15 1.15 – 1.10 1.10 Good 1.20 – 1.15 1.15 – 1.10 1.10 – 1.00 1.00 Fair 1.15 – 1.10 1.10 – 1.00 1.00 – 0.90 0.90 Poor 1.10 – 1.00 1.00 – 0.90 0.90 – 0.80 0.80 Very poor 1.00 – 0.90 0.90 – 0.80 0.80 – 0.70 0.70 Penetapan parameter drainage coefficient :  Berdasar kualitas drainase  Kondisi Time pavement structure is exposed to moisture levels approaching saturation dalam setahun
  • 15. 14 Desain tebal perkerasan jalan kaku 7. Load Transfer Load transfer coefficient (J) mengacu pada Tabel 3.23. (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-26), dan AASHTO halaman III-132. Tabel 3.23. : Load transfer coefficient. Shoulder Asphalt Tied PCC Load transfer devices Yes No Yes No Pavement type 1. Plain jointed & jointed reinforced 3.2 3.8 – 4.4 2.5 – 3.1 3.6 – 4.2 2. CRCP 2.9 – 3.2 N/A 2.3 – 2.9 N/A Pendekatan penetapan parameter load transfer :  Joint dengan dowel : J = 2,5 – 3,1 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-26).  Untuk overlay design : J = 2,2 – 2,6 (diambil dari AASHTO 1993 halaman III-132).