SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
CYBER LAW
Disampaikan dalam PKPA angkatan ke-3
Kerjasama FH UP45 Yogya – DPN PERADI
Minggu, 12 Juli 2020
DR. Drs. MUHAMMAD KHAMBALI, SH, MH, Advokat
Dosen Tetap Fak. Hukum UP45 Yogya
HAKIKAT KODRAT MANUSIA
Susunan
Kodrat
• raga
• jiwa
Sifat kodrat
• individu
• sosial
Kedudukan
kodrat
• makhluk
pribadi
• makhluk
Tuhan
Cyber Law: (Cyberspace Law)
ruang lingkupnya meliputi setiap aspek
yang berhubungan dengan orang
perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan
teknologi internet yang dimulai pada saat
mulai online dan memasuki dunia cyber
atau maya.
Secara akademis,
terminologi cyber law
belum menjadi terminologi yang umum
Istilah lain yang juga digunakan:
Hukum Teknologi Informasi (Law of
Information Teknologi),
Hukum Dunia Maya (Virtual World Law),
Hukum Mayantara,
The law of the Internet,
Law and the Information Superhighway,
Information Technology Law,
The Law of Information,
dll
Cyberlaw dibutuhkan karena
dasar atau fondasi dari hukum
di banyak negara adalah “ruang
dan waktu”.
Sementara itu, internet dan
jaringan komputer mendobrak
batas ruang dan waktu ini.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/cakra
wala-hukum/article/view/382
https://www.krjogja.com/angkringan/opini/reposisi-
bermedsos-pasca-uu-ite-baru/
CYBER LAW
POSITIF
NEGATIF
MUBADZIR
DUNIA
MAYA
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-media-sosial-yang-paling-sering-digunakan-di-indonesia
Diagram yang menunjukkan perbedaan jenis media sosial
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
PERATURAN POKOK
Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik Nomor
19/2016 tentang Perubahan Atas
UU Nomor 11/2008 tentang ITE
Hukum/perat
uran
merupakan
satu bentuk
perampasan
kemerdekaan
bergerak
seseorang
Pertentangan
dua asas
Hak bergerak seseorang
merupakan HAM yang
harus dihormati
Kepentingan ketertiban
umum harus dipertahankan
untuk orang banyak atau
masyarakat
12/07/2020 12
POLITIK HUKUM UU ITE
 Satjipto Rahardjo:
 aktivitas untuk menentukan suatu pilihan mengenai
tujuan dan cara-cara yang hendak dipakai untuk
mencapai tujuan hukum dalam masyarakat.
 Van Apeldorn:
 politik perundang-undangan.
 menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-
undangan. (pengertian politik hukum terbatas hanya
pada hukum tertulis saja).
 Moh. Mahfud MD:
 definisi atau pengertian hukum juga bervariasi namun
dengan meyakini adanya persamaan substansif antara
berbagai pengertian yang ada atau tidak sesuai dengan
kebutuhan penciptaan hukum yang diperlukan.
 Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada ,
termasuk penegasan Bellefroid dalam
bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten Schap in
Nederland.
 Moh Mahfud MD dalam disertasinya yang berjudul:
Perkembangan Politik Hukum: Studi Tentang Pengaruh
Konfigurasi Politik Terhadap Produk Hukum di Indonesia,
FH UGM, 1993, hlm. 74 menempatkan politik hukum
sebagai bagian dari kajian Ilmu Hukum, yaitu bagian dari
Hukum Tata Negara (HTN).
 Namun, pada karya yang lain, Moh Mahfud MD
menegaskan bahwa “politik hukum menjadi bagi dari studi
Ilmu Hukum, dan jika dikaitkan dengan Pohon Ilmiah
Hukum, studi politik hukum berada apda bagian
batang/pohon Ilmu Hukum. (Lihat Moh. Mahfud MD,
Membangun Politik Hukum, Menengakkan Konstitusi,
LP3ES, Jakarta, 2006, hlm. 2-4)
 Pemikiran lain dikemukakan oleh Satjipto
Rahardjo yang dengan tegas menyatakan
bahwa politik hukum sudah diakui sebagai
salah satu disiplin Ilmu Hukum di antara
cabang-cabang lain, seperti sosiologi
hukum, antropologi hukum, perbandingan
hukum, sejarah hukum, psikologi hukum,
dan filsafat hukum. (Lihat Sathipto
Rahardjo, Ilmun Hukum, Cetakan ke-5, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000)
 UU ITE mengatur berbagai perlindungan hukum atas
kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai
medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan
informasinya,
 Meskipun UU ITE ini masih menuai banyak kontra
dalam penerapannya, mengingat tidak sedikit
kelemahan yang di jumpai dari pasal-pasal di
dalamnya, maupun dari UU ITE iu sendiri secara
keseluruhan.
 Arah kebijakan politik hukum dalam UU ITE lebih ke
arah membentuk bangsa yang beradab, dari aspek
masyarakat, yakni agar adanya kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat secara santun.
PAHAMI HUKUM
AGAR TIDAK TERJERAT HUKUM
 Beberapa aktivitas (upload/posting) konten yang
seharusnya tidak dilakukan dalam bermedsos, antara
lain:
 Yang melanggar kesusilaan;
 Perjudian;
 Penghinaan dan atau pencemaran nama baik;
 Pemerasan atau pengancaman;
 Konten yang merugikan konsumen;
 Konten yang menyebabkan permusuhan (ujaran kebencian,
hate speech) atau isu SARA;
PASAL 27 UU ITE
 Ayat (3) yang berisi ketentuan larangan mendistribusikan,
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik (IE) bermuatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik diubah:
 yakni menambahkan penjelasan atas istilah
‘mendistribusikan’, mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya IE;
 menegaskan bahwa ketentuan tersebut adalah delik aduan
bukan delik umum; dan
 menegaskan bahwa unsur pidana pada ketentuan tersebut
mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan fitnah
yang diatur dalam KUHP.
INFORMASI ELEKTRONIK
 satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic
data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode
akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
NEW NORMAL BERMEDSOS
 Semua kita masing-masing harus berhati-hati dan
lebih bijak dalam bermedsos, terutama dalam
mengupload, memposting, mengutarakan pendapat di
medsos.
 Berinternetlah secara bijak.
 Teknologi seharusnya membawa manfaat, bukan
madharat.
 Teknologi seharusnya untuk kehidupan manusia yang
bermartabat, bukan sebaliknya.
POLITIK HUKUM
Hukum itu untuk manusia, bukan
sebaliknya, manusia untuk hukum.
Teori Hukum Progresif, Prof. Satjipto Rahardjo
Maka politik hukum haruslah
berfondasikan keadilan bermartabata,
yakni keadilan yang nguwongke wong,
memanusiakan manusia.
Teori Keadilan Bermartabat, Prof Teguh Prasetyo
REKOMENDASI
 Dalam pembentukan aturan yang menyangkut hal
bermedsos (misalnya, UU ITE) sebaiknya lebih
memberikan partisipasi penuh kepada kelompok
sosial atau individu di dalam masyarakat, sehingga
bisa terbentuk produk hukum yang mencerminkan
rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat.
 Pemerintah harus lebih gencar mensosialisasikan UU
ITE dengan mengadakan seminar-seminar tentang
pelaksanaan informasi dan transaksi elektronik.
 Bangunan hukum dan penegakan hukum tidak boleh
mengesampingkan nilai-nilai PANCASILA sebagai
sumber dari segala sumber hukum, yang berakar
kepada hakikat kodrat manusia sebagai makhluk
monopluralis.
 Sehingga bangunan hukum dan penegakan hukum
tersebut berkeseimbangan, memperhatikan
kepentingan semua pihak yang terlibat (penegak
hukum dan masyarakat) dan pihak yang terkait
(keluarga, masyarakat, negara).
 Bangunan hukum dan penegakan hukum tersebut
adalah bangunan hukum yang berbasis nilai-nilai
keadilan bermartabat.
12/07/2020 24
12/07/2020 25
MEMBANGUN HUKUM
YANG BERBASIS NILAI
KEADILAN
BERMARTABAT
PARADIGMA
12/07/2020 26
TUJUAN
PEMBANGUNAN
HUKUM
Mewujudkan
penerapan
hukum yang
manusiawi.
Kenali hukum, Pahami hukum,
Taati hukum,
Agar tidak terjerat hukum.
(Muh Khambali dalam talkshow Pro Justisia di Ratih TV)
TERIMAKASIH
ATAS PERHATIANNYA
 Muhammad Khambali, DR, SFi, SH, MH
 Dosen Fak Hukum UP34 Yogyakarta
 Advokat anggota PERADI
 Pengurus DPC PERADI Wonosari DIY
 Founder LEGALITER Institute
 Email: hmkhambali@yahoo.com
 HP: +62 819837055
12/07/2020 28
28 |
PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP
CYBERCRIMES BERBASIS KEADILAN BERMARTABAT
Oleh:. H. Muhammad Khambali
Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Email: hmkhambali@yahoo.com
Abstract
Information technology develops very quickly, requiring the state to make
regulations so as not to have a negative impact on its nation. Globalization forces one to
avoid being in touch with people, both nationals and different nations, both nationally and
internationally. The world is getting smaller in your grasp. Therefore, regulations are needed
to regulate the traffic of information technology so that they do not rub against each other or
create unwanted problems, whether economic, political, social, cultural, defense, security,
religious or criminal. As the real world, cyberspace (information technology) has the
potential to create cybercrimes.
The Republic of Indonesia as a unitary state in the form of a republic, sovereignty is
in the hands of the people and based on the law (rechtstaat) is not based on mere power
(machtstaat) must protect its citizens from the negative impact of information technology
flows, between cybercrime. Pancasila as the basis of philosophy, outlook on life, the basis of
the state, and the source of all sources of Indonesian law must inspire all the laws (rules) in
the Indonesian system, including the rules governing crime in cyberspace.
Keywords: legal protection, cybercrime, dignified justice.
A. Pendahuluan
Kejahatan dunia maya (cybercrimes) atau kejahatan terkait komputer merupakan
kejahatan yang melibatkan komputer dan jaringan. Komputer digunakan dalam pelaksanaan
kejahatan, tetapi komputer dapat juga sebagai sasarannya. Cybercrimes can be defined as:
Offences that are committed against individuals or groups of individuals with a criminal
motive to intentionally harm the reputation of the victim or cause physical or mental harm, or
loss, to the victim directly or indirectly, using modern telecommunication networks such as
Internet (networks including but not limited to Chat rooms, emails, notice boards and groups)
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 29
and mobile phones (bluetooth/sms/mms).1
(Kejahatan dunia maya/cybercrimes dapat
didefinisikan sebagai: Pelanggaran yang dilakukan terhadap individu atau kelompok individu
dengan motif kriminal untuk secara sengaja menyakiti reputasi korban atau menyebabkan
kerugian fisik atau mental, atau kerugian, kepada korban secara langsung atau tidak langsung,
dengan menggunakan jaringan telekomunikasi modern seperti Internet (jaringan termasuk
namun tidak terbatas pada ruang chat, email, papan pengumuman dan kelompok) dan telepon
genggam (bluetooth/sms/mms).
Secara internasional, baik negara maupun non-negara terkait dalam cybercrimes,
termasuk spionase, pencurian keuangan, dan kejahatan lintas batas lainnya. Kejahatan yang
melintasi batas internasional dan melibatkan kepentingan setidaknya satu negara bangsa
terkadang disebut sebagai cyberwarfare.
Cybercrimes merupakan suatu area kejahatan yang tumbuh berkembang sangat cepat.
Semakin banyak pelaku kejahatan yang menggunakan kecepatan, kenyamanan, dan
anonimitas internet untuk melakukan beragam aktivitas kriminal yang tidak mengenal batas,
baik fisik maupun virtual. Hal tersebut merupakan bahasan serius dan merupakan ancaman
nyata bagi korban di seluruh dunia. Meskipun tidak ada satu definisi universal cybercrimes,
penegak hukum pada umumnya membuat klasifikasi kejahatan terkait teknologi informasi
(internet) menjadi 2, yaitu:2
1. Advanve cybercrime (kejahatan teknologi tinggi), berupa serangan yang canggih terhadap
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer.
2. Cyber-enabled crime (kejahatan berbasis cyber), berupa kejahatan konvensional yang telah
berubah dengan munculnya teknologi informasi (internet), seperti kejahatan terhadap anak-
anak, kejahatan ekonomi, dan kejahatan terorisme.
Di masa lalu, cybercrimes dilakukan terutama oleh individu atau kelompok kecil.
Akhir-akhir ini, kita melihat jaringan cybercriminal yang sangat kompleks mempertemukan
orang-orang dari seluruh dunia secara real time untuk melakukan kejahatan dalam skala yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Organisasi kriminal beralih ke teknologi informasi untuk
memfasilitasi aktivitas mereka dan memaksimalkan keuntungan mereka dalam waktu
1
https://en.wikipedia.org/wiki/Cybercrime diakses 23 September 2017 pukul 20.00 wib
2
https://www.interpol.int/Crime-areas/Cybercrime/Cybercrime diakses 23 September 2017 pukul 21.00 wib.
30 | H. Muhammad Khambali
sesingkat-singkatnya. Kejahatan itu sendiri belum tentu merupakan jenis kejahatan baru,
tetapi jenis kejahatan lama, misalnya pencurian, penipuan, dan perjudian. Akan tetapi
berkembang sesuai dengan peluang yang disajikan secara online, sehingga kejahatan tersebut
menjadi semakin luas dan sangat merusak. Jenis cybercrimes umum, antara lain: hacking,
penipuan online, pencurian identitas, serangan terhadap sistem komputer dan konten
terlarang. Akibat dari cybercrimes sangat merugikan korban, meskipun belum tentu karena
alasan keuangan.
Media sosial seperti facebook, twitter, instagram, blog, path, linkedin, youtube,
whatsapp, line, dan lain sebagainya telah menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat. Ada
dampak positif penggunaan teknologi informasi berupa media sosial, namun tidak dapat
dipungkiri adanya dampak negatif. Bukan hanya berdampak dalam bisnis, melainkan juga
dalam mengembangkan potensi dan eksistensi diri, berkomunikasi, perkenalan, dan masih
banyak hal lainnya. Siapapun bebas melakukan editing dengan memodifikasi tulisan, gambar,
video, grafis, dan konten lainnya. Disamping hasrat aktualisasi diri dan kebutuhan
menciptakan personal branding, kecepatan akses (dalam hitungan detik). Perasaan bebas
menjadi diri-sendiri dalam media sosial merupakan penyebab media sosial berkembang
pesat.3
Penggunaan teknologi informasi menarik siapa saja untuk berpartisipasi memberi
kontribusi secara bebas dalam tempo yang sangat cepat dan tidak terbatas. Ditunjang dengan
teknologi internet dan smartphone menjadikan media sosial tumbuh pesat, subur bagai jamur
di musim hujan. Untuk mengakses media sosial kini dapat dilakukan dimana dan kapan saja,
cukup dengan sebuah smartphone. Sedemikian cepatnya orang dapat mengakses media sosial
memunculkan fenomena dahsyat atas arus informasi.
B. Rumusan Masalah
3
Khambali, M., http://krjogja.com/web/news/read/35222/Reposisi_Bermedsos_Pasca_UU_ITE_Baru diakses
23 September 2017 pukul 20.00 wib
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 31
Berdasarkan latar-belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimana perlindungan ideal terhadap cybercrimes berbasis keadilan
bermartabat?
C. Pembahasan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (1) bahwa
Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik. Ayat (2) menentukan bahwa
kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Sedangkan Pasal 1 ayat (3) menentukan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Ketiga ayat dalam Pasal 1 UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa Negara Indonesia
merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik, kedaulatan berada di tangan rakyat dan
berdasarkan hukum (rechtstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat).4
Sebagai negara hukum, baik penguasa maupun rakyat atau warganegara, bahkan
negara itu sendiri semuanya harus tunduk kepada hukum. Semua sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya harus sesuai atau menurut hukum. Sumber hukumnya adalah rasa hukum yang
terdapat di dalam masyarakat itu sendiri.5
Menurut Plato penyelenggaraan negara yang baik
adalah pemerintahan yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik, dan
penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada hukum merupakan salah satu alternatif
yang baik dalam penyelenggaraan negara.6
1. Cybercrimes
Lalu-lintas teknologi informasi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Delik cybercrimes yang
diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, antara lain:
4
Khambali, M., 2018, “Hak Imunitas Advokat Tidak Tak Terbatas”, Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 13,
No. 1, hlm. 19.
5
Khambali, M., 2014, “Fungsi Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia”, Jurnal Supremasi
Hukum, Volume 3, No. 1, hlm. 2.
6
Teguh Prasetyo & Arie Purnomosidi, 2014, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila, Bandung: Nusa
Media, hlm 1.
32 | H. Muhammad Khambali
a. Tindak pidana yang berhubungan dengan aktivitas ilegal, yakni:
1) Distribusi atau penyebaran, transmisi, dapat diaksesnya konten ilegal, yang terdiri
dari:
- Kesusilaan (Pasal 27 ayat (1):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
- Perjudian (Pasal 27 ayat (2):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.
- Penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat (3):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.
- Pemerasan atau pengancaman (Pasal 27 ayat (4):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau
pengancaman.
- Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen (Pasal 28 ayat [1):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
- Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat (2):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 33
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA).
- Mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang
ditujukan secara pribadi (Pasal 29):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
yang ditujukan secara pribadi.
2) Dengan cara apapun melakukan akses ilegal (Pasal 30):
a) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara apa pun.
b) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik.
c) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
3) Intersepsi ilegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik
(Pasal 31):
a) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang
lain.
b) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atas transmisi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu komputer dan/atau sistem
elektronik tertentu milik orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan
apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau
penghentian informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang sedang
ditransmisikan.
34 | H. Muhammad Khambali
b. Tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan (interferensi), yaitu:
Gangguan terhadap informasi atau dokumen elektronik (data interference - Pasal 32):
a) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara
apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.
b) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara
apa pun memindahkan atau mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak.
c) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
terbukanya suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang
tidak sebagaimana mestinya.
2) Gangguan terhadap sistem elektronik (system interference - Pasal 33):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
tindakan apa pun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau
mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.
c. Tindak pidana memfasilitasi perbuatan yang dilarang (Pasal 34):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual,
mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau
memiliki:
1) Perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau secara khusus
dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
sampai dengan Pasal 33.
2) Sandi lewat komputer, kode akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan
agar sistem elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 35
d. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik (Pasal 35):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,
penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik
e. Tindak pidana tambahan (accessoir Pasal 36):
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan
kerugian bagi orang lain.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik cukup untuk mengatur mengenai teknologi informasi, khususnya cybercrimes.
Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan. Dalam menegakkan hukum
ada 3 (tiga) unsur yang selalu harus diperhatikan yaitu: kepastian hukum (Rechtssicherheit),
kemanfaatan (Zweckmassigheit)¸dan keadilan (Gerechtigheit).7
2. Teori Keadilan Bermartabat
Teori keadilan bermartabat dikemukakan oleh Teguh Prasetyo. Teori keadilan
bermartabat, disebut bermartabat karena teori dimaksud adalah merupakan suatu bentuk
pemahaman dan penjelasan yang memadai (ilmiah) mengenai koherensi dari konsep-konsep
hukum di dalam kaidah dan asas-asas hukum yang berlaku serta doktrin-doktrin yang
sejatinya merupakan wajah, struktur atau susunan dan isi serta ruh atau roh (the spirit) dari
masyarakat dan bangsa yang ada di dalam sistem hukum berdasarkan Pancasila, yang
dijelaskan oleh teori keadilan bermartabat itu sendiri.8
Teori keadilan bermartabat berangkat dari postulat sistem; bekerja mencapai tujuan,
yaitu keadilan yang bermartabat. Keadilan yang memanusiakan manusia, atau keadilan yang
nge wong ke wong.9
Seperti diketahui, imperium hukum adalah imperium akal budi, karsa dan
rasa seorang anak manusia, dimana pun dia berada menjalani kehidupannya. Hal ini sejalan
7
Sudikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, hlm. 140.
8
Teguh Prasetyo, 2015, Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum, Bandung: Nusamedia, hlm 63.
9
Ibid, hlm 2.
36 | H. Muhammad Khambali
dengan prinsip dalam teori keadilan bermartabat yang peduli dalam memanfaatkan
kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya untuk membantu sesamanya melalui kegiatan
berpikir; memanusiakan manusia atau nge wong ke wong.10
Sebagai suatu sistem berpikir atau berfilsafat (jurisprudence) yang identik dengan apa
yang dikenal dalam banyak literature dunia sebagai legal theory atau teori hukum, maka
postulat dasar lainnya dari teori keadilan bermartabat itu tidak sekedar mendasar dan radikal.
Lebih daripada mendasar dan radikal, karakter teori keadilan bermartabat itu, antara lain juga
adalah suatu sistem filsafat hukum yang mengarahkan atau memberi tuntutan serta tidak
memisahkan seluruh kaidah dan asas atau substantive legal disciplines.
Termasuk di dalam substantive legal disciplines, yaitu jejaring nilai (values) yang
saling terkait, dan mengikat satu sama lain. Jejaring nilai yang saling kait-mengait itu dapat
ditemukan dalam berbagai kaidah, asas-asas atau jejaring kaidah dan asas yang inheren di
dalamnya nilai-nilai serta virtues yang kait-mengait dan mengikat satu sama lain itu berada.
Jejaring nilai dalam kaidah dan asas-asas hukum itu ibarat suatu struktur dasar atau fondasi
yang menyebabkan suatu bangunan besar atau fabric menjadi utuh dan spesifik, hidup, karena
ada jiwanya atau the living law dan yang berlaku juga benar dalam satu unit politik atau
negara tertentu. Bangunan sistem hukum yang dipahami melalui teori keadilan bermartabat
tersebut yaitu NKRI.11
Tujuan di dalam fabric NKRI itu, antara lain dapat ditemukan di dalam Pembukaan
UUD 1945 sebelum diamandemen. Dirumuskan di dalam Pembukaan UUD 1945 sebelum
diamandemen, tujuan yang hendak dicapai sistem hukum NKRI, antara lain yaitu: “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan.”12
Teori keadilan bermartabat menganut suatu prinsip bahwa sekalipun ilmu hukum itu
tersusun dari 4 (empat) susunan atau lapisan yakni: Filsafat Hukum (Philosophy of Law),
10
Ibid, hlm 22.
11
Ibid, hlm 34.
12
Ibid
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 37
Teori Hukum (Legal Theory), Dogmatik Hukum (Jurisprudence), serta Hukum dan Praktek
Hukum (Law and Legal Practice). Memahami ilmu hukum secara utuh berarti memahami
keempat lapisan hukum tersebut secara kait-mengait. Lapisan yang di atas mendikte (the law
dictate), atau menerangi atau memberi pengayaan terhadap lapisan ilmu hukum di bawahnya.
Begitu pula seterusnya. Lapisan yang di bawahnya lagi menerangi lapisan-lapisan
selanjutnya, kea rah bawah (top-down), secara sistematik.13
Sekalipun terlihat bahwa lapisan ilmu dalam teori keadilan bermartabat itu adalah
lapisan yang saling terpisah antara satu dengan lapisan lainnya, namun pada prinsipnya
lapisan-lapisan ilmu hukum itu merupakan satu kesatuan sistemik, mengendap, hidup dalam
satu sistem. Saling berkaitan antara satu dengan lainnya, bahu membahu (shoulder to
shoulder), gotong-royong sebagai suatu sistem.14
Hukum dipahami oleh teori keadilan bermartabat sampai ke hakikat, esensi, atau
substansi yang dipikirkan. Hukum dalam perspektif teori keadilan bermartabat tidak sekedar
dilihat, atau dipahami melalui pengetahuan hasil tangkapan inderawi atau physical saja,
namun lebih dalam dari sekedar pemahaman hukum melalui pengetahuan inderawi itu, teori
keadilan bermartabat menelusuri dan menangkap dengan akal pengetahuan hukum yang
hakiki, yaitu pengetahuan hukum yang mendasari segala pengetahuan inderawi. Dengan
demikian, teori keadilan bermartabat dipahami bukan hanya sebagai suatu teori hukum. Lebih
daripada itu, teori keadilan bermartabat juga adalah suatu filsafat hukum yang identik dengan
suatu sistem hukum positif.15
Teori keadilan bermartabat juga menelaah praktik, penegakan atau aktivitas dari
hukum positif itu memecahkan persoalan-persoalan manusia dan masyarakat sehari-hari dari
suatu perspektif hukum, sampai ke hakikat yang paling dalam, hakikat yang melampaui
pengetahuan inderawi.16
Suatu pandangan yang konkret dari teori keadilan bermartabat itu
adalah suatu usaha untuk memahami atau mendekati pikiran Tuhan.17
Sekalipun apa yang diamati oleh teori keadilan bermartabat itu bukan saja suatu
lapisan nyata tetapi juga kadang kala terpaksa untuk mengamati “lapisan” yang dibuat-buat
13
Ibid, hlm 2.
14
Ibid.
15
Ibid, hlm 24.
16
Ibid, hlm 25.
17
Ibid.
38 | H. Muhammad Khambali
yang menghiasi layar-layar pertelevisian. Namun yang diusahakan untuk diungkap oleh teori
keadilan bermartabat adalah semua ciri-ciri hukum yang biasanya dimulai dengan sejumlah
issue yang memancing rasa ingin tahu seorang filsuf hukum18
Asal-usul teori keadilan bermartabat yakni tarik-menarik antara lex eterna (arus atas)
dan Volkgeist (arus bawah) dalam memahami hukum sebagai usaha untuk mendekati pikiran
Tuhan, menurut sistem hukum berdasarkan Pancasila. Pendekatan teori keadilan bermartabat,
hukum sebagai filsafat hukum, teori hukum, dogmatik hukum, maupun hukum dan praktek
hukum; dialektika secara sistematik. Tujuan teori keadilan bermartabat, menjelaskan apa itu
hukum.19
Teori keadilan bermartabat mengamati, mengklasifikasi, menguji, serta memfalsifikasi
serta menjustifikasi berbagai kaidah dan asas-asas hukum yang terdapat dan berlaku di dalam
satu sistem hukum. Teori keadilan bermartabat juga mengamati, menganalisis dan
menemukan serta mengatur tata tertib di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara atau
bermasyarakat tetapi juga terhadap individu, khususnya manusia, masyarakat bangsa
Indonesia.
Sebagai suatu pemikiran filasafat, sesuai dengan ciri mendasar atau radikalnya, teori
keadilan bermartabat memiliki ajakan untuk mendekati hukum secaara filosofis. Teori
keadilan bermartabat dengan kata lain memiliki ajakan untuk memahami hukum dengan cinta
kepada kebijaksanaan, filsafat artinya mencintai kebijaksanaan20
.
Teori keadilan bermartabat juga menelaah praktik, penegakan atau aktivitas dari
hukum positif itu memecahkan persoalan-persoalan manusia dan masyarakat sehari-hari dari
suatu perspektif hukum, sampai ke hakikat yang paling dalam, hakikat yang melampui
pengetahuan inderawi.21
Hukum dipahami oleh teori keadilan bermartabat sampai ke hakikat, esensi, atau
substansi yang dipikirkan. Itulah makna teori keadilan bermartabat sebagai suatu filsafat
hukum. Hukum dalam perspektif teori keadilan bermartabat tidak sekedar dilihat atau
18
Ibid, hlm 7.
19
Ibid, hlm 30-31.
20
Ibid , hlm 23.
21
Ibid, hlm 25.
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 39
dipahami melalui pengetahuan hasil tangkapan inderawi atau physical saja. Namun, lebih
dalam dari sekedar pemahaman hukum melalui pengetahuan inderawi itu, teori keadilan
bermartabat menelusuri dan menangkap dengan akal pengetahuan hukum yang hakiki, yaitu
pengetahuan hukum yang mendasari segala pengetahuan inderawi.22
Keadilan bemartabat adalah suatu teori hukum atau apa yang dikenal dalam literatur
berbahasa Inggris dengan konsep legal theory, jurisprudence atau philosophy of law dan
pengetahuan mengenai hukum substantif dari suatu sistem hukum. Ruang lingkup teori
keadilan bermartabat tidak hanya pengungkapan dimensi yang abstrak dari kaidah dan asas-
asas hukum yang berlaku. Lebih jauh daripada itu, teori keadilan bermartabat mengungkap
pula semua kaidah dan asas-asas hukum yang berlaku di dalam sistem hukum, dalam hal ini
sistem hukum dimaksud yaitu sistem hukum positif Indonesia; atau sistem hukum,
berdasarkan Pancasila. Itu sebabnya, Keadilan Bermartabat, disebut di dalam judul buku ini
sebagai suatu teori hukum berdasarkan Pancasila.23
Teori keadilan bermartabat tidak hanya menaruh perhatian kepada lapisan fondasi
hukum yang tampak di permukaan dari suatu sistem hukum. Teori keadilan bermartabat juga
berusaha menelusuri dan mengangkap lapisan fondasi hukum yang berada di bawah
permukaan fondasi hukum dari sistem hukum yang tampak itu. Teori keadilan bermartabat,
sesuai dengan ciri filosofis yang dimilikinya berusaha menggali nilai-nilai atau fondasi lama
di bawah permukaan fondasi sistem hukum yang tampak saat ini, serta mendobrak dari bawah
landasan kolonial. Fondasi yang sudah lama ada di dalam jiwa bangsa oleh teori keadilan
bermartabat dipandang sebagai bottom-line dari suatu sistem hukum dimana seluruh isi
bangunan sistem itu diletakkan dan berfungsi mengejar tujuannya yaitu keadilan.24
Teori keadilan bermartabat mengemukakan suatu dalil bahwa sekalipun konsep-
konsep seperti the rule of law dan rechtsstaat itu secara etimologis sinonim dengan negara
hukum, namun kedua konsep itu tidak dapat dipersamakan begitu saja dengan konsep negara
hukum atau konsep negara hukum berdasarkan Pancasila. Teori keadilan bermartabat sampai
pada dalil seperti itu setelah menemukan bahwa hasil penggalian terhadap nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai sumber hukum utama mengingat nilai-nilai dan ukuran perilaku yang baik
22
Ibid, hlm 24.
23
Ibid, hlm 53.
24
Ibid.
40 | H. Muhammad Khambali
itu adalah values dan virtues yang paling sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Nilai-nilai
Pancasila sebagai kesepakatan pertama, menurut teori keadilan bermartabat kemudian
dijadikan sebagai nilai-nilai yang berasal dari satu sumber hukum filosofis, sumber hukum
historis, dan sumber hukum sosiologis sebagai satu paket. Hal itu dikarenakan, semua nilai
dan standar perilaku baik itu ternyata ada di dalam, serta sama dan sebangun dengan hukum
itu sendiri.25
Teori keadilan bermartabat menganut prinsip untuk memahami doktrin dan ketentuan-
ketentuan yang pernah ada di dalam sistem hukum berdasarkan Pancasila sebagai sistem
hukum utama atau kesepakatan pertama yang menjadi sasaran kajian dan penyelidikan teori
keadilan bermartabat. Prinsip atau doktrin ini adalah penemuan hukum. Penemuan hukum
harus dilakukan manakala ditemukan bahwa terhadap kasus-kasus itu pengaturannya belum
ada, kurang jelas, atau tidak lengkap diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.26
3. Perlindungan Terhadap Cybercrimes
Ada beberapa cara untuk melakukan perlindungan terhadap cybercrimes, antara lain:27
a. Gunakan kata kunci (password) yang kuat
Gunakan kombinasi user ID (kata kunci, password) yang berbeda untuk akun yang
berbeda dan hindari menuliskannya. Buatlah kata sandi lebih rumit dengan
menggabungkan huruf, angka, karakter khusus (minimal 10 karakter totalnya) dan ubah
secara teratur.
b. Amankan komputer:
1) Aktifkan firewall.
Firewall adalah garis pertama pertahanan cyber; mereka memblokir koneksi ke situs
yang tidak dikenal atau palsu dan akan mencegah beberapa jenis virus dan hacker.
2) Gunakan software anti-virus/malware
25
Ibid, hlm 185.
26
Ibid, hlm 12-13.
27
http://www.rcmp-grc.gc.ca/to-ot/tis-set/cyber-tips-conseils-eng.htm diakses 23 September 2017 pukul 22.00
wib.
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 41
Mencegah virus menginfeksi komputer dengan menginstal dan memperbarui
perangkat lunak anti-virus secara teratur.
3) Blokir serangan spyware
Mencegah spyware menginfiltrasi komputer dengan menginstal dan memperbarui
perangkat lunak anti-spyware.
c. Jadilah sosial media savy
Pastikan profil jejaring sosial (misalnya Facebook, Twitter, Youtube, MSN, dan lain
sebagainya) diatur ke pribadi. Periksa pengaturan keamanan. Hati-hati dengan informasi
yang dikirim secara online. Setelah itu di internet, itu ada selamanya.
d. Amankan perangkat seluler
Sadarilah bahwa perangkat mobile rentan terhadap virus dan hacker. Download aplikasi
dari sumber terpercaya.
e. Instal pembaruan sistem operasi terbaru
Simpan aplikasi dan sistem operasi (misalnya Windows, Mac, Linux) saat ini dengan
update sistem terbaru. Aktifkan pembaruan otomatis untuk mencegah kemungkinan
serangan pada perangkat lunak lama.
f. Lindungi data
Gunakan enkripsi untuk file yang paling sensitif seperti pengembalian pajak atau catatan
keuangan, buat back-up biasa dari semua data penting, dan simpan di lokasi lain.
g. Amankan jaringan nirkabel
Jaringan wi-fi (nirkabel) di rumah rentan terhadap gangguan jika tidak diamankan dengan
benar. Tinjau dan ubah pengaturan default. Wi-fi umum atau hotspot juga rentan. Hindari
melakukan transaksi finansial atau korporasi di jaringan ini.
h. Lindungi identitas
Berhati-hatilah saat memberikan informasi pribadi seperti nama, alamat, nomor telepon
atau informasi keuangan di Internet. Pastikan websites aman (misalnya saat melakukan
pembelian online) atau telah mengaktifkan setelan privasi (misalnya saat
mengakses/menggunakan situs jejaring sosial).
i. Hindari scammed
42 | H. Muhammad Khambali
Selalu pikirkan sebelum mengklik link atau file yang tidak diketahui asal usulnya. Jangan
merasa tertekan oleh email manapun. Periksa sumber pesannya. Bila ragu, verifikasi
sumbernya. Jangan pernah membalas email yang meminta untuk memverifikasi informasi
atau mengkonfirmasi ID pengguna atau kata sandi.
j. Panggil orang yang tepat untuk meminta bantuan
Jangan panik jika menjadi korban, jika menemukan konten internet ilegal (misalnya
eksploitasi anak) atau jika mencurigai adanya kejahatan komputer, pencurian identitas
atau penipuan komersial, laporkan ini ke polisi setempat. Jika memerlukan bantuan
instalasi perawatan atau perangkat lunak pada komputer, berkonsultasilah dengan
penyedia layanan atau teknisi komputer bersertifikasi.
D. Penutup
Dalam dunia teknologi informasi terdapat 3 unsur penting yakni: hardware (perangkat
keras), software (perangkat lunak), dan brainware (otak, orang). Perlindungan terhadap
bahaya cybercrime dapat dilakukan dengan cara penegakan hukum, namun perlu dilakukan
langkah preventif dengan cara pembudayaan. Brainware (pengguna) dan masyarakat harus
memahami hukum teknologi informasi, dan dampak positif/negatif teknologi informasi, agar
memiliki kesiapan mengarungi dunia maya yang hiruk-pikuk dan tidak terbatas. Pegangilah
prinsip kenali hukum, pahami hukum, taati hukum, agar tidak terjerat hukum.
E. Referensi
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
cet. Kedua.
Darji Darmodiharjo, dan Sidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moh. Mahfud MD, 1998, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Muchsin, 2006, Ikhtisar Filsafat Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Iblam.
P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 43
Khambali, M., http://krjogja.com/web/news/read/35222/Reposisi Bermedsos Pasca UU ITE
Baru
_______, 2018, “Hak Imunitas Advokat Tidak Tak Terbatas”, Jurnal Cakrawala Hukum,
Volume 13, No. 1.
_______, 2014, “Fungsi Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia”, Jurnal
Supremasi Hukum, Volume 3, No. 1.
Sri Endah Wahyuningsih, 2013, Prinsip-Prinsip Individualisasi Pidana Dalam Hukum
Pidana Islam, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sri Soeprapto Wirodiningrat, tanpa tahun, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta:
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.
Sudikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty.
Teguh Prasetyo & Arie Purnomosidi, 2014, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila,
Bandung: Nusa Media.
Teguh Prasetyo, 2013, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Yogyakarta:
Media Perkasa.
_______, 2015, Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum, Bandung: Nusa Media.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
https://www.interpol.int/Crime-areas/Cybercrime/Cybercrime
https://en.wikipedia.org/wiki/Cybercrime

More Related Content

Similar to CYBER_LAW.pdf

Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalDamar Juniarto
 
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Fajar Muh Triadi Sakti
 
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Fajar Muh Triadi Sakti
 
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Fajar Muh Triadi Sakti
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamrayhanf
 
Penghantar ilmu hukum-phpapp01.pdf
Penghantar ilmu hukum-phpapp01.pdfPenghantar ilmu hukum-phpapp01.pdf
Penghantar ilmu hukum-phpapp01.pdfBayuSurya11
 
Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055
Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055
Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055NurAzizah262
 
Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...
Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...
Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...Mirantidewiputri
 
Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...
Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...
Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...Rahma Pradina
 
9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan isu pelangg...
9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan  isu pelangg...9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan  isu pelangg...
9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan isu pelangg...DwiLarasati98
 
ppt rule of law
ppt rule of lawppt rule of law
ppt rule of lawAmyarimbi
 
Masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukum
Masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukumMasalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukum
Masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukumRahmat Inggi
 
SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...
SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...
SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...yonostheven
 

Similar to CYBER_LAW.pdf (20)

Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
 
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
 
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
 
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
Sim, fajar muh triadi sakti, hapzi ali, implikasi etis ti, universitas mercu ...
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan ham
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Penghantar ilmu hukum-phpapp01.pdf
Penghantar ilmu hukum-phpapp01.pdfPenghantar ilmu hukum-phpapp01.pdf
Penghantar ilmu hukum-phpapp01.pdf
 
Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055
Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055
Bijak bersosmed - Nur Azizah - 1104618055
 
Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...
Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...
Sim, miranti dewi putri, prof. dr. hapzi ali, mm,cma,implikasi etis it,univer...
 
Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial DasarIlmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar
 
Uu ite
Uu iteUu ite
Uu ite
 
himpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAMhimpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAM
 
ETIKA TSI
ETIKA  TSIETIKA  TSI
ETIKA TSI
 
Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...
Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...
Sim, rahma pradina putri, prof. dr. hapzi ali, mm, implikasi etis ti, univers...
 
9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan isu pelangg...
9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan  isu pelangg...9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan  isu pelangg...
9,sim, dwi larasati, hapzi ali, fenomena sosial berkaitan dengan isu pelangg...
 
Rule of low ppt
Rule of low pptRule of low ppt
Rule of low ppt
 
ppt rule of law
ppt rule of lawppt rule of law
ppt rule of law
 
Masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukum
Masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukumMasalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukum
Masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukum
 
Nur Sania Dasopang
Nur Sania DasopangNur Sania Dasopang
Nur Sania Dasopang
 
SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...
SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...
SIM 11, YONO, PROF. Dr. HAPZI ALI CMA, IMPLIKASI ETIS TI, UNIVERSITAS MERCU B...
 

More from EmirPasha1

Buku reformasi HKI robiah.pdf
Buku reformasi HKI robiah.pdfBuku reformasi HKI robiah.pdf
Buku reformasi HKI robiah.pdfEmirPasha1
 
CYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdf
CYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdfCYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdf
CYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdfEmirPasha1
 
CYBERCRIME & CYBERLAW.pdf
CYBERCRIME & CYBERLAW.pdfCYBERCRIME & CYBERLAW.pdf
CYBERCRIME & CYBERLAW.pdfEmirPasha1
 
Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdf
Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdfModul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdf
Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdfEmirPasha1
 
Hukum Telematika Indonesia.pdf
Hukum Telematika Indonesia.pdfHukum Telematika Indonesia.pdf
Hukum Telematika Indonesia.pdfEmirPasha1
 
KERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdf
KERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdfKERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdf
KERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdfEmirPasha1
 
HUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdf
HUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdfHUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdf
HUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdfEmirPasha1
 

More from EmirPasha1 (7)

Buku reformasi HKI robiah.pdf
Buku reformasi HKI robiah.pdfBuku reformasi HKI robiah.pdf
Buku reformasi HKI robiah.pdf
 
CYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdf
CYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdfCYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdf
CYBERLAWdanREVOLUSIINDUSTRI4.0.pdf
 
CYBERCRIME & CYBERLAW.pdf
CYBERCRIME & CYBERLAW.pdfCYBERCRIME & CYBERLAW.pdf
CYBERCRIME & CYBERLAW.pdf
 
Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdf
Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdfModul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdf
Modul_Hukum_Ketenagakerjaan_pdf.pdf
 
Hukum Telematika Indonesia.pdf
Hukum Telematika Indonesia.pdfHukum Telematika Indonesia.pdf
Hukum Telematika Indonesia.pdf
 
KERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdf
KERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdfKERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdf
KERANGKA BUKU HUKUM TELEMATIKA.pdf
 
HUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdf
HUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdfHUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdf
HUKUM_TELEMATIKA_CYBER_CRIME_LAW.pdf
 

Recently uploaded

interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Sumardi Arahbani
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 

Recently uploaded (10)

interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 

CYBER_LAW.pdf

  • 1. CYBER LAW Disampaikan dalam PKPA angkatan ke-3 Kerjasama FH UP45 Yogya – DPN PERADI Minggu, 12 Juli 2020 DR. Drs. MUHAMMAD KHAMBALI, SH, MH, Advokat Dosen Tetap Fak. Hukum UP45 Yogya
  • 2. HAKIKAT KODRAT MANUSIA Susunan Kodrat • raga • jiwa Sifat kodrat • individu • sosial Kedudukan kodrat • makhluk pribadi • makhluk Tuhan
  • 3. Cyber Law: (Cyberspace Law) ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya. Secara akademis, terminologi cyber law belum menjadi terminologi yang umum
  • 4. Istilah lain yang juga digunakan: Hukum Teknologi Informasi (Law of Information Teknologi), Hukum Dunia Maya (Virtual World Law), Hukum Mayantara, The law of the Internet, Law and the Information Superhighway, Information Technology Law, The Law of Information, dll
  • 5. Cyberlaw dibutuhkan karena dasar atau fondasi dari hukum di banyak negara adalah “ruang dan waktu”. Sementara itu, internet dan jaringan komputer mendobrak batas ruang dan waktu ini.
  • 10. Diagram yang menunjukkan perbedaan jenis media sosial https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
  • 11. PERATURAN POKOK Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19/2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11/2008 tentang ITE
  • 12. Hukum/perat uran merupakan satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak seseorang Pertentangan dua asas Hak bergerak seseorang merupakan HAM yang harus dihormati Kepentingan ketertiban umum harus dipertahankan untuk orang banyak atau masyarakat 12/07/2020 12
  • 13. POLITIK HUKUM UU ITE  Satjipto Rahardjo:  aktivitas untuk menentukan suatu pilihan mengenai tujuan dan cara-cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan hukum dalam masyarakat.  Van Apeldorn:  politik perundang-undangan.  menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang- undangan. (pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja).
  • 14.  Moh. Mahfud MD:  definisi atau pengertian hukum juga bervariasi namun dengan meyakini adanya persamaan substansif antara berbagai pengertian yang ada atau tidak sesuai dengan kebutuhan penciptaan hukum yang diperlukan.  Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada , termasuk penegasan Bellefroid dalam bukunya Inleinding Tot de Fechts Weten Schap in Nederland.
  • 15.  Moh Mahfud MD dalam disertasinya yang berjudul: Perkembangan Politik Hukum: Studi Tentang Pengaruh Konfigurasi Politik Terhadap Produk Hukum di Indonesia, FH UGM, 1993, hlm. 74 menempatkan politik hukum sebagai bagian dari kajian Ilmu Hukum, yaitu bagian dari Hukum Tata Negara (HTN).  Namun, pada karya yang lain, Moh Mahfud MD menegaskan bahwa “politik hukum menjadi bagi dari studi Ilmu Hukum, dan jika dikaitkan dengan Pohon Ilmiah Hukum, studi politik hukum berada apda bagian batang/pohon Ilmu Hukum. (Lihat Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menengakkan Konstitusi, LP3ES, Jakarta, 2006, hlm. 2-4)
  • 16.  Pemikiran lain dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo yang dengan tegas menyatakan bahwa politik hukum sudah diakui sebagai salah satu disiplin Ilmu Hukum di antara cabang-cabang lain, seperti sosiologi hukum, antropologi hukum, perbandingan hukum, sejarah hukum, psikologi hukum, dan filsafat hukum. (Lihat Sathipto Rahardjo, Ilmun Hukum, Cetakan ke-5, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000)
  • 17.  UU ITE mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya,  Meskipun UU ITE ini masih menuai banyak kontra dalam penerapannya, mengingat tidak sedikit kelemahan yang di jumpai dari pasal-pasal di dalamnya, maupun dari UU ITE iu sendiri secara keseluruhan.  Arah kebijakan politik hukum dalam UU ITE lebih ke arah membentuk bangsa yang beradab, dari aspek masyarakat, yakni agar adanya kebebasan dalam mengeluarkan pendapat secara santun.
  • 18. PAHAMI HUKUM AGAR TIDAK TERJERAT HUKUM  Beberapa aktivitas (upload/posting) konten yang seharusnya tidak dilakukan dalam bermedsos, antara lain:  Yang melanggar kesusilaan;  Perjudian;  Penghinaan dan atau pencemaran nama baik;  Pemerasan atau pengancaman;  Konten yang merugikan konsumen;  Konten yang menyebabkan permusuhan (ujaran kebencian, hate speech) atau isu SARA;
  • 19. PASAL 27 UU ITE  Ayat (3) yang berisi ketentuan larangan mendistribusikan, mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik (IE) bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik diubah:  yakni menambahkan penjelasan atas istilah ‘mendistribusikan’, mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya IE;  menegaskan bahwa ketentuan tersebut adalah delik aduan bukan delik umum; dan  menegaskan bahwa unsur pidana pada ketentuan tersebut mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan fitnah yang diatur dalam KUHP.
  • 20. INFORMASI ELEKTRONIK  satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
  • 21. NEW NORMAL BERMEDSOS  Semua kita masing-masing harus berhati-hati dan lebih bijak dalam bermedsos, terutama dalam mengupload, memposting, mengutarakan pendapat di medsos.  Berinternetlah secara bijak.  Teknologi seharusnya membawa manfaat, bukan madharat.  Teknologi seharusnya untuk kehidupan manusia yang bermartabat, bukan sebaliknya.
  • 22. POLITIK HUKUM Hukum itu untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia untuk hukum. Teori Hukum Progresif, Prof. Satjipto Rahardjo Maka politik hukum haruslah berfondasikan keadilan bermartabata, yakni keadilan yang nguwongke wong, memanusiakan manusia. Teori Keadilan Bermartabat, Prof Teguh Prasetyo
  • 23. REKOMENDASI  Dalam pembentukan aturan yang menyangkut hal bermedsos (misalnya, UU ITE) sebaiknya lebih memberikan partisipasi penuh kepada kelompok sosial atau individu di dalam masyarakat, sehingga bisa terbentuk produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat.  Pemerintah harus lebih gencar mensosialisasikan UU ITE dengan mengadakan seminar-seminar tentang pelaksanaan informasi dan transaksi elektronik.
  • 24.  Bangunan hukum dan penegakan hukum tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai PANCASILA sebagai sumber dari segala sumber hukum, yang berakar kepada hakikat kodrat manusia sebagai makhluk monopluralis.  Sehingga bangunan hukum dan penegakan hukum tersebut berkeseimbangan, memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat (penegak hukum dan masyarakat) dan pihak yang terkait (keluarga, masyarakat, negara).  Bangunan hukum dan penegakan hukum tersebut adalah bangunan hukum yang berbasis nilai-nilai keadilan bermartabat. 12/07/2020 24
  • 25. 12/07/2020 25 MEMBANGUN HUKUM YANG BERBASIS NILAI KEADILAN BERMARTABAT PARADIGMA
  • 27. Kenali hukum, Pahami hukum, Taati hukum, Agar tidak terjerat hukum. (Muh Khambali dalam talkshow Pro Justisia di Ratih TV)
  • 28. TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA  Muhammad Khambali, DR, SFi, SH, MH  Dosen Fak Hukum UP34 Yogyakarta  Advokat anggota PERADI  Pengurus DPC PERADI Wonosari DIY  Founder LEGALITER Institute  Email: hmkhambali@yahoo.com  HP: +62 819837055 12/07/2020 28
  • 29. 28 | PERLINDUNGAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP CYBERCRIMES BERBASIS KEADILAN BERMARTABAT Oleh:. H. Muhammad Khambali Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Email: hmkhambali@yahoo.com Abstract Information technology develops very quickly, requiring the state to make regulations so as not to have a negative impact on its nation. Globalization forces one to avoid being in touch with people, both nationals and different nations, both nationally and internationally. The world is getting smaller in your grasp. Therefore, regulations are needed to regulate the traffic of information technology so that they do not rub against each other or create unwanted problems, whether economic, political, social, cultural, defense, security, religious or criminal. As the real world, cyberspace (information technology) has the potential to create cybercrimes. The Republic of Indonesia as a unitary state in the form of a republic, sovereignty is in the hands of the people and based on the law (rechtstaat) is not based on mere power (machtstaat) must protect its citizens from the negative impact of information technology flows, between cybercrime. Pancasila as the basis of philosophy, outlook on life, the basis of the state, and the source of all sources of Indonesian law must inspire all the laws (rules) in the Indonesian system, including the rules governing crime in cyberspace. Keywords: legal protection, cybercrime, dignified justice. A. Pendahuluan Kejahatan dunia maya (cybercrimes) atau kejahatan terkait komputer merupakan kejahatan yang melibatkan komputer dan jaringan. Komputer digunakan dalam pelaksanaan kejahatan, tetapi komputer dapat juga sebagai sasarannya. Cybercrimes can be defined as: Offences that are committed against individuals or groups of individuals with a criminal motive to intentionally harm the reputation of the victim or cause physical or mental harm, or loss, to the victim directly or indirectly, using modern telecommunication networks such as Internet (networks including but not limited to Chat rooms, emails, notice boards and groups)
  • 30. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 29 and mobile phones (bluetooth/sms/mms).1 (Kejahatan dunia maya/cybercrimes dapat didefinisikan sebagai: Pelanggaran yang dilakukan terhadap individu atau kelompok individu dengan motif kriminal untuk secara sengaja menyakiti reputasi korban atau menyebabkan kerugian fisik atau mental, atau kerugian, kepada korban secara langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan jaringan telekomunikasi modern seperti Internet (jaringan termasuk namun tidak terbatas pada ruang chat, email, papan pengumuman dan kelompok) dan telepon genggam (bluetooth/sms/mms). Secara internasional, baik negara maupun non-negara terkait dalam cybercrimes, termasuk spionase, pencurian keuangan, dan kejahatan lintas batas lainnya. Kejahatan yang melintasi batas internasional dan melibatkan kepentingan setidaknya satu negara bangsa terkadang disebut sebagai cyberwarfare. Cybercrimes merupakan suatu area kejahatan yang tumbuh berkembang sangat cepat. Semakin banyak pelaku kejahatan yang menggunakan kecepatan, kenyamanan, dan anonimitas internet untuk melakukan beragam aktivitas kriminal yang tidak mengenal batas, baik fisik maupun virtual. Hal tersebut merupakan bahasan serius dan merupakan ancaman nyata bagi korban di seluruh dunia. Meskipun tidak ada satu definisi universal cybercrimes, penegak hukum pada umumnya membuat klasifikasi kejahatan terkait teknologi informasi (internet) menjadi 2, yaitu:2 1. Advanve cybercrime (kejahatan teknologi tinggi), berupa serangan yang canggih terhadap perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer. 2. Cyber-enabled crime (kejahatan berbasis cyber), berupa kejahatan konvensional yang telah berubah dengan munculnya teknologi informasi (internet), seperti kejahatan terhadap anak- anak, kejahatan ekonomi, dan kejahatan terorisme. Di masa lalu, cybercrimes dilakukan terutama oleh individu atau kelompok kecil. Akhir-akhir ini, kita melihat jaringan cybercriminal yang sangat kompleks mempertemukan orang-orang dari seluruh dunia secara real time untuk melakukan kejahatan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Organisasi kriminal beralih ke teknologi informasi untuk memfasilitasi aktivitas mereka dan memaksimalkan keuntungan mereka dalam waktu 1 https://en.wikipedia.org/wiki/Cybercrime diakses 23 September 2017 pukul 20.00 wib 2 https://www.interpol.int/Crime-areas/Cybercrime/Cybercrime diakses 23 September 2017 pukul 21.00 wib.
  • 31. 30 | H. Muhammad Khambali sesingkat-singkatnya. Kejahatan itu sendiri belum tentu merupakan jenis kejahatan baru, tetapi jenis kejahatan lama, misalnya pencurian, penipuan, dan perjudian. Akan tetapi berkembang sesuai dengan peluang yang disajikan secara online, sehingga kejahatan tersebut menjadi semakin luas dan sangat merusak. Jenis cybercrimes umum, antara lain: hacking, penipuan online, pencurian identitas, serangan terhadap sistem komputer dan konten terlarang. Akibat dari cybercrimes sangat merugikan korban, meskipun belum tentu karena alasan keuangan. Media sosial seperti facebook, twitter, instagram, blog, path, linkedin, youtube, whatsapp, line, dan lain sebagainya telah menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat. Ada dampak positif penggunaan teknologi informasi berupa media sosial, namun tidak dapat dipungkiri adanya dampak negatif. Bukan hanya berdampak dalam bisnis, melainkan juga dalam mengembangkan potensi dan eksistensi diri, berkomunikasi, perkenalan, dan masih banyak hal lainnya. Siapapun bebas melakukan editing dengan memodifikasi tulisan, gambar, video, grafis, dan konten lainnya. Disamping hasrat aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding, kecepatan akses (dalam hitungan detik). Perasaan bebas menjadi diri-sendiri dalam media sosial merupakan penyebab media sosial berkembang pesat.3 Penggunaan teknologi informasi menarik siapa saja untuk berpartisipasi memberi kontribusi secara bebas dalam tempo yang sangat cepat dan tidak terbatas. Ditunjang dengan teknologi internet dan smartphone menjadikan media sosial tumbuh pesat, subur bagai jamur di musim hujan. Untuk mengakses media sosial kini dapat dilakukan dimana dan kapan saja, cukup dengan sebuah smartphone. Sedemikian cepatnya orang dapat mengakses media sosial memunculkan fenomena dahsyat atas arus informasi. B. Rumusan Masalah 3 Khambali, M., http://krjogja.com/web/news/read/35222/Reposisi_Bermedsos_Pasca_UU_ITE_Baru diakses 23 September 2017 pukul 20.00 wib
  • 32. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 31 Berdasarkan latar-belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana perlindungan ideal terhadap cybercrimes berbasis keadilan bermartabat? C. Pembahasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (1) bahwa Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik. Ayat (2) menentukan bahwa kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Sedangkan Pasal 1 ayat (3) menentukan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Ketiga ayat dalam Pasal 1 UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik, kedaulatan berada di tangan rakyat dan berdasarkan hukum (rechtstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat).4 Sebagai negara hukum, baik penguasa maupun rakyat atau warganegara, bahkan negara itu sendiri semuanya harus tunduk kepada hukum. Semua sikap, tingkah laku, dan perbuatannya harus sesuai atau menurut hukum. Sumber hukumnya adalah rasa hukum yang terdapat di dalam masyarakat itu sendiri.5 Menurut Plato penyelenggaraan negara yang baik adalah pemerintahan yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik, dan penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada hukum merupakan salah satu alternatif yang baik dalam penyelenggaraan negara.6 1. Cybercrimes Lalu-lintas teknologi informasi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Delik cybercrimes yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, antara lain: 4 Khambali, M., 2018, “Hak Imunitas Advokat Tidak Tak Terbatas”, Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 13, No. 1, hlm. 19. 5 Khambali, M., 2014, “Fungsi Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia”, Jurnal Supremasi Hukum, Volume 3, No. 1, hlm. 2. 6 Teguh Prasetyo & Arie Purnomosidi, 2014, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila, Bandung: Nusa Media, hlm 1.
  • 33. 32 | H. Muhammad Khambali a. Tindak pidana yang berhubungan dengan aktivitas ilegal, yakni: 1) Distribusi atau penyebaran, transmisi, dapat diaksesnya konten ilegal, yang terdiri dari: - Kesusilaan (Pasal 27 ayat (1): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. - Perjudian (Pasal 27 ayat (2): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian. - Penghinaan atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat (3): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. - Pemerasan atau pengancaman (Pasal 27 ayat (4): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. - Berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen (Pasal 28 ayat [1): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. - Menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat (2): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
  • 34. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 33 kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). - Mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. 2) Dengan cara apapun melakukan akses ilegal (Pasal 30): a) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara apa pun. b) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik. c) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau sistem elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. 3) Intersepsi ilegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik (Pasal 31): a) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain. b) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang sedang ditransmisikan.
  • 35. 34 | H. Muhammad Khambali b. Tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan (interferensi), yaitu: Gangguan terhadap informasi atau dokumen elektronik (data interference - Pasal 32): a) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik. b) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak. c) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan terbukanya suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya. 2) Gangguan terhadap sistem elektronik (system interference - Pasal 33): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. c. Tindak pidana memfasilitasi perbuatan yang dilarang (Pasal 34): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki: 1) Perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33. 2) Sandi lewat komputer, kode akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar sistem elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.
  • 36. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 35 d. Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik (Pasal 35): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik e. Tindak pidana tambahan (accessoir Pasal 36): Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik cukup untuk mengatur mengenai teknologi informasi, khususnya cybercrimes. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan. Dalam menegakkan hukum ada 3 (tiga) unsur yang selalu harus diperhatikan yaitu: kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigheit)¸dan keadilan (Gerechtigheit).7 2. Teori Keadilan Bermartabat Teori keadilan bermartabat dikemukakan oleh Teguh Prasetyo. Teori keadilan bermartabat, disebut bermartabat karena teori dimaksud adalah merupakan suatu bentuk pemahaman dan penjelasan yang memadai (ilmiah) mengenai koherensi dari konsep-konsep hukum di dalam kaidah dan asas-asas hukum yang berlaku serta doktrin-doktrin yang sejatinya merupakan wajah, struktur atau susunan dan isi serta ruh atau roh (the spirit) dari masyarakat dan bangsa yang ada di dalam sistem hukum berdasarkan Pancasila, yang dijelaskan oleh teori keadilan bermartabat itu sendiri.8 Teori keadilan bermartabat berangkat dari postulat sistem; bekerja mencapai tujuan, yaitu keadilan yang bermartabat. Keadilan yang memanusiakan manusia, atau keadilan yang nge wong ke wong.9 Seperti diketahui, imperium hukum adalah imperium akal budi, karsa dan rasa seorang anak manusia, dimana pun dia berada menjalani kehidupannya. Hal ini sejalan 7 Sudikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, hlm. 140. 8 Teguh Prasetyo, 2015, Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum, Bandung: Nusamedia, hlm 63. 9 Ibid, hlm 2.
  • 37. 36 | H. Muhammad Khambali dengan prinsip dalam teori keadilan bermartabat yang peduli dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya untuk membantu sesamanya melalui kegiatan berpikir; memanusiakan manusia atau nge wong ke wong.10 Sebagai suatu sistem berpikir atau berfilsafat (jurisprudence) yang identik dengan apa yang dikenal dalam banyak literature dunia sebagai legal theory atau teori hukum, maka postulat dasar lainnya dari teori keadilan bermartabat itu tidak sekedar mendasar dan radikal. Lebih daripada mendasar dan radikal, karakter teori keadilan bermartabat itu, antara lain juga adalah suatu sistem filsafat hukum yang mengarahkan atau memberi tuntutan serta tidak memisahkan seluruh kaidah dan asas atau substantive legal disciplines. Termasuk di dalam substantive legal disciplines, yaitu jejaring nilai (values) yang saling terkait, dan mengikat satu sama lain. Jejaring nilai yang saling kait-mengait itu dapat ditemukan dalam berbagai kaidah, asas-asas atau jejaring kaidah dan asas yang inheren di dalamnya nilai-nilai serta virtues yang kait-mengait dan mengikat satu sama lain itu berada. Jejaring nilai dalam kaidah dan asas-asas hukum itu ibarat suatu struktur dasar atau fondasi yang menyebabkan suatu bangunan besar atau fabric menjadi utuh dan spesifik, hidup, karena ada jiwanya atau the living law dan yang berlaku juga benar dalam satu unit politik atau negara tertentu. Bangunan sistem hukum yang dipahami melalui teori keadilan bermartabat tersebut yaitu NKRI.11 Tujuan di dalam fabric NKRI itu, antara lain dapat ditemukan di dalam Pembukaan UUD 1945 sebelum diamandemen. Dirumuskan di dalam Pembukaan UUD 1945 sebelum diamandemen, tujuan yang hendak dicapai sistem hukum NKRI, antara lain yaitu: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan.”12 Teori keadilan bermartabat menganut suatu prinsip bahwa sekalipun ilmu hukum itu tersusun dari 4 (empat) susunan atau lapisan yakni: Filsafat Hukum (Philosophy of Law), 10 Ibid, hlm 22. 11 Ibid, hlm 34. 12 Ibid
  • 38. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 37 Teori Hukum (Legal Theory), Dogmatik Hukum (Jurisprudence), serta Hukum dan Praktek Hukum (Law and Legal Practice). Memahami ilmu hukum secara utuh berarti memahami keempat lapisan hukum tersebut secara kait-mengait. Lapisan yang di atas mendikte (the law dictate), atau menerangi atau memberi pengayaan terhadap lapisan ilmu hukum di bawahnya. Begitu pula seterusnya. Lapisan yang di bawahnya lagi menerangi lapisan-lapisan selanjutnya, kea rah bawah (top-down), secara sistematik.13 Sekalipun terlihat bahwa lapisan ilmu dalam teori keadilan bermartabat itu adalah lapisan yang saling terpisah antara satu dengan lapisan lainnya, namun pada prinsipnya lapisan-lapisan ilmu hukum itu merupakan satu kesatuan sistemik, mengendap, hidup dalam satu sistem. Saling berkaitan antara satu dengan lainnya, bahu membahu (shoulder to shoulder), gotong-royong sebagai suatu sistem.14 Hukum dipahami oleh teori keadilan bermartabat sampai ke hakikat, esensi, atau substansi yang dipikirkan. Hukum dalam perspektif teori keadilan bermartabat tidak sekedar dilihat, atau dipahami melalui pengetahuan hasil tangkapan inderawi atau physical saja, namun lebih dalam dari sekedar pemahaman hukum melalui pengetahuan inderawi itu, teori keadilan bermartabat menelusuri dan menangkap dengan akal pengetahuan hukum yang hakiki, yaitu pengetahuan hukum yang mendasari segala pengetahuan inderawi. Dengan demikian, teori keadilan bermartabat dipahami bukan hanya sebagai suatu teori hukum. Lebih daripada itu, teori keadilan bermartabat juga adalah suatu filsafat hukum yang identik dengan suatu sistem hukum positif.15 Teori keadilan bermartabat juga menelaah praktik, penegakan atau aktivitas dari hukum positif itu memecahkan persoalan-persoalan manusia dan masyarakat sehari-hari dari suatu perspektif hukum, sampai ke hakikat yang paling dalam, hakikat yang melampaui pengetahuan inderawi.16 Suatu pandangan yang konkret dari teori keadilan bermartabat itu adalah suatu usaha untuk memahami atau mendekati pikiran Tuhan.17 Sekalipun apa yang diamati oleh teori keadilan bermartabat itu bukan saja suatu lapisan nyata tetapi juga kadang kala terpaksa untuk mengamati “lapisan” yang dibuat-buat 13 Ibid, hlm 2. 14 Ibid. 15 Ibid, hlm 24. 16 Ibid, hlm 25. 17 Ibid.
  • 39. 38 | H. Muhammad Khambali yang menghiasi layar-layar pertelevisian. Namun yang diusahakan untuk diungkap oleh teori keadilan bermartabat adalah semua ciri-ciri hukum yang biasanya dimulai dengan sejumlah issue yang memancing rasa ingin tahu seorang filsuf hukum18 Asal-usul teori keadilan bermartabat yakni tarik-menarik antara lex eterna (arus atas) dan Volkgeist (arus bawah) dalam memahami hukum sebagai usaha untuk mendekati pikiran Tuhan, menurut sistem hukum berdasarkan Pancasila. Pendekatan teori keadilan bermartabat, hukum sebagai filsafat hukum, teori hukum, dogmatik hukum, maupun hukum dan praktek hukum; dialektika secara sistematik. Tujuan teori keadilan bermartabat, menjelaskan apa itu hukum.19 Teori keadilan bermartabat mengamati, mengklasifikasi, menguji, serta memfalsifikasi serta menjustifikasi berbagai kaidah dan asas-asas hukum yang terdapat dan berlaku di dalam satu sistem hukum. Teori keadilan bermartabat juga mengamati, menganalisis dan menemukan serta mengatur tata tertib di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara atau bermasyarakat tetapi juga terhadap individu, khususnya manusia, masyarakat bangsa Indonesia. Sebagai suatu pemikiran filasafat, sesuai dengan ciri mendasar atau radikalnya, teori keadilan bermartabat memiliki ajakan untuk mendekati hukum secaara filosofis. Teori keadilan bermartabat dengan kata lain memiliki ajakan untuk memahami hukum dengan cinta kepada kebijaksanaan, filsafat artinya mencintai kebijaksanaan20 . Teori keadilan bermartabat juga menelaah praktik, penegakan atau aktivitas dari hukum positif itu memecahkan persoalan-persoalan manusia dan masyarakat sehari-hari dari suatu perspektif hukum, sampai ke hakikat yang paling dalam, hakikat yang melampui pengetahuan inderawi.21 Hukum dipahami oleh teori keadilan bermartabat sampai ke hakikat, esensi, atau substansi yang dipikirkan. Itulah makna teori keadilan bermartabat sebagai suatu filsafat hukum. Hukum dalam perspektif teori keadilan bermartabat tidak sekedar dilihat atau 18 Ibid, hlm 7. 19 Ibid, hlm 30-31. 20 Ibid , hlm 23. 21 Ibid, hlm 25.
  • 40. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 39 dipahami melalui pengetahuan hasil tangkapan inderawi atau physical saja. Namun, lebih dalam dari sekedar pemahaman hukum melalui pengetahuan inderawi itu, teori keadilan bermartabat menelusuri dan menangkap dengan akal pengetahuan hukum yang hakiki, yaitu pengetahuan hukum yang mendasari segala pengetahuan inderawi.22 Keadilan bemartabat adalah suatu teori hukum atau apa yang dikenal dalam literatur berbahasa Inggris dengan konsep legal theory, jurisprudence atau philosophy of law dan pengetahuan mengenai hukum substantif dari suatu sistem hukum. Ruang lingkup teori keadilan bermartabat tidak hanya pengungkapan dimensi yang abstrak dari kaidah dan asas- asas hukum yang berlaku. Lebih jauh daripada itu, teori keadilan bermartabat mengungkap pula semua kaidah dan asas-asas hukum yang berlaku di dalam sistem hukum, dalam hal ini sistem hukum dimaksud yaitu sistem hukum positif Indonesia; atau sistem hukum, berdasarkan Pancasila. Itu sebabnya, Keadilan Bermartabat, disebut di dalam judul buku ini sebagai suatu teori hukum berdasarkan Pancasila.23 Teori keadilan bermartabat tidak hanya menaruh perhatian kepada lapisan fondasi hukum yang tampak di permukaan dari suatu sistem hukum. Teori keadilan bermartabat juga berusaha menelusuri dan mengangkap lapisan fondasi hukum yang berada di bawah permukaan fondasi hukum dari sistem hukum yang tampak itu. Teori keadilan bermartabat, sesuai dengan ciri filosofis yang dimilikinya berusaha menggali nilai-nilai atau fondasi lama di bawah permukaan fondasi sistem hukum yang tampak saat ini, serta mendobrak dari bawah landasan kolonial. Fondasi yang sudah lama ada di dalam jiwa bangsa oleh teori keadilan bermartabat dipandang sebagai bottom-line dari suatu sistem hukum dimana seluruh isi bangunan sistem itu diletakkan dan berfungsi mengejar tujuannya yaitu keadilan.24 Teori keadilan bermartabat mengemukakan suatu dalil bahwa sekalipun konsep- konsep seperti the rule of law dan rechtsstaat itu secara etimologis sinonim dengan negara hukum, namun kedua konsep itu tidak dapat dipersamakan begitu saja dengan konsep negara hukum atau konsep negara hukum berdasarkan Pancasila. Teori keadilan bermartabat sampai pada dalil seperti itu setelah menemukan bahwa hasil penggalian terhadap nilai-nilai luhur Pancasila sebagai sumber hukum utama mengingat nilai-nilai dan ukuran perilaku yang baik 22 Ibid, hlm 24. 23 Ibid, hlm 53. 24 Ibid.
  • 41. 40 | H. Muhammad Khambali itu adalah values dan virtues yang paling sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Nilai-nilai Pancasila sebagai kesepakatan pertama, menurut teori keadilan bermartabat kemudian dijadikan sebagai nilai-nilai yang berasal dari satu sumber hukum filosofis, sumber hukum historis, dan sumber hukum sosiologis sebagai satu paket. Hal itu dikarenakan, semua nilai dan standar perilaku baik itu ternyata ada di dalam, serta sama dan sebangun dengan hukum itu sendiri.25 Teori keadilan bermartabat menganut prinsip untuk memahami doktrin dan ketentuan- ketentuan yang pernah ada di dalam sistem hukum berdasarkan Pancasila sebagai sistem hukum utama atau kesepakatan pertama yang menjadi sasaran kajian dan penyelidikan teori keadilan bermartabat. Prinsip atau doktrin ini adalah penemuan hukum. Penemuan hukum harus dilakukan manakala ditemukan bahwa terhadap kasus-kasus itu pengaturannya belum ada, kurang jelas, atau tidak lengkap diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku.26 3. Perlindungan Terhadap Cybercrimes Ada beberapa cara untuk melakukan perlindungan terhadap cybercrimes, antara lain:27 a. Gunakan kata kunci (password) yang kuat Gunakan kombinasi user ID (kata kunci, password) yang berbeda untuk akun yang berbeda dan hindari menuliskannya. Buatlah kata sandi lebih rumit dengan menggabungkan huruf, angka, karakter khusus (minimal 10 karakter totalnya) dan ubah secara teratur. b. Amankan komputer: 1) Aktifkan firewall. Firewall adalah garis pertama pertahanan cyber; mereka memblokir koneksi ke situs yang tidak dikenal atau palsu dan akan mencegah beberapa jenis virus dan hacker. 2) Gunakan software anti-virus/malware 25 Ibid, hlm 185. 26 Ibid, hlm 12-13. 27 http://www.rcmp-grc.gc.ca/to-ot/tis-set/cyber-tips-conseils-eng.htm diakses 23 September 2017 pukul 22.00 wib.
  • 42. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 41 Mencegah virus menginfeksi komputer dengan menginstal dan memperbarui perangkat lunak anti-virus secara teratur. 3) Blokir serangan spyware Mencegah spyware menginfiltrasi komputer dengan menginstal dan memperbarui perangkat lunak anti-spyware. c. Jadilah sosial media savy Pastikan profil jejaring sosial (misalnya Facebook, Twitter, Youtube, MSN, dan lain sebagainya) diatur ke pribadi. Periksa pengaturan keamanan. Hati-hati dengan informasi yang dikirim secara online. Setelah itu di internet, itu ada selamanya. d. Amankan perangkat seluler Sadarilah bahwa perangkat mobile rentan terhadap virus dan hacker. Download aplikasi dari sumber terpercaya. e. Instal pembaruan sistem operasi terbaru Simpan aplikasi dan sistem operasi (misalnya Windows, Mac, Linux) saat ini dengan update sistem terbaru. Aktifkan pembaruan otomatis untuk mencegah kemungkinan serangan pada perangkat lunak lama. f. Lindungi data Gunakan enkripsi untuk file yang paling sensitif seperti pengembalian pajak atau catatan keuangan, buat back-up biasa dari semua data penting, dan simpan di lokasi lain. g. Amankan jaringan nirkabel Jaringan wi-fi (nirkabel) di rumah rentan terhadap gangguan jika tidak diamankan dengan benar. Tinjau dan ubah pengaturan default. Wi-fi umum atau hotspot juga rentan. Hindari melakukan transaksi finansial atau korporasi di jaringan ini. h. Lindungi identitas Berhati-hatilah saat memberikan informasi pribadi seperti nama, alamat, nomor telepon atau informasi keuangan di Internet. Pastikan websites aman (misalnya saat melakukan pembelian online) atau telah mengaktifkan setelan privasi (misalnya saat mengakses/menggunakan situs jejaring sosial). i. Hindari scammed
  • 43. 42 | H. Muhammad Khambali Selalu pikirkan sebelum mengklik link atau file yang tidak diketahui asal usulnya. Jangan merasa tertekan oleh email manapun. Periksa sumber pesannya. Bila ragu, verifikasi sumbernya. Jangan pernah membalas email yang meminta untuk memverifikasi informasi atau mengkonfirmasi ID pengguna atau kata sandi. j. Panggil orang yang tepat untuk meminta bantuan Jangan panik jika menjadi korban, jika menemukan konten internet ilegal (misalnya eksploitasi anak) atau jika mencurigai adanya kejahatan komputer, pencurian identitas atau penipuan komersial, laporkan ini ke polisi setempat. Jika memerlukan bantuan instalasi perawatan atau perangkat lunak pada komputer, berkonsultasilah dengan penyedia layanan atau teknisi komputer bersertifikasi. D. Penutup Dalam dunia teknologi informasi terdapat 3 unsur penting yakni: hardware (perangkat keras), software (perangkat lunak), dan brainware (otak, orang). Perlindungan terhadap bahaya cybercrime dapat dilakukan dengan cara penegakan hukum, namun perlu dilakukan langkah preventif dengan cara pembudayaan. Brainware (pengguna) dan masyarakat harus memahami hukum teknologi informasi, dan dampak positif/negatif teknologi informasi, agar memiliki kesiapan mengarungi dunia maya yang hiruk-pikuk dan tidak terbatas. Pegangilah prinsip kenali hukum, pahami hukum, taati hukum, agar tidak terjerat hukum. E. Referensi Abdul Ghofur Anshori, 2009, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, cet. Kedua. Darji Darmodiharjo, dan Sidarta, 2006, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moh. Mahfud MD, 1998, Politik Hukum Di Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Muchsin, 2006, Ikhtisar Filsafat Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Iblam.
  • 44. P e r l i n d u n g a n H u k u m M a s y a r a k a t . . . | 43 Khambali, M., http://krjogja.com/web/news/read/35222/Reposisi Bermedsos Pasca UU ITE Baru _______, 2018, “Hak Imunitas Advokat Tidak Tak Terbatas”, Jurnal Cakrawala Hukum, Volume 13, No. 1. _______, 2014, “Fungsi Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia”, Jurnal Supremasi Hukum, Volume 3, No. 1. Sri Endah Wahyuningsih, 2013, Prinsip-Prinsip Individualisasi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Sri Soeprapto Wirodiningrat, tanpa tahun, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Sudikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty. Teguh Prasetyo & Arie Purnomosidi, 2014, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila, Bandung: Nusa Media. Teguh Prasetyo, 2013, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Yogyakarta: Media Perkasa. _______, 2015, Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum, Bandung: Nusa Media. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. https://www.interpol.int/Crime-areas/Cybercrime/Cybercrime https://en.wikipedia.org/wiki/Cybercrime