Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tentang topik pelecehan seksual pada remaja. Layanan akan berupa bimbingan kelompok yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pencegahan pelecehan seksual, serta melatih remaja bersosialisasi dengan baik. Layanan akan diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 2016 melalui diskusi, pertanyaan dan permainan.
sekedar penjelasan singkat untuk yang pingin tau, apa sih, bagaimana sih, dan gimana caranya sih cara menggunakan dan mengaplikasikan AUM PTSDL... yang dikenal sebagai salah satu instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling...
IPBI
ABKIN
MGBKN
Organisasi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut kealian dari para pekerja nya.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Kesulitan belajar adalah suatu hambatan-hambatan yang berkaitan dengan belajar yang di alami oleh individu/siswa baik di rumah maupun di sekolah. Dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam individu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar. Kesulitan belajar menjadi salah satu alasan mengapa siswa sering tidak masuk kelas, menganggap ketidakmampuan dalam belajar yang menjadi penghambat baginya.
sekedar penjelasan singkat untuk yang pingin tau, apa sih, bagaimana sih, dan gimana caranya sih cara menggunakan dan mengaplikasikan AUM PTSDL... yang dikenal sebagai salah satu instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling...
IPBI
ABKIN
MGBKN
Organisasi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut kealian dari para pekerja nya.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Kesulitan belajar adalah suatu hambatan-hambatan yang berkaitan dengan belajar yang di alami oleh individu/siswa baik di rumah maupun di sekolah. Dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam individu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar. Kesulitan belajar menjadi salah satu alasan mengapa siswa sering tidak masuk kelas, menganggap ketidakmampuan dalam belajar yang menjadi penghambat baginya.
Kespro Remaja : Perilaku Seksual RemajaNuranisah D.
PPT Perilaku Seksual Remaja.
Remaja merupakan suatu periode transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada usia ini, mereka sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga, memerlukan dukungan positif dari lingkungan ia berada.
----PPT dapat digunakan, Harap menampilkan kepemilikan PPT-----
makalah konsep seksual - d3 keperawatan siakadurban
makalah konsep seksualitas. seksualitas merupakan kebutuhan manusia, selain berfungsi sebagai penambah keturunan, tapi juga mampu memberikan kebahagian kepada merepak yang sudah halal.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Contoh RPL Bimbingan dan konseling topik bebas "Pelecehan seksual"
1. RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Pelecehan seksual yang marak terjadi di kalangan remaja
B. Bidang Bimbingan : Pribadi, Sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Kelompok
D. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pencegahan
E. Tujuan Layanan : Melatih individu bersosialisasi, berani mengungkapkan pendapat
dan berinteraksi dengan baik antar sebayanya, memberikan
informasi yang terkini.
F. Sasaran Layanan : Teman Sebaya
G. Uraian Kegiatan :
No Tahapan Kegiatan Pemimpin Kelompok
1. Pembentukan Mengucapkan salam
Menerima kehadiran AK secara terbuka dan mengucapkan terima kasih
Memimpin berdoa
Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok
Menjelaskan asas-asasbimbingan kelompok (kegiatan, kenormatifan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, dan keaktifan)
Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok diantaranya
Menyampaikan kesepakan waktu
Perkenalan dilanjutkan Permainan untuk menghangatkan suasana agar saling
terbuka, saling percaya, saling menerima sehingga tercipta dinamika kelompok
2. Peralihan Menjelaskan kembali pengertian dan tujuan Bimbingan Kelompok
Menanyakan kesiapan Anggota Kelompok untuk melanjutkan kegiatan
Bimbingan Kelompok.
Mengkondisikan anggota kelompok agar siap melanjutkan ketahap berikutnya
Menjelaskan batasan topic yang akan dibahas
3. Kegiatan Topik Tugas
Pembahasan topic
Memberikan selingan
Menyimpulan hasil dari topik yang telah dibahas
4. Pengakhiran Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan segera di akhiri
Penilaian segera dari kegiatan yang telah dilakukan:
1. Pemahaman yang sudah diperoleh oleh AK
2. Perasaan yang dialami selama kegiatan berlangsung
3. Aktivitas yang akan dilakukan setelah kegiatan berlangsung
Kesan yang diperoleh selama kegiatan
Membahas dan menanyakan tindak lanjut kegiatan Bkp
Mengucapkan terima kasih
Memimpin doa
Mengucapkan salam
Perpisahan
2. H. Materi layanan : Terlampir
I. Sumber Materi :
http://latifianazalati.blogs.uny.ac.id/2015/11/29/pelecehanseksualdan-peran-konselor/
J. Pelaksanaan Layanan :
Waktu : 1 x 30 menit
Tempat : Ruang Kelas
Hari / Tanggal : Selasa, 7 Juni 2016
K. Metode : Diskusi, Tanya jawab, Permainan
L. Penyelenggara layanan : Komara Yusuf N.M.
M.Pihak yang disertakan dalam layanan dan perananya masing-masing :
Teman sebaya
N. Rencana Penilaian :
1. Penilaian Proses : Dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung, dengan cara
mengamati keaktifan, kesungguhan dan keantusiasan anggota
kelompok selama kegiatan BKp berlangsung.
2. Penilaian Hasil : Dilaksanakan setelah kegiatan pemberian layanan selesai
dilaksanakan. (Laiseg, Laijapen, Laijapang).
O. Tindak Lanjut : Melakukan tindak lanjut bagi peserta didik yang memerlukan
bimbingan lanjutan secara individual.
Mengetahui, Tegal, 7 June 2016
Dosen Pembimbing Praktikan
Naning Dwi Setyo Astuti Komara Yusuf Nur Majid
3. LAISEG BK
PENILAIAN HASIL LAYANAN KONSELING
Pembahasan Topik atau Kegiatan
1. Topik atau kegiatan apakah yang telah dibahas melalui layanan bimbingan konseling?
Tuliskan dengan singkat:
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
2. Kapan, dengan cara apa dan oleh siapa pelayanan diberikan?
Tanggal layanan:.........................................................................
Jenis layanan:..............................................................................
Pemberi layanan:.........................................................................
3. Apa saja yang anda peroleh dari layanan tersebut? Jawablah dengan singkat
pertanyaan-pertanyaan beribut:
a. Hal-hal baru apa yang anda peroleh dari layanan yang telah diberikan?
..............................................................................................
..............................................................................................
b. Setelah mendapatkan layanan hal-hal apakah yang akan anda laksanakan untuk
mengembangkan diri anda?
..............................................................................................
..............................................................................................
c. Setelah mendapatkan layanan hal-hal apakah yang akan anda laksanakan untuk
pengembangkan diri anda?
4. Apakah layanan yang andaa ikuti berkaitan langsung dengan masalah yang sedang
anda alami?
a. Apabila Ya, keuntungan apakah yang anda peroleh?
..............................................................................................
..............................................................................................
b. Apabila TIDAK, keuntungan apakah yang anda peroleh?
..............................................................................................
..............................................................................................
5. Apa saran yang ingin anda sampaikan kepada pemberi layanan?
....................................................................................................
....................................................................................................
Nama Anggota Kelompok:.........................................................
NPM :.........................................................
Tegal, 2016
4. DAFTAR HADIR
PESERTA BIMBINGAN KELOMPOK
Hari / Tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Waktu : Pukul 14.00 – Selesai
Tempat : Ruang Kelas
NO NAMA TANDA TANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Mengetahui, Tegal, 31 Mei 2016
Dosen Pembimbing Praktikan
Naning Dwi Setyo Astuti Komara Yusuf Nur Majid
5. Pelecehan Seksual Di kalangan Remaja
A. Pengertian Pelecehan Seksual
Pelecehan dalam arti Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu tindakan untuk
meremehkan atau merendahkan orang lain. Sedangkan definisi seksualitas yang dihasilkan
dari Konferensi APNET (Asia Pasific Network For Social Health) di Cebu, Filipina 1996
mengatakan seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang secara sosial dianggap dapat
diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam. Seksualitas
merupakan gabungan dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak hanya didasarkan
pada ciri seks secara biologis, tetapi juga merupakan suatu aspek kehidupan manusia yang
tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan yang lain.
Menurut jurnal N.K. Endah Triwijati (2007) Pelecehan seksual adalah perilaku atau
perhatian yang bersifat seksual yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki dan berakibat
mengganggu diri penerima pelecehan.Intinya pelecehan seksual merupakan suatu perbuatan
tidak senonoh yang menyangkut seks, dimana perbuatan ini juga merupakan kendala bagi
perkembangan kepribadian baik secara fisik maupun psikis, dan juga bisa mengancam jati
diri korban, membuat sulit berkonsentrasi dan tidak percaya diri. Dan sebagian korban
pelecehan seksual adalah para generasi bangsa kita, yaitu anak-anak.
Selain pengertian diatas, dalam skripsi berjudul Pelecehan Seksual terhadap Anak di
Bawah Umur dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif yang disusun oleh Desi
Anggreini (2009) pelecehan seksual merupakan suatu bentuk tindakan atau percakapan
seksual di mana seorang dewasa mencari kepuasan seksual dari seorang anak. Dan
pelecehan seksual pada anak dapat mencakup kontak atau interaksi antara anak dan orang
dewasa, dimana anak tersebut dipergunakan untuk stimulus seksual oleh pelaku atau orang
lain yang berada dalam posisi memiliki kekuatan atau kendali atas korban, termasuk di
dalamnya kontak fisik yang tidak pantas, membuat pornografi atau memperlihatkan alat
genital orang dewasa kepada anak.
Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan diatas, dapat kita tarik kesimpulan
bahwa pelecehan seksual adalah tindakan melecehkan atau merendahkan orang lain baik
secara verbal maupun non verbal untuk memenuhi kebutuhan seksual para pelaku sehingga
akibatnya adalah keresahan diri korban baik yang bersifat fisik maupun psikis karena adanya
pemaksaan yang tidak dapat diterima. Ada banyak bentuk pelecehan seksual terhadap anak
dan bisa kita ketahui semua dari berbagai berita di beberapa media dari mulai digerayangi,
dicabuli, digauli, sampai dengan diperkosa.Bahkan ada yang bentuknya memaksa seorang
anak untuk melihat tayangan pornografi sedangkan si pelaku cukup melakukan kegiatan
seksualnya secara mandiri tanpa melibatkan si anak secara fisik. Namun apapun bentuk
modus operan yang dilakukan, yang pasti kesemuanya merupakan bentuk kejahatan
terhadap anak dan menimbulkan trauma yang berkepanjangan
6. B. Pelaku dan Korban Pelecehan Seksual
Pelaku pelecehan adalah seorang yang melakukan tindakan pelecehan kepada orang
lain. Pelecehan seksual yang terjadi bersumber dari tindakan memaksa para pelaku yang
sangat pintar dalam memilih korbannya.Pelaku umumnya akan memilih korban yang lebih
muda, relatif pasif atau kurang asertif, naive, harga diri rendah, dan hal lain yang
membuatnya lebih rentan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, anak-anak merupakan salah satu
target yang sangat diincar oleh para pelaku karena mereka adalah orang-orang polos yang
belum tahu banyak tentang dunia seks, namun para pelaku memanfaatkan mereka untuk
memenuhi kebutuhan seksnya.
Menurut N.K Endah Triwijati dalam jurnal tentang pelecehan seksual (berjudul
Pelecehan Seksual : Tinjauan Psikologis : 2007) ciri pelaku pelecehan seksual bervariasi.
Sekalipun perilaku dan motif bisa bervariasi antar pelaku, tetapi setidaknya ada 4 dimensi
yang disusun kelompok pendukung korban pelecehan seksual. Pertama, “public” vs
”private”. Mereka yang masuk dalam kategori “public” adalah mereka yang menunjukkan
perilaku/sikap melecehkan itu di hadapan orang lain, artinya, dia tergolong orang yang
“show off”. Mereka yang masuk dalam kategori “privat” umumnya sangat ingin tampil
konservatif dan baik, tetapi ketika mereka berada sendirian dengan sasaran korban, perilaku
mereka berubah sama sekali. Si “privat” sangat menikmati tipu muslihat dan ketidak
tampakan perilakunya ini. Kedua, si “untouchable” vs.”risk taker”.Si “untouchable” yaitu
mereka yang tidak menimbang konsekuensi dari perilakunya.Ia percaya bahwa ia
sepenuhnya mengendalikan situasi, bebas dari resiko. Ia orang yang narsistik, grandiose, dan
justru berlagak mempunyai relasi seksual dengan sasaran korban. Ia menikmatinya sebagai
challenge to the system. Tipe ke 2 adalah orang yang sadar bahwa apa yang ia lakukan
adalah sesuatu yang secara moral salah. Karenanya ia cenderung menyalahkan korban,
menyatakan korban sebagai orang yang mengambil keuntungan atas dirinya, dan
memposisikan dirinya sebagai korban. Ketiga, “seducer-demander” vs. ”Passive-Initiator”.
Tipe pertama adalah seorang yang lihai “memainkan kekuasaan”.Dialah yang secara
aktif merancang tindakannya dengan memanfaatkan posisinya. Tipe pertama yang “seducer”
menggunakan posisinya karena ia membutuhkan rasa diinginkan dan dicintai; “demander”
memakai posisinya untuk membuat target tahu “posisi dia yang se-mestinya”. Tipe kedua,
“passive -initiator” mengawali tindakan dengan “memuji” atau “menggoda”. Mereka
beranggapan bila korban “menjawab” (melakukan kontak seksual) maka apa yang terjadi
bukan kesalahan mereka. Mereka mengatakan korbanlah yang “meminta”. Keempat,
“obsessive” vs. ”Don Juan”. “Obsessive” adalah mereka yang merasa berkuasa, ingin
dihormati, menjadi pusat relasi; sebenarnya mereka adalah orang yang merasa “tidak
berhasil” di tempat kerja.“Don Juan” (“Juanita”) melakukan pelecehan pada banyak orang,
sering lupa wajah/nama korban, dan melakukan pelecehan itu atas dorongan untuk
“mengalahkan”.Berdasarkan ciri-ciri pelaku pelecehan seksual terhadap anak itu, contoh
nyata para pelaku pelecehan seksual yang ada di lapangan adalah orang tua atau keluarga,
7. kerabat, teman, guru, tetangga, para pegawai maupun dari berbagai lapisan masyarakat. Jadi
para pelaku bisa dari berbagai golongan baik itu yang paling dekat dengan korban bahkan
yang belum dikenal sama sekali.
Pelecehan seksual memang bisa terjadi pada siapapun.Kasus di mana wanita dan anak-
anak yang menjadi korban juga memang lebih banyak terjadi.Namun pada dasarnya, setiap
orang potensial menjadi korban pelecehan, baik itu laki-laki atau perempuan, anak-anak atau
orang dewasa, bahkan orang tua sekalipun.Contoh kasus menurut KPAI adalah kasus
pelecehan seksual yang dialami oleh salah satu murid Taman Kanak-Kanak (TK) Jakarta
Internasional School (JIS). Dia adalah salah satu contoh korban pelecehan seksual dari para
pelaku yang kejam karena tega melakukan hal itu terhadap anak-anak.
C. Penyebab terjadinya Pelecehan Seksual
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa pelecehan seksual bisa terjadi pada
siapapun, termasuk laki-laki, wanita yang mengenakan jilbab dan berpakaian serba tertutup,
atau wanita yang telah memiliki sejumlah anak, wanita mengandung, atau bahkan anak-
anak. Namun yang begitu menggelitik, mengapa anak-anak yang sangat sering dilecehkan?
Menurut Muhamad Choirudin dalam jurnal yang berjudul Urgensi Pendidikan Seks Sejak
Dini Dalam Belenggu Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Sebuha upaya preventif dan
protektif), dalam beberapa kasus sering kita mendengar bahwa pelaku begitu mudah
melakukan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak. Mereka melakukan tindakan
tersebut bahkan nyaris tanpa penolakan dan atau perlawanan sedikitpun ditambah lagi sang
anak diberi modal iming-iming beberapa lembar rupiah atau makanan ringan saja sudah
cukup.
Selain anak-anak, pelecehan sesksual juga sering terjadi pada wanita. Penyebab
pelecehan tersebut menururt Riyadi, Jeanny Maria Fatima dalam jurnal yang berjudul
(Harassement And Violence Against Women in SPFM RADIO Programs And Their
Impacts on Woman Listeners in Makassar City, 2012) terjadi karena wanita menggunakan
pakaian yang sangatmencolok mata orang yang memandangnya. Selain itu dari cara jalan
mereka juga bisa menimbulkan hasrat para pria untuk melakukan pelecehan, meskipun
adajuga yang tetap beranggapan bahwa laki-laki turut bersalah karena tidak menghargai
kaum perempuan. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut mutlak kesalahan dari si
perempuannya yang tidak menutup aurat dalam berpakaian sehingga membuat mata laki-laki
bebas melihat dan mengeskploitasi tubuh si perempuan tersebut. Disisi lain, adapula yang
mengatakan bahwa terjadinya pelecehan seksual itu adalah faktor takdir semata sebab
sekarang walaupun kaum perempuan berpakaian tertutup tapi kalau sudah takdir maka pasti
akan terjadi, inilah yang kemudian menjadi hal yang miris atau memprihatinkan.
Kedua sebab di atas jika dilihat dari sudut pandang yang lebih mengarah pada apa
yang membuat korban menarik. Selanjutnya adalah dari sudut pandang pelaku sendiri.
Mereka memiliki alasan mengapa melakukan pelecehan seksual, diantaranya adalah
pengalaman masa kecil pelaku yang juga pernah dilecehkan membuatnya ingin berganti
8. melecehkan saat sudah dewasa, selain itu terkadang pelaku memiliki hasrat seks yang tidak
bisa disalurkan dengan pasangan sehingga mencari orang lain untuk dijadikan alat pemuas
kebutuhan seksnya, kemudian karena suasana yang terkadang mendukung sehingga dapat
dimanfaatkan oleh sang pelaku, selanjutnya pelaku memiliki otoritas atas korban sehingga
dia bisa melakukan apa saja yang dia mau. Selain hal tersebut masih banyak penyebab
terjadinya pelecehan seksual.
D. Waktu dan Tempat terjadinya Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di sekolah, di bus,
kantor, pabrik, supermarket, taman, trotoar, baik siang maupun malam. Salah satu contohnya
adalah pelecehanyang terjadi di sekolah. Di lembaga pendidikan seperti sekolah biasanya
pelecehan dilakukan oleh guru kepada siswanya dengan modus kenaikan nilai atau kelulusan
mata pelajaran.Selain itu juga bisa dilakukan siswa dengan siswa atas dasar iseng atau yang
lainnya. Keadaan tersebut akan membuat siswanya ketakutan dan tidak nyaman dalam
belajar di sekolah karena adanya gangguan dari guru-guru nakal dan teman-teman yang
jahil. Selain di sekolah, tempat yang sering digunakan untuk melakukan pelecehan seksual
ada di tempat kerja. Disana seringkali terjadi pelecehan yang kemudian disertai dengan janji
imbalan pekerjaan atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-
terangan ataupun tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan,
tidak dipromosikan, atau dipindahkan.
Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat
membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, dan penuh tekanan.
Bukan hanya dimana saja, pelecehan juga bisa terjadi kapan saja. Pagi, siang, sore maupun
malam. Suasana yang mendukung seperti misalnya saat berada di sekolah. Keadaan sekolah
yang sepi dan terasa aman kemudian ada korban yang menjadi incaran, maka sang pelaku
akan melancarkan aksinya saat itu juga. Pelaku pelecehan seksual anak-anak biasanya
melecehkan dengan cara menunjukkan alat kelaminnya pada sang korban, atau
mencabulinya. Selain di sekolah, saat berada di bus juga bisa terjadi pelecehan. Karena
semua orang berdesak-desakan, pelaku pelecehan sangat senang untuk memanfaatkan
kondisi tersebut untuk menempelkan alat kelaminnya terhadap korban, atau meraba-raba
bagian tubuh korban, dan sebagainya. Dalam melakukan aktivitas apapun, bisa terjadi
pelecehan seksual yang tidak diinginkan dengan tempat dan waktu yang tidak tentu.
E. Peran Orang tua, Guru BK/Konselor, dan Masayarakat dalam Menangani Masalah
Pelecehan Seksual
Untuk menangani masalah pelecehan seksual khususnya terhadap anak, orang tua,
guru dan masyarakat harus saling mendukung. Mulai dari orang tua yang merupakan dunia
pertama bagi anak-anak. Para orang tua bisa melakukan pencegahan agar anak-anak mereka
tidak mengalami pelecehan, baik itu jadi pelaku atau korban. Yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengajarkan anak tentang sopan santun terhadap orang lain.
9. 2. Mengajari anak-anak agar dapat waspada dengan orang lain yang dirasa mencurigakan.
3. Memberikan pendidikan seks secara sederhana agar anak-anak paham.
4. Mengontrol pergaulan anak-anak dengan teman-teman dan lingkungan mereka.
5. Ajak anak untuk selalu berkomunikasi sehingga dapat terbuka dengan orang tua.
6. Menerapkan pola asuh demokratis namun terkontrol menjadi upaya yang dapat
mendukung pengoptimalan tumbuh kembang anak.
7. Orang tua membuka komunikasi dan menjalin kedekatan emosi dengan anak-anak.
Dengan cara menyempatkan diri untuk bermain bersama anak-anak dan menemaninya di
setiap kesempatan yang ada.
8. Orang tua disarankan memberikan pengertian kepada anak-anak tentang tubuh mereka
dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang lainterhadap bagian tubuhnya.
Misalnya, anak diberi pengertian bahwa kalauada orang lain yang mencium misal di pipi
harus hati-hati karena itu tidak diperbolehkan, apalagi orang lain itu yang tidak dikenal.
9. Kenalkan kepada anak perbedaan antara orang asing, kenalan, teman,sahabat, dan
kerabat. Misalnya, orang asing adalah orang yang tidak dikenal sama sekali. Terhadap
mereka, si anak tak boleh terlalu ramah,akrab, atau langsung memercayai. Kerabat
adalah anggota keluarga yang dikenal dekat. Meski terhitung dekat, sebaiknya sarankan
kepada anak untuk menghindari situasi berduaan saja.
10. Jika sang anak sudah melewati usia balita, ajarkan bersikap malu bila telanjang. Dan,
bila sudah memiliki kamar sendiri, ajarkan pula untuk selalu menutup pintu dan jendela
bila tidur.
Konselor sekolah perlu juga menginformasikan pada orangtua siswa tentang program
pencegahan kekerasan seksual ini sehingga orangtua pun dapat seiring mengajarkan materi-
materi ini di rumah. Melalui semua program, baik pencegahan (preventif), penyembuhan
(kuratif), atau rehabilitatif (perbaikan) ini diharapkan kekerasan seksual pada anak yang
sangat tidak manusiawi ini tidak akan terjadi lagi. Selain upaya pencegahan, Ada beberapa
langkah pertama yang dapat dilakukan oleh guru BK ataupun Konselor dalam melakukan
identifikasi terhadap siswa yang diduga mengalami pelecehan dan tidak berani bercerita,
antara lain :
1. Memastikan anak tidak sakit atau dalam bahaya
2. Fungsi utama guru BK atau konselor adalah mendengarkan
3. Mencerminkan perasaan dan maknanya
4. Bersikap santai, tidak panic dan tidak shock dengan cerita yang didengarkan
5. Meminta persetujuan untuk memberitahukan pihak lain yang mungkin bisa
membantunya
6. Meyakinkan anak bahwa konselor akan melindungi
Peran lingkungan masyarakat dalam proses pencegahan dan pemulihan masalah
pelecehan seksual juga sangat dibutuhkan. Saat ini upaya mengatasi kasus pelecehan seksual
10. anak secara hukum telah ada undang-undang yang mengaturnya secara jelas.Yang masih
kurang adalah upaya pencegahan.Upaya pencegahan harus dilakukan secara komprehensif,
artinya tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak (orang tua atau keluarga) saja, melainkan
harus terintegrasi dengan pemerintah, lembaga kemasyarakatan, sekolah, tenaga profesional,
dsb yang memang memiliki konsentrasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Beberapa upaya pencegahan yang efektif adalah adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pemahaman kepada anak mengenai jenis-jenis pelecehan seksual, dan
menjelaskan kepada anak bahwa pelecehan seksual dalam bentuk apapun merupakan
tindakan yang tidak baik dan melanggar peraturan. Serta, mengajarkan kepada anak
mengenai hal-hal yang harus mereka lakukan jika menemukan adanya tindakan
pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar mereka (misalnya: segera
berlari ke tempat yang ramai, segera melpor pada guru atau kepala sekolah, dan
sebagainya). Poin a ini sebaiknya dilakukan oleh orang tua, sekolah, maupun pengajar di
tempat ibadah.
b. Melakukan seleksi dan rekrutmen yang lengkap dan dilakukan oleh tenaga ahli seperti
psikolog, untuk mencegah kemungkinan adanya pelaku pelecehan seksual yang
dipekerjakan di tempat-tempat yang banyak terdapat anak-anak (arena bermain, sekolah,
day care, dan sebagainya).
c. Memperlengkapi setiap sudut bangunan yang diperuntukkan bagi anak-anak, dengan
kamera CCTV yang selalu terpantau agar kasus-kasus pelecehan seksual dapat terdeteksi
dengan lebih cepat dan mudah.
Ketiga pihak yaitu orang tua, guru atau sekolah dan masyarakat adalah dunia anak-
anak. Mereka harus bisa berkolaborasi untuk menghindarkan anak dari hal-hal negative yang
tidak diinginkan, termasuk pelecehan seksual. Dengan upaya preventif dan akuratif oleh
pihak-pihak tersebut, diharapkan anak mampu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik sesuai tugas perkembangan mereka.