Dokumen tersebut merangkum tentang serikat pekerja, yang didefinisikan sebagai organisasi yang dibentuk oleh, untuk, dan dari pekerja baik di dalam maupun luar perusahaan guna memperjuangkan hak dan kesejahteraan pekerja. Dokumen tersebut juga membahas tentang prinsip, peran, hak, dan kewajiban serikat pekerja serta tantangan yang dihadapi.
Bab 10 membangun hubungan dengan pelangganLizar Alfansi
Judul : PEMASARAN JASA FINANSIAL, Edisi 2 oleh Alfansi
Penulis : Lizar Alfansi
Penerbit : Salemba Empat
ISBN : 978-979-061-254-9
Tahun : 2012
Tebal : 308 halaman
Komentar para ahli. Tempatkan pada cover belakang buku
“Buku ini ditunjang dengan data empiris terkini, sangat relevan dan tepat waktunya karena sampai saat ini, tidak banyak buku yang secara komprehensif mengulas pemasaran jasa finansial dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti semua kalangan pembaca. Saya mengucapkan selamat kepada penulis, dan menyarankan para pembaca untuk menambah koleksi perpustakaannya dengan buku ini yang masih sangat langka di Indonesia. Kiranya buku ini tidak hanya membuka wawasan kita tentang pemasaran jasa finansial, tetapi juga menggugah dan memotivasi kita untuk melihat peluang-peluang untuk melakukan penelitian di bidang perbankan yang ternyata cukup luas ini”. (Dr. Marthin Nanere, Senior Lecturer of Marketing, Latrobe University, Bendigo Campus, Victoria – Australia)
“Kehadiran buku ini patut kita sambut dengan sangat gembira, paling tidak dengan lima alasan. Pertama, saat ini tidak banyak buku pemasaran jasa keuangan yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Kedua, pada saat ini masih terdapat sebuah paradoks dalam dunia akademis kita. Perekonomian di satu pihak bergerak ke arah dominasi jasa, tetapi studi-studi akademis tentang pemasaran di sekolah-sekolah bisnis masih didominasi oleh pemasaran produk manufaktur terutama produk konsumen. Buku ini diharapkan dapat melengkapi buku-buku pemasaran tradisional yang berorientasi kepada barang dan ke depan dapat membantu merubah fokus pengajaran pemasaran yang lebih berorientasi kepada jasa keuangan. Ketiga, buku ini terasa lebih konstekstual karena penulisnya mencoba untuk menyeimbangkan kombinasi antara teori dan praktik yang disertai dengan contoh-contoh nyata pemasaran jasa keuangan di Indonesia. Ke empat, buku ini juga menguraikan perkembangan berbagai kebijakan keuangan dan perbankan yang mempengaruhi kinerja pemasaran jasa keuangan. Kelima, isi buku ini sangat komprehensif dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti”. (Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, MEc, PhD, Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor dan Ketua Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia)
"Buku ini memberikan tuntunan dan analisa secara mendalam bagaimana proses mencari keunggulan dapat dilakukan. Tidak hanya itu, penulis juga telah memberikan telaah yang baik dan mendalam serta menyajikan studi kasus yang komprehesif; sehingga pembaca dapat segera mendapat tuntunan dalam aplikasi teori dalam praktek operasional. Buku seperti inilah yang harus dibaca agar para praktisi bisa memahami teori sementara akademisi dapat menghadirkan keseharian dalam ruang kelas dan ruang diskusi". (Daniel Rembeth, CEO/Executive Director, The Jakarta Post).
Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa,yaitu pekerja, pengusaha, dan pemerintah.
Hubungan formal antara kelompok manajemen dan kelompok pekerja dalam suatu organisasi.
Hubungan industrial diwujudkan dalam bentuk “hubungan kerja”
proses perencanaan marketing komunikasi yang memperkenalkan konsep perencanaan dan tujuan dari sebuah perusahaan. seperti public relation, advertising, direct selling, sales promotion, dan interactive marketing, untuk memberikan kejelasan, konsistensi, serta pengaruh komunikasi yang maksimum
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan pandangan atas konflik di antara para tradisional dan yang interaksionis.
Menggambarkan tiga tipe konflik dan dua lokus konflik.
Menguraikan proses konflik.
Membedakan perundingan yang distributif dan integratif.
Menerapkan lima tahap dalam proses negosiasi.
Memperlihatkan bagaimana perbedaan individual memengaruhi negosiasi.
Menilai peranan dan fungsi dari negosiasi dengan pihak ketiga.
Bab 10 membangun hubungan dengan pelangganLizar Alfansi
Judul : PEMASARAN JASA FINANSIAL, Edisi 2 oleh Alfansi
Penulis : Lizar Alfansi
Penerbit : Salemba Empat
ISBN : 978-979-061-254-9
Tahun : 2012
Tebal : 308 halaman
Komentar para ahli. Tempatkan pada cover belakang buku
“Buku ini ditunjang dengan data empiris terkini, sangat relevan dan tepat waktunya karena sampai saat ini, tidak banyak buku yang secara komprehensif mengulas pemasaran jasa finansial dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti semua kalangan pembaca. Saya mengucapkan selamat kepada penulis, dan menyarankan para pembaca untuk menambah koleksi perpustakaannya dengan buku ini yang masih sangat langka di Indonesia. Kiranya buku ini tidak hanya membuka wawasan kita tentang pemasaran jasa finansial, tetapi juga menggugah dan memotivasi kita untuk melihat peluang-peluang untuk melakukan penelitian di bidang perbankan yang ternyata cukup luas ini”. (Dr. Marthin Nanere, Senior Lecturer of Marketing, Latrobe University, Bendigo Campus, Victoria – Australia)
“Kehadiran buku ini patut kita sambut dengan sangat gembira, paling tidak dengan lima alasan. Pertama, saat ini tidak banyak buku pemasaran jasa keuangan yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Kedua, pada saat ini masih terdapat sebuah paradoks dalam dunia akademis kita. Perekonomian di satu pihak bergerak ke arah dominasi jasa, tetapi studi-studi akademis tentang pemasaran di sekolah-sekolah bisnis masih didominasi oleh pemasaran produk manufaktur terutama produk konsumen. Buku ini diharapkan dapat melengkapi buku-buku pemasaran tradisional yang berorientasi kepada barang dan ke depan dapat membantu merubah fokus pengajaran pemasaran yang lebih berorientasi kepada jasa keuangan. Ketiga, buku ini terasa lebih konstekstual karena penulisnya mencoba untuk menyeimbangkan kombinasi antara teori dan praktik yang disertai dengan contoh-contoh nyata pemasaran jasa keuangan di Indonesia. Ke empat, buku ini juga menguraikan perkembangan berbagai kebijakan keuangan dan perbankan yang mempengaruhi kinerja pemasaran jasa keuangan. Kelima, isi buku ini sangat komprehensif dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti”. (Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, MEc, PhD, Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor dan Ketua Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia)
"Buku ini memberikan tuntunan dan analisa secara mendalam bagaimana proses mencari keunggulan dapat dilakukan. Tidak hanya itu, penulis juga telah memberikan telaah yang baik dan mendalam serta menyajikan studi kasus yang komprehesif; sehingga pembaca dapat segera mendapat tuntunan dalam aplikasi teori dalam praktek operasional. Buku seperti inilah yang harus dibaca agar para praktisi bisa memahami teori sementara akademisi dapat menghadirkan keseharian dalam ruang kelas dan ruang diskusi". (Daniel Rembeth, CEO/Executive Director, The Jakarta Post).
Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa,yaitu pekerja, pengusaha, dan pemerintah.
Hubungan formal antara kelompok manajemen dan kelompok pekerja dalam suatu organisasi.
Hubungan industrial diwujudkan dalam bentuk “hubungan kerja”
proses perencanaan marketing komunikasi yang memperkenalkan konsep perencanaan dan tujuan dari sebuah perusahaan. seperti public relation, advertising, direct selling, sales promotion, dan interactive marketing, untuk memberikan kejelasan, konsistensi, serta pengaruh komunikasi yang maksimum
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan pandangan atas konflik di antara para tradisional dan yang interaksionis.
Menggambarkan tiga tipe konflik dan dua lokus konflik.
Menguraikan proses konflik.
Membedakan perundingan yang distributif dan integratif.
Menerapkan lima tahap dalam proses negosiasi.
Memperlihatkan bagaimana perbedaan individual memengaruhi negosiasi.
Menilai peranan dan fungsi dari negosiasi dengan pihak ketiga.
UU No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja / Serikat BuruhImam Prastio
- UU No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja.
- Lampiran Penjelasan UU No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja.
Bab 1 Ketentuan Umum
Bab 2 Asas, Sifat, Tujuan Serikat Pekerja
Bab 3 Pembentukan SP/SB
Bab 4 Keanggotaan SP/SB
Bab 5 Pemberitahuan dan Pencatatan SP/SB
Bab 6 Hak dan Kewajiban
Bab 7 Perlindungan Hak Organisasi
Bab 8 Keuangan dan Harta Kekayaan
Bab 9 Penyelesaian Perselisahan
Bab 10 Pembubaran SP/SB
Bab 11 Pengawasan dan Penyidikan
Bab 12 Sanksi
Bab 13 Ketentuan Lain Lain
Bab 14 Ketentuan Peralihan
Bab 15 Ketentuan Penutup
Bagi yang Membuituhkan CONTOH PERATURAN PERUSAHAAN LENGKAP, Kami menjual dengan harga HANYA Rp 500 Ribu saja. Untuk Pemesanan Silahkan Hubungi : 0878-7063-5053 (Fast Response) HARD-Hi SMART CONSULTING.
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
2. SERIKAT PEKERJA / BURUH
Organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di
perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
3. Dasar Pembentukan Serikat Pekerja
1. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28.
2. Undang – undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan –
ketentuan pokok mengenai ketenagakerjaan.
3. Undang – undang No.18 tahun 1956 tentang Hak berorganisasi
dan berunding bersama.
4. Surat keputusan Mentri Tenaga Kerja No.1109 tahun 1986.
5. UU NO 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja / buruh
6. UUTK NO 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan
7. Kepmen No 16 tahun 2001 tatacara pencatatan SP SB
8. Surat Dirjen PHI tentang tatacara pencatatan SP SB
9. Konvensi ILO no 87 Kebebasan berserikat dan perlindungan hak
untuk berorganisasi
10. Konvensi ILO Nomor 98 Tentang Dasar Dasar dari pada Hak Untuk
Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama
4. PEMBENTUKAN
1. Serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) orang pekerja/buruh.
2. Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi
anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.
3. Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-
kurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh.
4. Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan
menjadi anggota konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.
5. Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-
kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/serikat buruh.
5. PEMBENTUKAN
6. Penjenjangan organisasi serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan
/atau anggaran rumah tangganya.
7. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa
tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dan
pihak manapun.
8. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis
pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.
9. Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga
6. MAKSUD PENDIRIAN SERIKAT PEKERJA
1. Melindungi dan membela hak dan kepentingan pekerja
2. Memperbaiki kondisi – kondisi dan syarat - syarat kerja
melalui perjanjian kerja bersama dengan
manajemen/pengusaha
3. Mengupayakan agar manajemen/pengusaha
mendengarkan dan mempertimbangkan suara atau
pendapat serikat pekerja sebelum membuat keputusan
8. PERAN DAN FUNGSI SERIKAT PEKERJA
• sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industrial;
• sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang
ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
• sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis,
dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
• sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya;
• sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
• sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan
saham di perusahaan.
9. HAK SERIKAT PEKERJA
1. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan
perselisihan industrial;
2. mewakili pekerja/buruh dalam lembaga
ketenagakerjaan;
3. membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan
pekerja/buruh;
4. melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan
yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
10. KEWAJIBAN
1. melindungi dan membela anggota dari pelanggaran
hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya;
2. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota
dan keluarganya;
3. mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada
anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.
11. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI
SERIKAT PEKERJA
Permasalahan Internal
– Keanggotaan
– Anggota tidak menghadiri pertemuan organisasi
– Rendahnya pengetahuan antar anggota dan pemimpin serikat
pekerja yang dipilih
– Iuran anggota
– anggota perempuan
– Pemimpin serikat pekerja kuning (yellow unionism)
Permasalahan eksternal
– Rendahnya kerjasama dan komunikasi
manajemen/pengusaha
– Pemerintah
– Masyarakat
12. HUBUNGAN INDUSTRIAL
Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi
menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan,
dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai
dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi,
menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Dalam melaksanakan hubungan industrial, pengusaha dan organisasi
pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembang-kan
usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan
pekerja/buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan.
13. SARANA HUBUNGAN INDUSTRIAL
– Serikat pekerja/serikat buruh;
– Organisasi pengusaha;
– Lembaga kerja sama bipartit;
• Minimal 50 pekerja
– Lembaga kerja sama tripartit;
• Kota, Provinsi, Nasional
– Peraturan perusahaan;
• Maksimal 10 orang pekerja
• Belum ada Serikat Pekerja
– Perjanjian kerja bersama;
– peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; dan
– lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.