SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN KASUS
G3P0A2 hamil 39 minggu dengan Suspek IUGR dan Riwayat
Blighted Ovum
Disusun Oleh:
Fedora Jolie
112018166
Pembimbing:
dr. Edward Aipassa, Sp.OG
KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD CENGKARENG
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
Periode 1 Juli-7 September 2019
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. WMW Nama suami: Tn. MI
Umur: 25 tahun
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Status Perkawinan: Menikah
Umur: 30 tahun
Pekerjaan: Karyawan Swasta
Status Perkawinan: Menikah
Pendidikan: D1 Pendidikan: SMA
Agama: Islam Agama: Islam
Suku/Bangsa: Sunda Suku/Bangsa: Sunda
Alamat: Jln. Sumur Bor 004/012 no
148
Alamat: Jln. Sumur Bor 004/012 no
148
A. ANAMNESIS
Datang ke IGD RSUD Cengkareng Tanggal: 11 Juli 2019 Jam: 23:15 WIB
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 12 Juli 2019
Keluhan Utama
Perempuan usia 25 tahun G3P0A2 gravida 39 minggu datang dengan dirujuk
karena suspek IUGR dan mules jarang.
Riwayat Penyakit Sekarang
Perempuan usia 25 tahun G3P0A2 datang dengan rujukan dari Puskesmas
Kalideres dengan keluhan suspek Intrauterine growth restriction yang terdapat
pada hasil USG berat badan janin menurun 200 gram dari 2650 gram menjadi
2472 gram. Keluhan mulas jarang, gerakan janin (+), keluar air ketuban (-), darah
(-), dan lendir (-). Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan
Nama Mahasiswa : Fedora Jolie Tanda Tangan
NIM : 112018166
Dr. Pembimbing : dr. Edward Aipassa, Sp. OG .............................
.........................
pertama. Awalnya pada hasil USG tanggal 24 Mei 2019 pada usia kehamilan 32
minggu terdapat berat badan janin 1825 gram lalu mengalami kenaikan berat
badan janin pada pemeriksaan usia kehamilan 35 minggu menjadi 2402 gram.
Kemudian mengalami kenaikan menjadi 2650 gram. Lalu pada pemeriksaan usia
kehamilan 39 minggu tiba-tiba mengalami penurunan sekitar 200 gram pada hasil
USG menjadi 2472 gram. Pasien selama hamil tidak ada mengalami keluhan
pusing, nyeri perut dan lemas. Pasien selalu mengkonsumsi vitamin selama hamil.
Namun pasien mengatakan selama kehamilan merasa hilang nafsu makan.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun, hanya tedapat 3 titik darah pada pembalut
kemudian tidak menstruasi lagi sampai usia 13 tahun.
Siklus : Tidak teratur
Lama : 7 Hari
Ganti pembalut : sebanyak 2 kali/hari
HPHT : 11 Oktober 2018
Taksiran Persalinan : 18 Juli 2019
Riwayat Persalinan
No Tahun
Persalinan
Tempat
persalinan
Umur
hamil
Jenis
Persa
linan
Penolong
Persalinan
Penyulit JK BB Hidup/
Mati
1. 2018
Februari
RS Hermina 12
minggu
Blighted
Ovum
2.
2018 Juli RS Hermina 12
minggu
Abortus
3. Hamil ini RSUD
Cengkareng
39
minggu
SC Dokter Tidak
ada
P 2400
gr
Hidup
Keterangan:
P: Perempuan
Riwayat Pernikahan
Perkawinan : 1 kali
Menikah usia pertama kali : 23 tahun
Lama menikah saat ini : 2 tahun
Riwayat KB
( - ) Pil KB ( - ) Suntikan ( - ) Susuk KB
( - ) Lain-lain: kondom ( - ) IUD
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan pertama. Pada
bulan desember 2017 pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami keluhan/
gejala yang sama seperti ibu hamil, yaitu mual, muntah, mulas yang sering, keluar
darah (+), air ketuban (-), lendir (-). Pasien mengetahui blighted ovum ketika
pasien melakukan pemeriksaan usia kehamilannya. Pada hasil USG terdapat
gambaran gestasional sac. Pasien mengaku sebelum melakukan pernikahan,
pasien belum melakukan pemeriksaan premarital. Keluhan demam, nyeri perut
disangkal. Setelah itu, pasien melakukan kuratase hisap pada usia kehamilan 12
minggu di RS Hermina.
Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang mengalami blighted ovum yaitu kakak
iparnya.
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Selama hamil ini, pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan
Puskesmas Kalideres.
Riwayat Alergi
1. Debu atau cuaca tidak ada
2. Makanan tidak ada
3. Obat tidak ada
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien hanya mengkonsumsi vitamin selama kehamilan.
Riwayat Kebiasaan
1. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Suka makan makanan yang asam seperti nanas
3. Pasien mengaku memelihara kucing dirumah
4. Suami merokok
Riwayat Gizi
Pasien makan tidak teratur, kadang dua kali kadang tiga kali sehari. Jumlah
cukup.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di Rambutan Pasca Operasi
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Berat badan awal : 69 kg
Berat badan sekarang : 79 kg
Tinggi badan : 150 cm
4. Vital sign
Tekanan Darah : 125/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Respiration Rate : 20 x/menit
Suhu : 37 0C
Status gizi : Baik
Sianosis : Tidak ada
5. Status generalis
Pemeriksaan kepala
Kepala dan Wajah
Kepala normocephali, simetris. Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut
dan terdistribusi merata.
Mata
Konjungtiva : Tidak anemis, tidak ikterik
Sklera : Putih
Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
Kulit
Warna : Sawo matang
Jaringan parut : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Merata
Suhu raba : Hangat
Keringat : Umum
Lapisan lemak : Merata
Effloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak melebar
Lembab/kering : Lembab
Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraklavikula : tidak teraba membesar
Lipat paha : tidak teraba membesar
Leher : tidak teraba membesar
Ketiak : tidak teraba membesar
Sensorik
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Penciuman : Normal
Kognitif : Orientasi penuh
Leher
Tekanan vena Jugularis (JVP) : Tidak dilakukan karena bukan
indikasi
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Kelenjar limfe : Tidak teraba membesar
Thorax
Bentuk : Normal
Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran
Paru-Paru Depan Belakang
Inspeksi
Kanan Simetris pada keadaan statis dan dinamis
Kiri Simetris pada keadaan statis dan dinamis
Palpasi
Kanan
Sela iga normal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, fremitus normal
Kiri
Sela iga normal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, fremitus normal
Perkusi
Kanan Sonor di seluruh lapang paru
Kiri Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Kanan Suara nafas vesikuler, Ronkhi dan Wheezing negatif
Kiri Suara nafas vesikuler, Ronkhi dan Wheezing negatif
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra sela
iga IV
Perkusi
Batas Atas Linea parasternal sinistra sela iga II
Batas Kiri 1 cm sebelah medial linea midklavikula sinistra, sela
iga IV
Batas Kanan linea sternalis dextra sela iga IV
Auskultasi
Katup Aorta BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif
KatupPulmonal BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif
Katup Mitral BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif
KatupTrikuspid BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif
Ekstremitas
Tungkai : Simetris
Edema : tidak ada
Cara berjalan : Normal
Mobilisasi (aktif/pasif) : Aktif
Pemeriksaan payudara
Bentuk dan ukuran : Kanan dan kiri simetris
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Tidak ada
Kebersihan : Cukup
Kelainan : Tidak ada
Pemeriksaan obstetrik
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi : Membuncit (+) bekas luka operasi (+)
Palpasi
TFU : 2 jari dibawah umbilikus
Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan Dalam : Tidak Dilakukan
Status Keadaan Bayi
1. Berat badan 2400 gram
2. Jenis kelamin: perempuan
3. Tinggi badan: 47 cm
4. Anus (+)
5. Kelainan bawaan (-)
6. Apgar score 8/9
Status bayi : NCB-KMK
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hb 12 g/dl 11.7-15.5
Ht 36 % 35-47
Leukosit 16.8 103/uL 3.6-11.0
Trombosit 319 103/uL 150-440
Golongan Darah B
Rhesus +
Hemostasis
Masa perdarahan 2 menit
PT
Pasien 12.5 detik
Kontrol 12.9 detik
INR 0.91
APTT
Pasien 30.9 detik
Kontrol 33.4 detik
Kimia Klinik
Glucosa Sure Step 112 mg/dl
Pemeriksaan USG selama Kehamilan
Tanggal 24 Mei 2019
Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus /
BPD 7.99 cm/ AC 24.9 cm / FL 5.83 cm / EFW 1825 g/ GA 32 w
Tanggal 15 Juni 2019
Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus/
perempuan/ BPD 8,59 cm/ AC 29.72 cm / FL 5.83 cm / EFW 2402 g/ GA 35 w
Tanggal 28 Juni 2019
Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus/
BPD 8.74 cm/ AC 30.94 cm / FL 6.44 cm / EFW 2650 g/ GA 35 w
Tanggal 11 Juli 2019
Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus/
BPD 8.52 cm/ AC 30.32 cm / FL 6.71 cm / EFW 2472 g/ GA 39 w
RINGKASAN (RESUME)
Perempuan usia 25 tahun G3P0A2 datang dengan rujukan dari Puskesmas
Kalideres dengan dirujuk karena suspek Intrauterine growth restriction (IUGR)
yang terdapat pada hasil USG berat badan janin menurun 200 gram dari 2600
gram menjadi 2400 gram. Keluhan mulas jarang, gerakan janin (+), keluar air
ketuban (-), darah (-), dan lendir (-). Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada
kehamilan pertama. Terdapat anggota keluarga yang mengalami blighted ovum
yaitu kakak iparnya. Di rumah pasien memelihara kucing. Selama hamil, Pasien
makan tidak teratur, kadang dua kali kadang tiga kali sehari.
Diagnosis kerja
- G3P0A2 hamil 39 minggu, Janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan
suspek IUGR + DJJ irregular
- Riwayat Blighted Ovum pada kehamilan pertama
Penatalaksanaan
Cedantron 4 mg
Cefadroxil 2 x 200 mg tab
Cefotaksim 3 x 1 gr injeksi
Remopain 30 mg
Pemeriksaan yang Dianjurkan
Darah lengkap, Urin lengkap
Edukasi Pasien
1. KIE ibu dan keluarga tentang kondisi janin
2. Tirah baring
3. Diet tinggi kalori tinggi protein
4. Menjaga hygiene alat reproduksi
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam: Dubia ad bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Follow Up
Tanggal 13 Juli 2019 Post SC
S: Keluhan (-), ASI (+) sedikit , Flatus (-), mobilisasi (+)
O: Keadaan umum cukup
Kesadaran compos mentis
TD 120/80, N 88x/menit reguler kuat, RR 16x/menit, Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan palpasi TFU : 2 jari dibawah pusat
Vulva/vagina : fluksus (-)
Kontraksi uterus (+)
A: P1A2 dengan suspek IUGR + riwayat blighted ovum
P: 1. Diet TKTP
2. Mobilisasi bertahap
3. KIE ASI eksklusif
4. Cefadroxil 2 x 200 mg
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat yaitu
angka kematian bayi. Menurut WHO angka kematian bayi terus meningkat
mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Penyebab utama
tingginya angka kematian bayi ini, khususnya pada masa perinatal adalah Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Di negara berkembang, BBLR terutama disebabkan
oleh hambatan pertumbuhan janin atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
karena kekurangan gizi selama kehamilan. IUGR adalah salah satu penyebab
terjadinya kesakitan dan kematian perinatal. Prevalensi kejadian IUGR di negara
berkembang 40 % lebih tinggi dari negara maju. IUGR memberikan efek jangka
pendek berupa peningkatan resiko kematian janin, neonatus dan bayi, gangguan
pertumbuhan setelah lahir, gangguan fungsi kekebalan dan perkembangan
intelektual. IUGR adalah janin yang berat badannya sama atau kurang dari 10
persentil yang tidak mencapai pertumbuhan optimal karena terhambat oleh faktor
maternal, fetal, dan plasenta. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) disebut juga
Small for Gestational Age (SGA) mewakili kejadian IUGR atau pertumbuhan
janin terhambat. Bayi dengan SGA merupakan bayi yang berat badannya di
bawah presentil ke-10 untuk usia gestasinya. Bayi seperti ini terbukti mengalami
resiko kematian neonatal. IUGR dan SGA seringkali disamakan, walaupun
berhubungan, mereka bukanlah sinonim. SGA menggambarkan bayi yang
beratnya lebih rendah dari pada populasi normal atau lebih rendah dari penentuan
cut off berat badan.
Selain itu, pada setiap usia kehamilan seing terjadi perdarahan. Pada
kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early
pregnancy loss. Melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus
mengetahui akibat dari perdarahan yang menyebabkan kegagalan kelangsungan
kehamilan itu sendiri.1
Perdarahan pada kehamilan muda sering disebut abortus. Abortus atau
keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.1 Blighted ovum merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi pada
awal kehamilan yang disebut juga dengan anembryonic pregnancy. Seorang
wanita yang mengalami blighted ovum juga merasakan gejala-gejala kehamilan
seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning
sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat
dilakukan tes kehamilan maupun pemeriksaan laboratorium hasilnya pun positif. 2
Kasus blighted ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi
sedikitnya 60% dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun,
karena blighted ovum terjadi sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa
ketika mereka sedang hamil, mereka menderita blighted ovum. Akibatnya banyak
wanita tidak sadar akan kondisinya.2,3
Pada kehamilan dengan blighted ovum, kantung uterus akan berhenti
perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati.
Kemudian, terjadi keguguran atau pengeluaran produk kehamilan. Proses
keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan keluarnya
bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang
keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang
keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi, janin
memang tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami
mengeluarkannya.2,4
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pertumbuhan intrauterin terhambat (IUGR)
1.1 Definisi
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu bentuk deviasi atau reduksi
pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses patologi yang
menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra Uterine Growth
Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak mampu berkembang
sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan nutrisi dan oksigenase, atau
dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah
batasan tertentu dari umur kehamilannya. 2
Defenisi IUGR yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat
badan lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang disesuaikan
dengan usia kehamilan. 2
1.2 Klasifikasi
Terjadinya IUGR dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :
1. IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional)
Pada IUGR tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil
akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya proliferasi
seluler semua organ janin. IUGR tipe-1 ditandai dengan berat badan, lingkar
kepala dan panjang badan berada dibawah persentil 10. IUGR simetris ini
terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka kejadian
kira – kira 20 – 30 % dari seluruh bari IUGR.
2. IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional)
IUGR tipe-2 terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan energi,
sehingga sebagian besar energi digunakan langsung untuk mempertahankan
pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung). Hal ini umumnya terjadi
akibat insufisiensi plasenta. IUGR asimetris mempunyai ukuran kepala normal
tetapi lingkar perut kecil. IUGR tipe-2 memiliki berat badan yang kurang dari
persentil ke-10, sedangkan ukuran kepala dan panjang badan normal. IUGR
asimetris terjadi pada trimester terakhir, yang disebabkan karena terjadinya
penurunan kecepatan pertumbuhan.
3. IUGR Kombinasi
Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit pengurangan jaringan
lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan parah, janin mungkin
akan mengalami kemampuan untuk kompensasi sehingga terjadi peralihan dari
IUGR kombinasi menjadi IUGR tipe simetris.
Simetris Asimetris
Insidensi 20 – 30 % Insidensi 70 – 80 %
Terjadi pada trimester ke-1 &
ke-2
Terjadi pada trimester ke-3
Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari abdomen
Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta
Komplikasi neonatus,
prognosis buruk
Biasanya keadaan neonatus agak buruk
dan membaik bila komplikasi dihindari
atau diterapi secara adekuat.
1.3 Etiologi
Tiga penyebab utama IUGR adalah masalah pada ibu, janin, dan plasenta. 1,2,3,5
Faktor maternal. Beberapa faktor demografi ibu berhubungan dengan IUGR. Wanita
pada usia reproduksi ekstrim, terutama usia muda ibu, memiliki peningkatan risiko untuk IUGR.
Demikian pula ibu lanjut usia berhubungan dengan berat badan lahir rendah.
Ras ibu, status sosial ekonomi rendah, dan tinggal di negara berkembang sebagai faktor
risiko IUGR. Wanita dengan status sosial ekonomi rendah dan mereka yang tinggal di negara-
negara berkembang umumnya memiliki status gizi miskin, anemia, perawatan prenatal yang
buruk dan masalah penyalahgunaan obat, yang mempengaruhi pertumbuhan janin. Berat badan
ibu saat bersalin, berat badan sebelum hamil rendah, dan pertambahan berat badan yang buruk
selama kehamilan berhubungan positif dengan peningkatan risiko IUGR. Tidak jelas apakah
terjadi kekurangan asupan kalori atau nutrisi tertentu (misalnya, glukosa, seng, folat)
mengakibatkan IUGR.
Beberapa faktor risiko lingkungan dan perilaku yang diketahui menyebabkan IUGR.
Wanita yang berada di daerah dataran tinggi yang mengalami hipoksia kronis, menghasilkan berat
lahir rendah. Penelitian yang dilakukan di Colorado, Peru, dan Tibet menunjukkan hubungan
langsung dari dataran tinggi dan berat badan lahir rendah. Merokok saat hamil 3,5 kali lipat
peningkatan risiko SGA dibandingkan dengan bukan perokok. Sampai dengan 19% dari berat
badan jangka lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan merokok selama kehamilan. Merokok
berat (> 15 rokok sehari) dan merokok selama kehamilan, terutama di trimester ketiga,
berhubungan dengan berat lahir rendah. Berhenti merokok pada kehamilan dapat mencegah 17%
dari kelahiran BBLR. Wanita lebih mungkin untuk berhenti selama kehamilan, oleh karena itu,
ibu hamil harus didorong untuk berhenti merokok, setiap waktu dalam kehamilan, dan sedini
mungkin. Sebuah studi oleh MacArthur et al. menunjukkan bahwa berat badan lahir bayi lahir
untuk wanita yang berhenti merokok sebelum usia kehamilan 16 minggu adalah sama dengan
bayi lahir dari wanita yang tidak pernah merokok. Sindrom alkohol janin umumnya terkait
dengan IUGR. Penggunaan narkoba ibu telah dikaitkan dengan peningkatan kejadian SGA bayi
pada ibu dengan heroin 50% dan kecanduan kokain 30%. Paparan berbagai obat-obatan, seperti
warfarin, antikonvulsan, agen antineoplastik, dan acid antagonists folat (Seperti trimetoprim-
sulfametoksazol, fenobarbital), dapat mengakibatkan IUGR.
Jarak kehamilan terlalu dekat dikaitkan dengan IUGR. Teknik reproduksi buatan (ART)
dan infertilitas merupakan faktor risiko independen IUGR. Ada yang beberapa bukti bahwa
superovulasi dapat mempengaruhi metilasi DNA, menyebabkan perubahan pencetakan, yang
dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Bayi tunggal yang dihasilkan dari fertilisasi in vitro
(IVF) dan superovulasi tanpa ART berada pada risiko tinggi untuk BBLR dan SGA dibandingkan
dengan ada pengobatan; Namun, hubungan itu ditemukan dalam kehamilan kembar.
Beberapa kondisi penyakit ibu lainnya yang terkait dengan IUGR. Ini penyebab ibu dari
IUGR umumnya adalah terkait dengan berkurangnya aliran darah uteroplasenta, kekurangan
oksigen, atau penurunan nutrisi ke janin. Kondisi sistemik ibu, seperti hipertensi kronis,
preeklamsia, diabetes pregestational, insufisiensi ginjal kronis, sistemik lupus erythematosus
(SLE), sindrom antifosfolipid (APS), dapat mempengaruhi mikrosirkulasi janin dan dengan
demikian penurunan perfusi janin, menyebabkan hipoksia dan IUGR. Insufisiensi uteroplasenta
berhubungan dengan preeklampsia dapat disebabkan oleh kegagalan invasi trofoblas pada segmen
miometrium arteri spiralis, menyebabkan kegagalan dilatasi pembuluh, atherosis, oklusi, dan
infark. Diabetes dapat menyebabkan hiperglikemia berhubungan dengan kerusakan lapisan
endotel sistem mikro dan makrovaskular dan perubahan struktural dalam arteri desidua plasenta,
sehingga menyebabkan hipoperfusi dan pembatasan pertumbuhan janin pada perempuan diabetes.
Penyakit ginjal (sindrom nefrotik, gagal ginjal kronis, transplantasi ginjal, hemodialisis),
penyakit autoimun (SLE), dan thrombophilias diperoleh APS terutama anticardiolipin antibodi
(ACA) telah dikaitkan dengan IUGR. Sebaliknya, thrombophilias warisan tidak terkait dengan
IUGR. Hipoksemia ibu kronis akibat penyakit paru (asma tidak terkontrol, PPOK, fibrosis kistik),
jantung (penyakit jantung bawaan sianotik, gagal jantung, atau gangguan hematologi (anemia
berat, sel sabit anemia, b-thalassemia, penyakit H hemoglobin) dikaitkan dengan pertumbuhan
janin terhambat. kekurangan gizi ibu dan kondisi gastrointestinal (seperti penyakit Crohn,
ulcerative colitis, dan operasi bypass gastrointestinal) dapat menyebabkan berat lahir rendah
karena penurunan nutrisi janin. Kekurangan protein atau pembatasan dapat dikaitkan dengan
IUGR simetris.
Faktor Janin. Faktor janin dapat bervariasi dari penyebab genetik, bawaan malformasi,
infeksi janin, atau penyebab lainnya, termasuk kehamilan kembar. Penyebab genetik dapat
berkontribusi 5-20% pada IUGR, terutama pada gangguan pertumbuhan janin di awal kehamilan.
Genetik menyebabkan berbagai kelainan lebih lanjut, seperti kelainan kromosom, misalnya,
trisomi 21, 18, 13, dan 16. Dari jumlah tersebut, trisomi 18 paling sering berhubungan dengan
IUGR berat dibandingkan dengan trisomi 21 atau 13. Trisomi 16 dikenal sebagai kelainan
kromosom mematikan di nonmosaic state; Namun, dengan adanya mosaicism plasenta, trisomi 16
dapat mengakibatkan IUGR. Kelainan autosom, termasuk penghapusan kromosom 4 (wolf-
Hirschhorn syndrome), 5 (Cri du chat sindrom), dan perubahan struktural cincin kromosom13,
18, semuanya berhubungan dengan IUGR. Kelainan kromosom lain terkait dengan IUGR
termasuk disomy uniparental dari kromosom 6, 14, dan 16. Kelainan kromosom seks, termasuk
penghapusan kromosom X mengakibatkan sindrom Turner (45XO), tambahan atau hilang
kromosom seks juga telah dikaitkan dengan IUGR. Gangguan gen tunggal, seperti sindrom
Cornelia de Lange, sindrom Russell silver, anemia Fanconi, sindrom Bloom dan beberapa
displasia skeletal, berhubungan dengan IUGR. Faktor genetik lainnya termasuk polimorfisme gen
matriks metaloproteinase 2 C-1306 gen T pada gen LRP8 janin dan ibu, detoksifikasi enzim gen
CYPP1A1 ibu, dan mutasi pada gen insulin-like growth factor.
Cacat bawaan, termasuk Penyakit jantung bawaan, hernia diafragma, cacat dinding perut
(Omphalocele, gastroschisis), agenesis ginjal atau displasia, anencephaly, dan arteri umbilikalis
tunggal, terkait dengan IUGR. Infeksi menyumbang kurang dari 5% dari IUGR. Infeksi umumnya
terjadi meliputi virus (rubella, CMV, herpes, varicella, herpes zoster, HIV) dan infeksi parasit
(toksoplasmosis, sifilis, malaria). Infeksi bakteri cenderung menjadi etiologi IUGR; Namun,
klamidia, mikoplasma, listeria,dan tuberkulosis telah dilaporkan menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat. Etiologi infeksi yang paling umum dari IUGR di negara maju adalah CMV.
Mekanisme gangguan pertumbuhan janin karena CMV adalah hasil dari sitolisis dan hilangnya
fungsi sel di berbagai sistem organ dalam janin. Di negara-negara berkembang, khususnya sub-
Sahara Afrika, IUGR biasanya karena Malaria dalam kehamilan. Infeksi malaria pada kehamilan
yang menyebabkan berat badan lahir rendah dan IUGR sekunder karena oksigen dan transfer gizi
ke janin yang buruk akibat dari penghancuran sel darah merah dan malaria plasenta, yang
dihasilkan dari terinfeksi RBC oleh plasmodium menyebabkan obstruksi pembuluh darah.
Virus, infeksi parasit, dan bakteri lain yang berhubungan langsung dengan kerusakan sel,
atau bagian transplasenta menyebabkan infeksi janin, atau insufisiensi vaskuler plasenta.
Beberapa kehamilan diketahui mengalami pertumbuhan janin terhambat sebagai salah satu
komplikasi yang umum hingga 3% dari semua kasus IUGR. Risiko lima kali lipat sampai sepuluh
kali lipat lebih tinggi pada kehamilan ganda dibandingkan dengan kehamilan tunggal dengan
kejadian 15-30% pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan ganda. Risiko pertumbuhan janin
terhambat tergantung pada berbagai faktor, termasuk jumlah janin, korionisitas, anomali
kongenital atau kelainan tali pusat, seperti Insersi Velamentosa, tidak merata berbagi plasenta
pada kehamilan ganda. Kehamilan ganda memiliki tingkat pertumbuhan yang sama dengan
tunggal sampai kehamilan 30- 32 minggu, setelah itu kecepatan pertumbuhan lingkar perut,
panjang femur, dan diameter biparietal tercatat menurun. Gangguan pertumbuhan 15-25% atau
lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas neonatal dan kematian.
Faktor plasenta. Insufisiensi plasenta pada banyak kasus IUGR mempengaruhi hingga
3% atau lebih dari semua kehamilan. Patogenesis IUGR tidak didefinisikan dengan baik; cacat
pada sirkulasi dan transportasi plasenta dapat mempengaruhi transportasi gizi ke janin, sehingga
terjadi IUGR. Massa dan fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan IUGR. Gangguan
imunologi pada ibu-janin dapat mengakibatkan IUGR. Aktivasi dendritik sel (DC) ibu-janin
memberikan kontribusi respon imun yang optimal pada desidua untuk mendukung perkembangan
janin-plasenta. DC ini bisa dengan mudah diakses dalam darah perifer dan status aktivasi mereka
dapat ditentukan pada kehamilan normal. Sebuah studi terbaru oleh Cappelletti et al. mencatat
penurunan jumlah DC yang beredar, terjadi kurang aktivasi DC pada kehamilan menyebabkan
IUGR, dibandingkan dengan kehamilan yang sehat normal.
Abnormal implantasi, seperti plasenta previa, bisa menghasilkan nutrisi suboptimal bagi
janin. Penyebab umum lainnya termasuk placental abruption, akreta plasenta, infark plasenta,
pemusnahan vili janin, plasenta sirkumvalata, dan hemangioma plasenta. Mosaicism plasenta,
satu arteri umbilikalis, dan Insersi Velamentosa juga dapat mengakibatkan pertumbuhan
terhambat. Tumor plasenta yang sangat langka, seperti chorioangioma, dapat mengurangi aliran
uteroplasenta, yang dapat mengganggu pertumbuhan janin. Villitis kronis etiologi yang tidak
diketahui dapat dikaitkan dengan IUGR.
II. 1.4 Patofisiologi
Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan oleh tiga kemungkinan yaitu gangguan fungsi
plasenta, faktor ibu; dimana berkurangnya suplai oksigen atau asupan gizi, faktor janin; dimana
penurun kemampuan janin untuk menggunakan asupan gizi. Plasenta memainkan peranan penting
dalam dua kategori yang pertama. Perkembangan abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi
vili – vili plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris.
Pada plasenta dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi sitotrofoblas yang dangkal pada rahim
dan diferensiasi sitotrofoblas yang abnormal. Kegagalan invasi sitotrofoblas ini akan mencegah
remodeling desidual distal menyebabkan berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta, hipoksia
plasenta setempat yang akan mengakibatkan terjadinya IUGR. Disfungsi vili plasentayang
disebabkan oleh apoptosis pada trofoblas, stress oksidatif, infark dan kerusakan sitokinin akan
mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada plasenta, sehingga menghambat
pemulihan dari plasenta.3
1.5 Diagnosis
Skrining dan diagnosis IUGR:2
1. Menentukan usia kehamilan dengan akurat. Usia kehamilan yang akurat dapat ditentukan
dengan memastikan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Namun pada siklus yang tidak
teratur, HPHT menjadi tidak akurat. Jika demikian dapat digunakan ultrasonografi (USG).
USG yang dilakukan lebih awal antara usia kehamilan 13-24 minggu akan memberikan
hasil lebih akurat.
2. Palpasi abdomen untuk menetukan tinggi fundus uteri setiap kunjungan antenatal.
Kemampuan mendeteksi berat janin dengan palpasi terbatas. Apakah ada SGA atau
IUGR, managemen pengelolaan harus didiskusikan dengan tim kebidanan. Tindak lanjut
dengan pemeriksaan USG mungkin diperlukan.
3. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU). Pengukuran TFU dilakukan dengan mengukur jarak
sumbu panjang abdomen dari puncak fundus hingga pinggir atas simfisis dengan
sentimeter. Perbedaan kurang lebih dari 2-3 cm dapat diduga karena janin yang kecil /
besar untuk usia kehamilan, kehamilan ganda, atau HPHT yang tidak akurat. Penyebab
lainnya adalah kehamilan mola, polihidramnion / oligohidramnion, letak oblik atau
melintang. Hasil pengukuran TFU pada usia kehamilan antara 20-34 minggu kehamilan
berkorelasi erat dengan pengukuran dalam sentimeter, namun obesitas telah terbukti
merusak keakuratan pengukuran ini. Juga menjelang akhir kehamilan pengukuran menjadi
kurang akurat karena turunnya bagian presentasi janin ke panggul ibu. TFU harus selalu
diukur setiap kunjungan antenatal setelah usia kehamilan 20 minggu dalam sentimeter.
Jika terjadi perbedaan ukuran lebih dari 2-3 cm dari yang seharusnya, maka bidan harus
mendiskusikannya dengan tim kebidanan yang lain. Pengukuran TFU adalah prosedur
yang sederhana, murah, dan banyak digunakan selama asuhan antenatal. Tujuan utama
dari pengukuran TFU adalah deteksi janin yang mengalami gangguan pertumbuhan,
mendeteksi kehamilan ganda dan janin yang besar. Dalam banyak literatur, pengukuran
TFU telah diganti dengan penilaian klinis ukuran janin dengan palpasi abdomen karena
yang terakhir telah dilaporkan sensitifitas TFU tidak terlalu baik, dalam penelitian
observasional selama asuhan antenatal rutin, dalam mendeteksi janin yang kecil
berdasarkan usia kehamilan hanya mampu mendeteksi antara 30% dan 50%. 4,6
4. Pemeriksaan USG pada janin suspek SGA.
Pemeriksaan biometri. Jika diperoleh hasil suspek SGA atau IUGR pada pengukuran
TFU, pemeriksaan USG diperlukan. USG menentukan pengukuran head circumference
(HC), biparietal diameter (BPD), femur length (FL), dan abdominal circumference (AC)
dapat digunakan untuk menentukan taksiran berat janin menggunakan satu atau beberapa
formula sekaligus mulai kehamilan 14 minggu menggunakan pedoman AIUM. Formula
Hardlock adalah metode yang paling banyak diterima, meskipun pengukuran AC saja
cukup akurat dan penting jika kepala janin sulit diukur. Penting diperhatikan bahwa semua
metode biometry dapat menilai taksiran berat janin dengan signifikan error 10% sampai
15%, khususnya pada dua ukuran yang sangat berbeda. Umumnya, pengukuran taksiran
berat janin pada batas normal rentang 10% sampai 90% kecuali IUGR dengan false
negative < 10%. Ada parameter USG lainnya, seperti AC saja, rasio HC / AC, rasio FL /
AC, dan indeks Ponderal (PI), yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi IUGR janin.
Itu HC / rasio AC dan rasio FL / AC dapat memprediksi secara akurat asimetris IUGR
berhubungan dengan insufisiensi plasenta, oleh karena itu, dapat digunakan sebagai
parameter untuk skrining kehamilan berisiko tinggi di mana dicurigai IUGR. PI janin
dihitung dengan menggunakan sonographically berasal EFW dan FL pengukuran. Indeks
ini lebih berguna untuk mendiagnosis IUGR pada bayi baru lahir.2,8
Pemeriksaan volume cairan amnion (AFV). Pemeriksaan cairan amnion adalah bagian
integral dalam pemeriksaan USG untuk menilai pertumbuhan janin. Volume cairan
amnion dapat dilaporkan dalam empat kuadran Amniotic Fluid Index (AFI). Volume
cairan amnion yang rendah dapat ditemukan pada kehamilan lebih dari 37 minggu dengan
AFI < 5 cm atau dengan maximum vertical pocket < 2 cm. Ketika ditemukan
oligohidramnion dan suspek IUGR, maka pemeriksaan dopler umbilical artery diperlukan.
Sebaliknya, jika ditemukan kombinasi IUGR dengan polihidramnion (AFI > 25 cm)
diduga disebabkan oleh selain plasenta dan janin.2
Pemeriksaan anatomi. Pemeriksaan anatomi diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan cacat janin atau fetal aneuploidi.2
5. Pemeriksaan kesejahteraan janin ketika ada janin SGA atau terdiagnosa IUGR. Termasuk
biophysical profile (BPP), Doppler artery umbilicalis (studies, and cardiotocography
monitoring (CTG) dilakukan sesuai usia kehamilan.
IUGR didiagnosis berdasarkan pada penilaian yang akurat pada awal kunjungan, penilaian
faktor risiko, diikuti dengan USG untuk pertumbuhan janin. Ada tes tambahan yang terlibat untuk
menyingkirkan sebab lain yang mendasari. Diagnosis IUGR dibuat ketika EFW <10% persentil
untuk usia kehamilan dihitung dengan pengukuran biometrik. Langkah pertama dalam diagnosis
janin dengan pertumbuhan terhambat adalah menentukan tanggal kunjungan dengan tanggal
persalinan. Setelah pembentukan tanggal yang akurat, identifikasi faktor risiko dengan
mendapatkan riwayat medis sangat penting untuk mengidentifikasi IUGR. Sebuah riwayat
kesehatan yang rinci berguna untuk mengidentifikasi penyakit sistemik ibu, yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin. penyakit ibu yang kurang terkontrol, seperti hipertensi,
penyakit ginjal, diabetes pregestational lama dengan vaskulopati, dan Penyakit sistemik lainnya,
dapat berdampak terhadap pertumbuhan janin secara signifikan. Identifikasi faktor risiko yang
dapat dimodifikasi, seperti merokok dan penggunaan narkoba, dapat berguna dalam memberikan
intervensi pencegahan. Pemantauan berat badan pada kunjungan prenatal dapat mengidentifikasi
gizi ibu. Juga, pengukuran TFU membantu menilai pertumbuhan janin selama kunjungan.
Berdasarkan sejarah dan penilaian berbasis risiko, pemeriksaan infeksi, termasuk serologi untuk
IgG dan IgM ibu untuk CMV, toksoplasmosis, dan HSV dapat dipertimbangkan. Kekebalan
terhadap Rubella juga harus diuji jika tidak dilakukan dengan laboratorium prenatal rutin.1
USG arteri umbilikalis (UA) Doppler di trimester kedua kehamilan berisiko tinggi dapat
digunakan untuk memprediksi perkembangan IUGR kehamilan kemudian. Namun, utilitas rutin
di UA Doppler skrining IUGR pada populasi risiko rendah tidak terbukti. UA Doppler dapat
digunakan dalam pengelolaan dan tindak lanjut dari janin dengan IUGR. Pola perubahan UA
Doppler velocimetry lanjut dapat memprediksi output janin. Penurunan progresif dalam aliran
diastolik di UA Doppler mencerminkan tahanan plasenta meningkat, dan pembalikan dalam UA
Doppler dapat dilihat setelah 70% dari vili plasenta tersier yang terhambat. Progresif hipoksemia
dapat menyebabkan redistribusi aliran darah terpusat ke otak, jantung, dan adrenal. Hal ini
menyebabkan peningkatan aliran diastolik di arteri serebri (MCA). Pada tahap lanjutan IUGR,
sirkulasi vena sentral dari janin akan terpengaruh. Gelombang Doppler dari ductus venosus (DV)
dapat mencerminkan tekanan akhir diastolik di ventrikel kanan dari peningkatan afterload
ventrikel kanan. Bentuk gelombang normal DV (menurun, tidak ada, atau terbalik) dapat
memprediksi asidemia janin dan peningkatan risiko kematian perinatal. Teknik-teknik invasif,
termasuk amniosentesis dan villus sampling pusat (CVS) juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab IUGR. Setelah diagnosis ditegakkan dengan USG sebelum 24 minggu
kehamilan dan penyebab IUGR tidak diketahui, amniosentesis harus ditawarkan
untuk kariotipe dan pemeriksaan infeksi menular (PCR untuk toksoplasmosis, CMV, HSV). Jika
penyebab plasenta dicurigai, biopsi plasenta dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi mosaik
plasenta.1
Gambar 1 Diagnosis IUGR1
III. 1.6 Penilaian status pertumbuhan intrauterine dengan kurva Lubchenco
IV. Pertumbuhan intrauterine dapat dinilai dengan menggunakan kurva pertumbuhan intrauterine
menurut Lubchenco. Pertumbuhan intrauterine dapat diklasifikasikan dengan menilai usia
gestasi dan menyesuaikan dengan berat lahir, kemudian dipetakan dalam kurva pertumbuhan
intrauterine yang telah distandarisasi. Kurva ini membagi kategori bayi atas small for
gestational age, appropriate for gestational age, and large for gestational age. Kurva ini
berdasarkan ukuran bayi saat lahir, bukan pertumbuhan fetal. Cara menentukan SGA, AGA,
atau LGA adalah dengan menentukan titik usia gestasi dengan berat badan, panjang badan
dan lingkar kepala. Semua kurva pertumbuhan standar disusun berdasarkan riwayat berat lahir
bayi yang dilahirkan pada minggu-minggu kelahiran tertentu. Sepuluh persen nilai terbawah
dari tiap minggu kehamilan mewakili nilai-nilai yang berada sama dengan atau dibawah
persentil ke-10 digolongkan KMK, sedangkan bayi yang memiliki berat lahir pada atau diatas
persentil ke-90 digolongkan BMK.
V.
Gambar 1. Kurva pertumbuhan menurut Lubchenco
VI. 1.7 Penatalaksanaan
Ketepatan taksiran adalah hal yang esensial dalam menegakkan diagnosis IUGR.
Ketepatan taksiran merupakan parameter yang reliable berdasarkan HPHT pada wanita yang
siklus menstruasinya teratur. Alternative penilaian menggunakan pemeriksaan USG pada usia 8-
13 minggu kehamilan. Keakuratan USG saat aterm + 3 minggu sesuai umur kehamilannya.3,5
Tahap managemen IUGR:5
1. Obati penyakit ibu
2. Hentikan merokok dan obat-obatan yang merusak
3. Perbaiki nutrisi ibu
4. Anjurkan lebih banyak bedrest
Pemeriksaan untuk menilai kesejahteraan janin dan partumbuhan:5
1. Menghitung gerakan janin setiap hari
2. USG pertumbuhan setiap 3 minggu
3. Pemeriksaan USG termasuk volume cairan amnion
4. Non Stress Test (NST)
5. Contraction Stress Test (CST) atau Biophysical Profile (BPP) sebagai back up
Waktu persalinan:5
- Pada kehamilan 34 minggu atau lebih: jika hasil pemeriksaan kesejahteraan janin normal
dan pertumbuhan janin adekuat, maka pemantauan janin dilanjutkan dan tunggu
persalinan hingga aterm.
- Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu: jika tidak ada pertumbuhan janin, atau
terdeteksi oligohidramnion berat, nilai kematangan paru, lahirkan jika paru matang.
- Disamping itu, pemberian kortikosteroid untuk meningkatkan dan memperkirakan
kematangan paru.
- Persalinan menjadi pilihan WAJIB jika hasil pemeriksaan kesejahteraan janin abnormal
- Persalinan menjadi indikasi waktu segera dilakukan jika absence end-diastolic flow (EDF)
dan hasil pemantauan yang lain abnormal. Absence end-diastolic flow (AEDF) dalam
penilaian Doppler arteri umbilikalis adalah fitur yang berguna yang menunjukkan stres
janin yang mendasari jika terdeteksi pada pertengahan atau akhir kehamilan. Pada awal
kehamilan hingga 16 minggu kondisi AEDF adalah normal, namun jika terjadi pada
pertengahan atau nahkan akhir kehamilan, ini berarti ada insufisiensi plasenta. Pada
kondisi normal, aliran arteri umbilical seharusnya mengalir kontinyu sepanjang siklus
jantung, namun pada kondisi insufisiensi plasenta, pada kondisi hipoksia janin terjadi
aliran diastolic berkurang, bahkan tidak terlihat aliran diastolic berarti hipoksia janin
sudah sangat berat.
- Persalinan juga menjadi indikasi segera dilakukan jika tidak ada atau kembali flow
regardless hasil pemeriksaan Biophysical Profile (BPP) pada usia kehamilan 34 minggu
atau lebih. BPP adalah teknik pemantauan kesejahteraan janin dengan menggunakan
ultrasonografi untuk visualisasi janin dan menggunakan Doppler Ultrasonografi. Terdapat
5 komponen dari profil biofisik yang masing-masing memiliki skor maksmimum 2
sehingga jumlah skor maksimal adalah 10. 4 komponen dari profil biofisik yang diperiksa
dengan menggunakan ultrasonografi sederhana untuk visualisasi janin dan lingkungannya:
 Gerakan pernafasan janin (fetal breathing movement – FBM)
 Gerakan tubuh kasar,
 Tonus janin dan
 Volume cairan amnion
Komponen terakhir adalah fetal cardiotocography (CTG ). Tehnik ini menggunakan
ultrasound untuk mencatat frekuensi denyut jantung janin dan respon frekuensi DJJ
terhadap gerakan janin serta aktivitas uterus. Janin normal akan respon terhadap gerakan
tubuhnya dalam bentuk peningkatan frekuensi denyut jantung. Fenomena ini dicatat pada
CTG. Kenaikan frekuensi DJJ diatas nilai dasar sebanyak 15 kali dalam waktu 1 menit (
dpm ) dan berlangsung sekurang kurangnya selama 15 detik normal terlihat pada janin
sehat setelah terjadinya gerakan janin ( akselerasi ). Tidak adanya akselerasi
mengindikasikan adanya hipoksia janin. Bila DJJ memperlihatkan adanya 2 akselerasi
dalam periode 20 menit maka hasil pemeriksaan CTG disebut REAKTIF. Dan tidak
adanya akselerasi menunjukkan adanya NON REAKTIF dan situasi ini memerlukan
pemeriksaan lanjutan. 8
SKORE REKOMENDASI PENATALAKSANAAN
8 – 10
Ulang satu minggu kemudian. Pada kasus diabetes ( insulin dependen)
dan posmatur , ulang 2 kali seminggu . Bukan indikasi untuk
melakukan tindakan intervensi
4 – 6
Bila maturasi paru sudah tercapai dan servik sudah matang, lakukan
induksi persalinan atau bila tidak lakukan ulangan pemeriksaan 24 jam
kemudian.
Bila skore tetap 4 – 6 , lahirkan bila maturasi partu sudah tercapai , bila
tidak lakukan pematangan paru dengan kortikosteroid dan lahirkan
dalam waktu 48 jam kemudian
0 – 2
Pertimbangkan untuk melakukan terminasi kehamilan segera, bila paru
belum matang berikan kortikosteroid dan lakukan terminasi kehamilan
setelah 48 jam.
Tabel 1. Skor Profil Biofisik
Persalinan dan Kelahiran5
- Kelahiran harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas perlengkapan yang baik,
dengan neonatal intensif care unit (NICU)
- Persalinan dengan analgesi epidural
- Pada persalinan kala I terus memantau kesejahteraan janin
- Melakukan amnioinfussion pada kasus gawat janin, cairan amnion sedikit atau mekonium
pada cairan amnion
- Lahirkan dengan Vaccum ekstraksi atau forceps untuk mempercepat kala II, seksio
caesarea menjadi indikasi jika ada bukti kondisi janin memburuk
- Anjurkan pasien tentang teknik yang memadai untuk bantalan
- Pemeriksaan plasenta oleh ahli patologi untuk menentukan penyebab IUGR
Gambar 3 Penatalaksanaan IUGR3
VII. 1.8 Pencegahan IUGR
Beberapa penyebab dari pertumbuhan janin terhambat tidak dapat dicegah. Bagaimanapun
juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi
yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya;
makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik;
mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari
protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari
anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang
terjadi harus baik.3
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah pertumbuhan janin terhambat:
1. Melakukan pola hidup sehat. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang baik kuantitas
maupun kualitasnya. Makan makanan yang bervariasi agar kebutuhan nutrisi seimbang
terpenuhi. Terdapat tambahan 300 kalori/hari bagi ibu hamil dari kebutuhannya.
2. Menghindari stress selama kehamilan. Stress merupakan salah satu faktor pencetus
hipertensi.
3. Menghindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan. Setiap akan
mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter.
4. Melakukan olah raga teratur. Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan
mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Menghindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin
sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika
ada kondisi pertumbuhan janin terhambat, dapat diketahui sedini mungkin.
7. Deteksi dini jika ada kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Diagnosis segera dan
akurat akan membantu memperbaiki hasil kehamilan.
II. Blighted Ovum (anembryonic pregnancy)
2.1 Definisi
Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan kegagalan perkembangan embrio dimana
hasil fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu usia kehamilan). Kantung
kehamilan pada kasus blighted ovum terbentuk, namun embrio didalamnya mengalami
kegagalan berkembang pada masa awal kehamilan. Blighted ovum dapat mengalami abortus
spontan.10
2.2 Etiologi
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan
sperma. Penyebab pasti dari blighted ovum belum diketahui, namun beberapa faktor dapat
mengakibatkan terjadi blighted ovum.10,11
1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma.
2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada masa awal
kehamilan berhenti.
3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol
4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada pasangan suami
istri meningkatkan risiko penurunan kualitas sperma dan ovum dan semakin banyak
seorang istri pernah hamil memperbesar kemungkinan dari terjadinya blighted ovum.
5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, rubella, streptokokus, kelainan
imunologis (seperti adanya antibodi terhadap janin), rendahnya kadar beta hCG serta
penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
2.3 Patofisiologi
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan umumnya. Sel telur
dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke-4 setelah fertilisasi
terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-
hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan
klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi penuruna hormon kehamilan (progesteron,
estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus
blighted ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac
dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan
perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi.11,12
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun
dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi
torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam
didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada
indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam
rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala
kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya hal ini
disebabkan Plasenta menghasilkan hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon
ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa
sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi
positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur
kadar hormon hCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon
kehamilan. 13,14,15
2.4 Manifestasi Klinis
Blighted ovum pada awalnya sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan
tanda hampir sama dengan kehamilan normal, seperti periode menstruasi terlambat dan tes
kehamilan positif. Kehamilan dengan blighted ovum dapat ditemukan perdarahan melalui vagina
atau berupa bercak-bercak perdarahan dan terkadang disertai nyeri dibagian perut.12
2.5 Diagnosis
Selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, blighted ovum dapat didiagnosis secara
pasti dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan
ultrasonografi pada kasus blighted ovum ditemukan kantung kehamilan dan tidak ditemukan
embrio di dalam rahim. USG bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab
saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat
lebih jelas. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang
berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan yolk sac. Untuk itu,
bila pada USG pertama didapatkan gambaran seperti ini, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu
kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah dan diameter kantung gestasi sudah
mencapai 25 milimeter maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik. Bila hasil USG
tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk menghindarkan keraguan saat menegakkan
diagnosis blighted ovum dilakukan USG ulang 10 hari kemudian.10,11
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan
kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah
terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.8,10
Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui
oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum
uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis melakukan kerokan
pada dinding rahim.8
Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu
mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian
berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun
masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat
hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Pil hormon seperti
progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala,
perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara
berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal
ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal
dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil
maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.8,10
Penatalaksanaan post kuretase : 10
a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika diperlukan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan
menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian metronidazole berfungsi untuk
mencegah infeksi bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat
diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah
infeksi pasca tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui terjadinya
perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
2.7 Pencegahan
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya
melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan.
Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada
wanita.10
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan
pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila
menderita penyakit maka ditangani terlebih dulu penyakit tersebut, melakukan pemeriksaan
kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas
sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.10
III. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Abortus pada kehamilan muda terjadi kurang dari 20 minggu atau pada berat janin kurang dari
500 gram. Abortus menurut Sarwono 2002 terjadi pada sekitar 10-15% dari kehamilan.8,10,11,12
Salah satu gejala dari abortus adalah perdarahan pervaginam dari bercak darah hingga
perdarahan yanga banyak, nyeri perut dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks
dapat tertutup atau terbuka, dan ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya.5
Faktor predisposisi dari abortus mencakup beberapa faktor, antara lain : (1) Faktor janin
(fetal), yang terdiri dari kelainan genetik. (2) Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari infeksi,
kelainan hormonal seperti hipotiroid, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan,
merokok, alkoholik, faktor imunologis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks
sebelum inpartu yang terjadi umumnya pada trimester 2. (3) Faktor dari ayah (paternal), kelainan
sperma.8,10,11,12
Terdapat berbagai macam abortus yang diklasifikasi sesuai dengan gejala, tanda dan proses
patologi yang terjadi, seperti : 10
a. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium
uteri yang masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Gejala
yang timbul biasanya hanya perdarahan pervaginam. Pemeriksaan USG dilakukan
untuk mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta telah terjadi pelepasan
atau belum.
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam cavum uteri
dan dalam proses pengeluaran. Pada pemeriksaan USG akan dijumpai pembesaran
uterus sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masi jelas
walaupun mungkin sudah tidak tampak normal.
c. Abortus Kompletus
Keseluruhan dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari 500 gram. Gejala yang
tampak berupa semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup,
uterus telah mengecil yang menyebabkan perdarahan yang terjadi hanya sedikit, dan
besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian dari hasil konsepsis sudah keluar dari kavum uteri dan sebagian lainnya
masih tertinggal. Pada pemeriksaan vagina ditemukan kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Banyaknya perdarahan yang terjadi bergantung pada sisa hasil konsepsi
yang belum keluar. Dari pemeriksaan USG biasanya ditemukan pada kavum uteri
tampak massa hiperekoik dengan bentuk tidak beraturan.
e. Missed Abortion
Ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20 munggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong
gestasi yang mengecil dsn bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang
tidak ada tanda-tanda kehidupan.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut.
g. Abortus Infeksius
Abortus yang disertai adanya infeksi pada genitalia.
h. Abortus Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal kehamilan
walaupun kantung gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini hanya dapat dideteksi
dengan pemeriksaan USG. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini kan
berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya kejadian abortus
spontan yang berlangsung sekitar 14-16 minggu setelah terjadinya kehamilan.
Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan bahwa separuh
kasus abortus adalah blighted ovum, yang mana embrionya mengalami degenerasi atau tidak ada
pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan ultrasonografi.1
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien dengan G3P0A2 hamil 39 mingu datang ke IGD dirujuk karena
suspek Intrauterine growth restriction yang terdapat pada hasil USG berat badan janin menurun
200 gram dari 2600 gram menjadi 2400 gram. Keluhan mulas jarang, gerakan janin (+), keluar
air ketuban (-), darah (-), dan lendir (-). Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan
pertama. Pasien selama hamil tidak ada mengalami keluhan pusing, nyeri perut dan lemas.
Pasien selalu mengkonsumsi vitamin selama hamil. Namun pasien mengatakan selama
kehamilan merasa hilang nafsu makan. Pasien memiliki kucing pelihara dirumah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang,
tekanan darah 125/80 mmHg, nadi 94x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C, berat badan 79
kg, tinggi badan 150 cm, lain-lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium darah pada tanggal 12 juli
2019 : Hb 12 g/dL, Ht 36%, Leukosit 16.800/μL, trombosit 319.000/μL.
Pada hasil USG selama masa kehamilan terdapat pada tanggal 24 Mei 2019 pada usia
kehamilan 32 minggu terdapat berat badan janin 1825 gram lalu mengalami kenaikan berat
badan janin pada pemeriksaan usia kehamilan 35 minggu menjadi 2402 gram. Kemudian
mengalami kenaikan menjadi 2650 gram. Lalu pada pemeriksaan usia kehamilan 39 minggu
tiba-tiba mengalami penurunan sekitar 200 gram pada hasil USG menjadi 2472 gram.
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ditemukan, yaitu
terdapat pada hasil USG menunjukkan terdapat taksiran penurunan berat badan dari 2650 gram
menjadi 2472 gram. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suspek IUGR yang ditandai dengan
menurunnya berat badan janin yang berarti terdapat pertumbuhan janin intrauterine terhambat.
Selain itu, pasien juga terdapat riwayat Blighted Ovum pada kehamilan pertama, hal ini dapat
disebabkan pasien memiliki kebiasaan memelihara kucing di rumah. Karena itu, faktor resiko
pasien dapat mengalami blighted ovum yaitu infeksi dari hewan peliharaan seperti kucing
(infeksi toxoplasma ).
BAB IV
KESIMPULAN
IUGR merupakan janin yang berat badannya sama atau kurang dari 10 persentil yang
tidak mencapai pertumbuhan optimal karena terhambat oleh faktor maternal, fetal, dan plasenta.
Bayi kecil masa kehamilan (KMK) disebut juga Small for Gestational Age (SGA) mewakili
kejadian IUGR atau pertumbuhan janin terhambat. Bayi dengan SGA merupakan bayi yang
berat badannya di bawah presentil ke-10 untuk usia gestasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhag A, Berghella V. Intrauterine growth restriction (IUGR): etiology and diagnosis. Curr
Obstet Gynecol Rep (2013) 2:102–11.
2. Lausman A, McCarthy FP, Walker M, Kingdom J. Screening, diagnosis, and management of
intrauterine growth restriction. J Obstet Gynaecol Can 2012;34(1):17–28.
3. Malhotra N, Puri R, Malhotra J, Malhotra N, Pao JP. Maternal-fetal work-up and
management in intarauterine growth restriction (IUGR). Donald School J Ultrasound Obstet
Gynec. 2010;4(4): 427–32.
4. King Edward Memorial Hospital. Clinical giudelines obstetrics and midwifery: Complication
of pregnancy intrauterine growth restriction. 2013.
5. Militello M, Pappalardo EM, Ermito S, Dinatale A, Cavaliere A, Carrara S. Obstetrics
management of IUGR. J Prenat Med 2009; 3 (1): 6–9.
6. Neilson JP. Symphysis-fundal height measurement in pregnancy (Review). Cochrane
Database of Systematic Reviews 2007, Issue 4.
7. King Edward Memorial Hospital. Clinical giudelines obstetrics and midwifery: Antepartum
care measuring fundal height with tape measure. 2001.
8. Preboth M. ACOG guidelines on antepartum fetal surveillanve. Am Fam
Physician. 2000 Sep 1;62(5):1184–8.
9. Winkjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono, 2008
10. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG.
First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGraw- Hill,
2008.
11. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric and
Gynecology 10th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins, 2009.
12. Kashevarova et al. Pathogenetic effects early human embryo development. Prague : ESHRE
Annual, 2006.
13. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas KEsehatan Dasar dan Rujukan.
Edisi 1. Jakarta, Indonesia. 2013
14. Obstetric and Gynecology 10th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61-70
15. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250

More Related Content

What's hot

akbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
akbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksiakbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
akbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorhea
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorheaAsuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorhea
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorhea
Sendi Asyari
 
Studi kasus anemia ringan
Studi kasus anemia ringanStudi kasus anemia ringan
Studi kasus anemia ringan
Operator Warnet Vast Raha
 
Askeb riskayani ke 2
Askeb riskayani ke 2Askeb riskayani ke 2
Askeb riskayani ke 2
RiskayaniAfzhaSyuhad
 
askeb anemia ringan
askeb anemia ringanaskeb anemia ringan
askeb anemia ringan
hesti kusdianingrum
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
hesti kusdianingrum
 
Soap b yun
Soap b yunSoap b yun
Soap b yun
yayukusen02
 
Askeb patologi
Askeb patologiAskeb patologi
Askeb patologi
Fara El-fikri
 
24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal
24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal
24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal
Operator Warnet Vast Raha
 
Format n contoh anc
Format n contoh ancFormat n contoh anc
Format n contoh anc
Khoirul Bariah
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Operator Warnet Vast Raha
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Adeline Dlin
 
240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix
homeworkping4
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Adeline Dlin
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Warnet Raha
 

What's hot (18)

akbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
akbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksiakbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
akbid paramata muna Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi
 
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorhea
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorheaAsuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorhea
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi leukorhea
 
Studi kasus anemia ringan
Studi kasus anemia ringanStudi kasus anemia ringan
Studi kasus anemia ringan
 
Askeb riskayani ke 2
Askeb riskayani ke 2Askeb riskayani ke 2
Askeb riskayani ke 2
 
askeb anemia ringan
askeb anemia ringanaskeb anemia ringan
askeb anemia ringan
 
3.1. pengkajian
3.1. pengkajian3.1. pengkajian
3.1. pengkajian
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
 
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Klompk anc 2013 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
 
Soap b yun
Soap b yunSoap b yun
Soap b yun
 
Askeb patologi
Askeb patologiAskeb patologi
Askeb patologi
 
24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal
24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal
24313200 asuhan-kebidanan-persalinan-normal
 
Format n contoh anc
Format n contoh ancFormat n contoh anc
Format n contoh anc
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix240175002 case-abortus-melissa-fix
240175002 case-abortus-melissa-fix
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 

Similar to Case 2 blighted ovum (autosaved)

222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx
222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx
222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx
elshazaskia11
 
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
hiyalulya
 
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
belum di edit.pptx
belum di edit.pptxbelum di edit.pptx
belum di edit.pptx
drfaizalfahmi
 
PPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptx
PPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptxPPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptx
PPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptx
EvaYulia23
 
Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA
Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA
Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Varisela pada Kehamilan
Varisela pada KehamilanVarisela pada Kehamilan
Varisela pada Kehamilan
Aris Rahmanda
 
Preskas peb
Preskas pebPreskas peb
Preskas peb
MagmaSanggiri
 
28 anc neng
28 anc neng28 anc neng
28 anc neng
nengagis17
 
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
homeworkping3
 
260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin
Akhmad Avisena
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
STASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.ppt
STASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.pptSTASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.ppt
STASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.ppt
ekho syahputra
 
Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41
Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41
Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41
DiegoNelciano
 
IMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptx
IMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptxIMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptx
IMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptx
ImailatulYulia1
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensifManajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensifOperator Warnet Vast Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensifManajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Operator Warnet Vast Raha
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Adeline Dlin
 

Similar to Case 2 blighted ovum (autosaved) (20)

222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx
222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx
222310 csr dr. nunik anggit rifa fixx
 
fix.ppt
fix.pptfix.ppt
fix.ppt
 
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
Hiyal ulya lk5 hamil tm 3
 
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Manajemen asuhan kebidanan ante natal fisiologis AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
belum di edit.pptx
belum di edit.pptxbelum di edit.pptx
belum di edit.pptx
 
PPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptx
PPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptxPPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptx
PPT FIX_ NENENG SARI YULIA DEWI.pptx
 
Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA
Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA
Askep anc fisiologis AKPER PEMDA MUNA
 
Varisela pada Kehamilan
Varisela pada KehamilanVarisela pada Kehamilan
Varisela pada Kehamilan
 
Preskas peb
Preskas pebPreskas peb
Preskas peb
 
28 anc neng
28 anc neng28 anc neng
28 anc neng
 
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
 
260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif AKBID PARAMATA RAHA
 
STASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.ppt
STASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.pptSTASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.ppt
STASE 1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA.ppt
 
Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41
Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41
Oligohidroamnion pada pasien hamil post mature 41
 
Cbd kpd
Cbd kpdCbd kpd
Cbd kpd
 
IMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptx
IMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptxIMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptx
IMAILATUL YULIA asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny L.pptx
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensifManajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensifManajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
Manajemen asuhan kebidanan antenatal komprehensif
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
 

Recently uploaded

Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdfVaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
ShaoranAulia1
 
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docxLAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
YuniAfridaniHasibuan
 
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatanLp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
jeanlomirihi1
 
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptxPPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
kartikaoktarini
 
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.pptPenanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
SuryaniAnggun2
 
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 202425 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
SriyantiSulaiman
 
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
GregoryStevanusGulto
 
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmaskesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
IrmaFitriani7
 
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.pptPencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Rizkiyahnovianti
 
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdfPanduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
AbdulWahid24425
 
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah staselp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
jeanlomirihi1
 
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptxPMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
kartikaoktarini
 
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdfBuku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
SIMRS Cendana
 

Recently uploaded (13)

Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdfVaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
Vaskularisasi sistem konduksi jantung.pdf
 
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docxLAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
LAPORAN AUDIT INTERNAL UKM PKM PP 1.docx
 
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatanLp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
 
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptxPPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
PPT TUMBUH KEMBANG ANAK-BAYI DAN BALITA.pptx
 
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.pptPenanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
 
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 202425 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
 
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.pptx
 
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmaskesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
kesehatan reproduksi remaja PPT oleh puskesmas
 
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.pptPencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
Pencegahan Penyakit_Rizkiyah Novianti.ppt
 
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdfPanduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
Panduan 25 Keterampilan Dasar Kader posyandu.pdf
 
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah staselp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
 
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptxPMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
PMBA 6-23, IBU HAMIL,IBU MENYUSUISUI.pptx
 
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdfBuku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
 

Case 2 blighted ovum (autosaved)

  • 1. LAPORAN KASUS G3P0A2 hamil 39 minggu dengan Suspek IUGR dan Riwayat Blighted Ovum Disusun Oleh: Fedora Jolie 112018166 Pembimbing: dr. Edward Aipassa, Sp.OG KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUD CENGKARENG UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA Periode 1 Juli-7 September 2019
  • 2. KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF OBSTETRI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG IDENTITAS PASIEN Nama: Ny. WMW Nama suami: Tn. MI Umur: 25 tahun Pekerjaan: Ibu rumah tangga Status Perkawinan: Menikah Umur: 30 tahun Pekerjaan: Karyawan Swasta Status Perkawinan: Menikah Pendidikan: D1 Pendidikan: SMA Agama: Islam Agama: Islam Suku/Bangsa: Sunda Suku/Bangsa: Sunda Alamat: Jln. Sumur Bor 004/012 no 148 Alamat: Jln. Sumur Bor 004/012 no 148 A. ANAMNESIS Datang ke IGD RSUD Cengkareng Tanggal: 11 Juli 2019 Jam: 23:15 WIB Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 12 Juli 2019 Keluhan Utama Perempuan usia 25 tahun G3P0A2 gravida 39 minggu datang dengan dirujuk karena suspek IUGR dan mules jarang. Riwayat Penyakit Sekarang Perempuan usia 25 tahun G3P0A2 datang dengan rujukan dari Puskesmas Kalideres dengan keluhan suspek Intrauterine growth restriction yang terdapat pada hasil USG berat badan janin menurun 200 gram dari 2650 gram menjadi 2472 gram. Keluhan mulas jarang, gerakan janin (+), keluar air ketuban (-), darah (-), dan lendir (-). Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan Nama Mahasiswa : Fedora Jolie Tanda Tangan NIM : 112018166 Dr. Pembimbing : dr. Edward Aipassa, Sp. OG ............................. .........................
  • 3. pertama. Awalnya pada hasil USG tanggal 24 Mei 2019 pada usia kehamilan 32 minggu terdapat berat badan janin 1825 gram lalu mengalami kenaikan berat badan janin pada pemeriksaan usia kehamilan 35 minggu menjadi 2402 gram. Kemudian mengalami kenaikan menjadi 2650 gram. Lalu pada pemeriksaan usia kehamilan 39 minggu tiba-tiba mengalami penurunan sekitar 200 gram pada hasil USG menjadi 2472 gram. Pasien selama hamil tidak ada mengalami keluhan pusing, nyeri perut dan lemas. Pasien selalu mengkonsumsi vitamin selama hamil. Namun pasien mengatakan selama kehamilan merasa hilang nafsu makan. Riwayat Menstruasi Menarche : 11 tahun, hanya tedapat 3 titik darah pada pembalut kemudian tidak menstruasi lagi sampai usia 13 tahun. Siklus : Tidak teratur Lama : 7 Hari Ganti pembalut : sebanyak 2 kali/hari HPHT : 11 Oktober 2018 Taksiran Persalinan : 18 Juli 2019 Riwayat Persalinan No Tahun Persalinan Tempat persalinan Umur hamil Jenis Persa linan Penolong Persalinan Penyulit JK BB Hidup/ Mati 1. 2018 Februari RS Hermina 12 minggu Blighted Ovum 2. 2018 Juli RS Hermina 12 minggu Abortus 3. Hamil ini RSUD Cengkareng 39 minggu SC Dokter Tidak ada P 2400 gr Hidup Keterangan: P: Perempuan
  • 4. Riwayat Pernikahan Perkawinan : 1 kali Menikah usia pertama kali : 23 tahun Lama menikah saat ini : 2 tahun Riwayat KB ( - ) Pil KB ( - ) Suntikan ( - ) Susuk KB ( - ) Lain-lain: kondom ( - ) IUD Riwayat Penyakit Dahulu Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan pertama. Pada bulan desember 2017 pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami keluhan/ gejala yang sama seperti ibu hamil, yaitu mual, muntah, mulas yang sering, keluar darah (+), air ketuban (-), lendir (-). Pasien mengetahui blighted ovum ketika pasien melakukan pemeriksaan usia kehamilannya. Pada hasil USG terdapat gambaran gestasional sac. Pasien mengaku sebelum melakukan pernikahan, pasien belum melakukan pemeriksaan premarital. Keluhan demam, nyeri perut disangkal. Setelah itu, pasien melakukan kuratase hisap pada usia kehamilan 12 minggu di RS Hermina. Riwayat Penyakit Keluarga Terdapat anggota keluarga yang mengalami blighted ovum yaitu kakak iparnya. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan Selama hamil ini, pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan Puskesmas Kalideres. Riwayat Alergi 1. Debu atau cuaca tidak ada 2. Makanan tidak ada 3. Obat tidak ada
  • 5. Riwayat Pemakaian Obat Pasien hanya mengkonsumsi vitamin selama kehamilan. Riwayat Kebiasaan 1. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol 2. Suka makan makanan yang asam seperti nanas 3. Pasien mengaku memelihara kucing dirumah 4. Suami merokok Riwayat Gizi Pasien makan tidak teratur, kadang dua kali kadang tiga kali sehari. Jumlah cukup. Pemeriksaan Fisik Dilakukan di Rambutan Pasca Operasi 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Compos Mentis 3. Berat badan awal : 69 kg Berat badan sekarang : 79 kg Tinggi badan : 150 cm 4. Vital sign Tekanan Darah : 125/80 mmHg Nadi : 94 x/menit Respiration Rate : 20 x/menit Suhu : 37 0C Status gizi : Baik Sianosis : Tidak ada 5. Status generalis Pemeriksaan kepala Kepala dan Wajah Kepala normocephali, simetris. Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan terdistribusi merata.
  • 6. Mata Konjungtiva : Tidak anemis, tidak ikterik Sklera : Putih Telinga Discharge (-), deformitas (-) Hidung Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-) Kulit Warna : Sawo matang Jaringan parut : Tidak ada Pertumbuhan rambut : Merata Suhu raba : Hangat Keringat : Umum Lapisan lemak : Merata Effloresensi : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada Pembuluh darah : Tidak melebar Lembab/kering : Lembab Turgor : Baik Ikterus : Tidak ada Edema : Tidak ada Kelenjar getah bening Submandibula : tidak teraba membesar Supraklavikula : tidak teraba membesar Lipat paha : tidak teraba membesar Leher : tidak teraba membesar Ketiak : tidak teraba membesar Sensorik Penglihatan : Normal
  • 7. Pendengaran : Normal Penciuman : Normal Kognitif : Orientasi penuh Leher Tekanan vena Jugularis (JVP) : Tidak dilakukan karena bukan indikasi Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar Kelenjar limfe : Tidak teraba membesar Thorax Bentuk : Normal Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran Paru-Paru Depan Belakang Inspeksi Kanan Simetris pada keadaan statis dan dinamis Kiri Simetris pada keadaan statis dan dinamis Palpasi Kanan Sela iga normal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, fremitus normal Kiri Sela iga normal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, fremitus normal Perkusi Kanan Sonor di seluruh lapang paru Kiri Sonor di seluruh lapang paru Auskultasi Kanan Suara nafas vesikuler, Ronkhi dan Wheezing negatif Kiri Suara nafas vesikuler, Ronkhi dan Wheezing negatif Jantung Inspeksi Ictus cordis tidak tampak Palpasi Ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra sela iga IV Perkusi Batas Atas Linea parasternal sinistra sela iga II Batas Kiri 1 cm sebelah medial linea midklavikula sinistra, sela
  • 8. iga IV Batas Kanan linea sternalis dextra sela iga IV Auskultasi Katup Aorta BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif KatupPulmonal BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif Katup Mitral BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif KatupTrikuspid BJ I dan BJ II reguler, gallop negatif, murmur negatif Ekstremitas Tungkai : Simetris Edema : tidak ada Cara berjalan : Normal Mobilisasi (aktif/pasif) : Aktif Pemeriksaan payudara Bentuk dan ukuran : Kanan dan kiri simetris Puting susu : Menonjol Pengeluaran : Tidak ada Kebersihan : Cukup Kelainan : Tidak ada Pemeriksaan obstetrik a. Pemeriksaan luar Inspeksi : Membuncit (+) bekas luka operasi (+) Palpasi TFU : 2 jari dibawah umbilikus Leopold I : tidak dilakukan Leopold II : tidak dilakukan Leopold III : tidak dilakukan Leopold IV : tidak dilakukan Auskultasi : tidak dilakukan
  • 9. b. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan Dalam : Tidak Dilakukan Status Keadaan Bayi 1. Berat badan 2400 gram 2. Jenis kelamin: perempuan 3. Tinggi badan: 47 cm 4. Anus (+) 5. Kelainan bawaan (-) 6. Apgar score 8/9 Status bayi : NCB-KMK 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Hasil Satuan Nilai Rujukan Hb 12 g/dl 11.7-15.5 Ht 36 % 35-47 Leukosit 16.8 103/uL 3.6-11.0 Trombosit 319 103/uL 150-440 Golongan Darah B Rhesus + Hemostasis Masa perdarahan 2 menit PT Pasien 12.5 detik Kontrol 12.9 detik INR 0.91 APTT Pasien 30.9 detik Kontrol 33.4 detik Kimia Klinik Glucosa Sure Step 112 mg/dl
  • 10. Pemeriksaan USG selama Kehamilan Tanggal 24 Mei 2019 Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus / BPD 7.99 cm/ AC 24.9 cm / FL 5.83 cm / EFW 1825 g/ GA 32 w Tanggal 15 Juni 2019 Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus/ perempuan/ BPD 8,59 cm/ AC 29.72 cm / FL 5.83 cm / EFW 2402 g/ GA 35 w
  • 11. Tanggal 28 Juni 2019 Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus/ BPD 8.74 cm/ AC 30.94 cm / FL 6.44 cm / EFW 2650 g/ GA 35 w Tanggal 11 Juli 2019 Hasil USG: Janin tunggal hidup/ presentasi kepala/ ICA cukup/ plasenta fundus/ BPD 8.52 cm/ AC 30.32 cm / FL 6.71 cm / EFW 2472 g/ GA 39 w
  • 12. RINGKASAN (RESUME) Perempuan usia 25 tahun G3P0A2 datang dengan rujukan dari Puskesmas Kalideres dengan dirujuk karena suspek Intrauterine growth restriction (IUGR) yang terdapat pada hasil USG berat badan janin menurun 200 gram dari 2600 gram menjadi 2400 gram. Keluhan mulas jarang, gerakan janin (+), keluar air ketuban (-), darah (-), dan lendir (-). Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan pertama. Terdapat anggota keluarga yang mengalami blighted ovum yaitu kakak iparnya. Di rumah pasien memelihara kucing. Selama hamil, Pasien makan tidak teratur, kadang dua kali kadang tiga kali sehari. Diagnosis kerja - G3P0A2 hamil 39 minggu, Janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan suspek IUGR + DJJ irregular - Riwayat Blighted Ovum pada kehamilan pertama Penatalaksanaan Cedantron 4 mg Cefadroxil 2 x 200 mg tab Cefotaksim 3 x 1 gr injeksi Remopain 30 mg Pemeriksaan yang Dianjurkan Darah lengkap, Urin lengkap Edukasi Pasien 1. KIE ibu dan keluarga tentang kondisi janin 2. Tirah baring 3. Diet tinggi kalori tinggi protein 4. Menjaga hygiene alat reproduksi Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam Ad fungsionam: Dubia ad bonam
  • 13. Ad sanationam: Dubia ad bonam Follow Up Tanggal 13 Juli 2019 Post SC S: Keluhan (-), ASI (+) sedikit , Flatus (-), mobilisasi (+) O: Keadaan umum cukup Kesadaran compos mentis TD 120/80, N 88x/menit reguler kuat, RR 16x/menit, Suhu : 36,5oC Pemeriksaan palpasi TFU : 2 jari dibawah pusat Vulva/vagina : fluksus (-) Kontraksi uterus (+) A: P1A2 dengan suspek IUGR + riwayat blighted ovum P: 1. Diet TKTP 2. Mobilisasi bertahap 3. KIE ASI eksklusif 4. Cefadroxil 2 x 200 mg
  • 14. BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat yaitu angka kematian bayi. Menurut WHO angka kematian bayi terus meningkat mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Penyebab utama tingginya angka kematian bayi ini, khususnya pada masa perinatal adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Di negara berkembang, BBLR terutama disebabkan oleh hambatan pertumbuhan janin atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR) karena kekurangan gizi selama kehamilan. IUGR adalah salah satu penyebab terjadinya kesakitan dan kematian perinatal. Prevalensi kejadian IUGR di negara berkembang 40 % lebih tinggi dari negara maju. IUGR memberikan efek jangka pendek berupa peningkatan resiko kematian janin, neonatus dan bayi, gangguan pertumbuhan setelah lahir, gangguan fungsi kekebalan dan perkembangan intelektual. IUGR adalah janin yang berat badannya sama atau kurang dari 10 persentil yang tidak mencapai pertumbuhan optimal karena terhambat oleh faktor maternal, fetal, dan plasenta. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) disebut juga Small for Gestational Age (SGA) mewakili kejadian IUGR atau pertumbuhan janin terhambat. Bayi dengan SGA merupakan bayi yang berat badannya di bawah presentil ke-10 untuk usia gestasinya. Bayi seperti ini terbukti mengalami resiko kematian neonatal. IUGR dan SGA seringkali disamakan, walaupun berhubungan, mereka bukanlah sinonim. SGA menggambarkan bayi yang beratnya lebih rendah dari pada populasi normal atau lebih rendah dari penentuan cut off berat badan. Selain itu, pada setiap usia kehamilan seing terjadi perdarahan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus mengetahui akibat dari perdarahan yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.1 Perdarahan pada kehamilan muda sering disebut abortus. Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
  • 15. 500 gram.1 Blighted ovum merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi pada awal kehamilan yang disebut juga dengan anembryonic pregnancy. Seorang wanita yang mengalami blighted ovum juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan maupun pemeriksaan laboratorium hasilnya pun positif. 2 Kasus blighted ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena blighted ovum terjadi sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa ketika mereka sedang hamil, mereka menderita blighted ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.2,3 Pada kehamilan dengan blighted ovum, kantung uterus akan berhenti perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, terjadi keguguran atau pengeluaran produk kehamilan. Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan keluarnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi, janin memang tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami mengeluarkannya.2,4
  • 16. BAB I TINJAUAN PUSTAKA I. Pertumbuhan intrauterin terhambat (IUGR) 1.1 Definisi Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu bentuk deviasi atau reduksi pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses patologi yang menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya. 2 Defenisi IUGR yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat badan lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang disesuaikan dengan usia kehamilan. 2 1.2 Klasifikasi Terjadinya IUGR dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok : 1. IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional) Pada IUGR tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya proliferasi seluler semua organ janin. IUGR tipe-1 ditandai dengan berat badan, lingkar kepala dan panjang badan berada dibawah persentil 10. IUGR simetris ini terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka kejadian kira – kira 20 – 30 % dari seluruh bari IUGR. 2. IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional) IUGR tipe-2 terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan energi, sehingga sebagian besar energi digunakan langsung untuk mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung). Hal ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. IUGR asimetris mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil. IUGR tipe-2 memiliki berat badan yang kurang dari persentil ke-10, sedangkan ukuran kepala dan panjang badan normal. IUGR asimetris terjadi pada trimester terakhir, yang disebabkan karena terjadinya
  • 17. penurunan kecepatan pertumbuhan. 3. IUGR Kombinasi Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal, sedikit pengurangan jaringan lunak. Jika malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan parah, janin mungkin akan mengalami kemampuan untuk kompensasi sehingga terjadi peralihan dari IUGR kombinasi menjadi IUGR tipe simetris. Simetris Asimetris Insidensi 20 – 30 % Insidensi 70 – 80 % Terjadi pada trimester ke-1 & ke-2 Terjadi pada trimester ke-3 Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari abdomen Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta Komplikasi neonatus, prognosis buruk Biasanya keadaan neonatus agak buruk dan membaik bila komplikasi dihindari atau diterapi secara adekuat. 1.3 Etiologi Tiga penyebab utama IUGR adalah masalah pada ibu, janin, dan plasenta. 1,2,3,5 Faktor maternal. Beberapa faktor demografi ibu berhubungan dengan IUGR. Wanita pada usia reproduksi ekstrim, terutama usia muda ibu, memiliki peningkatan risiko untuk IUGR. Demikian pula ibu lanjut usia berhubungan dengan berat badan lahir rendah. Ras ibu, status sosial ekonomi rendah, dan tinggal di negara berkembang sebagai faktor risiko IUGR. Wanita dengan status sosial ekonomi rendah dan mereka yang tinggal di negara- negara berkembang umumnya memiliki status gizi miskin, anemia, perawatan prenatal yang buruk dan masalah penyalahgunaan obat, yang mempengaruhi pertumbuhan janin. Berat badan ibu saat bersalin, berat badan sebelum hamil rendah, dan pertambahan berat badan yang buruk selama kehamilan berhubungan positif dengan peningkatan risiko IUGR. Tidak jelas apakah terjadi kekurangan asupan kalori atau nutrisi tertentu (misalnya, glukosa, seng, folat) mengakibatkan IUGR. Beberapa faktor risiko lingkungan dan perilaku yang diketahui menyebabkan IUGR. Wanita yang berada di daerah dataran tinggi yang mengalami hipoksia kronis, menghasilkan berat
  • 18. lahir rendah. Penelitian yang dilakukan di Colorado, Peru, dan Tibet menunjukkan hubungan langsung dari dataran tinggi dan berat badan lahir rendah. Merokok saat hamil 3,5 kali lipat peningkatan risiko SGA dibandingkan dengan bukan perokok. Sampai dengan 19% dari berat badan jangka lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan merokok selama kehamilan. Merokok berat (> 15 rokok sehari) dan merokok selama kehamilan, terutama di trimester ketiga, berhubungan dengan berat lahir rendah. Berhenti merokok pada kehamilan dapat mencegah 17% dari kelahiran BBLR. Wanita lebih mungkin untuk berhenti selama kehamilan, oleh karena itu, ibu hamil harus didorong untuk berhenti merokok, setiap waktu dalam kehamilan, dan sedini mungkin. Sebuah studi oleh MacArthur et al. menunjukkan bahwa berat badan lahir bayi lahir untuk wanita yang berhenti merokok sebelum usia kehamilan 16 minggu adalah sama dengan bayi lahir dari wanita yang tidak pernah merokok. Sindrom alkohol janin umumnya terkait dengan IUGR. Penggunaan narkoba ibu telah dikaitkan dengan peningkatan kejadian SGA bayi pada ibu dengan heroin 50% dan kecanduan kokain 30%. Paparan berbagai obat-obatan, seperti warfarin, antikonvulsan, agen antineoplastik, dan acid antagonists folat (Seperti trimetoprim- sulfametoksazol, fenobarbital), dapat mengakibatkan IUGR. Jarak kehamilan terlalu dekat dikaitkan dengan IUGR. Teknik reproduksi buatan (ART) dan infertilitas merupakan faktor risiko independen IUGR. Ada yang beberapa bukti bahwa superovulasi dapat mempengaruhi metilasi DNA, menyebabkan perubahan pencetakan, yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Bayi tunggal yang dihasilkan dari fertilisasi in vitro (IVF) dan superovulasi tanpa ART berada pada risiko tinggi untuk BBLR dan SGA dibandingkan dengan ada pengobatan; Namun, hubungan itu ditemukan dalam kehamilan kembar. Beberapa kondisi penyakit ibu lainnya yang terkait dengan IUGR. Ini penyebab ibu dari IUGR umumnya adalah terkait dengan berkurangnya aliran darah uteroplasenta, kekurangan oksigen, atau penurunan nutrisi ke janin. Kondisi sistemik ibu, seperti hipertensi kronis, preeklamsia, diabetes pregestational, insufisiensi ginjal kronis, sistemik lupus erythematosus (SLE), sindrom antifosfolipid (APS), dapat mempengaruhi mikrosirkulasi janin dan dengan demikian penurunan perfusi janin, menyebabkan hipoksia dan IUGR. Insufisiensi uteroplasenta berhubungan dengan preeklampsia dapat disebabkan oleh kegagalan invasi trofoblas pada segmen miometrium arteri spiralis, menyebabkan kegagalan dilatasi pembuluh, atherosis, oklusi, dan infark. Diabetes dapat menyebabkan hiperglikemia berhubungan dengan kerusakan lapisan endotel sistem mikro dan makrovaskular dan perubahan struktural dalam arteri desidua plasenta, sehingga menyebabkan hipoperfusi dan pembatasan pertumbuhan janin pada perempuan diabetes.
  • 19. Penyakit ginjal (sindrom nefrotik, gagal ginjal kronis, transplantasi ginjal, hemodialisis), penyakit autoimun (SLE), dan thrombophilias diperoleh APS terutama anticardiolipin antibodi (ACA) telah dikaitkan dengan IUGR. Sebaliknya, thrombophilias warisan tidak terkait dengan IUGR. Hipoksemia ibu kronis akibat penyakit paru (asma tidak terkontrol, PPOK, fibrosis kistik), jantung (penyakit jantung bawaan sianotik, gagal jantung, atau gangguan hematologi (anemia berat, sel sabit anemia, b-thalassemia, penyakit H hemoglobin) dikaitkan dengan pertumbuhan janin terhambat. kekurangan gizi ibu dan kondisi gastrointestinal (seperti penyakit Crohn, ulcerative colitis, dan operasi bypass gastrointestinal) dapat menyebabkan berat lahir rendah karena penurunan nutrisi janin. Kekurangan protein atau pembatasan dapat dikaitkan dengan IUGR simetris. Faktor Janin. Faktor janin dapat bervariasi dari penyebab genetik, bawaan malformasi, infeksi janin, atau penyebab lainnya, termasuk kehamilan kembar. Penyebab genetik dapat berkontribusi 5-20% pada IUGR, terutama pada gangguan pertumbuhan janin di awal kehamilan. Genetik menyebabkan berbagai kelainan lebih lanjut, seperti kelainan kromosom, misalnya, trisomi 21, 18, 13, dan 16. Dari jumlah tersebut, trisomi 18 paling sering berhubungan dengan IUGR berat dibandingkan dengan trisomi 21 atau 13. Trisomi 16 dikenal sebagai kelainan kromosom mematikan di nonmosaic state; Namun, dengan adanya mosaicism plasenta, trisomi 16 dapat mengakibatkan IUGR. Kelainan autosom, termasuk penghapusan kromosom 4 (wolf- Hirschhorn syndrome), 5 (Cri du chat sindrom), dan perubahan struktural cincin kromosom13, 18, semuanya berhubungan dengan IUGR. Kelainan kromosom lain terkait dengan IUGR termasuk disomy uniparental dari kromosom 6, 14, dan 16. Kelainan kromosom seks, termasuk penghapusan kromosom X mengakibatkan sindrom Turner (45XO), tambahan atau hilang kromosom seks juga telah dikaitkan dengan IUGR. Gangguan gen tunggal, seperti sindrom Cornelia de Lange, sindrom Russell silver, anemia Fanconi, sindrom Bloom dan beberapa displasia skeletal, berhubungan dengan IUGR. Faktor genetik lainnya termasuk polimorfisme gen matriks metaloproteinase 2 C-1306 gen T pada gen LRP8 janin dan ibu, detoksifikasi enzim gen CYPP1A1 ibu, dan mutasi pada gen insulin-like growth factor. Cacat bawaan, termasuk Penyakit jantung bawaan, hernia diafragma, cacat dinding perut (Omphalocele, gastroschisis), agenesis ginjal atau displasia, anencephaly, dan arteri umbilikalis tunggal, terkait dengan IUGR. Infeksi menyumbang kurang dari 5% dari IUGR. Infeksi umumnya terjadi meliputi virus (rubella, CMV, herpes, varicella, herpes zoster, HIV) dan infeksi parasit (toksoplasmosis, sifilis, malaria). Infeksi bakteri cenderung menjadi etiologi IUGR; Namun,
  • 20. klamidia, mikoplasma, listeria,dan tuberkulosis telah dilaporkan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Etiologi infeksi yang paling umum dari IUGR di negara maju adalah CMV. Mekanisme gangguan pertumbuhan janin karena CMV adalah hasil dari sitolisis dan hilangnya fungsi sel di berbagai sistem organ dalam janin. Di negara-negara berkembang, khususnya sub- Sahara Afrika, IUGR biasanya karena Malaria dalam kehamilan. Infeksi malaria pada kehamilan yang menyebabkan berat badan lahir rendah dan IUGR sekunder karena oksigen dan transfer gizi ke janin yang buruk akibat dari penghancuran sel darah merah dan malaria plasenta, yang dihasilkan dari terinfeksi RBC oleh plasmodium menyebabkan obstruksi pembuluh darah. Virus, infeksi parasit, dan bakteri lain yang berhubungan langsung dengan kerusakan sel, atau bagian transplasenta menyebabkan infeksi janin, atau insufisiensi vaskuler plasenta. Beberapa kehamilan diketahui mengalami pertumbuhan janin terhambat sebagai salah satu komplikasi yang umum hingga 3% dari semua kasus IUGR. Risiko lima kali lipat sampai sepuluh kali lipat lebih tinggi pada kehamilan ganda dibandingkan dengan kehamilan tunggal dengan kejadian 15-30% pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan ganda. Risiko pertumbuhan janin terhambat tergantung pada berbagai faktor, termasuk jumlah janin, korionisitas, anomali kongenital atau kelainan tali pusat, seperti Insersi Velamentosa, tidak merata berbagi plasenta pada kehamilan ganda. Kehamilan ganda memiliki tingkat pertumbuhan yang sama dengan tunggal sampai kehamilan 30- 32 minggu, setelah itu kecepatan pertumbuhan lingkar perut, panjang femur, dan diameter biparietal tercatat menurun. Gangguan pertumbuhan 15-25% atau lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas neonatal dan kematian. Faktor plasenta. Insufisiensi plasenta pada banyak kasus IUGR mempengaruhi hingga 3% atau lebih dari semua kehamilan. Patogenesis IUGR tidak didefinisikan dengan baik; cacat pada sirkulasi dan transportasi plasenta dapat mempengaruhi transportasi gizi ke janin, sehingga terjadi IUGR. Massa dan fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan IUGR. Gangguan imunologi pada ibu-janin dapat mengakibatkan IUGR. Aktivasi dendritik sel (DC) ibu-janin memberikan kontribusi respon imun yang optimal pada desidua untuk mendukung perkembangan janin-plasenta. DC ini bisa dengan mudah diakses dalam darah perifer dan status aktivasi mereka dapat ditentukan pada kehamilan normal. Sebuah studi terbaru oleh Cappelletti et al. mencatat penurunan jumlah DC yang beredar, terjadi kurang aktivasi DC pada kehamilan menyebabkan IUGR, dibandingkan dengan kehamilan yang sehat normal. Abnormal implantasi, seperti plasenta previa, bisa menghasilkan nutrisi suboptimal bagi janin. Penyebab umum lainnya termasuk placental abruption, akreta plasenta, infark plasenta,
  • 21. pemusnahan vili janin, plasenta sirkumvalata, dan hemangioma plasenta. Mosaicism plasenta, satu arteri umbilikalis, dan Insersi Velamentosa juga dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat. Tumor plasenta yang sangat langka, seperti chorioangioma, dapat mengurangi aliran uteroplasenta, yang dapat mengganggu pertumbuhan janin. Villitis kronis etiologi yang tidak diketahui dapat dikaitkan dengan IUGR. II. 1.4 Patofisiologi Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan oleh tiga kemungkinan yaitu gangguan fungsi plasenta, faktor ibu; dimana berkurangnya suplai oksigen atau asupan gizi, faktor janin; dimana penurun kemampuan janin untuk menggunakan asupan gizi. Plasenta memainkan peranan penting dalam dua kategori yang pertama. Perkembangan abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili – vili plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris. Pada plasenta dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi sitotrofoblas yang dangkal pada rahim dan diferensiasi sitotrofoblas yang abnormal. Kegagalan invasi sitotrofoblas ini akan mencegah remodeling desidual distal menyebabkan berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta, hipoksia plasenta setempat yang akan mengakibatkan terjadinya IUGR. Disfungsi vili plasentayang disebabkan oleh apoptosis pada trofoblas, stress oksidatif, infark dan kerusakan sitokinin akan mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada plasenta, sehingga menghambat pemulihan dari plasenta.3 1.5 Diagnosis Skrining dan diagnosis IUGR:2 1. Menentukan usia kehamilan dengan akurat. Usia kehamilan yang akurat dapat ditentukan dengan memastikan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Namun pada siklus yang tidak teratur, HPHT menjadi tidak akurat. Jika demikian dapat digunakan ultrasonografi (USG). USG yang dilakukan lebih awal antara usia kehamilan 13-24 minggu akan memberikan hasil lebih akurat. 2. Palpasi abdomen untuk menetukan tinggi fundus uteri setiap kunjungan antenatal. Kemampuan mendeteksi berat janin dengan palpasi terbatas. Apakah ada SGA atau IUGR, managemen pengelolaan harus didiskusikan dengan tim kebidanan. Tindak lanjut dengan pemeriksaan USG mungkin diperlukan. 3. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU). Pengukuran TFU dilakukan dengan mengukur jarak sumbu panjang abdomen dari puncak fundus hingga pinggir atas simfisis dengan
  • 22. sentimeter. Perbedaan kurang lebih dari 2-3 cm dapat diduga karena janin yang kecil / besar untuk usia kehamilan, kehamilan ganda, atau HPHT yang tidak akurat. Penyebab lainnya adalah kehamilan mola, polihidramnion / oligohidramnion, letak oblik atau melintang. Hasil pengukuran TFU pada usia kehamilan antara 20-34 minggu kehamilan berkorelasi erat dengan pengukuran dalam sentimeter, namun obesitas telah terbukti merusak keakuratan pengukuran ini. Juga menjelang akhir kehamilan pengukuran menjadi kurang akurat karena turunnya bagian presentasi janin ke panggul ibu. TFU harus selalu diukur setiap kunjungan antenatal setelah usia kehamilan 20 minggu dalam sentimeter. Jika terjadi perbedaan ukuran lebih dari 2-3 cm dari yang seharusnya, maka bidan harus mendiskusikannya dengan tim kebidanan yang lain. Pengukuran TFU adalah prosedur yang sederhana, murah, dan banyak digunakan selama asuhan antenatal. Tujuan utama dari pengukuran TFU adalah deteksi janin yang mengalami gangguan pertumbuhan, mendeteksi kehamilan ganda dan janin yang besar. Dalam banyak literatur, pengukuran TFU telah diganti dengan penilaian klinis ukuran janin dengan palpasi abdomen karena yang terakhir telah dilaporkan sensitifitas TFU tidak terlalu baik, dalam penelitian observasional selama asuhan antenatal rutin, dalam mendeteksi janin yang kecil berdasarkan usia kehamilan hanya mampu mendeteksi antara 30% dan 50%. 4,6 4. Pemeriksaan USG pada janin suspek SGA. Pemeriksaan biometri. Jika diperoleh hasil suspek SGA atau IUGR pada pengukuran TFU, pemeriksaan USG diperlukan. USG menentukan pengukuran head circumference (HC), biparietal diameter (BPD), femur length (FL), dan abdominal circumference (AC) dapat digunakan untuk menentukan taksiran berat janin menggunakan satu atau beberapa formula sekaligus mulai kehamilan 14 minggu menggunakan pedoman AIUM. Formula Hardlock adalah metode yang paling banyak diterima, meskipun pengukuran AC saja cukup akurat dan penting jika kepala janin sulit diukur. Penting diperhatikan bahwa semua metode biometry dapat menilai taksiran berat janin dengan signifikan error 10% sampai 15%, khususnya pada dua ukuran yang sangat berbeda. Umumnya, pengukuran taksiran berat janin pada batas normal rentang 10% sampai 90% kecuali IUGR dengan false negative < 10%. Ada parameter USG lainnya, seperti AC saja, rasio HC / AC, rasio FL / AC, dan indeks Ponderal (PI), yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi IUGR janin. Itu HC / rasio AC dan rasio FL / AC dapat memprediksi secara akurat asimetris IUGR berhubungan dengan insufisiensi plasenta, oleh karena itu, dapat digunakan sebagai
  • 23. parameter untuk skrining kehamilan berisiko tinggi di mana dicurigai IUGR. PI janin dihitung dengan menggunakan sonographically berasal EFW dan FL pengukuran. Indeks ini lebih berguna untuk mendiagnosis IUGR pada bayi baru lahir.2,8 Pemeriksaan volume cairan amnion (AFV). Pemeriksaan cairan amnion adalah bagian integral dalam pemeriksaan USG untuk menilai pertumbuhan janin. Volume cairan amnion dapat dilaporkan dalam empat kuadran Amniotic Fluid Index (AFI). Volume cairan amnion yang rendah dapat ditemukan pada kehamilan lebih dari 37 minggu dengan AFI < 5 cm atau dengan maximum vertical pocket < 2 cm. Ketika ditemukan oligohidramnion dan suspek IUGR, maka pemeriksaan dopler umbilical artery diperlukan. Sebaliknya, jika ditemukan kombinasi IUGR dengan polihidramnion (AFI > 25 cm) diduga disebabkan oleh selain plasenta dan janin.2 Pemeriksaan anatomi. Pemeriksaan anatomi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan cacat janin atau fetal aneuploidi.2 5. Pemeriksaan kesejahteraan janin ketika ada janin SGA atau terdiagnosa IUGR. Termasuk biophysical profile (BPP), Doppler artery umbilicalis (studies, and cardiotocography monitoring (CTG) dilakukan sesuai usia kehamilan. IUGR didiagnosis berdasarkan pada penilaian yang akurat pada awal kunjungan, penilaian faktor risiko, diikuti dengan USG untuk pertumbuhan janin. Ada tes tambahan yang terlibat untuk menyingkirkan sebab lain yang mendasari. Diagnosis IUGR dibuat ketika EFW <10% persentil untuk usia kehamilan dihitung dengan pengukuran biometrik. Langkah pertama dalam diagnosis janin dengan pertumbuhan terhambat adalah menentukan tanggal kunjungan dengan tanggal persalinan. Setelah pembentukan tanggal yang akurat, identifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat medis sangat penting untuk mengidentifikasi IUGR. Sebuah riwayat kesehatan yang rinci berguna untuk mengidentifikasi penyakit sistemik ibu, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. penyakit ibu yang kurang terkontrol, seperti hipertensi, penyakit ginjal, diabetes pregestational lama dengan vaskulopati, dan Penyakit sistemik lainnya, dapat berdampak terhadap pertumbuhan janin secara signifikan. Identifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti merokok dan penggunaan narkoba, dapat berguna dalam memberikan intervensi pencegahan. Pemantauan berat badan pada kunjungan prenatal dapat mengidentifikasi gizi ibu. Juga, pengukuran TFU membantu menilai pertumbuhan janin selama kunjungan. Berdasarkan sejarah dan penilaian berbasis risiko, pemeriksaan infeksi, termasuk serologi untuk
  • 24. IgG dan IgM ibu untuk CMV, toksoplasmosis, dan HSV dapat dipertimbangkan. Kekebalan terhadap Rubella juga harus diuji jika tidak dilakukan dengan laboratorium prenatal rutin.1 USG arteri umbilikalis (UA) Doppler di trimester kedua kehamilan berisiko tinggi dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan IUGR kehamilan kemudian. Namun, utilitas rutin di UA Doppler skrining IUGR pada populasi risiko rendah tidak terbukti. UA Doppler dapat digunakan dalam pengelolaan dan tindak lanjut dari janin dengan IUGR. Pola perubahan UA Doppler velocimetry lanjut dapat memprediksi output janin. Penurunan progresif dalam aliran diastolik di UA Doppler mencerminkan tahanan plasenta meningkat, dan pembalikan dalam UA Doppler dapat dilihat setelah 70% dari vili plasenta tersier yang terhambat. Progresif hipoksemia dapat menyebabkan redistribusi aliran darah terpusat ke otak, jantung, dan adrenal. Hal ini menyebabkan peningkatan aliran diastolik di arteri serebri (MCA). Pada tahap lanjutan IUGR, sirkulasi vena sentral dari janin akan terpengaruh. Gelombang Doppler dari ductus venosus (DV) dapat mencerminkan tekanan akhir diastolik di ventrikel kanan dari peningkatan afterload ventrikel kanan. Bentuk gelombang normal DV (menurun, tidak ada, atau terbalik) dapat memprediksi asidemia janin dan peningkatan risiko kematian perinatal. Teknik-teknik invasif, termasuk amniosentesis dan villus sampling pusat (CVS) juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab IUGR. Setelah diagnosis ditegakkan dengan USG sebelum 24 minggu kehamilan dan penyebab IUGR tidak diketahui, amniosentesis harus ditawarkan untuk kariotipe dan pemeriksaan infeksi menular (PCR untuk toksoplasmosis, CMV, HSV). Jika penyebab plasenta dicurigai, biopsi plasenta dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi mosaik plasenta.1
  • 25. Gambar 1 Diagnosis IUGR1 III. 1.6 Penilaian status pertumbuhan intrauterine dengan kurva Lubchenco IV. Pertumbuhan intrauterine dapat dinilai dengan menggunakan kurva pertumbuhan intrauterine menurut Lubchenco. Pertumbuhan intrauterine dapat diklasifikasikan dengan menilai usia gestasi dan menyesuaikan dengan berat lahir, kemudian dipetakan dalam kurva pertumbuhan intrauterine yang telah distandarisasi. Kurva ini membagi kategori bayi atas small for gestational age, appropriate for gestational age, and large for gestational age. Kurva ini berdasarkan ukuran bayi saat lahir, bukan pertumbuhan fetal. Cara menentukan SGA, AGA, atau LGA adalah dengan menentukan titik usia gestasi dengan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Semua kurva pertumbuhan standar disusun berdasarkan riwayat berat lahir bayi yang dilahirkan pada minggu-minggu kelahiran tertentu. Sepuluh persen nilai terbawah dari tiap minggu kehamilan mewakili nilai-nilai yang berada sama dengan atau dibawah persentil ke-10 digolongkan KMK, sedangkan bayi yang memiliki berat lahir pada atau diatas persentil ke-90 digolongkan BMK. V.
  • 26. Gambar 1. Kurva pertumbuhan menurut Lubchenco VI. 1.7 Penatalaksanaan Ketepatan taksiran adalah hal yang esensial dalam menegakkan diagnosis IUGR. Ketepatan taksiran merupakan parameter yang reliable berdasarkan HPHT pada wanita yang siklus menstruasinya teratur. Alternative penilaian menggunakan pemeriksaan USG pada usia 8- 13 minggu kehamilan. Keakuratan USG saat aterm + 3 minggu sesuai umur kehamilannya.3,5 Tahap managemen IUGR:5 1. Obati penyakit ibu 2. Hentikan merokok dan obat-obatan yang merusak 3. Perbaiki nutrisi ibu 4. Anjurkan lebih banyak bedrest Pemeriksaan untuk menilai kesejahteraan janin dan partumbuhan:5 1. Menghitung gerakan janin setiap hari 2. USG pertumbuhan setiap 3 minggu 3. Pemeriksaan USG termasuk volume cairan amnion 4. Non Stress Test (NST) 5. Contraction Stress Test (CST) atau Biophysical Profile (BPP) sebagai back up Waktu persalinan:5 - Pada kehamilan 34 minggu atau lebih: jika hasil pemeriksaan kesejahteraan janin normal dan pertumbuhan janin adekuat, maka pemantauan janin dilanjutkan dan tunggu persalinan hingga aterm. - Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu: jika tidak ada pertumbuhan janin, atau terdeteksi oligohidramnion berat, nilai kematangan paru, lahirkan jika paru matang. - Disamping itu, pemberian kortikosteroid untuk meningkatkan dan memperkirakan kematangan paru. - Persalinan menjadi pilihan WAJIB jika hasil pemeriksaan kesejahteraan janin abnormal - Persalinan menjadi indikasi waktu segera dilakukan jika absence end-diastolic flow (EDF) dan hasil pemantauan yang lain abnormal. Absence end-diastolic flow (AEDF) dalam penilaian Doppler arteri umbilikalis adalah fitur yang berguna yang menunjukkan stres janin yang mendasari jika terdeteksi pada pertengahan atau akhir kehamilan. Pada awal
  • 27. kehamilan hingga 16 minggu kondisi AEDF adalah normal, namun jika terjadi pada pertengahan atau nahkan akhir kehamilan, ini berarti ada insufisiensi plasenta. Pada kondisi normal, aliran arteri umbilical seharusnya mengalir kontinyu sepanjang siklus jantung, namun pada kondisi insufisiensi plasenta, pada kondisi hipoksia janin terjadi aliran diastolic berkurang, bahkan tidak terlihat aliran diastolic berarti hipoksia janin sudah sangat berat. - Persalinan juga menjadi indikasi segera dilakukan jika tidak ada atau kembali flow regardless hasil pemeriksaan Biophysical Profile (BPP) pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih. BPP adalah teknik pemantauan kesejahteraan janin dengan menggunakan ultrasonografi untuk visualisasi janin dan menggunakan Doppler Ultrasonografi. Terdapat 5 komponen dari profil biofisik yang masing-masing memiliki skor maksmimum 2 sehingga jumlah skor maksimal adalah 10. 4 komponen dari profil biofisik yang diperiksa dengan menggunakan ultrasonografi sederhana untuk visualisasi janin dan lingkungannya:  Gerakan pernafasan janin (fetal breathing movement – FBM)  Gerakan tubuh kasar,  Tonus janin dan  Volume cairan amnion Komponen terakhir adalah fetal cardiotocography (CTG ). Tehnik ini menggunakan ultrasound untuk mencatat frekuensi denyut jantung janin dan respon frekuensi DJJ terhadap gerakan janin serta aktivitas uterus. Janin normal akan respon terhadap gerakan tubuhnya dalam bentuk peningkatan frekuensi denyut jantung. Fenomena ini dicatat pada CTG. Kenaikan frekuensi DJJ diatas nilai dasar sebanyak 15 kali dalam waktu 1 menit ( dpm ) dan berlangsung sekurang kurangnya selama 15 detik normal terlihat pada janin sehat setelah terjadinya gerakan janin ( akselerasi ). Tidak adanya akselerasi mengindikasikan adanya hipoksia janin. Bila DJJ memperlihatkan adanya 2 akselerasi dalam periode 20 menit maka hasil pemeriksaan CTG disebut REAKTIF. Dan tidak adanya akselerasi menunjukkan adanya NON REAKTIF dan situasi ini memerlukan pemeriksaan lanjutan. 8 SKORE REKOMENDASI PENATALAKSANAAN 8 – 10 Ulang satu minggu kemudian. Pada kasus diabetes ( insulin dependen) dan posmatur , ulang 2 kali seminggu . Bukan indikasi untuk
  • 28. melakukan tindakan intervensi 4 – 6 Bila maturasi paru sudah tercapai dan servik sudah matang, lakukan induksi persalinan atau bila tidak lakukan ulangan pemeriksaan 24 jam kemudian. Bila skore tetap 4 – 6 , lahirkan bila maturasi partu sudah tercapai , bila tidak lakukan pematangan paru dengan kortikosteroid dan lahirkan dalam waktu 48 jam kemudian 0 – 2 Pertimbangkan untuk melakukan terminasi kehamilan segera, bila paru belum matang berikan kortikosteroid dan lakukan terminasi kehamilan setelah 48 jam. Tabel 1. Skor Profil Biofisik Persalinan dan Kelahiran5 - Kelahiran harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas perlengkapan yang baik, dengan neonatal intensif care unit (NICU) - Persalinan dengan analgesi epidural - Pada persalinan kala I terus memantau kesejahteraan janin - Melakukan amnioinfussion pada kasus gawat janin, cairan amnion sedikit atau mekonium pada cairan amnion - Lahirkan dengan Vaccum ekstraksi atau forceps untuk mempercepat kala II, seksio caesarea menjadi indikasi jika ada bukti kondisi janin memburuk - Anjurkan pasien tentang teknik yang memadai untuk bantalan - Pemeriksaan plasenta oleh ahli patologi untuk menentukan penyebab IUGR
  • 29. Gambar 3 Penatalaksanaan IUGR3 VII. 1.8 Pencegahan IUGR Beberapa penyebab dari pertumbuhan janin terhambat tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.3 Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah pertumbuhan janin terhambat: 1. Melakukan pola hidup sehat. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang baik kuantitas maupun kualitasnya. Makan makanan yang bervariasi agar kebutuhan nutrisi seimbang
  • 30. terpenuhi. Terdapat tambahan 300 kalori/hari bagi ibu hamil dari kebutuhannya. 2. Menghindari stress selama kehamilan. Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi. 3. Menghindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan. Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter. 4. Melakukan olah raga teratur. Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan. 5. Menghindari alkohol, rokok, dan narkoba. 6. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi pertumbuhan janin terhambat, dapat diketahui sedini mungkin. 7. Deteksi dini jika ada kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Diagnosis segera dan akurat akan membantu memperbaiki hasil kehamilan. II. Blighted Ovum (anembryonic pregnancy) 2.1 Definisi Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan kegagalan perkembangan embrio dimana hasil fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu usia kehamilan). Kantung kehamilan pada kasus blighted ovum terbentuk, namun embrio didalamnya mengalami kegagalan berkembang pada masa awal kehamilan. Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan.10 2.2 Etiologi Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Penyebab pasti dari blighted ovum belum diketahui, namun beberapa faktor dapat mengakibatkan terjadi blighted ovum.10,11 1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma. 2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada masa awal kehamilan berhenti. 3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol 4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada pasangan suami istri meningkatkan risiko penurunan kualitas sperma dan ovum dan semakin banyak seorang istri pernah hamil memperbesar kemungkinan dari terjadinya blighted ovum.
  • 31. 5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, rubella, streptokokus, kelainan imunologis (seperti adanya antibodi terhadap janin), rendahnya kadar beta hCG serta penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol. 2.3 Patofisiologi Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke-4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon- hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi penuruna hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi.11,12 Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon hCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan. 13,14,15 2.4 Manifestasi Klinis Blighted ovum pada awalnya sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda hampir sama dengan kehamilan normal, seperti periode menstruasi terlambat dan tes kehamilan positif. Kehamilan dengan blighted ovum dapat ditemukan perdarahan melalui vagina
  • 32. atau berupa bercak-bercak perdarahan dan terkadang disertai nyeri dibagian perut.12 2.5 Diagnosis Selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, blighted ovum dapat didiagnosis secara pasti dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi pada kasus blighted ovum ditemukan kantung kehamilan dan tidak ditemukan embrio di dalam rahim. USG bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan yolk sac. Untuk itu, bila pada USG pertama didapatkan gambaran seperti ini, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah dan diameter kantung gestasi sudah mencapai 25 milimeter maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik. Bila hasil USG tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk menghindarkan keraguan saat menegakkan diagnosis blighted ovum dilakukan USG ulang 10 hari kemudian.10,11 2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi dilatasi dan kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.8,10 Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis melakukan kerokan pada dinding rahim.8 Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara
  • 33. berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.8,10 Penatalaksanaan post kuretase : 10 a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika diperlukan. b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri. c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan. d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi. 2.7 Pencegahan Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.10 Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit maka ditangani terlebih dulu penyakit tersebut, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.10 III. Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus pada kehamilan muda terjadi kurang dari 20 minggu atau pada berat janin kurang dari 500 gram. Abortus menurut Sarwono 2002 terjadi pada sekitar 10-15% dari kehamilan.8,10,11,12 Salah satu gejala dari abortus adalah perdarahan pervaginam dari bercak darah hingga perdarahan yanga banyak, nyeri perut dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup atau terbuka, dan ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya.5
  • 34. Faktor predisposisi dari abortus mencakup beberapa faktor, antara lain : (1) Faktor janin (fetal), yang terdiri dari kelainan genetik. (2) Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroid, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok, alkoholik, faktor imunologis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum inpartu yang terjadi umumnya pada trimester 2. (3) Faktor dari ayah (paternal), kelainan sperma.8,10,11,12 Terdapat berbagai macam abortus yang diklasifikasi sesuai dengan gejala, tanda dan proses patologi yang terjadi, seperti : 10 a. Abortus iminens Abortus tingkat permulaan yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri yang masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Gejala yang timbul biasanya hanya perdarahan pervaginam. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta telah terjadi pelepasan atau belum. b. Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Pada pemeriksaan USG akan dijumpai pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masi jelas walaupun mungkin sudah tidak tampak normal. c. Abortus Kompletus Keseluruhan dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari 500 gram. Gejala yang tampak berupa semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil yang menyebabkan perdarahan yang terjadi hanya sedikit, dan besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. d. Abortus Inkompletus Sebagian dari hasil konsepsis sudah keluar dari kavum uteri dan sebagian lainnya masih tertinggal. Pada pemeriksaan vagina ditemukan kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Banyaknya perdarahan yang terjadi bergantung pada sisa hasil konsepsi yang belum keluar. Dari pemeriksaan USG biasanya ditemukan pada kavum uteri
  • 35. tampak massa hiperekoik dengan bentuk tidak beraturan. e. Missed Abortion Ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 munggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dsn bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. f. Abortus Habitualis Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. g. Abortus Infeksius Abortus yang disertai adanya infeksi pada genitalia. h. Abortus Anembrionik (Blighted Ovum) Kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal kehamilan walaupun kantung gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini kan berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya kejadian abortus spontan yang berlangsung sekitar 14-16 minggu setelah terjadinya kehamilan. Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan bahwa separuh kasus abortus adalah blighted ovum, yang mana embrionya mengalami degenerasi atau tidak ada pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan ultrasonografi.1
  • 36. BAB III PEMBAHASAN Pada kasus ini pasien dengan G3P0A2 hamil 39 mingu datang ke IGD dirujuk karena suspek Intrauterine growth restriction yang terdapat pada hasil USG berat badan janin menurun 200 gram dari 2600 gram menjadi 2400 gram. Keluhan mulas jarang, gerakan janin (+), keluar air ketuban (-), darah (-), dan lendir (-). Pasien memiliki riwayat blighted ovum pada kehamilan pertama. Pasien selama hamil tidak ada mengalami keluhan pusing, nyeri perut dan lemas. Pasien selalu mengkonsumsi vitamin selama hamil. Namun pasien mengatakan selama kehamilan merasa hilang nafsu makan. Pasien memiliki kucing pelihara dirumah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, tekanan darah 125/80 mmHg, nadi 94x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37°C, berat badan 79 kg, tinggi badan 150 cm, lain-lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium darah pada tanggal 12 juli 2019 : Hb 12 g/dL, Ht 36%, Leukosit 16.800/μL, trombosit 319.000/μL. Pada hasil USG selama masa kehamilan terdapat pada tanggal 24 Mei 2019 pada usia kehamilan 32 minggu terdapat berat badan janin 1825 gram lalu mengalami kenaikan berat badan janin pada pemeriksaan usia kehamilan 35 minggu menjadi 2402 gram. Kemudian mengalami kenaikan menjadi 2650 gram. Lalu pada pemeriksaan usia kehamilan 39 minggu tiba-tiba mengalami penurunan sekitar 200 gram pada hasil USG menjadi 2472 gram. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ditemukan, yaitu terdapat pada hasil USG menunjukkan terdapat taksiran penurunan berat badan dari 2650 gram menjadi 2472 gram. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suspek IUGR yang ditandai dengan menurunnya berat badan janin yang berarti terdapat pertumbuhan janin intrauterine terhambat. Selain itu, pasien juga terdapat riwayat Blighted Ovum pada kehamilan pertama, hal ini dapat disebabkan pasien memiliki kebiasaan memelihara kucing di rumah. Karena itu, faktor resiko pasien dapat mengalami blighted ovum yaitu infeksi dari hewan peliharaan seperti kucing (infeksi toxoplasma ).
  • 37. BAB IV KESIMPULAN IUGR merupakan janin yang berat badannya sama atau kurang dari 10 persentil yang tidak mencapai pertumbuhan optimal karena terhambat oleh faktor maternal, fetal, dan plasenta. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) disebut juga Small for Gestational Age (SGA) mewakili kejadian IUGR atau pertumbuhan janin terhambat. Bayi dengan SGA merupakan bayi yang berat badannya di bawah presentil ke-10 untuk usia gestasinya. DAFTAR PUSTAKA 1. Suhag A, Berghella V. Intrauterine growth restriction (IUGR): etiology and diagnosis. Curr Obstet Gynecol Rep (2013) 2:102–11. 2. Lausman A, McCarthy FP, Walker M, Kingdom J. Screening, diagnosis, and management of intrauterine growth restriction. J Obstet Gynaecol Can 2012;34(1):17–28. 3. Malhotra N, Puri R, Malhotra J, Malhotra N, Pao JP. Maternal-fetal work-up and management in intarauterine growth restriction (IUGR). Donald School J Ultrasound Obstet Gynec. 2010;4(4): 427–32. 4. King Edward Memorial Hospital. Clinical giudelines obstetrics and midwifery: Complication of pregnancy intrauterine growth restriction. 2013. 5. Militello M, Pappalardo EM, Ermito S, Dinatale A, Cavaliere A, Carrara S. Obstetrics management of IUGR. J Prenat Med 2009; 3 (1): 6–9. 6. Neilson JP. Symphysis-fundal height measurement in pregnancy (Review). Cochrane Database of Systematic Reviews 2007, Issue 4. 7. King Edward Memorial Hospital. Clinical giudelines obstetrics and midwifery: Antepartum care measuring fundal height with tape measure. 2001. 8. Preboth M. ACOG guidelines on antepartum fetal surveillanve. Am Fam Physician. 2000 Sep 1;62(5):1184–8. 9. Winkjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono, 2008
  • 38. 10. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGraw- Hill, 2008. 11. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric and Gynecology 10th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins, 2009. 12. Kashevarova et al. Pathogenetic effects early human embryo development. Prague : ESHRE Annual, 2006. 13. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas KEsehatan Dasar dan Rujukan. Edisi 1. Jakarta, Indonesia. 2013 14. Obstetric and Gynecology 10th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61-70 15. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250