1. Fenomena Pengutan
BAHASA INDONESIA
Sisi Positif dan Dampak Negatifnya
Terhadap Bahasa Daerah
Nama : Rivda Safitri
NIM : F31112256
Fakultas : Ilmu Budaya
Jurusan : Sastra Prancis dan Barat
Roman
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -0-
2. I. Pendahuluan
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara mengalami
perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan yang ditempuh oleh bahasa Indonesia tak
terpisahkan dengan perjalanan yang ditempuh oleh bangsa Indonesia dalam meraih cita-cita
kemerdekaan.. Sejalan dengan hal tersebut, sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat
ditinjau dari masa sebelum Indonesia merdeka dan masa sesudah merdeka
Peristiwa bersejarah yang monumental bagi bangsa dan bahasa Indonesia adalah
diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Ikrar Sumpah Pemuda itu
terdiri atas tiga butir yang berbunyi sebagai berikut ;
Pertama ; Kami putra dan putrid Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia
Kedua Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia
Ketiga Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Tampak pada teks di atas bahwa ikrar pertama dan kedua berbeda dengan ikrar yang
ketiga. Ikrar pertama dan kedua berupa pernyataan pengakuan terhadap tumpah darah yang
satu dan bangsa yang satu; sedangkan ikrar yang ketiga tidak berupa pengakuan, tetapi
berupa kebulatan tekad untuk menjunjung bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan atau
ikrar ketiga Sumpah Pemuda tidak dinyatakan “Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbahasa yang satu, bahasa Indonesia melainkan menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Dengan demikian, ungkapan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa yang sering
diucapkan orang tidak sesuai dengan aslinya. Memang kita mengaku satu nusa dan satu
bangsa, tetapi tidak mengaku hanya satu bahasa. Banyak orang salah sangka terhadap ikrar
ketiga Sumpah Pemuda. Bangsa Indonesia tidak berkeinginan hanya memiliki satu bahasa
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -1-
3. dipertegas oleh penjelasan Pasal 36, UUD 1945, yang menyebutkan bahwa bahasa-bahasa
daerah yang dipelihara dengan baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bugis, Bali dan
ratusan bahasa derah lainnya yang tersebar di bagian timur Indonesia), dihormati dan
dipelihara juga oleh negara.
Dalam pada itu, nama “bahasa Indonesia” baru dikenal sejak 28 Oktober 1928, yang
sebelumnya bernama “bahasa Melayu.” Bahasa Melayulah yang mendasari bahasa Indonesia
yang kemudian diangkat menjadi bahasa persatuan. Masalah yang menarik perhatian para
ahli sosiologi bahasa adalah kondisi apa yang memungkinkan bahasa Melayu dipilih dan
disepakati untuk diangkat menjadi bahasa nasional. dan, mengapa bukan bahasa Jawa atau
Sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak dibandingkan dengan bahasa Melayu.
Berikut ini dikemukakan beberapa alasan sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut
diatas.
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan)
selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita. Hal tersebut tidak
terjadi pada bahasa Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan yang
melampaui batas-batas wilayah bahasa lain meskipun jumlah penutur
aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura, ataupun
bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu .masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya
sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing.
4. Bahasa Melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga
mudah dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, dan Madura yang mengenal
tingkat-tingkat bahasa.
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -2-
4. Bahasa Melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antar penutur yang
berasal dari berbagai daerah. Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak
rnenimbulkan perasaan kalah terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan
antar bahasa daerah Sehubungan dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas
kerelaan mereka membelakangkan bahasa ibunya demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni cita-
cita nasional. Hal seperti ini tidak terjadi di negara tetangga kita, misalnya Malaysia,
Singapura, dan Filipina. Bahasa Filipina (Tagalog) yang diangkat menjadi bahasa nasional
mendapat saingan keras dari bahasa Sebuano dan Hokano yang tidak rela bahasa Tagalog
menang. Malaysia mencontoh Indonesia dalam kebijakan bahasa mereka dengan menetapkan
bahasa Malaysia sebagai bahasa persatuan, yang sekarang sudah menjadi bahasa resmi.
Singapura menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan menduduki bahasa
kedua setelah bahasa Inggris.
Dalam pada itu, ada beberapa pendapat berkaitan dengan peristiwa Sumpah Pemuda
yang perlu kita perhatikan. Muh. Yamin, penyusun ikrar Sumpah Pemuda, pada Kongres
Pemuda Indonesia I tahun 1926, menyatakan keyakinannya bahwa bahasa Melayu lambat
laun akan tertunjuk menjadi bahasa pergaulan umum ataupun bahasa persatuan bagi bangsa
Indonesia. Kebudayaan Indonesia di masa yang akan datang akan terjelma dalam bahasa itu.
Selanjutnya dengan tegas dia menyatakan bahwa bahasa yang dahulu dinamakan bahasa
Melayu sekarang sudah dikubur dan hidup menjelma menjadi bahasa Indonesia.
Tiga bulan menjelang diadakan Sumpah Pemuda, tepatnya pada 15 Agustus 1926,
Soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa perbedaan bahasa di antara suku bangsa
Indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu (bahasa
Indonesia) itu tersebar, makin cepat kemerdekaan Indonesia akan terwujud.
Ada pendapat lain, sesudah, diikrarkan Sumpah Pemuda, terutama yang berkaitan dengan
ikrar ketiga, St. Takdir Alisjahbana menjelaskan secara luas apa yang disebut bahasa
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -3-
5. Indonesia. Dia menyatakan, “bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad
tumbuh perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan setelah bangkitnya
pergerakan kebangsaan rakyat Indonesia pada permulaan abad kedua puluh dengan insaf
diangkat dan dijunjung sebagai bahasa persatuan.
Dalam pernyataan itu dengan sengaja dicantumkan kata dengan jiwa untuk
membedakan pengertian antara bahasa yang dahulu disebut bahasa Melayu dengan bahasa
yang sekarang disebut bahasa Indonesia. Selanjutnya, St. Takdir Alisjahbana menyatakan
bahwa bahasa Indonesia itu terusan, sambungan dari bahasa Melayu, tetapi ada bedanya
dengan fase yang dahulu. Bahasa Indonesia itu dengan insaf diangkat dan dijunjung serta
dipakai sebagai bahasa yang memperhubungkan dan mempersatukan rakyat Indonesia.
Sejalan dengan pendapat di atas, H.B. Yassin menyatakan bahwa Sumpah Pemuda
adalah suatu manifesto politik yang juga mengenai bahasa. Penamaan bahasa Melayu dengan
bahasa Indonesia tidak berdasarkan perbedaan dalam struktur dan perbendaharaan bahasa
pada masa itu, tetapi semata-mata dasar politik. Dalam bahasa tidak terjadi perubahan apa-
apa, tetapi hanya berganti nama sebagai pernyataan suatu cita-cita kenegaraan, yaitu
kesatuan, tanah air, bangsa dan bahasa.
Perlu diketahui bahwa pada zaman penjajahan Belanda ketika Dewan Rakyat
dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa
resmi kedua, di samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di
dalam sidang Dewan Rakyat. Sayangnya, anggota bumiputra tidak banyak yang
memanfaatkannya.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo
pada tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hasil keputusan yang penting, yaitu bahasa
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -4-
6. Indonesia diusulkan menjadi (1) bahasa resmi dan (2) bahasa pengantar dalam badan-badan
perwakilan dan perundang-undangan.
Dengan demikian maka “lahir”nya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-
tiba jatuh dari langit, tetapi melalui perjuangan panjang disertai keinsyafan, kebulatan tekad,
dan semangat untuk bersatu. Dan, api perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai
Indonesia merdeka, yang sebelum itu harus berjuang melawan penjajah Jepang.
II. Sisi Positif dari Fenomena Penguatan Bahasa Indonesia ;
Seiring dengan perkembangan waktu bahasa Indonesia mengalami pertumbuhan
terus-menerus, baik dari luas wilayah para penggunanya maupun struktur bahasa Indonesia
itu sendiri. Kedepan, diharapkan bahasa Indonesia menjelma menjadi bahasa yang modern
yang kaya kosakata dan mapan dalam struktur.
Penguatan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengikat dan pemersatu bangsa yang
beranekaragaman suku, multi etnis, beragam budaya yang tersebar dari Sabang sampai
Merouke, sudah tentu memberi konstribusi positif terhadap keutuhan dalam berbangsa dan
bernegara.
Selain itu di lingkungan pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi, fenomena penguatan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghantar dalam
proses transformasi bagi semua disiplin ilmu yang diaplikasikan melalui proses belajar
mengajar, dapat memberikan hasil yang maksimal.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan bahwa menurut hasil kajian ilmiah yang dimuat
dalam majalah “Forum Statitik” memberikan kesimpulan bahwa ; Ternyata nilai ujian mata
pelajaran bahasa Indonesia berbanding lurus dengan mata pelajaran matematika. Semakin
tinggi nilai ujian mata pelajaran bahasa Indonesia, semakin tinggi pula nilai ujian mata
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -5-
7. pelajaran matematika yang diraih oleh seseorang siswa tetentu dan sebaliknya semakin
rendah nilai ujian bahasa Indonesia maka kecenderungan nilai ujian mata pelajaran
matematika pula ikut menurun. Dengan kata lain mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki
hunbungan korelasi positif dengan mata pelajaran matematika.
Kajian ilmiah ini dikeluarkan oleh salahsatu lembaga penilitian dari Institut Pertanian
Bogor (IPB) dan ditulis oleh mantan Rektor IPB Prof. Dr Andi Hakim Nasution. Sampel
penilitian diambil dari hasil ujian SLTP dan SLTA pada sejumlah sekolah secara acak dan
wilayah penilitian dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Dari klasifikasi
wilayah penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa di daerah perdesaan, kesimpulan
ilmiah sebagaimana diuraikan diatas ternyata lebih dominan jika dibandingkan dengan
daerah perkotaan yang hasilnya bervariatif.
Bertolak dari hasil kajian ilmiah diatas, kami simpulkan bahwa homogenitas
penduduk daerah perdesaan yang pada umumnya menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa percakapan dalam keluarga maupun antar sesama warga tentunya berpengaruh erat
terhadap tingkat pemahaman bahasa Indonesia yang hanya secara formal diperoleh dibangku
sekolah. Bahkan lazimnya di daerah tertentu, proses belajar mengajar sebagian besar
menggunakan bahasa daerah. Sungguh sangat disayangkan, jika hal ini terus saja
berlangsung maka penguatan bahasa Indonesia di daerah perdesaan dipastikan berjalan
lamban dan pada gelirannya berimplikasi buruk terhadap tingkat pemahaman siswa dalam
mengikuti pelajaran di sekolah. Untuk itu, penguatan bahasa Indonesia yang saat ini lebih
bertumpuh di daerah perkotaan hendaknya ditularkan ke masyarakat perdesaan sebagai
bagian dari masyarakat Indonesia seutuhnya. Tanggungjawab utama masalah ini adalah
pemerintah sebagai lembaga eksikusi. Perlu adanya peningkatan mutu pendidikan meliputi
pengembangan kurikulum, pengembangan bahan ajar, metodologi pengajaran, pendidik yang
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -6-
8. professional dan pengembangan sarana pendidikan yang memadai. Penerapan konsep yang
baru dalam menyampaikan mata pelajaran perlu dieksplorasi agar peserta didik lebih mudah
memahami dengan cara tepat.
Semestinya pada era globalisasi yang kompetitif ini, bahasa Indonesia harus turut
serta dalam pembangunan karakter bangsa-negara Indonesia. Sebagian masyarakat cukup
memberi kepedulian dan menjunjung tinggi, namun sebagian masyarakat lainnya tidak
menghiraukan. Padahal pada perkembangannya saat ini, Bahasa Indonesia mulai dijadikan
kurikulum pelajaran bahasa asing di luar negeri, seperti Australia.. Banyak pengajar
Indonesia yang memberikan pengajaran ini di sana. Konon terdengar issue bahwa bahasa
Indonesia akan dijadikan Bahasa Internasional, disamping Bahasa Inggris dan Mandarin.
Apapun issue yang sedang berkembang, bahwa kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara harus dijunjung tinggi.. Bahasa
Indonesia adalah identitas nasional, maka sepatutnya bangsa Indonesia merasa bangga karna
banyak negara yang tidak memiliki bahasanya sendiri. Misalnya saja, Swiss yang sulit
menetapkan bahasa persatuan antara bahasa Italia, Perancis dan Jerman.
. Justru di era globalisasi ini, penguatan identitas bangsa Indonesia melalui Bahasa
Indonesia adalah solusi untuk menunjukkan eksistensi bangsa ini. Kecintaan terhasap Bahasa
Indonesia merupakan wujud cinta tanah air, refleksi kebanggaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan perwujudan karakter bangsa sehingga isu-isu separatisme dan
etnosentrisme tidak akan pernah terjadi.
III. Dampak Negatif Penguatan Bahasa Indonesia Terhadap Bahasa Daerah.
Era globalisasi memberikan pengaruh luar biasa terhadap pergeseran pola dan gaya
hidup termasuk penggunaan bahasa. Bahasa daerah bagi sebagian masyarakat dianggap
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -7-
9. tidak lagi mampu mengangkat harkat dan martabat serta dianggap sebagai sebuah
kemunduran jika digunakannya. Era globalisasi menyebabkan perubahan budaya yang kian
mencederai persatuan, mempertebal stratifikasi sosial dan differensiasi sosial. Globalisasi
menuntut semua lapisan masyarakat untuk terlibat dalam proses didalamnya, termasuk
penguasaan bahasa Indonesia secara sempurna bahkan bila perlu bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional. Realitas yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia, Inggris dan bahasa asing lainnya, seperti Jepang dan Korea menjadi penghambat
pertahanan kedudukan bahasa daerah yang semestinya dijaga kelansungannya.
Derasnya arus teknologi informasi yang tidak disertai dengan penyaringan
mengakibatkan masyarakat mudah terbawa arus yang sedang popular. Misalnya, dikalangan
remaja saat ini sedang marak fenomena K-Pop (Korean Pop). Para remaja berbondong-
bondong menggali informasi mengenai negeri ginseng ini, termasuk berusaha menguasai
bahasanya. Tingginya jumlah penduduk Indonesia dengan usia kisaran remaja 17-25 tahun
menyebabkan adanya kecenderungan tersebut. Kecenderungan ini disatu sisi berdampak
positif pada pengetahuan dan keterampilan remaja dalam menambah khasanah bahasa..
Namun, dampak negatif amat rentan menyebar dengan anggapan nilai prestis yang dianut
sebagian kalangan masyarakat. Kebanggaan yang lebih besar terhadap bahasa Indonesia atau
bahasa asing dibandingkan dengan bahasa asal daerahnya menjadi momok yang
menghantui pada masa sekarang. Menangani kecenderungan ini diperlukan gerakan
pemartabatan kembali bahasa daerah dari masing-masing daerah sebagai lambang dan jati
diri daerah asal saja tidak mengarah kepada disintegrasi bangsa.
Kesatuan dalam keberagaman; Unity in Diversity merupakan jargon yang sering digaungkan
di negeri kita tercinta, Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara multikultural
sekaligus juga multilingual. Tak heran dari berbagai suku bangsa di Indonesia, jumlah bahasa
dan sub bahasa diseluruh wilayah Indonesia mencapai 546 bahasa (Kemendikbud, 2012).
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -8-
10. Salah satu upaya dalam mempertahankan kesatuan dalam keberagaman adalah upaya
menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia sejalan dengan salah satu isi dari ikrar
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, namun perlu diingat bahwa bahasa Daerah yang
jumlahnya berkisar 546 bahasa itu jangan sampai tergilas dengan derasnya penguatan
bahasa indonesia dan bahasa asing. Bagaimanapun bahasa Daerah harus terus dibina,
disilestarikan dan dikembangkan sebagai asset kekayaan khasanah budaya bangsa yang tiada
ternilai.
Untuk menjaga dan melindungi kelangsungan bahasa Daerah yang akhir akhir ini kian
memprihatinkan, kami sarankan agar bahasa Daerah di setiap daerah tertentu sangat perlu
dimasukan sebagai mata pelajaran tambahan (dikenal dengan istilah muatan lokal) di setiap
sekolah formal mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan
bila perlu diklasifikasikan kedalam mata pelajaran utama sebagaimana mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Sisi lain yang menyebabkan keterpurukan Bahasa Daerah menurut kemat kami adalah
sbb;
1. Perubahan status daerah perdesaan menjadi perkotaan atau semi perkotaan
menyebabkan terjadinya pembauran. Suatu daerah dahulunya memiliki corak
penduduk berciri homogen berubah manjadi hitoregen atau dihuni oleh banyak
suku dan berlainan bahasa daerahnya yang saling tidak dimengerti sehingga
pilihan bahasa yang paling tepat digunakan dalam bahasa percakapan antar
warga adalah Bahasa Indonesia.
2. Meningkatnya perkawinan antar suku atau lintas etnis pada dua dekade
terakhir juga turut memberi dampak terhadap penurunan angka penggunaan
Bahasa Daerah. Rumahtangga mereka berasal dari suku yang berbeda dan
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia -9-
11. bahasa daerah yang berbeda pula sehingga bahasa yang paling tepat digunakan
dalam percakapan keluarga adalah Bahasa Indonesia. Selanjutnya anak cucu
keturunan mereka, dapat dipastikan menggunakan Bahasa Indonesia dalam
percakapan sehari-hari sehingga eksistansi Bahasa daerah dapat terabaikan.
3. Kecendrungan dalam meniru pola dan gaya hidup termasuk tuturan dalam
berdialek cenderung berkiblat kepada daerah yang menjadi pusat kemajuan.
Misalnya meniru bahasa yang dipakai dalam film/sinetron yang ditayangkan
melalui siaran radio dan televisi. Padahal jika disimak dengan seksama,
ternyata bahwa sebagian besar dari bahasa percakapan yang digunakannya
menyimpang dari struktur bahasa Indonesia yang sebenarnya walaupun
hanya terbatas pada bahasa percakapan. (contoh: kenapa, ngapain, banget,
nge’trend, nggak, nge’top,umpet dll adalah bukan bahasa baku tetapi selalu
digunakannya)..
IV. Kesimpulan ;
Penguatan terhadap Bahasa Indones adalah salahsatu jalan untuk menguatkan
persatuan Indonesia dan oleh karena itu kontinuetasnya perlu dijaga dan
dikembangkan demi keutuhan Negara Kasatuan Republik Indonesia dengan tanpa
mengabaikan eksistensi Bahasa Daerah sebagai kekayaan budaya bangsa.
Bahasa Daerah sebagai salahsatu wujud kekayaan khasanah budaya bangsa tidak bisa
dibiarkan berlarut dengan adanya kehadiran fenomena penguatan Bahasa Indonesia
Pernahkah anda membayangkan bahwa bagaimana sulitnya menciptakan
sebuah bahasa ? Jawabannya bagi kami adalah sangat sulit. Oleh sebab itu karya
besar dari para pendahulu kita ini harus tetap dijaga, dilestarikan dan diwariskan
kepada anak cucu kita secara turun temurun.
------------------------000---------------------------
Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia - 10 -