1. MAKALAH
BAHASA INDONESIA
“SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA”
DI SUSUN OLEH :
HARTINA
A 121 14 185
JURUSAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS FKIP
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
2. KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya penulisdapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan BahasaIndonesia”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompokpada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan danpengetahuan
yang penulis miliki. Walaupun demikian, penulis berharap bahwamakalah ini dapat diterima dan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.Tidak berlebihan apabila pada kesempatan kali ini
penulis menyampaikanbanyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalampenyelesaian
makalah ini.Dan tak lupa penulis menyampaikan banyak terimakasih serta seiring do’aatas
segala amal baik dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.Akhir kata semoga makalah
ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaatbagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Palu, 10 November 2014
penulis
3. Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................
Daftar is i……………………………………………………………………………
B A B I : P E N D A H U L U A N
A.Latar Belakang Masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Manfaat Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
A.Se ja rah Pe rkembangan Baha sa Indone s ia PraKeme rdeka an
B.Pe rkembanga n Baha sa Indone s ia Pada Zaman Keme rdeka an
C.Pe rkembangan Baha sa Indone s ia Pada Zaman Re forma s i
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memperhatikan perkembangan zaman, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga, bahasa Indonesia menjadi sarana budaya
dan sarana berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peranan bahasa Indonesia menjadi
sangat penting. Mengingat pentingnya peranan bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa
dituntut untuk lebih memahami bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya
adalah mempelajari sejarah perkembangan bahasa Indonesia dari zaman pra kemerdekaan,
kemerdekaan, dan reformasi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan?
2. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan?
3. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini ialah penyusun dan pembaca dapat mengetahui
sejarah perkembangan bahasa Indonesia. dari zaman pra kemerdekaan, kemerdekaan, dan zaman
reformasi.
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi begitu
saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang lama.
Tahapannya meliputi :
1). Masa Pra-1928
Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan atau
komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada masanya
kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan
pusat keagamaan (Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan.
Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa
dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu,
bahasa melayu juga digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya
buku keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan bahasa Melayu.
Prasasti-prasasti tersebut antara lain :
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
d) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e) Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.
f) Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.
Masuknya agama Islam ke kepulauan nusantara, membuat kedudukan bahasa Melayu semakin
penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi.
Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa
Melayu.
Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan Nusantara. Dalam mendirikan
lembaga pendidikan, pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga menyebabkan
dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi: “…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi
putera diberikan dalam bahasa Melayu.” Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen
(tahun 1901) yang merupakan ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab logat
Melajoe. Buku ini disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan
Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan pergerakan bangsa
6. Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908) yang telah menggunakan bahasa
Melayu sebagai alat bertukar informasi dan komunikasi antar pergerakan. Hal ini dianggap
penting dan perlu, karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam
rangka bernasional.
Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada
tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah dengan menerbitkan surat
kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.
Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka pada tanggal 28
Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong. Salah satu hasil
gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah
Pemuda itu berisi:
(1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia;
(2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air Indonesia;
(3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
2). Masa Pasca-1928
Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi
bahasa Indonesia.
Perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933.
Para pelopornya antara lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah.
Angkatan ini tampil dengan tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia.”
Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah (Belanda),
berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia
sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo)
pada tanggal 25-28 Juni 1938. Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut
antara lain: K. St Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir Alisjahba na;
Dr. Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin; dan Mr.
Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa, dan
bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan
yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.
Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping bahasa Jepang dan pelarangan tegas
penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu sangat menggembirakan bagi pemekaran bahasa
Indonesia dalam rangka bangkitnya. Hal ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan
kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini dikenal sebagai
Angkatan 45.
Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh Jepang. Tugas komisi ini
adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta kosa kata umum bahasa Indonesia.
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan
memperoleh tempat di hati penduduk.
7. B. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Keesokan
harinya yaitu tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab
XV UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai
pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
Peristiwa-peristiwa penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia pada
zaman kemerdekaan sampai sebelum masa reformasi antara lain:
1. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954 salah
satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
2. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H. M. Soeharto, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
3. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
4. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d.
2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang
diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
5. Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November
1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-
55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara,
yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
6. Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Ia
dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi
negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta
bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
7. Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1993.
Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara
meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia,
Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan
8. dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang disusun oleh
Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia
mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia,
dan terdapat penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa
dalam Bahasa Indonesia. Dari 23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988.
Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat
340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat produk asing berupa
properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan, banyak istilah asing masuk ke Indonesia.
Istilah asing marak digunakan sehingga pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1995 terjadi
pencanangan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan dan
pusat perbelanjaan yang berbau asing diganti dengan nama yang berbahasa Indonesia.
C. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi
Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi, diawali dengan Kongres Bahasa
Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober
1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan
sebagai berikut.
a. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian
terhadap bahasa dan sastra.
b. Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta
mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata baru.
Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata umum telah
berjumlah 78.000.
Namun, angin reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan buruk bagi
bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era reformasi.
Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia sempat terpinggirkan. Pada
zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam perkembangan bahasa Indonesia
adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Tokoh pers Djafar Assegaf menuding
sekarang ini kita tengah mengalami “krisis penggunaan bahasa Indonesia” yang amat serius.
Media massa sudah terjerumus kepada situasi “tiada tanggung jawab” terhadap pembinaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media massa kini cenderung menggunakan bahasa asing
padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan penghormatan
terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar. Hal ini disebabkan antara lain oleh perubahan
zaman, reformasi yang tidak ada konsep yang utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan,
redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan
pangsa pasarnya, persaingan usaha antarmedia dan selera pribadi. Ada dua kecenderungan dalam
pers saat ini yang dapat menimbulkan kekhawatiran akan perkembangan bahasa Indonesia.
Pertama, bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim). Kedua, banyak penggunaan
istilah- istilah asing atau bahasa asing dalam surat kabar. Namun, pers juga telah berjasa dalam
memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru seperti KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar dan
sebagainya. Istilah- istilah tersebut memang terdapat di kamus, tetapi tidak digunakan secara
9. umum atau hanya terbatas di kalangan tertentu saja.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah bahasa
Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah bahasa baru
yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa
tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut umumnya
terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang beranggapan dan
meyakini bahwasanya kaum intelek adalah mereka-mereka yang menggunakan bahasa asing
dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total memakai bahasa asing ataupun
mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing justru semakin
marak. Kata-kata seperti “new arrival”, “sale”, “best buy”, “discount”, terpampang dengan jelas
di berbagai toko dan pusat perbelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi penggunaan bahasa
Indonesia yang salah. Malahan tidak sedikit media yang memberikan judul acara dengan kata-kata
dalam bahasa asing.
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar mengalami
maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa Indonesia hingga
ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa Indonesia semakin dikenal
masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari multisuku, multietnis,
multiras, dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat perbedaan bahasa, kini
dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua elemen bangsa dapat
berkomunikasi dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk kemajuan dalam bahasa
Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga memiliki kemunduran. Akibat
pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara besar seperti Amerika Serikat,
bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan. Bahkan dari kalangan masyarakat dan pelajar di
Indonesia sendiri. Banyak yang menganggap sepele bahasa Indonesia dan lebih mementingkan
bahasa lain seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa
Jerman, bahasa Mandarin dan bahasa lainnya. Pelajar dan para pemuda juga menganggap sepele
bahasa Indonesia. Kebanyakan dari mereka mengganggap bahasa Indonesia terlalu kaku, tidak
bebas dan terasa kurang akrab. Mereka lebih menyukai bahasa baru yang dikenal dengan bahasa
gaul yang merupakan campuran dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa Indonesia.
Keadaan ini berbalik 180 derajat dari keadaan 78 tahun yang lalu, di saat para pelajar dan
pemuda dengan semangat cinta tanah air menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
bukan bahasa lainnya seperti Bahasa Belanda ataupun bahasa daerah. Alhasil, akibat pelajar
menganggap sepele pelajaran bahasa Indonesia, banyak dari pelajar itu sendiri mendapatkan nilai
yang rendah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Parahnya lagi, sebagian penyebab banyaknya
pelajar yang tidak lulus Ujian Nasional adalah karena mengganggap sepele pelajaran bahasa
Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia itu menganggap remeh
pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, karena masyarakat Indonesia merasa tidak perlu lagi
belajar bahasa Indonesia karena mereka sudah berbangsa dan bisa berbahasa Indonesia seadanya.
Padahal sebenarnya belum tentu mereka bisa dan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Kedua, karena adanya kemunduran dan kemerosotan ekonomi Indonesia sejak beberapa
tahun terakhir sehingga timbul rasa malu berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat Indonesia
dalam pergaulan internasional. Ketiga, sebagai akibat adanya globalisasi yang membuat
timbulnya pengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat Indonesia.
Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami penurunan minat
mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing belajar bahasa Indonesia
10. menurun akibat kondisi pengajaran bahasa Indonesia belakangan ini menunjukkan gejala
penurunan. Gejala penurunan itu baik dari aspek intensitas penyelenggaraan maupun dari segi
jumlah peminatnya. Penurunan intensitas penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia untuk
penutur asing ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam negeri menurunnya
minat itu akibat penyelenggaraan pengajaran untuk penutur asing itu sendiri maupun kondisi dari
dalam negeri sendiri. Penurunan minat itu terjadi di negara seperti Australia, Belanda, dan
Jerman. Hal itu akibat politik di negara tersebut, di Jerman bahkan pelajaran bahasa Indonesia di
kampus-kampus peminatnya berkurang. Kalau sampai ditutup program ini, tertutup juga upaya
untuk meningkatkan citra Indonesia di sana. Kurangnya minat mempelajari Bahasa Indonesia di
beberapa negara diantaranya juga karena kurangnya sumber daya manusia. Namun sejak itu pun
ada peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir,
dan negara Arab, serta negara serumpun berkembang pesat.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia mengembangkan pengajaran bahasa Indonesia untuk
penutur asing, dengan pemasyarakatan alat uji bahasa Indonesia yang disebut Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI). Pusat Bahasa juga mencoba mensosialisasikan setiap programnya
kepada instansi lain seperti membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa negara.
Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada masyarakat dunia. Saat ini
pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di Canbera Australia, Los Angles
AS, dan Washington DC AS.
11. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan dibagi menjadi dua tahapan yaitu
pertama masa pra-I928 ditandai dengan penggunaan bahasa Melayu pada zaman kerajaan
Sriwijaya sampai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda. Kedua, masa pasca-1928 ditandai
dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah
menjadi bahasa Indonesia sampai dengan pada tahum 1942 dibentuk Komisi Bahasa
Indonesia oleh Jepang.
2. Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan dimulai dari tanggal 18
Agustus ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab XV UUD ‘45
berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”, sampai dengan diadakannya kongres
Bahasa Indonesia kedua sampai ke delapan.
3. Pada zaman reformasi diawali dengan Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta tanggal
26-30 Oktober 1998. Hingga sekarang cenderung membawa perubahan buruk bagi Bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia sekarang sudah menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris
dan bahasa gaul. Selain itu Bahasa Indonesia mengalami penurunan minat mempelajarinya di
beberapa negara di dunia seperti Australia, Belanda, dan Jerman. Namun, juga ada
peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan
negara Arab. Saat ini Pusat Bahasa berupaya membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di
beberapa negara. Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada
masyarakat dunia. Saat ini pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di
Canbera Australia, Los Angles AS, dan Washington DC AS.
12. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bahasa Daerah Terancam Punah. www.jurnalnet.com. 18 Juli 2007.
Anonim. Bahasa Indonesia. www.wikipedia.com. 2007.
Anonim. Banggalah Berbahasa Indonesia. www.jurnalnet.com. 16 Juni 2007.
Anonim. Penggunaan Bahasa Indonesia Telah Diabaikan. www.sinarharapan.com. 2002.
Kusaeni, Akhmad. Bahasa Indonesia Jurnalistik di Era Reformasi. www.antara.com. 19
Desember 2007.
Moeliono, M. Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Saleh, Mustain. Bahasa Mana yang Berbudaya?. www.kacong-jebbing.com.
Yamilah, M., Slamet Samsoerizal. 1994. Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.