Penulis memperhatikan belum ada referensi yang menjelaskan secara detail
penurunan rumus laju reaksi, maka buku ini diupayakan memiliki penjelasan penurunan
rumus yang detail dan mudah dipahami sehingga dapat dijadikan sebagai referensi
belajar bagi mahasiswa. Buku ini juga terdapat dasar matematika untuk kimia yang
diharapkan mendukung dalam memahami penurunan rumus laju reaksi, waktu paruh
maupun persamaan yang lain. Namun demikian penulis menyadari tentu masih banyak
kekurangan di sana-sini terkait dengan muatan dan ruang lingkup pembahasan
maupun penulisan
Laporan praktikum ini membahas kinetika reaksi redoks dengan menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi dari dua jenis garam yang berbeda ukuran partikelnya. Hasilnya menunjukkan bahwa garam halus memiliki orde reaksi 0,68 dan konstanta laju 0,0115-1, sedangkan garam kasar orde reaksi 0,48 dan konstanta laju 0,0075-1. Kelarutan garam dipengaruhi oleh ukuran partikel
Dokumen tersebut membahas tentang gas ideal dan gas nyata. Gas ideal adalah gas hipotetis yang benar-benar mengikuti hukum gas seperti hukum Boyle, Charles, dan Gay-Lussac pada semua kondisi, sedangkan gas nyata hanya mengikuti hukum-hukum tersebut pada tekanan dan suhu rendah karena adanya interaksi antar molekul. Dokumen juga menjelaskan perbedaan antara gas ideal dan gas nyata serta hukum-hukum terk
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis reaksi kimia, termasuk reaksi penggabungan, dekomposisi, perpindahan tunggal dan ganda, korosi, pembakaran, dan asam-basa. Reaksi kimia melibatkan perubahan zat awal menjadi zat baru melalui proses pertukaran atau penggabungan atom atau molekul.
Dokumen tersebut membahas tentang katalis, yaitu zat yang mempercepat laju reaksi kimia tanpa ikut serta dalam reaksi. Dibahas pula tentang jenis, sifat, dan mekanisme kerja katalis serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan deaktivasi katalis seperti peracunan, pengerakkan, dan penggumpalan.
Dokumen tersebut membahas tentang teori tumbukan dan energi aktivasi dalam reaksi kimia. Teori tumbukan menjelaskan bahwa reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan efektif antara partikel zat yang bereaksi. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi meliputi konsentrasi, temperatur, luas permukaan, dan katalis. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar suatu reaksi dapat terjadi.
Laporan praktikum ini membahas kinetika reaksi redoks dengan menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi dari dua jenis garam yang berbeda ukuran partikelnya. Hasilnya menunjukkan bahwa garam halus memiliki orde reaksi 0,68 dan konstanta laju 0,0115-1, sedangkan garam kasar orde reaksi 0,48 dan konstanta laju 0,0075-1. Kelarutan garam dipengaruhi oleh ukuran partikel
Dokumen tersebut membahas tentang gas ideal dan gas nyata. Gas ideal adalah gas hipotetis yang benar-benar mengikuti hukum gas seperti hukum Boyle, Charles, dan Gay-Lussac pada semua kondisi, sedangkan gas nyata hanya mengikuti hukum-hukum tersebut pada tekanan dan suhu rendah karena adanya interaksi antar molekul. Dokumen juga menjelaskan perbedaan antara gas ideal dan gas nyata serta hukum-hukum terk
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis reaksi kimia, termasuk reaksi penggabungan, dekomposisi, perpindahan tunggal dan ganda, korosi, pembakaran, dan asam-basa. Reaksi kimia melibatkan perubahan zat awal menjadi zat baru melalui proses pertukaran atau penggabungan atom atau molekul.
Dokumen tersebut membahas tentang katalis, yaitu zat yang mempercepat laju reaksi kimia tanpa ikut serta dalam reaksi. Dibahas pula tentang jenis, sifat, dan mekanisme kerja katalis serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan deaktivasi katalis seperti peracunan, pengerakkan, dan penggumpalan.
Dokumen tersebut membahas tentang teori tumbukan dan energi aktivasi dalam reaksi kimia. Teori tumbukan menjelaskan bahwa reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan efektif antara partikel zat yang bereaksi. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi meliputi konsentrasi, temperatur, luas permukaan, dan katalis. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar suatu reaksi dapat terjadi.
Dokumen tersebut membahas tentang laju reaksi dan kinetika kimia. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa:
1) Laju reaksi menggambarkan seberapa cepat reaktan terpakai dan produk terbentuk.
2) Kinetika kimia mempelajari laju reaksi kimia dan mekanisme reaksinya.
3) Faktor seperti konsentrasi reaktan, temperatur, dan kehadiran katalis dapat mempengaruhi la
Dokumen tersebut membahas tentang kesetimbangan kimia yang mencakup reaksi reversibel dan irreversibel, faktor pergeseran kesetimbangan, pengaruh katalis dan energi aktivasi, tetapan kesetimbangan, dan prinsip Le Chatelier serta kesetimbangan homogen dan heterogen.
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan perubahan entalpi pembakaran (ΞHC) naftalen menggunakan kalorimeter bom. Perubahan entalpi diukur dengan membakar sampel di dalam kalorimeter yang berisi air, dan mengukur kenaikan suhu air. Kenaikan suhu ini digunakan untuk menghitung jumlah kalor yang diserap air dan kalorimeter. ΞHC naftalen dihitung dengan menggunakan persamaan kesetimbangan kalor yang melibatkan kalor re
Dokumen tersebut membahas tentang adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair yang ditarik oleh permukaan zat padat, sedangkan absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas dengan pengikatan bahan pada permukaan zat cair. Kedua proses dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu kontak, karakteristik adsorben/absorben, luas permukaan, dan kelarutan adsor
Praktikum ini bertujuan menentukan konstanta kesetimbangan reaksi antara yod dan kalium iodida. Yod larut dalam kloroform dan bereaksi dengan kalium iodida dalam air untuk mencapai kesetimbangan. Konsentrasi yod diukur dalam kloroform dan air, dan konstanta kesetimbangan dihitung berdasarkan hukum massa tindakan. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem mencapai kesetimbangan kimia.
This document discusses methods for determining reaction rates and orders in physical chemistry. It describes differential and integral methods, including graphs of concentration versus time used to determine rate coefficients and reaction orders. Specific reaction orders are examined, such as zero order, first order, and second order reactions. Examples of each type are provided. Third order reactions involving interactions of two and three molecules are also discussed.
Makalah ini membahas tentang laju reaksi kimia dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis. Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Laju reaksi bermanfaat dalam berbagai aktivitas seperti memasak, industri, dan proses metabolisme dalam tubuh.
Laporan praktikum kimia fisika tentang pengaruh suhu terhadap kelarutan zat. Mahasiswa mengukur kelarutan asam oksalat, benzoat, dan borat pada berbagai suhu dan menghitung kalor pelarutannya menggunakan persamaan Van't Hoff. Hasilnya menunjukkan kelarutan zat-zat tersebut berkurang dengan penurunan suhu dan kalor pelarutannya dapat dihitung.
Dokumen tersebut membahas tentang titrasi pengendapan, khususnya titrasi argentometri untuk menentukan kadar halida dan pseudohalida. Terdapat tiga metode utama yaitu titrasi Mohr menggunakan kromat sebagai indikator, titrasi Volhard yang melibatkan titrasi balik, dan titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi seperti fluorescein.
Proton merupakan partikel subatom yang bermuatan positif, ditemukan oleh Eugen Goldstein pada tahun 1886. Proton merupakan konstituen inti atom.
b. Neutron
Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Chadwick menemukan
neutron ketika sedang melakukan percobaan penembakan sinar alfa pada berilium.
Ditemukannya neutron menjelaskan mengapa massa atom beberapa unsur lebih besar
dari jumlah massa proton dan elektron yang ter
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa poin penting:
1. Gerak partikel dapat dijelaskan dengan posisi (r), kecepatan (v), dan percepatan (a) sebagai fungsi waktu (t).
2. Posisi partikel dalam bidang dua dimensi diukur dari koordinat awal O(0,0).
3. Perpindahan (Ξr) partikel adalah selisih antara posisi akhir (r2) dengan posisi awal (
Dokumen tersebut membahas tentang laju reaksi dan kinetika kimia. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa:
1) Laju reaksi menggambarkan seberapa cepat reaktan terpakai dan produk terbentuk.
2) Kinetika kimia mempelajari laju reaksi kimia dan mekanisme reaksinya.
3) Faktor seperti konsentrasi reaktan, temperatur, dan kehadiran katalis dapat mempengaruhi la
Dokumen tersebut membahas tentang kesetimbangan kimia yang mencakup reaksi reversibel dan irreversibel, faktor pergeseran kesetimbangan, pengaruh katalis dan energi aktivasi, tetapan kesetimbangan, dan prinsip Le Chatelier serta kesetimbangan homogen dan heterogen.
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan perubahan entalpi pembakaran (ΞHC) naftalen menggunakan kalorimeter bom. Perubahan entalpi diukur dengan membakar sampel di dalam kalorimeter yang berisi air, dan mengukur kenaikan suhu air. Kenaikan suhu ini digunakan untuk menghitung jumlah kalor yang diserap air dan kalorimeter. ΞHC naftalen dihitung dengan menggunakan persamaan kesetimbangan kalor yang melibatkan kalor re
Dokumen tersebut membahas tentang adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair yang ditarik oleh permukaan zat padat, sedangkan absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas dengan pengikatan bahan pada permukaan zat cair. Kedua proses dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu kontak, karakteristik adsorben/absorben, luas permukaan, dan kelarutan adsor
Praktikum ini bertujuan menentukan konstanta kesetimbangan reaksi antara yod dan kalium iodida. Yod larut dalam kloroform dan bereaksi dengan kalium iodida dalam air untuk mencapai kesetimbangan. Konsentrasi yod diukur dalam kloroform dan air, dan konstanta kesetimbangan dihitung berdasarkan hukum massa tindakan. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem mencapai kesetimbangan kimia.
This document discusses methods for determining reaction rates and orders in physical chemistry. It describes differential and integral methods, including graphs of concentration versus time used to determine rate coefficients and reaction orders. Specific reaction orders are examined, such as zero order, first order, and second order reactions. Examples of each type are provided. Third order reactions involving interactions of two and three molecules are also discussed.
Makalah ini membahas tentang laju reaksi kimia dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis. Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Laju reaksi bermanfaat dalam berbagai aktivitas seperti memasak, industri, dan proses metabolisme dalam tubuh.
Laporan praktikum kimia fisika tentang pengaruh suhu terhadap kelarutan zat. Mahasiswa mengukur kelarutan asam oksalat, benzoat, dan borat pada berbagai suhu dan menghitung kalor pelarutannya menggunakan persamaan Van't Hoff. Hasilnya menunjukkan kelarutan zat-zat tersebut berkurang dengan penurunan suhu dan kalor pelarutannya dapat dihitung.
Dokumen tersebut membahas tentang titrasi pengendapan, khususnya titrasi argentometri untuk menentukan kadar halida dan pseudohalida. Terdapat tiga metode utama yaitu titrasi Mohr menggunakan kromat sebagai indikator, titrasi Volhard yang melibatkan titrasi balik, dan titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi seperti fluorescein.
Proton merupakan partikel subatom yang bermuatan positif, ditemukan oleh Eugen Goldstein pada tahun 1886. Proton merupakan konstituen inti atom.
b. Neutron
Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Chadwick menemukan
neutron ketika sedang melakukan percobaan penembakan sinar alfa pada berilium.
Ditemukannya neutron menjelaskan mengapa massa atom beberapa unsur lebih besar
dari jumlah massa proton dan elektron yang ter
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa poin penting:
1. Gerak partikel dapat dijelaskan dengan posisi (r), kecepatan (v), dan percepatan (a) sebagai fungsi waktu (t).
2. Posisi partikel dalam bidang dua dimensi diukur dari koordinat awal O(0,0).
3. Perpindahan (Ξr) partikel adalah selisih antara posisi akhir (r2) dengan posisi awal (
Model atom mekanika gelombang adalah model atom yang dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum. Beberapa ciri khas model ini antara lain:
- Menerapkan konsep dualisme gelombang-partikel yang diajukan oleh Louis de Broglie pada tahun 1924, yaitu bahwa materi memiliki sifat gelombang selain sifat partikel.
- Menggunakan konsep fungsi gelombang untuk menggambarkan elektron di dalam atom. Fungsi gelombang ini memberikan inform
1. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang membagi satu meter menjadi 100 bagian sama yang disebut sentimeter dan satu sentimeter dibagi menjadi 10 bagian sama yang disebut milimeter. Fungsinya untuk mengukur panjang benda.
2. Rol meter
Rol meter adalah alat ukur panjang berbentuk kawat yang dapat digulung. Fungsinya untuk mengukur panjang benda yang lebih panjang dari mistar.
3. Jangka sorong
Jangka sorong adalah
1. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang membagi satu meter menjadi 100 bagian sama yang disebut sentimeter dan satu sentimeter dibagi menjadi 10 bagian sama yang disebut milimeter. Fungsinya untuk mengukur panjang benda.
2. Rol meter
Rol meter adalah alat ukur panjang berbentuk kawat yang dapat digulung. Fungsinya untuk mengukur panjang benda yang lebih panjang dari mistar.
3. Jangka sorong
Jangka sorong adalah
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan, mulai dari makroskopik hingga mikroskopik, serta menjadi dasar bagi berbagai ilmu dan teknologi lainnya. Fisika mempelajari besaran, dimensi, satuan, dan alat ukur untuk mengukur gejala alam.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan, mulai dari makroskopik hingga mikroskopik, serta menjadi dasar bagi berbagai ilmu dan teknologi lainnya. Fisika mempelajari besaran, dimensi, satuan, dan alat ukur untuk mengukur gejala alam.
Kelelawar memiliki ciri khusus berupa pendengaran dan penciuman yang tajam untuk membantunya bergerak dan mencari makanan di malam hari tanpa menabrak benda.
a. Pernapasan adalah proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungannya. Organ tubuh yang berkaitan dengan pernapasan adalah hidung, tenggorokan, paru-paru.
b. Pencernaan adalah proses pengolahan makanan menjadi bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan tubuh. Organ tubuh yang berkaitan dengan pencernaan adalah mulut, kerongkongan, lambung, usus.
c. Fungsi peredaran darah adalah mengangkut zat
[Ringkuman]
1. Kerangka tubuh manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu rangka kepala, rangka badan, dan rangka anggota gerak.
2. Tulang-tulang dalam tubuh dapat berbentuk pipih, pendek, atau pipa.
3. Antartulang saling berhubungan melalui persendian yang terdiri dari tulang rawan dan selaput sendi.
4. Fungsi kerangka tubuh antara lain sebagai penegang tubuh, melindungi organ
2. LAJU REAKSI DAN
MEKANISME REAKSI
Oleh
Deni Ebit Nugroho, S.Si., M.Pd
Penerbit PPSM (Perkumpulan Pegiat Sains Madrasah)
Jln. Bukit Beringin Asri III, No. A363, Gondoriyo, Ngaliyan, Kota Semarang
Tel. 0896-7172-0007 | Email: ppsm.indonesia@gmail.com
4. iii
Kata Pengantar
Assalamu'alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat
yang luar biasa kepada kita. Sholawat dan salam kepada Baginda Rasulullah SAW
yang menjadi suri tauladan seluruh umat manusia. Penulis dapat menyelesaikan buku
yang berjudul "Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi". Buku ini merupakan referensi
penting dalam banyak studi berkaitan dengan penentuan laju reaksi, mekanisme reaksi
serta pengujian kinetika yang dipelajari dalam beberapa program studi diantaranya
program studi Kimia dan Teknik Kimia.
Penulis memperhatikan belum ada referensi yang menjelaskan secara detail
penurunan rumus laju reaksi, maka buku ini diupayakan memiliki penjelasan penurunan
rumus yang detail dan mudah dipahami sehingga dapat dijadikan sebagai referensi
belajar bagi mahasiswa. Buku ini juga terdapat dasar matematika untuk kimia yang
diharapkan mendukung dalam memahami penurunan rumus laju reaksi, waktu paruh
maupun persamaan yang lain. Namun demikian penulis menyadari tentu masih banyak
kekurangan di sana-sini terkait dengan muatan dan ruang lingkup pembahasan
maupun penulisan. Oleh karenanya kritik, saran dan masukan sangat kami harapkan.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Semarang, September 2022
Deni Ebit Nugroho, S.Si., M.Pd.
6. v
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL . ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................v
BAB 1 - PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Laju Reaksi Kimia..................................................................................................2
B. Satuan Laju Reaksi ...............................................................................................4
C. Alat Untuk Mengikuti Jalannya Reaksi ..................................................................4
D. Molekularitas Dan Orde Reaksi / Tingkat Reaksi ..................................................5
BAB 2 - DASAR MATEMATIKA UNTUK KINETIKA .....................................................7
A. Logaritma ..............................................................................................................7
B. Turunan.................................................................................................................8
C. Diferensial .............................................................................................................9
D. Integral ..................................................................................................................9
BAB 3 - PENENTUAN ORDE DAN PERSAMAAN LAJU REAKSI ...........................11
A. Mengolah Data Sederhana..................................................................................11
B. Pereaksi Tunggal dengan Laju Reaksi Berorde Satu..........................................11
C. Pereaksi Tunggal dengan Laju Reaksi Berorde Dua...........................................13
D. Pereaksi Tunggal dengan Laju Reaksi Berorde Tiga ..........................................13
E. Pereaksi Orde Dua dengan Dua Reaktan ...........................................................14
F. Pereaksi Orde Tiga dengan Dua Reaktan...........................................................15
G. Pereaksi Orde Tiga dengan Tiga Reaktan ..........................................................16
BAB 4 - WAKTU PARUH .............................................................................................19
A. Reaksi berorde satu ............................................................................................19
B. Reaksi berorde dua .............................................................................................19
C. Reaksi berorde tiga .............................................................................................20
BAB 5 - TEORI LAJU REAKSI ....................................................................................23
A. Teori tumbukan ...................................................................................................23
B. Teori Keadaan Transisi .......................................................................................26
BAB 6 - PERSAMAAN MATEMATIS LAJU REAKSI ..................................................33
A. Metode Isolasi Ostwald .......................................................................................33
B. Metode Laju Awal Reaksi....................................................................................35
7. vi
C. Metode Waktu Fraksional....................................................................................38
D. Metode Integrase ................................................................................................44
E. Metode diferensial ...............................................................................................50
F. Metode grafik.......................................................................................................51
BAB 7 - KINETIKA REAKSI KOMPLEKS....................................................................57
A. Reaksi Berkesetimbangan...................................................................................57
B. Reaksi Berurutan (Konsekutif).............................................................................61
C. Reaksi Paralel .....................................................................................................63
BAB 8 - METODE PENGAMBILAN DATA EKSPERIMEN..........................................67
1. Pengambilan Data Menggunakan Metode Spekrofotometri ................................73
2. Pengambilan Data Menggunakan Metode Titrasi................................................74
3. Pengambilan Data Menggunakan Metode Pengukuran Volume Gas .................75
4. Pengambilan Data Menggunakan Metode Konduktometri ..................................75
5. Pengambilan Data Menggunakan Metode Rotasi Optik......................................76
BAB 9 - MEKANISME REAKSI....................................................................................85
A. Nilai Hukum Reaksi Dasar...................................................................................85
B. Metode Steady State Approximation ...................................................................88
C. Metode Pre Equlibrium........................................................................................94
BAB 10 - PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI .........................99
A. Penurunan Persamaan Arrhenius .......................................................................99
B. Eksperimen Penentuan Energi Aktivasi dan Faktor Arrhenius ..........................101
C. Permukaan Energi Potensial .............................................................................103
D. Signifikansi Energi Aktivasi................................................................................105
BAB 11 - KATALISATOR...........................................................................................109
A. Katalisator Homogen.........................................................................................110
B. Katalis Heterogen..............................................................................................110
C. Katalis Enzim.....................................................................................................111
D. Katalis Spesifik..................................................................................................111
E. Racun Katalis ....................................................................................................112
F. Teori Katalisis....................................................................................................114
G. Mekanisme Katalisis..........................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................125
BIODATA PENULIS ....................................................................................................127
8. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 1
BAB 1
Pendahuluan
Kinetika adalah cabang dari ilmu kimia yang mempejari tentang laju reaksi dan
mekanisme reaksi. Laju dan kecepatan merupakan istilah yang berbeda namun banyak
yang belum memahaminya. Laju merupakan besaran skalar yaitu besaran yang hanya
memiliki nilai saja tidak memiliki arah sedangkan kecepatan adalah besaran vector
yang memiliki nilai dan arah. Kinetika kimia mempelajari aspek gerak molekul dalam
suatu reaksi serta faktor-faktor yang mempengaruhu laju reaksi. Di dalam kinetika kimia
juga mempelajari beberapa teknik penentuan mekanisme dari suatu reaksi.
Secara historis, studi kuantitatif pertama dari reaksi kimia yang tercatat adalah
percobaan yang dilakukan oleh Ludwig Wilhelmy pada tahun 1850. Dia memperhatikan
perubahan konsentrasi secara runut dari sukrosa (gula tebu) dalam larutan asam
menjadi glukosa dan fruktosa dan menemukan bahwa laju reaksi setiap saat
berbanding lurus dengan jumlah sisa sukrosa yang tidak bereaksi saat itu. Karena
penelitian ini maka Wilhelmy layak disebut sebagai pendiri kinetika kimia. Berthelot dan
Gilles (1862) melalukan penelitian tentang kesetimbangan yang terjadi antara etanol,
asam asetat, etil asetat dan air. Keduanya memperoleh simpulan bahwa laju reaksi
juga dipengaruhi oleh hasil reaksi. Berdasarkan hasil temuan Wilhelmy (1850),
Berthelot dan Gilles (1862), bahwa laju reaksi setiap saat bergantung pada konsentrasi
baik pereaksi maupun hasil reaksi.
Beberapa perbedaan pernyataan pembahasan antara kinetika kimia dan
termodinamika kimia antara lain dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
No Termodinamika kimia Kinetika kimia
1 Berkaitan hanya dengan keadaan
energi awal reaktan (sebelum reaksi
dimulai) dan akhir dari suatu reaksi.
Apa yang terjadi antara awal hingga akhir
reaksi dengan tepat bagaimana,
seberapa cepat, transisi dari satu ke
lainnya
2 Membahas mengenai arah
spontanitas suatu reaksi kimia dan
aspek energi yang berpengaruh di
dalamnya namun tidak menjelaskan
perubahan detail proses reaksi
kimia.
Membahas perubahan detail yang terjadi
dalam proses reaksi kimia seperti
kekomplekan yang terjadi.
9. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 2
3 Dengan termodinamika kita dapat
mengetahui suatu reaksi dapat
berlangsung atau tidak.
Dengan kinetika kimia kita dapat
mengtahui seberapa besar laju reaksi
yang terjadi dan bagamana mekanisme
reaksinya.
4 Termodinamika memberitahu kita
apa yang dikehendaki oleh alam
Kinetika kimia memberitahu kita
bagaimana alam berlaku sebagaimana
apa yang kita kehendaki
Penerapan kinetika kimia dalam kehidupan sehari-hari antara lain di bidang farmasi
yaitu System Controlled Drug Release dalam pengembanan insulin dengan cara
meningkatkan insulin dengan bahan polimer polyallylamine hydrochloride (PAH)
sehingga onsulin akan terurai secara perlahan dengan adanya perubahan pH.
Penerapan kinetika kimia yang lain yaitu proses fisiologi dalam ilmu biologi, desain
reactor dalam ilmu teknik kimia, proses elektroda dalam elektrokimia, proses alir dalam
ilmu geologi, mekanisme reaksi dalam kimia organic dan anorganik, penentuan difusi,
proses nuklir dalam ilmu fisika.
A. Laju Reaksi Kimia
Laju reaksi dapat diartikan sebagai berkurangnya konsentrasi pereaksi per satuan
waktu atau bertambahnya konsentrasi produk reaksi per satuan waktu.
π΄ + 3π΅ β 2πΆ
Saat reaksi berlangsung maka terjadi penurunan konsentrasi zat A dan zat B, dan
terjadi peningkatan konsentrasi zat C. dengan kata lain saat reaksi berlangsung
terjadi penurunan konsentrasi reaktan dan terjadi peningkatan konsentrasi produk
secara bersamaan.
π = β
π[π΄]
ππ‘
π = β
π[π΅]
ππ‘
π = +
π[πΆ]
ππ‘
Tanda minus menunjukkan bahwa dalam reaksi tersebut terjadi penurunan
konsentrasi zat sedangkan tanda plus menunjukkan dalam reaksi tersebut terjadi
peningkatan konsentrasi zat.
10. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 3
Perbandingan laju reaksinya:
π[π΄]
ππ‘
:
π[π΅]
ππ‘
:
π[πΆ]
ππ‘
= 1: 3: 2
atau
π : π : π = 1: 3: 2
Sehingga
π =
1
3
π =
1
2
π
Laju rata-rata :
π = β
β[π΄]
βπ‘
= β
[π΄] β [π΄]
π‘ β π‘
Laju sesaat :
Laju reaksi pada saat tertentu dan terjadi dalam selang waktu yang sangat singkat,
βπ‘ β 0. Laju sesaat merupakan kemiringan garis singgung grafik konsentrasi
terhadap waktu pada waktu tertentu.
π = β
π[π΄]
ππ‘
Soal Latihan
1. Untuk suatu reaksi yang diungkapkan dengan persamaan reaksi:
3π΄ + 2π΅ β π· + 2πΈ
a) Tentukan persamaan laju pengurangan A dan B?
b) Tentukan persamaan laju pembentukan C dan D?
c) Tentukan persamaan laju reaksi kimianya?
2. Pada kondisi tertentu gas hydrogen dan gas hydrogen dan gas iodium dapat
bereaksi membentuk gas hydrogen iodide.
a) Tulis persamaan reaksinya?
b) Bagaimanakah perbandingan laju konsumsi I2 dengan laju pembentukan
HI?
c) Bila dalam waktu 2 menit telah diperoleh 1 mol HI maka berapakah mol H2
harus dikonsumsi dalam waktu yang sama?
11. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 4
3. Data hasil percobaan reaksi:
2 NO(g) + H2(g) ο N2O (g) + H2O(g)
Perc.
Konsentrasi Awal Laju Reaksi
M.s-1
[NO] β¦M [H2] β¦ M
1 6,4 x 10-3 2,2 x 10-3 2,6 x 10-5
2 12,8 x 10-3 2,2 x 10-3 1,0 x 10-4
3 6,4 x 10-3 4,4 x 10-3 5,1 x 10-5
4 19,2 x 10-3 6,6 x 10-3 10 x 10-5
a) Tentukan orde reaksi?
b) Tentukan persamaan laju reaksi?
c) Tentukan harga k dan satuan dari k pada reaksi tersebut?
B. Satuan Laju Reaksi
Satuan kecepatan reaksi terdiri dari satuan konsentrasi dan satuan waktu. Untuk
satuan konsentrasi adalah Molar, sedangkan satuan waktu bisa: detik, menit, jam,
hari, minggu dan seterusnya yang tergantung dari kecepatan reaksinya. Jika reaksi
cepat satuan waktu detik dan jika reaksi lambat satuan waktu bisa mingu atau
bulan. Reaksi yang sangat lambat satuan waktu dapat berupa tahun.
C. Alat Untuk Mengikuti Jalannya Reaksi
Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi. Karena
konsentrasi zat yang bereaksi makin lama makin berkurang maka pada umumnya
kecepatan reaksi dari suatu reaksi kimia makin lama juga makin berkurang. Dalam
suatu reaksi kimia yang sebanding dengan konsentrasi adalah tekanan,
absorbansi, daya hantar listrik, dan daya polarisasi. Oleh karena itu untuk mengikuti
perubahan kecepatan reaksi dapat dilakukan dengan jalan mengukur perubahan
konsentrasi dengan dititrasi atau dengan alat elektronik, mengukur perubahan
tekanan dengan manometer, mengukur daya absorbansi dengan AAS. daya hantar
listrik dengan konduktometer dan daya polarisasi dengan alat polarimeter.
Laju reaksi bergantung pada konsentrasi, mana aja?
1. Tergantung pada konsentrasi reaktan (umumnya)
2. Tergantung pada konsentrasi reaktan dan produk
a) Reaksi Otokatalisi :
Reaksi yang menghasilkan zat katalis untuk reaksi tersebut.
12. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 5
b) Reaksi Otoinhibisi :
Reaksi yang menghasilkan zat inhibitor untuk reaksi tersebut.
3. Reaksi yang tidak bergantung pada konsentrasi zat reaktan maupun hasil
reaksi, yaitu pada reaksi dengan orde nol.
D. Molekularitas Dan Orde Reaksi / Tingkat Reaksi
Molekularitas adalah jumlah atom-atom / molekul-molekul yang ikut serta dalam
reaksi kimia.
ο· Unimolekuler
π π β π π +
1
2
π
Karena jumlah π π yang ikut bereaksi adalah satu maka molekularitas dari
reaksi tersebut adalah satu (uni molekuler).
ο· Bimolekuler
2π»πΌ β π» + πΌ
Karena jumlah π»πΌ yang ikut bereaksi adalah dua maka molekularitas dari reaksi
tersebut adalah dua (bimolekuler).
ο· Trimolekuler
2ππ + π β 2ππ
Karena jumlah zat yang ikut bereaksi adalah 2 ππ dan satu π yaitu total ada
tiga molekul maka molekularitas dari reaksi tersebut adalah tiga (trimolekuler).
Orde reaksi / tingkat reaksi adalah jumlah atom-atom / molekul-molekul yang
konsentrasinya ikut menentukan perubahan laju reaksi.
Contoh:
π π β π π +
1
2
π
Karena jumlah molekul yang konsentrasinya ikut menentukan perubahan laju reaksi
adalah satu (π π ) maka reaksi tersebut adalah orde satu.
πΆπ» πΆπππΆ π» + π» π β πΆπ» πΆπππ» + πΆ π» ππ»
Karena jumlah molekul yang konsentrasinya ikut menentukan perubahan laju reaksi
adalah satu (πΆπ» πΆπππΆ π» ) maka reaksi tersebut adalah orde satu.
2π»πΌ β π» + πΌ
13. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 6
Karena jumlah molekul HI yang ikut menentukan perubahan laju reaksi ada dua
maka reaksi tersebut merupakan reaksi orde dua.
2ππ + π β 2ππ
Karena jumlah molekul yang konsentrasinya ikut menentukan perubahan laju reaksi
adalah tiga (ππ’π ππππππ’π ππ πππ π ππ‘π’ ππππππ’π π ) maka reaksi tersebut adalah
orde tiga.
Orde reaksi / tingkat reaksi dari suatu reaksi tidak dapat ditentukan hanya dengan
melihat dari persamaan reaksinya saja, tetapi ditentukan berdasarkan hasil
percobaan.
14. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 7
BAB 2
Dasar Matematika Untuk Kinetika
A. Logaritma
Bentuk umum logaritma:
π = π βΉ log π = π₯
π = π₯ βΉ log π₯ = π¦ = ln π₯
π = 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352
Simbol π untuk dasar Logaritma Natural pertama kali digunakan oleh
matematikawan Swiss yaitu Leonhard Euler. Mengapa disebut logaritma natural?
Sekilas, tampaknya yang lebih βnaturalβ tentunya adalah logaritma yang berbasis
10, karena basis angka yang digunakan umumnya juga 10. Namun, ada 2 alasan
mengapa ππ(π₯) disebut natural:
1. Persamaan-persamaan yang variabel tak diketahuinya merupakan pangkat dari
e jauh lebih sering dijumpai dibanding yan merupakan pangkat dari 10 (karena
sifat-sifat βnaturalβ dari fungsi eksponensial yang dapat menggambarkan
pertumbuhan dan penurunan)
2. Karena Logaritma natural dapat didefinisikan dengan mudah menggunakan
integral dasar atau Deret Taylor, dan Logaritma berbasis lainnya tidak bisa
didefinisikan seperti Logaritma Natural ini.
Dimana π > 0, π β 1 πππ π > 0.
Bilangan a disebut sebagai bilangan basis/pokok.
Contoh:
1. 2 = 3 βΉ π₯ = log 3
2. 3 = 2 βΉ π₯ = log 2
3. log 4 = π₯ βΉ 4 = 2 βΉ π₯ = 2
4. log 100 = 2 βΉ 100 = π βΉ π = 10
15. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 8
Sifat-sifat logaritma:
1. log π = 1
2. log 1 = 0
3. log π = π
4. log ππ = log π + log π
5. log = log π β log π
6. log π = π log π
7. log π = log π
8. log π =
9. log π = ( log π)
10. log π β log π = log π
Konversi logaritma dengan logaritma natural:
log π₯ = log π β log π₯
log π₯ = 0,43429 β log π₯
log π₯ = 0,43429 β ln π₯
ln π₯ =
log π₯
0,43429
= 2,303 β log π₯
B. Turunan
Turunan merupakan diferensial pada saat perubahan x seminimal mungkin
(mendekati nol). Turunan dari fungsi π¦ = π(π₯) adalah fungsi lain π (π₯) =
( )
=
yang dituliskan dalam bentuk = lim
β β
( β ) ( )
β
Aturan turunan:
1. Jika π¦ = π, maka π¦ = 0
2. Jika π¦ = ππ₯ , maka π¦ = πππ₯
3. Jika π¦ = π’ + π£, maka π¦ = π’ + π£β²
4. Jika π¦ = π’ , maka π¦ = ππ’ π’β²
5. Jika π¦ = π’π£, maka π¦ = π’ π£ + π’π£β²
6. Jika π¦ = , maka π¦ =
7. Jika π¦ = π , maka π¦ = π β ln π = π β 1 = π
8. Jika π¦ = π , maka π¦ = πβ² β π β ln π = πβ² β π β 1 = πβ² β π
16. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 9
C. Diferensial
Turunan π¦ terhadap π₯ dituliskan dalam bentuk . Lambang ππ¦ dan ππ₯ sebenarnya
memiliki arti tersendiri. Bentuk ππ¦ menunjukkan pertambahan kecil βπ¦ dan bentuk
ππ₯ menunjukkan pertambahan kecil βπ₯. Sehingga dapat diartikan perubahan
kecil βπ¦ terhadap perubahan kecil βπ₯. Andaikan π¦ = π(π₯), maka ππ¦ = π (π₯)ππ₯.
Aturan diferensial:
1. ππ = 0
2. π(ππ’) = π ππ’
3. π(π’ + π£) = ππ’ + ππ£
4. π =
5. π(π’ ) = ππ’ ππ’
D. Integral
Konsep integral adalah kebalikan dari operasi pendiferensialan (turunan). Integral
dibagi menjadi dua yaitu integral tentu dan integral tak tentu.
ο· INTEGRAL TAK TENTU
Misalkan f(x) adalah turunan dari fungsi F(x), maka F(x) disebut sebagai anti
turunan dari f(x). anti turunan dari f(x) dinamaka integral dari f(x) yang
dilambangkan
π(π₯)ππ₯ = πΉ(π₯) + π
Sifat-sifat integral tak tentu:
1. β« 0ππ₯ = π
2. β« πππ₯ = ππ₯ + π
3. β« π₯ ππ₯ = π₯ + π , π β β1
Integral fungsi eksponensial:
π ππ₯ = π + π
π ππ₯ =
1
π
π + π
1
π₯
ππ₯ = ln π₯ + π
17. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 10
Integral parsial:
π’ ππ£ = π’π£ β π£ ππ’
Contoh:
1. β« π₯ πππ π₯ ππ₯
Misal π’ = π₯ β ππ’ = ππ₯; ππ£ = cos π₯ β π£ = sin π₯
Sehingga β« π₯ πππ π₯ ππ₯ = π₯ sin π₯ β β« sin π₯ ππ₯ = π₯ sin π₯ β cos π₯ + π
2. β« π₯ sin π₯ ππ₯
Misal π’ = π₯ β ππ’ = 2π₯ ππ₯; ππ£ = sin π₯ β π£ = β cos π₯
Sehingga
β« π₯ sin π₯ ππ₯ = βπ₯ cos x + β« x cos π₯ ππ₯ = βπ₯ cos π₯ + π₯ sin π₯ β cos π₯ + π
ο· INTEGRAL TENTU
Bentuk umum integral tentu:
π(π₯)ππ₯ = [πΉ(π₯)] = πΉ(π) β πΉ(π)
Sifat-sifat integral tentu:
1. β« π π(π₯)ππ₯ = π β« π(π₯)ππ₯
2. β« [π(π₯) Β± π(π₯)]ππ₯ = β« π(π₯)ππ₯ Β± β« π(π₯)ππ₯
3. β« π(π₯)ππ₯ = β β« π(π₯)ππ₯
4. β« π(π₯)ππ₯ = 0
5. β« π(π₯)ππ₯ = β« π(π₯)ππ₯ + β« π(π₯)ππ₯
6. β« π(π₯)ππ₯ = 2 β« π(π₯)ππ₯ , π’ππ‘π’π π(π₯)ππ’πππ π πππππ {π(βπ₯) = π(π₯)}
7. β« π(π₯)ππ₯ = 0, π’ππ‘π’π π(π₯)ππ’πππ π ππππππ {π(βπ₯) = βπ(π₯)}
18. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 11
BAB 3
Penentuan Orde dan
Persamaan Laju Reaksi
A. Mengolah Data Sederhana
Data sederhana yang dimaksud adalah data yang menunjukkan perbandingan
yang mudah dipecahkan, baik data konsentrasi maupun laju reaksi.
Contoh soal:
2ππ β 2ππ + π
Percobaan [ππ ] Laju pembentukan NO
1 0,1 β 10 2
2 0,3 β 10 18
3 0,6 β 10 72
Tentukan persamaan dan konstanta laju reaksi?
Mengolah Data Rumit
Untuk data yang rumit harus dicari dulu hubungan matematis antara konsentrasi
dan waktu. Hal ini tergantung dari jumlah pereaksi dan orde reaksinya.
B. Pereaksi Tunggal dengan Laju Reaksi Berorde Satu
Reaksi: π΄ β πππππ’π
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
π[π]
[π]
= βπ. ππ‘
Secara matematis, jika fungsi ini dibuat grafik, persamaan ini ditunjukkan dengan
tanda integral yang menggambarkan luas daerah di bawah kurva antara waktu
ketika reaksi dimulai (t=0) dan beberapa waktu berikutnya (t) sebagai berikut:
1
[π]
π[π] = βπ. ππ‘
19. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 12
Maka,
ππ
[π]
[π]
= βππ‘ atau ππ[π] β ππ[π] = βππ‘
Menurut persaman regresi linier yaitu:
π = π΄ + π΅π
Dimana:
π = variable terikat (variable yang dipengaruhi)
π = variable bebas (variable yang mempengaruhi)
π΄ = intersep / konstanta
π΅ = koefisien regresi / slope / kemiringan
Maka persamaan ππ[π] β ππ[π] = βππ‘ dapat dirubah menjadi ππ[π] = ππ[π] β ππ‘
dengan slop βπ dan intersep ππ[π] .
Konversi rumus ππ
[ ]
[ ]
= βππ‘ menjadi logaritmanya adalah 2,303 β πππ
[ ]
[ ]
= βππ‘
log[π] β log[π] =
βππ‘
2,303
log[π] =
βππ‘
2,303
+ log[π]
atau bentuk pangkat euler menjadi
log
[π]
[π]
= βππ‘
π =
[π]
[π]
[π] β π = [π]
20. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 13
C. Pereaksi Tunggal dengan Laju Reaksi Berorde Dua
Reaksi: 2π΄ β πππππ’π
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
1
[π]
π[π] = βπ. ππ‘ atau [π] π[π] = βπ. ππ‘
Bentuk integral dari persamaan ini adalah sebagai berikut:
[π] π[π] = βπ. ππ‘
β[π] | = βππ‘
1
[π]
β
1
[π]
= ππ‘
Persamaan di atas menghasilkan persamaan garis linier sebagai berikut:
1
[π]
= ππ‘ +
1
[π]
D. Pereaksi Tunggal dengan Laju Reaksi Berorde Tiga
Reaksi: 3π΄ β πππππ’π
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
1
[π]
π[π] = βπ. ππ‘ atau [π] π[π] = βπ ππ‘
21. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 14
Bentuk integral dari persamaan ini adalah sebagai berikut:
[π] π[π] = βπ ππ‘
β
1
2
[π] = βππ‘
1
2[π]
β
1
2[π]
= ππ‘
E. Pereaksi Orde Dua dengan Dua Reaktan
Reaksi: π΄ + π΅ β πππππ’π
π¨ + B π
β ππππ ππ
Mula-mula
Reaksi
π
π₯
π
π₯
0
π₯
Sisa pada waktu t π β π₯ π β π₯ π₯
Persamaan laju dapat dinyatakan:
ππ₯
ππ‘
= π[π β π₯][π β π₯]
ππ₯
[π β π₯][π β π₯]
= π. ππ‘
ππ₯
[π β π₯][π β π₯]
= π. ππ‘
1
[π β π₯][π β π₯]
=
π΄
[π β π₯]
+
π΅
[π β π₯]
1 = π΄[π β π₯] + π΅[π β π₯]
Saat π₯ = π maka 1 = π΅[π β π ] sehingga π΅ = [ ]
Saat π₯ = π maka 1 = π΄[π β π ] sehingga π΄ =
[ ]
β1
[π β π ]
ππ₯
[π β π₯]
+
1
[π β π ]
ππ₯
[π β π₯]
= π. ππ‘
1
[π β π ]
βππ₯
[π β π₯]
+
ππ₯
[π β π₯]
= π. ππ‘
26. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 19
BAB 4
Waktu Paruh
Waktu paruh π‘ didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam suatu reaksi
kimia sehingga konsentrasi pereaksi menjadi separuh dari konsentrasi mula-mula.
A. Reaksi Berorde Satu
Sebelumnya kita sudah pernah menurunkan persamaan laju reaksi orde dua yaitu:
ππ
[π]
[π]
= βππ‘
Jika [π] = a, maka saat waktu paruh [π]= Β½ a, sehingga
ππ
π
1
2 π
= π π‘
ππ2 = π π‘
π‘ =
0,693
π
Maka persamaan waktu paruh reaksi orde satu dapat dinyatakan sengan rumus
π‘ =
,
.
B. Reaksi Berorde Dua
Persamaan laju reaksi orde dua yaitu:
1
[π]
β
1
[π]
= π π‘
Jika [π] = a, maka saat waktu paruh [π]= Β½ a, sehingga
1
0,5π
β
1
π
= π π‘
1
π
= π π‘
π‘ =
1
π π
Maka persamaan waktu paruh reaksi orde dua dapat dinyatakan sengan rumus
π‘ = .
27. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 20
C. Reaksi Berorde Tiga
Persamaan laju reaksi orde dua yaitu:
1
2[π]
β
1
2[π]
= π π‘
Jika [π] = a, maka saat waktu paruh [π]= Β½ a, sehingga
1
2(0,5π)
β
1
2(π)
= π π‘
2
π
β
1
2π
= π π‘
4 β 1
2π
= π π‘
3
2ππ
= π‘
Maka persamaan waktu paruh reaksi orde tiga dapat dinyatakan sengan rumus
π‘ = .
Nilai waktu paro suatu reaksi dapat digunakan untuk menentukan orde dan
konsentrasi laju reaksi, yaitu dengan mencari hubungan yang sesuai dengan
ordenya. Secara umum hubungan itu adalah:
Orde reaksi (n) Waktu paruh ππ
π
1 π‘ =
0,693
π
2 π‘ =
1
π π
3 π‘ =
3
2ππ
π‘ ~
1
π( )
atau π‘ . π( )
= ππππ π‘ππ
π‘ . π ( )
= π‘ . π ( )
π‘ dan π‘ adalah waktu paro keadaan pertama dan kedua, sedangkan π
dan π adalah jumlah pereaksi pada keadaan pertama dan kedua, nilai n adalah
orde reaksi.
28. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 21
Contoh Soal:
1. π΄ β π
[A] awal = 0,8 M dan setelah 6,4 menit tinggal 0,4 M. Jika [A] awal = 0,4 M,
diperlukan waktu 25,6 menit supaya A tinggal separuhnya.
2. π΅ β π
[B] awal = 0,6 M dan setelah 45 detik tinggal 0,3 M. Bila diambil B sebesar 0,8 M
diperlukan waktu 45 detik agar B yang tinggal 0,4 M.
3. πΆ β π
Bila [C] awal 0,3 M diperlukan waktu 7,5 menit agar C tinggal separuhnya. Bila [C]
diambil 0,5 M diperlukan waktu 4,5 menit agar C tinggal 0,25 M.
Tentukan orde rekasi dan konstanta reaksi masing-masing!
Penyelesaian:
1. (6,4)(0,8)( )
= (25,6)(0,4)( )
; n = 3 (reaksi orde tiga)
π =
3
2π π‘
= 0,092 πππ . πΏ . πππππ‘
2. (45)(0,6)( )
= (45)(0,8)( )
; n = 1 (reaksi orde satu)
π =
0,693
π‘
= 0,0154 π
3. (7,5)(0,3)( )
= (4,5)(0,5)( )
; π = 2 (reaksi orde dua)
π =
3
ππ‘
= 0,44 πππ . πΏ. πππππ‘
Note: Kegunaan lain penentuan waktu paruh adalah untuk menghitung pereaksi yang
masih tersisa setelah waktu tertentu.
30. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 23
BAB 5
Teori Laju Reaksi
Ada dua pendekatan teoritik yang menjelaskan laju reaksi. Yaitu teori tumbukan dan
teori keadaan transisi.
A. Teori Tumbukan
Menurut teori ini sebelum dua buah molekul bersenyawa, mula-mula kedua molekul
tersebut saling bertumbukan satu dengan yang lain. Zat π΄ dan zat π΅ dapat bereaksi
menghasilkan zat hasil apabila zat π΄ dan zat π΅ saling bertumbukan. Tidak semua
tumbukan dapat menghasilkan reaksi, tetapi hanya tumbukan yang menghasilkan
energi sama dengan atau lebih besar dari energi aktivasi (πΈπ) reaksi tersebut yang
dapat menghasilkan reaksi. Teori tumbukan didassarkan pada teori kinetic gas.
Berdasarkan teori ini kecepatan reaksi persatuan waktu antara dua jenis molekul π΄
dan π΅ sama dengan jumlah tumbukan yang terjadi persatuan waktu antara kedua
jenis molekul tersebut. Menurut teori kinetik gas jumlah tumbukan tersebut adalah:
π = [π΄][π΅]π 8ππ π
π + π
π β π
Dimana:
π = jarak terdekat antara pusat massa molekul π΄ dan pusat massa molekul π΅
π = massa molekul π΄
π = massa molekul π΅
π = konstanta Boltzman
Dengan anggapan bahwa tiap tumbukan antara dua molekul menghasilkan reaksi
maka laju reaksi sama dengan Z, yaitu:
π = π = π 8ππ π
π + π
π β π
[π΄][π΅]
Penulisan ini sesuai dengan persamaan
π = π[π΄][π΅]
Sehingga menghasilkan ungkapan untuk tetapan laju reaksi/konstanta laju reaksi
yang disimbolkan π (rumus awal dan kemudian direvisi):
31. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 24
π = π 8ππ π
π + π
π β π
Perhitungan tetapan laju reaksi dengan cara ini ternyata menghasilkan hasil yang
jauh lebih besar, yaitu 10 β 10 kali lebih besar dari hasil π dalam praktek / yang
diamati. Hal ini dapat dimengerti mengingat teori sederhana ini didasarkan
anggapan bahwa tiap tumbukan antara molekul π΄ dan π΅ menghasilkan reaksi.
Dengan kata lain teori ini mengabaikan kenyataan bahwa tumbukan yang terjadi
antara dua molekul dapat berlangsung mulai yang menghasilkan energi rendah
sampai yang menghasilkan energi tinggi.
Untuk mengoreksi ini dimasukkan pengandaian bahwa reaksi hanya terjadi pada
tumbukan antara dua molekul dengan energi yang sama atau lebih besar dari
energi aktivasi (πΈπ) dari reaksi tersebut.
Tumbukan yang terjadi dengan menghsailkan energi yang lebih rendah dari πΈπ
tidak menghasilkan reaksi. Oleh karena itu tidak memberikan sumbangan pada
harga tetapan laju reaksi (π). Ungkapan untuk tetapan laju reaksi pada persamaan
di atas, dengan demikian harus dikalikan dengan sauatu faktor yang memberikan
fraksi dari molekul-molekul yang bertumbukan dengan energi yang lebih besar dari
πΈπ. Dari distribusi Boltzman dapat diturunkan bahwa harga faktor tesebut yaitu:
π β
Sehingga diperoleh ungkapan sebagai berikut:
π = π 8ππ π
π + π
π β π
β π β
Pernyataan π menurut konsep Arhenius adalah:
π = π΄ β π β
Sehingga dapat terlihat bahwa faktor frekuensi A adalah:
π΄ = π 8ππ π
π + π
π β π
Untuk perhitungan tetapan laju / konstanta laju reaksi (π), dengan menggunakan
data tentang ukuran dan massa dari molekul-molekul pereaksi serta harga energi
aktivasi yang diamati, ternyata menghasilkan harga π cukup dekat dengan harga
yang diamati. Simpangan terkecil antara harga π yang dihitung dengan yang
diamati adalah untuk reaksi antara atom-atom atau molekul-molekul sederhana.
32. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 25
Simpangan tersebut bertambah besar dengan makin besar serta makin rumitnya
molekul. Sehingga harga π yang diamati lebih rendah dari harga π yang dihitung.
Untuk molekul rumit hasil pengamatan harga π yang diperoleh lebih rendah dengan
faktor 102-106.
Teori tumbukan ini kurang berhasil untuk molekul-molekul yang rumit, dapat
ditelusuri dari anggapan dasar yang digunakan yaitu bahwa kecepatan berbanding
lurus dengan tumbukan-tumbukan yang terjadi dan tiap-tiap molekul dianggap
sebagai bola. Dalam kenyataan setiap molekul memiliki bangun ruang tertentu dan
semakin rumit suatu molekul maka makin rumit pula bangun ruangnya. Bagi
molekul-molekul yang demikian, umumnya reaksi terjadi tidak bertumbukan dengan
molekul lain dan dengan energi tertentu, tetapi juga hanya terjadi apabila bagian-
bagian tertentu dari suatu molekul bertemu bagian tertentu dari molekul yang lain
pula. Dengan demikian maka jumlah tumbukan yang menghasilkan reaksi akan
berkurang lagi dari yang dihitung menurut rumus di atas. Rendahnya hasil yang
diamati ini disebabkan oleh faktor kesesuaian arah ruang dari molekul-molekul
pereaksi. Gejala ini disebut dengan Efek Sterik (dari sterio yang berarti ruang).
Adanya efek sterik yang sangat khusus bagi tiap reaksi tidak memungkinkan
dikembangkannya perbaikan lebih lanjut teori tumbukan.
Bagi reaksi antara molekul-molekul rumit telah dikembangkan teori yang lebih
sempurna daripada teori tumbukan, yaitu dengan jalan diperhitungkan pula struktur
kimia dari masing-masing pereaksi. Teori ini dikenal sebagai βTeori laju reaksi
absolutβ atau teori keadaan peralihan (transisi), ternyata telah menghasilkan
perhitungan-perhitungan yang cukup dekat dengan hasil yang diamati bagi molekul
yang tidak terlalu rumit, dibanding dengan hasil tumbukan.
Meskipun teori ini hanya dapat menjelaskan reaksi yang sederhana namun dapat
disimpulkan sebagai berikut.
a. Laju reaksi bergantung pada konsentrasi reaksi karena jumlah tumbukan
persatuan waktu bertambah jika konsentrasi bertambah.
b. Laju reaksi bergantung pada sifat spesifik pereaksi karena energi aktifasinya
berbeda.
33. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 26
c. Laju reaksi bergantung pada temperature karena jumlah molekuil yang
berenergi cukup untuk bereaksi merupakan fungsi temperatur, dan selanjutnya
akan mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi (k).
d. Pengaruh katalis adalah memperkecil energi aktivasi, hal ini dilakukan dengan
cara memberikan suatu lintasan lain yang menghindari tahap reaksi yang
paling lambat.
Kelemahan teori tumbukan:
a. Molekul-molekul yang bereaksi mempunyai orientasi tertentu sebelum bereaksi.
b. Reaksi berlangsung dalam beberapa tahap.
c. Energi aktifasi tidak hanya terlokasi dalam ikatan yang akan diputuskan dalam
reaksi, tetapi juga dalam beberapa ikatan lainnya.
d. Teori tumbukan tidak dapat digunakan dalam reaksi yang terjadi pada
permukaan katalis.
B. Teori Keadaan Transisi
Menurut teori ini, molekul-molekul yang bereaksi sebelum membentuk hasil reaksi
terlebih dahulu membentuk kompleks teraktifkan yang berada dalam
kesetimbangan termodinamika dengan molekul pereaksi.
π΄ + π΅ β π΄π΅β
β πππππ’π
πΎβ
=
[π΄π΅β
]
[π΄][π΅]
[π΄π΅β] = πΎβ[π΄][π΅]
ππππ’ =
πππππ’πππ π π£πππππ π π’ππ‘π’π
ππππ’π‘π’π πππ ππππ‘ππ
ππππππππ π‘πππππ‘πππππ
β
ππππ πππ‘πππ π
ππππππππ π‘πππππ‘πππππ
π = π β [π΄π΅β]
π =
π π
πβ
β πΎβ[π΄][π΅]
Dari persamaan tersebut dapat diperoleh harga konstanta laju reaksi yaitu:
π =
π π
πβ
β πΎβ
Dengan = π = ππππ π‘πππ‘π π΅πππ‘π§πππ (1,38 β 10
π½
πΎ = 1,38 β 10
πππ
πΎ)
β = ππππ π‘πππ‘π πππππ (6,6260755 β 10β34
Js = 6,624 β 10 πππ β π ).
π = 8,314 π½/πππ. πΎ = 8,314 β 10 πππ/πππ. πΎ = 1,987 πππ/πππ. πΎ.
Berdasarkan pendekatan termodinamika pada keadaan setimbang:
34. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 27
βπΊβ
= βπ π ln πΎβ
atau πΎβ
= π
β β
. Harga perubahan energi Gibbs juga dapat
ditentukan dengan cara: βπΊβ
= βπ»β
β πβπβ
π =
π π
πβ
β πΎβ
π =
π π
πβ
β π
β β
π =
π π
πβ
β π
β β β β
π =
π π
πβ
β π
β β β β
π =
π π
πβ
β π
β β
π
β β
Tetapan laju suatu reaksi pada suhu tertentu, ditentukan oleh βπΊβ
, yaitu energi
bebas pengaktifan. Makin besar energi bebas pengaktifan maka makin kecil laju
reaksi pada suhu tertentu.
Perbandingan Teori Arhenius, Teori Tumbukan dan Teori Keadaan Transisi:
No. Teori Pendekatan
Faktor freksuensi tumbukan
( faktor pre-eksponensial)
Faktor
eksponensial
1. Arrhenius A β π π
2. Tumbukan π 8ππ π
π + π
π β π
β π π
3.
Keadaan Transisi
(Kompleks aktif)
π π
πβ
β π
β β
β π π
β β
Keterangan: πΈπ = πΈ = βπ»β
= ππππππ πππ‘ππ£ππ π πππππ π.
Berdasarkan perbandingan tersebut di atas, terlihat bahwa harga k dapat
dinyatakan dalam persamaan umum:
π = π΄ β π β π ππππππ 0 β€ π β€ 1
Dimana π΄ β π = π΄ = ππππ‘ππ πππππ’πππ π π‘π’πππ’πππ (ππππ‘ππ πππ β πππ ππππππ πππ).
Perhatikan bahwa:
ο· Pada persamaan Arrhenius, harga A tidak dipengaruhi oleh suhu (atau π = 0)
ο· Pada teori tumbukan, harga A sebanding dengan suhu dipangkatkan Β½ (atau
π = Β½)
ο· Pada teori kompleks aktif, harga π΄ sebanding dengan suhu pangkat 1 (atau π =
1)
35. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 28
Pada versi yang lebih kompleks, harga m dapat berada pada rentang: 0 β€ π β€ 3
sampai dengan 4. Walaupun demikian, pada umumnya faktor eksponensial
π jauh lebih sensitif terhadap adanya perubahan suhu dibandingkan
dengan faktor pre-eksponensial (π΄ β π ).
Dengan demikian, persamaan tersebut dapat dianggap identik dengan persamaan
Arrhenius:
π = π΄ β π
Kesimpulan: Teori atau hukum Arrhenius memberikan pendekatan yang cukup
baik tentang kebergantungan harga konstanta kecepatan reaksi terhadap suhu
(berdasarkan teori tumbukan dan teori kompleks aktif).
Keunggulan Teori Keadaan Transisi:
1. Faktor ruang dalam reaksi bimolekuler dapat diungkapkan seccara kuantitatif.
2. Dapat berlaku pada larutan.
Contoh Soal
1. Tabel berikut menyajikan konstanta laju dari reaksi pada temperatur berbeda.
Tentukan energi pengaktifan kedua reaksi:
Reaksi I Reaksi II
1,0 β 10 π ππππ π π’βπ’ 40 β
3,0 β 10 π ππππ π π’βπ’ 70 β
2,0 β 10 π ππππ π π’βπ’ 30 β
6,0 β 10 π ππππ π π’βπ’ 70 β
Jawab:
ln π = ln π΄ β
πΈπ
π π
ln π = ln π΄ β
πΈπ
π π
ln π β ln π =
πΈπ
π
1
π
β
1
π
ln
π
π
=
πΈπ
π
1
π
β
1
π
2. Gunakan teori tumbukan untuk memprediksi kecepatan reaksi spesifik (k) dari
reaksi dekomposisi
36. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 29
hidrogen iodida: 2 π»πΌ β π» + πΌ pada suhu 321,4 β. Asumsikan diameter
tumbukan = 3,5 π΄Μ (= 3,5 β 10 ππ) dan energi aktivasi reaksi = 44000 kal/mol.
Evaluasi juga, berapakah harga faktor frekuensi tumbukan yang dihasilkan!
Jawab:
π = π = π = 128 πΈπ = πΈ = 44000 πππ/πππ
π = 3,5 . 10 ππ π = 321,4 β + 273 = 594,4 πΎ
π = 8,314
π½
πππ
. πΎ = 8,314 β 10
πππ
πππ
. πΎ = 1,987
πππ
πππ
. πΎ
π = π 8ππ π
π + π
π β π
β π
π = 1,7 β 10 π ,
ππ
ππππππ’π
. π ππππ
Untuk mengubah satuan k menjadi liter/mol.detik, maka angka yang diperoleh di
atas harus dikalikan bilangan Avogadro (= 6,02 β 10 ππππππ’π/πππ) dan dibagi
dengan 1000, sehingga:
π = 1,7 β 10 π ,
β
6,02 β 10
1000
= 1,02 β 10 π ,
= 5,7 β 10 πππ‘ππ/πππ. π
Dengan demikian, harga kecepatan reaksi spesifik (k) pada kasus ini sebesar 5,7 β
10 πππ‘ππ/πππ. πππ‘ππ dengan faktor frekuensi tumbukan (A) sebesar 1,02 β
10 πππ‘ππ/πππ. πππ‘ππ.
3. Dengan teori keadaan transisi dan data termodinamika berikut ini, hitunglah
konstanta kecepatan reaksi fase gas dari reaksi dekomposisi dimetileter
(πΆπ» ππΆπ» ) pada suhu 780 K. π₯π»β
= 56900 πππ/πππ; π₯πβ
= 2,5 πππ/πππ. πΎ
Jawab:
π =
π π
β
β π
β β
π
β β
π =
1,38 β 10 β 780
6,624 β 10
β π
,
π
β β
π = 5,744 β 10 πππ‘ππ
4. Suatu reaksi mempunyai energi pengaktifan 65 ππ½πππ . Laju pada suhu 100 β
adalah 7,8 β 10 πππ β πΏ π .
a. Pada temperatur berapa laju reaksi menjadi sepersepuluh kali dari laju reaksi
pada suhu 100 β.
b. Hitung laju pada suhu 20 β, jika data yang lain tetap.
38. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 31
Soal Latihan
1. Di bawah ini adalah data penguraian glukosa dalam larutan:
a (a-x)
[Glukosa]
(mmol/dm3)
56,0 55,3 54,2 52,5 49,0
Time (min) 0 45 120 240 480
Tunjukkan bahwa reaksi tersebut adalah orde satu, hitunglah konstanta laju reaksi
dan waktu paruh.
2. Data kinetik berikut diperoleh untuk reaksi antara natrium tiosulfat dan metil iodida
pada 25 oC, konsentrasi diekspresikan dalam satuan molar.
Time
(min)
0 4,75 10 20 35 55 ~
[Na2S2O3] 35,35 30,5 27,0 23,2 20,3 18,6 17,1
[CH3I] 18,25 13,4 9,9 6,1 3,2 1,5 0
Tunjukkan bahwa reaksi tersebut adalah orde dua!
3. Reaksi saponifikasi etil asetat dalam larutan natrium hidroksida pada 30 oC.
πΆπ» πΆπππΆ π» + ππππ» β πΆπ» πΆππππ + πΆ π» ππ»
Konsentrasi ester dan alkali mula-mula adalah 0,05 mol dm-3, dan penurunan
konsentrasi ester x diukur pada waktu-waktu berikutnya.
X.10-3
(dm3/mol)
5,91 11,42 16,3 22,07 27,17 31,47 36,44
t (min) 4 9 15 24 37 53 83
Hitung konstanta laju reaksinya!
4. Ketika konsentrasi A dalam reaksi sederhana π΄ β π΅ diubah dari 0,51 mol/dm3
menjadi 1,03 mol/dm3, waktu paruh turun dari 150 detik menjadi 75 detik pada 25
oC. Berapakah orde reaksi dan harga konstanta lajunya?
Jawab:
πππ
π‘
π‘
= (π β 1)πππ
π
π
40. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 33
BAB 6
Persamaan Matematis Laju Reaksi
Salah satu masalah dalam kinetika kimia adalah bagaimana menentukan orde reaksi
yang berlangsung dengan beberapa reaktan. Dengan konsentrasi yang berbeda dari
beberapa spesies, orde reaksi sering tidak mengikuti nol sederhana, pertama, kedua
yang dengan mudah dijelaskan menggunakan konsep sebelumnya. Beberapa metode
yang dapat digunakan untuk menentukan orde reaksi ini antara lain:
1. Metode isolasi Ostwald
2. Metode laju awal reaksi
3. Metode waktu fraksional (waktu paruh)
4. Metode integrase
5. Metode diferensial
6. Metode grafik
A. Metode Isolasi Ostwald
Metode ini diperkenalkan oleh Ostwald. Dalam metode ini konsentrasi dari salah
satu reaktan dibuat jauh lebih kecil dari konsentrasi reaktan yang lain. Setelah
reaksi berlangsung, zat yang berkonsentrasi besar relatif tidak berubah
konsentrasinya dibandingkan konsentrasi awal sehingga konsentrasi zat yang
besar tersebut dianggap konstan. Contoh:
πΆπ» π΅π + ππ» β πΆπ» ππ» + π΅π
Hukum laju reaksi subtitusi ini adalah memiliki orde satu terhadap bromoetana dan
juga berorde satu untuk ion hidroksida sehingga orde totalnya dalah dua.
Persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan dengan
π = π[πΆπ» π΅π][ππ» ]
Jika πΆπ» π΅π yang direaksikan sebesar 0,001 M dan ππ» yang direaksikan sebesar
0,1M maka pada akhir reaksi πΆπ» π΅π akan habis bereaksi dan terdapat sisa ππ»
sebanyak 0,099M seperti reaksi berikut.
41. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 34
πΆπ» π΅π + ππ» β πΆπ» ππ» + π΅π
Mula 0,001M 0,1M
Reaksi 0,001 0,001 0,001 0,001
Sisa - 0,099 0,001 0,001
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa konsentrasi ππ» tidak berubah secara
signifikan. Perubahan total 1% dianggap lebih kecil dari kesalahan eksperimen
yang masih dapat diterima, sehingga konsentrasi ππ» dapat dianggap konstan.
Laju reaksi semula dapat dinyatakan dengan
π = π [πΆπ» π΅π]
Dengan π adalah konstanta laju yang teramati pada saat [ππ» ] berlebih. Secara
matematika harga π reaksi tersebut adalah π = π[ππ» ]. Konstanta laju reaksi
pada orde yang diamati, π dinyatakan sebagai konstanta laju semu (pseudo orde
satu / pseudo first order). Reaksi ini dinamakan reaksi orde satu semu karena
seolah-olah reaksi ini berperilaku seperti reaksi orde satu meskipun tidak benar-
benar orde satu. Perbedaannya adalah π tidak benar-benar konstan karena nilai
bervariasi seiring dengan perubahan konsentrasi awal dari ion hidroksida.
Contoh lain yang sering digunakan dalam praktikum kimia adalah penentuan
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi logam dengan asam kuat. Misalnya
reaksi antara logam magnesium dengan asam klorida. Pengaruh konsentrasi Mg
diperoleh dengan cara melakukan variasi panjang pita magnesium dengan larutan
asam klorida yang memiliki konsentrasi konstan. Pengamatan laju reaksi ditentukan
berdasarkan waktu yang dibutuhkan agar pita Mg habis bereaksi. Dalam halini
kuantitas Mg yang dinyatakan sebagai fungsi panjang pita pada konsentrasi HCl
adlah konstan sehingga orde reaksi yang diperoleh adalah orde reaksi terhadap
Mg.
Metode isolasi ini cocok untuk reaksi sederhana dimana laju adalah fungsi
sederhana dari konsentrasi. Metode ini tidak akan membantu ketika reaksi bersifat
kompleks dan terjadi dalam beberapa langkah. Metode ini juga tidak berlaku untuk
mempelajari reaksi cepat dimana beberapa teknik khusus diperlukan untuk
digunakan.
42. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 35
B. Metode Laju Awal Reaksi
Metode penentuan orde reaksi berdasarkan nilai laju awal reaksi didasarkan pada
asumsi bahwa reaksi bersifat tergantung pada stoikiometri terhadap waktu reaksi.
Oleh karenanya, konsentrasi reaktan pada suatu waktu tertentu untuk digunakan
sebagai panduan penentuan orde reaksi menimbulkan banyak kesalahan. Laju
awal reaksi dapat dipilih karena dapat menggambarkan kecenderungan pola
dekomposisi reaktan untuk membentuk suatu produk secara komparatif pada dua
atau lebih kondisi awal reaksi yang berbeda. Contoh:
ππ΄ + ππ΅ β πππππ’π
Persamaan laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
π = π[π΄] [π΅]
Laju awal reaksi π dinyatakan dengan
π = π[π΄] [π΅]
Dengan [π΄] dan [π΅] merupakan konsentrasi mula-mula reaktan A dan B yang
nilainya ditentukan sebelum eksperimen dilakukan. Secara eksperimental, variasi
laju awal reaksi akan diperoleh dengan memvariasikan salah satu konsentrasi
reaktan pada kondisi konsentrasi reaktan yang lain adalah konstan.
Contoh:
Data percobaan reaksi penguraian π π menjadi ππ dan π sebagai berikut
2π π ( ) β 4ππ ( ) + π ( )
[π π ] ππ€ππ (πππ πΏ
β ) Laju awal berkurangnya [π π ] (πππ πΏ. π
β )
1,0 β 10
2,0 β 10
4,8 β 10
9,6 β 10
Berdasarkan reaksi di atas, laju reaksi dapat dinyatakan dengan
π = π[π π ]
Jika konsentrasi dijadikan dua kali semula maka laju reaksi menjadi dua kali
semula sehingga
π = π β (2[π π ])
2π = π β 2 β [π π ]
2π β [π π ] = π β 2 β [π π ]
2 = 2
π = 1
Kesimpulannya reaksi tersebut merupakan reaksi orde satu.
43. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 36
Contoh yang kedua reaksi
πΌ ( ) + πΆππ ( ) β― πΌπ ( ) + πΆπ ( )
Diperoleh data konsentrasi awal πΌ , πΆππ dan ππ» serta laju awal pembentukan
πΌπ adalah
Percobaan
Konsentrasi awal (mol/L)
Laju awal (mol/L.s)
π° πͺππΆ πΆπ―
1
2
3
4
0,010
0,020
0,010
0,010
0,010
0,010
0,020
0,010
0,010
0,010
0,010
0,020
7,5 β 10
15,0 β 10
15,0 β 10
3,0 β 10
Tentukan orde reaksi masing-masing terhadap πΌ , πΆππ dan ππ» ; tentukan
persamaan laju raksi dan harga konstanta laju.
Jawab:
π = π β [πΌ ] [πΆππ ] [ππ» ]
Jika kita perhatikan percobaan 1 dan 2 maka konsentrasi πΆππ dan ππ» dibuat
tetap dan konsentrasi πΌ dibuat dua kali semula sehingga laju reaksi menjadi dua
kali semula.
2 = 2
π = 1
Jika kita perhatikan percobaan 1 dan 3 maka konsentrasi πΌ dan ππ» dibuat tetap
dan konsentrasi πΆππ dibuat dua kali semula sehingga laju reaksi menjadi dua kali
semula.
2 = 2
π = 1
Jika kita perhatikan percobaan 1 dan 3 maka konsentrasi πΌ dan πΆππ dibuat tetap
dan konsentrasi ππ» dibuat dua kali semula sehingga laju reaksi menjadi dua kali
semula.
2 =
1
2
π = β1
Maka persamaan laju reaksi di atas dapat dinyatakan dengan
π = π β [πΌ ][πΆππ ][ππ» ] ππ‘ππ’ π = π β
[πΌ ][πΆππ ]
[ππ» ]
Dari percobaan 1 diperoleh
7,5 β 10 πππ πΏ β π
β = π β
0,010 πππ πΏ
β β 0,010 πππ πΏ
β
0,010 πππ πΏ
β
44. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 37
7,5 β 10 π = π
Satuan dari konstanta laju reaksi belum tentu sama untuk setiap reaksi karena
bergantung pada orde reaksi total dari reaksi tersebut.
π = π β [πΆ]
π =
π
[πΆ]
=
πππ
πΏ β π
πππ
πΏ
=
πππ β πΏ β π
(πππ β πΏ )
Orde reaksi Satuan konstanta laju
0
1
2
3
π
πππ β πΏ β π
π
πππ β πΏ β π
πππ β πΏ β π
πππ( )
β πΏ( )
β π
Soal Latihan
1. Dari reaksi: 2πΌπΆπ + π» β πΌ + 2π»πΆπ
Diperoleh data eksperimen:
Eksperimen [πΌπΆπ] (M) [π» ] (M) Laju awal (M/s)
1
2
3
0,10
0,20
0,10
0,01
0,01
0,04
0,002
0,004
0,008
Tentukan:
Orde reaksi terhadap masing-masing reaktan
Konstanta laju reaksi
2. Diketahui data eksperimen laju reaksi sebagai berikut:
Eksperimen
Konsentrasi awal (M)
Laju awal (M/s)
πΌ πΆππ ππ»
1
2
3
4
0,010
0,020
0,010
0,010
0,010
0,010
0,020
0,010
0,010
0,010
0,010
0,020
7,5 β 10
15,0 β 10
15,0 β 10
3,0 β 10
Tentukan orde reaksi masing-masing terhadap πΌ , πΆππ dan ππ» . Tentukan juga
persamaan laju reaksi dan hitung konstanta laju reaksinya.
45. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 38
3. Studi sebuah reaksi mengamati orde masing-masing reaktan dari reaksi berikut,
termasuk didalamnya terdapat pengaruh hidroksida (ππ» ) yang berperan sebagai
katalis:
πΌ ( ) + πΆππ ( ) β πΌπ ( ) + πΆπ ( )
Eksperimen
Konsentrasi awal (M)
Laju awal (M/s)
πΌ πΆππ ππ»
1
2
3
4
5
6
7
0,0013
0,0026
0,0013
0,0013
0,0013
0,0013
0,0013
0,012
0,012
0,0060
0,018
0,012
0,012
0,018
0,10
0,10
0,10
0,10
0,050
0,20
0,20
9,4 β 10
18,7 β 10
4,7 β 10
14,0 β 10
18,7 β 10
4,7 β 10
7,0 β 10
Tentukan persamaan laju reaksi dan hitung konstanta laju reaksi tersebut.
C. Metode Waktu Fraksional
Metode waktu fraksional yang paling popular dalam penentuan orde reaksi adalah
waktu paruh. Waktu paruh reaksi adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
konsentrasi reaktan menjadi Β½ kali konsentrasi semula. Ilustrasi deskriptif waktu
fraksional termasuk di dalamnya waktu paruh disajikan dengan gambar berikut:
Untuk reaksi berorde satu, berdasarkan persamaan
π¨ π
β ππππ ππ
Mula-mula
Reaksi
a
x
0
x
Sisa pada waktu t a-x x
46. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 39
Secara umum ekspresi laju reaksi adalah:
ππ₯
ππ‘
= π(π β π₯)
dengan k adalah konstanta laju reaksi dan n adalah orde reaksi.
Selanjutnya Wilkinson membuat perumusan umum untuk metode waktu fraksional,
dimana dari persamaan umum laju reaksi:
βππΆ
ππ‘
= ππΆ π’ππ‘π’π π β 1,
Persamaan integral dapat ditulis sebagai
βππΆ
πΆ
= πππ‘ ππ‘ππ’ βπΆ ππΆ = πππ‘
β πΆ ππΆ = π ππ‘
βπΆ
β(π β 1)
= ππ‘
πΆ ( )
(π β 1)
= ππ‘
1
πΆ
β
1
πΆ
1
(π β 1)
= ππ‘
1
πΆ
β
1
πΆ
1
(π β 1)π
= π‘
1
1
2
πΆ
β
1
πΆ
1
(π β 1)π
= π‘
2
πΆ
β
1
πΆ
1
(π β 1)π
= π‘
2 β 1
πΆ
1
(π β 1)π
= π‘
Bentuk umum dari waktu fraksional persamaan tersebut adalah
π‘ =
(2 β 1)
π(π β 1)πΆ
47. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 40
Pada variasi konsentrasi (C) maka persamaan di atas dapat disederhanakan
menjadi:
π‘ =
π(π, π)
πΆ
dimana π(π, π) merupakan fungsi yang bergantung pada orde reaksi serta
konstanta laju reaksi. Bentuk logaritma fungsi tersebut adalah:
log π‘ = log π β (π β 1) log πΆ
Plot log konsentrasi awal reaksi, β log πΆ terhadap log π‘ akan menghasilkan
sebuah slope sebesar (π β 1). Berdaarkan plot ini kita dapat menentukan juga
konstanta laju reaksi (k) berdasarkan nilai intersep.
π = π΄ + π΅π
πππππ =
βπ
βπ
=
β log π‘
β log πΆ
β(π β 1) =
log π‘ β log π‘
log πΆ β log πΆ
1 β
log π‘ β log π‘
log πΆ β log πΆ
= π
Untuk suatu reaksi dengan nilai n dan k tertentu, variasi terhadap konsentrasi awal
reaktan memberikan nilai π‘ yang bervariasi dimana semakin tinggi konsentrasi
semakin tinggi nilai π‘ -nya sehingga nilai slope dari plot log konsentrasi awal
versus log π‘ bernilai negatif. Untuk semua kondisi konsentrasi awal reaktan a,
kita dapat memperoleh persamaan:
π = 1 β
log π‘ β log π‘
log π β log π
ππ‘ππ’ π = 1 +
log π‘ β log π‘
log π β log π
Contoh Soal
1. Data berikut diambil dari reaksi peruraian radikal ClO:
[πΆππ] π 3.87 0.7845 0.159 0.0625
π‘ πππππ‘ 0,067 1,624 39,393 254,412
Berdasarkan data tentukan nilai orde reaksi tersebut!
Jawab:
48. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 41
Bedasarkan data kita akan menentukan orde reaksi dengan pengolahan data
mengkalkulasi nilai
[ClO] (Molar) 3.87 0.7845 0.159 0.0625
t 1/2 (menit) 0.067 1.624 39.393 254.412
log [ClO] 0.58771097 -0.10541 -0.7986 -1.20412
log t1/2 -1.1739252 0.210586 1.595419 2.405538
log π‘ = log π β (π β 1) log πΆ
Oleh karena nilai slope = -1,9977 ~ -2, maka kita akan memperoleh nilai orde
reaksi = 3.
2. Suatu plot logaritma dari konsentrasi terhadap waktu reaksi memberikan slope
negatif sebesar β0,3 β 10 dan intersep positif. Tentukan waktu paruh reaksi?
Jawab:
Untuk suatu plot kinetika log C vs t memberikan slope negatif, dapat kita prediksi
bahwa reaksi tersebut adalah reaksi orde satu. Selanjutnya dapat dicari nilai k dan
waktu paruh untuk reaksi tersebut:
π ππππ =
π
2,303
π πβπππππ π = 2,303 β 0,3 β 10 = 6,909 β 10 /πππππ‘
Waktu paruh reaksi dapat dicari dengan rumus
π‘ =
ln 2
π
=
0,693
π
=
0,693
6,909 β 10
= 100 πππππ‘
3. Sebuah reaksi ditentukan orde serta konstanta laju reaksinya berdasarkan
eksperimen variasi konsentrasi awal reaksi. Data yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
y = -1.9977x + 8E-05
RΒ² = 1
-2
-1
0
1
2
3
-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1
log
t
1/2
log [ClO]
Grafik log [ClO] vs log t 1/2
49. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 42
Konsentrasi
awal (M)
1,15 β 10 1,33 β 10 1,52 β 10 1,77 β 10 2,01 β 10
Waktu
paruh
(menit)
7561,437 5623,413 4570,882 3162,278 2454,709
Tentukan orde dan konstanta laju reaksi!
Jawab:
Konsentrasi
awal (M)
0.0115 0.0133 0.0152 0.0177 0.0201
Waktu paruh
(menit)
7561.437 5623.413 4570.882 3162.278 2454.709
log C -1.939302 -1.876148 -1.818156 -1.752027 -1.696804
log t 3.878604 3.75 3.66 3.5 3.39
log π‘ = log π β (π β 1) log πΆ
Oleh karena nilai slope = -2,016 ~ -2, maka kita akan memperoleh nilai orde reaksi
(n) = 3.
Nilai intersep = -0,0264
Besarnya intersep = log ( )
= log ( )
= log = β0,0264
3
2π
= 10 ,
= 0,941
π = 1,594 π β π
β
4. Sebuah reaksi dengan reaktan tunggal π΄ β πππππ’π berlangsung dengan waktu
paruh sebesar 65,45 menit pada konsentrasi awal reaktan sebesar 0,056 mg/L, dan
y = -2.016x - 0.0264
RΒ² = 0.9964
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4
-2 -1.95 -1.9 -1.85 -1.8 -1.75 -1.7 -1.65
log
t
1/2
log C
Grafik log C vs log t 1/2
50. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 43
pada kenaikan konsentrasi sebesar dua kalinya, waktu paruh menjadi 129,55
menit. Tentukan orde reaksi tersebut!
Jawab:
π ππππ =
βπ¦
βπ₯
β(π β 1) =
β log π‘
β log πΆ
π = 1 +
log π‘ β log π‘
log πΆ β log πΆ
= 1 β 0,985 β 0
5. Reaksi berorde nol memiliki waktu paruh sebesar 20 menit. Tentukan waktu yang
dibutuhkan agar 90% reaktan habis bereaksi.
Jawab:
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
βπ[π] = π. ππ‘
Bentuk integral dari persamaan ini adalah sebagai berikut:
β π[π] = π ππ‘
βπ| = ππ‘
βπ + π = ππ‘
π =
π β π
π‘
Pada waktu paruh, maka π = π sehingga
π =
1
2
π
20 πππππ‘
ππ‘ππ’ π =
π
40 πππππ‘
Pada saat 90% reaktan habis bereaksi, berarti π = 0,9π
Secara umum berlaku persamaan
π β π = ππ‘
0,1π =
π
40
π‘
π‘ = 4 πππππ‘
51. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 44
Latihan Soal
1. Diketahui bahwa penguraian π»πΌ menjadi π» + πΌ pada 508 β mempunyai waktu
paroh sebesar 135 menit bila tekanan awal HI adalah 0,1 atm dan 13,5 menit bila
tekanan 1 atm. Tunjukan bahwa keadaan ini membuktikan bahwa reaksi
mempunyai orde dua? Berapa nilai tetapan laju k?
2. Reaksi nitro etana dengan natrium hidroksida yang konsentrasinya masing-masing
adalah 0,004 molar dan 0,005 molar,merupakan reaksi orde dua dengan nilai
tetapan laju k pada 0 β adalah 39,1 πΏ πππ πππππ‘ . Berapa waktu yang
dibutuhkan supaya 90% nitro etana bereaksi?
D. Metode Integrase
Reaksi dapat memiliki orde satu, dua, tiga dan seterusnya yang besarnya akan
tergantung pada mekanisme reaksi yang dilaluinya. Pada reaksi:
π ππππ‘ππ β πππππ’π
Secara umum, ekspresi matematis reaksi berorde n adalah:
β
ππΆ
ππ‘
= ππΆ
Dengan C adalah konsentrasi reaktan pada saat t. persamaan tersebut jika
diintegralkan akan menghasilkan persamaan sederhana untuk setiap orde n.
persamaan dapat ditulis sebagai:
β
ππΆ
πΆ
= πππ‘
β
ππΆ
πΆ
= π ππ‘
β πΆ ππΆ = π ππ‘
Secara umum (kecuali untuk n=1) penyelesaian persamaan tersebut adalah:
βπΆ
β(π β 1)
= ππ‘
πΆ ( )
(π β 1)
= ππ‘
52. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 45
1
(π β 1)
1
πΆ
β
1
πΆ
= ππ‘
1
πΆ
=
1
πΆ
+ (π β 1)ππ‘
Sedangkan untuk reaksi orde satu (n=1) maka hasil integralnya adalah
βln πΆ| = ππ‘
β ln πΆ β (β ln πΆ ) = ππ‘
ln πΆ β ln πΆ = ππ‘
ln
πΆ
πΆ
= ππ‘
ο· Pereaksi Tunggal (Unimolekuler) Dengan Laju Reaksi Berorde Satu
Reaksi: π΄ β πππππ’π
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
π[π]
[π]
= βπ. ππ‘
Secara matematis, jika fungsi ini dibuat grafik, persamaan ini ditunjukkan
dengan tanda integral yang menggambarkan luas daerah di bawah kurva
antara waktu ketika reaksi dimulai (t=0) dan beberapa waktu berikutnya (t)
sebagai berikut:
1
[π]
π[π] = βπ. ππ‘
Maka,
ln[π]| = βππ‘
ln[π] β ln[π] = βππ‘ ππ‘ππ’ ππ
[π]
[π]
= βππ‘
Menurut persaman regresi linier yaitu:
π = π΄ + π΅π
Dimana:
π = variable terikat (variable yang dipengaruhi)
π = variable bebas (variable yang mempengaruhi)
π΄ = intersep / konstanta
π΅ = koefisien regresi / slope / kemiringan
53. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 46
Maka persamaan ππ[π] β ππ[π] = βππ‘ dapat dirubah menjadi ππ[π] = ππ[π] β
ππ‘ dengan slop βπ dan intersep ππ[π] .
ο· Pereaksi tunggal dengan laju reaksi berorde dua
Reaksi: 2π΄ β πππππ’π
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
1
[π]
π[π] = βπ. ππ‘ atau [π] π[π] = βπ. ππ‘
Bentuk integral dari persamaan ini adalah sebagai berikut:
[π] π[π] = βπ. ππ‘
β[π] | = βππ‘
1
[π]
β
1
[π]
= ππ‘
Persamaan di atas menghasilkan persamaan garis linier sebagai berikut:
1
[π]
= ππ‘ +
1
[π]
54. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 47
ο· Pereaksi tunggal dengan laju reaksi berorde tiga
Reaksi: 3π΄ β πππππ’π
β
π[π]
ππ‘
= π[π]
Persamaan ini dapat disusun kembali menjadi:
1
[π]
π[π] = βπ. ππ‘ atau [π] π[π] = βπ ππ‘
Bentuk integral dari persamaan ini adalah sebagai berikut:
[π] π[π] = βπ ππ‘
β
1
2
[π] = βππ‘
1
2[π]
β
1
2[π]
= ππ‘
ο· Pereaksi orde dua dengan dua reaktan
Reaksi: π΄ + π΅ β πππππ’π
π¨ + B π
β ππππ ππ
Mula-mula
Reaksi
π
π₯
π
π₯
0
π₯
Sisa pada waktu t π β π₯ π β π₯ π₯
Persamaan laju dapat dinyatakan:
ππ₯
ππ‘
= π[π β π₯][π β π₯]
ππ₯
[π β π₯][π β π₯]
= π. ππ‘
ππ₯
[π β π₯][π β π₯]
= π. ππ‘
1
[π β π₯][π β π₯]
=
π΄
[π β π₯]
+
π΅
[π β π₯]
1 = π΄[π β π₯] + π΅[π β π₯]
Saat π₯ = π maka 1 = π΅[π β π ] sehingga π΅ =
[ ]
56. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 49
Persamaan laju dapat dinyatakan:
β
ππ΄
ππ‘
= π[π΄] [π΅]
Secara stoikiometri,
π΄ = π΄ β π₯ ππ‘ππ’ π₯ = π΄ β π΄
π΅ = π΅ β π¦ ππ‘ππ’ π¦ = π΅ β π΅
π₯
π¦
=
2
1
π πβπππππ π₯ = 2π¦
[π΄ β π΄] = 2[π΅ β π΅] atau π΅ = π΅ β +
Sehingga
β
ππ΄
ππ‘
= π[π΄] π΅ β
π΄
2
+
π΄
2
Dengan metode penyelesaian menggunakan pecahan parsial kita peroleh
persamaan
1
π΄ π΅ β
π΄
2
+
π΄
2
β‘
π
π΄
+
π
π΄
+
π
π΅ β
π΄
2
+
π΄
2
Dengan π, π dan π adalah konstanta. Hasil pengintegralannya adalah
2
(2π΅ β π΄ )
1
π΄
β
1
π΄
+
2
(2π΅ β π΄ )
ππ
π΅ π΄
π΄ π΅
= π. π‘
ο· Pereaksi orde tiga dengan tiga reaktan
Reaksi: π΄ + π΅ + πΆ β πππππ’π
π¨ + B + C π
β ππππ ππ
Mula-mula
Reaksi
π΄
π₯
π΅
π¦
πΆ
π§
0
π
Sisa pada waktu t π΄ π΅ πΆ π
Persamaan laju dapat dinyatakan:
β
ππ΄
ππ‘
= π[π΄][π΅][πΆ]
Secara stoikiometri,
π΄ = π΄ β π₯ ππ‘ππ’ π₯ = π΄ β π΄
π΅ = π΅ β π¦ ππ‘ππ’ π¦ = π΅ β π΅
πΆ = πΆ β π§ ππ‘ππ’ π§ = πΆ β πΆ
π₯ = π¦ = π§
57. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 50
[π΄ β π΄] = [π΅ β π΅] = [πΆ β πΆ]
atau π΅ = π΅ β π΄ + π΄ dan πΆ = πΆ β π΄ + π΄
Sehingga
β
ππ΄
ππ‘
= π[π΄][π΅ β π΄ + π΄][πΆ β π΄ + π΄]
Hasil pengintegralan menggunakan metode pecahan parsial akan
menghasilkan persamaan:
1
(π΅ β π΄ )(πΆ β π΄ )
ππ
π΄
π΄
+
1
(π΄ β π΅ )(πΆ β π΅ )
ππ
π΅
π΅
+
1
(π΄ β πΆ )(π΅ β πΆ )
ππ
πΆ
πΆ
= π. π‘
atau
1
(π΄ β π΅ )(π΅ β πΆ )(πΆ β π΄ )
ππ
π΄
π΄
( )
π΅
π΅
( )
πΆ
πΆ
( )
= π. π‘
E. Metode diferensial
Metode ini, yang digunakan oleh Vanβt Hoff, disebut metode diferensial Vanβt Hoff.
Perhatikan reaksi berikut
ππ΄ β πππππ’π
Laju reaksi pada dua konsentrasi yang berbeda πΆ dan πΆ dapat diberikan sebagai:
π = β
ππΆ
ππ‘
= ππΆ
π = β
ππΆ
ππ‘
= ππΆ
Jka persamaan π dibagi dengan persamaan π maka
π
π
=
(βππΆ ) ππ‘
β
(βππΆ ) ππ‘
β
=
πΆ
πΆ
π =
log π β log π
log πΆ β log πΆ
Reaksi dilakukan beberapa kali dengan konsentrasi reaktan yang berbeda.
Selanjutnya dibuat grafik antara konsentrasi terhadap waktu. Kemiringan/slope
(β ππ/ππ‘) pada interval waktu tertentu diukur dalam kedua kasus dan menggunakan
nilai-nilai ini, π ditentukan dengan bantuan persamaan di atas. Persamaan laju
dengan metode diferensial dapat juga dinyatakan sebagai berikut:
β
ππΆ
ππ‘
= ππΆ
58. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 51
β log
ππΆ
ππ‘
= log π + π log πΆ
Dengan demikian, plot log(πππ‘π) versus log πΆ akan menjadi garis lurus dengan
intersep log π dan kemiringan π. Ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan
untuk reaksi sederhana. Namun, jika log(πππ‘π) versus log πΆ plot tidak linier, maka
reaksi bersifat kompleks.
F. Metode grafik
Dengan menggunakan persamaan laju reaksi yang diturunkan menggunakan
metode integrasi maka dapat disusun ulang menjadi persamaan regresi linier yaitu
π = π΄ + π΅π
Dimana:
π = variable terikat (variable yang dipengaruhi)
π = variable bebas (variable yang mempengaruhi)
π΄ = intersep / konstanta
π΅ = koefisien regresi / slope / kemiringan
Sebagai contoh persamaan regresi linier dari beberapa orde reaksi adalah
Reaksi Orde Persamaan Regresi πΏ π Slope Intersep
π΄
(π)
β π 0 (π β π₯) = ππ‘ π‘ π β π₯ π π
π΄
(π)
β π 1 log(π β π₯) = β
π
2,303
π‘ + log π π‘ log(π β π₯)
π
2,303
log π
π΄
(π)
β π 2
1
(π β π₯)
= ππ‘ +
1
π
π‘
1
(π β π₯)
π
1
π
π΄
(π)
+
π΅
(π)
+
πΆ
(π)
β π
3
1
(π β π₯)
= 2ππ‘ +
1
π
π‘
1
(π β π₯)
2π
1
π
π΄
(π)
+
π΅
(π)
+
πΆ
(π)
+ β― β π
π
β₯ 2
1
(π β π₯)
= (π β 1)ππ‘ +
1
π
π‘
1
(π β π₯)
(π β 1)π
1
π
59. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 52
Bentuk ππ Bentuk πππ
ln(π β π₯) = βππ‘ + log π
π = β0,0003π₯ + 4,0258
βπ = β0,0003
π = 0,0003
log(π β π₯) = β
π
2,303
π‘ + log π
π = β0,0001π₯ + 1,7484
β
π
2,303
= β0,0001
βπ = β0,0001 β 2,303
π =
Dari persamaan regresi yang diperoleh maka jika ruas sebelah kiri dipoting
terhadap waktu maka harus memberikan garis lurus. Misalnya, ploting antara
log(π β π₯) terhadap waktu adalah garis lurus berarti reaksi tersebut merupakan
reaksi orde satu. Ini adalah metode yang sederhana dan akurat dan diterapkan
secara umum untuk penentuan orde reaksi. Metode ini juga menguntungkan,
karena konstanta laju reaksi dapat dievaluasi dengan kemiringan garis lurus dan
jika konsentrasi awal reaktan tidak diketahui, dapat ditentukan dengan bantuan
intersep.
Perbandingan persamaan laju menggunakan metode diferensial, metode integrasi,
metode grafik dan metode waktu paruh adalah sebagai berikut
Reaksi Orde
Persamaan
Diferensial
Persamaan Integrasi Persamaan Regresi ππ
π
π΄
(π)
β π 0
ππ₯
ππ‘
= π π =
π₯
π‘
(π β π₯) = ππ‘
π
2π
π΄
(π)
β π 1
ππ₯
ππ‘
= π(π β π₯) π =
2,303
π‘
πππ
π
(π β π₯)
log(π β π₯)
= β
π
2,303
π‘ + log π
0,693
π
π΄
(π)
β π 2
ππ₯
ππ‘
= π(π β π₯) π =
1
π‘
1
(π β π₯)
β
1
π
1
(π β π₯)
= ππ‘ +
1
π
1
ππ
π΄
(π)
+
π΅
(π)
+
πΆ
(π)
β π
3
ππ₯
ππ‘
= π(π β π₯) π =
1
2π‘
1
(π β π₯)
β
1
π
1
(π β π₯)
= 2ππ‘ +
1
π
3
2ππ
π΄
(π)
+
π΅
(π)
+
πΆ
(π)
+ β― β π
π β₯ 2
ππ₯
ππ‘
= π(π β π₯)
π =
1
π‘(π β 1)
1
(π β π₯)
β
1
π
1
(π β π₯)
= (π β 1)ππ‘ +
1
π
2 β 1
(π β 1)ππ( )
61. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 54
Contoh Soal
1. Suatu reaksi hidrolisis ester diketahui merupakan reaksi orde dua dengan laju
reaksi tergantung pada konsentrasi ester saja. Pengamatan terhadap reaksi
hidrolisis tersebut setelah reaksi berlangsung 12 menit diperoleh sisa ester
sebanyak 65% dari konsentrasi semula. Tentukan:
a. Waktu paruh reaksi
b. Prosentase ester sisa setelah reaksi berlangsung 50 menit
c. Konsentrasi ester yang telah bereaksi selama 20 menit.
Jawab:
Reaksi berorde dua dengan reaktan tunggal, sehingga persamaan laju reaksi yang
berlaku adalah = + ππ‘
1
0,65πΆ
=
1
πΆ
+ π(12 πππππ‘)
π = 0,0449/πΆ
Waktu paruh reaksi π‘
1
0,5πΆ
=
1
πΆ
+
0,0449
πΆ
π‘
0,0449
πΆ
π‘ =
1
πΆ
π πβπππππ π‘ = 22,27 πππππ‘
Prosentase ester padaa waktu 50 menit
1
πΆ
=
1
πΆ
+
0,0449
πΆ
(50)
1
πΆ
=
3,245
πΆ
ππ‘ππ’ πΆ = 0,4454 πΆ
Prosentase ester padaa waktu 50 menit adalah 44,54 %.
Prosenttase ester yang bereaksi pada 20 menit
1
πΆ
=
1
πΆ
+
0,0449
πΆ
(20)
1
πΆ
=
1,898
πΆ
ππ‘ππ’ πΆ = 0,5269 πΆ
Prosentase ester yang tersisa pada waktu 20 menit adalah 52,69 %, berarti
prosentase ester yang telah bereaksi sebesar 47,31 %.
62. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 55
2. Suatu reaksi diketahui berorde dua dengan reaktan tunggal memiliki waktu paruh
3,45 menit bila dilakukan dengan konsentrasi awal 0,56 M. jika untuk jenis reaksi
yang sama diketahui waktu paruh reaksi sebesar 0,45 menit, berapa konsentrasi
awal reaktan.
Jawab:
π‘ . πΆ ( )
= π‘ . πΆ ( )
3,45. (0,56)( )
= 0,45. πΆ ( )
πΆ =
3,45 β 0,56
0,45
= 0,073 π
3. Reaksi peruraian ClO berlangsung dengan petrsamaan
πΆππ β πΆπ + π
Tentukan konstanta laju reaksi dan orde reaksinya berdasarkan data praktikum
berikut:
t (mdetik) 0,12 0,62 0,96 1,6 3 6,2
ClO (M) 4,25 4,01 3,6 2,86 2,32 1,87
Jawab:
Beradasarkan analisis dari beberapa grafik orde reaksi dari data tersebut maka
ditentukan bahwa reaksi tersebut adalah orde 4 karena memiliki harga koefisien
determinasi (π ) paling mendekati angka 1.
63. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 56
Latihan soal
1. Reaksi peruraian ClO memberikan data konsentrasi ClO pada selang waktu
pengamatan:
Waktu (menit) [πΆππ] β 10 π
0,12
0,62
0,96
1,60
3,20
4,00
5,75
8,49
8,09
7,10
5,79
5,20
4,77
3,95
Tentukan apakah reaksi mengikuti orde satu atau dua.
2. Reaksi antara ππ π π dengan πΆπ» πΌ menghasilkan data sebagai berikut:
Waktu
(menit)
0 4,75 10 20 35 55 ~
ππ π π 35,35 30,5 27,0 23,2 20,3 18,6 17,1
πΆπ» πΌ 18,25 13,4 9,9 6,1 3,2 1,5 0
Tunjukan bahwa reaksi memiliki orde dua.
3. Suatu reaksi pada fasa cair memiliki persamaan 2π΄ β π΅
Dari pengamatan reakasi menggunakan metode spektrofotometri diperoleh data
konsentrasi B pada kurun waktu reaksi sebagai berikut:
t (detik) 0 600 1200 2400 3600 ~
[B] M 0 0,089 0,153 0,200 0,230 0,312
Tentukan orde dan konstanta laju reaksi.
64. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 57
BAB 7
Kinetika Reaksi Kompleks
Kebanyakan reaksi dalam laboratorium tidak dapat mengikuti mekanisme tunggal,
tetapi reaksi berlangsung dengan mekanisme beberapa tahap. Reaksi demikian
dikategorikan ke dalam reaksi kompleks. Jika mekanisme reaksi berlangsung dari satu
reaktan dengan dua mekanisme yang berlangsung independen dan bersamaan maka
reaksi tersebut disebut reaksi parallel atau reaksi samping. Sedangkan jika raksi
berlangsung dengan mekanisme pembentukan produk yang kemudian bereaksi lagi
membentuk produk baru lagi secara simultan disebut dengan reaksi konsekutif.
Reaksi komplek dapat juga meliputi reaksi parallel dan reaksi konsekutif secara
bersamaan.
A. Reaksi Berkesetimbangan
Reaksi di industri sering berlangsung secara kesetimbangan atau reversible.
Contoh reaksi:
3π» + π β 2ππ»
Reaksi tersebut terdiri dari reaksi:
3π» + π β 2ππ» (πππππ π π)
2ππ» β 3π» + π (πππππ π ππ)
Reaksi mula-mula berlangsung antara π» dan π membentuk ππ» (reaksi i),
setelah ππ» terbentuk, ππ» dapat terurai menjadi π» dan π kembali (reaksi ii).
Pada awalnya reaksi maju berlangsung dengan laju maksimal, seiring dengan
waktu berjalan maka laju reaksi maju tersebut makin berkurang dan laju reaksi balik
makin bertambah hingga mencapai suatu kondisi kesetimbangan dimana laju
reaksi maju (reaksi i) sama dengan laju reaksi balik (reaksi ii).
65. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 58
Sebagai contoh umum, ambil sebuah reaksi yang dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
π΄
,
π΅
Dengan π dan π masing-masing merupakan konstanta laju reaksi maju dan
konstanta laju reaksi balik. Jika [π΄] adalah konsentrasi A pada saat t dan
konsentrasi B pada saat t adalah [π΅], dan jika pada saat t=0, [π΅] = 0 maka [π΅] =
[π΄] β [π΄]. Laju reaksi ke arah kanan dinyatakan sebagai:
β
π[π΄]
ππ‘
= π [π΄]
Laju reaksi ke arah kiri:
β
π[π΄]
ππ‘
= βπ ([π΄] β [π΄])
Tanda negatif dari konstanta laju reaksi balik (βπ ) memberikan makna bahwa
perubahan konsentrasi B yang dinyatakan sebagai ([π΄] β [π΄]) berlawanan arah
dengan kecepatan perubahan A.
Sehingga laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi A adalah:
β
π[π΄]
ππ‘
=
π[π΄]
ππ‘
+
π[π΄]
ππ‘
β
π[π΄]
ππ‘
= π [π΄]βπ ([π΄] β [π΄])
66. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 59
Laju reaksi pada saat kesetimbangan adalah sama dengan nol, atau
[ ]
= 0 dan
konsentrasi A pada saat kesetimbangan adalah [π΄] . Sehingga:
0 = π [π΄] βπ ([π΄] β [π΄] )
π
π
=
[π΄] β [π΄]
[π΄]
= πΎ
Menyesuaikan reaksi tersebut untuk reaksi balik dapat ditulis menjadi:
π = π
[π ]
[π ] β [π ]
Dengan mensubtitusikan persamaan sebelumnya didapat:
π[π ]
[π ] β [π ]
=
[π ]
[π ] β [π ]
π ππ‘
Bentuk integrase dengan kondisi awal [π ] adalah [π ] yaitu:
ln
[π ] β [π ]
[π ] β [π ]
=
[π ]
[π ] β [π ]
π π‘
Sehingga jika dibuat plot ln
[ ] [ ]
[ ] [ ]
terhadap π‘ akan diperoleh garis lurus dengan
titik sumbu nol dan slope
[ ]
[ ] [ ]
π . konstanta laju ke arah kanan (π ) dapat
diperoleh dari slope yang didapat.
Contoh Soal
1. Reaksi π β π berlangsung dengan konsentrasi awal R sebesar 0,45 M.
Setelah kesetimbangan tercapai, konsentrasi R adalah sebesar 0,05 M. Jika
pada saat reaksi berlangsung selama 10 menit konsentrasi R adalah sebesar
0,30 M, tentukan konstanta laju ke arah kanan?
Jawab:
[π ] = 0,45 M
Konsentrasi pada saat setimbang [π ] = 0,05π
Konsentrasi pada saat 10 menit [π ] = 0,3π
ln
[π ] β [π ]
[π ] β [π ]
=
[π ]
[π ] β [π ]
π β π‘
ln
0,45 β 0,05
0,3 β 0,05
=
0,45
0,45 β 0,05
π β 10 πππππ‘
π = 0,4178/πππππ‘
67. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 60
2. Reaksi kesetimbangan berikut: π΄ β π΅ memiliki konstanta laju reaksi ke arah
kanan dan ke arah kiri masing-masing sebesar π dan π . konsentrasi A diukur
selama reaksi berlangsung dan menghasilkan data berikut:
Waktu (menit) [A] M
0
30
60
90
120
150
180
900
0,25
0,225
0,199
0,175
0,151
0,125
0,099
0,005
Tentukan konstanta kesetimbangan reaksi?
Jawab:
Data yang diberikan menunjukkan konsentrasi awal (pada saat 0 menit)
sebesar 0,25M, dan konsentrasi pada saat 900 menit adalah sebesar 0,005M.
konsentrasi A pada 900 menit dapat dikatakan sebagai konsentrasi pada saat
kesetimbangan mengingat berdasar eksperimen yang dilakukan interval waktu
900 menit cukup jauh dengan interval pengambilan data sebelumnya. Sehingga
kita memperoleh dua konsentrasi yaitu: [π΄] = 0,25π dan [π΄] = 0,005π.
Waktu
(menit)
[π¨] π΄
[πΉ]π β [πΉ]π
[πΉ] β [πΉ]π
ln
[πΉ]π β [πΉ]π
[πΉ] β [πΉ]π
0 0.25 1.000 0.000
30 0.225 1.114 0.108
60 0.199 1.263 0.233
90 0.175 1.441 0.365
120 0.151 1.678 0.518
150 0.125 2.042 0.714
180 0.099 2.606 0.958
900 0.005 - -
y = 0.0052x - 0.0546
RΒ² = 0.9791
-0.200
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
0 50 100 150 200
.
t (menit)
.
Grafik ππ
[πΉ]π β [πΉ]π
[πΉ] β [πΉ]π
vs time
ππ
[π ]
β
[π ]
[π ]
β
[π ]
68. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 61
Besarnya koefisien korelasi garis adalah 0,9791 menunjukkan kesesuaian data
dengan reaksi kesetimbangan.
Slope = 0,0052 =
[ ]
[ ] [ ]
π .
π = 0,021236/πππππ‘.
π = π
[ ]
[ ] [ ]
= 4,33 β 10 /πππππ‘.
B. Reaksi Berurutan (Konsekutif)
Mekanisme reaksi konsekutif dapat dinyatakan sebagai berikut:
π΄ β π΅ β πΆ
Perubahan konsentrasi A, B dan C dapat dinyatakan dengan persamaan:
ππ΄
ππ‘
= βπ π΄
ππ΅
ππ‘
= π π΄ β π π΅
ππΆ
ππ‘
= π π΅
Pada kedua tahap reaksi berorde satu, maka:
[π΄] = [π΄ ]π
π[π΅]
ππ‘
+ π [π΅] = π [π΄ ]π
Dengan mengalikan persamaan di atas dengan π maka akan diperoleh:
π
π[π΅]
ππ‘
+ π [π΅]π = π [π΄ ]π( )
Hasil pengintegralan diperoleh:
[π΅]π =
π [π΄ ]π( )
(π β π )
+ π
Pada saat t=0, maka [B]=0 sehingga
π = β
π [π΄ ]
(π β π )
Dengan mensubtitusikan nilai Z maka B sebagai fungsi waktu dapat dinyatakan
dalam persamaan:
[π΅]π =
π [π΄ ]π( )
(π β π )
β
π [π΄ ]
(π β π )
[π΅]π =
π [π΄ ]
(π β π )
π( )
β 1
69. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 62
[π΅] =
π [π΄ ]
(π β π )
π( )
π
β
1
π
[π΅] =
π [π΄ ]
(π β π )
(π β π )
Jika π = π maka:
π([π΅]π ) = π [π΄ ]ππ‘
[π΅] = π [π΄ ]π
Untuk konsentrasi C sebagai fungsi waktu diperoleh:
[πΆ] = [π΄] 1 β
π
(π β π )
π β
π
(π β π )
π
Jika π β« π maka dapat [πΆ] dapat disederhanakan menjadi:
[πΆ] = [π΄](1 β π )
Jika π βͺ π maka dapat [πΆ] dapat disederhanakan menjadi:
[πΆ] = [π΄](1 β π )
Dalam hal π β π , nilai B maksimal dapat dicapai ada saat = 0
[π΅] =
π [π΄ ]
(π β π )
(π β π )
NB:Jika π¦ = π , maka π¦ = πβ² β π β ln π = πβ² β π β 1 = πβ² β π
π[π΅]
ππ‘
=
π [π΄ ]
(π β π )
(βπ β π + π β π ) = 0
π β π = π β π
π( )
=
π
π
(π β π )π‘ = ln
π
π
π‘ =
ln π β ln π
(π β π )
70. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 63
Contoh Soal
1. Suatu reaksi konsekutif:
π β π β π
Memiliki nilai konstanta laju reaksi π sebesar 1,2 β 10 /πππππ‘ dan nilai π
sebesar 0,9 β 10 /πππππ‘. Jika konsentraasi awal a adalah 0,2M.
a) Tentukan konsentrasi Q pada waktu ereaksi 30 menit?
b) Tentukan waktu agar konsentrasi Q maksimal?
c) Tentukan konsentrasi Q setelah 10 menit jika π = π = 0,8 β 10 /πππππ‘?
Jawab:
a) Persamaan yang berlaku untuk nilai π β π adalah:
[π] =
π [π ]
(π β π )
(π β π )
[π] = 0,078π
b) Waktu agar konsentrasi Q maksimal tercapai adalah:
π‘ =
ln π β ln π
(π β π )
π‘ = 95,89 πππππ‘
c) konsentrasi Q setelah 10 menit jika π = π = 0,8 β 10 /πππππ‘ adalah:
[π] = π [π ]π
[π] = 0,00171π
C. Reaksi Paralel
Jenis Reaksi Paralel:
1. Reaksi Simultan
Suatu pereaksi tidak hanya berubah menjadi lebih dari satu produk, misal A
dapat menjadi X dan Y
π΄ β π
π΄ β π
2. Reaksi Berkompetisi
Jika terdapat lebih dari dua pereaksi maka mungkin akan terjadi komtetisi
antara pereaksi kedua dan ketiga untuk bereaksi dengan pereaksi kesatu,
seperti B dan C berkompetisi untuk bereaksi dengan pereaksi A.
π΄ + π΅ β π
π΄ + πΆ β π
71. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 64
Penurunan Rumus Reaksi Paralel Orde Satu:
Reaksi parallel adalah reaksi yang berlangsung sebagai berikut:
π΄ β π
π΄ β π
π΄ β π
Maka
β
ππ΄
ππ‘
= π π΄ + π π΄ + π π΄
β
ππ΄
ππ‘
= (π + π + π )π΄
Jika didefinisikan konstanta laju efektif π = π + π + π maka persamaan di atas
dapat ditulis:
β
ππ΄
ππ‘
= ππ΄
ππ΄
π΄
= π ππ‘
ln π΄| = ππ‘|
ln
π΄
π΄
= ππ‘ ππ‘ππ’ π΄ = π΄ π
Pernyataan untuk konsentrasi U, V dan W pada setiap t adalah:
ππ
ππ‘
= π π΄ = π π΄ π
ππ = π π΄ π
π| =
π π΄
π
π |
π β π =
π π΄
βπ
π β
π π΄
βπ
π β π =
π π΄
π
(1 β π )
π = π +
π π΄
π
(1 β π )
Dengan cara yang sama maka V dan W dapat dinyatakan dengan:
π = π +
π π΄
π
(1 β π )
π = π +
π π΄
π
(1 β π )
72. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 65
Untuk keadaan π = π = π = 0 diperoleh persamaan sederhana:
π
π
=
π π΄
π
(1 β π )
π π΄
π
(1 β π )
π
π
=
π
π
πππ
π
π
=
π
π
Rasio produk berbanding lurus dengan rasio konstanta laju reaksi pembentukan
masing-masing produk dan tidak bergantung pada konsentrasi awal A.
Contoh Soal
Diketahui reaksi parallel sebagai berikut:
π΄ β π΅
π΄ β πΆ
π΄ β π·
Laju reaksi pembentukan B dengan konsentrasi awal A sebesar 2,5 β 10 π adalah
sebesar 1,2 β 10 π/πππππ‘. Jika pada waktu reaksi 20 menit konsentrasi C terbentuk
dengan konsentrasi awal yang sama adalah sebanyak 3,4 β 10 π dan perbandingan
konstanta π : π adalah 4:5, tentukan konsentrasi B dan D?
Jawab:
π΄ = 2,5 β 10 π
π = 1,2 β 10 π/πππππ‘
[π΄] = π β π‘ = 2,4 β 10 π
Karena reaksi merupakan reaksi orde satu, maka [π΅] = [π΄] β [π΄]
[π΅] = [π΄] β [π΄] = 2,26 β 10 π
[πΆ] = 3,4 β 10 π (π΄ π¦πππ π‘ππππππ£πππ π πππππππ πΆ)
π΄ β π΄ = π β π‘
2,5 β 10 β 3,4 β 10 = π β 20
π = 1,08 β 10 π/πππππ‘
Karena π : π = 4: 5 ππππ π = 1,35 β 10 π/πππππ‘
[π·] = π β π‘ = 1,35 β 10
π
πππππ‘
β 20 πππππ‘ = 2,7 β 10 π
73. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 66
Soal Latihan
1. Reaksi parallel berikut:
π΄ β π
π΄ β π
Konsentrasi awal A adalah 0,002M dan kedua tahap memiliki orde satu. Setelah
reaksi berlangsung selama 45 menit, konsentrasi A yang tersisa adalah sebesar
3,4 β 10 π dan konsentrasi U yang diperoleh adalah sebesar 0,0012M. Tentukan:
a) π dan π .
b) Konsentrasai V pada saat 45 menit.
c) Konsentrasi A setelah reaksi berlangsung selama 1 jam.
2. Reaksi beruntun berlangsung sebagai berikut:
π΄ β π΅ β πΆ
Konsentrasi A mula-mula adalah 0,9 M. Jika diketahui konstanta laju reaksi π
adalah 0,00078/menit dan pada saat reaksi berlangsung selama 1 jam diketahui
konsentrasi B adalah sebesar 0,23 M, tentukan konstanta laju reaksi π .
74. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 67
BAB 8
Metode Pengambilan Data Eksperimen
Pengukuran laju reaksi dapat melalui sifat fisika antara lain
1. Perubahan tekanan (P)
2. Perubahan volume (V)
3. Perubahan warna/absorbansi (A),
4. Perubahan muatan/hantaran listrik (β¦)
5. Perubahan sifat optic (Ξ±)
Perubahan sifat ini berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi (merupakan fungsi
linier) pada larutan encer. Secara kinetic, hubungan sifat fisika dengan konsentrasi
dapat dijabarkan sebagai berikut
π₯
π
=
π β π
π β π
πππ
π
π β π₯
=
π β π
π β π
dengan:
π₯ = zat yang bereaksi
π = konsentrasi awal = (π΄ )
(π β π₯) = konsentrasi pada waktu t = (π΄)
π = tetapan fisik pada awal
π = tetapan fisik waktu t
π = tetapan fisik waktu tak hingga
Contoh:
Penerapan konsep ini untuk menafsirkan data eksperimen dalam menentukan orde dan
konstanta laju dari reaksi berikut ini. Dekomposisi dimetil eter pada suhu 504Β°C
(πΆπ» )π(πΆπ» )( ) β πΆπ» ( ) + π» ( ) + πΆπ( )
π΄ β π΅ + πΆ + π·
Mula π
Reaksi π₯ π₯ π₯ π₯
Sisa π β π₯ π₯ π₯ π₯
π = (π β π₯) + 3π₯
π = π β 2π₯
75. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 68
π₯ =
π β π
2
Jika dinyatakan dalam bentuk lain yaitu
π΄ β π΅ + πΆ + π·
Mula π - - -
Reaksi (π β π ) (π β π ) (π β π ) (π β π )
Sisa π (π β π ) (π β π ) (π β π )
Maka jumlah zat yang bereaksi (π₯) dapat dinyatakan menjadi π β π .
π β π =
π β π
2
π β
π β π
2
= π
Berikut data hasil percobaan dekomposisi dimetil eter pada suhu 504β
π‘/π 0,0 390 777 1195 3155 β
π /π‘πππ 3,2 408 488 562 779 931
a. Hitunglah tekanan parsial dari (πΆπ» ) π setiap waktu (π )
b. Tentukan orde reaksi dan tetapan laju π.
Penyelesaian:
Untuk reaksi orde satu,ln = ππ‘ atau ln = ππ‘. Karena data yang diamati berupa
sifat fisik (data tentang tekanan), maka gunakan rumus :
ln
π β π
π β π
= ππ‘
π = π + π + π + π
π = (π β π₯) + π₯ + π₯ + π₯
π = π + 2π₯
π₯ =
π β π
2
π = 3,2 β
408 β 3,2
2
=
π = 3,2 β
488 β 3,2
2
=
Masukan ke dalam rumus orde satu:
ln = ππ‘, bila diperoleh harga π yang konstan berarti reaksi orde satu
76. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 69
Untuk reaksi orde dua:
1
[π΄]
β
1
[π΄ ]
= ππ‘ atau
1
π β π₯
β
1
π
= ππ‘
1
π β π₯
β
1
π
= ππ‘
1
π
β
π
π β π₯
β 1 = ππ‘
1
π
β
π β π
π β π
β 1 = ππ‘
Jika pengukuran laju menggunakan data tentang daya hantar (melalui pengukuran
konduktometri) dimana daya hantar berbanding terbalik dengan hambatan (π ); maka
untuk orde dua berlaku:
1
π
β
1
π
β
1
π
1
π
β
1
π
β 1 = ππ‘
1
π
β
π β π
π β π
π β π
π β π
β 1 = ππ‘
1
π
β
(π β π )
π β π
β
π β π
(π β π )
β 1 = ππ‘
1
π
β
(π β π ) β π
(π β π ) β π
β 1 = ππ‘
(π β π ) β π
(π β π ) β π
= ππ‘π + 1
π
(π β π )
=
(ππ‘π + 1) β π
(π β π )
π
(π β π )
=
(π β π β π‘ β π + π )
(π β π )
π
(π β π )
=
π β π β π‘ β π
(π β π )
+
π
(π β π )
Jika π tidak dapat ditentukan gunakan kurva linier ( )
terhadap π‘, dengan slop
β β
( )
dan intercept adalah ( )
. Pengukuran daya hantar dalam larutan
dikemukakan oleh Mc.Faire (1994) untuk reaksi piridin dan phenacyl piridinium bromide
dalam larutan-methanol. Molekul netral akan berbentuk ion dan hambatan akan turun
tajam selama reaksi berlangsung. Hambatan berbanding terbalik dengan daya hantar
77. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 70
dan daya hantar berbanding langsung dengan konsentrasi yang terjadi. Berikut ini
adalah suatu contoh reaksi yang laju reaksinya dapat diukur melalui Perubahan
hambatan.
πΆ π» πΆππΆπ» π΅π + πΆ π» π β πΆ π» πΆππΆπ» ππΆ π»
Reaksi di atas adalah reaksi orde 2 dan kedua reaktan mula-mula sama
konsentrasinya, maka persamaan dapat digunakan rumus:
1
π
β
(π β π ) β π
(π β π ) β π
β 1 = ππ‘
(π β π ) β π
(π β π ) β π
= ππ‘π + 1
karena π tidak dapat ditentukan dalam percobaan maka buatlah grafik ( )
terhadap
waktu akan membentuk garis lurus dengan slopnya adalah
β β
( )
dan intersepnya
adalah ( )
.
Waktu / menit Hambatan / β¦
πΉ
(πΉ β πΉ )
7 45000 1.018122582
20 11620 1.074036417
53 9200 1.095368496
68 7490 1.119748841
84 6310 1.145398439
99 5537 1.169130068
110 5100 1.186322401
127 4560 1.213088587
153 3958 1.253721888
203 3220 1.331128566
368 2182 1.580014482
β 801 -
78. Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi 71
Jika konsentrasi mula-mula, π = 0,0385 π, maka π dapat dihitung dari slope yang
besamya π = 7,65 β 10 π πππ‘ππ
Di dalam larutan cukup encer, metode ini sangat baik, tetapi untuk larutan yang cukup
pekat dengan ion yang ada dalam larutan reaksi tersebut, maka hambatan sangat
banyak dipengaruhi oleh kekuatan ion dan pH. Sehingga pengukuran daya hantar atau
hambatan tidak langsung sebanding dengan konsentrasi (Murr dan Shiner, 1962).
Pengukuran pH dipakai untuk mempelajari kinetika reaksi, dikemukakan oleh Hay dan
Croop (1969). Pada reaksi hidrolisa basa dari kompleks cis-kloro aminebis (etyl diamin
Cobal (II). Reaksinya adalah
πΆππ [πΆπ ππ (ππ» π )πΆπΌ] + ππ» β [πΆπ ππ (ππ» π )πΆπΌ] + πΆπΌ
Reaksi ini orde dua yang berarti tingkat satu untuk ion kompleks etil diamin Cobal (III)
dan tingkat satu untuk ion klorid. Reaksi dilakukan dalam titrasi otomatis dengan
pencatat sebagai fungsi waktu dan volume, V dari basa teramati denga pH.Konsentrasi
ion hidroksi tidak berubah, dengan demikian reaksi akan menjadi pseudo tingkat satu.
π =
1
π‘
β ln
π β π
π β π
ln(π β π) = βππ‘ + ln(π β π )
Jika dibuat grafik dari ln(π β π) terhadap waktu, didapatkan linear. Dari grafik tersebut
dengan reaksi pseudo orde satu, konstanta laju reaksi dapat dihitung:
y = 3E-05x + 1,0201
RΒ² = 0,9967
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 5000 10000 15000 20000 25000
.
waktu (s)
Grafik vs waktu