SlideShare a Scribd company logo
Presentasi Biooptik Fisika
Kelompok 2.2

   Mega Aprillianti           2012 32 074
   Nurmalia Intifada          2012 32 106
   Restu RPD                  2012 32 043
   Sefiaeni Nur Handayani     2012 32128




                      Universitas Esa Unggul
              Fak. Ilmu-ilmu Kesehatan, Jur. Ilmu Gizi
                             2012-2013
                                              Jumat, 14 Desember 2012
Pendahuluan
 Dahulu orang beranggapan bahwa benda di sekitar kita dapat terlihat oleh mata kita
  karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini didukung oleh Plato
  dan Euclides.

 Pendapat tersebut akhirnya ditentang oleh Aristoteles karena pada kenyataannya kita
  tidak bisa melihat dalam kegelapan.

 Selanjutnya pada abad pertengahan Alhazan dari Mesir berpendapat bahwa benda-
  benda    dapat   kita   lihat   karena   benda-benda   tersebut   memancarkan   atau
  memantulkan cahaya, kemudian cahaya tersebut masuk ke dalam mata kita.
  Pendapat terakhir ini sampai sekarang masih diterima kebenarannya.
Alat Optik Mata
 Bagian-bagian mata:
   1.   Retina        Tempat jatuhnya bayangan benda
   2.   Iris          Pemberi warna pd mata, pengatur besar kecilnya lubang pupil
   3.   Kornea        Menerima rangsang cahaya dan melindungi bagian dalam
   4.   Pupil         Lubang tempat masuknya cahaya yang berfungsi mengatur intensitas cahaya
        sehingga tidak silau.
   5.   Lensa mata (cembung)Bagian yang berfungsi membiaskan sinar yangmasuk.
   6.   Otot Siliar   :yaitu otot yang berada di sekitar lensa mata yang berfungsiuntuk mengatur
        ketebalan dan pipih nya lensa mata.
   7.   Cairan aqueous      yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga
        terfokus ke lensa mata
   8.   Cairan vitreous:cairan yang mengisi ruang kosong antara lensadan retina yang berfungsi
        sebangai penyokong retina dan menjaga bentuk bola mata.Benda di depan mata akan
        terlihat bila bayangannya jatuh di retina.Sifat bayangannya nyata, terbalik, diperkecil
Daya Akomodasi Mata
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menyembung ketika melihat
dekat dan memipih ketika melihat jauh.

a.   Titik Jauh (Punctum Remotum/PR)

     Titik jauh adalah jarak terjauh yang masih dapat dilihat mata dalam keadaanmemipih
     (tanpa akomodasi), untuk mata normal PR= ∞ (tak terhingga/infinity.

b.   Titik Dekat

     Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalamkeadaan
     menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25cm.

c.   Akomodasi Maksimum

     Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalamkeadaan
     menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25cm.

d.   Tanpa Akomodasi

     Tanpa akomodasi adalah keadaan lensa mata yang paling pipih ketikamelihat jauh
Korelasi antara jarak titik dekat dengan berbagai usia

Umur (th) Titik dekat (cm)

10 >>>>> 7

20 >>>>> 10

30 >>>>> 14

40 >>>>> 22

50 >>>>> 40

60 >>>>> 200

Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak

pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata

dinyatakan P(dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini mata

berakomodasi sekuat- kuatnya (mata berakomodasi maksimum).
Jarak terjauh bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak
pada titik jauh/punktum remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r
(dalam meter) maka disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak
berakomodasi/lepas akomodasi. Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat
dinyatakan :

Ac = Ap – Ar

Ac =lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas
   akomodasi maksimal.

Secara empiris A = 0,0028 (80 th – L) dioptri L = umur dalam tahun

Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata presbiop. Presbiop ini bukan

merupakan cacat penglihatan. Ada satu dari sekian jumlah orang tidak mempunyai lensa

mata. Mata demikian disebut mata afasia.
Lensa Serfis
Lensa sferis penting sekali dalam biooptik. Kacamata bantu yang kita gunakan biasanya
merupakan jenis lensa ini. Sferis adalah bentuk bola. Jadi lensa sferis adalah lensa yang
memiliki bentuk irisanbola baik cembung pada bagian luar maupun cembung pada bagian
dalam.

Macam-macam lensa serfis :

a. Lensa konveks/lensa cembung/lensa positif/lensa konvergen (mengumpulkan berkas
  sinar), yang terdiri atas:

  - Lensa bikonveks (cembung ganda)

  - Lensa plankonveks (cembung datar)

  -Konkafkonveks (cembung cekung)

b. Lensa konkaf/lensa cekung/lensas negatif/lensa divergen (menyebarkan berkas sinar),
   yang terdiri atas:

  - Lensa bikonkaf (cekung ganda)

  - Lensa plankonkaf (cekung datar)

  - Konvekskonkaf (cekung cembung)
Pembiasan cahaya pada lensa sferis

Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan cahaya jika media yang dilalui oleh
cahaya berlainan. Pembiasan cahaya pada lensa sferis memiliki kaidah sebagai
berikut:

    1. Sinar sejajar sumbu utama (dari jarak tak terhingga) dibiaskan melalui titik focus
      lensa

    2. Sinar melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama

    3. Sinar melalui pusat lensa tidak dibiaskan Ilustrasi penerapan kaidah di atas pada
      lensa cembung dan lensa cekung adalah sebagai berikut:
Sifat bayangan pada lensa cembung adalah nyata dan terbalik, sedangkan
sifat bayangan pada lensa cekung adalah maya (semu) dan tegak.
Perhatikan juga bahwa berkas cahaya pada lensa cembung konvergen
(mengumpul), sedangkan pada lensa cekung divergen (menyebar).
Hubungan antara jarak fokus, jarak benda dan jarak bayangan


Hubungan antara jarak fokus, jarak benda dan jarak bayangan diformulasikan sebagai
berikut:




Keterangan:
F = jarak fokus
S = jarak benda
S’ = jarak bayangan
Contoh:
Sebuah benda diletakkan 2 meter di depan lensa positif dengan jarak fokus 10 cm.
Dengan demikian berapakah jarak bayangan yang dihasilkan?
Penyelesaaian:
Diketahui:
   S=2m
   f = 10 cm = 0,1 m
Ditanyakan : S’ …?
Jawab:
    1/f = 1/S + 1/S’
    1/S’ = 1/f – 1/S
         = 1/0,1 – 1 /2 m
         = 1/0,1 x 20/20 – 1/2 m
         = 20/2 – 1 /2 m
         = 19/2 m
    S’ = 2/19 m = 0,11 m
Penyimpangan Penglihatan dan Teknik Koreksi
Mata yang mempunyai titik jauh terhingga akan memberi bayangan benda secara tajam
pada selaput retina disebut mata emetropia (mata normal).
Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga disebut mata
ametropia.
Mata Ametropia mempunyai dua bentuk:
•Miopia (Penglihatan Dekat)
•Hipermetropia (Penglihatan Jauh)
Miopia
Rabun Jauh(Miopia)
Rabun jauh adalah mata yang tidak dapat melihat benda dengan jelas pada jarak jauh.
Memiliki titik dekat PP = 25 cm, tetapi titik jauhnya terletak pada jarak tertentu, yaitu PR <
∞. Bayangan jatuh didepan retina.
Hipermetropia (rabun dekat)
adalah mata yang tidak dapat melihat pada jarak dekat PP > 25, tetapi normal
melihat jauh PR = ∞ (tak terhingga /infinity), halini disebabkan lensa mata
terlalu pipih, atau jarak lensa ke retina terlalu dekat
Astigmatisme

Astigmatisme adalah kondisi yang ditandai dengan pembiasan cahaya tidak difokuskan
pada satu titik, melainkan pada satu bidang. Hal ini disebabkan oleh elemen optis mata
yang tidak sferis melainkan oval (sumbu yang saling tegak lurus memiliki panjang
berbeda). Koreksi pada kelainan ini adalah dengan menggunakan lensa silindris.
presbiopia (mata tua)
Pada mata presbiopia bermasalah untuk melihat jauh dan dekat. untuk
itu penderita dianjurkan memakai kaca mata bivokal (kacamata
berfungsi rangkap).
Ketajaman Mata (visus)
Ketajaman penglihatan atau visus adalah kemampuan mata untuk
melihat 2 titik terpisah sebagai 2 titik terpisah pada sudut pandangan
tertentu.   Jika dari 2 titik terpisah masing-masing ditarik garis lurus
menuju mata kita maka 2 garis yang dihasilkan akan membentuk sudut
pada mata kita yang disebut dengan sudut pandangan.

Sudut pandangan terkecil yang masih bisa membedakan bahwa 2 titik
terpisah sehingga tetap terlihat terpisah, dinamakan minum separable
(1/600)
Tanggap Warna


Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna

tersebut belum diketahui secara jelas. Dengan menggunakan pengamatan Skotopik
pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna tetapi dengan
menggunakan pengamatan Fotopik dapat melihat warna namun tidak bisa membedakan
warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.


Teori Tanggap Warna

Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberikan jawaban vang
selektif

terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak

dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamanov, Young

Helmholtz berpendapat ada tiga tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu:

Biru, Hijau, Dan Merah.
•Kone biru
Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400 dan 500

milimikron. Ini berarti kone biru dapat menerima cahaya, ungu, biru dan hijau.

•Kone hijau
Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 dan 650

milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan

merah.

•Kone merah
Dapat mendeteksi seluruh gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange

kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.
Buta Warna

Buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna
dengan semestinya. sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami kelemahan atau
kerusakan permanen.



a. Klasifikasi Buta Warna

   •Trikromasi

   Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel

   sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-
   orang.

   Ada tiga klasifikasi pada Trikromasi:

      -Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah.

      -Deuteromalin, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita.

      -Trinomali, kondisi di mana warna biru sulit di kenali penderita.
•Dikromasi

   Keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:

      -Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecarahan warna

      merah atau perpaduannya kurang.

      -Denteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.

      -Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

   •Monokromasi

   Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum.

   Kondisi ini ditandai oelh retina mata mengalami kerusakan total dalam respon warna.

   Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.

b. Penyebab Buta Warna

Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik di bawah oleh kromoson X
pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anak. Ketika seseorang
mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen
yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal.
Biooptik fisika kel2.2

More Related Content

What's hot

Alatoptik
AlatoptikAlatoptik
Alatoptik
Arifin Zaenul
 
Rpp mata dan kamera
Rpp mata dan kameraRpp mata dan kamera
Rpp mata dan kamera
Yennie Bukasir
 
Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt
Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt
Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt
Farchan Rifai
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
Intan Megawati
 
Alat optik
Alat optik Alat optik
Alat optik
annisnuruli
 
Sebuutkan alat
Sebuutkan alatSebuutkan alat
Sebuutkan alat
Ermawani Dinni
 
Makalah optik baru
Makalah optik baruMakalah optik baru
Makalah optik baru
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Alat alat optik lengkap
Alat alat optik lengkapAlat alat optik lengkap
Alat alat optik lengkap
Amalina Berliana
 
Alat Optik
Alat OptikAlat Optik
Alat Optik
Dita Yuniarti
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
rofiq nynda
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
Zens Chaleum
 
Bahan ajar fisika alat optik revisi
Bahan ajar fisika alat optik revisiBahan ajar fisika alat optik revisi
Bahan ajar fisika alat optik revisi
eli priyatna laidan
 
Buku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optikBuku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optik
ajeng karina
 
PPT FISIKA : MATA DAN KACAMATA
PPT FISIKA : MATA DAN KACAMATAPPT FISIKA : MATA DAN KACAMATA
PPT FISIKA : MATA DAN KACAMATA
Sofyan Hamidd
 
Fisika (MATA & CACAT MATA)
Fisika (MATA & CACAT MATA)Fisika (MATA & CACAT MATA)
Fisika (MATA & CACAT MATA)
Marsella Wijaya
 
Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "
Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "
Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "
Ihzaya
 

What's hot (19)

Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Alatoptik
AlatoptikAlatoptik
Alatoptik
 
Rpp mata dan kamera
Rpp mata dan kameraRpp mata dan kamera
Rpp mata dan kamera
 
Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt
Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt
Fisika Bab mata Kelas X6 semester 2 by @chentt
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Alat optik
Alat optik Alat optik
Alat optik
 
Sebuutkan alat
Sebuutkan alatSebuutkan alat
Sebuutkan alat
 
Makalah optik baru
Makalah optik baruMakalah optik baru
Makalah optik baru
 
Alat alat optik lengkap
Alat alat optik lengkapAlat alat optik lengkap
Alat alat optik lengkap
 
Alat Optik
Alat OptikAlat Optik
Alat Optik
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Bahan ajar fisika alat optik revisi
Bahan ajar fisika alat optik revisiBahan ajar fisika alat optik revisi
Bahan ajar fisika alat optik revisi
 
Buku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optikBuku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optik
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
PPT FISIKA : MATA DAN KACAMATA
PPT FISIKA : MATA DAN KACAMATAPPT FISIKA : MATA DAN KACAMATA
PPT FISIKA : MATA DAN KACAMATA
 
Fisika (MATA & CACAT MATA)
Fisika (MATA & CACAT MATA)Fisika (MATA & CACAT MATA)
Fisika (MATA & CACAT MATA)
 
Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "
Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "
Fisika " Mata, Lup, Ohp, Mikroskop, Lensa, Optik "
 

Similar to Biooptik fisika kel2.2

Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
ALAT OPTIK FISIKA SMA
ALAT OPTIK FISIKA SMAALAT OPTIK FISIKA SMA
ALAT OPTIK FISIKA SMA
Fadila Rahayu
 
alat optik
alat optik alat optik
alat optik
fina fitrilitha
 
Alat alat optik1
Alat   alat optik1Alat   alat optik1
Alat alat optik1
Budi Setyawansby
 
1. mata (01)
1. mata (01)1. mata (01)
1. mata (01)
Badriyatun Ni'mah
 
ALAT-ALAT OPTIK.pptx
ALAT-ALAT OPTIK.pptxALAT-ALAT OPTIK.pptx
ALAT-ALAT OPTIK.pptx
cendy12
 
Alat Alat Optik
Alat Alat OptikAlat Alat Optik
Alat Alat Optik
Ghins GO
 
PRES_4_FIS.ppt
PRES_4_FIS.pptPRES_4_FIS.ppt
PRES_4_FIS.ppt
CVLK2
 
Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)
Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)
Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)
Sulthan Isa
 
Tugas Fisika - alat optik
Tugas Fisika - alat optikTugas Fisika - alat optik
Tugas Fisika - alat optik
Dayana Florencia
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
Asep Syaipuddin
 
Alat alat optik
Alat alat optikAlat alat optik
Alat alat optik
nurainiai
 
INDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptx
INDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptxINDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptx
INDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptx
RanggaParamaSinathri
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
Rahmat Iqbal
 
alat-alat-optik-revisi.ppt
alat-alat-optik-revisi.pptalat-alat-optik-revisi.ppt
alat-alat-optik-revisi.ppt
HawwaZuwanda1
 
alat alat optik fisika sma
 alat alat optik fisika sma alat alat optik fisika sma
alat alat optik fisika sma
Ajeng Rizki Rahmawati
 

Similar to Biooptik fisika kel2.2 (20)

Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
ALAT OPTIK FISIKA SMA
ALAT OPTIK FISIKA SMAALAT OPTIK FISIKA SMA
ALAT OPTIK FISIKA SMA
 
alat optik
alat optik alat optik
alat optik
 
Alat alat optik1
Alat   alat optik1Alat   alat optik1
Alat alat optik1
 
1. mata (01)
1. mata (01)1. mata (01)
1. mata (01)
 
ALAT-ALAT OPTIK.pptx
ALAT-ALAT OPTIK.pptxALAT-ALAT OPTIK.pptx
ALAT-ALAT OPTIK.pptx
 
Alat Alat Optik
Alat Alat OptikAlat Alat Optik
Alat Alat Optik
 
PRES_4_FIS.ppt
PRES_4_FIS.pptPRES_4_FIS.ppt
PRES_4_FIS.ppt
 
Cahaya&Alat Optik (FISIKA X)
Cahaya&Alat Optik (FISIKA X)Cahaya&Alat Optik (FISIKA X)
Cahaya&Alat Optik (FISIKA X)
 
Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)
Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)
Fisika Alat-alat Optik (Fisika Kelas 8)
 
Tugas Fisika - alat optik
Tugas Fisika - alat optikTugas Fisika - alat optik
Tugas Fisika - alat optik
 
Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Alat alat optik
Alat alat optikAlat alat optik
Alat alat optik
 
INDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptx
INDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptxINDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptx
INDERA PENGELIHATAN MANUSIA.pptx
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
 
alat-alat-optik-revisi.ppt
alat-alat-optik-revisi.pptalat-alat-optik-revisi.ppt
alat-alat-optik-revisi.ppt
 
alat alat optik fisika sma
 alat alat optik fisika sma alat alat optik fisika sma
alat alat optik fisika sma
 

Recently uploaded

PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 

Biooptik fisika kel2.2

  • 1. Presentasi Biooptik Fisika Kelompok 2.2  Mega Aprillianti 2012 32 074  Nurmalia Intifada 2012 32 106  Restu RPD 2012 32 043  Sefiaeni Nur Handayani 2012 32128 Universitas Esa Unggul Fak. Ilmu-ilmu Kesehatan, Jur. Ilmu Gizi 2012-2013 Jumat, 14 Desember 2012
  • 2. Pendahuluan  Dahulu orang beranggapan bahwa benda di sekitar kita dapat terlihat oleh mata kita karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini didukung oleh Plato dan Euclides.  Pendapat tersebut akhirnya ditentang oleh Aristoteles karena pada kenyataannya kita tidak bisa melihat dalam kegelapan.  Selanjutnya pada abad pertengahan Alhazan dari Mesir berpendapat bahwa benda- benda dapat kita lihat karena benda-benda tersebut memancarkan atau memantulkan cahaya, kemudian cahaya tersebut masuk ke dalam mata kita. Pendapat terakhir ini sampai sekarang masih diterima kebenarannya.
  • 3. Alat Optik Mata  Bagian-bagian mata: 1. Retina Tempat jatuhnya bayangan benda 2. Iris Pemberi warna pd mata, pengatur besar kecilnya lubang pupil 3. Kornea Menerima rangsang cahaya dan melindungi bagian dalam 4. Pupil Lubang tempat masuknya cahaya yang berfungsi mengatur intensitas cahaya sehingga tidak silau. 5. Lensa mata (cembung)Bagian yang berfungsi membiaskan sinar yangmasuk. 6. Otot Siliar :yaitu otot yang berada di sekitar lensa mata yang berfungsiuntuk mengatur ketebalan dan pipih nya lensa mata. 7. Cairan aqueous yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terfokus ke lensa mata 8. Cairan vitreous:cairan yang mengisi ruang kosong antara lensadan retina yang berfungsi sebangai penyokong retina dan menjaga bentuk bola mata.Benda di depan mata akan terlihat bila bayangannya jatuh di retina.Sifat bayangannya nyata, terbalik, diperkecil
  • 4. Daya Akomodasi Mata Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menyembung ketika melihat dekat dan memipih ketika melihat jauh. a. Titik Jauh (Punctum Remotum/PR) Titik jauh adalah jarak terjauh yang masih dapat dilihat mata dalam keadaanmemipih (tanpa akomodasi), untuk mata normal PR= ∞ (tak terhingga/infinity. b. Titik Dekat Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalamkeadaan menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25cm. c. Akomodasi Maksimum Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalamkeadaan menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25cm. d. Tanpa Akomodasi Tanpa akomodasi adalah keadaan lensa mata yang paling pipih ketikamelihat jauh
  • 5. Korelasi antara jarak titik dekat dengan berbagai usia Umur (th) Titik dekat (cm) 10 >>>>> 7 20 >>>>> 10 30 >>>>> 14 40 >>>>> 22 50 >>>>> 40 60 >>>>> 200 Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata dinyatakan P(dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini mata berakomodasi sekuat- kuatnya (mata berakomodasi maksimum).
  • 6. Jarak terjauh bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada titik jauh/punktum remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r (dalam meter) maka disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak berakomodasi/lepas akomodasi. Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat dinyatakan : Ac = Ap – Ar Ac =lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas akomodasi maksimal. Secara empiris A = 0,0028 (80 th – L) dioptri L = umur dalam tahun Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata presbiop. Presbiop ini bukan merupakan cacat penglihatan. Ada satu dari sekian jumlah orang tidak mempunyai lensa mata. Mata demikian disebut mata afasia.
  • 7. Lensa Serfis Lensa sferis penting sekali dalam biooptik. Kacamata bantu yang kita gunakan biasanya merupakan jenis lensa ini. Sferis adalah bentuk bola. Jadi lensa sferis adalah lensa yang memiliki bentuk irisanbola baik cembung pada bagian luar maupun cembung pada bagian dalam. Macam-macam lensa serfis : a. Lensa konveks/lensa cembung/lensa positif/lensa konvergen (mengumpulkan berkas sinar), yang terdiri atas: - Lensa bikonveks (cembung ganda) - Lensa plankonveks (cembung datar) -Konkafkonveks (cembung cekung) b. Lensa konkaf/lensa cekung/lensas negatif/lensa divergen (menyebarkan berkas sinar), yang terdiri atas: - Lensa bikonkaf (cekung ganda) - Lensa plankonkaf (cekung datar) - Konvekskonkaf (cekung cembung)
  • 8.
  • 9. Pembiasan cahaya pada lensa sferis Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan cahaya jika media yang dilalui oleh cahaya berlainan. Pembiasan cahaya pada lensa sferis memiliki kaidah sebagai berikut: 1. Sinar sejajar sumbu utama (dari jarak tak terhingga) dibiaskan melalui titik focus lensa 2. Sinar melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama 3. Sinar melalui pusat lensa tidak dibiaskan Ilustrasi penerapan kaidah di atas pada lensa cembung dan lensa cekung adalah sebagai berikut:
  • 10. Sifat bayangan pada lensa cembung adalah nyata dan terbalik, sedangkan sifat bayangan pada lensa cekung adalah maya (semu) dan tegak. Perhatikan juga bahwa berkas cahaya pada lensa cembung konvergen (mengumpul), sedangkan pada lensa cekung divergen (menyebar).
  • 11. Hubungan antara jarak fokus, jarak benda dan jarak bayangan Hubungan antara jarak fokus, jarak benda dan jarak bayangan diformulasikan sebagai berikut: Keterangan: F = jarak fokus S = jarak benda S’ = jarak bayangan Contoh: Sebuah benda diletakkan 2 meter di depan lensa positif dengan jarak fokus 10 cm. Dengan demikian berapakah jarak bayangan yang dihasilkan?
  • 12. Penyelesaaian: Diketahui: S=2m f = 10 cm = 0,1 m Ditanyakan : S’ …? Jawab: 1/f = 1/S + 1/S’ 1/S’ = 1/f – 1/S = 1/0,1 – 1 /2 m = 1/0,1 x 20/20 – 1/2 m = 20/2 – 1 /2 m = 19/2 m S’ = 2/19 m = 0,11 m
  • 13. Penyimpangan Penglihatan dan Teknik Koreksi Mata yang mempunyai titik jauh terhingga akan memberi bayangan benda secara tajam pada selaput retina disebut mata emetropia (mata normal). Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga disebut mata ametropia. Mata Ametropia mempunyai dua bentuk: •Miopia (Penglihatan Dekat) •Hipermetropia (Penglihatan Jauh)
  • 14. Miopia Rabun Jauh(Miopia) Rabun jauh adalah mata yang tidak dapat melihat benda dengan jelas pada jarak jauh. Memiliki titik dekat PP = 25 cm, tetapi titik jauhnya terletak pada jarak tertentu, yaitu PR < ∞. Bayangan jatuh didepan retina.
  • 15. Hipermetropia (rabun dekat) adalah mata yang tidak dapat melihat pada jarak dekat PP > 25, tetapi normal melihat jauh PR = ∞ (tak terhingga /infinity), halini disebabkan lensa mata terlalu pipih, atau jarak lensa ke retina terlalu dekat
  • 16. Astigmatisme Astigmatisme adalah kondisi yang ditandai dengan pembiasan cahaya tidak difokuskan pada satu titik, melainkan pada satu bidang. Hal ini disebabkan oleh elemen optis mata yang tidak sferis melainkan oval (sumbu yang saling tegak lurus memiliki panjang berbeda). Koreksi pada kelainan ini adalah dengan menggunakan lensa silindris.
  • 17. presbiopia (mata tua) Pada mata presbiopia bermasalah untuk melihat jauh dan dekat. untuk itu penderita dianjurkan memakai kaca mata bivokal (kacamata berfungsi rangkap).
  • 18. Ketajaman Mata (visus) Ketajaman penglihatan atau visus adalah kemampuan mata untuk melihat 2 titik terpisah sebagai 2 titik terpisah pada sudut pandangan tertentu. Jika dari 2 titik terpisah masing-masing ditarik garis lurus menuju mata kita maka 2 garis yang dihasilkan akan membentuk sudut pada mata kita yang disebut dengan sudut pandangan. Sudut pandangan terkecil yang masih bisa membedakan bahwa 2 titik terpisah sehingga tetap terlihat terpisah, dinamakan minum separable (1/600)
  • 19. Tanggap Warna Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas. Dengan menggunakan pengamatan Skotopik pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna tetapi dengan menggunakan pengamatan Fotopik dapat melihat warna namun tidak bisa membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan. Teori Tanggap Warna Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberikan jawaban vang selektif terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamanov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu: Biru, Hijau, Dan Merah.
  • 20. •Kone biru Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400 dan 500 milimikron. Ini berarti kone biru dapat menerima cahaya, ungu, biru dan hijau. •Kone hijau Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 dan 650 milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah. •Kone merah Dapat mendeteksi seluruh gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.
  • 21. Buta Warna Buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya. sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami kelemahan atau kerusakan permanen. a. Klasifikasi Buta Warna •Trikromasi Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang- orang. Ada tiga klasifikasi pada Trikromasi: -Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah. -Deuteromalin, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita. -Trinomali, kondisi di mana warna biru sulit di kenali penderita.
  • 22. •Dikromasi Keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan: -Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecarahan warna merah atau perpaduannya kurang. -Denteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau. -Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan. •Monokromasi Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai oelh retina mata mengalami kerusakan total dalam respon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina. b. Penyebab Buta Warna Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik di bawah oleh kromoson X pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anak. Ketika seseorang mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal.