Dokumen tersebut membahas tentang biooptik, yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara optik dan biologi. Secara khusus, dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fungsi mata sebagai alat optik penting, serta berbagai konsep dasar dalam optika seperti lensa, aberasi, dan instrumen optik."
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, Sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Makalah ini membahas tentang optik bio, termasuk anatomi dan fungsi mata, serta proses penglihatan. Mata dapat memfokuskan cahaya ke retina melalui kornea dan lensa. Lensa mata dapat berakomodasi untuk memfokuskan objek pada berbagai jarak. Daya akomodasi berkurang dengan bertambahnya usia. Makalah ini juga membahas berbagai jenis optik dan aberasi lensa.
Dokumen tersebut membahas tentang profesi dalam keperawatan. Terdapat definisi profesi menurut beberapa ahli, ciri-ciri profesi menurut Flexner dan karakteristik lainnya. Juga dibahas mengenai keperawatan sebagai profesi yang didasarkan pada body of knowledge dan kode etik keperawatan.
Makalah ini membahas tentang berbagai jenis mikroskop, termasuk mikroskop cahaya, stereo, elektron, ultraviolet, dan jenis lainnya. Secara khusus, makalah ini menjelaskan prinsip kerja dan sejarah penemuan mikroskop elektron, yang mampu memperbesar objek hingga 2 juta kali dan menggunakan medan listrik serta magnetik untuk mengontrol gambar.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat cahaya, optik geometrik termasuk lensa dan kesesatannya, serta anatomi dan fungsi mata. Dibahas pula penyimpangan penglihatan dan teknik koreksinya.
Biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, Sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Makalah ini membahas tentang optik bio, termasuk anatomi dan fungsi mata, serta proses penglihatan. Mata dapat memfokuskan cahaya ke retina melalui kornea dan lensa. Lensa mata dapat berakomodasi untuk memfokuskan objek pada berbagai jarak. Daya akomodasi berkurang dengan bertambahnya usia. Makalah ini juga membahas berbagai jenis optik dan aberasi lensa.
Dokumen tersebut membahas tentang profesi dalam keperawatan. Terdapat definisi profesi menurut beberapa ahli, ciri-ciri profesi menurut Flexner dan karakteristik lainnya. Juga dibahas mengenai keperawatan sebagai profesi yang didasarkan pada body of knowledge dan kode etik keperawatan.
Makalah ini membahas tentang berbagai jenis mikroskop, termasuk mikroskop cahaya, stereo, elektron, ultraviolet, dan jenis lainnya. Secara khusus, makalah ini menjelaskan prinsip kerja dan sejarah penemuan mikroskop elektron, yang mampu memperbesar objek hingga 2 juta kali dan menggunakan medan listrik serta magnetik untuk mengontrol gambar.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat cahaya, optik geometrik termasuk lensa dan kesesatannya, serta anatomi dan fungsi mata. Dibahas pula penyimpangan penglihatan dan teknik koreksinya.
Proses sensori merupakan proses masuknya rangsangan melalui alat indera ke otak, kemudian kembali melalui saraf motorik dan berakhir dengan perbuatan. Proses ini melibatkan reseptor, saraf sensorik, otak, saraf motorik, dan efektor. Persepsi adalah proses mencapai kesadaran atau pemahaman lingkungan dengan mengorganisir dan menafsirkan informasi sensorik. Faktor seperti keadaan indra dan perhatian dapat mempeng
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang indra penglihatan (mata) yang mencakup pengertian, bagian-bagian, mekanisme kerja, dan kelainan-kelainan pada mata. Mata berfungsi untuk mendeteksi cahaya dan memberikan pengertian visual melalui beberapa bagiannya seperti kornea, lensa, iris, pupil, retina, dan saraf mata. Kelainan seperti rabun dekat, rabun jauh, astigmatisma, buta warna
Bio psikologi mempelajari pengaruh biologi terhadap psikologi manusia. Proses sensorik adalah proses masuknya rangsangan melalui indra ke otak dan berakhir dengan perbuatan. Proses motorik melibatkan koordinasi dan pengaturan fungsi organ tubuh secara fisiologis dan psikis untuk mendapatkan gerakan.
Hipermetropi disebabkan oleh beberapa faktor seperti sumbu utama mata yang terlalu pendek, daya pembiasan mata yang lemah, kelengkungan kornea dan lensa yang tidak memadai, serta perubahan posisi lensa sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
1. Dokumen tersebut membahas tentang sikap dan perilaku manusia. Ia menjelaskan bahwa sikap terbentuk melalui interaksi lingkungan dan merupakan hasil belajar yang dapat berubah, sedangkan perilaku adalah aktivitas yang timbul karena stimulus dan respon.
Modul ini membahas tentang konsep kebutuhan dasar manusia, asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar tersebut, dan konsep kebutuhan psikososial, seksual, dan spiritual. Modul ini terdiri atas tiga kegiatan belajar yang mencakup konsep-konsep tersebut beserta penjelasan dan contoh soal untuk latihan mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan menerapkan asuhan
Kb 3 penerapan komunikasi terapeutik pada pasien dengan gangguanpjj_kemenkes
Modul ini membahas penerapan komunikasi terapeutik pada pasien dengan gangguan perilaku. Materi yang dibahas meliputi pengertian gangguan perilaku seperti autisme dan hiperaktif, karakteristik kedua gangguan tersebut, serta masalah komunikasi dan teknik komunikasi yang sesuai untuk pasien dengan gangguan perilaku. Tujuan akhir modul ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan komunikasi terapeutik dalam menangani pasien dengan
Dokumen tersebut membahas tentang alat-alat optik seperti mata, kacamata, lup, mikroskop, dan teropong. Alat-alat ini berfungsi untuk melihat benda dengan cara memfokuskan cahaya dan membentuk bayangan. Dokumen juga menjelaskan bagian-bagian dan prinsip kerja dari masing-masing alat serta rumus untuk menghitung besaran dan jarak bayangan.
Teks tersebut membahas tentang berpikir kritis dalam keperawatan dan terdiri dari 3 poin utama:
1. Definisi berpikir kritis sebagai komponen penting dari tanggung jawab profesional dan asuhan keperawatan profesional
2. Karakteristik berpikir kritis meliputi rasional, skeptis konstruktif, otonomi, kreatif, adil, dan dapat dipercaya
3. Model berpikir kritis meliputi total recall, habits, inquiry, new ideas
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi biofluida pada tubuh manusia, khususnya sistem peredaran darah dan sistem respirasi. Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Sistem respirasi meliputi proses masuknya udara ke paru-paru melalui inspirasi dan keluarnya udara dari paru-paru melalui ekspirasi. Dok
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik sederhana yang dapat dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya tersebut seperti periskop dan kaca pembesar sederhana dari bola lampu.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi fisiologi persepsi sensori. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang 5 sistem sensori utama yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan beserta proses kerjanya mulai dari rangsangan masuk, transduksi, konduksi saraf, dan persepsi. Dokumen juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi proses sensori."
Materi ini membahas tentang falsafah dan paradigma keperawatan, yang mencakup pengertian falsafah keperawatan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan, paradigma keperawatan sebagai pandangan global yang menghubungkan berbagai teori keperawatan, serta pengertian keperawatan sebagai layanan kesehatan profesional.
Proses sensori merupakan proses masuknya rangsangan melalui alat indera ke otak, kemudian kembali melalui saraf motorik dan berakhir dengan perbuatan. Proses ini melibatkan reseptor, saraf sensorik, otak, saraf motorik, dan efektor. Persepsi adalah proses mencapai kesadaran atau pemahaman lingkungan dengan mengorganisir dan menafsirkan informasi sensorik. Faktor seperti keadaan indra dan perhatian dapat mempeng
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang indra penglihatan (mata) yang mencakup pengertian, bagian-bagian, mekanisme kerja, dan kelainan-kelainan pada mata. Mata berfungsi untuk mendeteksi cahaya dan memberikan pengertian visual melalui beberapa bagiannya seperti kornea, lensa, iris, pupil, retina, dan saraf mata. Kelainan seperti rabun dekat, rabun jauh, astigmatisma, buta warna
Bio psikologi mempelajari pengaruh biologi terhadap psikologi manusia. Proses sensorik adalah proses masuknya rangsangan melalui indra ke otak dan berakhir dengan perbuatan. Proses motorik melibatkan koordinasi dan pengaturan fungsi organ tubuh secara fisiologis dan psikis untuk mendapatkan gerakan.
Hipermetropi disebabkan oleh beberapa faktor seperti sumbu utama mata yang terlalu pendek, daya pembiasan mata yang lemah, kelengkungan kornea dan lensa yang tidak memadai, serta perubahan posisi lensa sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
1. Dokumen tersebut membahas tentang sikap dan perilaku manusia. Ia menjelaskan bahwa sikap terbentuk melalui interaksi lingkungan dan merupakan hasil belajar yang dapat berubah, sedangkan perilaku adalah aktivitas yang timbul karena stimulus dan respon.
Modul ini membahas tentang konsep kebutuhan dasar manusia, asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar tersebut, dan konsep kebutuhan psikososial, seksual, dan spiritual. Modul ini terdiri atas tiga kegiatan belajar yang mencakup konsep-konsep tersebut beserta penjelasan dan contoh soal untuk latihan mahasiswa. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan menerapkan asuhan
Kb 3 penerapan komunikasi terapeutik pada pasien dengan gangguanpjj_kemenkes
Modul ini membahas penerapan komunikasi terapeutik pada pasien dengan gangguan perilaku. Materi yang dibahas meliputi pengertian gangguan perilaku seperti autisme dan hiperaktif, karakteristik kedua gangguan tersebut, serta masalah komunikasi dan teknik komunikasi yang sesuai untuk pasien dengan gangguan perilaku. Tujuan akhir modul ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan komunikasi terapeutik dalam menangani pasien dengan
Dokumen tersebut membahas tentang alat-alat optik seperti mata, kacamata, lup, mikroskop, dan teropong. Alat-alat ini berfungsi untuk melihat benda dengan cara memfokuskan cahaya dan membentuk bayangan. Dokumen juga menjelaskan bagian-bagian dan prinsip kerja dari masing-masing alat serta rumus untuk menghitung besaran dan jarak bayangan.
Teks tersebut membahas tentang berpikir kritis dalam keperawatan dan terdiri dari 3 poin utama:
1. Definisi berpikir kritis sebagai komponen penting dari tanggung jawab profesional dan asuhan keperawatan profesional
2. Karakteristik berpikir kritis meliputi rasional, skeptis konstruktif, otonomi, kreatif, adil, dan dapat dipercaya
3. Model berpikir kritis meliputi total recall, habits, inquiry, new ideas
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi biofluida pada tubuh manusia, khususnya sistem peredaran darah dan sistem respirasi. Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Sistem respirasi meliputi proses masuknya udara ke paru-paru melalui inspirasi dan keluarnya udara dari paru-paru melalui ekspirasi. Dok
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik sederhana yang dapat dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya tersebut seperti periskop dan kaca pembesar sederhana dari bola lampu.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi fisiologi persepsi sensori. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tentang 5 sistem sensori utama yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan beserta proses kerjanya mulai dari rangsangan masuk, transduksi, konduksi saraf, dan persepsi. Dokumen juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi proses sensori."
Materi ini membahas tentang falsafah dan paradigma keperawatan, yang mencakup pengertian falsafah keperawatan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan, paradigma keperawatan sebagai pandangan global yang menghubungkan berbagai teori keperawatan, serta pengertian keperawatan sebagai layanan kesehatan profesional.
Ringkasan:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB AKDR. Terdapat penjelasan mengenai profil, jenis, cara kerja, keuntungan, kerugian, indikasi kontraindikasi, dan tata laksana pemasangan AKDR. Dokumen ini juga meninjau kasus asuhan kebidanan pada seorang akseptor baru berumur 24 tahun.
Teks tersebut membahas tentang kurikulum dan pembelajaran akselerasi. Pembelajaran akselerasi adalah proses belajar yang mempercepat waktu studi siswa dibandingkan kelas biasa dengan menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran. Guru memiliki peran penting dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk kelas akselerasi.
Dokumen tersebut membahas tentang adab-adab dalam membaca Al-Qur'an, yang mencakup niat ikhlas, mengamalkan ajaran Al-Qur'an, selalu mengingat dan memperbaharui bacaan Al-Qur'an, serta larangan mengatakan telah lupa terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Dokumen ini juga membahas hukum bagi seseorang yang menghafal Al-Qur'an namun kemudian melupakannya akibat
Dokumen tersebut merangkum upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran matematika dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Strategi yang dilakukan meliputi peningkatan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan, pengembangan model pembelajaran blended learning, serta rencana pengembangan metode dan bahan ajar matematika yang sesuai konsep konstruktivis. Tujuannya adalah mencetak siswa yang unggul d
Dokumen berisi 15 pertanyaan tentang kebiasaan makan dan minum responden. Pertanyaan tersebut meliputi preferensi terhadap makanan asin, gorengan, kopi, sayur dan buah, makanan berkolesterol tinggi, ikan asin, serta dampak makanan berlemak dan berkolesterol tinggi terhadap berat badan responden.
Dokumen tersebut membahas tentang kecanduan game online pada remaja. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian kecanduan game online, kategori dan karakteristiknya, serta faktor-faktor penyebab munculnya kecanduan tersebut. Faktor-faktor penyebab yang disebutkan antara lain kurangnya perhatian orang tua dan kemudahan akses bermain game secara berlebihan di warnet."
PHP adalah bahasa script yang berjalan pada server side. PHP mendukung berbagai tipe data seperti integer, string, array, objek, dan boolean. Variabel dalam PHP bersifat dinamis dan case sensitive. Terdapat berbagai operator aritmatika, increment/decrement, dan logika untuk melakukan perhitungan dan pengolahan data dalam PHP.
[/ringkasan]
Tiga aturan dasar dalam menilai hasil afektif siswa yaitu:
1. Mengelola sikap siswa dengan jujur untuk membangun kepercayaan
2. Mengetahui batasan dan bertindak sebagai pendidik profesional
3. Bertindak berdasarkan hasil penilaian untuk meningkatkan pembelajaran
Agresi adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja untuk menyakiti orang lain. Terdapat dua bentuk agresi yaitu agresi rasa benci dan agresi sebagai sarana mencapai tujuan. Beberapa teori yang menjelaskan agresi antara lain teori bawaan, teori lingkungan seperti teori frustrasi-agresi klasik dan baru, serta teori belajar sosial dan kognitif. Teori frustrasi-agresi klasik menyatakan bahwa frustrasi menye
Peninggalan peradaban kuno Mesir, Yunani, dan Romawi berupa benda-benda seperti piramid, hieroglif, fosil manusia purba, kuil, akuaduk, tiang peringatan, dan patung yang mencerminkan kebudayaan masyarakat pada zaman itu. Benda-benda tersebut menjadi saksi sejarah perkembangan peradaban manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang optik dan mata. Secara singkat, dibahas tentang sejarah pandangan tentang penglihatan, jenis-jenis optik seperti optik geometri dan fisik, bagian-bagian mata dan sistem optiknya, serta penyimpangan penglihatan seperti miopia dan hipermetropia beserta teknik koreksinya.
Dokumen tersebut membahas tentang optik dan mata. Secara singkat, dibahas tentang sejarah pandangan tentang penglihatan, jenis-jenis optik seperti optik geometri dan fisik, bagian-bagian mata dan sistem optiknya, serta penyimpangan penglihatan seperti miopia dan hipermetropia beserta teknik koreksinya.
Dokumen tersebut membahas tentang optik dan mata. Secara singkat, dibahas tentang sejarah pandangan tentang penglihatan, jenis-jenis optik seperti optik geometri dan fisik, bagian-bagian mata dan sistem optiknya, serta penyimpangan penglihatan seperti miopia dan hipermetropia beserta teknik koreksinya.
1. Dokumen tersebut membahas tentang cahaya dan alat optik, mencakup sifat-sifat cahaya, pemantulan, pembiasan, spektrum cahaya, pembentukan bayangan pada cermin dan lensa, serta indra penglihatan manusia.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembiasan cahaya pada lensa cekung dan cembung serta penjelasan mengenai cacat penglihatan seperti miopi, hipermetropi, dan presbiopi.
2. Pembiasan cahaya oleh lensa menghasilkan titik fokus yang berbeda pada lensa cekung dan cembung sehingga memungkinkan pembentukan bayangan nyata maupun maya.
3. Tiga jenis cacat penglihatan dijelaskan dise
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembiasan cahaya pada lensa cekung dan cembung serta penjelasan mengenai cacat penglihatan seperti rabun jauh, dekat, dan tua.
2. Pembiasan cahaya terjadi karena perbedaan indeks bias antara dua medium yang berbeda, sehingga cahaya dapat dibiaskan, dikumpulkan, atau disebarkan.
3. Lensa cekung dan cembung dapat memfokuskan cahaya unt
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat lensa dan cacat bayangan yang dihasilkan oleh lensa. Lensa dibedakan menjadi lensa positif dan negatif, dan jenis lensa positif meliputi lensa cembung dua, plan konveks, dan konkaf konveks. Jenis lensa negatif meliputi lensa cekung dua, plan konkaf, dan konveks konkaf. Cacat bayangan yang dihasilkan lensa disebut aberasi, dan jenis aberasi meliputi aber
Dokumen tersebut membahas tentang indera penglihatan dan alat optik. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang cahaya sebagai gelombang elektromagnetik dan sifat-sifatnya, serta bagaimana cahaya dipantulkan dan dibiaskan oleh cermin dan lensa berdasarkan hukum-hukum optika. Dokumen tersebut juga menjelaskan tentang bagian-bagian mata dan fungsinya dalam proses penglihatan.
1. Bahasan Bio-Optik
Mei 28, 2011 dasatisna Tinggalkan Komentar Go to comments
Pengertian Biooptik
Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat
hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu
fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada klasifikasi Optik
geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan
manusia, yaitu mata.
Mata menjadi alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup. Bagaimana
proses sebuah objek dapat dilihat dan dipersepsikan di otak? Apa saja bagian-bagian mata yang
berperan? Mengapa seseorang bisa rabun, atau Mengapa respon mata terhadap perubahan
intensitas cahaya di gelap atau terang berbeda? Apa itu rod dan kone? Apa saja jenis kelainan
mata dan bagaimana cara mengoreksi atau memperbaikinya?
Optika Geometri dan Optika Fisik
1. Optika Geometri
2. Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya di
sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah
melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin
dan lensa :
f = focus = titik api
b = jarak benda
v = jarak bayangan
Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
1. Optika Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan malui metode
optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari
cahaya tersebut. Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa cahaya
sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan dengan menggunakan
teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-
foton, tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori
Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat menjelaskan bahwa cahaya
dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell (1831-1879) berkebangsaan Skotlandia,
dari hasil percobaannya dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10 m/detik)
sehingga berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik.
Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah sumber cahaya
menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang bergetar olehnya
dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang belum
bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya. Dari hasil percobaan
Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan cahaya akan memancarkan electron (gejala
foto listrik). Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan gelombang
magnetic.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat materi (partikel) dan sifat
gelombang.
Macam-macam Bentuk Lensa
3. Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam pula, yaitu:
1. Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif
Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari
bagian tepinya. Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik focus
kedua yang berada pada sisi transmisi lensa tersebut.
Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif
Sebuah lensa negative atau lensa menyebar adalah lensa yang bagian tepinya lebih tebal daripada
bagian tengahnya. Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah
dari titik focus kedua, yang berada pada sisi datang lensa.
Lensa yang mempunyai permukaan silindris
Adalah lensa yang mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus yang positif dan ada pula
yang mempunyai panjang fokus negatif.
Kekuatan Lensa (Dioptri)
Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan lensa (P) sama dengan
kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang fokus dalam meter, kekuatan lensa adalah dalam
dioptri (D):
P = = + dioptri
P = Kekuatan lensa (dioptri)
F = fokus lensa (m)
s = jarak benda dari lensa (m)
s´ = jarak bayangan dari lensa (m)
1D = 1 m-1
Kesesatan Lensa
4. Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan , jarak focus, radius
kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan kemungkinan adanya kesesatan
lensa (aberasi lensa). Aberasi ini ada bermacam-macam :
1. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).Sinar-sinar paraksial / sinar-sinar
dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’. aberasi ini dapat dihilangkan dengan
mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan
aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
2. Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar
di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah
titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat
diperbaiki dengan diafragma.
3. Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik benda
membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu
primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu dengan titik benda relatif kecil maka
kemungkinan besar akan berbentuk koma.
4. Kelengkungan medan, Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya tidak
dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini disebut
lengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan.
5. Distorsi, Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya bayangan palsu
ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma atau cela. Benda
berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala
distorsi ini dapat dihilangkan dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
6. Aberasi kromatis, Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena focus lensa
berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak
berbagai jarak dari lensa.
Aberasi
Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal dengan istilah aberasi. Aberasi sferis
merupakan hasil dari kenyataan bahwa permukaan melengkung hanya memfokuskan sinar-sinar
paraksial (sinar-sinar yang berjalan dekat sumbu utama) pada sebuah titik tunggal. Sinar-sinar
non paraksial pada titik dekat yang bergantung pada sudut yang dibuat dengan sumbu utamanya.
Sinar-sinar yang mengenai lensa jauh dari sumbu utamadibelokkan lebihh dari sinar-sinar yang
dekat dengan sumbu utama, dengan hasilnya bahwa tidak semua sinar difokuskan pada sebuah
titik tunggal. Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan sebagai sebuah cakram melingkar.
Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit berada pada titik, di mana garis tengahnya minimum.
Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran permukaan melengkungnya, yang
juga berarti memperkecil jumlah cahaya yang mencapai bayangannya. Aberasi seperti ini namun
lebih rumit disebut coma (comet-shapet image) dan astigmatisma yang terjadi saat obyek-
obyek berada di luar sumbu utama. Aberasi dalam bentuk bayagan obyek yang memanjang yang
disebabkan kenyataan bahwa perbesaran bergantung pada jarak titik obyek dari sumbu utama
disebut distorsi.
5. Aberasi kromatik, yang terjadi pada lensa bukan pada cermin, adalah hasil dari variasi indeks
bias dengan panjang gelombang.
Aberasi kromatik dan aberasi lainnya dapat diperbaiki sebagian dengan menggunakan kombinasi
beberapa lensa sebagai ganti sebuah lensa tunggal. Sebagai contoh, sebuah lensa positif dan
sebuah lensa negative dengan panjang fokus lebih besar dapat digunakan bersama-sama untuk
menghasilkan sebuah sistem lensa pengumpul yang mempunyai aberasi kromatik jauh lebih
sedikit dibandingkan sebuah lensa tunggal dengan panjang fokus yang sama. Lensa-lensa kamera
yang bagus biasanya berisi elemen-elemen untuk memperbaiki berbagai aberasi yang muncul.
Instrumen Optik
Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya sering sangat
sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah melipatgandakan kemampuan
kita untuk melihat dan memahami dunia yang melingkupi kita.
Mata
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan sistem optik yang
paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat keindahan alam sekitar kita.
Bagian-bagian Mata
Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi-fungsi tertentu sebagai alat optik, yaitu:
a) Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai pelindung
bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi avaskuler (tidak memiliki suplai
darah).
b) Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat membedakan
warna. Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen dengan lubang yang agak di tengah
yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa dan sebagian di depan badan siliaris. Iris
terdiri dari serat otot polos. Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
c) Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris, berfungsi mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
d) Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening, berserat dan
kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya.
e) Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka terhadap
cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Retina
merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya. Retina berperan
sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun dari sel kerucut yang bertanggung jawab
untuk penglihatan warna dan sel batang yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat
gelap.
6. f) Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
g) Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat cahaya dan
warna ke otak.
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk membedakan gelap atau
terang tergantung atas penglihatan seseorang.Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan
:
* Mata memfokuskan bayangan pada retina,
* System syaraf mata yang memberi informasi ke otak,
* Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.
b. Pembentukan Bayangan Pada Mata
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata dengan cukup,
kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil
pada retina. Ada tiga komponen penginderaan penglihatan, yaitu:
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang menutupi
permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat luas yang disebut
batang (rod) dan kerucut (cone) yang menerima dan memancarkan informasi di sepanjang serat
saraf optic ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata
difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa kornea berada pada
panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila benda
didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan
mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini disebut
akomodasi.
c. Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kacamata, di klinik dikenal
dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya (kacamata), tetapi mempunyai
arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik buruknya fungsi mata secara
keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah: nilai kebalikan sudut (dalam menit)
terkecil di mana sebuah benda masih dapat dilihat dan dapat dibedakan.
7. Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai ukuran
huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh
20/40, berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft, sedangkan bagi mata normal dapat
membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m). Dengan demikian dapat dirumuskan dengan persamaan:
V=
d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita
D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh karena huruf
yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf dengan
ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari kelemahan-
kelemahan itu telah diciptakan kartu Cincin Landolt. Kartu ini mempunyai sejumlah cincin
berlubang, diatur berderet yang sama besar, dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke
kiri dan ke kanan. Dari atas ke bawah cincin itu diatur agar lubangnya mengecil secara
berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukan deretan cincin tersebut hingga cincin terkecil
tanpa salah. Angka visus ini dapat didapat dengan menghitung sudut di mana cincin Landolt itu
diamati. Misalnya penderita menunjukan cincin Landolt tanpa salah 0,8 mm jarak 4 meter.
d. Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan alat Perimeter.
Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal 130º, sedangkan medan penglihatan
horizontal 155º.
e. Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada retina
yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod dan Cone tidak terletak pada permukaan retina
melainkan beberapa lapis di belakang jaringan saraf. Tiap mata memiliki 6,5 juta cone yang
berfungsi untuk melihat siang hari, disebut penglihatan fotopik. Melalui cone kita dapat
mengenal beberapa warna, tetapi hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang
gelombang 550 nm). Cone terdapat terutama pada fovea sentralis.
Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan skotopik, dan merupakan
ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap mata terdapat 120
juta rod. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20º terdapat kepadatan yang maksimal.
Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru dan hijau (510 nm).
Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650-700 nm), tetapi
penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan rod.
f. Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap
8. Dari ruang gelap masuk ke ruangan terang kurang mengalami kesulitan dalam penglihatan.
Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam
penglihatan dan diperlukan waktu agar memperoleh penyesuaian.
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod secara
maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi
apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada bayangan
yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak ada suatu objek pun yang terlihat.
Perubahan sensitivitas retina secara automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang
dan gelap.
a) Mekanisme Penyesuaian Terang (Cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energy sinar yang disebut foto
kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retina dan
skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh enzim alcohol
dehydrogenase dan koenzym DPN-H + H+ (=DNA) dan terjadi proses timbale balik (visa
verasa).
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia, ternyata
konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang besar
dan dilakukan secara terus menerus, konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun
sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun.
b) Mekanisme Penyesuaian Gelap
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan terang, jumlah
rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat
objek/benda di ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan rhodopsin di dalam
rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam
beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu
singkat.
Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000 hanya dalam
waktu beberapa menit saja.kepekaan retina mencapai 1.000, waktu yang diperlukan 1 jam.
Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang dari ruangan
gelap ke ruangan terang. Proses penurunan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10
menit. Penyesuaian gelap ini ternyata cone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-kira 5
menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap
oleh rod sekitar 30 sampai 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit pertama.
g. Tanggap Warna
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut
belum diketahui secara jelas. Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihat
9. warna namun tidak dapat membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan
penglihatan.
a) Teori Tanggap Warna
Cone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu cone member jawaban yang selektif
terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam
kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholtz
berpendapat ada tiga tipe cone yang tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu biru, hijau dan
merah.
1) Cone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara 400-500
millimikron. Berarti cone biru dapat menerima cahaya ungu, biru dan hijau.
2) Cone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi antara 450 dan
675 millimikron. Ini berarti cone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan
merah.
3) Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon terhadap
cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.
Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut trikhromatik.
b) Buta Warna
Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat melihat warna hijau, kuning orange
dan warna merah dengan menggunakan cone hijau, tetapi tidak dapat membedakan secara tepat
antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai cone merah untuk
kontras/membandingkan dengan cone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan cone
hijau, ia masih dapat melihat seluruh warna, tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau,
kuning, oranye dan merah. Hal ini disebabkan cone hijau yang sedikit tidak mampu
mengkontraskan dengan cone merah. Jadi tidak adanya cone merah atau hijau akan timbul
kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara warna merah dan hijau,
keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus yang jarang sekali, tetapi bisa jadi
seseorang kekurangan cone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan
hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru (blue weakness).
Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5% terdapat pada wanita
dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Ada pula orang buta terhadap warna merah
disebut protanopia, buta terhadap warna hijau disebut deuteranopia dan buta warna terhadap
warna biru disebut tritanopia.
h. Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea
mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tepat, demikian pula bola mata yang berdiameter
10. 20-23 mm. Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek disebut daya akomodasi. Selama
mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat
mata/lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia semakin tua daya
akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan/elastisitas lensa semakin berkurang.
Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada retina dan
bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di mana lensa mata memfokuskan suatu bayangan
pada retina disebut titik dekat (punctum proksimum). Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-
kuatnya (berakomodasi maksimum). Jarak dari mata ke titik dekat ini sangat beragam pada tiap
orang dan berubah dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat sedekat 7
cm, sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm karena kehilangan
keluwesan lensa akibat elastisitas lensa semakin berkurang, disebut mata presbyop atau mata tua
dan bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang diambil untuk titik dekat ini adalah 25 cm,
dan dianggap sebagai mata normal.
Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda terletak pada titik jauh
(punctum remotum). Pada saat ini mata tidak berakomodasi.lepas akomodasi.
i. Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi
a) Mata Normal
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak
terhingga. Apabila mata memiliki titik dekat tidak sama dnegan 25 cm dan titik jauh tidak sama
dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat mata. Hal ini mengakibatkan mata sulit
melihat benda yang jauh maupun dekat karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina.
b) Rabun Jauh (Miopi)
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25 cm) dan titik jauh
pada jarak tertentu. Orang yang menderita miopi dapat melihat dengan jelas benda pada jarak 25
cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak
dapat menjadi piph sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di depan retina,
disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda dengan jarak dekat atau kurang dari 25 cm.
cacat mata ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa cekung (minus).
c) Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan titik jauhnya pada jarak tak
terhingga. Penderita rabun dekat dapat melihat jelas benda-benda yang sangat jauh tetapi tidak
dapat melihat benda-benda dekat dnegan jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat
menjadi cembung sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina,
disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat mata ini dapat
diatasi dengan kacamata berlensa cembung (plus).
d) Mata Tua (Presbiopi)
11. Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya akomodasi yang berkurang
akibat bertambah usia. Letak titik dekat maupun titik jauh telah bergeser. Titik dekatnya lebih
dari 25 cm dan titik jauhnya hanya pada jarak tertentu. Pada penderita presbiopi tidak dapat
melihat benda jauh dengan jelas serta tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis mata
ini dapat ditolong dengan kacamata berlensa rangkap (minus di atas dan plus di bawah) yang
disebut kacamata bifocal.
e) Astigmatisma
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi lebih melengkung
pada satu sisi daripada sisi yang lain. Akibatnya sebuah titik akan difokuskan sebagai garis
pendek. Penderita astagmatisma, dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas
daripada kea rah yang berlawanan. Penderita astagmatisma dapat diatasi dnegan menggunakan
kacamata berlensa silindris.
f) Mata Campuran
Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan miopi, maka memiliki titik dekat
yang letaknya terlalu jauh dan titik jauh terlalu kecil, dapat ditolong dengan kacamata berlensa
rangkap atau bifocal (negatif di atas dan positif di bawah).
j. Peralatan Dalam Pemeriksaan Mata
Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas dalam kaitan
pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu : pemeriksaaan mata bagian
dalam, pengukuran daya focus mata, pengukuran kelengkungan kornea. Peralatan dalam
pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu :
1. Opthalmoskop
2. Retinoskop
3. Keratometer
4. Tonometer dari schiotz
5. Pupilometer
6. Lensometer
1) Opthalmoskop
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop
untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea
keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu :
1. Pencerminan mata secara langsung
12. Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak
melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata
penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata
pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar
terbalik dan sama besar dengan fundus penderita.
1. Pencerminan mata secara tak langsung
Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin
datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata
sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan
mata yang berkaitan dengan tumor otak.
2) Retinoskop
Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas
penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si
pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana mata penderita tanpa
akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber
cahaya bagi sipemeriksa.
Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan
difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus
pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui
retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan
keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata
pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar
pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh,
jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.
3) Keratometer
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa
kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang
mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu :
1. Hard contact lens. Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm.
sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi
astigmatisma.
2. Soft contact lens adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak
dapat mengoreksi astigmatisma.
Dasar kerja keratometer :
Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan
membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat
13. ditentukan permukaan cermin cembung.
Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea
bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus
agar memperoleh jarak dari kornea.
Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar
menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus
kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea
7,7 mm. penderita dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah
vertical dan horizontal.
4) Tonometer
Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular
yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz.
Teknik dasar :
Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. Tengah-
tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea.
Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut.
Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada
pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 g maka berat total
tonometer:
= Berat plug + alat pemberat
= 11 gram + 5,5 gram
= 16,5 gram.
16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di
dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau tidak.
Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal
tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran
cairan humor aqueous 5 ml/hari.
Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara
elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer
yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran dengan memakai alat ini penderita
dalam posisi duduk.
5) Pupilometer Dari Eindhoven
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu lempengan
kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat melalui lubang-
lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai
berikut :
14. - Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2
adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, sehingga
deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar pupil, jarak antara
lubang dan mata tidak menjadi masalah.
6) Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar
untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar : Menentukan focus lensa positif sangat
mudah , dapat dengan cara :
- Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari)
- Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya.
Teknik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat dilakukan sedikit
modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa positif kuat yang telah
ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut :
Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam
melalui pengamatan lensa.
REFERENSI:
Hani, Ahmadi Ruslan, S.Pd, dan Riwidikdo, Handoko, S.Kp. 2008. Fisika Kesehatan.
Jogjakarta: Mitra Cebdikia Press.
J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/05/fisika-bahasan-bio-optik.html