SlideShare a Scribd company logo
Anatomi dan fisologi sistim sensorik
OLEH :
Yesi kartika Amd.Kep
Dosen Pembimbing :
ELMI S.Kep M.Kep
A. Definisi Sistem Sensorik
Sistem sensoris adalah sistem penghantaran
rangsangan dari perifer (reseptor) ke pusat (otak).
Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya
jika ia tidak tahu adanya bahaya yang mengancam
atau menimpa dirinya. Adanya bahaya dapat
diketahui dengan jalan melihat, mendengar,
mencium, dan merasakan rasa-nyeri, rasa-raba,
rasa-panas, rasa-dingin, dan sebagainya. Inilah yang
disebut sebagai sistem sensorik.
B. Apresiasi Sensasi pada Otak
Daerah utama apresiasi sensasi adalah talamus dan
area sensorik. Talamus adalah stasiun pemancar
rangsangan sensorik. Organ ini menerima impuls yang
datang dari medula spinalis dan dari serebelum dan
mengirimkan impuls kearea sensorik pada lobus
parietalis dan lobus lain.
Area sensorik merupakan tempat tujuan serat yang
berasal dari talamus, berada pada girus postsentralis
lobus parietal. Kecuali panas, dingin dan nyeri
berderajat tinggi, impuls sensorik diapresiasikan disana.
(Ethel Sloane, 2003)
C. Reseptor pada Sistem Sensorik
1. Klasifikasi reseptor sensorik
Reseptor sensorik berperan untuk mentransduksi
stimulus lingkungan menjadi impuls saraf. Reseptor ini
dapat diklasifikasi berdasarkan sumber stimulus yang
mempengaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi
reseptor, distribusi reseptor, atau ada-tidaknya lapisan pada
ujung reseptor.
a. Sumber (lokasi) sensasi
a) Eksteroseptor
b) Proprioseptor
c) interoseptor
b. Jenis sensasi yang
terdeteksi
•Mekanoreseptor
•Termoreseptor
•Reseptor nyeri (nosiseptor)
•Fotoreseptor
•Kemoreseptor
c. Distribusi reseptor
1. Penginderaan umum
2. Penginderaan khusus
d. Ujung reseptor sensorik
1. Ujung saraf bebas
2. Ujung saraf berkapsul
(Ethel Sloane, 2003)
D. MATA DAN INDRA
PENGLIHATAN
Mata adalah sistem optik
yang memfokuskan berkas
cahaya pada sfotoreseptor,
yang mengubah energi
cahaya menjadi impuls
saraf.
a. Struktur aksesori mata
1. Orbita
2. Otot mata
3. Alis mata
4. Fisura palbebral,
5. Kantus medial
6. Karunkel
7. Konjungtiva
8. Lempeng tarsal
9. Aparatus lakrimal
b. Struktur mata
1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah
tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa
adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat
fibrosa putih.
a) Sklera memberi bentuk pada bola mata dan
memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik.
b) Kornea adalah perpanjangan antrior yang transparan
pada sklera di bagian depan mata. Bagian ini
mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas
cahaya.
2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskuler (uvea), dan
tersusun dari koroid, badan siliaris, dan iris.
a) Lapisan koroid adalah lapisan yang sangat terpigmentasi untuk
mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat
tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik
sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
b) Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan
koroid, mengandung pembuluh darah dan otot silliaris. Otot
melekat pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa.
c) Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata
yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan
otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk
mengendalikan diameter pupil.
d) Pupil, adalah ruang trbuka yang bulat pada iris yang harus
dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
3. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di
belakang pupil. Elastisnya sangat tinggi, suatu
sifat yang akan menurun seiring proses
penuaan.
4. Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi
dua rongga; rongga anterior dan rongga
posterior.
a) Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.
Ruang anterior
Ruang tersebut berisi aqueous humor
Tekanan intraokular
b) Rongga posterior
5. Retina, lapisan terdalam
a) Lapisan terpigmentasi luar
b) Lapisan jaringan saraf dalam (optikal
1) Sel batang dan kerucut
2) Neuron bipolar
3) Sel gangion
4) Sel horizontal dan sel amakrin
5) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion,
lapisan bipolar, dan badan sel batang dan
kerucut
c) Bintik buta
d) Jalur visual ke otak
e) Fovea
f) Lutea
E. Karakteristik optik mata
a. Refraksi adalah defleksi, atau pembelokan, berkas
sinar saat melewati salh satu medium Menuju
medium lain yang memiliki densitas optik berbeda.
Semakin konveks suatu permukaan, maka akan
semakin refraktif dayanya.
1. Kornea bertanggung jawab untuk sekitar 70%
daya refraktif dan merupakan alat *penyesuaian
kasar* pada mata.
2. Lensa berperan dalam sebagian besar aktivitas
refraksi yang tersisa dan merupakan alat
*penyesuaian halus* pada mata.
3. Cairan aquosus dan vitreus bertanggung jawab
untuk refraksi minimal.
F. Fisiologi penglihatan
a. Rodopsin (visual ungu) adalah pigmen yang terkandung
dalam sel batang yang memiliki dua sub-unit.
1. Retina disebut juga retina atau retinaldehid, di sintesis
dari Vit A. zat ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah
11-cis-retinal bengkok dan sebuah all- trans retinal lurus.
2. Opsin, atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia
lemah dengan 11-cis-retinal.
b. Pemutihan rodopsin dari ungu menjadi merah muda di saat
cahaya masuk ke retina. Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal
yang berikatan dengan opsin berubah bentuk menjadi
bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari
opsin.
c. Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu
saat semua all-trans retinal diubah kembali
menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan
opsin. Reaksi ini membutuhkan Energi dan
Enzim.
d. Sel batang berfungsi dalam intensitas
karenanya reaksi pemutihan hanya
membutuhkan sedikit cahaya.
e. Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian
penglihatan secara otomatisterhadap intensitas cahaya yang
memasuki retina saat bergerak dari tempat gelap ketempat terang
atau sebaliknya.
1. Waktu yang di buthkan adaptasi terhadap kegelapan
(kemampuan melihat dalam cahaya redup) sebagian di
tentukan dari waktu yang di butuhkan untuk merisintesis dan
mengumpulkan cadangan rodopsi.
2. Dalam cahaya terang, semua rodopsi yang ada akan terurai
dengan cepat da hanya tersisa sedikit untuk membentuk
potensial aksi dalam sel batang; mata disebut beradaptasi
dengan terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasiterang
dari cahaya remang adalah sekitar 20 menit.
3. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut)
membutuhkan pitamin A,suatu prekusor untuk retinal.
4. Kekurangan asupan Vitamin A dapat menyebabkan
abnormalitas penglihatan akibat degenerasi sel batang dan
kerucut.
a) Rabun senja, suatu kondisi yang sensitifitasnya terhadap
cahaya berkurang, biasanya terjadi pada tahap awal
defisiensi Vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada
malam hari ketika hanya ada sedikit cahaya untuk
penglihatan yang adekuat.
b) Defisiensi Vitamin A perpanjangan juga mempengaruhi
selkerucut. Pengobatan dengan Vitamin A dapat
mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut
belum rusak.
c) Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi
sempurna retina dan semua jaringan saraf
5. Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks
pupilaris, untuk menentukan banyak sedikitnya cahaya yang
memasuki bagian interior mata.
6. Penglihatan warna
a) Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta selkerucut bipolar
yang bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan
penglihatan warna.
b) Selkerucut mengandung iodopsin, yaitu retina yang terikat
pada opsin yang berbeda dengan opsin dalam sel batang.
c) Iodopsin ini bias saja bersifat sensitive-biru, sensitive-merah,
atau sensitive-hijau, sehingga setiap sel kerucut
memilikisensitifitas selektif untuk membedakan warna.
d) Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk
membentuk potensial aksi juga terjadi dalam sel kerucut.
Karena pigmen lodopsin tidak merespon dalam cahaya yang
redup, maka sel kerucut dapat berfungsi hanya dalam cahaya
yang terang.
Mekanisme indera penglihatan
 Sumber cahaya Masuk ke mata melalui
kornea, Kemudian Melewati pupil yang lebarnya
diatur oleh iris, Dibiaskan oleh lensa kemudian
Terbentuk bayangan di retina yang bersifat
nyata, terbalik, diperkecil. Lensa bertugas
memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada
lapisan retina, kemudian Sel-sel batang dan sel
kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optik
dan dikrimkan ke otak, untuk memberikan pesan
tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya.
Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan
sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut.
Barulah bayangan yang ketika mengenai mata
berwujud seperti foto, cahaya ini meneruskan
perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini
berisi informasi visual objek di luar mata.
G. TELINGA INDERA PENDENGARAN DAN EKUILIBRIUM
a. Struktur telinga. Telinga terbagi menjadi bagian tengah, luar, dan dalam
1. Telinga luar terdiri dari pinna,atau aurikula, yaitu daun kartilago
yang menangkap gelimbang bunyi danmenjalarkan nya ke kanal
auditori eksternal (meatus) suatu lintasan panjang sempit yang
berukuran sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai
menran timpani.
2. Membrane timpani (gendang telinga) adalh perbatasan telinga
tengah.
a) Membrane timpani berbentuk kerucut dan di lapisi kulit pada
permukaan eksternal dan membrane mukosa pada permukaan
internal.
b) Membrane ini memisahkan telinga luar dan telinga tengah, dan
memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan sesuai untuk
menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.
3. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian
petrosus tulang temporal.
4. Osikel auditori, dimana sesuai bentuknya, terdiri dari maleous
(martil), inkus (anvil),stapes (sanggurdi), tulang-tulang ini
mengarahkan getaran dari membrane timpani ke fenestra
vestibule, yang memisahkan telinga tengah dari telinga dalam
a) Otot stapedius melekat pada stapes, yang ukurannya sesuai
dengan fenestra vestibuli ival, dan menariknya ke arah luar.
Otot tensol timpani melekat pada bagian pegangan meleus,
yang berada pada membran timpani, dan menarik fenestra
vestibuli ke arah dalam.
b) Bunyi yang keras mengakibatkan suatu reflek yang
menyebabkan kontraksi kedua otot, yang berfungsi sebagai
pelindung untuk meredam bunyi.
4. Telinga dalam (internal) berisi cairan dan terletak pada tulang temporal, di sisi
medial telinga tengah.Telinga dalam tediri dari dua bagian; labirin tulang dan
labirin membranosa di dalam labirin tulang.
a) Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang
menyerupai cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus
tulang temporal dan terbagi menjadi tiga bagian: vestibula, saluran
semisirkular,dan koklea berbentuk seperti siput.
1) Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan
saluran semisirkular dengan koklea.
2) Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestubuli dan
fenestra cochleae, yang berhubungan dengan telinga tengah.
3) Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan
perlimfe.
b). Rongga tulang saluran semisirkular menonjol dari bagian posterior
vestibula.
1) Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang
vertikal, di setiap sudut kanannya.
2) Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan
kedua saluran diatas.
Koklea mengandung reseptor pendengaran.
b. Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga
dan kantong yang terletak di dalam labirin tulang dan
memiliki kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung
cairan endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular.
1. Labirin membranosa dalam regia vestibula merupakan
lokasi awal dua kantong, utrikulus dan sakulus yang di
hubungkan dengan duktus endolimfe sempit dan pendek.
2. Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak
dalam saluran semisirkular pada labirin tulang yang
mengandung perlimfe.
3. Setiap duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus
mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis dan
ekuilibrium dinamis.
4. Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular;
sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklear dan
koklea.
c. Koklea dan fisiologi pendengaran
1. Koklea membentuk dua setengah putaran di sekitar inti
tulang sentral, modiolus yang mengandung pembuluh
darah dan serabut saraf cabang koklear dari saraf
vestibulokoklear (VIII). Sekat membagi koklea
menjadi tiga saluran terpisah
a) Duktus koklear atau skala media, yang merupakan
bagian labirin membranosa yang terhubung ke
sakulus, adalah saluran tengah yang berisi cairan
endolimfe.
b) Dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan
di bawah skala media adalah skala vestibuli dan
skala timpani. Kedua skala tersebut mengandung
c) Skala media berisi organ Corti yang terletakpada membran
basilar.
2. Gelombang bunyi (getaran) memasuki meatus auditori eksternal
dan membentuk getaran dalam membran timpani. Getaran
kemudian menjalar di sepanjang osikel telinga menuju fenestra
vestibuli, mendorongnya masuk dan membentuk gelombang
tekanan pada perlimfe skala vestibuli yang tidak dapat
terkompresi.
3. Gelombang tekanan dalam skala vestibuli menjalar sampai ke
skala timpani dan menyebabkan fenestra cochleae menonjol ke
luar.
4. Getaran yang dihantarkan cairan juga menyebabkan gelombang
getar pada membran basilar, dengan luas gerakan yang berbeda
sesuai dengan amplitudo dan frekuensi (kekuatan) getaran.
5. Sel-sel rambut melengkung akibat gerakan membran basilar, hal
ini kemudian akan memicu impuls saraf.
6. Jalur saraf. Serabut saraf koklear bersinapsis dalam medula dan
dalam otak tengah untuk berasenden menuju korteks auditori, yang
terletak jauh di dalam fisura lateral hemisfer serebral.
d. Ekuilibrium dan sparatus vestibular. Aparatus
vestibular adalah istilah yang dipakai untuk
utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkular, yang
mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan
keseimbangan.
1. Ekuilibrium statis
2. Jalur saraf untuk indera ekuilibrium
3. Ekuilibrium dinamis adalah kesadaran akan
posisi kepala saat merespons gerakan angular
atau rotasi.
Mekanisme pendengaran
 Sinyal suara memasuki saluran telinga dan variasi tekanan
yang dihasilkannya menekan gendang telinga. Karena sisi
bagian dalam dari gendang telinga mempunyai tekanan yang
nilainya dijaga konstan maka gendang telinga akan bergetar.
 Getaran dari gendang telinga disalurkan pada tiga rangkaian
tulang yaitu; martil, incus dan stapes. Mekanisme ini dirancang
untuk mengkopel variasi suara dari udara luar ke telinga bagian
dalam. Karena luas permukaan penampang yang ditekan
stapes lebih kecil dari luas penampang gendang telinga maka
tekanan suara yang sampai ke telinga bagian dalam bertambah
besar.
 Cairan pada cochlea bergetar dengan frekuensi yang sama
dengan gelombang yang datang. Basilar membrane kemudian
memisahkan sinyal berdasarkan frekuensinya.
 Syaraf yang berada pada mambran kemudian mendeteksi
posisi terjadinya resonansi yang juga akan menentukan
frekuensi suara yang datang.
e. GUSTASI INDERA PENGECAP
1. Struktur kuncup pengecap
a) Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecap,
suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah, tetapi
juga terdapat pada palatum lunak dan epiglotis.
b) Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan lidah disebut
papila.
c) Masing-masing kuncup pengecap merupakan
sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang
memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori.
2. Fungsi kuncup pengecap
a) Substansi yang di rasakan harus berbentuk cairan
atau larut dalam saliva.
b) Kuncup mengencap bekerja sama dengan reseptor
padarambut pengecap. Hal tersebut akan
menstimulasi dendrite sensorik yang berpilin di
sekitarsel-sel sensorik dan mengakibatkat impul
saraf, yang kemudian di transmisi di sepanjang saraf
fasial (CN VII) dan saraf glosofaringeal (CN IX)
melalui jalur pengecap menuju insula korteks
serebelar.
3. Sensasi rasa
a) Kuncup pengecap yang sensitif terhadap rasa manis
terletak di ujung lidah.
b) Substansi asam di rasakan terutama di bagian
samping lidah.
c) Substansi asin dapat dirasakan pada seluruh area
lidah, tetapi reseptornya terkumpul dibagian samping
lidah.
d) Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap
di bagian belakang lidah.
Mekanisme pengecapan
 Seperti halnya indera yang lain, pengecapan merupakan hasil stimulasi
ujung saraf tertentu.
 Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi di kuncup-kuncup
pengecap pada lidah.
 Di dalam satu papila terdapat banyak kuncup pengecap (taste
bud) yaitu suatu bangunan berbentuk bundar yang terdiri dari 2 jenis
sel, yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap sebagai reseptor.
 Setiap sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang
menonjol keluar taste bud melalui taste pore (lubang).
 Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan
mengadakan kontak dan merangsang sel-sel kemudian timbul lah
impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan syaraf IX otak untuk
diteruskan ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus
parietalis untuk kemudian diinterpretasikan.
 Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap
melalui pori-pori bagian atas. Di dalam makanan akan merangsang
ujung saraf yang mempunyai rambut (Gustatory hair). Dari ujung
tersebut pesan akan dibawa ke otak, kemudian diinterpretasikan dan
sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam
mulut kita.
4. OLFAKSI; INDERA PENCIUMAN
a) Kemoreseptor olfaktori adalah neuron khusus yang terletak pada
epithelium olfaktori di langit-langit rongga nasal.
b) Evitalium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan
sel olfaktori, yang merupakan neuron bipolar dendrite yang
berakhir pada rambut halus olfaktori yang menonjol ke dalam
mucus yang melapisi rongga nasal.
c) Mekanisme stimulasi sel-selolfaktori melalui bau tidak diketahui
dengan lengkap. Depolarisasi terjadi dan mengakibatkan
potensial aksi yang di hantarkan di sepanjang serabut saraf
olfaktori sampai ke bulbus olfaktori dan area olfaktori dalam
korteks serebral.
d) Reseptor olfaktori mengadaptasi bau dengan cepat; ada
kemungkinan untuk tidak sadar terhadap bau yang menyengat
setelah satu menit.
Mekanisme penciuman
 Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel
pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf
kranial (nervus alfaktorius)
 Selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk
menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius).
 Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara inspirasi
mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga
terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit.
 Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson
bergabung menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak
ke I ini menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung
kemudian bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls
dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.

More Related Content

What's hot

Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Didik Nurkantoro
 
Makalah biooptik
Makalah biooptikMakalah biooptik
Makalah biooptik
Selly Noviyanty Yunus
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
agusmelvian
 
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorikBiopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
pjj_kemenkes
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Marwiati Najwa
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
Selly Noviyanty Yunus
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
Brian Putra
 
Istilah istilah anatomi
Istilah istilah anatomiIstilah istilah anatomi
Istilah istilah anatomi
lilis idaratul pahmi
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputik
widya1972
 
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)basil_miaw
 
Falsafah keperawatan
Falsafah keperawatanFalsafah keperawatan
Falsafah keperawatan
Cahya
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
Asyifa Robiatul adawiyah
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
Ade Rahman
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
DiniHadianingsih
 
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
anisya nana
 
SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIASISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIAAinur
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatan
Hiiendry Pangestu
 

What's hot (20)

Sistem Perkemihan
Sistem PerkemihanSistem Perkemihan
Sistem Perkemihan
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
 
Makalah biooptik
Makalah biooptikMakalah biooptik
Makalah biooptik
 
sistem termoregulasi
sistem termoregulasisistem termoregulasi
sistem termoregulasi
 
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorikBiopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistem
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
Istilah istilah anatomi
Istilah istilah anatomiIstilah istilah anatomi
Istilah istilah anatomi
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputik
 
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)Power Point   Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
 
Falsafah keperawatan
Falsafah keperawatanFalsafah keperawatan
Falsafah keperawatan
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
 
SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIASISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIA
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatan
 

Viewers also liked

Perkembangan Sensorik
Perkembangan SensorikPerkembangan Sensorik
Perkembangan Sensorik
Anda Sella Permata
 
Sensori persepsi
Sensori persepsiSensori persepsi
Sensori persepsi
kristanto djuwahir
 
Biofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem SensorikBiofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem Sensorikngurahjayaantara
 
AnFis Sistem sensorik
AnFis Sistem sensorikAnFis Sistem sensorik
AnFis Sistem sensorik
Cahya
 
Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003
Edy Waspada
 
Kesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasaKesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasa
Susan MuaNistt
 
Pengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensoriPengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensoriayu240892
 
Sensasi dan Persepsi
Sensasi dan PersepsiSensasi dan Persepsi
Sensasi dan Persepsi
thoyyibatus
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Operator Warnet Vast Raha
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
materi-x2
 
Sist koordinasi
Sist koordinasiSist koordinasi
Sist koordinasi
En Jamilah
 
Isu-Isu Perkembangan
Isu-Isu PerkembanganIsu-Isu Perkembangan
Isu-Isu Perkembangan
Yunita Siswanti
 
Sistem otot dan tulang manusia
Sistem otot dan tulang manusiaSistem otot dan tulang manusia
Sistem otot dan tulang manusia
Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM)
 
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanAnatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihan
Yepi Addianto
 
Fisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem sarafFisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem saraf
abdee tarmizi II
 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Cut Agam
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power point
Fatimah Zahra
 
Universitas brawijaya
Universitas brawijayaUniversitas brawijaya
Universitas brawijaya
Adhitya Arjanggi
 

Viewers also liked (20)

Perkembangan Sensorik
Perkembangan SensorikPerkembangan Sensorik
Perkembangan Sensorik
 
Sensori persepsi
Sensori persepsiSensori persepsi
Sensori persepsi
 
Anatomi fisiologi sistem sensori
Anatomi fisiologi sistem sensoriAnatomi fisiologi sistem sensori
Anatomi fisiologi sistem sensori
 
Biofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem SensorikBiofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem Sensorik
 
AnFis Sistem sensorik
AnFis Sistem sensorikAnFis Sistem sensorik
AnFis Sistem sensorik
 
Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003Clubfoot.ppt 2003
Clubfoot.ppt 2003
 
Kesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasaKesulitan belajar bahasa
Kesulitan belajar bahasa
 
Pengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensoriPengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensori
 
Sensasi dan Persepsi
Sensasi dan PersepsiSensasi dan Persepsi
Sensasi dan Persepsi
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Sist koordinasi
Sist koordinasiSist koordinasi
Sist koordinasi
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
Isu-Isu Perkembangan
Isu-Isu PerkembanganIsu-Isu Perkembangan
Isu-Isu Perkembangan
 
Sistem otot dan tulang manusia
Sistem otot dan tulang manusiaSistem otot dan tulang manusia
Sistem otot dan tulang manusia
 
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanAnatomi sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihan
 
Fisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem sarafFisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem saraf
 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
 
Sistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power pointSistem perkemihan power point
Sistem perkemihan power point
 
Universitas brawijaya
Universitas brawijayaUniversitas brawijaya
Universitas brawijaya
 

Similar to Anatomi Sistem Sensorik

Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)Koko Ekayana
 
lina
linalina
Indra mata
Indra mataIndra mata
Indra mata
umi hasanah
 
Indra mata
Indra mataIndra mata
Indra mata
umi hasanah
 
Indra mata
Indra mataIndra mata
Indra mata
umi hasanah
 
Panca Indra
Panca IndraPanca Indra
Panca Indra
Mei Diana Pratiwi
 
Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)
Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)
Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)
Ferdiana Agustin
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatanWulan Yulian
 
Review anfis mata 1
Review anfis mata 1 Review anfis mata 1
Review anfis mata 1
Yusuf Aruke
 
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptSistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
DimasMaesa
 
ANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptxANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptx
AhmadRosuli
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
Septian Muna Barakati
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
Operator Warnet Vast Raha
 
Biologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaBiologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat Indera
Rifda Latifa
 
5 indera
5 indera5 indera
5 indera
ricky lestari
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
Warnet Raha
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
Septian Muna Barakati
 
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MASistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Yaya Nicky
 
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptxKEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
DesiRiska3
 

Similar to Anatomi Sistem Sensorik (20)

Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
Peglihatan dan pendengaran (biofisika)
 
lina
linalina
lina
 
Indra mata
Indra mataIndra mata
Indra mata
 
Indra mata
Indra mataIndra mata
Indra mata
 
Indra mata
Indra mataIndra mata
Indra mata
 
Panca Indra
Panca IndraPanca Indra
Panca Indra
 
Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)
Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)
Sistem koordinasi (indra mata dan telinga)
 
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatanMakalah anatomi dan fisiologi indra  penglihatan
Makalah anatomi dan fisiologi indra penglihatan
 
Review anfis mata 1
Review anfis mata 1 Review anfis mata 1
Review anfis mata 1
 
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.pptSistem Indra Pada Manusia.ppt
Sistem Indra Pada Manusia.ppt
 
ANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptxANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptx
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Biologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat InderaBiologi SMA - Alat Indera
Biologi SMA - Alat Indera
 
5 indera
5 indera5 indera
5 indera
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MASistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
Sistem koordinasi 1 ( indera) kelas 2 SMA/MA
 
Makalah mata
Makalah mataMakalah mata
Makalah mata
 
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptxKEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
 

More from Yesi Tika

Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluargaRuang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluargaYesi Tika
 
Konsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansiaKonsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansiaYesi Tika
 
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya
Komunikasi dalam konteks sosial dan budayaKomunikasi dalam konteks sosial dan budaya
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya
Yesi Tika
 
Konsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritisKonsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritis
Yesi Tika
 
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)Yesi Tika
 
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Yesi Tika
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
Yesi Tika
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakYesi Tika
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Yesi Tika
 
Asuhan keperawatan bedah orthopedik
Asuhan keperawatan bedah orthopedikAsuhan keperawatan bedah orthopedik
Asuhan keperawatan bedah orthopedik
Yesi Tika
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imun
Yesi Tika
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Yesi Tika
 

More from Yesi Tika (13)

Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluargaRuang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
Ruang lingkup keperawatan jiwa dan keluarga
 
Konsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansiaKonsep keperawatan lansia
Konsep keperawatan lansia
 
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya
Komunikasi dalam konteks sosial dan budayaKomunikasi dalam konteks sosial dan budaya
Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya
 
Konsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritisKonsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritis
 
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
Asuhan keperawatan periferal arterial disease (pad)
 
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarak
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitus
 
Asuhan keperawatan bedah orthopedik
Asuhan keperawatan bedah orthopedikAsuhan keperawatan bedah orthopedik
Asuhan keperawatan bedah orthopedik
 
Askep sle
Askep sleAskep sle
Askep sle
 
Anatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imunAnatomi Sistem imun
Anatomi Sistem imun
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
 

Anatomi Sistem Sensorik

  • 1. Anatomi dan fisologi sistim sensorik OLEH : Yesi kartika Amd.Kep Dosen Pembimbing : ELMI S.Kep M.Kep
  • 2. A. Definisi Sistem Sensorik Sistem sensoris adalah sistem penghantaran rangsangan dari perifer (reseptor) ke pusat (otak). Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya jika ia tidak tahu adanya bahaya yang mengancam atau menimpa dirinya. Adanya bahaya dapat diketahui dengan jalan melihat, mendengar, mencium, dan merasakan rasa-nyeri, rasa-raba, rasa-panas, rasa-dingin, dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai sistem sensorik.
  • 3. B. Apresiasi Sensasi pada Otak Daerah utama apresiasi sensasi adalah talamus dan area sensorik. Talamus adalah stasiun pemancar rangsangan sensorik. Organ ini menerima impuls yang datang dari medula spinalis dan dari serebelum dan mengirimkan impuls kearea sensorik pada lobus parietalis dan lobus lain. Area sensorik merupakan tempat tujuan serat yang berasal dari talamus, berada pada girus postsentralis lobus parietal. Kecuali panas, dingin dan nyeri berderajat tinggi, impuls sensorik diapresiasikan disana. (Ethel Sloane, 2003)
  • 4.
  • 5. C. Reseptor pada Sistem Sensorik 1. Klasifikasi reseptor sensorik Reseptor sensorik berperan untuk mentransduksi stimulus lingkungan menjadi impuls saraf. Reseptor ini dapat diklasifikasi berdasarkan sumber stimulus yang mempengaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada-tidaknya lapisan pada ujung reseptor. a. Sumber (lokasi) sensasi a) Eksteroseptor b) Proprioseptor c) interoseptor
  • 6. b. Jenis sensasi yang terdeteksi •Mekanoreseptor •Termoreseptor •Reseptor nyeri (nosiseptor) •Fotoreseptor •Kemoreseptor
  • 7. c. Distribusi reseptor 1. Penginderaan umum 2. Penginderaan khusus d. Ujung reseptor sensorik 1. Ujung saraf bebas 2. Ujung saraf berkapsul (Ethel Sloane, 2003)
  • 8. D. MATA DAN INDRA PENGLIHATAN Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada sfotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.
  • 9. a. Struktur aksesori mata 1. Orbita 2. Otot mata 3. Alis mata 4. Fisura palbebral, 5. Kantus medial 6. Karunkel 7. Konjungtiva 8. Lempeng tarsal 9. Aparatus lakrimal
  • 10. b. Struktur mata 1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih. a) Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik. b) Kornea adalah perpanjangan antrior yang transparan pada sklera di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
  • 11.
  • 12. 2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskuler (uvea), dan tersusun dari koroid, badan siliaris, dan iris. a) Lapisan koroid adalah lapisan yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori. b) Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot silliaris. Otot melekat pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa. c) Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil. d) Pupil, adalah ruang trbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
  • 13.
  • 14. 3. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan. 4. Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi dua rongga; rongga anterior dan rongga posterior. a) Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang. Ruang anterior Ruang tersebut berisi aqueous humor Tekanan intraokular b) Rongga posterior
  • 15. 5. Retina, lapisan terdalam a) Lapisan terpigmentasi luar b) Lapisan jaringan saraf dalam (optikal 1) Sel batang dan kerucut 2) Neuron bipolar 3) Sel gangion 4) Sel horizontal dan sel amakrin 5) Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang dan kerucut c) Bintik buta d) Jalur visual ke otak e) Fovea f) Lutea
  • 16. E. Karakteristik optik mata a. Refraksi adalah defleksi, atau pembelokan, berkas sinar saat melewati salh satu medium Menuju medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Semakin konveks suatu permukaan, maka akan semakin refraktif dayanya. 1. Kornea bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan merupakan alat *penyesuaian kasar* pada mata. 2. Lensa berperan dalam sebagian besar aktivitas refraksi yang tersisa dan merupakan alat *penyesuaian halus* pada mata. 3. Cairan aquosus dan vitreus bertanggung jawab untuk refraksi minimal.
  • 17. F. Fisiologi penglihatan a. Rodopsin (visual ungu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang memiliki dua sub-unit. 1. Retina disebut juga retina atau retinaldehid, di sintesis dari Vit A. zat ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah all- trans retinal lurus. 2. Opsin, atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-cis-retinal. b. Pemutihan rodopsin dari ungu menjadi merah muda di saat cahaya masuk ke retina. Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang berikatan dengan opsin berubah bentuk menjadi bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.
  • 18. c. Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini membutuhkan Energi dan Enzim. d. Sel batang berfungsi dalam intensitas karenanya reaksi pemutihan hanya membutuhkan sedikit cahaya.
  • 19. e. Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan secara otomatisterhadap intensitas cahaya yang memasuki retina saat bergerak dari tempat gelap ketempat terang atau sebaliknya. 1. Waktu yang di buthkan adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan melihat dalam cahaya redup) sebagian di tentukan dari waktu yang di butuhkan untuk merisintesis dan mengumpulkan cadangan rodopsi. 2. Dalam cahaya terang, semua rodopsi yang ada akan terurai dengan cepat da hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata disebut beradaptasi dengan terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasiterang dari cahaya remang adalah sekitar 20 menit. 3. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan pitamin A,suatu prekusor untuk retinal.
  • 20. 4. Kekurangan asupan Vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan akibat degenerasi sel batang dan kerucut. a) Rabun senja, suatu kondisi yang sensitifitasnya terhadap cahaya berkurang, biasanya terjadi pada tahap awal defisiensi Vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada malam hari ketika hanya ada sedikit cahaya untuk penglihatan yang adekuat. b) Defisiensi Vitamin A perpanjangan juga mempengaruhi selkerucut. Pengobatan dengan Vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut belum rusak. c) Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna retina dan semua jaringan saraf 5. Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupilaris, untuk menentukan banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.
  • 21. 6. Penglihatan warna a) Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta selkerucut bipolar yang bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan penglihatan warna. b) Selkerucut mengandung iodopsin, yaitu retina yang terikat pada opsin yang berbeda dengan opsin dalam sel batang. c) Iodopsin ini bias saja bersifat sensitive-biru, sensitive-merah, atau sensitive-hijau, sehingga setiap sel kerucut memilikisensitifitas selektif untuk membedakan warna. d) Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi juga terjadi dalam sel kerucut. Karena pigmen lodopsin tidak merespon dalam cahaya yang redup, maka sel kerucut dapat berfungsi hanya dalam cahaya yang terang.
  • 22. Mekanisme indera penglihatan  Sumber cahaya Masuk ke mata melalui kornea, Kemudian Melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris, Dibiaskan oleh lensa kemudian Terbentuk bayangan di retina yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina, kemudian Sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optik dan dikrimkan ke otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. Barulah bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti foto, cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata.
  • 23. G. TELINGA INDERA PENDENGARAN DAN EKUILIBRIUM a. Struktur telinga. Telinga terbagi menjadi bagian tengah, luar, dan dalam 1. Telinga luar terdiri dari pinna,atau aurikula, yaitu daun kartilago yang menangkap gelimbang bunyi danmenjalarkan nya ke kanal auditori eksternal (meatus) suatu lintasan panjang sempit yang berukuran sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai menran timpani. 2. Membrane timpani (gendang telinga) adalh perbatasan telinga tengah. a) Membrane timpani berbentuk kerucut dan di lapisi kulit pada permukaan eksternal dan membrane mukosa pada permukaan internal. b) Membrane ini memisahkan telinga luar dan telinga tengah, dan memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.
  • 24.
  • 25.
  • 26. 3. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal. 4. Osikel auditori, dimana sesuai bentuknya, terdiri dari maleous (martil), inkus (anvil),stapes (sanggurdi), tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membrane timpani ke fenestra vestibule, yang memisahkan telinga tengah dari telinga dalam a) Otot stapedius melekat pada stapes, yang ukurannya sesuai dengan fenestra vestibuli ival, dan menariknya ke arah luar. Otot tensol timpani melekat pada bagian pegangan meleus, yang berada pada membran timpani, dan menarik fenestra vestibuli ke arah dalam. b) Bunyi yang keras mengakibatkan suatu reflek yang menyebabkan kontraksi kedua otot, yang berfungsi sebagai pelindung untuk meredam bunyi.
  • 27. 4. Telinga dalam (internal) berisi cairan dan terletak pada tulang temporal, di sisi medial telinga tengah.Telinga dalam tediri dari dua bagian; labirin tulang dan labirin membranosa di dalam labirin tulang. a) Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi tiga bagian: vestibula, saluran semisirkular,dan koklea berbentuk seperti siput. 1) Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran semisirkular dengan koklea. 2) Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestubuli dan fenestra cochleae, yang berhubungan dengan telinga tengah. 3) Membran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perlimfe. b). Rongga tulang saluran semisirkular menonjol dari bagian posterior vestibula. 1) Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertikal, di setiap sudut kanannya. 2) Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua saluran diatas. Koklea mengandung reseptor pendengaran.
  • 28.
  • 29.
  • 30. b. Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di dalam labirin tulang dan memiliki kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung cairan endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular. 1. Labirin membranosa dalam regia vestibula merupakan lokasi awal dua kantong, utrikulus dan sakulus yang di hubungkan dengan duktus endolimfe sempit dan pendek. 2. Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak dalam saluran semisirkular pada labirin tulang yang mengandung perlimfe. 3. Setiap duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis dan ekuilibrium dinamis. 4. Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular; sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklear dan koklea.
  • 31. c. Koklea dan fisiologi pendengaran 1. Koklea membentuk dua setengah putaran di sekitar inti tulang sentral, modiolus yang mengandung pembuluh darah dan serabut saraf cabang koklear dari saraf vestibulokoklear (VIII). Sekat membagi koklea menjadi tiga saluran terpisah a) Duktus koklear atau skala media, yang merupakan bagian labirin membranosa yang terhubung ke sakulus, adalah saluran tengah yang berisi cairan endolimfe. b) Dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media adalah skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala tersebut mengandung c) Skala media berisi organ Corti yang terletakpada membran basilar.
  • 32. 2. Gelombang bunyi (getaran) memasuki meatus auditori eksternal dan membentuk getaran dalam membran timpani. Getaran kemudian menjalar di sepanjang osikel telinga menuju fenestra vestibuli, mendorongnya masuk dan membentuk gelombang tekanan pada perlimfe skala vestibuli yang tidak dapat terkompresi. 3. Gelombang tekanan dalam skala vestibuli menjalar sampai ke skala timpani dan menyebabkan fenestra cochleae menonjol ke luar. 4. Getaran yang dihantarkan cairan juga menyebabkan gelombang getar pada membran basilar, dengan luas gerakan yang berbeda sesuai dengan amplitudo dan frekuensi (kekuatan) getaran. 5. Sel-sel rambut melengkung akibat gerakan membran basilar, hal ini kemudian akan memicu impuls saraf. 6. Jalur saraf. Serabut saraf koklear bersinapsis dalam medula dan dalam otak tengah untuk berasenden menuju korteks auditori, yang terletak jauh di dalam fisura lateral hemisfer serebral.
  • 33. d. Ekuilibrium dan sparatus vestibular. Aparatus vestibular adalah istilah yang dipakai untuk utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkular, yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan keseimbangan. 1. Ekuilibrium statis 2. Jalur saraf untuk indera ekuilibrium 3. Ekuilibrium dinamis adalah kesadaran akan posisi kepala saat merespons gerakan angular atau rotasi.
  • 34. Mekanisme pendengaran  Sinyal suara memasuki saluran telinga dan variasi tekanan yang dihasilkannya menekan gendang telinga. Karena sisi bagian dalam dari gendang telinga mempunyai tekanan yang nilainya dijaga konstan maka gendang telinga akan bergetar.  Getaran dari gendang telinga disalurkan pada tiga rangkaian tulang yaitu; martil, incus dan stapes. Mekanisme ini dirancang untuk mengkopel variasi suara dari udara luar ke telinga bagian dalam. Karena luas permukaan penampang yang ditekan stapes lebih kecil dari luas penampang gendang telinga maka tekanan suara yang sampai ke telinga bagian dalam bertambah besar.  Cairan pada cochlea bergetar dengan frekuensi yang sama dengan gelombang yang datang. Basilar membrane kemudian memisahkan sinyal berdasarkan frekuensinya.  Syaraf yang berada pada mambran kemudian mendeteksi posisi terjadinya resonansi yang juga akan menentukan frekuensi suara yang datang.
  • 35. e. GUSTASI INDERA PENGECAP 1. Struktur kuncup pengecap a) Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecap, suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah, tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan epiglotis. b) Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan lidah disebut papila. c) Masing-masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori.
  • 36.
  • 37.
  • 38. 2. Fungsi kuncup pengecap a) Substansi yang di rasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva. b) Kuncup mengencap bekerja sama dengan reseptor padarambut pengecap. Hal tersebut akan menstimulasi dendrite sensorik yang berpilin di sekitarsel-sel sensorik dan mengakibatkat impul saraf, yang kemudian di transmisi di sepanjang saraf fasial (CN VII) dan saraf glosofaringeal (CN IX) melalui jalur pengecap menuju insula korteks serebelar.
  • 39. 3. Sensasi rasa a) Kuncup pengecap yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujung lidah. b) Substansi asam di rasakan terutama di bagian samping lidah. c) Substansi asin dapat dirasakan pada seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul dibagian samping lidah. d) Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.
  • 40. Mekanisme pengecapan  Seperti halnya indera yang lain, pengecapan merupakan hasil stimulasi ujung saraf tertentu.  Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi di kuncup-kuncup pengecap pada lidah.  Di dalam satu papila terdapat banyak kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bangunan berbentuk bundar yang terdiri dari 2 jenis sel, yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap sebagai reseptor.  Setiap sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar taste bud melalui taste pore (lubang).  Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel kemudian timbul lah impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan syaraf IX otak untuk diteruskan ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus parietalis untuk kemudian diinterpretasikan.  Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap melalui pori-pori bagian atas. Di dalam makanan akan merangsang ujung saraf yang mempunyai rambut (Gustatory hair). Dari ujung tersebut pesan akan dibawa ke otak, kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut kita.
  • 41. 4. OLFAKSI; INDERA PENCIUMAN a) Kemoreseptor olfaktori adalah neuron khusus yang terletak pada epithelium olfaktori di langit-langit rongga nasal. b) Evitalium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktori, yang merupakan neuron bipolar dendrite yang berakhir pada rambut halus olfaktori yang menonjol ke dalam mucus yang melapisi rongga nasal. c) Mekanisme stimulasi sel-selolfaktori melalui bau tidak diketahui dengan lengkap. Depolarisasi terjadi dan mengakibatkan potensial aksi yang di hantarkan di sepanjang serabut saraf olfaktori sampai ke bulbus olfaktori dan area olfaktori dalam korteks serebral. d) Reseptor olfaktori mengadaptasi bau dengan cepat; ada kemungkinan untuk tidak sadar terhadap bau yang menyengat setelah satu menit.
  • 42.
  • 43.
  • 44. Mekanisme penciuman  Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial (nervus alfaktorius)  Selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius).  Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit.  Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.