SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Download to read offline
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
                          ILMU PENGETAHUAN ALAM
                 (SCIENCE EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE)
         JL. DIPONEGORO NO.12, TELP. (022) 4231191, FAX. (022) 4207922
                               BANDUNG 40115
                                   2007
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                            i
DAFTAR ISI                                                                ii
DAFTAR GAMBAR                                                             iii
BAB I PENDAHULUAN                                                         1
BAB II IPA, TEKNOLOGI, DAN PENERAPANNYA                                    3
      A. Hakikat IPA                                                       3
      B. Hakikat Teknologi                                                 3
      C. Hubungan IPA dan Teknologi                                        4
      D. Penerapan IPA dan Teknologi                                       4
      E. Implikasi IPA dan Teknologi dalam Pembelajaran IPA                5
BAB III ACUAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA                                        7
      A. Prinsip Segitiga Pengkajian Alam                                  7
      B. Indikator Alam                                                    9
      C. Menafsirkan Fenomena Alam                                        10
BAB IV IMPLEMENTASI KETERAMPILAN DAN TEKNIK BERPIKIR
      DALAM IPA                                                           17
      A. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Percobaan IPA             17
      B. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA dengan   34
         Carta                                                            37
      C. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA di
         Lingkungan                                                       43
BAB V RANGKUMAN                                                           44
BAB VI EVALUASI                                                           46
GLOSARIUM                                                                 47
DAFTAR PUSTAKA




                                                                                   ii
DAFTAR GAMBAR


Gambar 1.    Diagram Segitiga Pengkajian Alam                                 7
Gambar 2.    Diagram interkasi terpusat dan interaksi berantai.               9
Gambar 3.    Percobaan pengaruh pembakaran terhadap volume udara dalam
             bejana.                                                         12
Gambar 4.    Susunan alat yang tidak cocok untuk percobaan air memuai bila
             dipanaskan.                                                     13
Gambar 5.    Gelembung udara dalam pipa air penyipat datar (waterpass).      14
Gambar 6.    Percobaan pembakaran memerlukan udara.                          15
Gambar 7.    Percobaan udara untuk menyelidiki arah gerak udara panas.       19
Gambar 8.    Pengungkit                                                      25
Gambar 9.    Serangga dan bukan serangga.                                    32
Gambar 10.   Tiga zat yang akan diuji kemampuannya dalam mengindikasikan
             ada atau tidak adanya amilum pada bahan makanan.
             Contoh carta untuk mempelajari adaptasi morfologi.              33




                                                                                  iii
BAB I
                                  PENDAHULUAN


Keterampilan berpikir yang umumnya digunakan di SD meliputi keterampilan
mengklarifikasi (memperjelas) masalah, mengajukan dugaan (hipotesis), menentukan
yang harus diamati, mengurutkan objek (benda, zat, makhluk hidup, atau energi),
menyusun format pencatatan data, mencari persamaan dan perbedaan, menafsirkan,
menyusun pembahasan, dan menyimpulkan. Keterampilan-keterampilan berpikir tersebut
akan    tersusun   dalam   kegiatan   mengkaji    hubungan    sebab-akibat,   korelasi,
pengelompokkan (generalisasi dan klasifikasi), serta pengujian zat yang terkandung
dalam suatu bahan.


Keterampilan berpikir adalah kemahiran seseorang dalam menghasilkan suatu pemikiran
yang baik dan tepat. Potlot ditangan orang yang tidak terampil menggambar tidak akan
menghasilkan gambar yang bagus, sebaliknya jika berada di tangan orang yang terampil
menggambar, akan menghasilkan gambar yang bagus. Jika ingin terampil menggambar,
siswa harus berlatih menggambar terus-menerus, sehingga ia dapat terampil
menggambar. Sama seperti keterampilan menggambar, katerampilan berpikir perlu
dilatihkan pada siswa, agar siswa terampil berpikirnya. Teknik berpikir adalah cara
berpikir yang sudah bersifat teknis (berupa dasarnya saja, dapat diterapkan dan
dikembangkan sendiri). Keterampilan berpikir memerlukan kemampuan menggunakan
teknik berpikir yang sesuai dengan disiplin ilmu yang digunakan, karena itu dalam modul
ini dibahas keterampilan dan teknik berpikir. Perlu dipahami bahwa peningkatan
keterampilan berpikir perlu dilakukan oleh siswa melalui latihan terus-menerus dengan
menggunakan teknik berpikir, karena itu, guru tidak akan dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa dengan baik, jika teknik berpikir dalam IPA tidak dikuasai
guru.


Dalam modul ini, IPA dan Teknologi akan dibahas lebih dahulu, kemudian dibahas
prinsip segitiga pengkajian alam. Kedua materi ini merupakan materi dasar yang
dijadikan dasar teknik berpikir. Dalam Ipa dan Teknologi dijelaskan mengenai perbedaan



                                                                                     1
konsep-konsep IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi. Dengan memahami perbedaan ini
diharapkan dapat dipahami bahwa konsep-konsep IPA dibangun dari alam riil, karena itu
memahami IPA tidak dapat hanya mempelajari konsepnya (pengetahuannya) saja, tetapi
harus disertai dengan memahami alam riilnya. Dalam pembelajaran dengan percobaan
atau di lingkungan diharapkan agar rekan-rekan guru berpikir realistis, sesuai dengan
kenyataan. Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya (dalam percobaan atau di
lingkungan) ada faktor-faktor yang berpengaruh yang tidak terdapat dalam konsep, tetapi
ada dan harus diperhatikan. Yang terahir adalah bahwa konsep-konsep IPA digunakan
dalam menjelaskan cara kerja produk teknologi.


Keterampilan berpikir dan teknik berpikirnya yang merupakan materi inti dalam modul
ini dibahas selanjutnya setelah kedua materi tersebut di atas. Dengan susunan seperti itu,
modul ini diharapkan dapat membantu para pembaca memahami dan menggunakan
keterampilan dan teknik berpikir dalam IPA untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.




                                                                                        2
BAB II
                    IPA, TEKNOLOGI, DAN PENERAPANNYA


A. Hakikat IPA
Ilmu dalam bidang IPA dan pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam IPA dan
teknologi. IPA dan teknologi mempelajari kajian yang sama, yaitu alam. Perbedaan
keduanya terletak pada aspek yang dikajinya. Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA
mencoba untuk memahami bagaimana alam bekerja dan mencoba mencari cara untuk
mengendalikan alam. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA untuk membuat alat
guna mengendalikan alam.


Konsep-konsep IPA terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu yang belum
diketahui orang, keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip atau teori yang
dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan. Pengkajian ini merupakan
pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi atau proses optimal yang
diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi penjelasan dari objek (benda atau energi)
dan peristiwa alam. Para ilmuwan menempatkan IPA sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu
terapan dan teknologi.


B. Hakikat Teknologi
Teknologi merupakan cara (proses) atau alat (produk) untuk membantu orang
menghasilkan sesuatu. Contohnya kompor minyak tanah merupakan hasil teknologi
untuk membantu orang untuk menyalakan api yang besarnya dapat diatur, menempatkan
alat pemasak yang tepat di atas api itu, dan relatif aman. Teknologi merupakan teknik
menyusun objek untuk menghasilkan suatu proses yang diharapkan, membuat konstruksi
di alam dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja guna menghasilkan
sesuatu yang diharapkan orang. Contoh teknik menyusun objek adalah pembuatan tape.
Dalam pembuatan tape orang menempatkan (menyusun) ragi pada bagian-bagian tertentu
dari singkong, lalu diperhitungkan berapa gram ragi untuk sekian kg singkong, dimana
ditempatkannya singkong tersebut, berapa lama singkong itu menjadi tape, dan
sebagainya. Penempatan ragi, pemilihan     jenis singkong dan jenis ragi, perhitungan



                                                                                      3
berapa gram ragi untuk sekian kg singkong, ditempatkan di mana, dan berapa lama
menjadi tapenya merupakan kegiatan teknologi. Contoh teknologi untuk konstruksi alam
adalah sengkedan, membuat sengkedan merupakan kegiatan teknologi. Ahli pertanian
memperhitungkan kemiringan lereng yang akan dibuat sengkedan, kedalaman dan
keluasan sengkedan, dan faktor-faktor lain yang perlu diperhitungkan. Contoh teknologi
untuk alat adalah setrika listrik, setrika arang, kompor minyak tanah, dan banyak lagi
alat-alat yang lain. Kegiatan teknologi melibatkan konsep-konsep IPA dan perhitungan
(matematik).


C. Hubungan IPA dan Teknologi
Teknologi dapat dibentuk dari IPA, tetapi dapat juga terbentuk tanpa IPA. Teknologi
tanpa IPA dapat diibaratkan sebagai mobil yang mesinnya hidup dan bergerak maju,
tetapi tanpa sopir. Betapa berbahayanya mobil itu, karena dapat menabrak apa saja yang
ada di depannya. Jika ada sopir di dalam mobil itu, sopir akan mengendalikan mobil,
sehingga mobil itu aman dan bermanfaat bagi manusia, sopir itulah IPA. Jadi, IPA ada
dalam teknologi dan mengendalikan teknologi, sehingga teknologi aman dan bermanfaat
bagi manusia. Prinsip-prinsip dan teori-teori IPA dasar dan pengendalian alam dari IPA
terapan digunakan dalam teknologi untuk menyusun objek-objek, membuat konstruksi di
alam, dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja.


D. Penerapan IPA dan Teknologi
Aplikasi konsep-konsep IPA ditujukan untuk mengendalikan alam. Konsep-konsep IPA
umumnya belum dapat diaplikasikan secara langsung untuk mengendalikan (mengelola)
alam, karena di alam riil ada variasi-variasi yang tidak dapat diabaikan. Untuk
pengendalian alam diperlukan percobaan (penelitian), agar aplikasi konsep yang tepat
dapat diketahui. Dari percobaan itulah konsep-konsep penerapan IPA dibentuk untuk
keperluan mengendalikan alam.


Alam yang dikendalikan ada yang terdapat dalam bentuk alat-alat (produk teknologi) dan
ada yang terdapat di lingkungan. Alat-alat dibuat dari bahan-bahan alam dari jenis dan
kondisi yang sama dan digunakan pada kondisi dan situasi lingkungan yang relatif sama,



                                                                                    4
sehingga proses dan hasil pengendalian alamnya pun relatif sama. Dengan demikian
prinsip-prinsip IPA dalam teknologi dapat digunakan relatif tepat sama untuk setiap alat
yang sama. Jika dalam alat-alat hampir tidak ada variasi alam, di lingkungan banyak
variasi alam yang tidak dapat dihindarkan. Akibatnya prinsip-prinsip IPA terapan yang
digunakan di lingkungan pada suatu tempat dan waktu tertentu tidak begitu dapat
digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda. Dengan demikian pengendalian alam di
lingkungan lebih bervariasi, karena prinsip-prinsipnya perlu diuji pada setiap tempat dan
waktu yang berbeda. Walaupun prinsip-prinsip IPA yang diperlukan untuk pengendalian
alam itu sudah diujicoba melalui penelitian, tidak berarti bahwa prinsip-prinsip IPA dapat
diterapkan secara langsung dengan tepat, karena variasi alam dapat menyebabkan proses
dan hasil penerapan itu berbeda. Oleh karena itu, di lingkungan, bahkan juga dalam
pembuatan alat, percobaan (penelitian) tetap diperlukan untuk mencari perlakuan atau
tindakan yang tepat dalam pengendalian alamnya.

Umumnya pengkajian penerapan IPA dilakukan untuk mencari perlakuan atau susunan
benda yang interaksinya (saling mengerjakan) dapat menimbulkan kondisi atau proses
optimal/maksimal seperti yang diharapkan. Pengkajian IPA ditujukan untuk mencari
prinsip-prinsip dan tindakan pengendalian alam yang hasilnya dapat memenuhi harapan
pengkaji. Hasil pengkajian penerapan IPA di lingkungan umumnya hanya digunakan
untuk keperluan di tempat pengkajian itu dilakukan. Karena hasil pengkajian IPA di
lingkungan kurang berlaku umum, hasil pengkajian di suatu tempat dan waktu tertentu
hanya digunakan sebagai pembanding, penunjang, atau acuan perkiraan untuk pengkajian
yang sama di tempat dan waktu yang berbeda.

E. Implikasi IPA dan Teknologi dalam Pembelajaran IPA
Pembelajaran penerapan konsep IPA dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan
buku teks masih merupakan latihan menjelaskan dengan menggunakan konsep-konsep
ideal pada objek dan fenomena yang ideal, yaitu yang mengabaikan faktor-faktor lain
yang dalam kenyataannya ada dan berpengaruh dalam objek dan fenomena tersebut.
Pembelajaran penerapan konsep dapat juga dilaksanakan dengan siswa menerapkan
konsep-konsep IPA dalam percobaan di kelas atau di lingkungan. Penerapan konsep
tersebut dilakukan dengan tidak membatasi pembahasan sebatas konsep-konsep IPA


                                                                                        5
dasar, melainkan dikembangkan untuk membentuk konsep-konsep yang digunakan untuk
mengendalikan alam, yaitu dengan memasukkan faktor-faktor yang tidak dimasukkan
dalam konsep IPA dasar, tetapi ada di alam riil yang ditemukan siswa. Kompetensi
aplikatif yang diperoleh siswa dari hasil belajarnya dengan percobaan IPA di kelas atau
di lingkungan dapat menempatkan siswa sebagai orang yang mampu melakukan hal-hal
yang bermanfaat di masyarakat dan di lingkungan alamnya dengan baik dan berguna bagi
siswa dan masyarakat dan membekali siswa dengan konsep-konsep dan kompetensi yang
berguna untuk belajar di sekolah yang lebih lanjut.


Pembelajaran IPA dalam teknologi merupakan pembelajaran mengenai penerapan IPA
dalam teknologi. Pembelajaran itu tidak berarti mengganti mata pelajaran IPA dengan
teknologi, melainkan memperdalam wawasan dan kompetensi siswa dalam menerapkan
konsep-konsep IPA. Dalam pembelajaran IPA dalam teknologi itu, siswa belajar
menerapkan konsep-konsep IPA dengan menjelaskan objek dan peristiwa alam yang
dikendalikan oleh konstruksi alam atau alat. Kompetensi ini membantu siswa dalam
menggunakan produk teknologi dan memperbaiki alat. Pembelajaran IPA dalam
teknologi antara lain dilaksanakan dengan mengamati cara orang membuat sesuatu
produk (misalnya membuat tape), mengamati konstruksi alam dan cara kerjanya
(misalnya bendungan dan sengkedan tanah) dan alat (misalnya setrika). Sejauh mana
siswa dapat menjelaskan teknologi di lingkungannya bergantung pada keterampilan
berpikir siswa dan pengetahuan (konsep-konsep IPA) yang dipahaminya.




                                                                                     6
BAB III
                   ACUAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA


A. Prinsip Segitiga Pengkajian Alam
Objek (benda mati, zat, makhluk hidup, atau energi)       di alam banyak jenisnya dan
bermacam-macam kondisinya. Objek-objek itu secara alamiah, atau melalui suatu
perlakuan, berinteraksi (saling mengerjakan sesuatu) satu sama lain, sehingga
menimbulkan fenomena (gejala atau peristiwa yang dapat diamati) atau peristiwa yang
tidak teramati. Fenomena atau peristiwa tidak teramati dapat berupa sesuatu bentuk yang
baru, seperti interaksi antara muatan positif pada awan yang satu dengan muatan listrik
pada awan yang lainnya menyebabkan loncatan elektron. Fenomena yang teramati oleh
kita dari loncatan elektron itu adalah kilat. Fenomena atau peristiwa yang tidak teramati
dapat juga berupa perubahan keadaan atau situasi objek (hubungan antar objek atau
keadaan objek di lingkungannya), misalnya daun yang asalnya segar menjadi layu, besi
yang asalnya dingin menjadi panas, dan air yang menguap. Semua hal itu, objek,
interaksi, dan peristiwa dipelajari dalam IPA. Penjelasan semua itu dilakukan dengan
menggunakan parameter (variabel yang dapat diukur). Disamping itu variabel yang lain,
seperti warna, kekasaran, dan lain-lain yang tidak ditunjukkan dengan ukuran digunakan
untuk menambah penjelasan dalam IPA.

                                      Interaksi
                                     antar Objek



                            Objek                  Peristiwa


                      Gambar 1. Diagram Segitiga Pengkajian Alam.


Setiap objek memiliki kondisi, zat-zat yang terkandung di dalamnya, dan sifat objek. Jika
objek-objek itu ditempatkan sedemikian rupa, objek-objek akan berinteraksi, contohnya
jika sebuah bola ditempatkan dalam air, bola akan berinteraksi dengan air, sehingga
menimbulkan gaya ke atas oleh air pada bola. Interaksi antar objek menimbulkan
peristiwa. Contohnya jika bola tersebut rapat massanya (massa jenisnya) lebih kecil


                                                                                       7
daripada air dan jika bola tersebut ditenggelamkan dalam air kemudian dilepas, air akan
mengerjakan gaya ke atas pada bola, sehingga bola bergerak naik ke permukaan air.

Dalam IPA, keadaan objek seperti panas dan berat dijelaskan dengan menggunakan
parameter, agar tepat menunjukkan kondisi objek. Kondisi objek seperti panas dan dingin
tidak menunjukkan kondisi objek yang tepat. Oleh karena itu, untuk menunjukkan panas-
dinginnya benda orang menggunakan parameter suhu dengan satuan yang dapat dipilih
antara Celcius, Fahrenheit, Reamur, atau Kelvin. Kondisi objek dipelajari, karena
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu peristiwa yang diharapkan, misalnya untuk
menggerakkan benda, atau membuat suatu produk. Kesalahan dalam memilih objek dan
kondisinya dapat menyebabkan apa yang diharapkan tidak terjadi.

Interaksi antar objek adalah sesuatu yang dikerjakan oleh 2 atau lebih benda yang
disebabkan oleh kondisi atau kandungan tertentu dalam benda dan dinyatakan dengan
parameter. Dua buah benda yang terpisah pada suatu jarak dapat saling tarik-menarik
akibat benda itu bermassa, bermagnet, atau mengandung muatan listrik. Interaksi dapat
juga terjadi akibat benda-benda bersinggungan. Contohnya sebuah bola dalam air
berinteraksi dengan air, buku di atas meja berinteraksi dengan meja. Interaksi yang
dipelajari dalam IPA umumnya merupakan interaksi antara 2 benda, contohnya hukum
Archimedes dibentuk dari interaksi antara benda dan fluida, misalnya kayu dalam air;
rumus gaya berat dibentuk dari interaksi antara benda (di permukaan atau di atas bumi)
dengan bumi.

Interaksi merupakan penyebab timbulnya perubahan pada benda atau energi. Daun
menjadi layu, daging menjadi busuk, motor dapat bergerak, gempa bumi, dan semua
peristiwa alam yang terjadi disebabkan oleh adanya interaksi antara objek. Interaksi
terjadi oleh benda-benda yang bersentuhan, dalam suatu susunan atau rangkaian, dan
dapat juga terjadi oleh benda yang tidak bersentuhan, yaitu oleh benda-benda yang
bermuatan listrik, bermagnet, dan bermassa.

Interaksi kompleks terdiri dari 2 jenis interaksi, yaitu interaksi terpusat dan interaksi
berantai. Interaksi terpusat adalah interaksi sebuah benda/makhluk hidup dengan benda-



                                                                                       8
benda/makhluk hidup lain di sekitarnya. Sedangkan interaksi berantai adalah interaksi
yang berkesinambungan dari interaksi dua benda ke dua benda yang berikutnya.

       OS1                       OS2

                       OU                        OU1                OU2            OU3

       OS4                         OS3
      Keterangan:
      OU : Objek utama
      OS : Objek sekitarnya

                     Gambar 2. Diagram interaksi terpusat dan interaksi berantai


Peristiwa adalah perubahan yang terjadi pada sesuatu objek yang disebabkan oleh
interaksi antara benda-benda atau antara benda dan energi. Seringkali perubahan pada
suatu objek tidak dapat kita amati, untuk peristiwa yang tidak teramati kita menggunakan
indikator untuk mengetahui peristiwa itu. Peristiwa yang teramati seringkali digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui sesuatu yang telah terjadi (menginfer). Keperluan itu
dapat digunakan untuk mempelajari konsep, penyebab, atau interaksi yang telah terjadi.


B. Indikator Alam
Konsep-konsep IPA dipelajari dari alam, oleh karena itu bagian alam yang dipelajari
menjadi indikator alam bagi konsep tersebut. Contohnya jika siswa mempelajari konsep
benda magnet dapat menarik besi, maka fenomena sepotong besi tertarik pada sepotong
besi yang lain menunjukkan bahwa salah satu atau kedua besi itu bermagnet. Seringkali
alam yang dipelajari siswa tidak teramati, contohnya jika siswa mempelajari udara yang
panas bergerak ke atas, udara yang panas yang dipelajari siswa itu tidak teramati. Siswa
memerlukan indikator untuk mengetahui peristiwa pada benda-benda yang tidak teramati.
Contohnya untuk mengetahui udara itu panas atau tidak, kita dapat menggunakan tangan
kita, termometer, atau memperhatikan ada atau tidaknya sumber panas, misalnya api, di
sekitar udara itu.




                                                                                         9
Dalam pembelajaran IPA indikator alam merupakan bagian yang penting yang harus
diketahui siswa, karena dengan indikator alam itu, siswa akan menentukan konsep IPA
yang mana yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu fenomena alam. Tentu saja
konsep IPA yang digunakan siswa itu adalah konsep IPA yang sudah diketahui siswa.
Ada tiga jenis indikator alam yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut ini.

Pertama, indikator alam yang berupa segala sesuatu yang dimiliki objek, misalnya warna
benda, kilapannya, kekasarannya, dan massanya. Contohnya jika sebuah benda
mengkilap, siswa dapat menentukan bahwa benda itu mampu memantulkan cahaya
dengan kuat. Kedua, indikator alam yang berupa hubungan antara dua objek (benda,
makhluk hidup, atau energi). Indikator alam dari hubungan dua objek dapat berupa
sentuhan, contohnya benda dalam air merupakan indikator alam yang menunjukkan
adanya gaya ke atas oleh air pada benda. Indikator alam dari hubungan dua objek tidak
selalu berupa sentuhan, contohnya benda di atas bumi, walaupun tidak bersentuhan
dengan bumi, ditarik oleh bumi. Konsep IPA untuk benda-benda yang tidak bersentuhan
adalah konsep gaya tarik bumi, gaya tarik magnet, dan gaya tarik benda-benda bermuatan
listrik. Ketiga, indikator alam yang berupa peristiwa alam (proses atau perubahan alam).
Contohnya baling-baling yang berputar menunjukkan adanya udara yang bergerak ke
arah baling-baling. Contoh yang lainnya adalah air yang mengalir menunjukkan bahwa
air itu memiliki energi gerak.


C. Menafsirkan Fenomena Alam
1. Prosedur Umum Menafsirkan Fenomena Alam
Menafsirkan fenomena alam adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh makna
(pengertian) dari fenomena alam yang diamati. Bagi siswa, kegiatan menafsirkan alam
dapat ditindaklanjuti dengan membentuk gagasan-gagasan baru atau menyelesaikan
masalah.

Membaca informasi tertulis dilakukan dengan menggunakan kata-kata (istilah-istilah)
yang mengandung makna yang sudah dipahami oleh pembaca. Indikator alam digunakan
sama seperti kata-kata, yaitu mengandung makna dan digunakan untuk memahami
fenomena alam. Dalam mengkaji alam (mencari informasi dari alam) setiap indikator


                                                                                     10
alam memiliki makna yang berupa konsep-konsep IPA. Indikator alam digunakan untuk
menentukan konsep-konsep IPA yang berlaku, sedangkan konsep-konsep IPA digunakan
untuk memahami dan menjelaskan alam.

Membaca informasi tertulis dilakukan dengan teratur dari kiri ke kanan dan dari baris atas
terus ke baris di bawahnya. Menafsirkan alam pun harus teratur, agar alam dapat
dijelaskan dengan tepat. Menafsirkan berawal dari pengamatan dan pengamatan
bergantung pada pola interaksi alam yang harus ditafsirkan. Jika polanya interaksi
terpusat, pengamatan diawali dari objek pokok, lalu ke hubungan objek pokok dengan
setiap objek di sekitarnya. Jika polanya interaksi berantai, pengamatan diawali dari objek
yang menjadi sumber perubahan, lalu ke objek-objek selanjutnya yang berada dalam
rantai interaksi tersebut. Kesalahan dalam mengurutkan objek-objek dapat menyebabkan
kekeliruan dalam mengamati dan memahami peristiwa alam yang diamati. Interaksi
terpusat merupakan interaksi kompleks yang sulit ditafsirkan siswa, karena siswa harus
menggabungkan beberapa konsep dalam menafsirkannya, karena itu masalah interaksi
terpusat hampir tidak pernah diberikan di SD. Umumnya interaksi yang dipelajari siswa
di SD adalah interaksi berantai, yang relatif lebih mudah menafsirkannya.

2. Kekeliruan dalam Menafsirkan Fenomena Alam
     Dalam menafsirkan fenomena alam setiap benda atau energi yang bersentuhan
dengan objek pokok akan mempengaruhi objek tersebut, karena itu semua objek yang
berpengaruh terhadap objek pokok harus dipertimbangkan. Berikut ini contoh-contoh
kekeliruan dalam menafsirkan fenomena alam.


Contoh-1: Tidak memikirkan peristiwa yang tidak teramati.
Ada orang yang berpendapat bahwa percobaan berikut ini dapat digunakan untuk
menentukan persentase oksigen di udara.




                                                                                       11
(a)                            (b)
        Gambar 3. Percobaan pengaruh pembakaran terhadap volume
                  udara dalam bejana.

Sebuah lilin diletakkan di atas sebuah piring (gambar 3.a). Kemudian piring itu diisi
dengan air. Selanjutnya lilin itu dinyalakan dan ditutup dengan bejana gelas. Setelah lilin
itu padam, air dari luar gelas masuk ke dalam gelas dan mengisi gelas kira-kira seperlima
isi gelas.


Berdasarkan peristiwa itu, orang kemudian mengatakan bahwa oksigen di dalam gelas
habis terbakar dan banyaknya volum oksigen di dalam gelas sama dengan volum air yang
masuk ke dalam gelas (gambar 3.a), yaitu seperlima isi gelas (20%). Banyaknya oksigen
yang terbakar yang diperkirakan orang itu sebanyak 20% cocok dengan teori dari buku
yang menyatakan bahwa banyaknya oksigen di udara adalah 20%. Benarkah itu?


Selanjutnya bila kita menggunakan 2 lilin dalam percobaan itu (gambar 3.b), kita akan
menemukan bahwa banyaknya air yang masuk ke dalam gelas lebih dari seperlima gelas.
Hal itu menunjukkan bahwa dugaan pada percobaan dengan satu lilin, yaitu semua
oksigen yang ada di dalam gelas itu terbakar habis dan volume air yang masuk sama
dengan volume oksigen di dalam gelas adalah keliru.

Kekeliruan dalam menafsirkan fenomena itu terjadi karena orang itu kurang
mempertimbangkan hal-hal yang terlibat di dalam percobaan itu. Salah satu
kekurangannya adalah tidak mempertimbangkan bahwa pada saat lilin menyala, udara di
sekitar api lilin itu terpanasi sehingga mengembang. Ketika ditutup dengan gelas, udara
yang ditutup gelas itu adalah udara yang mengembang. Akibatnya setelah api lilin padam,
udara menjadi dingin dan menyusut, dan meninggalkan ruang yang lebih besar yang
kemudian diisi oleh air. Kekeliruan yang kedua adalah tidak menggunakan pembanding.
Jika percobaan dengan satu lilin itu ditambah dengan percobaan yang menggunakan dua


                                                                                        12
lilin sebagai pembandingnya, kekeliruan dalam menafsirkan percobaan dapat
dihindarkan.

Contoh-2: Mengabaikan objek yang terlibat dalam fenomena yang diamati.

                                                   Pipa kaca
                                   Udara


                                                      Udara


                                                          Air



                   Gambar 4. Susunan alat yang tidak cocok untuk
                             percobaan air memuai bila dipanaskan



Suatu susunan alat percobaan seperti pada gambar 4. Percobaan dengan susunan alat itu
dimaksudkan untuk menyelidiki air memuai bila dipanaskan. Beberapa orang yakin
bahwa percobaan itu dapat digunakan untuk menyelidiki konsep “air memuai bila
dipanaskan”, karena bila alat yang berisi air itu dipanaskan, permukaan air di dalam pipa
kaca naik. Kesalahan susunan alat untuk konsep tersebut adalah adanya udara di dalam
gelas itu. Karena ada udara di dalam gelas, permukaan air di dalam pipa kaca akibat gelas
dipanaskan tidak dapat dipastikan oleh air yang memuai. Hal itu disebabkan udara di
dalam gelas yang juga terpanaskan ikut memuai. Dengan demikian susunan alat di atas
tidak dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa “air memuai bila dipanaskan”.

Contoh-3: Ketidaktepatan konsep dengan objek atau peristiwanya.
Pada buku-buku pelajaran IPA kadang dijumpai penyipat datar (waterpas) sebagai alat
yang menerapkan konsep "permukaan air yang tenang selalu mendatar". Benarkah itu?
Bila kita meneliti penyipat datar akan kita dapatkan air yang mengisi pipa pada penyipat
datar itu berbentuk elips seperti pada gambar 5 berikut ini.




                                                                                      13
Gelembung udara             Air




           Gambar 5. Gelembung udara dalam pipa air penyipat datar (waterpass).


Di dalam pipa yang berisi air itu terdapat gelembung udara. Tukang tembok yang
menggunakan penyipat datar itu memeriksa kehorizontalan sesuatu benda dengan
mengamati letak gelembung udara itu, bukan melihat datarnya permukaan air di dalam
penyipat datar itu. Bila gelembung udara itu berada di tengah-tengah pipa, permukaan
alat (balok kayunya) itu horizontal.

Jadi, kesalahan dalam memasukkan penyipat datar sebagai alat yang menerapkan konsep
"permukaan air yang tenang selalu mendatar" adalah dalam menentukan persamaan dan
perbedaan permukaan air yang digunakan di dalam penyipat datar dengan permukaan air
yang dimaksud di dalam konsep "permukaan air yang tenang selalu mendatar".


Contoh 4: Tidak menggunakan konsep lain yang diperlukan.
Seorang rekan mengajarkan konsep pemuaian gas oleh panas, termasuk udara. Agar
siswanya memahami konsep tersebut, siswa diberi contoh penerapan konsep itu dengan
menjelaskan bahwa jika sepeda dijemur terus di terik matahari, ban sepeda itu akan
meletus. Seorang siswa yang kritis menceriterakan pengalamannya dengan sepedanya,
menurut siswa itu ban sepedanya tidak pernah meletus, walaupun sepedanya terjemur
terus di terik matahari. Dalam kasus ini rekan tersebut tidak mempertimbangkan tebalnya
ban dalam sepeda dan adanya ban luar yang menahan ban dalam, sehingga kemungkinan
ban sepeda itu meletus oleh panasnya sinar matahari sangat tipis.


Contoh 5: Ketidaksesuaian dengan fakta yang ditafsirkan.
Dalam percobaan pembakaran memerlukan udara digunakan percobaan seperti pada
gambar berikut.




                                                                                    14
Gambar 6. Percobaan pembakaran memerlukan udara.


Dua buah lilin yang kira-kira sama besar dan tingginya diletakkan di atas meja dan
dinyalakan. Kemudian salah satu lilin itu ditutup dengan gelas. Dalam waktu yang
singkat lilin yang ditutup gelas meredup, lalu padam. Seorang rekan yang membelajarkan
siswanya dengan percobaan itu menjelaskan bahwa percobaan itu membuktikan bahwa
pembakaran memerlukan oksigen. Memang benar bahwa pembakaran memerlukan
oksigen, tetapi pernyataan itu tidak dapat digunakan untuk percobaan tersebut, karena
percobaan itu menggunakan udara.

Walaupun di dalam udara itu ada oksigen, tetapi dari percobaan itu kita tidak mengetahui
oksigen atau zat lain yang ada dalam udara yang digunakan pembakaran itu. Di sini kita
harus berpikir sesuai dengan fakta, jangan karena di dalam buku dijelaskan bahwa yang
diperlukan pembakaran itu oksigen, lalu percobaan itu ditafsirkan dengan konsep dari
buku itu. Jika kita menginginkan percobaan itu menunjukkan oksigen diperlukan oleh
pembakaran, gas yang harus digunakannya harus oksigen saja, tanpa ada gas-gas yang
lain. Penafsiran dari percobaan itu seharusnya adalah “pembakaran memerlukan udara”.
Pernyataan “pembakaran memerlukan oksigen” dapat diberitahukan pada siswa setelah
percobaan ini, tetapi pernyataan itu hanya sebagai tambahan penjelasan untuk hasil
percobaan itu. Perlu diperhatikan bahwa pernyataan “pembakaran memerlukan oksigen”
diperoleh dari buku atau informasi yang lain, bukan dari percobaan ini.


Contoh 6: Perbedaan pengertian pada satu istilah.
Dua orang rekan berdebat tentang fotosintesis. Rekan yang satu menyatakan bahwa
fotosintesis hanya dapat terjadi pada waktu siang hari saja, jika malam hari fotosintesis
tidak terjadi. Rekan yang kedua menyatakan dengan tegas bahwa fotosintesis dapat
terjadi pada waktu siang dan malam hari. Perbedaan pendapat antara kedua rekan itu
akibat berbeda dalam memahami pengertian malam hari. Rekan yang satu memahami



                                                                                      15
pengertian malam hari sebagai keadaan yang gelap gulita, tidak ada cahaya apa pun.
Rekan yang kedua memahami keadaan malam hari sebagai keadaan tanpa cahaya
matahari, tetapi cahaya dari sumber yang lain dapat saja ada, misalnya dari cahaya lampu.
Kasus ini menunjukkan bahwa suatu istilah hendaknya benar-benar dipahami
pengertiannya. Ada soal IPA di SD yang menanyakan “kapan fotosintesis terjadi?” dan
jawabannya “siang hari”. Pertanyaan dengan jawaban yang singkat itu kurang baik,
karena akan menimbulkan kesalahpahaman seperti pada kasus di atas.


Contoh 7: Kekeliruan dalam menyusun kesimpulan.
Dalam suatu pertemuan beberapa rekan melakukan percobaan erosi tanah oleh air.
Sebuah kotak kayu yang diisi tanah tanpa tumbuhan dan kotak kayu yang diisi tanah yang
berumput disiram air, lalu air dari kotak itu ditampung. Dari percobaan itu diperoleh
tanah yang tidak ditumbuhi rumput banyak yang terbawa oleh air, sedangkan dari tanah
yang berumput hanya sedikit. Rekan itu kemudian menuliskan kesimpulan percobaan itu
dengan “gunung-gunung yang gundul (maksudnya tidak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan)
harus ditanami (penghijauan), agar tanahnya tidak tererosi”. Pernyataan rekan itu tidak
salah, tetapi rekan itu melakukan percobaannya dengan tanah dalam kotak, karena itu
kesimpulannya harus mengenai erosi pada tanah dalam kotaknya. Jadi, pernyataan rekan
tersebut bukan kesimpulan hasil percobaan, melainkan penerapan konsep yang
diperolehnya dari percobaan itu.




                                                                                      16
BAB IV

 IMPLEMENTASI KETERAMPILAN DAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA


A. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Percobaan IPA
Kegiatan siswa mempelajari konsep-konsep IPA dari percobaan merupakan kegiatan
berpikir dan berbuat yang berkesinambungan dari memikirkan sesuatu berlanjut ke
memikirkan yang berikutnya. Para ilmuwan menyarankan memulai pemikiran dari
memperhatikan kondisi objek dan fenomena yang terjadi saat ini, kemudian menentukan
apa yang kita harapkan. Dari kesenjangan antara kondisi saat ini dengan yang kita
harapkan itu timbulah masalah. Dalam pembelajaran IPA, kita dapat memulai dengan
meminta siswa memperhatikan objek dan fenomena yang kita demonstrasikan melalui
seperangkat alat dan bahan percobaan. Dari memperhatikan objek dan fenomena itu kita
meminta siswa untuk menentukan masalah berdasarkan keingintahuan mereka. Kegiatan
ini dapat disederhanakan dengan cara guru yang mengajukan masalah. Yang mana yang
akan digunakan bergantung pada tujuan pembelajaran.

Urutan berpikir untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada dasarnya
mengikuti metode ilmiah. Urutan berpikir ini bukanlah suatu algoritma yang dihindari
dalam dunia pendidikan, karena urutan berpikir ini merupakan suatu urutan yang masih
umum yang berbeda dengan algoritma yang bersifat khusus. Algoritma itu seperti sebuah
resep untuk membuat makanan, setiap langkahnya sudah berisi semua yang harus
dilakukan lengkap dengan konsep-konsepnya. Setiap langkah metode ilmiah tidak
mengandung apa yang harus dilakukan, melainkan hanya berisi rambu-rambu yang isinya
harus dibuat sendiri, karena itu metode ilmiah tidak merupakan suatu algoritma.

Pada dasarnya berpikir dalam IPA untuk pembelajaran di SD kita awali dengan
memperhatikan objek dan fenomena. Perlu diperhatikan bahwa dalam menafsirkan akan
terjadi perbedaan teknik berpikir bergantung pada jenis konsep atau masalah yang
dipelajari siswa.

Keterampilan berpikir dalam percobaan IPA meliputi keterampilan mengklarifikasi
masalah,    mengajukan    dugaan    (hipotesis),   merancang   percobaan,   menentukan


                                                                                   17
pembanding, mengamati, mengurutkan, membandingkan, menafsirkan, menyusun
pembahasan,    dan       menyimpulkan.   Karena   keterampilan   berpikir   merupakan
kemahiran/kematangan dalam melaksanakan pemikiran, bukan teknik (cara) berpikirnya,
keterampilan berpikir siswa ditingkatkan dengan cara siswa dilatih terus dalam
berpikirnya. Teknik berpikir mengandung suatu pengetahuan yang perlu dipahami untuk
dilaksanakan. Karena itu, agar dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa, teknik
berpikir harus dipahami dan digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir
siswa. Berikut ini teknik berpikir yang sesuai dengan jenis-jenis percobaan IPA yang
biasa dilakukan di SD.


1. Teknik Berpikir dalam Mempelajari Hubungan Sebab-Akibat
   Memikirkan sesuatu memerlukan prasyarat pengetahuan (prerequisite) yang
   diperlukan untuk memikirkannya. Dalam mempelajari konsep-konsep IPA dari
   percobaan ada 3 jenis prasyarat pengetahuan, yaitu latar belakang masalah (dari
   mana masalah itu berasal), pengetahuan mengenai variabel-variabel (seperti suhu,
   gaya, dan volume) yang digunakan dalam konsep yang akan dipelajari, dan konsep-
   konsep yang terdapat dalam percobaan yang akan digunakan untuk membentuk
   konsep yang akan dipelajari.


   Latar belakang masalah diperlukan untuk mengetahui apa sebenarnya yang
   dipermasalahkan, dan juga diperlukan agar siswa memahami bahwa masalah dalam
   IPA berasal dari masalah yang ada di alam riil, di lingkungannya. Latar belakang
   masalah juga diperlukan untuk menyusun percobaan yang sesuai dengan asal masalah
   itu. Sedangkan variabel-variabel dan konsep-konsep dalam percobaan yang harus
   sudah diketahui diperlukan untuk menafsirkan hasil percobaan, sehingga dari
   percobaan itu siswa dapat menyusun konsep IPA dengan baik.

   a. Mengklarifikasi masalah
       Masalah dalam IPA merupakan suatu pertanyaan yang dapat dijawab dengan
       percobaan atau pengamatan. Masalah harus dipahami lebih dahulu oleh siswa,
       agar siswa dapat menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya.



                                                                                  18
Mengklarifikasi masalah digunakan untuk mengetahui objek (benda, makhluk
  hidup, atau energi) apa yang dipermasalahkan, di mana posisi objek itu, dan
  bagaimana peristiwanya. Contoh masalahnya sebagai berikut ini.
  Bergerak kemanakah udara yang panas?

  Karena konsep IPA merupakan konsep yang berlaku umum, pertanyaannya tentu
  merupakan pertanyaan yang menanyakan gerak udara panas yang berlaku umum,
  yaitu yang berlaku di berbagai tempat dan keadaan, tetapi keadaan umum seperti
  itu akan menyulitkan siswa untuk memikirkan jawaban pertanyannnya. Untuk itu
  diperlukan suatu percobaan yang khusus yang dapat membantu siswa memikirkan
  jawaban masalah itu. Sebagai contohnya untuk         membantu siswa menjawab
  masalah itu digunakan percobaan seperti pada gambar 7 berikut ini.
                            Sebuah kertas spiral yang tergantung pada seutas
                            benang ditempatkan di atas lilin yang akan dinyalakan
                            dan dipadamkan. Dengan susunan alat seperti itu, udara
                            yang akan dipelajari geraknya berada di antara lilin dan
                            kertas spiral. Dengan demikian udara di berbagai
                            tempat yang akan dipelajari arah geraknya itu diwakili
                            dengan udara yang berada di antara lilin dan kertas

Gambar 7. Percobaan
                            spiral. Dengan percobaan itu masalah yang asalnya sulit
udara untuk menyelidiki     dijawab dipermudah dengan konsep yang diperolehnya
arah gerak udara panas.
                            berlaku umum, seperti pada masalah asalnya.
  (Sebenarnya untuk memperoleh konsep yang berlaku umum diperlukan beberapa
 percobaan pada kondisi dan situasi yang berlainan, sehingga keberlakuan
 umumnya dapat diterima.)

  Susunan alat pada percobaan membantu siswa untuk mengetahui posisi benda
  yang dipermasalahkan, yaitu berada di antara lilin dan kertas spiral, serta benda-
  benda yang harus diamati, yaitu benda-benda yang bersentuhan dengan benda
  yang dipermasalahkan (lilin dan kertas spiral).




                                                                                 19
b. Mengajukan dugaan
   Mengajukan dugaan diperlukan untuk menentukan arah kegiatan. Apa yang akan
   dilakukan kemudian bergantung pada dugaan siswa saat ini. Dugaan merupakan
   jawaban sementara yang dapat diterima atau tidaknya akan diuji dengan
   percobaan. Karena itu siswa dapat memikirkan dugaan dengan cara menjawab
   masalah dengan menggunakan konsep-konsep yang sudah diketahuinya. Sebagai
   contohnya dugaan untuk contoh masalah di atas adalah udara yang panas
   bergerak ke atas. Dugaan tidak selalu harus dapat diterima (“benar”), siswa
   boleh membuat dugaan yang mungkin saja tidak akan sesuai dengan hasil
   percobaannya.

c. Merancang percobaan
   Dalam suatu percobaan akan selalu terdapat perlakuan dan indikator alam.
   Perlakuan adalah suatu tindakan yang dilaksanakan untuk menjalankan
   percobaan. Sedangkan indikator alam digunakan untuk mengetahui pengaruh
   perlakuan terhadap benda yang dipengaruhinya. Perlakuan dan indikator alam
   itulah yang akan kita amati. Dalam contoh ini, perlakuan yang digunakan adalah
   menyalakan lilin (untuk memanaskan udara). Sedangkan indikator alamnya
   adalah kertas spiral yang digunakan untuk mengetahui arah gerak udara panas itu.
   Dengan demikian siswa harus menentukan peristiwa yang terjadi pada udara
   dengan cara mengamati dan menafsirkan peristiwa pada lilin dan kertas spiral.
   Dalam praktiknya jika siswa belum dapat merancang percobaan, alat dan bahan
   serta langkah-langkah percobaan itu dapat diberitahukan oleh guru.

d. Menentukan Pembanding
   Agar kebenaran penafsiran sesuai dengan kenyataan (dapat diterima) diperlukan
   pembanding yang digunakan untuk mengoreksi “kebenaran” penafsiran tersebut.
   Pembanding umumnya berupa suatu perlakuan yang berlawanan dengan
   perlakuan utamanya. Dalam contoh di atas akan dilakukan percobaan pada saat
   lilin menyala, karena itu pembandingnya adalah pada saat lilin padam.




                                                                                20
e. Menentukan urutan objek-objek dan fenomena yang harus diamati, serta format
   pencatatan datanya.
   Yang harus dipikirkan siswa selanjutnya adalah mengurutkan objek-objek yang
   harus diamati. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa udara yang
   dipermasalahkan berada di tengah-tengah di antara lilin dan kertas spiral. Dengan
   demikian urutannya adalah lilin, udara, dan kertas spiral. Matriks pencatatan data
   untuk perlakuan utama (udara dipanaskan) dan pembanding (udara tidak
   dipanaskan) dapat dibuat sebagai berikut.



                 Benda                      Fenomena
         Kertas Spiral

         Udara


         Lilin


f. Mengamati
   Karena yang harus diamati sudah direncanakan, pengamatan dilakukan terhadap
   peristiwa yang sudah direncanakan itu. Dalam contoh di atas pengamatan
   dilakukan terhadap peristiwa pada lilin, yaitu menyala (ada api) pada saat lilin
   dinyalakan dan padam (tidak ada api) pada saat lilin dipadamkan, dan peristiwa
   pada kertas spiral, yaitu berputar pada saat lilin dinyalakan dan tidak berputar
   (diam) pada saat lilin padam. Hasil pengamatan peristiwa dituliskan pada kolom
   peristiwa.

                 Benda                      Peristiwa
         Kertas Spiral       berputar

         Udara

         Lilin               menyala




                                                                                  21
Benda                            Peristiwa
         Kertas Spiral           diam

         Udara

         Lilin                   padam


g. Menafsirkan (mengidentifikasi dan menerapkan konsep yang berlaku)
   Menafsirkan dilakukan dengan menggunakan konsep yang berlaku pada objek
   dan peristiwa yang dipermasalahkan. Konsep-konsep itu harus sudah diketahui
   siswa. Dari percobaan di atas, siswa (harus) sudah mengetahui konsep yang
   menjadi prasyaratnya, dalam contoh ini adalah “benda yang berdekatan dengan
   api akan panas” dan “udara yang bergerak ke arah benda dapat menggerakkan
   benda (memutarkan baling-baling)”. Kedua konsep tersebut digunakan untuk
   menafsirkan keadaan udara pada saat lilin padam dan menyala.


                         Benda                         Peristiwa
                 Kertas Spiral          berputar
                                        bergerak ke atas
                 Udara
                                        panas
                 Lilin                  menyala

                         Benda                         Peristiwa
                 Kertas Spiral          diam
                                        diam
                 Udara
                                        tidak panas
                 Lilin                  padam


h. Menyusun pembahasan (Menyusun hasil pengamatan dalam suatu penjelasan)
   Hasil penafsiran dengan kata-kata pada matriks di atas belum begitu komunikatif,
   karena itu diperlukan pembahasan untuk membuat kata-kata itu jelas maknanya.
   Di samping itu, siswa harus melatih keterampilan berkomunikasinya. Dalam
   kegiatan ini dilakukan dengan menyusun kalimat yang menjelaskan hubungan



                                                                                22
kata-kata yang ada dalam matriks, sehingga dapat dipahami maksudnya oleh
   orang lain. Contoh pembahasan hasil penafsiran di atas menggunakan kata-kata
   yang sudah ada dalam matriks, misalnya seperti berikut ini.

   Pada saat lilin menyala, udara panas. Udara yang panas bergerak ke atas
   memutarkan kertas spiral. Pada saat lilin padam, udara tidak panas. Udara yang
   tidak panas diam, sehingga kertas spiral pun diam.

i. Menyimpulkan.
   Kesimpulan disusun dari hasil pembahasan yang digunakan untuk menjawab
   masalah. Berpikir dalam menyimpulkan dilakukan dengan mencari jawaban
   masalah dari hasil pembahasan. Hasil menjawab masalah itu kemudian
   dibandingkan dengan dugaan siswa yang dituliskan sebelum melakukan
   percobaan. Dari hasil membandingkan itu siswa mengambil keputusan apakah
   dugaannya dapat diterima atau tidak. Dari contoh di atas, kesimpulannya dapat
   seperti berikut ini.
   Udara yang panas bergerak ke atas.


Sesuai dengan urutan berpikir di atas LKS untuk siswa mempelajari hubungan sebab-
akibat dapat disusun seperti berikut.


                          ARAH GERAK UDARA PANAS

   Pengantar: Sehari-hari kita mendapatkan udara yang bergerak (angin) dari
              timur ke barat atau sebaliknya. Jika di pantai kita juga menyaksikan
              udara yang bergerak dari laut ke darat atau dari darat ke laut.
              Adakah kemungkinan udara itu bergerak karena udara itu panas?
              Jika udara itu panas kemana arah geraknya?

                 Sebelum kamu melakukan percobaan, buatlah kertas spiral, lalu
                 gantungkan di atas mulutmu. Tiuplah kertas spiral itu, berputarkah
                 kertas spiral itu? Berputar atau tidaknya kertas spiral dapat kita
                 gunakan untuk mengetahui bergerak atau tidaknya udara di bawah
                 kertas spiral itu.

   Masalah: Jika udara dipanaskan, ke arah manakah udara itu bergerak?




                                                                                23
Dugaan: ..............................................................................................................
         ..............................................................................................................
         ..............................................................................................................

Alat dan Bahan:
   a. Benang
   b. Kertas spiral
   c. Lilin
   d. Korek api

Percobaan:
   a. Buatlah kertas spiral, lalu gantungkan dengan benang.
   b. Gantungkan kertas spiral di atas lilin yang padam.
   c. Gantungkan kertas spiral di atas lilin yang menyala.

Hasil Pengamatan dan Penafsiran:
      a. Percobaan 1: Kertas spiral di atas lilin yang menyala.

                                           Benda                                          Peristiwa




      b. Percobaan 2: Kertas spiral di atas lilin yang padam.

                                           Benda                                          Peristiwa




Penjelasan:
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

Kesimpulan:
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................



                                                                                                                             24
2. Teknik Berpikir dalam Mempelajari Korelasi
   Berpikir sederhana untuk mempelajari korelasi dilakukan dengan memikirkan
   pengaruh besar suatu variabel terhadap besar variabel yang lain melalui percobaan
   yang sederhana. Dalam praktiknya percobaan untuk korelasi dilakukan dengan
   mengubah-ubah          besar    suatu   variabel     dan   mengukur   variabel   lain   yang
   dipengaruhinya. Langkah-langkah berpikir dalam mempelajari korelasi sama seperti
   pada langkah-langkah berpikir dalam mempelajari hubungan sebab-akibat sebagai
   berikut ini.

   a. Mengklarifikasi masalah
       Sama seperti pada percobaan mempelajari hubungan sebab-akibat, dalam
       mempelajari korelasi pun mengklarifikasi masalah dilakukan untuk memahami
       posisi susunan objek-objek dan yang harus diperhatikan. Karena masalah pada
       korelasi merupakan masalah mengenai pengaruh besar suatu variabel terhadap
       besar variabel lain yang dipengaruhinya, siswa harus mengetahui lebih dahulu
       objek dan fenomena yang dipermasalahkan itu, pada objek mana variabel-
       variabel yang akan diukurnya dan alat ukur yang harus digunakannya.

       Masalah untuk korelasi merupakan masalah yang menanyakan pengaruh suatu
       variabel yang diubah besarnya terhadap variabel lain yang dipengaruhinya.
       Contohnya siswa akan mempelajari pengaruh perubahan lengan kuasa pada
       pengungkit terhadap besar kuasa yang digunakan untuk mengangkat beban
       sebagai berikut.

                          Lengan beban                Lengan kuasa




                  Beban
                                                                         Kuasa



                                  Gambar 8. Pengungkit




                                                                                            25
Untuk percobaan dengan pengungkit seperti pada gambar di atas, pertanyaan
   masalahnya umumnya menggunakan kata pengaruh seperti seperti berikut ini.
   Berpengaruhkah panjang lengan kuasa terhadap besar kuasa untuk menarik
   beban?        Bagi siswa SD pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang sulit
   dipahami, karena itu ubahlah menjadi pertanyaan yang sederhana, misalnya: Jika
   lengan kuasa lebih panjang daripada lengan beban, akan lebih besarkah kuasa
   untuk mengangkat beban itu? (Jangan membuat pertanyaan: “Jika lengan kuasa
   lebih panjang atau lebih pendek daripada lengan beban, akan makin besar atau
   makin kecilkah kuasanya?” Pertanyaan ini cukup berbelit-belit, sehingga sulit
   dipahami maksudnya)

b. Mengajukan dugaan
   Pada langkah ini siswa harus memikirkan jawaban untuk pertanyaan masalah.
   Dugaan yang merupakan jawaban masalah dapat dengan mudah dibuat siswa,
   karena pertanyaan               masalah sudah jelas, siswa tinggal mengikuti kalimat
   pertanyaan masalah itu sesuai dengan dugaannya, dengan menggunakan kata-
   kata:
      “Makin ............................................, makin ..................................................”
                                                           atau
      “Jika................................................, maka ....................................................”
   Misalnya siswa menyusun dugaannya seperti berikut.
   Makin lebih panjang lengan beban daripada lengan kuasa, makin kecil kuasa
   untuk mengangkat beban.

c. Menentukan langkah-langkah percobaan dan pengukuran.
   Agar dapat memikirkan langkah-langkah percobaan, siswa harus memikirkan
   hubungan antara masalah dan                         bendanya yang dalam contoh ini adalah
   pengungkit. Dalam contoh ini, masalahnya adalah jika makin panjang lengan
   kuasa daripada lengan beban, akan makin besarkah kuasa untuk mengangkat
   beban?

   Dalam masalah itu jelas disebutkan lengan kuasa lebih panjang daripada lengan
   beban. Dengan demikian dalam langkah-langkah percobaannya dilakukan dengan


                                                                                                                          26
mengubah-ubah panjang lengan kuasa, yang otomatis akan mengubah panjang
   lengan beban, dan mengukur besar kuasanya. Kalimat selanjutnya adalah akan
   makin besarkah kuasa untuk mengangkat beban? Dari pertanyaan ini dapat
   diketahui bahwa yang perlu diukur selanjutnya adalah besar kuasanya. Dengan
   demikian format pencatatan datanya disusun sebagai berikut.

  Berat beban: ........ N
   No. Lengan beban           Lengan kuasa         Kuasa
       (L1)                   (L2)                 N




   Perhatikan bahwa berat beban tidak diubah-ubah, agar pengaruhnya tetap,
   sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam konsep yang akan dibentuk.


   Sama seperti pada percobaan mempelajari hubungan sebab-akibat, pada
   percobaan ini pun diperlukan pembanding untuk memperkuat konsep yang
   diperoleh siswa dari percobaan itu. Pembandingnya dilakukan dengan mengubah
   panjang lengan kuasa dengan perubahan yang berlawan. Jika percobaan pertama
   panjang lengan kuasanya ditambah terus, pada percobaan kedua panjang lengan
   kuasanya dikurangi terus (panjang lengan bebannya ditambah terus).

d. Mengukur
   Sesuai dengan daftar variabel yang disusun pada tabel, untuk contoh ini
   pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang lengan beban, lengan kuasa,
   dan besar kuasa. Pengubahan panjang lengan kuasa akan membuat panjang
   lengan beban berubah, karena itu pengubahannya cukup dilakukan dengan
   mengubah-ubah panjang lengan kuasa dengan besar perubahan yang tetap, lalu
   panjang lengan beban diukur dan dicatat dalam tabel. Besar kuasa diukur dengan
   menarik alat ukur yang tergantung pada ujung lengan kuasa sampai lengan
   pengungkit itu sama tingginya dari permukaan meja.




                                                                              27
e. Menyusun Pembahasan (Mengkomunikasikan)
   Hasil pengukuran yang ditulis dalam tabel masih berupa angka-angka. Pada tahap
   pembahasan ini siswa belajar menjelaskan angka-angka hasil pengukurannya itu
   dengan kalimat-kalimat yang dituliskannya pada bagian pembahasan ini.

   Pembahasan      hasil percobaan, yang merupakan penafsiran, dilakukan dengan
   membandingkan naik turunnya perubahan panjang lengan kuasa dengan naik
   turunnya perubahan besar kuasa, misalnya seperti berikut ini.

   Jika lengan kuasa ditambah terus panjangnya, sehingga makin lebih panjang
   daripada lengan beban, kuasa untuk menarik beban itu makin kecil. Jika lengan
   kuasa dikurangi terus panjangnya, sehingga makin lebih pendek daripada lengan
   beban, kuasa untuk menarik beban itu makin besar.


f. Menyimpulkan
   Sama seperti pada percobaan mempelajari hubungan sebab-akibat, pada
   percobaan ini pun kesimpulan dilakukan dengan menjawab pertanyaan masalah
   dengan menggunakan hasil pembahasan. Hasilnya dibandingkan dengan dugaan
   siswa yang telah dituliskannya sebelum melakukan percobaan. Dapat diterima
   atau tidaknya dugaan siswa bergantung pada hasil membandingkan itu.
   Kesimpulan untuk contoh percobaan korelasi di sini misalnya seperti berikut ini.
   Makin lebih panjang lengan kuasa daripada lengan beban, makin kecil kuasanya.
   Sebaliknya makin lebih pendek lengan kuasa daripada lengan beban, makin
   besar kuasanya.


Sesuai dengan urutan berpikir di atas, LKS untuk siswa mempelajari adanya korelasi
dapat disusun seperti berikut.

                                 PENGUNGKIT


   Masalah: Jika lengan kuasa dibuat lebih besar daripada lengan beban, akan
               makin besar atau makin kecilkah besar kuasanya?




                                                                                  28
Dugaan:...................................................................................................................
           ..............................................................................................................
           ..............................................................................................................

Alat dan Bahan:
         a. Pengungkit
         b. Beban
         c. Neraca pegas

Percobaan:
a. Gantungkan beban pada salah satu lengan pengungkit.
b. Gantungkan neraca pegas pada ujung lain pengungkit itu.
c. Tarik neraca pegas ke bawah sampai pengungkit dalam keadaan seimbang.
d. Ubah-ubah panjang lengan beban dan lengan kuasanya.
e. Lakukan hal yang sama seperti pada langkah b dan c.

Hasil Pengamatan:
                                         L1                                         L2




                    Beban
                                                                                                       Kuasa



Berat beban: ........ N
 No. Lengan beban                           Lengan kuasa                      Kuasa
      (L1)                                  (L2)                              N




Pembahasan:
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Kesimpulan:
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................


                                                                                                                             29
3. Teknik Berpikir dalam Mempelajari Pengelompokkan
   Di SD siswa mempelajari dua jenis pengelompokkan, yaitu pengelompokkan benda
   berdasarkan sifatnya (generalisasi) dan pengelompokkan benda berdasarkan ciri-
   cirinya (klasifikasi). Sifat benda, yang belum diketahui, tidak dapat diketahui dengan
   memperhatikan bentuk atau ciri-ciri lain benda itu, melainkan harus dengan
   menginteraksikan benda itu dengan energi atau dengan benda lain. Sebagai contohnya
   untuk mengetahui benda-benda yang dapat menghantarkan listrik dilakukan dengan
   menyambungkan benda-benda itu pada rangkaian listrik. Di samping itu pada
   percobaan ini siswa belajar menentukan (mengidentifikasi) benda-benda yang
   mewakili satu atau beberapa jenis benda.

   a. Menggeneralisasikan
   Menggeneralisasikan adalah membentuk konsep yang berlaku umum. Walaupun
   disebut berlaku umum, tetapi ada batasnya. Contohnya tidak semua benda dapat
   menghantarkan listrik dengan baik, hanya benda-benda dari jenis logam saja yang
   dapat menghantarkan listrik dengan baik. Walaupun demikian jenis logam saja sudah
   menunjukkan bahwa banyak benda (semua benda logam) yang merupakan
   penghantar listrik yang baik.

   Menggeneralisasikan dilakukan dengan memperhatikan kesamaan sifat atau peristiwa
   dari objek-objek yang berbeda. Dalam pembelajaran menggeneralisasikan, siswa
   dilatih untuk menentukan objek-objek yang mewakili suatu kelompok objek dan
   mencari persamaan dan perbedaan dari objek-objek tersebut. Sebagai contohnya
   perhatikan LKS berikut ini.


               PENGHANTAR DAN BUKAN PENGHANTAR LISTRIK

      Masalah: Bahan apakah yang menghantarkan listrik?

      Dugaan:      ..............................................................................................................
                  ..............................................................................................................
                  ..............................................................................................................

      Alat dan Bahan:
      a. Batu batere dan dudukannya.



                                                                                                                            30
b. Lampu pijar kecil.
c. Kabel-kabel listrik.
d. Kawat tembaga, batang aluminium, batang kayu, kaca, gabus, batang seng,
     paku besi, dan potongan keramik.

Percobaan:
a. Buat rangkaian listrik seperti pada gambar 9 berikut ini.
b. Sentuhkan kedua ujung kabel listrik yang terbuka pada setiap bahan yang
     akan diuji.

Hasil Pengamatan:
                                              Lampu




                          Batu                                         Bahan yang
                          batere                                       diuji




       Jenis Bahan                                    Lampu                             Menghantarkan listrik




Keterangan:
Kolom Lampu diisi dengan: Menyala atau Padam.
Kolom Menghantarkan listrik diisi dengan: Ya atau Tidak


Pembahasan:
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

 Kesimpulan:
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................................................................................................................




                                                                                                                             31
b. Mengklasifikasikan

   Klasifikasi   dilakukan    dengan     memperhatikan   ciri-ciri   objek   yang     akan
   diklasifikasikan berdasarkan satu atau lebih ciri, misalnya mengklasifikasi hewan
   yang termasuk serangga dilakukan berdasarkan jumlah kaki, jumlah bagian badan dan
   kepala, dan antene yang dimiliki hewan itu seperti pada gambar berikut ini.




                 a                                           b




                 c                                         d
                         Gambar 11. Serangga dan bukan serangga.
                        Gambar 9. Serangga dan bukan serangga.


   Pada gambar di atas tampak bahwa cengkerik (gambar 11.a), kumbang kepik (gambar
   11.b), dan lalat (gambar 11.c) memiliki 3 pasang kaki, sedangkan laba-laba (gambar
   11.d) memiliki 4 pasang kaki. Dari perbedaan ciri ini dapat ditentukan bahwa
   cengkerik, kumbang kepik dan lalat termasuk kelompok serangga, sedangkan laba-
   laba bukan serangga. Format pencatatan data untuk pembelajaran mengklasifikasikan
   dapat dibuat sendiri, misalnya seperti berikut ini.
   Hasil Pengamatan:
        Hewan           Badan dan            Kaki          Antene             Sayap
                         Kepala




                                                                                       32
4. Teknik Berpikir dalam Menguji Bahan
Percobaan untuk mengetahui kondisi atau zat yang terkandung dalam suatu bahan
digunakan untuk mencari bahan yang memiliki sifat atau zat tertentu yang diperlukan.
Percobaan ini umumnya banyak dilakukan dalam IPA. Dalam percobaan ini diperlukan
indikator yang digunakan untuk menunjukkan jenis zat yang terkandung dalam suatu
bahan, seperti contoh berikut ini. Format pencatatan datanya dapat dibuat sendiri seperti
pada contoh-contoh terdahulu.

Uji Makanan
1. Tahap pencarian zat penguji

Beberapa makanan yang diketahui mengandung amilum dan beberapa makanan yang
diketahui tidak mengandung amilum disediakan dalam tempat-tempat yang terpisah.
Beberapa zat yang akan diuji dalam kemampuannya memberi tanda ada atau tidak adanya
amilum dalam makanan disediakan, misalnya lugol, larutan benedict, dan larutan yang
lainnya.




 Gambar 10. Tiga zat yang akan diuji kemampuannya dalam mengindikasikan ada atau tidak
          adanya amilum pada bahan makanan.

Setiap zat itu kemudian diteteskan kedalam makanan-makanan itu dan dilihat hasilnya.
Zat yang dapat memberi tanda khas yang sama pada setiap makanan yang mengandung
amilum dan tidak memberi tanda khas pada makanan yang tidak mengandung amilum
dipilih sebagai zat yang dapat digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya amilum
dalam sesuatu makanan.




                                                                                      33
2. Tahap penggunaan zat penguji

Penggunaan zat penguji dilakukan dengan bahan-bahan makanan lain yang           belum
diketahui mengandung amilum atau tidak. Zat yang terpilih dari pengujian itu digunakan
untuk menentukan bahan makanan yang mengandung amilum dari bahan-bahan makanan
tersebut.


B. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA dengan Carta
Tidak semua yang ada di alam ini dapat dibawa kelas, jika kita perhatikan lebih banyak
objek yang tidak dapat dibawa ke kelas daripada yang dapat dibawa ke kelas. Untuk
mengatasi ketiadaan objek yang akan dipelajari siswa digunakan carta yang
menggambarkan objek dan fenomena alam Carta digunakan untuk membantu siswa
berpikir dengan cara memperhatikan bentuk, warna, dan memikirkan pengertian dari
setiap gambar itu dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan dari guru. Gambar mampu
memberikan gambaran mental yang lebih baik daripada kata-kata. Dengan bantuan
gambar, siswa melatih keterampilan berpikirnya dalam mencari persamaan dan
perbedaan untuk memahami konsep-konsep yang dipelajarinya melalui gambar-gambar
dalam carta itu.

Agar siswa berhasil memahami konsep-konsep IPA dari carta, carta yang digunakan
hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut.
   1. Gambar-gambar dalam carta memberi informasi (fakta) sesuai dengan yang
       diperlukan siswa untuk memahami konsep melalui gambar itu.
   2. Gambar mengandung hal-hal yang dapat dibandingkan, sehingga siswa dapat
       membentuk hubungan yang diperlukan (konsep) dengan memikirkan persamaan
       dan perbedaan yang terdapat dalam gambar.
   3. Gambar harus membantu siswa memikirkan konsep yang harus dipahaminya,
       sehingga siswa tidak perlu membayangkan sesuatu untuk memikirkan konsep
       yang harus dipahaminya.
   4. Tanda panah atau beberapa gambar yang menggambarkan proses diperlukan
       untuk membantu siswa memahami sesuatu proses.




                                                                                   34
5. Bentuk, jika mungkin warna, persamaan dan perbedaan, atau urutan dari gambar-
       gambar dalam carta harus jelas.

Teknik berpikir yang digunakan dalam kegiatan ini adalah siswa menentukan gambar
yang harus diperhatikannya dan mencari persamaan dan perbedaan gambar-gambar itu
berdasarkan masalah yang diajukan guru, serta mengkomunikasikan hasil pemikirannya
dalam bentuk kalimat-kalimat lisan atau tertulis.

Contoh Carta dan Pertanyaan Pokoknya:




 Bebek                                   Elang                 Pelatuk




  Paruh Bebek                              Paruh Elang        Paruh Pelatuk




                                                                                35
Kaki Bebek                            Kaki Elang                    Kaki Pelatuk

         Gambar 11. Contoh carta untuk mempelajari adaptasi morfologi.


Pertanyaan yang digunakan
1. Apa perbedaan antara paruh bebek dengan paruh elang?
   (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek dan paruh elang, lalu menjawab)
2. Apa perbedaan antara paruh elang dengan paruh pelatuk?
   (Siswa memperhatikan gambar paruh elang dan paruh pelatuk, lalu menjawab)
3. Apa yang biasa dimakan oleh bebek?
   (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek dan mengingat pengalamannya
   sewaktu melihat bebek, jika siswa keliru guru dapat memperbaikinya)
4. Dimana bebek mencari makan?
   (Siswa mengingat dari pengalamannya, jika siswa keliru guru dapat
   memperbaikinya)
5. Sesuaikah paruh bebek dengan makanannya?
   (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek, lalu menjawab)
6. Apa yang biasa dimakan oleh elang?
   (Siswa memperhatikan gambar paruh elang dan mengingat pengalamannya
   sewaktu melihat elang, jika siswa kurang               mengetahui guru dapat
   menceriterakan elang)
7. Dimana elang mencari makan?
   (Siswa mengingat dari pengalamannya, jika siswa keliru guru dapat
   memperbaikinya)
8. Sesuaikah paruh elang dengan makanannya?
   (Siswa memperhatikan gambar paruh elang, lalu menjawab)


                                                                                   36
9. Jika paruh bebek seperti paruh elang, dapatkah bebek mencari makanan di
        lumpur? (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek dan paruh elang, lalu
        menjawab)
    10. Sesuaikah paruh bebek dengan tempat mencari makanannya?
        (Siswa memperhatikan gambar bebek yang ada di lumpur, lalu menjawab)
    11. Dimanakah elang hinggap?
        (Siswa memperhatikan gambar elang yang hinggap di cabang pohon, lalu
        menjawab)
    12. Jika kaki elang sama seperti kaki bebek, dapatkah elang hinggap di cabang
        pohon
        (Siswa memperhatikan gambar cakar elang dan cakar bebek, lalu menjawab)
    13. Sesuaikah kaki elang dengan tempat hinggapnya?
        (Siswa memperhatikan gambar cakar elang, lalu menjawab)
    14. Dimanakah bebek mencari makanan?
        (Siswa memperhatikan gambar kaki bebek, lalu menjawab)
    15. Jika kaki bebek seperti kaki elang, dapatkah bebek berdiri di lumpur?
        (Siswa memperhatikan gambar cakar elang dan cakar bebek, lalu menjawab)
    16. Sesuaikah kaki bebek dengan tempat mencari makanannya?
        (Siswa memperhatikan gambar kaki bebek, lalu menjawab)


C. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA di Lingkungan
Lingkungan, seperti halaman sekolah, tanah lapang, kebun, kolam, dan sungai merupakan
sumber belajar bagi siswa. Apa yang akan dipelajari dari lingkungan disesuaikan dengan
konsep IPA yang akan dipelajari atau diterapkan pada lingkungan itu. Pembelajaran IPA
di lingkungan umumnya digunakan untuk membelajarkan siswa menafsirkan hubungan
antara dua objek berdasarkan kondisi objek, dapat juga lebih, tetapi jangan terlalu
banyak, agar siswa dapat memikirkannya dengan baik.

Salah satu teknik berpikir yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan
adalah memikirkan hubungan dua objek yang dapat dilakukan dengan siswa memikirkan
hubungan antara makhluk hidup dengan tempat tinggalnya, makhluk hidup dengan objek



                                                                                   37
di sekitarnya, kelembaban tanah dengan penutupnya, suhu udara dengan ruang yang
ditempati udara tersebut, dan hubungan-hubungan objek yang lainnya. Seringkali
hubungan objek di lingkungan dipelajari dengan menggunakan pembanding, agar
penafsiran objek itu relatif benar. Contohnya jika siswa mempelajari tempat ikan hidup
di sungai, siswa dapat membandingkan bagian sungai yang ditempati ikan itu dan bagian
sungai yang lain yang tidak ditempati ikan itu. Perbedaan antara kedua tempat itu dapat
digunakan untuk memikirkan mengapa ikan itu hanya mendiami bagian sungai tertentu.

Format pengamatan lingkungan berikut ini dapat digunakan siswa SD dalam mempelajari
lingkungan.

Kelompok: .............................................................................................
Nama           : 1. .........................................................................................
                 2. .........................................................................................
                 3. .........................................................................................
Kelas/Semester: .....................................................................................
Sekolah               : .....................................................................................

Waktu dan Lokasi
     1. Hari/Tanggal: .................................................................................
     2. Jam                    : .................................................................................
     3. Lokasi                 : .................................................................................
     4. Cuaca                  : .................................................................................

Alat dan Bahan
     1. ......................................................................................................
     2. ......................................................................................................
     3. ......................................................................................................

Pengamatan
           Objek Utama: .................................................................................................
           Keadaannya: 1. .........................................................................................
                                2. .........................................................................................
                                3. .........................................................................................



                                                                                                                               38
Objek Pembanding: .............................................................................................
         Keadaannya: 1. ........................................................................................
                                2. ........................................................................................
                                3. .......................................................................................
Pembahasan
  1. ....................................................................................................................................
        ....................................................................................................................................
  2. ....................................................................................................................................
        ....................................................................................................................................
  3. ....................................................................................................................................
        ....................................................................................................................................

Kesimpulan
   .........................................................................................................................................
   .........................................................................................................................................
   .........................................................................................................................................


Pengisian Format Pengamatan Lingkungan
  Kelompok: diisi dengan nomor kelompok siswa.
  Nama: diisi dengan nama-nama siswa dalam kelompok tersebut.
  Kelas/Semester: diisi dengan kelas dan semester yang sedang diikuti siswa.
  Sekolah: diisi dengan nama sekolah.

  Waktu dan Lokasi
   Hari/tanggal: diisi dengan hari dan tanggal pengamatan.
   Jam: diisi dengan jam pengamatan.
   Lokasi: diisi dengan lokasi pengamatan.

  Alat dan Bahan
   Diisi dengan nama alat dan bahan untuk pengukuran yang diperlukan. Alat dan bahan
   menggunakan apa yang tersedia di sekolah. Variabel objek yang diamati dapat diukur
   dengan menggunakan alat-alat ukur yang tersedia. Jika variabel objek yang diamati




                                                                                                                                        39
tidak dapat diukur, karena tidak ada alat ukurnya, dapat digunakan taksiran
(perkiraan).

Pengamatan

Objek Utama: Objek utama adalah objek yang akan dipelajari siswa.
Keadaannya: Diisi dengan keadaan objek utama yang diamati dan diisi dengan
               ukuran/taksiran besar variabel-variabel pada keadaan objek utama.
               Variabel-variabel ini digunakan untuk menafsirkan penyebab keadaan
               objek utama.


Objek Pembanding: Objek pembanding adalah objek yang segala sesuatunya hampir
                     sama dengan objek utama, hanya berbeda satu hal dari objek
                     utama. Objek pembanding ini akan digunakan untuk mengoreksi
                     dugaan-dugaan yang dihasilkan dari hasil menafsirkan variabel-
                     variabel pada objek utama.
Keadaannya: Diisi dengan keadaan objek pembanding dan diisi dengan
               ukuran/taksiran besar variabel pada keadaan objek pembanding.
               Variabel-variabel ini digunakan untuk menafsirkan penyebab keadaan
               objek pembanding dan digunakan untuk mengoreksi hasil penafsiran
               pada objek utama.

Pembahasan
Diisi dengan penjelasan yang merupakan hasil memikirkan persamaan dan perbedaan
antara objek utama dan objek pembanding. Setiap variabel yang dicatat pada kolom
keadaan objek utama dan objek pembanding dibahas satu per satu.

Kesimpulan
Diisi dengan kesimpulan yang merupakan inti pembahasan. Siswa menarik
kesimpulan dari membaca pembahasan yang telah disusunnya.




                                                                                40
Contoh Pengisian Format Pengamatan Lingkungan:
Identitas
Kelompok: I
Nama        : 1. Amin
             2. Iman
             3. Aman
Kelas/Semester: Y/1
Sekolah         : SD 2.


Waktu dan Lokasi
   1. Hari/Tanggal: 5 Agustus 2005
   2. Jam               : 08.30 s.d. 09.00
   3. Lokasi            : Sudut utara halaman belakang SD 2.
   4. Cuaca             : Cerah

Alat dan Bahan
  Mistar

Pengamatan
   1. Objek Utama: Tanah luas 10 x 10 cm yang telah lama ditutupi batu di tengah
                         lapang rumput.

       Keadaannya: 1. Tanah basah.
                        2. Tanah lunak.
                        3. Ada seekor hewan kaki seribu.
                        4. Ada 6 ekor semut merah.

   2. Objek Pembanding: Tanah luas 10 x 10 cm yang terbuka di tengah lapang rumput.
       Keadaannya: 1. Tanah kering.
                        2. Tanah keras.
                        3. Tidak ada hewan kaki seribu
                        4. Ada 3 ekor semut merah.




                                                                                 41
Pembahasan:
  a. Tanah yang telah tertutupi batu basah, karena tidak tersinari oleh cahaya
     matahari, sehingga air pada tanah itu tidak menguap. Sedangkan tanah yang
     tidak tertutupi batu kering, karena tersinari cahaya matahari, sehingga air pada
     tanah itu menguap.
  b. Tanah yang telah tertutupi batu lunak, karena tanahnya basah. Sedangkan tanah
     yang tidak tertutupi batu keras, karena tanahnya kering.
  c. Tanah yang tertutupi batu dihuni hewan kaki seribu, diduga karena tanahnya
     lunak dan tidak tersinari cahaya matahari. Tanah yang tidak tertutupi batu tidak
     dihuni hewan kaki seribu, diduga karena keras dan tersinari cahaya matahari.
  d. Tanah yang tertutupi batu dihuni 5 ekor semut merah, yang tidak tertutupi batu
     dihuni 3 ekor semut merah. Diduga semut merah dapat menghuni tanah yang
     lembab dan yang kering, tetapi lebih banyak yang menghuni tanah yang lembab.

Kesimpulan:
  Tanah yang lama tertutupi batu lembab dan lunak.
  Hewan kaki seribu dan semut merah dapat menempati tanah yang tertutupi batu.




                                                                                    42
BAB V
                                     RANGKUMAN


1. IPA adalah ilmu yang mempelajari cara alam bekerja dan cara mengendalikan
   (mengelola) alam. Karena itu, IPA dipelajari untuk memenuhi kebutuhan siswa di
   alam lingkungannya dan di masyarakat.
2. Konsep IPA dasar merupakan konsep ideal. Dalam penerapannya di alam riil konsep
   IPA dasar itu harus dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor lain yang
   berpengaruh melalui percobaan IPA. Karena itu, penting bagi siswa untuk dapat
   melakukan percobaan IPA.
3. Dalam IPA siswa mempelajari 3 komponen alam, yaitu properti objek (benda atau
   energi), interaksi antara 2 objek (hubungan antara 2 objek), dan peristiwa (proses atau
   perubahan).
4. Interaksi kompleks terdiri dari interaksi terpusat dan interaksi berantai. Kedua
   interaksi kompleks ini terdiri dari interaksi-interaksi antara 2 objek.
5. Indikator alam yang terdapat pada setiap konsep IPA digunakan untuk
   mengidentifikasi    konsep    yang    berlaku    pada    objek   dan      fenomena   yang
   dipermasalahkan.
6. Pembelajaran IPA di SD tidak begitu berbeda dengan pembelajaran membaca. Dalam
   pembelajaran membaca siswa belajar membaca sambil mempelajari makna dari setiap
   kata dari kalimat yang dibacanya. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar “membaca”
   (menafsirkan) objek dan fenomena alam, sambil mempelajari makna dari setiap
   konsep yang terdapat pada objek dan fenomena alam yang dipelajarinya.
7. Dalam mempelajari hubungan sebab-akibat dari percobaan diperlukan pembanding
   untuk mengoreksi “kebenaran” hasil penafsiran.
8. Dalam mempelajari korelasi siswa menafsirkan angka-angka yang diperolehnya dari
   hasil pengukuran dengan cara memperhatikan naik turunnya angka-angka tersebut.
9. Menggeneralisasikan digunakan untuk mengetahui keberlakuan umum suatu konsep.
10. Mengklasifikasi dilakukan berdasarkan kesamaan ciri-ciri yang terdapat pada objek
   yang diamati.




                                                                                         43
BAB VI
                                    EVALUASI


A. Pertanyaan

1. Akan samakah konsep-konsep IPA dasar yang dipelajari dari berbagai sumber dengan
   konsep-konsep IPA terapan yang digunakan secara nyata? Jika berbeda, jelaskan letak
   perbedaannya?
2. Apa yang harus kita ajarkan dalam pembelajaran IPA di SD? Berikan alasannya.
3. Untuk apa pengetahuan IPA yang diperoleh siswa dari buku?
4. Pada dasarnya IPA mempelajari 3 komponen alam, apakah ketiga komponen alam
   yang dipelajari IPA itu menjadi indikator alam untuk mengidentifikasi keberlakuan
   konsep-konsep IPA? Tuliskan alasannya.
5. Dapatkah siswa menjelaskan fenomena alam yang terjadi di lingkungannya hanya
   dengan mengamati fenomena itu? Berikan alasannya.
6. Dalam pembelajaran dengan percobaan, manakah yang harus didahulukan
   memperlihatkan objek dan fenomenanya dahulu, lalu mengajukan masalah atau
   mengajukan masalah, lalu siswa melaksanakan percobaan itu? Berikan alasannnya.
7. Apakah perbedaan menafsirkan hasil percobaan antara percobaan sebab-akibat dan
   korelasi?
8. Kriteria apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan carta untuk pembelajaran
   IPA yang menggunakan tanya-jawab?
9. Bagaimana cara siswa menjawab pertanyaan dalam pembelajaran yang menggunakan
   carta?
10. Komponen alam apa saja yang dapat dipelajari siswa di lingkungan?
11. LKS yang disarankan untuk digunakan dalam modul ini adalah LKS tanpa pertanyaan
   bimbingan (pertanyaan bimbingannya tidak dituliskan). Antara LKS yang disarankan
   di sini dengan LKS yang biasa (yang banyak pertanyaan bimbingannya), manakah
   yang lebih banyak melatih keterampilan berpikir siswa?
12. Dapatkah format pengamatan lingkungan yang disarankan dalam modul ini
   digunakan untuk siswa kelas 4? Berikan alasannya.




                                                                                    44
B. Rancanglah LKS tanpa menuliskan pertanyaan bimbingan untuk percobaan berikut ini
     (pertanyaan bimbingannya langsung diucapkan oleh guru melalui tanya-jawab),
     kemudian buatlah masalah, langkah-langkah percobaan, format pencatatan data,
     penafsiran, pembahasan, dan kesimpulannya.

1.
                             Sebuah      paku   dililiti   kabel   listrik.   Jika   kabel   itu
                             dihubungkan dengan sebuah batu batere, paku itu dapat
                             menarik klip yang berada di dekatnya, tetapi jika paku itu
                             tidak dihubungkan dengan batu batere, klip itu tidak
                             tertarik.

2.
                             Sebuah kotak kaca dilengkapi dengan 2 pipa kaca. Di
                             bawah salah satu pipa kaca dipasang lilin dan di atas pipa
                             kaca yang lainnya diletakkan obat nyamuk yang berasap
                             seperti pada gambar di samping ini. Jika lilin tidak
                             dinyalakan, asap obat nyamuk naik, tidak masuk ke dalam
                             kotak. Jika lilin dinyalakan asap dari obat nyamuk itu
                             masuk ke dalam kotak melalui pipa di bawahnya dan keluar
                             dari pipa yang lainnya.




                                                                                             45
GLOSARIUM


Fenomena                Gejala atau peristiwa yang dapat diamati.
Indikator Alam          Objek    atau   dan     fenomena   yang     mengindikasikan
                        berlakunya sesuatu konsep
Interaksi               Saling mengerjakan antara dua atau lebih objek.
Interaksi Berantai      Interaksi yang berkesinambungkan dari dua objek ke dua
                        objek berikutnya.
Interaksi Terpusat      Interaksi sebuah objek dengan objek-objek lain di
                        sekitarnya.
IPA                     Ilmu yang digunakan untuk mempelajari cara alam bekerja
Keterampilan Berpikir   Kemahiran/kematangan seseorang dalam melakukan suatu
                        pemikiran, sehingga hasil berpikirnya tepat dan dapat
                        diterima orang lain.
Objek                   Benda atau energi.
Peristiwa               Proses atau perubahan yang terjadi di alam. Ada peristiwa
                        yang dapat diamati dan ada yang tidak teramati.
Prinsip                 Deskripsi atau persamaan parametrik mengenai objek dan
                        fenomena alam yang diperoleh secara empiris.
Prinsip Segitiga        Deskripsi objek, interaksi, dan peristiwa alam yang
Pengkajian Alam         dipelajari dalam IPA.
Teknik Berpikir         Cara berpikir yang dilakukan untuk dapat memikirkan
                        sesuatu dengan hasil tepat dan dan dapat diterima orang
                        lain.




                                                                                46
DAFTAR PUSTAKA


Amor, Adlai J., Icamina, Paul M., dan Laing, Mack. 1988. Wartawan dan Penulisan IPA
            (Terjemahan: S. Maimun). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Chay Asdak. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
          Gadjah Mada University Press.

Carin, Arthur A. & Sund, Robert B. 1985. Teaching Science Through Discovery. Ohio:
              Charles E. Merrill Publishing Company.

Davis, Mackenzie L., Cornwell, David A. 1991. Introduction to Environmental
          Engineering. New York: McGraww-Hill, Inc.

Monk, Martin & Osborne, Jonathan. 2000. Good Practice in Science Teaching , What
           research has to say. Philadelphia: Open University Press.

Osborne, Roger & Freyberg, Peter. 1985. Learning in Science. Auckland: Heineman.

Solomon, Joan. 1992. Science and Technology in Society, What is Technology?. Harfield:
            The Association for Science Education, College Lane.

Wellington, Jerry. 1989. Skills and Processes in Science Education. London: Routledge.




                                                                                     47

More Related Content

Similar to Berpikir Sederhana IPA

Profesi teknologi pembelajaran
Profesi teknologi pembelajaranProfesi teknologi pembelajaran
Profesi teknologi pembelajaranAyra Ako
 
Jurnal Richy Maryadi (5215083397)
Jurnal Richy Maryadi (5215083397)Jurnal Richy Maryadi (5215083397)
Jurnal Richy Maryadi (5215083397)richimaryadi
 
LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6
LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6
LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6Dwi Mardianti
 
Proposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimProposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimStr Balondero
 
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)Onal Lensun
 
SK KD Teknik Pemesinan.pdf
SK KD Teknik Pemesinan.pdfSK KD Teknik Pemesinan.pdf
SK KD Teknik Pemesinan.pdfDiamonSembiring2
 
1 11 2 tbsm
1 11 2 tbsm1 11 2 tbsm
1 11 2 tbsmMul Yana
 
Soal Jaringan Dasar
Soal Jaringan DasarSoal Jaringan Dasar
Soal Jaringan Dasarerikahmad2
 
Menghayati kurikulum sains
Menghayati kurikulum sainsMenghayati kurikulum sains
Menghayati kurikulum sainswmzuri
 
Pengantar Rekayasa.pptx
Pengantar Rekayasa.pptxPengantar Rekayasa.pptx
Pengantar Rekayasa.pptxD3KPLN2019
 
Ki kd pengelasan
Ki kd pengelasanKi kd pengelasan
Ki kd pengelasanteunmone1
 
Struktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMPStruktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMPsekolah maya
 
Bahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptx
Bahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptxBahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptx
Bahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptxAchmadArifudin4
 

Similar to Berpikir Sederhana IPA (20)

perkembangan Teknologi
perkembangan Teknologiperkembangan Teknologi
perkembangan Teknologi
 
Profesi teknologi pembelajaran
Profesi teknologi pembelajaranProfesi teknologi pembelajaran
Profesi teknologi pembelajaran
 
Jurnal Richy Maryadi (5215083397)
Jurnal Richy Maryadi (5215083397)Jurnal Richy Maryadi (5215083397)
Jurnal Richy Maryadi (5215083397)
 
RPP Hakikat Fisika
RPP Hakikat FisikaRPP Hakikat Fisika
RPP Hakikat Fisika
 
LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6
LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6
LTM Metode Penelitian_Pertemuan 1-6
 
Proposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimProposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakim
 
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
Makalah dampak perkembangan ipa dan teknologi terhadap kehidupan (copilation)
 
SK KD Teknik Pemesinan.pdf
SK KD Teknik Pemesinan.pdfSK KD Teknik Pemesinan.pdf
SK KD Teknik Pemesinan.pdf
 
1 11 2 tbsm
1 11 2 tbsm1 11 2 tbsm
1 11 2 tbsm
 
Soal Jaringan Dasar
Soal Jaringan DasarSoal Jaringan Dasar
Soal Jaringan Dasar
 
Menghayati kurikulum sains
Menghayati kurikulum sainsMenghayati kurikulum sains
Menghayati kurikulum sains
 
Pengantar Rekayasa.pptx
Pengantar Rekayasa.pptxPengantar Rekayasa.pptx
Pengantar Rekayasa.pptx
 
Ki kd pengelasan
Ki kd pengelasanKi kd pengelasan
Ki kd pengelasan
 
Silabus inov
Silabus inovSilabus inov
Silabus inov
 
Jpukhsr
JpukhsrJpukhsr
Jpukhsr
 
Struktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMPStruktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMP
 
Rangkuman buku informatika bab 1
Rangkuman buku informatika bab 1Rangkuman buku informatika bab 1
Rangkuman buku informatika bab 1
 
Manajemen lab-ipa-
Manajemen  lab-ipa-Manajemen  lab-ipa-
Manajemen lab-ipa-
 
Bahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptx
Bahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptxBahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptx
Bahan Tayang Lokakarya 05 PGP_Kolaborasi dalam Pengelolaan Program.pptx
 
ICTL
ICTLICTL
ICTL
 

More from NASuprawoto Sunardjo

PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012NASuprawoto Sunardjo
 
KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012
KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012
KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012NASuprawoto Sunardjo
 
POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012
POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012
POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012NASuprawoto Sunardjo
 
KTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURU
KTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURUKTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURU
KTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURUNASuprawoto Sunardjo
 
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAHPERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
PKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAH
PKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAHPKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAH
PKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANNASuprawoto Sunardjo
 
PKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANNASuprawoto Sunardjo
 
PKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASANNASuprawoto Sunardjo
 
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)NASuprawoto Sunardjo
 
GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH
GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH
GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH NASuprawoto Sunardjo
 
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAHKARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 

More from NASuprawoto Sunardjo (20)

Draft Kurikulum 2013
Draft Kurikulum 2013Draft Kurikulum 2013
Draft Kurikulum 2013
 
JUKNIS SPJ-BOS TAHUN 2012
JUKNIS SPJ-BOS TAHUN 2012JUKNIS SPJ-BOS TAHUN 2012
JUKNIS SPJ-BOS TAHUN 2012
 
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
 
TANYA JAWAB UN 2012
TANYA JAWAB UN 2012TANYA JAWAB UN 2012
TANYA JAWAB UN 2012
 
KRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONAL
KRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONALKRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONAL
KRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONAL
 
KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012
KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012
KISI-KISI SOAL UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012
 
SOSIALISASI UJIAN NASIONAL 2012
SOSIALISASI UJIAN NASIONAL 2012SOSIALISASI UJIAN NASIONAL 2012
SOSIALISASI UJIAN NASIONAL 2012
 
POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012
POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012
POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2011-2012
 
KTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURU
KTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURUKTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURU
KTI dalam PENGEMBANGAN PROFESI GURU
 
PERMASALAHAN KTI GURU
PERMASALAHAN KTI GURUPERMASALAHAN KTI GURU
PERMASALAHAN KTI GURU
 
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAHPERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH
 
LAPORAN PELAKSANAAN PKPS
LAPORAN PELAKSANAAN PKPSLAPORAN PELAKSANAAN PKPS
LAPORAN PELAKSANAAN PKPS
 
PKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAH
PKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAHPKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAH
PKPS - PEMBIMBINGAN DAN PELATIHAN PROFESIONAL GURU DAN ATAU KEPALA SEKOLAH
 
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
 
PKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
 
PKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN
 
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH (PKPS)
 
GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH
GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH
GAMBARAN UMUM PENILAIAN KINERJA PENGAWAS SEKOLAH
 
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAHKARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
 

Recently uploaded

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 

Recently uploaded (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 

Berpikir Sederhana IPA

  • 1. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SCIENCE EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE) JL. DIPONEGORO NO.12, TELP. (022) 4231191, FAX. (022) 4207922 BANDUNG 40115 2007
  • 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II IPA, TEKNOLOGI, DAN PENERAPANNYA 3 A. Hakikat IPA 3 B. Hakikat Teknologi 3 C. Hubungan IPA dan Teknologi 4 D. Penerapan IPA dan Teknologi 4 E. Implikasi IPA dan Teknologi dalam Pembelajaran IPA 5 BAB III ACUAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA 7 A. Prinsip Segitiga Pengkajian Alam 7 B. Indikator Alam 9 C. Menafsirkan Fenomena Alam 10 BAB IV IMPLEMENTASI KETERAMPILAN DAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA 17 A. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Percobaan IPA 17 B. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA dengan 34 Carta 37 C. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA di Lingkungan 43 BAB V RANGKUMAN 44 BAB VI EVALUASI 46 GLOSARIUM 47 DAFTAR PUSTAKA ii
  • 3. DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Segitiga Pengkajian Alam 7 Gambar 2. Diagram interkasi terpusat dan interaksi berantai. 9 Gambar 3. Percobaan pengaruh pembakaran terhadap volume udara dalam bejana. 12 Gambar 4. Susunan alat yang tidak cocok untuk percobaan air memuai bila dipanaskan. 13 Gambar 5. Gelembung udara dalam pipa air penyipat datar (waterpass). 14 Gambar 6. Percobaan pembakaran memerlukan udara. 15 Gambar 7. Percobaan udara untuk menyelidiki arah gerak udara panas. 19 Gambar 8. Pengungkit 25 Gambar 9. Serangga dan bukan serangga. 32 Gambar 10. Tiga zat yang akan diuji kemampuannya dalam mengindikasikan ada atau tidak adanya amilum pada bahan makanan. Contoh carta untuk mempelajari adaptasi morfologi. 33 iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN Keterampilan berpikir yang umumnya digunakan di SD meliputi keterampilan mengklarifikasi (memperjelas) masalah, mengajukan dugaan (hipotesis), menentukan yang harus diamati, mengurutkan objek (benda, zat, makhluk hidup, atau energi), menyusun format pencatatan data, mencari persamaan dan perbedaan, menafsirkan, menyusun pembahasan, dan menyimpulkan. Keterampilan-keterampilan berpikir tersebut akan tersusun dalam kegiatan mengkaji hubungan sebab-akibat, korelasi, pengelompokkan (generalisasi dan klasifikasi), serta pengujian zat yang terkandung dalam suatu bahan. Keterampilan berpikir adalah kemahiran seseorang dalam menghasilkan suatu pemikiran yang baik dan tepat. Potlot ditangan orang yang tidak terampil menggambar tidak akan menghasilkan gambar yang bagus, sebaliknya jika berada di tangan orang yang terampil menggambar, akan menghasilkan gambar yang bagus. Jika ingin terampil menggambar, siswa harus berlatih menggambar terus-menerus, sehingga ia dapat terampil menggambar. Sama seperti keterampilan menggambar, katerampilan berpikir perlu dilatihkan pada siswa, agar siswa terampil berpikirnya. Teknik berpikir adalah cara berpikir yang sudah bersifat teknis (berupa dasarnya saja, dapat diterapkan dan dikembangkan sendiri). Keterampilan berpikir memerlukan kemampuan menggunakan teknik berpikir yang sesuai dengan disiplin ilmu yang digunakan, karena itu dalam modul ini dibahas keterampilan dan teknik berpikir. Perlu dipahami bahwa peningkatan keterampilan berpikir perlu dilakukan oleh siswa melalui latihan terus-menerus dengan menggunakan teknik berpikir, karena itu, guru tidak akan dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dengan baik, jika teknik berpikir dalam IPA tidak dikuasai guru. Dalam modul ini, IPA dan Teknologi akan dibahas lebih dahulu, kemudian dibahas prinsip segitiga pengkajian alam. Kedua materi ini merupakan materi dasar yang dijadikan dasar teknik berpikir. Dalam Ipa dan Teknologi dijelaskan mengenai perbedaan 1
  • 5. konsep-konsep IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi. Dengan memahami perbedaan ini diharapkan dapat dipahami bahwa konsep-konsep IPA dibangun dari alam riil, karena itu memahami IPA tidak dapat hanya mempelajari konsepnya (pengetahuannya) saja, tetapi harus disertai dengan memahami alam riilnya. Dalam pembelajaran dengan percobaan atau di lingkungan diharapkan agar rekan-rekan guru berpikir realistis, sesuai dengan kenyataan. Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya (dalam percobaan atau di lingkungan) ada faktor-faktor yang berpengaruh yang tidak terdapat dalam konsep, tetapi ada dan harus diperhatikan. Yang terahir adalah bahwa konsep-konsep IPA digunakan dalam menjelaskan cara kerja produk teknologi. Keterampilan berpikir dan teknik berpikirnya yang merupakan materi inti dalam modul ini dibahas selanjutnya setelah kedua materi tersebut di atas. Dengan susunan seperti itu, modul ini diharapkan dapat membantu para pembaca memahami dan menggunakan keterampilan dan teknik berpikir dalam IPA untuk digunakan dalam pembelajaran IPA. 2
  • 6. BAB II IPA, TEKNOLOGI, DAN PENERAPANNYA A. Hakikat IPA Ilmu dalam bidang IPA dan pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam IPA dan teknologi. IPA dan teknologi mempelajari kajian yang sama, yaitu alam. Perbedaan keduanya terletak pada aspek yang dikajinya. Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA mencoba untuk memahami bagaimana alam bekerja dan mencoba mencari cara untuk mengendalikan alam. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA untuk membuat alat guna mengendalikan alam. Konsep-konsep IPA terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu yang belum diketahui orang, keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip atau teori yang dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan. Pengkajian ini merupakan pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi atau proses optimal yang diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi penjelasan dari objek (benda atau energi) dan peristiwa alam. Para ilmuwan menempatkan IPA sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan dan teknologi. B. Hakikat Teknologi Teknologi merupakan cara (proses) atau alat (produk) untuk membantu orang menghasilkan sesuatu. Contohnya kompor minyak tanah merupakan hasil teknologi untuk membantu orang untuk menyalakan api yang besarnya dapat diatur, menempatkan alat pemasak yang tepat di atas api itu, dan relatif aman. Teknologi merupakan teknik menyusun objek untuk menghasilkan suatu proses yang diharapkan, membuat konstruksi di alam dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja guna menghasilkan sesuatu yang diharapkan orang. Contoh teknik menyusun objek adalah pembuatan tape. Dalam pembuatan tape orang menempatkan (menyusun) ragi pada bagian-bagian tertentu dari singkong, lalu diperhitungkan berapa gram ragi untuk sekian kg singkong, dimana ditempatkannya singkong tersebut, berapa lama singkong itu menjadi tape, dan sebagainya. Penempatan ragi, pemilihan jenis singkong dan jenis ragi, perhitungan 3
  • 7. berapa gram ragi untuk sekian kg singkong, ditempatkan di mana, dan berapa lama menjadi tapenya merupakan kegiatan teknologi. Contoh teknologi untuk konstruksi alam adalah sengkedan, membuat sengkedan merupakan kegiatan teknologi. Ahli pertanian memperhitungkan kemiringan lereng yang akan dibuat sengkedan, kedalaman dan keluasan sengkedan, dan faktor-faktor lain yang perlu diperhitungkan. Contoh teknologi untuk alat adalah setrika listrik, setrika arang, kompor minyak tanah, dan banyak lagi alat-alat yang lain. Kegiatan teknologi melibatkan konsep-konsep IPA dan perhitungan (matematik). C. Hubungan IPA dan Teknologi Teknologi dapat dibentuk dari IPA, tetapi dapat juga terbentuk tanpa IPA. Teknologi tanpa IPA dapat diibaratkan sebagai mobil yang mesinnya hidup dan bergerak maju, tetapi tanpa sopir. Betapa berbahayanya mobil itu, karena dapat menabrak apa saja yang ada di depannya. Jika ada sopir di dalam mobil itu, sopir akan mengendalikan mobil, sehingga mobil itu aman dan bermanfaat bagi manusia, sopir itulah IPA. Jadi, IPA ada dalam teknologi dan mengendalikan teknologi, sehingga teknologi aman dan bermanfaat bagi manusia. Prinsip-prinsip dan teori-teori IPA dasar dan pengendalian alam dari IPA terapan digunakan dalam teknologi untuk menyusun objek-objek, membuat konstruksi di alam, dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja. D. Penerapan IPA dan Teknologi Aplikasi konsep-konsep IPA ditujukan untuk mengendalikan alam. Konsep-konsep IPA umumnya belum dapat diaplikasikan secara langsung untuk mengendalikan (mengelola) alam, karena di alam riil ada variasi-variasi yang tidak dapat diabaikan. Untuk pengendalian alam diperlukan percobaan (penelitian), agar aplikasi konsep yang tepat dapat diketahui. Dari percobaan itulah konsep-konsep penerapan IPA dibentuk untuk keperluan mengendalikan alam. Alam yang dikendalikan ada yang terdapat dalam bentuk alat-alat (produk teknologi) dan ada yang terdapat di lingkungan. Alat-alat dibuat dari bahan-bahan alam dari jenis dan kondisi yang sama dan digunakan pada kondisi dan situasi lingkungan yang relatif sama, 4
  • 8. sehingga proses dan hasil pengendalian alamnya pun relatif sama. Dengan demikian prinsip-prinsip IPA dalam teknologi dapat digunakan relatif tepat sama untuk setiap alat yang sama. Jika dalam alat-alat hampir tidak ada variasi alam, di lingkungan banyak variasi alam yang tidak dapat dihindarkan. Akibatnya prinsip-prinsip IPA terapan yang digunakan di lingkungan pada suatu tempat dan waktu tertentu tidak begitu dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda. Dengan demikian pengendalian alam di lingkungan lebih bervariasi, karena prinsip-prinsipnya perlu diuji pada setiap tempat dan waktu yang berbeda. Walaupun prinsip-prinsip IPA yang diperlukan untuk pengendalian alam itu sudah diujicoba melalui penelitian, tidak berarti bahwa prinsip-prinsip IPA dapat diterapkan secara langsung dengan tepat, karena variasi alam dapat menyebabkan proses dan hasil penerapan itu berbeda. Oleh karena itu, di lingkungan, bahkan juga dalam pembuatan alat, percobaan (penelitian) tetap diperlukan untuk mencari perlakuan atau tindakan yang tepat dalam pengendalian alamnya. Umumnya pengkajian penerapan IPA dilakukan untuk mencari perlakuan atau susunan benda yang interaksinya (saling mengerjakan) dapat menimbulkan kondisi atau proses optimal/maksimal seperti yang diharapkan. Pengkajian IPA ditujukan untuk mencari prinsip-prinsip dan tindakan pengendalian alam yang hasilnya dapat memenuhi harapan pengkaji. Hasil pengkajian penerapan IPA di lingkungan umumnya hanya digunakan untuk keperluan di tempat pengkajian itu dilakukan. Karena hasil pengkajian IPA di lingkungan kurang berlaku umum, hasil pengkajian di suatu tempat dan waktu tertentu hanya digunakan sebagai pembanding, penunjang, atau acuan perkiraan untuk pengkajian yang sama di tempat dan waktu yang berbeda. E. Implikasi IPA dan Teknologi dalam Pembelajaran IPA Pembelajaran penerapan konsep IPA dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan buku teks masih merupakan latihan menjelaskan dengan menggunakan konsep-konsep ideal pada objek dan fenomena yang ideal, yaitu yang mengabaikan faktor-faktor lain yang dalam kenyataannya ada dan berpengaruh dalam objek dan fenomena tersebut. Pembelajaran penerapan konsep dapat juga dilaksanakan dengan siswa menerapkan konsep-konsep IPA dalam percobaan di kelas atau di lingkungan. Penerapan konsep tersebut dilakukan dengan tidak membatasi pembahasan sebatas konsep-konsep IPA 5
  • 9. dasar, melainkan dikembangkan untuk membentuk konsep-konsep yang digunakan untuk mengendalikan alam, yaitu dengan memasukkan faktor-faktor yang tidak dimasukkan dalam konsep IPA dasar, tetapi ada di alam riil yang ditemukan siswa. Kompetensi aplikatif yang diperoleh siswa dari hasil belajarnya dengan percobaan IPA di kelas atau di lingkungan dapat menempatkan siswa sebagai orang yang mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat di masyarakat dan di lingkungan alamnya dengan baik dan berguna bagi siswa dan masyarakat dan membekali siswa dengan konsep-konsep dan kompetensi yang berguna untuk belajar di sekolah yang lebih lanjut. Pembelajaran IPA dalam teknologi merupakan pembelajaran mengenai penerapan IPA dalam teknologi. Pembelajaran itu tidak berarti mengganti mata pelajaran IPA dengan teknologi, melainkan memperdalam wawasan dan kompetensi siswa dalam menerapkan konsep-konsep IPA. Dalam pembelajaran IPA dalam teknologi itu, siswa belajar menerapkan konsep-konsep IPA dengan menjelaskan objek dan peristiwa alam yang dikendalikan oleh konstruksi alam atau alat. Kompetensi ini membantu siswa dalam menggunakan produk teknologi dan memperbaiki alat. Pembelajaran IPA dalam teknologi antara lain dilaksanakan dengan mengamati cara orang membuat sesuatu produk (misalnya membuat tape), mengamati konstruksi alam dan cara kerjanya (misalnya bendungan dan sengkedan tanah) dan alat (misalnya setrika). Sejauh mana siswa dapat menjelaskan teknologi di lingkungannya bergantung pada keterampilan berpikir siswa dan pengetahuan (konsep-konsep IPA) yang dipahaminya. 6
  • 10. BAB III ACUAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA A. Prinsip Segitiga Pengkajian Alam Objek (benda mati, zat, makhluk hidup, atau energi) di alam banyak jenisnya dan bermacam-macam kondisinya. Objek-objek itu secara alamiah, atau melalui suatu perlakuan, berinteraksi (saling mengerjakan sesuatu) satu sama lain, sehingga menimbulkan fenomena (gejala atau peristiwa yang dapat diamati) atau peristiwa yang tidak teramati. Fenomena atau peristiwa tidak teramati dapat berupa sesuatu bentuk yang baru, seperti interaksi antara muatan positif pada awan yang satu dengan muatan listrik pada awan yang lainnya menyebabkan loncatan elektron. Fenomena yang teramati oleh kita dari loncatan elektron itu adalah kilat. Fenomena atau peristiwa yang tidak teramati dapat juga berupa perubahan keadaan atau situasi objek (hubungan antar objek atau keadaan objek di lingkungannya), misalnya daun yang asalnya segar menjadi layu, besi yang asalnya dingin menjadi panas, dan air yang menguap. Semua hal itu, objek, interaksi, dan peristiwa dipelajari dalam IPA. Penjelasan semua itu dilakukan dengan menggunakan parameter (variabel yang dapat diukur). Disamping itu variabel yang lain, seperti warna, kekasaran, dan lain-lain yang tidak ditunjukkan dengan ukuran digunakan untuk menambah penjelasan dalam IPA. Interaksi antar Objek Objek Peristiwa Gambar 1. Diagram Segitiga Pengkajian Alam. Setiap objek memiliki kondisi, zat-zat yang terkandung di dalamnya, dan sifat objek. Jika objek-objek itu ditempatkan sedemikian rupa, objek-objek akan berinteraksi, contohnya jika sebuah bola ditempatkan dalam air, bola akan berinteraksi dengan air, sehingga menimbulkan gaya ke atas oleh air pada bola. Interaksi antar objek menimbulkan peristiwa. Contohnya jika bola tersebut rapat massanya (massa jenisnya) lebih kecil 7
  • 11. daripada air dan jika bola tersebut ditenggelamkan dalam air kemudian dilepas, air akan mengerjakan gaya ke atas pada bola, sehingga bola bergerak naik ke permukaan air. Dalam IPA, keadaan objek seperti panas dan berat dijelaskan dengan menggunakan parameter, agar tepat menunjukkan kondisi objek. Kondisi objek seperti panas dan dingin tidak menunjukkan kondisi objek yang tepat. Oleh karena itu, untuk menunjukkan panas- dinginnya benda orang menggunakan parameter suhu dengan satuan yang dapat dipilih antara Celcius, Fahrenheit, Reamur, atau Kelvin. Kondisi objek dipelajari, karena dibutuhkan untuk menghasilkan suatu peristiwa yang diharapkan, misalnya untuk menggerakkan benda, atau membuat suatu produk. Kesalahan dalam memilih objek dan kondisinya dapat menyebabkan apa yang diharapkan tidak terjadi. Interaksi antar objek adalah sesuatu yang dikerjakan oleh 2 atau lebih benda yang disebabkan oleh kondisi atau kandungan tertentu dalam benda dan dinyatakan dengan parameter. Dua buah benda yang terpisah pada suatu jarak dapat saling tarik-menarik akibat benda itu bermassa, bermagnet, atau mengandung muatan listrik. Interaksi dapat juga terjadi akibat benda-benda bersinggungan. Contohnya sebuah bola dalam air berinteraksi dengan air, buku di atas meja berinteraksi dengan meja. Interaksi yang dipelajari dalam IPA umumnya merupakan interaksi antara 2 benda, contohnya hukum Archimedes dibentuk dari interaksi antara benda dan fluida, misalnya kayu dalam air; rumus gaya berat dibentuk dari interaksi antara benda (di permukaan atau di atas bumi) dengan bumi. Interaksi merupakan penyebab timbulnya perubahan pada benda atau energi. Daun menjadi layu, daging menjadi busuk, motor dapat bergerak, gempa bumi, dan semua peristiwa alam yang terjadi disebabkan oleh adanya interaksi antara objek. Interaksi terjadi oleh benda-benda yang bersentuhan, dalam suatu susunan atau rangkaian, dan dapat juga terjadi oleh benda yang tidak bersentuhan, yaitu oleh benda-benda yang bermuatan listrik, bermagnet, dan bermassa. Interaksi kompleks terdiri dari 2 jenis interaksi, yaitu interaksi terpusat dan interaksi berantai. Interaksi terpusat adalah interaksi sebuah benda/makhluk hidup dengan benda- 8
  • 12. benda/makhluk hidup lain di sekitarnya. Sedangkan interaksi berantai adalah interaksi yang berkesinambungan dari interaksi dua benda ke dua benda yang berikutnya. OS1 OS2 OU OU1 OU2 OU3 OS4 OS3 Keterangan: OU : Objek utama OS : Objek sekitarnya Gambar 2. Diagram interaksi terpusat dan interaksi berantai Peristiwa adalah perubahan yang terjadi pada sesuatu objek yang disebabkan oleh interaksi antara benda-benda atau antara benda dan energi. Seringkali perubahan pada suatu objek tidak dapat kita amati, untuk peristiwa yang tidak teramati kita menggunakan indikator untuk mengetahui peristiwa itu. Peristiwa yang teramati seringkali digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sesuatu yang telah terjadi (menginfer). Keperluan itu dapat digunakan untuk mempelajari konsep, penyebab, atau interaksi yang telah terjadi. B. Indikator Alam Konsep-konsep IPA dipelajari dari alam, oleh karena itu bagian alam yang dipelajari menjadi indikator alam bagi konsep tersebut. Contohnya jika siswa mempelajari konsep benda magnet dapat menarik besi, maka fenomena sepotong besi tertarik pada sepotong besi yang lain menunjukkan bahwa salah satu atau kedua besi itu bermagnet. Seringkali alam yang dipelajari siswa tidak teramati, contohnya jika siswa mempelajari udara yang panas bergerak ke atas, udara yang panas yang dipelajari siswa itu tidak teramati. Siswa memerlukan indikator untuk mengetahui peristiwa pada benda-benda yang tidak teramati. Contohnya untuk mengetahui udara itu panas atau tidak, kita dapat menggunakan tangan kita, termometer, atau memperhatikan ada atau tidaknya sumber panas, misalnya api, di sekitar udara itu. 9
  • 13. Dalam pembelajaran IPA indikator alam merupakan bagian yang penting yang harus diketahui siswa, karena dengan indikator alam itu, siswa akan menentukan konsep IPA yang mana yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu fenomena alam. Tentu saja konsep IPA yang digunakan siswa itu adalah konsep IPA yang sudah diketahui siswa. Ada tiga jenis indikator alam yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut ini. Pertama, indikator alam yang berupa segala sesuatu yang dimiliki objek, misalnya warna benda, kilapannya, kekasarannya, dan massanya. Contohnya jika sebuah benda mengkilap, siswa dapat menentukan bahwa benda itu mampu memantulkan cahaya dengan kuat. Kedua, indikator alam yang berupa hubungan antara dua objek (benda, makhluk hidup, atau energi). Indikator alam dari hubungan dua objek dapat berupa sentuhan, contohnya benda dalam air merupakan indikator alam yang menunjukkan adanya gaya ke atas oleh air pada benda. Indikator alam dari hubungan dua objek tidak selalu berupa sentuhan, contohnya benda di atas bumi, walaupun tidak bersentuhan dengan bumi, ditarik oleh bumi. Konsep IPA untuk benda-benda yang tidak bersentuhan adalah konsep gaya tarik bumi, gaya tarik magnet, dan gaya tarik benda-benda bermuatan listrik. Ketiga, indikator alam yang berupa peristiwa alam (proses atau perubahan alam). Contohnya baling-baling yang berputar menunjukkan adanya udara yang bergerak ke arah baling-baling. Contoh yang lainnya adalah air yang mengalir menunjukkan bahwa air itu memiliki energi gerak. C. Menafsirkan Fenomena Alam 1. Prosedur Umum Menafsirkan Fenomena Alam Menafsirkan fenomena alam adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh makna (pengertian) dari fenomena alam yang diamati. Bagi siswa, kegiatan menafsirkan alam dapat ditindaklanjuti dengan membentuk gagasan-gagasan baru atau menyelesaikan masalah. Membaca informasi tertulis dilakukan dengan menggunakan kata-kata (istilah-istilah) yang mengandung makna yang sudah dipahami oleh pembaca. Indikator alam digunakan sama seperti kata-kata, yaitu mengandung makna dan digunakan untuk memahami fenomena alam. Dalam mengkaji alam (mencari informasi dari alam) setiap indikator 10
  • 14. alam memiliki makna yang berupa konsep-konsep IPA. Indikator alam digunakan untuk menentukan konsep-konsep IPA yang berlaku, sedangkan konsep-konsep IPA digunakan untuk memahami dan menjelaskan alam. Membaca informasi tertulis dilakukan dengan teratur dari kiri ke kanan dan dari baris atas terus ke baris di bawahnya. Menafsirkan alam pun harus teratur, agar alam dapat dijelaskan dengan tepat. Menafsirkan berawal dari pengamatan dan pengamatan bergantung pada pola interaksi alam yang harus ditafsirkan. Jika polanya interaksi terpusat, pengamatan diawali dari objek pokok, lalu ke hubungan objek pokok dengan setiap objek di sekitarnya. Jika polanya interaksi berantai, pengamatan diawali dari objek yang menjadi sumber perubahan, lalu ke objek-objek selanjutnya yang berada dalam rantai interaksi tersebut. Kesalahan dalam mengurutkan objek-objek dapat menyebabkan kekeliruan dalam mengamati dan memahami peristiwa alam yang diamati. Interaksi terpusat merupakan interaksi kompleks yang sulit ditafsirkan siswa, karena siswa harus menggabungkan beberapa konsep dalam menafsirkannya, karena itu masalah interaksi terpusat hampir tidak pernah diberikan di SD. Umumnya interaksi yang dipelajari siswa di SD adalah interaksi berantai, yang relatif lebih mudah menafsirkannya. 2. Kekeliruan dalam Menafsirkan Fenomena Alam Dalam menafsirkan fenomena alam setiap benda atau energi yang bersentuhan dengan objek pokok akan mempengaruhi objek tersebut, karena itu semua objek yang berpengaruh terhadap objek pokok harus dipertimbangkan. Berikut ini contoh-contoh kekeliruan dalam menafsirkan fenomena alam. Contoh-1: Tidak memikirkan peristiwa yang tidak teramati. Ada orang yang berpendapat bahwa percobaan berikut ini dapat digunakan untuk menentukan persentase oksigen di udara. 11
  • 15. (a) (b) Gambar 3. Percobaan pengaruh pembakaran terhadap volume udara dalam bejana. Sebuah lilin diletakkan di atas sebuah piring (gambar 3.a). Kemudian piring itu diisi dengan air. Selanjutnya lilin itu dinyalakan dan ditutup dengan bejana gelas. Setelah lilin itu padam, air dari luar gelas masuk ke dalam gelas dan mengisi gelas kira-kira seperlima isi gelas. Berdasarkan peristiwa itu, orang kemudian mengatakan bahwa oksigen di dalam gelas habis terbakar dan banyaknya volum oksigen di dalam gelas sama dengan volum air yang masuk ke dalam gelas (gambar 3.a), yaitu seperlima isi gelas (20%). Banyaknya oksigen yang terbakar yang diperkirakan orang itu sebanyak 20% cocok dengan teori dari buku yang menyatakan bahwa banyaknya oksigen di udara adalah 20%. Benarkah itu? Selanjutnya bila kita menggunakan 2 lilin dalam percobaan itu (gambar 3.b), kita akan menemukan bahwa banyaknya air yang masuk ke dalam gelas lebih dari seperlima gelas. Hal itu menunjukkan bahwa dugaan pada percobaan dengan satu lilin, yaitu semua oksigen yang ada di dalam gelas itu terbakar habis dan volume air yang masuk sama dengan volume oksigen di dalam gelas adalah keliru. Kekeliruan dalam menafsirkan fenomena itu terjadi karena orang itu kurang mempertimbangkan hal-hal yang terlibat di dalam percobaan itu. Salah satu kekurangannya adalah tidak mempertimbangkan bahwa pada saat lilin menyala, udara di sekitar api lilin itu terpanasi sehingga mengembang. Ketika ditutup dengan gelas, udara yang ditutup gelas itu adalah udara yang mengembang. Akibatnya setelah api lilin padam, udara menjadi dingin dan menyusut, dan meninggalkan ruang yang lebih besar yang kemudian diisi oleh air. Kekeliruan yang kedua adalah tidak menggunakan pembanding. Jika percobaan dengan satu lilin itu ditambah dengan percobaan yang menggunakan dua 12
  • 16. lilin sebagai pembandingnya, kekeliruan dalam menafsirkan percobaan dapat dihindarkan. Contoh-2: Mengabaikan objek yang terlibat dalam fenomena yang diamati. Pipa kaca Udara Udara Air Gambar 4. Susunan alat yang tidak cocok untuk percobaan air memuai bila dipanaskan Suatu susunan alat percobaan seperti pada gambar 4. Percobaan dengan susunan alat itu dimaksudkan untuk menyelidiki air memuai bila dipanaskan. Beberapa orang yakin bahwa percobaan itu dapat digunakan untuk menyelidiki konsep “air memuai bila dipanaskan”, karena bila alat yang berisi air itu dipanaskan, permukaan air di dalam pipa kaca naik. Kesalahan susunan alat untuk konsep tersebut adalah adanya udara di dalam gelas itu. Karena ada udara di dalam gelas, permukaan air di dalam pipa kaca akibat gelas dipanaskan tidak dapat dipastikan oleh air yang memuai. Hal itu disebabkan udara di dalam gelas yang juga terpanaskan ikut memuai. Dengan demikian susunan alat di atas tidak dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa “air memuai bila dipanaskan”. Contoh-3: Ketidaktepatan konsep dengan objek atau peristiwanya. Pada buku-buku pelajaran IPA kadang dijumpai penyipat datar (waterpas) sebagai alat yang menerapkan konsep "permukaan air yang tenang selalu mendatar". Benarkah itu? Bila kita meneliti penyipat datar akan kita dapatkan air yang mengisi pipa pada penyipat datar itu berbentuk elips seperti pada gambar 5 berikut ini. 13
  • 17. Gelembung udara Air Gambar 5. Gelembung udara dalam pipa air penyipat datar (waterpass). Di dalam pipa yang berisi air itu terdapat gelembung udara. Tukang tembok yang menggunakan penyipat datar itu memeriksa kehorizontalan sesuatu benda dengan mengamati letak gelembung udara itu, bukan melihat datarnya permukaan air di dalam penyipat datar itu. Bila gelembung udara itu berada di tengah-tengah pipa, permukaan alat (balok kayunya) itu horizontal. Jadi, kesalahan dalam memasukkan penyipat datar sebagai alat yang menerapkan konsep "permukaan air yang tenang selalu mendatar" adalah dalam menentukan persamaan dan perbedaan permukaan air yang digunakan di dalam penyipat datar dengan permukaan air yang dimaksud di dalam konsep "permukaan air yang tenang selalu mendatar". Contoh 4: Tidak menggunakan konsep lain yang diperlukan. Seorang rekan mengajarkan konsep pemuaian gas oleh panas, termasuk udara. Agar siswanya memahami konsep tersebut, siswa diberi contoh penerapan konsep itu dengan menjelaskan bahwa jika sepeda dijemur terus di terik matahari, ban sepeda itu akan meletus. Seorang siswa yang kritis menceriterakan pengalamannya dengan sepedanya, menurut siswa itu ban sepedanya tidak pernah meletus, walaupun sepedanya terjemur terus di terik matahari. Dalam kasus ini rekan tersebut tidak mempertimbangkan tebalnya ban dalam sepeda dan adanya ban luar yang menahan ban dalam, sehingga kemungkinan ban sepeda itu meletus oleh panasnya sinar matahari sangat tipis. Contoh 5: Ketidaksesuaian dengan fakta yang ditafsirkan. Dalam percobaan pembakaran memerlukan udara digunakan percobaan seperti pada gambar berikut. 14
  • 18. Gambar 6. Percobaan pembakaran memerlukan udara. Dua buah lilin yang kira-kira sama besar dan tingginya diletakkan di atas meja dan dinyalakan. Kemudian salah satu lilin itu ditutup dengan gelas. Dalam waktu yang singkat lilin yang ditutup gelas meredup, lalu padam. Seorang rekan yang membelajarkan siswanya dengan percobaan itu menjelaskan bahwa percobaan itu membuktikan bahwa pembakaran memerlukan oksigen. Memang benar bahwa pembakaran memerlukan oksigen, tetapi pernyataan itu tidak dapat digunakan untuk percobaan tersebut, karena percobaan itu menggunakan udara. Walaupun di dalam udara itu ada oksigen, tetapi dari percobaan itu kita tidak mengetahui oksigen atau zat lain yang ada dalam udara yang digunakan pembakaran itu. Di sini kita harus berpikir sesuai dengan fakta, jangan karena di dalam buku dijelaskan bahwa yang diperlukan pembakaran itu oksigen, lalu percobaan itu ditafsirkan dengan konsep dari buku itu. Jika kita menginginkan percobaan itu menunjukkan oksigen diperlukan oleh pembakaran, gas yang harus digunakannya harus oksigen saja, tanpa ada gas-gas yang lain. Penafsiran dari percobaan itu seharusnya adalah “pembakaran memerlukan udara”. Pernyataan “pembakaran memerlukan oksigen” dapat diberitahukan pada siswa setelah percobaan ini, tetapi pernyataan itu hanya sebagai tambahan penjelasan untuk hasil percobaan itu. Perlu diperhatikan bahwa pernyataan “pembakaran memerlukan oksigen” diperoleh dari buku atau informasi yang lain, bukan dari percobaan ini. Contoh 6: Perbedaan pengertian pada satu istilah. Dua orang rekan berdebat tentang fotosintesis. Rekan yang satu menyatakan bahwa fotosintesis hanya dapat terjadi pada waktu siang hari saja, jika malam hari fotosintesis tidak terjadi. Rekan yang kedua menyatakan dengan tegas bahwa fotosintesis dapat terjadi pada waktu siang dan malam hari. Perbedaan pendapat antara kedua rekan itu akibat berbeda dalam memahami pengertian malam hari. Rekan yang satu memahami 15
  • 19. pengertian malam hari sebagai keadaan yang gelap gulita, tidak ada cahaya apa pun. Rekan yang kedua memahami keadaan malam hari sebagai keadaan tanpa cahaya matahari, tetapi cahaya dari sumber yang lain dapat saja ada, misalnya dari cahaya lampu. Kasus ini menunjukkan bahwa suatu istilah hendaknya benar-benar dipahami pengertiannya. Ada soal IPA di SD yang menanyakan “kapan fotosintesis terjadi?” dan jawabannya “siang hari”. Pertanyaan dengan jawaban yang singkat itu kurang baik, karena akan menimbulkan kesalahpahaman seperti pada kasus di atas. Contoh 7: Kekeliruan dalam menyusun kesimpulan. Dalam suatu pertemuan beberapa rekan melakukan percobaan erosi tanah oleh air. Sebuah kotak kayu yang diisi tanah tanpa tumbuhan dan kotak kayu yang diisi tanah yang berumput disiram air, lalu air dari kotak itu ditampung. Dari percobaan itu diperoleh tanah yang tidak ditumbuhi rumput banyak yang terbawa oleh air, sedangkan dari tanah yang berumput hanya sedikit. Rekan itu kemudian menuliskan kesimpulan percobaan itu dengan “gunung-gunung yang gundul (maksudnya tidak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan) harus ditanami (penghijauan), agar tanahnya tidak tererosi”. Pernyataan rekan itu tidak salah, tetapi rekan itu melakukan percobaannya dengan tanah dalam kotak, karena itu kesimpulannya harus mengenai erosi pada tanah dalam kotaknya. Jadi, pernyataan rekan tersebut bukan kesimpulan hasil percobaan, melainkan penerapan konsep yang diperolehnya dari percobaan itu. 16
  • 20. BAB IV IMPLEMENTASI KETERAMPILAN DAN TEKNIK BERPIKIR DALAM IPA A. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Percobaan IPA Kegiatan siswa mempelajari konsep-konsep IPA dari percobaan merupakan kegiatan berpikir dan berbuat yang berkesinambungan dari memikirkan sesuatu berlanjut ke memikirkan yang berikutnya. Para ilmuwan menyarankan memulai pemikiran dari memperhatikan kondisi objek dan fenomena yang terjadi saat ini, kemudian menentukan apa yang kita harapkan. Dari kesenjangan antara kondisi saat ini dengan yang kita harapkan itu timbulah masalah. Dalam pembelajaran IPA, kita dapat memulai dengan meminta siswa memperhatikan objek dan fenomena yang kita demonstrasikan melalui seperangkat alat dan bahan percobaan. Dari memperhatikan objek dan fenomena itu kita meminta siswa untuk menentukan masalah berdasarkan keingintahuan mereka. Kegiatan ini dapat disederhanakan dengan cara guru yang mengajukan masalah. Yang mana yang akan digunakan bergantung pada tujuan pembelajaran. Urutan berpikir untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada dasarnya mengikuti metode ilmiah. Urutan berpikir ini bukanlah suatu algoritma yang dihindari dalam dunia pendidikan, karena urutan berpikir ini merupakan suatu urutan yang masih umum yang berbeda dengan algoritma yang bersifat khusus. Algoritma itu seperti sebuah resep untuk membuat makanan, setiap langkahnya sudah berisi semua yang harus dilakukan lengkap dengan konsep-konsepnya. Setiap langkah metode ilmiah tidak mengandung apa yang harus dilakukan, melainkan hanya berisi rambu-rambu yang isinya harus dibuat sendiri, karena itu metode ilmiah tidak merupakan suatu algoritma. Pada dasarnya berpikir dalam IPA untuk pembelajaran di SD kita awali dengan memperhatikan objek dan fenomena. Perlu diperhatikan bahwa dalam menafsirkan akan terjadi perbedaan teknik berpikir bergantung pada jenis konsep atau masalah yang dipelajari siswa. Keterampilan berpikir dalam percobaan IPA meliputi keterampilan mengklarifikasi masalah, mengajukan dugaan (hipotesis), merancang percobaan, menentukan 17
  • 21. pembanding, mengamati, mengurutkan, membandingkan, menafsirkan, menyusun pembahasan, dan menyimpulkan. Karena keterampilan berpikir merupakan kemahiran/kematangan dalam melaksanakan pemikiran, bukan teknik (cara) berpikirnya, keterampilan berpikir siswa ditingkatkan dengan cara siswa dilatih terus dalam berpikirnya. Teknik berpikir mengandung suatu pengetahuan yang perlu dipahami untuk dilaksanakan. Karena itu, agar dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa, teknik berpikir harus dipahami dan digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Berikut ini teknik berpikir yang sesuai dengan jenis-jenis percobaan IPA yang biasa dilakukan di SD. 1. Teknik Berpikir dalam Mempelajari Hubungan Sebab-Akibat Memikirkan sesuatu memerlukan prasyarat pengetahuan (prerequisite) yang diperlukan untuk memikirkannya. Dalam mempelajari konsep-konsep IPA dari percobaan ada 3 jenis prasyarat pengetahuan, yaitu latar belakang masalah (dari mana masalah itu berasal), pengetahuan mengenai variabel-variabel (seperti suhu, gaya, dan volume) yang digunakan dalam konsep yang akan dipelajari, dan konsep- konsep yang terdapat dalam percobaan yang akan digunakan untuk membentuk konsep yang akan dipelajari. Latar belakang masalah diperlukan untuk mengetahui apa sebenarnya yang dipermasalahkan, dan juga diperlukan agar siswa memahami bahwa masalah dalam IPA berasal dari masalah yang ada di alam riil, di lingkungannya. Latar belakang masalah juga diperlukan untuk menyusun percobaan yang sesuai dengan asal masalah itu. Sedangkan variabel-variabel dan konsep-konsep dalam percobaan yang harus sudah diketahui diperlukan untuk menafsirkan hasil percobaan, sehingga dari percobaan itu siswa dapat menyusun konsep IPA dengan baik. a. Mengklarifikasi masalah Masalah dalam IPA merupakan suatu pertanyaan yang dapat dijawab dengan percobaan atau pengamatan. Masalah harus dipahami lebih dahulu oleh siswa, agar siswa dapat menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya. 18
  • 22. Mengklarifikasi masalah digunakan untuk mengetahui objek (benda, makhluk hidup, atau energi) apa yang dipermasalahkan, di mana posisi objek itu, dan bagaimana peristiwanya. Contoh masalahnya sebagai berikut ini. Bergerak kemanakah udara yang panas? Karena konsep IPA merupakan konsep yang berlaku umum, pertanyaannya tentu merupakan pertanyaan yang menanyakan gerak udara panas yang berlaku umum, yaitu yang berlaku di berbagai tempat dan keadaan, tetapi keadaan umum seperti itu akan menyulitkan siswa untuk memikirkan jawaban pertanyannnya. Untuk itu diperlukan suatu percobaan yang khusus yang dapat membantu siswa memikirkan jawaban masalah itu. Sebagai contohnya untuk membantu siswa menjawab masalah itu digunakan percobaan seperti pada gambar 7 berikut ini. Sebuah kertas spiral yang tergantung pada seutas benang ditempatkan di atas lilin yang akan dinyalakan dan dipadamkan. Dengan susunan alat seperti itu, udara yang akan dipelajari geraknya berada di antara lilin dan kertas spiral. Dengan demikian udara di berbagai tempat yang akan dipelajari arah geraknya itu diwakili dengan udara yang berada di antara lilin dan kertas Gambar 7. Percobaan spiral. Dengan percobaan itu masalah yang asalnya sulit udara untuk menyelidiki dijawab dipermudah dengan konsep yang diperolehnya arah gerak udara panas. berlaku umum, seperti pada masalah asalnya. (Sebenarnya untuk memperoleh konsep yang berlaku umum diperlukan beberapa percobaan pada kondisi dan situasi yang berlainan, sehingga keberlakuan umumnya dapat diterima.) Susunan alat pada percobaan membantu siswa untuk mengetahui posisi benda yang dipermasalahkan, yaitu berada di antara lilin dan kertas spiral, serta benda- benda yang harus diamati, yaitu benda-benda yang bersentuhan dengan benda yang dipermasalahkan (lilin dan kertas spiral). 19
  • 23. b. Mengajukan dugaan Mengajukan dugaan diperlukan untuk menentukan arah kegiatan. Apa yang akan dilakukan kemudian bergantung pada dugaan siswa saat ini. Dugaan merupakan jawaban sementara yang dapat diterima atau tidaknya akan diuji dengan percobaan. Karena itu siswa dapat memikirkan dugaan dengan cara menjawab masalah dengan menggunakan konsep-konsep yang sudah diketahuinya. Sebagai contohnya dugaan untuk contoh masalah di atas adalah udara yang panas bergerak ke atas. Dugaan tidak selalu harus dapat diterima (“benar”), siswa boleh membuat dugaan yang mungkin saja tidak akan sesuai dengan hasil percobaannya. c. Merancang percobaan Dalam suatu percobaan akan selalu terdapat perlakuan dan indikator alam. Perlakuan adalah suatu tindakan yang dilaksanakan untuk menjalankan percobaan. Sedangkan indikator alam digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap benda yang dipengaruhinya. Perlakuan dan indikator alam itulah yang akan kita amati. Dalam contoh ini, perlakuan yang digunakan adalah menyalakan lilin (untuk memanaskan udara). Sedangkan indikator alamnya adalah kertas spiral yang digunakan untuk mengetahui arah gerak udara panas itu. Dengan demikian siswa harus menentukan peristiwa yang terjadi pada udara dengan cara mengamati dan menafsirkan peristiwa pada lilin dan kertas spiral. Dalam praktiknya jika siswa belum dapat merancang percobaan, alat dan bahan serta langkah-langkah percobaan itu dapat diberitahukan oleh guru. d. Menentukan Pembanding Agar kebenaran penafsiran sesuai dengan kenyataan (dapat diterima) diperlukan pembanding yang digunakan untuk mengoreksi “kebenaran” penafsiran tersebut. Pembanding umumnya berupa suatu perlakuan yang berlawanan dengan perlakuan utamanya. Dalam contoh di atas akan dilakukan percobaan pada saat lilin menyala, karena itu pembandingnya adalah pada saat lilin padam. 20
  • 24. e. Menentukan urutan objek-objek dan fenomena yang harus diamati, serta format pencatatan datanya. Yang harus dipikirkan siswa selanjutnya adalah mengurutkan objek-objek yang harus diamati. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa udara yang dipermasalahkan berada di tengah-tengah di antara lilin dan kertas spiral. Dengan demikian urutannya adalah lilin, udara, dan kertas spiral. Matriks pencatatan data untuk perlakuan utama (udara dipanaskan) dan pembanding (udara tidak dipanaskan) dapat dibuat sebagai berikut. Benda Fenomena Kertas Spiral Udara Lilin f. Mengamati Karena yang harus diamati sudah direncanakan, pengamatan dilakukan terhadap peristiwa yang sudah direncanakan itu. Dalam contoh di atas pengamatan dilakukan terhadap peristiwa pada lilin, yaitu menyala (ada api) pada saat lilin dinyalakan dan padam (tidak ada api) pada saat lilin dipadamkan, dan peristiwa pada kertas spiral, yaitu berputar pada saat lilin dinyalakan dan tidak berputar (diam) pada saat lilin padam. Hasil pengamatan peristiwa dituliskan pada kolom peristiwa. Benda Peristiwa Kertas Spiral berputar Udara Lilin menyala 21
  • 25. Benda Peristiwa Kertas Spiral diam Udara Lilin padam g. Menafsirkan (mengidentifikasi dan menerapkan konsep yang berlaku) Menafsirkan dilakukan dengan menggunakan konsep yang berlaku pada objek dan peristiwa yang dipermasalahkan. Konsep-konsep itu harus sudah diketahui siswa. Dari percobaan di atas, siswa (harus) sudah mengetahui konsep yang menjadi prasyaratnya, dalam contoh ini adalah “benda yang berdekatan dengan api akan panas” dan “udara yang bergerak ke arah benda dapat menggerakkan benda (memutarkan baling-baling)”. Kedua konsep tersebut digunakan untuk menafsirkan keadaan udara pada saat lilin padam dan menyala. Benda Peristiwa Kertas Spiral berputar bergerak ke atas Udara panas Lilin menyala Benda Peristiwa Kertas Spiral diam diam Udara tidak panas Lilin padam h. Menyusun pembahasan (Menyusun hasil pengamatan dalam suatu penjelasan) Hasil penafsiran dengan kata-kata pada matriks di atas belum begitu komunikatif, karena itu diperlukan pembahasan untuk membuat kata-kata itu jelas maknanya. Di samping itu, siswa harus melatih keterampilan berkomunikasinya. Dalam kegiatan ini dilakukan dengan menyusun kalimat yang menjelaskan hubungan 22
  • 26. kata-kata yang ada dalam matriks, sehingga dapat dipahami maksudnya oleh orang lain. Contoh pembahasan hasil penafsiran di atas menggunakan kata-kata yang sudah ada dalam matriks, misalnya seperti berikut ini. Pada saat lilin menyala, udara panas. Udara yang panas bergerak ke atas memutarkan kertas spiral. Pada saat lilin padam, udara tidak panas. Udara yang tidak panas diam, sehingga kertas spiral pun diam. i. Menyimpulkan. Kesimpulan disusun dari hasil pembahasan yang digunakan untuk menjawab masalah. Berpikir dalam menyimpulkan dilakukan dengan mencari jawaban masalah dari hasil pembahasan. Hasil menjawab masalah itu kemudian dibandingkan dengan dugaan siswa yang dituliskan sebelum melakukan percobaan. Dari hasil membandingkan itu siswa mengambil keputusan apakah dugaannya dapat diterima atau tidak. Dari contoh di atas, kesimpulannya dapat seperti berikut ini. Udara yang panas bergerak ke atas. Sesuai dengan urutan berpikir di atas LKS untuk siswa mempelajari hubungan sebab- akibat dapat disusun seperti berikut. ARAH GERAK UDARA PANAS Pengantar: Sehari-hari kita mendapatkan udara yang bergerak (angin) dari timur ke barat atau sebaliknya. Jika di pantai kita juga menyaksikan udara yang bergerak dari laut ke darat atau dari darat ke laut. Adakah kemungkinan udara itu bergerak karena udara itu panas? Jika udara itu panas kemana arah geraknya? Sebelum kamu melakukan percobaan, buatlah kertas spiral, lalu gantungkan di atas mulutmu. Tiuplah kertas spiral itu, berputarkah kertas spiral itu? Berputar atau tidaknya kertas spiral dapat kita gunakan untuk mengetahui bergerak atau tidaknya udara di bawah kertas spiral itu. Masalah: Jika udara dipanaskan, ke arah manakah udara itu bergerak? 23
  • 27. Dugaan: .............................................................................................................. .............................................................................................................. .............................................................................................................. Alat dan Bahan: a. Benang b. Kertas spiral c. Lilin d. Korek api Percobaan: a. Buatlah kertas spiral, lalu gantungkan dengan benang. b. Gantungkan kertas spiral di atas lilin yang padam. c. Gantungkan kertas spiral di atas lilin yang menyala. Hasil Pengamatan dan Penafsiran: a. Percobaan 1: Kertas spiral di atas lilin yang menyala. Benda Peristiwa b. Percobaan 2: Kertas spiral di atas lilin yang padam. Benda Peristiwa Penjelasan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. Kesimpulan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 24
  • 28. 2. Teknik Berpikir dalam Mempelajari Korelasi Berpikir sederhana untuk mempelajari korelasi dilakukan dengan memikirkan pengaruh besar suatu variabel terhadap besar variabel yang lain melalui percobaan yang sederhana. Dalam praktiknya percobaan untuk korelasi dilakukan dengan mengubah-ubah besar suatu variabel dan mengukur variabel lain yang dipengaruhinya. Langkah-langkah berpikir dalam mempelajari korelasi sama seperti pada langkah-langkah berpikir dalam mempelajari hubungan sebab-akibat sebagai berikut ini. a. Mengklarifikasi masalah Sama seperti pada percobaan mempelajari hubungan sebab-akibat, dalam mempelajari korelasi pun mengklarifikasi masalah dilakukan untuk memahami posisi susunan objek-objek dan yang harus diperhatikan. Karena masalah pada korelasi merupakan masalah mengenai pengaruh besar suatu variabel terhadap besar variabel lain yang dipengaruhinya, siswa harus mengetahui lebih dahulu objek dan fenomena yang dipermasalahkan itu, pada objek mana variabel- variabel yang akan diukurnya dan alat ukur yang harus digunakannya. Masalah untuk korelasi merupakan masalah yang menanyakan pengaruh suatu variabel yang diubah besarnya terhadap variabel lain yang dipengaruhinya. Contohnya siswa akan mempelajari pengaruh perubahan lengan kuasa pada pengungkit terhadap besar kuasa yang digunakan untuk mengangkat beban sebagai berikut. Lengan beban Lengan kuasa Beban Kuasa Gambar 8. Pengungkit 25
  • 29. Untuk percobaan dengan pengungkit seperti pada gambar di atas, pertanyaan masalahnya umumnya menggunakan kata pengaruh seperti seperti berikut ini. Berpengaruhkah panjang lengan kuasa terhadap besar kuasa untuk menarik beban? Bagi siswa SD pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang sulit dipahami, karena itu ubahlah menjadi pertanyaan yang sederhana, misalnya: Jika lengan kuasa lebih panjang daripada lengan beban, akan lebih besarkah kuasa untuk mengangkat beban itu? (Jangan membuat pertanyaan: “Jika lengan kuasa lebih panjang atau lebih pendek daripada lengan beban, akan makin besar atau makin kecilkah kuasanya?” Pertanyaan ini cukup berbelit-belit, sehingga sulit dipahami maksudnya) b. Mengajukan dugaan Pada langkah ini siswa harus memikirkan jawaban untuk pertanyaan masalah. Dugaan yang merupakan jawaban masalah dapat dengan mudah dibuat siswa, karena pertanyaan masalah sudah jelas, siswa tinggal mengikuti kalimat pertanyaan masalah itu sesuai dengan dugaannya, dengan menggunakan kata- kata: “Makin ............................................, makin ..................................................” atau “Jika................................................, maka ....................................................” Misalnya siswa menyusun dugaannya seperti berikut. Makin lebih panjang lengan beban daripada lengan kuasa, makin kecil kuasa untuk mengangkat beban. c. Menentukan langkah-langkah percobaan dan pengukuran. Agar dapat memikirkan langkah-langkah percobaan, siswa harus memikirkan hubungan antara masalah dan bendanya yang dalam contoh ini adalah pengungkit. Dalam contoh ini, masalahnya adalah jika makin panjang lengan kuasa daripada lengan beban, akan makin besarkah kuasa untuk mengangkat beban? Dalam masalah itu jelas disebutkan lengan kuasa lebih panjang daripada lengan beban. Dengan demikian dalam langkah-langkah percobaannya dilakukan dengan 26
  • 30. mengubah-ubah panjang lengan kuasa, yang otomatis akan mengubah panjang lengan beban, dan mengukur besar kuasanya. Kalimat selanjutnya adalah akan makin besarkah kuasa untuk mengangkat beban? Dari pertanyaan ini dapat diketahui bahwa yang perlu diukur selanjutnya adalah besar kuasanya. Dengan demikian format pencatatan datanya disusun sebagai berikut. Berat beban: ........ N No. Lengan beban Lengan kuasa Kuasa (L1) (L2) N Perhatikan bahwa berat beban tidak diubah-ubah, agar pengaruhnya tetap, sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam konsep yang akan dibentuk. Sama seperti pada percobaan mempelajari hubungan sebab-akibat, pada percobaan ini pun diperlukan pembanding untuk memperkuat konsep yang diperoleh siswa dari percobaan itu. Pembandingnya dilakukan dengan mengubah panjang lengan kuasa dengan perubahan yang berlawan. Jika percobaan pertama panjang lengan kuasanya ditambah terus, pada percobaan kedua panjang lengan kuasanya dikurangi terus (panjang lengan bebannya ditambah terus). d. Mengukur Sesuai dengan daftar variabel yang disusun pada tabel, untuk contoh ini pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang lengan beban, lengan kuasa, dan besar kuasa. Pengubahan panjang lengan kuasa akan membuat panjang lengan beban berubah, karena itu pengubahannya cukup dilakukan dengan mengubah-ubah panjang lengan kuasa dengan besar perubahan yang tetap, lalu panjang lengan beban diukur dan dicatat dalam tabel. Besar kuasa diukur dengan menarik alat ukur yang tergantung pada ujung lengan kuasa sampai lengan pengungkit itu sama tingginya dari permukaan meja. 27
  • 31. e. Menyusun Pembahasan (Mengkomunikasikan) Hasil pengukuran yang ditulis dalam tabel masih berupa angka-angka. Pada tahap pembahasan ini siswa belajar menjelaskan angka-angka hasil pengukurannya itu dengan kalimat-kalimat yang dituliskannya pada bagian pembahasan ini. Pembahasan hasil percobaan, yang merupakan penafsiran, dilakukan dengan membandingkan naik turunnya perubahan panjang lengan kuasa dengan naik turunnya perubahan besar kuasa, misalnya seperti berikut ini. Jika lengan kuasa ditambah terus panjangnya, sehingga makin lebih panjang daripada lengan beban, kuasa untuk menarik beban itu makin kecil. Jika lengan kuasa dikurangi terus panjangnya, sehingga makin lebih pendek daripada lengan beban, kuasa untuk menarik beban itu makin besar. f. Menyimpulkan Sama seperti pada percobaan mempelajari hubungan sebab-akibat, pada percobaan ini pun kesimpulan dilakukan dengan menjawab pertanyaan masalah dengan menggunakan hasil pembahasan. Hasilnya dibandingkan dengan dugaan siswa yang telah dituliskannya sebelum melakukan percobaan. Dapat diterima atau tidaknya dugaan siswa bergantung pada hasil membandingkan itu. Kesimpulan untuk contoh percobaan korelasi di sini misalnya seperti berikut ini. Makin lebih panjang lengan kuasa daripada lengan beban, makin kecil kuasanya. Sebaliknya makin lebih pendek lengan kuasa daripada lengan beban, makin besar kuasanya. Sesuai dengan urutan berpikir di atas, LKS untuk siswa mempelajari adanya korelasi dapat disusun seperti berikut. PENGUNGKIT Masalah: Jika lengan kuasa dibuat lebih besar daripada lengan beban, akan makin besar atau makin kecilkah besar kuasanya? 28
  • 32. Dugaan:................................................................................................................... .............................................................................................................. .............................................................................................................. Alat dan Bahan: a. Pengungkit b. Beban c. Neraca pegas Percobaan: a. Gantungkan beban pada salah satu lengan pengungkit. b. Gantungkan neraca pegas pada ujung lain pengungkit itu. c. Tarik neraca pegas ke bawah sampai pengungkit dalam keadaan seimbang. d. Ubah-ubah panjang lengan beban dan lengan kuasanya. e. Lakukan hal yang sama seperti pada langkah b dan c. Hasil Pengamatan: L1 L2 Beban Kuasa Berat beban: ........ N No. Lengan beban Lengan kuasa Kuasa (L1) (L2) N Pembahasan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. Kesimpulan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 29
  • 33. 3. Teknik Berpikir dalam Mempelajari Pengelompokkan Di SD siswa mempelajari dua jenis pengelompokkan, yaitu pengelompokkan benda berdasarkan sifatnya (generalisasi) dan pengelompokkan benda berdasarkan ciri- cirinya (klasifikasi). Sifat benda, yang belum diketahui, tidak dapat diketahui dengan memperhatikan bentuk atau ciri-ciri lain benda itu, melainkan harus dengan menginteraksikan benda itu dengan energi atau dengan benda lain. Sebagai contohnya untuk mengetahui benda-benda yang dapat menghantarkan listrik dilakukan dengan menyambungkan benda-benda itu pada rangkaian listrik. Di samping itu pada percobaan ini siswa belajar menentukan (mengidentifikasi) benda-benda yang mewakili satu atau beberapa jenis benda. a. Menggeneralisasikan Menggeneralisasikan adalah membentuk konsep yang berlaku umum. Walaupun disebut berlaku umum, tetapi ada batasnya. Contohnya tidak semua benda dapat menghantarkan listrik dengan baik, hanya benda-benda dari jenis logam saja yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Walaupun demikian jenis logam saja sudah menunjukkan bahwa banyak benda (semua benda logam) yang merupakan penghantar listrik yang baik. Menggeneralisasikan dilakukan dengan memperhatikan kesamaan sifat atau peristiwa dari objek-objek yang berbeda. Dalam pembelajaran menggeneralisasikan, siswa dilatih untuk menentukan objek-objek yang mewakili suatu kelompok objek dan mencari persamaan dan perbedaan dari objek-objek tersebut. Sebagai contohnya perhatikan LKS berikut ini. PENGHANTAR DAN BUKAN PENGHANTAR LISTRIK Masalah: Bahan apakah yang menghantarkan listrik? Dugaan: .............................................................................................................. .............................................................................................................. .............................................................................................................. Alat dan Bahan: a. Batu batere dan dudukannya. 30
  • 34. b. Lampu pijar kecil. c. Kabel-kabel listrik. d. Kawat tembaga, batang aluminium, batang kayu, kaca, gabus, batang seng, paku besi, dan potongan keramik. Percobaan: a. Buat rangkaian listrik seperti pada gambar 9 berikut ini. b. Sentuhkan kedua ujung kabel listrik yang terbuka pada setiap bahan yang akan diuji. Hasil Pengamatan: Lampu Batu Bahan yang batere diuji Jenis Bahan Lampu Menghantarkan listrik Keterangan: Kolom Lampu diisi dengan: Menyala atau Padam. Kolom Menghantarkan listrik diisi dengan: Ya atau Tidak Pembahasan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. Kesimpulan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................ 31
  • 35. b. Mengklasifikasikan Klasifikasi dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri objek yang akan diklasifikasikan berdasarkan satu atau lebih ciri, misalnya mengklasifikasi hewan yang termasuk serangga dilakukan berdasarkan jumlah kaki, jumlah bagian badan dan kepala, dan antene yang dimiliki hewan itu seperti pada gambar berikut ini. a b c d Gambar 11. Serangga dan bukan serangga. Gambar 9. Serangga dan bukan serangga. Pada gambar di atas tampak bahwa cengkerik (gambar 11.a), kumbang kepik (gambar 11.b), dan lalat (gambar 11.c) memiliki 3 pasang kaki, sedangkan laba-laba (gambar 11.d) memiliki 4 pasang kaki. Dari perbedaan ciri ini dapat ditentukan bahwa cengkerik, kumbang kepik dan lalat termasuk kelompok serangga, sedangkan laba- laba bukan serangga. Format pencatatan data untuk pembelajaran mengklasifikasikan dapat dibuat sendiri, misalnya seperti berikut ini. Hasil Pengamatan: Hewan Badan dan Kaki Antene Sayap Kepala 32
  • 36. 4. Teknik Berpikir dalam Menguji Bahan Percobaan untuk mengetahui kondisi atau zat yang terkandung dalam suatu bahan digunakan untuk mencari bahan yang memiliki sifat atau zat tertentu yang diperlukan. Percobaan ini umumnya banyak dilakukan dalam IPA. Dalam percobaan ini diperlukan indikator yang digunakan untuk menunjukkan jenis zat yang terkandung dalam suatu bahan, seperti contoh berikut ini. Format pencatatan datanya dapat dibuat sendiri seperti pada contoh-contoh terdahulu. Uji Makanan 1. Tahap pencarian zat penguji Beberapa makanan yang diketahui mengandung amilum dan beberapa makanan yang diketahui tidak mengandung amilum disediakan dalam tempat-tempat yang terpisah. Beberapa zat yang akan diuji dalam kemampuannya memberi tanda ada atau tidak adanya amilum dalam makanan disediakan, misalnya lugol, larutan benedict, dan larutan yang lainnya. Gambar 10. Tiga zat yang akan diuji kemampuannya dalam mengindikasikan ada atau tidak adanya amilum pada bahan makanan. Setiap zat itu kemudian diteteskan kedalam makanan-makanan itu dan dilihat hasilnya. Zat yang dapat memberi tanda khas yang sama pada setiap makanan yang mengandung amilum dan tidak memberi tanda khas pada makanan yang tidak mengandung amilum dipilih sebagai zat yang dapat digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya amilum dalam sesuatu makanan. 33
  • 37. 2. Tahap penggunaan zat penguji Penggunaan zat penguji dilakukan dengan bahan-bahan makanan lain yang belum diketahui mengandung amilum atau tidak. Zat yang terpilih dari pengujian itu digunakan untuk menentukan bahan makanan yang mengandung amilum dari bahan-bahan makanan tersebut. B. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA dengan Carta Tidak semua yang ada di alam ini dapat dibawa kelas, jika kita perhatikan lebih banyak objek yang tidak dapat dibawa ke kelas daripada yang dapat dibawa ke kelas. Untuk mengatasi ketiadaan objek yang akan dipelajari siswa digunakan carta yang menggambarkan objek dan fenomena alam Carta digunakan untuk membantu siswa berpikir dengan cara memperhatikan bentuk, warna, dan memikirkan pengertian dari setiap gambar itu dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan dari guru. Gambar mampu memberikan gambaran mental yang lebih baik daripada kata-kata. Dengan bantuan gambar, siswa melatih keterampilan berpikirnya dalam mencari persamaan dan perbedaan untuk memahami konsep-konsep yang dipelajarinya melalui gambar-gambar dalam carta itu. Agar siswa berhasil memahami konsep-konsep IPA dari carta, carta yang digunakan hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut. 1. Gambar-gambar dalam carta memberi informasi (fakta) sesuai dengan yang diperlukan siswa untuk memahami konsep melalui gambar itu. 2. Gambar mengandung hal-hal yang dapat dibandingkan, sehingga siswa dapat membentuk hubungan yang diperlukan (konsep) dengan memikirkan persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam gambar. 3. Gambar harus membantu siswa memikirkan konsep yang harus dipahaminya, sehingga siswa tidak perlu membayangkan sesuatu untuk memikirkan konsep yang harus dipahaminya. 4. Tanda panah atau beberapa gambar yang menggambarkan proses diperlukan untuk membantu siswa memahami sesuatu proses. 34
  • 38. 5. Bentuk, jika mungkin warna, persamaan dan perbedaan, atau urutan dari gambar- gambar dalam carta harus jelas. Teknik berpikir yang digunakan dalam kegiatan ini adalah siswa menentukan gambar yang harus diperhatikannya dan mencari persamaan dan perbedaan gambar-gambar itu berdasarkan masalah yang diajukan guru, serta mengkomunikasikan hasil pemikirannya dalam bentuk kalimat-kalimat lisan atau tertulis. Contoh Carta dan Pertanyaan Pokoknya: Bebek Elang Pelatuk Paruh Bebek Paruh Elang Paruh Pelatuk 35
  • 39. Kaki Bebek Kaki Elang Kaki Pelatuk Gambar 11. Contoh carta untuk mempelajari adaptasi morfologi. Pertanyaan yang digunakan 1. Apa perbedaan antara paruh bebek dengan paruh elang? (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek dan paruh elang, lalu menjawab) 2. Apa perbedaan antara paruh elang dengan paruh pelatuk? (Siswa memperhatikan gambar paruh elang dan paruh pelatuk, lalu menjawab) 3. Apa yang biasa dimakan oleh bebek? (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek dan mengingat pengalamannya sewaktu melihat bebek, jika siswa keliru guru dapat memperbaikinya) 4. Dimana bebek mencari makan? (Siswa mengingat dari pengalamannya, jika siswa keliru guru dapat memperbaikinya) 5. Sesuaikah paruh bebek dengan makanannya? (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek, lalu menjawab) 6. Apa yang biasa dimakan oleh elang? (Siswa memperhatikan gambar paruh elang dan mengingat pengalamannya sewaktu melihat elang, jika siswa kurang mengetahui guru dapat menceriterakan elang) 7. Dimana elang mencari makan? (Siswa mengingat dari pengalamannya, jika siswa keliru guru dapat memperbaikinya) 8. Sesuaikah paruh elang dengan makanannya? (Siswa memperhatikan gambar paruh elang, lalu menjawab) 36
  • 40. 9. Jika paruh bebek seperti paruh elang, dapatkah bebek mencari makanan di lumpur? (Siswa memperhatikan gambar paruh bebek dan paruh elang, lalu menjawab) 10. Sesuaikah paruh bebek dengan tempat mencari makanannya? (Siswa memperhatikan gambar bebek yang ada di lumpur, lalu menjawab) 11. Dimanakah elang hinggap? (Siswa memperhatikan gambar elang yang hinggap di cabang pohon, lalu menjawab) 12. Jika kaki elang sama seperti kaki bebek, dapatkah elang hinggap di cabang pohon (Siswa memperhatikan gambar cakar elang dan cakar bebek, lalu menjawab) 13. Sesuaikah kaki elang dengan tempat hinggapnya? (Siswa memperhatikan gambar cakar elang, lalu menjawab) 14. Dimanakah bebek mencari makanan? (Siswa memperhatikan gambar kaki bebek, lalu menjawab) 15. Jika kaki bebek seperti kaki elang, dapatkah bebek berdiri di lumpur? (Siswa memperhatikan gambar cakar elang dan cakar bebek, lalu menjawab) 16. Sesuaikah kaki bebek dengan tempat mencari makanannya? (Siswa memperhatikan gambar kaki bebek, lalu menjawab) C. Keterampilan dan Teknik Berpikir dalam Pembelajaran IPA di Lingkungan Lingkungan, seperti halaman sekolah, tanah lapang, kebun, kolam, dan sungai merupakan sumber belajar bagi siswa. Apa yang akan dipelajari dari lingkungan disesuaikan dengan konsep IPA yang akan dipelajari atau diterapkan pada lingkungan itu. Pembelajaran IPA di lingkungan umumnya digunakan untuk membelajarkan siswa menafsirkan hubungan antara dua objek berdasarkan kondisi objek, dapat juga lebih, tetapi jangan terlalu banyak, agar siswa dapat memikirkannya dengan baik. Salah satu teknik berpikir yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan adalah memikirkan hubungan dua objek yang dapat dilakukan dengan siswa memikirkan hubungan antara makhluk hidup dengan tempat tinggalnya, makhluk hidup dengan objek 37
  • 41. di sekitarnya, kelembaban tanah dengan penutupnya, suhu udara dengan ruang yang ditempati udara tersebut, dan hubungan-hubungan objek yang lainnya. Seringkali hubungan objek di lingkungan dipelajari dengan menggunakan pembanding, agar penafsiran objek itu relatif benar. Contohnya jika siswa mempelajari tempat ikan hidup di sungai, siswa dapat membandingkan bagian sungai yang ditempati ikan itu dan bagian sungai yang lain yang tidak ditempati ikan itu. Perbedaan antara kedua tempat itu dapat digunakan untuk memikirkan mengapa ikan itu hanya mendiami bagian sungai tertentu. Format pengamatan lingkungan berikut ini dapat digunakan siswa SD dalam mempelajari lingkungan. Kelompok: ............................................................................................. Nama : 1. ......................................................................................... 2. ......................................................................................... 3. ......................................................................................... Kelas/Semester: ..................................................................................... Sekolah : ..................................................................................... Waktu dan Lokasi 1. Hari/Tanggal: ................................................................................. 2. Jam : ................................................................................. 3. Lokasi : ................................................................................. 4. Cuaca : ................................................................................. Alat dan Bahan 1. ...................................................................................................... 2. ...................................................................................................... 3. ...................................................................................................... Pengamatan Objek Utama: ................................................................................................. Keadaannya: 1. ......................................................................................... 2. ......................................................................................... 3. ......................................................................................... 38
  • 42. Objek Pembanding: ............................................................................................. Keadaannya: 1. ........................................................................................ 2. ........................................................................................ 3. ....................................................................................... Pembahasan 1. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 3. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Kesimpulan ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... Pengisian Format Pengamatan Lingkungan Kelompok: diisi dengan nomor kelompok siswa. Nama: diisi dengan nama-nama siswa dalam kelompok tersebut. Kelas/Semester: diisi dengan kelas dan semester yang sedang diikuti siswa. Sekolah: diisi dengan nama sekolah. Waktu dan Lokasi Hari/tanggal: diisi dengan hari dan tanggal pengamatan. Jam: diisi dengan jam pengamatan. Lokasi: diisi dengan lokasi pengamatan. Alat dan Bahan Diisi dengan nama alat dan bahan untuk pengukuran yang diperlukan. Alat dan bahan menggunakan apa yang tersedia di sekolah. Variabel objek yang diamati dapat diukur dengan menggunakan alat-alat ukur yang tersedia. Jika variabel objek yang diamati 39
  • 43. tidak dapat diukur, karena tidak ada alat ukurnya, dapat digunakan taksiran (perkiraan). Pengamatan Objek Utama: Objek utama adalah objek yang akan dipelajari siswa. Keadaannya: Diisi dengan keadaan objek utama yang diamati dan diisi dengan ukuran/taksiran besar variabel-variabel pada keadaan objek utama. Variabel-variabel ini digunakan untuk menafsirkan penyebab keadaan objek utama. Objek Pembanding: Objek pembanding adalah objek yang segala sesuatunya hampir sama dengan objek utama, hanya berbeda satu hal dari objek utama. Objek pembanding ini akan digunakan untuk mengoreksi dugaan-dugaan yang dihasilkan dari hasil menafsirkan variabel- variabel pada objek utama. Keadaannya: Diisi dengan keadaan objek pembanding dan diisi dengan ukuran/taksiran besar variabel pada keadaan objek pembanding. Variabel-variabel ini digunakan untuk menafsirkan penyebab keadaan objek pembanding dan digunakan untuk mengoreksi hasil penafsiran pada objek utama. Pembahasan Diisi dengan penjelasan yang merupakan hasil memikirkan persamaan dan perbedaan antara objek utama dan objek pembanding. Setiap variabel yang dicatat pada kolom keadaan objek utama dan objek pembanding dibahas satu per satu. Kesimpulan Diisi dengan kesimpulan yang merupakan inti pembahasan. Siswa menarik kesimpulan dari membaca pembahasan yang telah disusunnya. 40
  • 44. Contoh Pengisian Format Pengamatan Lingkungan: Identitas Kelompok: I Nama : 1. Amin 2. Iman 3. Aman Kelas/Semester: Y/1 Sekolah : SD 2. Waktu dan Lokasi 1. Hari/Tanggal: 5 Agustus 2005 2. Jam : 08.30 s.d. 09.00 3. Lokasi : Sudut utara halaman belakang SD 2. 4. Cuaca : Cerah Alat dan Bahan Mistar Pengamatan 1. Objek Utama: Tanah luas 10 x 10 cm yang telah lama ditutupi batu di tengah lapang rumput. Keadaannya: 1. Tanah basah. 2. Tanah lunak. 3. Ada seekor hewan kaki seribu. 4. Ada 6 ekor semut merah. 2. Objek Pembanding: Tanah luas 10 x 10 cm yang terbuka di tengah lapang rumput. Keadaannya: 1. Tanah kering. 2. Tanah keras. 3. Tidak ada hewan kaki seribu 4. Ada 3 ekor semut merah. 41
  • 45. Pembahasan: a. Tanah yang telah tertutupi batu basah, karena tidak tersinari oleh cahaya matahari, sehingga air pada tanah itu tidak menguap. Sedangkan tanah yang tidak tertutupi batu kering, karena tersinari cahaya matahari, sehingga air pada tanah itu menguap. b. Tanah yang telah tertutupi batu lunak, karena tanahnya basah. Sedangkan tanah yang tidak tertutupi batu keras, karena tanahnya kering. c. Tanah yang tertutupi batu dihuni hewan kaki seribu, diduga karena tanahnya lunak dan tidak tersinari cahaya matahari. Tanah yang tidak tertutupi batu tidak dihuni hewan kaki seribu, diduga karena keras dan tersinari cahaya matahari. d. Tanah yang tertutupi batu dihuni 5 ekor semut merah, yang tidak tertutupi batu dihuni 3 ekor semut merah. Diduga semut merah dapat menghuni tanah yang lembab dan yang kering, tetapi lebih banyak yang menghuni tanah yang lembab. Kesimpulan: Tanah yang lama tertutupi batu lembab dan lunak. Hewan kaki seribu dan semut merah dapat menempati tanah yang tertutupi batu. 42
  • 46. BAB V RANGKUMAN 1. IPA adalah ilmu yang mempelajari cara alam bekerja dan cara mengendalikan (mengelola) alam. Karena itu, IPA dipelajari untuk memenuhi kebutuhan siswa di alam lingkungannya dan di masyarakat. 2. Konsep IPA dasar merupakan konsep ideal. Dalam penerapannya di alam riil konsep IPA dasar itu harus dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor lain yang berpengaruh melalui percobaan IPA. Karena itu, penting bagi siswa untuk dapat melakukan percobaan IPA. 3. Dalam IPA siswa mempelajari 3 komponen alam, yaitu properti objek (benda atau energi), interaksi antara 2 objek (hubungan antara 2 objek), dan peristiwa (proses atau perubahan). 4. Interaksi kompleks terdiri dari interaksi terpusat dan interaksi berantai. Kedua interaksi kompleks ini terdiri dari interaksi-interaksi antara 2 objek. 5. Indikator alam yang terdapat pada setiap konsep IPA digunakan untuk mengidentifikasi konsep yang berlaku pada objek dan fenomena yang dipermasalahkan. 6. Pembelajaran IPA di SD tidak begitu berbeda dengan pembelajaran membaca. Dalam pembelajaran membaca siswa belajar membaca sambil mempelajari makna dari setiap kata dari kalimat yang dibacanya. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar “membaca” (menafsirkan) objek dan fenomena alam, sambil mempelajari makna dari setiap konsep yang terdapat pada objek dan fenomena alam yang dipelajarinya. 7. Dalam mempelajari hubungan sebab-akibat dari percobaan diperlukan pembanding untuk mengoreksi “kebenaran” hasil penafsiran. 8. Dalam mempelajari korelasi siswa menafsirkan angka-angka yang diperolehnya dari hasil pengukuran dengan cara memperhatikan naik turunnya angka-angka tersebut. 9. Menggeneralisasikan digunakan untuk mengetahui keberlakuan umum suatu konsep. 10. Mengklasifikasi dilakukan berdasarkan kesamaan ciri-ciri yang terdapat pada objek yang diamati. 43
  • 47. BAB VI EVALUASI A. Pertanyaan 1. Akan samakah konsep-konsep IPA dasar yang dipelajari dari berbagai sumber dengan konsep-konsep IPA terapan yang digunakan secara nyata? Jika berbeda, jelaskan letak perbedaannya? 2. Apa yang harus kita ajarkan dalam pembelajaran IPA di SD? Berikan alasannya. 3. Untuk apa pengetahuan IPA yang diperoleh siswa dari buku? 4. Pada dasarnya IPA mempelajari 3 komponen alam, apakah ketiga komponen alam yang dipelajari IPA itu menjadi indikator alam untuk mengidentifikasi keberlakuan konsep-konsep IPA? Tuliskan alasannya. 5. Dapatkah siswa menjelaskan fenomena alam yang terjadi di lingkungannya hanya dengan mengamati fenomena itu? Berikan alasannya. 6. Dalam pembelajaran dengan percobaan, manakah yang harus didahulukan memperlihatkan objek dan fenomenanya dahulu, lalu mengajukan masalah atau mengajukan masalah, lalu siswa melaksanakan percobaan itu? Berikan alasannnya. 7. Apakah perbedaan menafsirkan hasil percobaan antara percobaan sebab-akibat dan korelasi? 8. Kriteria apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan carta untuk pembelajaran IPA yang menggunakan tanya-jawab? 9. Bagaimana cara siswa menjawab pertanyaan dalam pembelajaran yang menggunakan carta? 10. Komponen alam apa saja yang dapat dipelajari siswa di lingkungan? 11. LKS yang disarankan untuk digunakan dalam modul ini adalah LKS tanpa pertanyaan bimbingan (pertanyaan bimbingannya tidak dituliskan). Antara LKS yang disarankan di sini dengan LKS yang biasa (yang banyak pertanyaan bimbingannya), manakah yang lebih banyak melatih keterampilan berpikir siswa? 12. Dapatkah format pengamatan lingkungan yang disarankan dalam modul ini digunakan untuk siswa kelas 4? Berikan alasannya. 44
  • 48. B. Rancanglah LKS tanpa menuliskan pertanyaan bimbingan untuk percobaan berikut ini (pertanyaan bimbingannya langsung diucapkan oleh guru melalui tanya-jawab), kemudian buatlah masalah, langkah-langkah percobaan, format pencatatan data, penafsiran, pembahasan, dan kesimpulannya. 1. Sebuah paku dililiti kabel listrik. Jika kabel itu dihubungkan dengan sebuah batu batere, paku itu dapat menarik klip yang berada di dekatnya, tetapi jika paku itu tidak dihubungkan dengan batu batere, klip itu tidak tertarik. 2. Sebuah kotak kaca dilengkapi dengan 2 pipa kaca. Di bawah salah satu pipa kaca dipasang lilin dan di atas pipa kaca yang lainnya diletakkan obat nyamuk yang berasap seperti pada gambar di samping ini. Jika lilin tidak dinyalakan, asap obat nyamuk naik, tidak masuk ke dalam kotak. Jika lilin dinyalakan asap dari obat nyamuk itu masuk ke dalam kotak melalui pipa di bawahnya dan keluar dari pipa yang lainnya. 45
  • 49. GLOSARIUM Fenomena Gejala atau peristiwa yang dapat diamati. Indikator Alam Objek atau dan fenomena yang mengindikasikan berlakunya sesuatu konsep Interaksi Saling mengerjakan antara dua atau lebih objek. Interaksi Berantai Interaksi yang berkesinambungkan dari dua objek ke dua objek berikutnya. Interaksi Terpusat Interaksi sebuah objek dengan objek-objek lain di sekitarnya. IPA Ilmu yang digunakan untuk mempelajari cara alam bekerja Keterampilan Berpikir Kemahiran/kematangan seseorang dalam melakukan suatu pemikiran, sehingga hasil berpikirnya tepat dan dapat diterima orang lain. Objek Benda atau energi. Peristiwa Proses atau perubahan yang terjadi di alam. Ada peristiwa yang dapat diamati dan ada yang tidak teramati. Prinsip Deskripsi atau persamaan parametrik mengenai objek dan fenomena alam yang diperoleh secara empiris. Prinsip Segitiga Deskripsi objek, interaksi, dan peristiwa alam yang Pengkajian Alam dipelajari dalam IPA. Teknik Berpikir Cara berpikir yang dilakukan untuk dapat memikirkan sesuatu dengan hasil tepat dan dan dapat diterima orang lain. 46
  • 50. DAFTAR PUSTAKA Amor, Adlai J., Icamina, Paul M., dan Laing, Mack. 1988. Wartawan dan Penulisan IPA (Terjemahan: S. Maimun). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Chay Asdak. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Carin, Arthur A. & Sund, Robert B. 1985. Teaching Science Through Discovery. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company. Davis, Mackenzie L., Cornwell, David A. 1991. Introduction to Environmental Engineering. New York: McGraww-Hill, Inc. Monk, Martin & Osborne, Jonathan. 2000. Good Practice in Science Teaching , What research has to say. Philadelphia: Open University Press. Osborne, Roger & Freyberg, Peter. 1985. Learning in Science. Auckland: Heineman. Solomon, Joan. 1992. Science and Technology in Society, What is Technology?. Harfield: The Association for Science Education, College Lane. Wellington, Jerry. 1989. Skills and Processes in Science Education. London: Routledge. 47