SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Barang Siapa Memuliakan Anak 
Perempuan, Janji Surga 
Telah Menantikannya 
Posted by Admin pada 16/06/2009 
Kelahiran anak laki-laki, hingga kini, dianggap sebagai pelanggeng garis keturunan keluarga. Tak 
sedikit pula yang menjadikannya penanda kehormatan. Sebaliknya, berbagai belitan kesedihan dan 
rasa malu menghantui pasangan yang ‘hanya’ dikaruniai anak perempuan. Padahal, dalam Islam, jika 
anak-anak perempuan itu dimuliakan yang terurai dalam sikap kasih sayang, memberikan pendidikan 
dan pengajaran agama yang baik, janji surga telah menantikannya. 
Perasaan kecil hati kadang menyelimuti pasangan yang belum juga dikaruniai anak laki -laki. Bahkan 
tak sedikit orang tua yang lebih mendambakan bayi yang hendak lahir ini laki-laki dibanding keinginan 
untuk mendapatkan anak perempuan. Demikianlah keadaan mayoritas manusia sebagaimana 
dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: 
مَنِ ابْتلُِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ، فَأحَْسَنَ إِلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ 
“Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, 
maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan 
Muslim no. 2629) 
Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya 
sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan. (Syarh 
Shahih Muslim, 16/178) 
Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang bisa merasa sangat terhina dengan lahirnya anak 
perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: 
وَإِذاَ بُشِ رَ أحََدهُُمْ بِاْلأنُْثىَ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَداًّ وَهُوَ كَظِيْمٌ. يَتوََارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِ رَ بِهِ أيَُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أمَْ يَدسُُّهُ فِي الترَُّابِ ألَا سَاءَ مَا 
يَحْكُمُوْنَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah 
padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena 
buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan 
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, 
betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59) 
Sementara di dalam Kitab-Nya yang mulia, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam perbuatan 
mengubur anak-anak perempuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 
وَإِذاَ الْمَوْءُوْدةَ سُئِلَتْ. بِأ ي ذنَْبٍ قُتِلَتْ 
“Dan ketika anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, atas dosa apakah dia dibunuh.” (At- 
Takwir: 8-9) 
Al-Mau`udah adalah anak perempuan yang dikubur hidup-hidup oleh orang-orang jahiliyah karena 
kebencian terhadap anak perempuan. Pada hari kiamat, dia akan ditanya atas dosa apa dia dibunuh, 
untuk mengancam orang yang membunuhnya. Apabila orang yang dizalimi ditanya (pada hari kiamat 
kelak, –pen.), maka bagaimana kiranya persangkaan orang yang berbuat zalim (tentang apa yang 
akan menimpanya, –pen.)? (Tafsir Ibnu Katsir, 8/260) 
Demikianlah Islam memuliakan anak perempuan. Selain dalam Al Qur’an, dalam Sunnah Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam didapati pula larangan yang jelas dari mengubur anak perempuan. 
Hadits ini disampaikan oleh Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda: 
إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ اْلأمَُّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْد الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَة السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ 
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka pada ibu, menolak untuk memberikan hak 
orang lain dan menuntut apa yang bukan haknya, serta mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan 
Allah membenci bagi kalian banyak menukilkan perkataan, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan 
harta.” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 593)
Wa`dul banat adalah menguburkan anak perempuan hidup-hidup sehingga mereka mati di dalam 
tanah. Ini merupakan dosa besar yang membinasakan pelakunya, karena merupakan pembunuhan 
tanpa hak dan mengandung pemutusan hubungan kekerabatan. (Syarh Shahih Muslim, 12/11) 
Di sisi lain, dalam agama yang mulia ini ada anjuran agar orang tua yang dikaruniai anak perempuan 
memuliakan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menganugerahkan anak perempuan telah 
menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya. 
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan: 
جَاءَتْنِي مِسْكِيْنَةٌ تحَْمِلُ ابْنَتيَْنِ لَهَا فَأطَْعَمْتهَُا ثلَاثََ تمََرَاتٍ فَأعَْطَتْ كُلَّ وَاحِدةٍَ مِنْهُمَا تمَْ رَة وَرَفَعَتْ إِلَى فِيْهَا تمَْرَ ة لِتأَْكُلَهَا فَاسْتطَْعَمَتْهَا ابْنَتاَهَا، فَشَقَّتِ 
التمَّْرَة الَّتِي كَانَتْ ترُِيْد أنَْ تأَْكُلَهَا بَيْنَهُمَا، فَأعَْجَبَنِي شَأْنُهَا فَذكََرْتُ الَّذِي صَنَعَتْ لِرَس وْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أوَْجَبَ لَهَا بِهَا 
الْجَنَّةَ وَأعَْتقََهَا بِهَا مِنَ النَّارِ 
Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya 
tiga butir kurma. Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu buah 
lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. Namun kedua anak itu meminta kurma tersebut, maka si 
ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat 
menakjubkanku sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan 
membebaskannya dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630) 
Dalam riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga 
menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka 
dengan baik kelak pada hari kiamat: 
-مَنْ عَالَ جَارِيَتيَْنِ حَتىَّ تبَْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أنََا وَهُوَ -وَضَمَّ أصََابِعَه “Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka 
dewasa, mak a dia ak an datang pada hari k iamat nanti dalam k eadaan ak u dan dia (seperti ini),” dan 
beliau mengumpulk an jari jemarinya”. (HR. Muslim no. 2631)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan 
seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar 
terhadap mereka dan dalam segala urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178) 
Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang 
shahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda: 
مَنْ كَانَ لَه ثلَاثَُ بَنَاتٍ، فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَأطَْعَمَهُنَّ، وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدتَِهِ، كُنَّ لَه حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ القِيَامَةِ 
“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar atas mereka, memberi 
mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari 
api neraka kelak pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil 
Mufrad no. 56: “Shahih”) 
Tidak hanya itu saja, dalam berbagai riwayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga 
menggarisbawahi hal ini. Jabir bin Abdillah rahimahullahu mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam pernah bersabda: 
مَنْ كَانَ لَهُ ثلَاثََ بَنَاتٍ، يُؤْوِيْهِنَّ، وَيَكْفِيْهِنَّ، وَيَرْحَمُهُنَّ، فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتةَّ . فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَعْضِ القَوْمِ: وَثِنْتيَْنِ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ ق قَالَ: 
وَثِنْتيَْنِ 
“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan yang dia jaga, dia cukupi dan dia beri 
merek a k asih sayang, mak a pasti baginya surga.” Seseorang pun bertanya, “Dua juga, wahai 
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dan dua juga.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih 
Al-Adabil Mufrad no. 58: “Hasan”) 
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga meriwayatkan dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam: 
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تدُْرِكُهُ ابْنَتاَنِ، فَيُحْسِنُ صُحْ بَتهَُمَّا، إِلا أدَْخَلَتاَهُ الْجَنَّة
“Tidaklah seorang muslim yang memiliki dua anak perempuan yang telah dewasa, lalu dia berbuat 
baik pada keduanya, kecuali mereka berdua akan memasukkannya ke dalam surga.” (Dikatakan oleh 
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 57: “Hasan lighairihi”) 
Agama yang sempurna ini juga memberikan gambaran tentang pengungkapan sikap kasih sayang 
orang tua kepada anak perempuannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh 
bagi umat beliau melalui pergaulannya dengan putri beliau, Fathimah radhiyallahu ‘anha . Tentang ini, 
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkisah: 
مَا رَأيَْتُ أحََداً مِنَ النَّاسِ كَانَ أشَْبَهَ بِالنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلامًَا وَلا حَدِيْثاً وَلا جِلْسَة مِنْ فَاطِمَةَ. قَالَتْ: وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَ لَيْهِ وَسَلَّمَ إِذاَ 
رَآهَا قَدْ أقَْبَلَتْ رَحَّبَ بِهَا، ثمَُّ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا، ثمَُّ أخََذ بِيَدِهَا حَتىَّ يُجْلِسَهَا فِي مَكَانِهِ، وَكَانَ إِذاَ أتَاَهَا النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحَّ بَتْ بِهِ، ثمَُّ قَامَتْ 
إِلَيْهِ فَأخََذتَْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْه “Ak u tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berk ata lagi, “Biasanya apabila Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapk an selamat datang padanya, 
lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau 
dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri 
menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al- 
Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 725) 
Demikian pula yang dilakukan oleh sahabat beliau yang terbaik, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 
‘anhu . Diceritakan oleh Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu: 
دخََلْتُ مَعَ أبَِي بَكْرٍ عَلَى أهَْلِهِ، فَإِذاَ عَائِشَةُ ابْنَ تهُُ مُضْطَجِعَةٌ قَدْ أصََابَتْهَا حُمَّى، فَرَأيَْتُ أبََا بَكْرٍ يُقَب لُ خَدهََّا وَقَالَ: كَيْفَ أنَْتِ يَا بُنَيَّةُ؟ ق 
“Ak u pernah masuk bersama Abu Bak r menemui k eluarganya. Ternyata ‘Aisyah putrinya sedang 
terbaring sakit panas. Aku pun melihat Abu Bak r mencium pipi putrinya sambil bertanya, ‘Bagaimana 
keadaanmu, wahai putriku?” (HR. Al-Bukhari no. 3918) 
Dalam hal pemberian, Islam juga mengajarkan untuk memberikan bagian yang sama antara anak 
laki-laki dan perempuan. Hal ini berdasarkan hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu:
تصََدقََّ عَلَيَّ أبَِي بِبَعْضِ مَالِهِ. فَقَالَتْ أ مِي عَمْرَة بِنْتُ رَوَاحَةَ: لا أرَْضَى حَتىَّ تشُْهِد رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْطَلَقَ أبَِي إِلَى رَ سُوْلِ اللهِ 
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُشْهِدهَُ عَلَى صَدقََتِي. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أفََعَلْتَ هذاَ بِوَلَدِ كَ كُل هِمْ؟ ق قَالَ: لا.َ قَالَ: اتقَُّوا اللهَ وَاعْدِلُوا فِي 
أوَْلادَِكُمْ. فَرَجَعَ أبَِي فَرَد تِلْكَ الصَّدقََة “Ayahku pernah memberik u sebagian hartanya, lalu ibuk u, ‘Amrah bintu Rawahah, mengatak an 
padanya, “Ak u tidak ridha hingga engk au minta persak sian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 
Mak a ayahk u pun menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta persaksian 
beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya, “Apak ah ini k au lak uk an 
pada semua anak mu?” “Tidak ,” jawab ayahk u. Beliau pun bersabda, “Bertak walah k epada Allah 
tentang urusan anak -anak mu.” Ayahk u pun k embali dan mengambil kembali pemberian itu.” (HR. Al- 
Bukhari no. 2650 dan Muslim no. 1623) 
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan tentang hadits ini bahwa semestinya orang tua 
menyamakan di antara anak-anaknya dalam hal pemberian. Dia berikan pada seorang anak sesuatu 
yang semisal dengan yang lain dan tidak melebihkannya, serta menyamakan pemberian antara anak 
laki-laki dan perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 11/29) 
Begitu pula dari sisi pendidikan, orang tua harus memberikan pengajaran dan pengarahan kepada 
anak-anaknya, termasuk anak perempuannya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَد عَلَى الفِطْرَةِ، فَأبََوَاهُ يُهَ وِداَنِهِ أوَْ يُنَصِ رَانِهِ أوَْ يُمَ جسَانِهِ، كَمَثلَِ البَهِيْمَةِ تنُْتجَُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ ترََى فِيْهَا جَدْعَاءَ؟ ق 
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, 
Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak akan melahirkan binatang ternak yang 
sempurna. Apakah engkau lihat ada binatang yang lahir dalam keadaan telah terpotong telinganya?” 
(HR. Al-Bukhari no. 1385) 
Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala kebaikan dan keburukan. Sehingga 
dia membutuhkan pengajaran, pendidikan adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan 
Islam. Maka hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang tak berdaya ini, 
hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak. Tidak mengerti urusan agama maupun 
dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada teladan yang baik 
bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, hal. 25)
Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya tetap memberikan 
pengarahan dan nasehat yang baik. Ini dapat kita lihat dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dalam peristiwa 
turunnya ayat tayammum. Diceritakan peristiwa ini oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: 
خَرَ جْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أسَْفَارِهِ حَتىَّ إِذاَ كُنَّا بِالْبَيْداَءِ أوَْ بِذ اَتِ الْجَيْشِ انْقَطَعَ عِقْد لِي، فَأقََامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ عَلَى التِ مَاسِهِ، وَأقََامَ النَّاسُ مَعَهُ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ. فَأتَىَ النَّاسُ إِلَى أبَِي بَكْرٍ الصِ دِ يْقِ فَقَالُوا: ألَا ترََى مَا صَنَعَتْ عَائِشَة ؟ ق أقََامَتْ بِرَسُوْلِ اللهِ 
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسِ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَجَاء أبَُو بَكْرٍ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى ف خِذِي قَدْ 
نَامَ. فَقَالَ: حَبَسْتِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسَ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَع اتبََنِي أبَُو بَكْرٍ وَ قَالَ مَا شَاءَ اللهُ 
أنَْ يَقُوْلَ، وَجَعَلَ يَطْعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلا يَمْنَعُنِي مِنَ التحََّرُّكِ إِلا مَكَانُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فَخِذِي. فَقَامَ رَ سُوْلُ اللهِ صَلَّى 
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ أصَْبَحَ عَلَ ىَُ غَيْرِ مَاءٍ، فَأنَْزَلَ اللهُ آيَةَ التيََّمُّمِ، فَتيََمَّمُوا. فَقَالَ أسَُيْد بْنُ الْحُضَيْرِ: مَا هِيَ بِأوََّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أبَِي بَكْرٍ. قَالَتْ: 
فَبَعَثْنَا البَعِيْرَ الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ، ف أصََبْنَا العِقْد تحَْتهَ “Kami pernah k eluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu safarnya. 
Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku hilang. Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang pun turut singgah bersama 
beliau dalam keadaan tidak ada air di situ. Lalu orang-orang menemui Abu Bakr sembari 
mengeluhk an, “Tidak k ah engk au lihat perbuatan ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam dan orang-orang singgah di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak 
membawa air.” Abu Bak r segera mendatangi ‘Aisyah. Sementara itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam sedang tidur sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abu Bakr b erk ata, “Engk au telah 
membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang singgah di tempat yang tidak 
berair, padahal merek a juga tidak membawa air!” Aisyah melanjutk an, “Abu Bak r pun mencelak u dan 
mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada 
yang mencegahk u untuk bergerak k arena rasa sak it, k ecuali k arena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam sedang tidur di pangk uank u. Keesok an harinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bangun dalam keadaan tidak ada air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang 
pun melak uk an tayammum. Usaid ibnul Hudhair pun berk ata, “Ini buk anlah barak ah pertama yang 
ada pada k alian, wahai k eluarga Abu Bak r.” ‘Aisyah berk ata lagi, “Kemudian k ami hela unta yang 
kunaiki, ternyata kami temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim no. 
267) 
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan bahwa di dalam hadits ini terkandung ta`dib 
(pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan, perbuatan, pukulan, dan 
sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib terhadap anak perempuan walaupun dia telah 
dewasa, bahkan telah menikah dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58)
Inilah di antara pemuliaan Islam terhadap keberadaan anak perempuan. Tidak ada penyia-nyiaan, 
tidak ada peremehan dan penghinaan. Bahkan diberi kecukupan, dilimpahi kasih sayang diiringi 
pendidikan yang baik, agar kelak memberikan manfaat bagi kedua orang tuanya di negeri yang kekal 
abadi. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

More Related Content

What's hot

! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihan! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihanNano Nani
 
! Jangan biarkan puasa sia sia
! Jangan biarkan puasa sia sia! Jangan biarkan puasa sia sia
! Jangan biarkan puasa sia siaNano Nani
 
Kisah 3 orang yang terkurung di gua
Kisah 3 orang yang terkurung di guaKisah 3 orang yang terkurung di gua
Kisah 3 orang yang terkurung di guaAbyanuddin Salam
 
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.netNano Nani
 
! The dark bible
! The dark bible! The dark bible
! The dark bibleNano Nani
 
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedatNano Nani
 
Keluarga berencana islami
Keluarga berencana islamiKeluarga berencana islami
Keluarga berencana islamiIman Beriman
 
! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendetaNano Nani
 
! Sejarah april mop hari berbohong
! Sejarah april mop   hari berbohong! Sejarah april mop   hari berbohong
! Sejarah april mop hari berbohongNano Nani
 
! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajabNano Nani
 
Aqiqah menurut tuntunan syar i
Aqiqah menurut tuntunan syar iAqiqah menurut tuntunan syar i
Aqiqah menurut tuntunan syar itasiamello
 
Khutbah idul adha 1434 h
Khutbah idul adha 1434 hKhutbah idul adha 1434 h
Khutbah idul adha 1434 hAman Kadis
 
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaNasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaMuhsin Hariyanto
 
Amalan murah rezeki
Amalan murah rezekiAmalan murah rezeki
Amalan murah rezekikayuhoki75
 
Khutbah idul 'adha
Khutbah idul 'adhaKhutbah idul 'adha
Khutbah idul 'adhaTrisna Putra
 
Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)Nisaa Syuraih
 
Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)anindianr
 
Dr. gary miller
Dr. gary millerDr. gary miller
Dr. gary millerPriya Dush
 

What's hot (20)

! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihan! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihan
 
! Jangan biarkan puasa sia sia
! Jangan biarkan puasa sia sia! Jangan biarkan puasa sia sia
! Jangan biarkan puasa sia sia
 
Kisah 3 orang yang terkurung di gua
Kisah 3 orang yang terkurung di guaKisah 3 orang yang terkurung di gua
Kisah 3 orang yang terkurung di gua
 
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
! Meng ingat akherat - www.islamterbuktibenar.net
 
! Ikhlas
! Ikhlas! Ikhlas
! Ikhlas
 
! The dark bible
! The dark bible! The dark bible
! The dark bible
 
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat! Injil membantah ketuhanan yesus   ust.ahmad deedat
! Injil membantah ketuhanan yesus ust.ahmad deedat
 
Keluarga berencana islami
Keluarga berencana islamiKeluarga berencana islami
Keluarga berencana islami
 
! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta
 
! Sejarah april mop hari berbohong
! Sejarah april mop   hari berbohong! Sejarah april mop   hari berbohong
! Sejarah april mop hari berbohong
 
! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab! Adab doa agar mustajab
! Adab doa agar mustajab
 
Aqiqah menurut tuntunan syar i
Aqiqah menurut tuntunan syar iAqiqah menurut tuntunan syar i
Aqiqah menurut tuntunan syar i
 
Khutbah idul adha 1434 h
Khutbah idul adha 1434 hKhutbah idul adha 1434 h
Khutbah idul adha 1434 h
 
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaNasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
 
Amalan murah rezeki
Amalan murah rezekiAmalan murah rezeki
Amalan murah rezeki
 
Khutbah idul 'adha
Khutbah idul 'adhaKhutbah idul 'adha
Khutbah idul 'adha
 
Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)
 
Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)Perilaku tercela (syiril, dll)
Perilaku tercela (syiril, dll)
 
20 amalan murah
20 amalan murah20 amalan murah
20 amalan murah
 
Dr. gary miller
Dr. gary millerDr. gary miller
Dr. gary miller
 

Similar to Barang siapa memuliakan anak perempuan

PPT KKP surat at tahrim.pptx
PPT KKP surat at tahrim.pptxPPT KKP surat at tahrim.pptx
PPT KKP surat at tahrim.pptxRefahM
 
6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx
6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx
6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptxAhidRobbiSafitra
 
Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)
Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)
Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)Muhsin Hariyanto
 
Pbm widi aulia nanda putri
Pbm widi aulia nanda putriPbm widi aulia nanda putri
Pbm widi aulia nanda putriTubagusOfan
 
Pembahasan ringkas tentang zina
Pembahasan ringkas tentang zinaPembahasan ringkas tentang zina
Pembahasan ringkas tentang zinayanto abdulah
 
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi NasehatSeorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi NasehatNaashirMubarok
 
Slide Ceramah Ramadhan 1435
Slide Ceramah Ramadhan 1435Slide Ceramah Ramadhan 1435
Slide Ceramah Ramadhan 1435wakafquran
 
Pembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islamPembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islam1D313
 
Etika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganEtika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganLazimatul A
 
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam NasipDBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam NasipMohamad Ridhwan Masud
 
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-803 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8BudiSafarianto2
 
Kesesatan Kitab Barzanji
Kesesatan Kitab BarzanjiKesesatan Kitab Barzanji
Kesesatan Kitab BarzanjiAbu Muhammad
 

Similar to Barang siapa memuliakan anak perempuan (20)

Fatwa anak dalam islam
Fatwa anak dalam islamFatwa anak dalam islam
Fatwa anak dalam islam
 
PPT KKP surat at tahrim.pptx
PPT KKP surat at tahrim.pptxPPT KKP surat at tahrim.pptx
PPT KKP surat at tahrim.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx
6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx
6. Solusi Agar Tidak Meninggalkan Generasi Lemah.pptx
 
Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)
Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)
Kajian tsaqafah islamiyah i (di seputar masalah wanita)
 
Pbm widi aulia nanda putri
Pbm widi aulia nanda putriPbm widi aulia nanda putri
Pbm widi aulia nanda putri
 
Pembahasan ringkas tentang zina
Pembahasan ringkas tentang zinaPembahasan ringkas tentang zina
Pembahasan ringkas tentang zina
 
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi NasehatSeorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
 
Slide Ceramah Ramadhan 1435
Slide Ceramah Ramadhan 1435Slide Ceramah Ramadhan 1435
Slide Ceramah Ramadhan 1435
 
PPTDAURH.ppt
PPTDAURH.pptPPTDAURH.ppt
PPTDAURH.ppt
 
Pembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islamPembangunan mampan dalam islam
Pembangunan mampan dalam islam
 
Etika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganEtika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkungan
 
Dosa-dosa besar dan taubat
Dosa-dosa besar dan taubatDosa-dosa besar dan taubat
Dosa-dosa besar dan taubat
 
anjuran menikah.pptx
anjuran menikah.pptxanjuran menikah.pptx
anjuran menikah.pptx
 
Tarbiyyah awlaad
Tarbiyyah awlaadTarbiyyah awlaad
Tarbiyyah awlaad
 
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam NasipDBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
 
IFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAHIFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAH
 
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-803 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
03 akhlak-kepada-orangtua-1219905388426658-8
 
Pembangunan Mapan 2017
Pembangunan Mapan 2017Pembangunan Mapan 2017
Pembangunan Mapan 2017
 
Kesesatan Kitab Barzanji
Kesesatan Kitab BarzanjiKesesatan Kitab Barzanji
Kesesatan Kitab Barzanji
 

Barang siapa memuliakan anak perempuan

  • 1. Barang Siapa Memuliakan Anak Perempuan, Janji Surga Telah Menantikannya Posted by Admin pada 16/06/2009 Kelahiran anak laki-laki, hingga kini, dianggap sebagai pelanggeng garis keturunan keluarga. Tak sedikit pula yang menjadikannya penanda kehormatan. Sebaliknya, berbagai belitan kesedihan dan rasa malu menghantui pasangan yang ‘hanya’ dikaruniai anak perempuan. Padahal, dalam Islam, jika anak-anak perempuan itu dimuliakan yang terurai dalam sikap kasih sayang, memberikan pendidikan dan pengajaran agama yang baik, janji surga telah menantikannya. Perasaan kecil hati kadang menyelimuti pasangan yang belum juga dikaruniai anak laki -laki. Bahkan tak sedikit orang tua yang lebih mendambakan bayi yang hendak lahir ini laki-laki dibanding keinginan untuk mendapatkan anak perempuan. Demikianlah keadaan mayoritas manusia sebagaimana dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: مَنِ ابْتلُِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ، فَأحَْسَنَ إِلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ “Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629) Al-Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 16/178) Bahkan dulu pada masa jahiliyah, orang bisa merasa sangat terhina dengan lahirnya anak perempuan. Sehingga tergambarkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَإِذاَ بُشِ رَ أحََدهُُمْ بِاْلأنُْثىَ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَداًّ وَهُوَ كَظِيْمٌ. يَتوََارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِ رَ بِهِ أيَُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أمَْ يَدسُُّهُ فِي الترَُّابِ ألَا سَاءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
  • 2. “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59) Sementara di dalam Kitab-Nya yang mulia, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam perbuatan mengubur anak-anak perempuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَإِذاَ الْمَوْءُوْدةَ سُئِلَتْ. بِأ ي ذنَْبٍ قُتِلَتْ “Dan ketika anak perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, atas dosa apakah dia dibunuh.” (At- Takwir: 8-9) Al-Mau`udah adalah anak perempuan yang dikubur hidup-hidup oleh orang-orang jahiliyah karena kebencian terhadap anak perempuan. Pada hari kiamat, dia akan ditanya atas dosa apa dia dibunuh, untuk mengancam orang yang membunuhnya. Apabila orang yang dizalimi ditanya (pada hari kiamat kelak, –pen.), maka bagaimana kiranya persangkaan orang yang berbuat zalim (tentang apa yang akan menimpanya, –pen.)? (Tafsir Ibnu Katsir, 8/260) Demikianlah Islam memuliakan anak perempuan. Selain dalam Al Qur’an, dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam didapati pula larangan yang jelas dari mengubur anak perempuan. Hadits ini disampaikan oleh Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ اْلأمَُّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْد الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَة السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka pada ibu, menolak untuk memberikan hak orang lain dan menuntut apa yang bukan haknya, serta mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan Allah membenci bagi kalian banyak menukilkan perkataan, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 593)
  • 3. Wa`dul banat adalah menguburkan anak perempuan hidup-hidup sehingga mereka mati di dalam tanah. Ini merupakan dosa besar yang membinasakan pelakunya, karena merupakan pembunuhan tanpa hak dan mengandung pemutusan hubungan kekerabatan. (Syarh Shahih Muslim, 12/11) Di sisi lain, dalam agama yang mulia ini ada anjuran agar orang tua yang dikaruniai anak perempuan memuliakan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menganugerahkan anak perempuan telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan: جَاءَتْنِي مِسْكِيْنَةٌ تحَْمِلُ ابْنَتيَْنِ لَهَا فَأطَْعَمْتهَُا ثلَاثََ تمََرَاتٍ فَأعَْطَتْ كُلَّ وَاحِدةٍَ مِنْهُمَا تمَْ رَة وَرَفَعَتْ إِلَى فِيْهَا تمَْرَ ة لِتأَْكُلَهَا فَاسْتطَْعَمَتْهَا ابْنَتاَهَا، فَشَقَّتِ التمَّْرَة الَّتِي كَانَتْ ترُِيْد أنَْ تأَْكُلَهَا بَيْنَهُمَا، فَأعَْجَبَنِي شَأْنُهَا فَذكََرْتُ الَّذِي صَنَعَتْ لِرَس وْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أوَْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ وَأعَْتقََهَا بِهَا مِنَ النَّارِ Seorang wanita miskin datang kepadaku membawa dua anak perempuannya, maka aku memberinya tiga butir kurma. Kemudian dia memberi setiap anaknya masing-masing sebuah kurma dan satu buah lagi diangkat ke mulutnya untuk dimakan. Namun kedua anak itu meminta kurma tersebut, maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dimakannya untuk kedua anaknya. Hal itu sangat menakjubkanku sehingga aku ceritakan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka.” (HR. Muslim no. 2630) Dalam riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka dengan baik kelak pada hari kiamat: -مَنْ عَالَ جَارِيَتيَْنِ حَتىَّ تبَْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أنََا وَهُوَ -وَضَمَّ أصََابِعَه “Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa, mak a dia ak an datang pada hari k iamat nanti dalam k eadaan ak u dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulk an jari jemarinya”. (HR. Muslim no. 2631)
  • 4. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan, hadits-hadits ini menunjukkan keutamaan seseorang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala urusannya. (Syarh Shahih Muslim, 16/178) Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, seorang shahabat, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ كَانَ لَه ثلَاثَُ بَنَاتٍ، فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَأطَْعَمَهُنَّ، وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدتَِهِ، كُنَّ لَه حِجَابًا مِنَ النَّارِ يَوْمَ القِيَامَةِ “Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak pada hari kiamat.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 56: “Shahih”) Tidak hanya itu saja, dalam berbagai riwayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menggarisbawahi hal ini. Jabir bin Abdillah rahimahullahu mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: مَنْ كَانَ لَهُ ثلَاثََ بَنَاتٍ، يُؤْوِيْهِنَّ، وَيَكْفِيْهِنَّ، وَيَرْحَمُهُنَّ، فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتةَّ . فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَعْضِ القَوْمِ: وَثِنْتيَْنِ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ ق قَالَ: وَثِنْتيَْنِ “Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan yang dia jaga, dia cukupi dan dia beri merek a k asih sayang, mak a pasti baginya surga.” Seseorang pun bertanya, “Dua juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dan dua juga.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 58: “Hasan”) Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga meriwayatkan dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: مَا مِنْ مُسْلِمٍ تدُْرِكُهُ ابْنَتاَنِ، فَيُحْسِنُ صُحْ بَتهَُمَّا، إِلا أدَْخَلَتاَهُ الْجَنَّة
  • 5. “Tidaklah seorang muslim yang memiliki dua anak perempuan yang telah dewasa, lalu dia berbuat baik pada keduanya, kecuali mereka berdua akan memasukkannya ke dalam surga.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 57: “Hasan lighairihi”) Agama yang sempurna ini juga memberikan gambaran tentang pengungkapan sikap kasih sayang orang tua kepada anak perempuannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh bagi umat beliau melalui pergaulannya dengan putri beliau, Fathimah radhiyallahu ‘anha . Tentang ini, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkisah: مَا رَأيَْتُ أحََداً مِنَ النَّاسِ كَانَ أشَْبَهَ بِالنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلامًَا وَلا حَدِيْثاً وَلا جِلْسَة مِنْ فَاطِمَةَ. قَالَتْ: وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَ لَيْهِ وَسَلَّمَ إِذاَ رَآهَا قَدْ أقَْبَلَتْ رَحَّبَ بِهَا، ثمَُّ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا، ثمَُّ أخََذ بِيَدِهَا حَتىَّ يُجْلِسَهَا فِي مَكَانِهِ، وَكَانَ إِذاَ أتَاَهَا النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحَّ بَتْ بِهِ، ثمَُّ قَامَتْ إِلَيْهِ فَأخََذتَْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْه “Ak u tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berk ata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapk an selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al- Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 725) Demikian pula yang dilakukan oleh sahabat beliau yang terbaik, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu . Diceritakan oleh Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu: دخََلْتُ مَعَ أبَِي بَكْرٍ عَلَى أهَْلِهِ، فَإِذاَ عَائِشَةُ ابْنَ تهُُ مُضْطَجِعَةٌ قَدْ أصََابَتْهَا حُمَّى، فَرَأيَْتُ أبََا بَكْرٍ يُقَب لُ خَدهََّا وَقَالَ: كَيْفَ أنَْتِ يَا بُنَيَّةُ؟ ق “Ak u pernah masuk bersama Abu Bak r menemui k eluarganya. Ternyata ‘Aisyah putrinya sedang terbaring sakit panas. Aku pun melihat Abu Bak r mencium pipi putrinya sambil bertanya, ‘Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?” (HR. Al-Bukhari no. 3918) Dalam hal pemberian, Islam juga mengajarkan untuk memberikan bagian yang sama antara anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berdasarkan hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu:
  • 6. تصََدقََّ عَلَيَّ أبَِي بِبَعْضِ مَالِهِ. فَقَالَتْ أ مِي عَمْرَة بِنْتُ رَوَاحَةَ: لا أرَْضَى حَتىَّ تشُْهِد رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْطَلَقَ أبَِي إِلَى رَ سُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُشْهِدهَُ عَلَى صَدقََتِي. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أفََعَلْتَ هذاَ بِوَلَدِ كَ كُل هِمْ؟ ق قَالَ: لا.َ قَالَ: اتقَُّوا اللهَ وَاعْدِلُوا فِي أوَْلادَِكُمْ. فَرَجَعَ أبَِي فَرَد تِلْكَ الصَّدقََة “Ayahku pernah memberik u sebagian hartanya, lalu ibuk u, ‘Amrah bintu Rawahah, mengatak an padanya, “Ak u tidak ridha hingga engk au minta persak sian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Mak a ayahk u pun menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta persaksian beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya, “Apak ah ini k au lak uk an pada semua anak mu?” “Tidak ,” jawab ayahk u. Beliau pun bersabda, “Bertak walah k epada Allah tentang urusan anak -anak mu.” Ayahk u pun k embali dan mengambil kembali pemberian itu.” (HR. Al- Bukhari no. 2650 dan Muslim no. 1623) Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan tentang hadits ini bahwa semestinya orang tua menyamakan di antara anak-anaknya dalam hal pemberian. Dia berikan pada seorang anak sesuatu yang semisal dengan yang lain dan tidak melebihkannya, serta menyamakan pemberian antara anak laki-laki dan perempuan. (Syarh Shahih Muslim, 11/29) Begitu pula dari sisi pendidikan, orang tua harus memberikan pengajaran dan pengarahan kepada anak-anaknya, termasuk anak perempuannya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَد عَلَى الفِطْرَةِ، فَأبََوَاهُ يُهَ وِداَنِهِ أوَْ يُنَصِ رَانِهِ أوَْ يُمَ جسَانِهِ، كَمَثلَِ البَهِيْمَةِ تنُْتجَُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ ترََى فِيْهَا جَدْعَاءَ؟ ق “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak akan melahirkan binatang ternak yang sempurna. Apakah engkau lihat ada binatang yang lahir dalam keadaan telah terpotong telinganya?” (HR. Al-Bukhari no. 1385) Seorang anak yang terlahir di atas fitrah ini siap menerima segala kebaikan dan keburukan. Sehingga dia membutuhkan pengajaran, pendidikan adab, serta pengarahan yang benar dan lurus di atas jalan Islam. Maka hendaknya kita berhati-hati agar tidak melalaikan anak perempuan yang tak berdaya ini, hingga nantinya dia hidup tak ubahnya binatang ternak. Tidak mengerti urusan agama maupun dunianya. Sesungguhnya pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada teladan yang baik bagi kita. (Al-Intishar li Huquqil Mukminat, hal. 25)
  • 7. Bahkan ketika anak perempuan ini telah dewasa, orang tua selayaknya tetap memberikan pengarahan dan nasehat yang baik. Ini dapat kita lihat dari kehidupan seseorang yang terbaik setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dalam peristiwa turunnya ayat tayammum. Diceritakan peristiwa ini oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: خَرَ جْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أسَْفَارِهِ حَتىَّ إِذاَ كُنَّا بِالْبَيْداَءِ أوَْ بِذ اَتِ الْجَيْشِ انْقَطَعَ عِقْد لِي، فَأقََامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى التِ مَاسِهِ، وَأقََامَ النَّاسُ مَعَهُ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ. فَأتَىَ النَّاسُ إِلَى أبَِي بَكْرٍ الصِ دِ يْقِ فَقَالُوا: ألَا ترََى مَا صَنَعَتْ عَائِشَة ؟ ق أقََامَتْ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسِ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَجَاء أبَُو بَكْرٍ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى ف خِذِي قَدْ نَامَ. فَقَالَ: حَبَسْتِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسَ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَع اتبََنِي أبَُو بَكْرٍ وَ قَالَ مَا شَاءَ اللهُ أنَْ يَقُوْلَ، وَجَعَلَ يَطْعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلا يَمْنَعُنِي مِنَ التحََّرُّكِ إِلا مَكَانُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فَخِذِي. فَقَامَ رَ سُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ أصَْبَحَ عَلَ ىَُ غَيْرِ مَاءٍ، فَأنَْزَلَ اللهُ آيَةَ التيََّمُّمِ، فَتيََمَّمُوا. فَقَالَ أسَُيْد بْنُ الْحُضَيْرِ: مَا هِيَ بِأوََّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أبَِي بَكْرٍ. قَالَتْ: فَبَعَثْنَا البَعِيْرَ الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ، ف أصََبْنَا العِقْد تحَْتهَ “Kami pernah k eluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu safarnya. Ketika kami tiba di Al-Baida’ –atau di Dzatu Jaisy– tiba-tiba kalungku hilang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun singgah di sana untuk mencarinya, dan orang-orang pun turut singgah bersama beliau dalam keadaan tidak ada air di situ. Lalu orang-orang menemui Abu Bakr sembari mengeluhk an, “Tidak k ah engk au lihat perbuatan ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang singgah di tempat yang tak ada air, sementara mereka pun tidak membawa air.” Abu Bak r segera mendatangi ‘Aisyah. Sementara itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Abu Bakr b erk ata, “Engk au telah membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang singgah di tempat yang tidak berair, padahal merek a juga tidak membawa air!” Aisyah melanjutk an, “Abu Bak r pun mencelak u dan mengatakan apa yang ia katakan, dan dia pun menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang mencegahk u untuk bergerak k arena rasa sak it, k ecuali k arena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang tidur di pangk uank u. Keesok an harinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun dalam keadaan tidak ada air. Maka Allah turunkan ayat tayammum sehingga orang-orang pun melak uk an tayammum. Usaid ibnul Hudhair pun berk ata, “Ini buk anlah barak ah pertama yang ada pada k alian, wahai k eluarga Abu Bak r.” ‘Aisyah berk ata lagi, “Kemudian k ami hela unta yang kunaiki, ternyata kami temukan kalung itu ada di bawahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 224 dan Muslim no. 267) Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan bahwa di dalam hadits ini terkandung ta`dib (pendidikan adab) seseorang terhadap anaknya, baik dengan ucapan, perbuatan, pukulan, dan sebagainya. Di dalamnya juga terkandung ta`dib terhadap anak perempuan walaupun dia telah dewasa, bahkan telah menikah dan tidak lagi tinggal di rumahnya. (Syarh Shahih Muslim, 4/58)
  • 8. Inilah di antara pemuliaan Islam terhadap keberadaan anak perempuan. Tidak ada penyia-nyiaan, tidak ada peremehan dan penghinaan. Bahkan diberi kecukupan, dilimpahi kasih sayang diiringi pendidikan yang baik, agar kelak memberikan manfaat bagi kedua orang tuanya di negeri yang kekal abadi. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.