1. Tafsir Surat AtTahrim ayat 6-12
Indikator capaian :
Memberikan dukungan terhadap pembinaan Anggota keluarga
2. 1.Tugas dan tanggungjawab kepala keluarga
a. Menjaga diri dan keluarga dari api neraka
b. Keutamaan taubat dan mengajak keluarga untuk melakukannya
c.Membentengi keluarga dari pengaruh negatif dengan bersikap proporsional
terhadap orang kafir dan orang munafiq
2. Keteladanan seorang ibu
a.Urgensi kesamaan visi dalam keluarga
b.Profil ibu yang tidak baik (istri Nabi Nuh dan Nabi Luth)
c.Profil ibu teladan (Asiyah binti Muhazim dan Maryam binti Imron)
3. AYAT 6
• Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari
api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh
melaksanakan perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada
keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari
api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik
jasmani maupun rohani.
• Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar,
sebagaimana firman Allah:
َاهْيَلَع ْرِبَطْصَاو ِةوٰلَّصالِب َكَلْهَا ْرُمَْأو
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.
(Thaha/20: 132)
4. ۙ َنْيِبَرْقَ ْ
اْل َكَتَرْيِشَع ْرِذْنََاو
٢١٤
• Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. (asy-
Syu‘ara’/26: 214)
• Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kami
sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah saw
menjawab, “Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan
perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah
caranya menyelamatkan mereka dari api neraka.
• Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah
sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam
neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
5. AYAT 7
• Pada Tafsir Surah at-Tahrim ayat 6-8 khususnya ayat ini, Allah mengeluarkan satu
ketegasan yang ditujukan kepada orang-orang kafir bahwa di hari kemudian nanti,
tidak ada lagi gunanya mereka itu mengemukakan alasan, serta menginginkan satu
kehendak dan harapan. Waktu dan kesempatan untuk mengemukakan alasan dan
harapan sudah lewat. Hari Kiamat hanyalah hari untuk mempertanggungjawabkan
dan menerima pembalasan dari apa yang telah dikerjakan di dunia, sebagaimana
firman Allah:
َنْوُقِد ٰصَل اَّنِاَو ْْۚمِهِيْغَبِب ْمُه ٰنْيَزَج َكِل ٰذ
١٤٦
Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Dan sungguh,
Kami Mahabenar. (al-An’am/6: 146).
Dijelaskan pula dalam ayat lain:
َرْوُفَكْال َّ
ْلِا ْْٓيِز ٰ
جُن ْلَهَو ۗاْوُرَفَك َامِب ْمُه ٰنْيَزَج َكِل ٰذ
١٧
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan
Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-
orang yang sangat kafir. (Saba’/34: 17).
6. AYAT 8
• Seruan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan para rasul-Nya.
Mereka diperintahkan bertobat kepada Allah dari dosa-dosa mereka dengan tobat yang sebenar-benarnya
(tobat nasuha), yaitu tobat yang memenuhi tiga syarat. Pertama, berhenti dari maksiat yang dilakukannya.
Kedua, menyesali perbuatannya, dan ketiga, berketetapan hati tidak akan mengulangi perberbuatan
maksiat tersebut.
• Bila syarat-syarat itu terpenuhi, Allah menghapuskan semua kesalahan dan kejahatan yang telah lalu dan
memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada saat itu, Allah tidak
mengecewakan dan menghinakan Nabi saw dan orang-orang yang beriman bersamanya.
• Bahkan pada hari itu, kebahagiaan mereka ditonjolkan, cahaya mereka memancar menerangi mereka
waktu berjalan menuju Mahsyar tempat diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban. Mereka itu
meminta kepada Allah agar cahaya mereka disempurnakan, tetap memancar dan tidak akan padam
sampai mereka itu melewati ¢irathal Mustaqim, tempat orang-orang munafik baik laki-laki maupun
perempuan memohon dengan sangat agar dapat ditunggu untuk dapat ikut memanfaatkan cahaya
mereka.
• Mereka juga memohon agar dosa-dosa mereka dihapus dan diampuni. Dengan demikian, mereka tidak
merasa malu dan kecewa pada waktu diadakan hisab dan pertanggungjawaban. Tidak ada yang patut
dimintai untuk menyempurnakan cahaya dan mengampuni dosa kecuali Allah, karena Dialah Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu, berbuat sesuai dengan kodrat dan iradat-Nya.
7. AYAT 9
• Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad mengangkat senjata dan
memerangi orang-orang kafir dengan sungguh-sungguh dan memberi ancaman
serta bertindak tegas dan keras kepada orang-orang munafik. Nabi juga
diperintahkan untuk menjelaskan bahwa mereka akan mengalami kekecewaan di
akhirat nanti karena kemunafikan mereka. Oleh karena itu, Nabi saw pernah
mengusir secara tegas sebagian orang munafik dan menyuruhnya keluar dari masjid.
Mereka itu akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam yang merupakan seburuk-
buruk tempat tinggal, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
اًماَقُمَّو اًّرَقَت ْ
سُم َْتءۤا َ
س َاهَّنِا
٦٦
Sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (al-
Furqan/25: 66)
• Dalam ayat lain juga dijelaskan:
ًارْيِصَم َْتءۤا َ
َسو ۗ ُمَّنَهَج ْمُىه ٰوَْأم َكِٕ
ىٰۤولُاَف
Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahanam, dan (Jahanam) itu seburuk-
buruk tempat kembali. (an-Nisa’/4: 97)
8. AYAT 10
• Dalam ayat ini, Allah membuat satu perumpamaan yang menjelaskan keadaan orang-orang
kafir yang tidak bermanfaat lagi baginya pelajaran dan nasihat dari orang-orang mukmin yang
jujur, antara lain para nabi dan rasul karena kerasnya hati mereka. Tidak ada kesediaan mereka
untuk beriman dan fitrah mereka sudah menyimpang dari kebenaran, seperti istri Nabi Nuh
dan istri Nabi Lut.
• Keduanya di dalam asuhan dan pengawasan dua orang nabi, yang mestinya dapat
memberikan petunjuk sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi,
keduanya tidak mau, bahkan mereka berbuat khianat dan kekafiran. Istri Nabi Nuh menuduh
suaminya gila, sedang istri Nabi Lut menuntun kaum suaminya untuk berbuat yang tidak wajar
dan tidak sopan terhadap tamu-tamu suaminya yaitu para malaikat.
• Keakraban kedua istri-istri itu dengan para suami yaitu Nabi Nuh dan Nabi Lut, dua hamba
Allah yang saleh, tidak dapat membendung dan mencegah keduanya dari berbuat khianat dan
kufur. Oleh karena itu, kedua istri itu pantas mendapat azab Allah dan akan dimasukkan ke
dalam neraka bersama rombongan penghuni neraka, sebagai balasan yang setimpal dari
perbuatan keduanya yang jahat, yang merupakan dosa besar.
9. AYAT 11
• Pada ayat ini, Allah membuat perumpamaan sebaliknya yaitu keadaan orang-orang
yang beriman. Perumpamaan itu ialah ‘Asiyah binti Muzahim, istri Fir‘aun. Dalam
perumpamaan itu, Allah menjelaskan bahwa hubungan orang-orang mukmin
dengan orang-orang kafir tidak akan membahayakan kalau diri itu murni dan suci
dari kotoran.
• Sekalipun ‘Asiyah binti Muzahim berada di bawah pengawasan suaminya, musuh
Allah yang sangat berbahaya, tetapi ia tetap beriman. Ia selalu memohon dan
berdoa, “Ya Tuhanku! Bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum
yang zalim.”
10. AYAT 12
• Pada ayat ini, Allah sekali lagi membuat perumpamaan bagi orang-orang mukmin yaitu keadaan Maryam
binti Imran yang memelihara kehormatannya dan telah diberikan karamah di dunia dan akhirat. Ia dipilih
Tuhannya karena bereaksi kepada Jibril tentang pengisian rahimnya dengan ucapan sebagaimana
diabadikan di dalam Al-Qur’an:
اًّيِقَت َتْنُك ْنِا َكْنِم ِن ٰمْحَّرالِب ُذْوُعَا ْْٓيِنِا
Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika
engkau orang yang bertakwa.” (Maryam/19: 18)
• Dengan demikian, kesalehannya menjadi mantap dan sempurna kesuciannya, maka ditiupkanlah ke dalam
rahimnya oleh Jibril sebagian roh ciptaan Allah, yang mewujudkan seorang nabi yaitu Isa bin Maryam binti
Imran, membenarkan syariat Allah dan kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada nabi-Nya. Dia termasuk
dan terbilang orang yang bertakwa, tekun beribadah, merendahkan diri, dan taat kepada Tuhan-Nya.
• Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya bahwa penghulu wanita penghuni surga ialah Maryam lalu
Fatimah menyusul Khadijah dan ‘Asiyah.
• Di dalam kitab sahih diterangkan bahwa laki-laki yang sempurna banyak bilangannya, tetapi perempuan
yang sempurna hanya empat yaitu ‘Asiyah binti Muzahim (istri Fir‘aun), Maryam binti ‘Imran, Khadijah binti
Khuwailid, dan Fathimah binti Muhammad. Sedangkan kelebihan Siti ‘‘Aisyah atas wanita-wanita yang lain
seperti kelebihan Sarid atas makanan-makanan yang lain.