Bahan keramik adalah bahan yang dihasilkan dari proses pemanasan bahan mentah seperti tanah liat hingga temperatur tinggi. Keramik dapat dibedakan menjadi keramik teknik yang kuat dan tahan korosi, serta keramik non-teknik seperti peralatan makan. Keramik memiliki sifat keras, tahan panas, dan inert sehingga sering digunakan sebagai pelapis alat masak.
1. Bahan Keramik dalam Kehidupan Sehari-Hari (Ceramics Material
in Our Daily Life)
Sejak mem-posting artikel mengenai lapisan keramik Doublepan
Vienta yang kami gunakan di dapur Pondok Dahar Lauk Jogja,
ada saja rekan yang iseng bertanya tentang lapisan keramik,
atau setidaknya secara umum mengenai keramik : "Mbak,
keramik itu sebenarnya apa sih?"
Ugh... mungkin karena kami dulu pernah mengambil pendidikan
kimia, ya, sehingga rekan-rekan tersebut bertanya tentang hal
berbau kimia begini kepada kami.
Well, despite latar belakang pendidikan kimia, kami rasa
informasi mengenai hal ini memang bermanfaat bagi banyak
orang sehingga akhirnya kami mem-posting-nya juga di blog ini.
Keramik berasal dari kata dalam bahasa Yunani keramikos yang
berarti 'benda yang telah dibakar'. Kata ini secara lugas
mengindikasikan proses pembuatan keramik melalui pemanasan
hingga temperatur tinggi yang biasa disebut firing.
Bagi masyarakat awam, istilah keramik akan segera
diasosiasikan dengan piring atau peralatan makan, gerabah,
aksesoris porselen, atau benda-benda rumah tangga sejenisnya.
'Keramik' jenis ini tidaklah digolongkan ke dalam kategori 'bahan
keramik teknik' (engineering ceramics). Kebanyakan benda-benda
'keramik non teknik' ini dibuat dari tanah liat (clay).
Tanah liat adalah bahan campuran anorganik yang sangat
kompleks, yang molekul-molekuk penyusunnya disatukan oleh
ikatan van der Waals (gaya tarik elektrostatik antara atom-atom
netral atau molekul-molekuk yang saling berdekatan) yang
relatif lemah.
Dalam dunia teknik/rekayasa, 'keramik' yang dimaksud adalah
'bahan keramik teknik'. Di sini, bahan keramik disusun oleh
molekul-molekul yang tersusun atas atom-atom logam dan non
logam, yang disatukan oleh ikatan atom, ion, atau kovalen yang
amat kuat. Salah satu contoh 'bahan keramik teknik' adalah
lapisan keramik Doublepan Vienta yang kami gunakan. Jadi
kategori engineering ceramics memang amat berbeda secara
kimiawi dengan kategori keramik pertama ('keramik non
teknik').
Dewasa ini setidaknya dikenal 8 jenis material engineering
ceramics utama yang jika diurutkan berdasarkan kekuatan
menahan beban lentur/tekuk tertinggi hingga terendah adalah :
titanium karbida (TiC), aluminium oksida (Al2O3), berilium okida
(BeO), silikon karbida (SiC), magnesium oksida (MgO), spinel
(MgAl2O4), silikat, dan kaca.
2. Lho, kaca? Demikian mungkin pertanyaan yang melintas di
benak Anda. Ya, kaca pun sebenarnya merupakan material
keramik mengingat proses pembuatannya yang tetap konsisten
dengan pengertian keramikos di atas : pasir silikat yang
dipanaskan menjadi material transparan yang kita kenal sebagai
kaca. Bahkan kaca adalah bahan keramik yang dewasa ini paling
luas digunakan oleh manusia.
Ditinjau dari sifat kristalnya, keramik dibagi menjadi 2 golongan
besar yaitu keramik kristalin dan nonkristalin.
Kaca adalah contoh keramik nonkristalin yang terbentuk dari
silikat dengan campuran oksida-oksida lain seperti kalsium
oksida (CaO, biasa disebut lime), natrium oksida (Na2O, biasa
disebut soda), kalium oksida (K2O), atau aluminium oksida.
Campuran oksida-oksida ini menentukan sifat dan warna produk
kaca yang disusunnya.
3. Dalam penggunaan sehari-hari, sifat mekanik yang paling
menguntungkan dari material keramik adalah kekerasannya.
Bahkan kenyatannya, material-material paling keras yang hingga
saat ini dikenal manusia adalah keramik : intan (C/karbon),
boron karbida (B4C), silikon karbida, tungsten karbida (WC),
aluminium oksida, dan quartz (SiO2). Bahan-bahan ini biasa
digunakan sebagai material abrasif seperti batu gerinda atau
amplas.
Sifat unggulan lain dari keramik adalah kestabilannya terhadap
lingkungan (dalam artian tidak bereaksi/terkorosi). Hal ini jauh
berbeda dengan logam pada umumnya (misalnya besi) yang
4. amat reaktif dalam arti terkorosi oleh adanya elektrolit di
sekitarnya membentuk oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4). Well,
hal ini disebabkan keramik dari sononya memang sudah ada
dalam bentuk senyawa yang sudah 'terkorosi' (dalam arti telah
teroksidasi menjadi oksida, seperti aluminium oksida atau
magnesium oksida). Cukup jelas kiranya bahwa karena sudah
ada dalam bentuk oksida atau karbida, material keramik sudah
tidak lagi mengalamai reaksi lebih lanjut dengan lingkungan.
Keramik sangat inert (tidak reaktif), tidak menyerap atau
dilarutkan oleh cairan pelarut, serta tahan panas.
Hal-hal ini menyebabkan keramik sangat sesuai untuk digunakan
sebagai pelapis alat masak yang dalam penggunannya tak bisa
lepas dari pemanasan, bahan-bahan kimia seperti asam atau
cuka, serta benturan/goresan spatula masak atau pisau.