2. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
TERBUKA
• Makna pancasilla sebagai ideology terbuka
• Kata pacasila berasal dari bahasa sanskerta, yaitu panca yang berarti lima dan sila
yang berarti dasar atau asas. Pancasila berarti lima dasar atau lima asas berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Ideologi berasal dari kata Yunani eidos yang berarti bentuk dan logos yang berarti
ilmu. Kata eidos kemudian di serao ke dalam bahasa inggis menjadi idea yang
berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita.
• Secara umum, ideology berarti sekumpulan gagasan, ide, keyakinan, dan
kepercayaan, yang bersifat sistematismengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan, seperti bidang politik (termasuk hokum dan
pertahanan keamanan) social, budaya, da keagamaan.
• Menurut A.S. Horny, ideology adalah seperangkat gagasan yang membentuk
landasan teori ekonomi dan politik yang di pegang oleh seorang atau sekelompok
orang.
• Menurut Gunawan Setiardja, ideology adalah seperangkat ide asasi (dasar)
tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
3. Franz Magnis-Suseno mengatakan bahwa ideology sebagai suatu system pemikiran
dapat di bedakan menjadi ideologi tertutup dan ideology terbuka.
• Ideology tertutup merupakan suatu system pemikiran tertutup. Ideology ini
memiliki ciri sebagai berikut.
• Merupakan cita-cita sekelompok orang untuk mengubah dan
memperbaharui masyarakat.
• Pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepapda masyarakat di
benarkan atas nama idelogi.
• Tidak hanya berisi nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan juga
tuntunan keras yang konkret dan operasional, srta diajukan secaa mutlak.
• Ideology terbuka merupakan suatu pemikiran terbuka. Ideoloi terbuka
memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
• Nilai-nilai dan cita-cita tidak dapat dipaksakan dari luar. Melinkan diambil
di gali dari moreal dan budaya masyarakat itu sendiri.
• Bukan berdasarkan keyakinan ideologis sekelompok orang, masyarakat
tersebut.
• Nilai-nilai itu bersifat dasar dan hanya secara garis besar, sehingga tidak
langsung operasional.
4. Alfian (dalam setiadi, 2003) mengemukakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada
kualitas tiga dimensi realitas, dimensi idealism, dan dimensi flaksibilitas.
• Dimensi realitas, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada
ideology secara riil hidup di dalam serta bersumber pada
budaya dan pengalaman sejarah masnyarakat atau
bangsa (menjadi volkgeist/jiwa bangsa)
• Dimensi idealism, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada
ideologi mengandung idealism yang member harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
• Dimensi flaksibilitas/dimensi pengembangan, yaitu
ideologi memiliki keluwesan yang memungkinkan dan
merangsang pemikiran-pemikiran baru yang relevan
dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan
atau mengingkari jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai
dasarnya.
5. PANCASILA SEBAGAI NILAI DAN
PARADIGMA PEMBANGUNAN
Pancasila sebagai Sumbur Nilai
• Secara etimologis, nilai (value) berasal dari kata Latin
valere yang berharga, baik, dan berguna. Secara
sederhana, nilai (calue) adalah sesuatu yang berharga,
baik, dan berguna bagi manusia. Nilai merupakan suatu
penghaegaan atau kualitas suatu hal yang dapat menjadi
dasar penentu tingkah laku manusia.
Pancasila sebagai paradigma Pembangunan
• Paradigma berarti cara pandang, nilai-nilai, metode-metode,
prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah
yang dianut oleh suatu manyarakat pada masa tertentu.
6. BERSIKAP POSITIF TERHADAP
PANCASILA
• Sikap positif warga negara terhadap pancasila didasari oleh
fungsi Pancasila. Sikap positif terhadap Pancasila pada
dasarnya adalah sejauh mana kita memaknai nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila, untuk selanjutnya diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengamalan secara objektif
• Pengamalan secara objektif adalah melaksanakan dan
menaati peraturan perundang undangan sesuai norma hukum
yang berlandasan Pancasila.
Pengamalan secaa subjektif
• Pengamalan secaa subjektif adalah menjalankan nilai-nilai
Pancasila yang berwujud norma etik secara pribadi atau
kelompok sebagai pedoman bisikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.