SlideShare a Scribd company logo
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Hutagodang Kecamatan Sungai Kanan terletak di Kelurahan
Hutagodang yang memiliki keadaan topografi yang berbukit dengan jumlah
penduduk sebanyak 11.082 jiwa yang terdiri dari 5.158 laki-laki dan 4.929
perempuan yang tergabung didalam 3.036 KK. Puskesmas Hutagodang memiliki
keadaan tanah yang relatif subur sehingga pada umumnya masyarakat memiliki mata
pencaharian di sektor pertanian dan perkebunan dan beberapa lagi dibidang
perdagangan. Luas Puskesmas Puskesmas Hutagodang 22.500 Ha dengan wilayah
kerja terdiri dari 4 desa dan 4 kelurahan. Desa yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Hutagodang yaitu Desa Hutagodang, Desa Sampean, Desa Marsonja dan
Desa Parimburan (Profil Puskemas Hutagodang, 2009).
4.1.2 Analisi Situasi Lingkungan
Wilayah kerja Puskesmas Hutagodang yang berbukit dan infrastruktur yang
masih kurang sering menjadi hambatan bagi petugas kesehatan yang turun ke desa.
Sehingga tidak mudah bagi petugas jika sedang turun hujan, karena medan yang
dilalui aakan menjadi lebih sulit. Sulitnya medan hanya dapat dilalui dengan berjalan
kaki yang harus dilalui dengan jarak tempuh yang cukup jauh yang di tambah lagi
dengan pemukiman penduduk yang sulit duijangkau. Oleh karena itu, terkadang
program Puskesmas Hutagodang tidak berjalan dengan baik. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan juga sering menjadi kendala bagi petugas dalam
46
memberikan pelayanan hal ini dikarenakan Puskesmas Hutagodang hanya dipandang
sebagai tempat pengobatan semata dan bukan sebagai tempat untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Profil Puskemas Hutagodang, 2009) .
4.1.3.Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas HutagodangTahun 2010
Puskesmas Hutagodang mempunyai tenaga kesehatan sebanyak 14 orang
Pegawai Negeri Sipil ( PNS), sebanyak 3 orang bidan PTT dan sebanyak 8 orang
tenaga kesehatan honorer. Untuk menunjang kelancaran program Puskesmas
Hutagodang maka masih dibutuhkannya tenaga kesehatan untuk profesi dokter gigi,
tenaga analis, tenaga gizi.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang telah melahirkan yang
terdapat di wilayah Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung dalam kurun
waktu Januari – November 2011 yang berjumlah 57 orang. Hasil dari penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
4.2.1. Umur
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Yaitu Menurut Umur Di Puskesmas
Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Umur (Tahun) Jumlah %
1 ≤ 20 tahun 10 17,5
2 21-35 tahun 33 57,9
3 ≥ 35 tahun 14 24,6
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar umur responden
yaitu berusia 21-35 tahun sebanyak 33 orang (57,9%) sedangkan sebagian kecil umur
responden yaitu berusia ≤ 20 tahun sebanyak 10 orang (2,3%) dan ≥ 35 tahun
sebanyak 14 orang (24,6%).
47
4.2.2.Paritas
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Paritas Di Puskesmas Hutagodang
Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Paritas Jumlah %
1 Anak Pertama 26 45,6
2 Anak Kedua 17 29,8
3 Anak ketiga atau lebih dari tiga 14 24,6
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas yang
mengkonsumsi kapsul vitamin A melahirkan anak pertama sebanyak 26 orang
(45,5%) sedangkan sebagian kecil adalah melahirkan anak ketiga atau lebih dari tiga
sebanyak 14 orang (24,6%).
4.2.3. Pekerjaan
Tabel 4.3. Distribusi Reponden Menurut Pekerjaan Di Puskesmas Hutagodang
Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Pekerjaan Jumlah %
1 Tidak bekerja 26 45,6
2 PNS 14 24,6
3 Berkebun 8 14,0
4 Wirausaha 9 15,8
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar tidak bekerja
yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian lagi bekerja sebagai berkebun
yaitu sebanyak 8 orang (14%).
4.2.4. Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi Reponden Menurut Pendidikan Di Puskesmas Hutagodang
Kecamatan Langgapayung tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1 Tidak Tamat sekolah dasar 5 8,8
2 Tamat sekolah dasar 9 15,7
3 Tamat SMP 13 22,9
4 Tamat SMA 10 17,5
48
5 Tamat Akademi 11 19,3
6 Tamat Perguruan Tinggi 9 15,8
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 13 orang (22,9%)
sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tammat
sekolah dasar yaitu sebanyak 5 orang (8,8%).
4.3. Predisposing Pengetahuan
4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Gejala Awal Kurang Vitamin A
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Gejala Awal
Kekurangan Vitamin A
No Penyakit Jumlah %
1 Sakit mata 25 43,9
2 Pusing 5 8,7
3 Rabun senja/rabun Ayam 27 47,4
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang gejala awal kurang vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab
rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya
menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%).
4.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Akibat Kurang Vitamin A
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Penyakit
Akibat Kurang Vitamin A
No Penyakit Jumlah %
1 Kebutaan/xeropthalmia 15 26,3
2 Rabun senja 22 38,6
3 Buta warna 20 35,1
Total 57 100,0
49
Berdasarkan tabel 4.6. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang penyakit akibat kurang vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab
rabun senja sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil responden
menjawab kebutaan/ xeropthalmia yaitu sebanyak 15 orang (26,3%) dan yang lainnya
menjawab buta warna sebanyak 20 orang (35,1%).
4.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Banyak
Kapsul Vitamin A Yang Di Konsumsi Ibu Selama Masa Nifas
No Banyak Kapsul Jumlah %
1 Satu buah kapsul 27 47,4
2 Dua buah kapsul 10 21,3
3 Tidak tahu 10 21,3
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui mengenai pengetahuan
responden tentang banyak kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas
yaitu sebagian besar responden menjawab satu buah kapsul sebanyak 27 orang
(47,4%) sedangkan responden lainnya menjawab dua buah kapsul yaitu sebanyak 10
orang (21,3%) dan yang menjawab tidak tahu juga sebanyak 10 orang (21,3%).
4.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang
Diberikan Kepada Ibu Nifas
Tabel 4.8.Distribusi Frekunsi Responden Menurut Jenis Warna Kapsul
Vitamin A Yang Diberikan Kepada Ibu Nifas
No Jenis Warna Jumlah %
1 Biru. 10 17,5
2 Hitam 23 40,4
3 Merah 24 42,1
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.8. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden
tentang jenis warna kapsul vitamin A yang di konsumsi kapsul vitamin A bahwa
50
sebagian besar responden menjawab merah sebanyak 42 orang (42,1%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab biru yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang
lainnya menjawab Hitam sebanyak 23 orang (40,4%).
4.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu
Nifas
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat
Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas
No Manfaat Kapsul Vitamin A Jumlah %
1 Agar ibu sehat 38
66,7
2 Mencegah infeksi, meningkatkan
kualitas ASI
14
24,6
3 Tidak tahu 5 8,7
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas yaitu sebagian besar
responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya
mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI sebanyak 14 orang (24,4%).
4.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Bayi
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat
Kapsul Vitamin A Terhadap Bayi Yang Berusia 0-6 Bulan
No Manfaat Kapsul Vitamin A
Untuk Bayi
Jumlah %
1 Meningkatkanpertumbuhan
bayi,daya tahan tubuh bayi dan
perkembangan bayi
21
36,8
2 Agar bayi gemuk, kuat, sehat 26 45,6
3 Agar bayi dapat segera kenyang 10 17,6
Total 57 100,0
51
Berdasarkan tabel 4.10. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A terhadap bayi 0-6 bulan yaitu
sebagian besar responden menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebanyak 26 orang
(45,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab agar bayi dapat segera
kenyang yaitu sebanyak 10 orang (17,6%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan
pertumbuhan bayi, daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi sebanyak 21 orang
(36,8%).
4.3.7. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin A
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat
Pemberian 2 Buah Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas
No Manfaat 2 Buah Kapsul
Vitamin ABagi Ibu Nifas
Jumlah %
1 Meningkatkan kandungan
vitamin Adidalam ASI selama 6
bulan pertama
18
31,6
2 Meningkatkan kandungan
vitamin A dalam ASI
29
50,9
3 Meningkatkan kandungan
vitamin Adidalam ASI selama 12
bulan pertama
10
17,5
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang manfaat mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebagian besar responden
menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI sebanyak 29 orang
(50,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meningkatkan kandungan
vitamin A dalam ASI selama 12 bulan pertama yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan
yang lainnya menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 6
bulan pertama sebanyak 18 orang (31,6%).
52
4.3.8. Pengetahuan Responden Tentang Sumber Vitamin A Bayi 0-6 Bulan
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Sumber
Kebutuhan Vitamin A Bayi 0-6 Bulan
No Sumber Vitamin ABayi 0-6
Bulan
Jumlah %
1 Susu formula 19 33,3
2 Air Susu Ibu(ASI) 22 38,6
3 Makanan ibu 16 28,1
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.12. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang sumber kebutuhan vitamin Abayi 0-6 bulan yaitu sebagian besar responden
menjawab Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab dari makanan ibu yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) dan yang
lainnya menjawab susu formula sebanyak 19 orang (33,3%).
4.3.9. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul
Vitamin A Pertama
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Waktu Ibu
Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Pertama
No Waktu Ibu Nifas Konsumsi
Kapsul Vitamin APertama
Jumlah %
1 Segera setelah melahirkan 16 28,1
2 Kunjungan bidan atau petugas
kesehatan pertama
34
59,6
3 Minggu ke tiga setelah
melahirkan
7
12,3
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.13. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A pertama sekali yaitu
sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama
sebanyak 34 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab minggu
53
ke tiga setelah melahirkan yaitu sebanyak 7 orang (12,3%) dan yang lainnya
menjawab segera setelah melahirkan sebanyak 16 orang (28,1%).
4.3.10. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Konsumsi Kapsul Vitamin A
Yang Kedua
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Waktu Ibu
Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Yang Kedua
No Waktu Ibu Nifas Konsumsi
Kapsul Vitamin AKedua
Jumlah %
1 24 jam setelah konsumsi kapsul
vitamin A pertama
17
30
2 Hingga 4 minggu pertama setelah
melahirkan
21
36,7
3 Tidak tahu 19 33,3
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.14. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua yaitu
sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan
sebanyak 21 orang (36,7%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab 24 jam
setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama yaitu sebanyak 17 orang (30%) dan yang
lainnya menjawab tidak tahu sebanyak 19 orang (33,3%).
4.3.11. Kategori Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.15. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi
Kapsul
Vitamin A
No Kategori Pengertahuan Jumlah %
1 Baik 0 0
2 Sedang 52 91,2
3 kurang 5 8,8
Total 57 100,0
54
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang (91,2%), sedangkan selebihnya
berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%)
4.4. Sikap Responden
Dalam sikap terdapat kalimat pernyataan dengan pilihan jawaban SS untuk
menggantikan kata Sangat Setuju menggantikan kata, S untuk menggantikan kata
Setuju, TS untuk menggantikan kata Tidak Setuju dan kata STS untuk menggantikan
kata kata Sangat Tidak Setuju .
4.4.1. Sikap Responden Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.16. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan
Tentang Ibu Nifas
NO Pernyataan Sikap
Responden
SS % S % TS % STS %
1 Menurut ibu, setiap ibu yang hamil
harus diberikan kapsul vitamin A
9 16 24 42 12 21 12 21
2 Menurut ibu, ibu yang sedang hamil
memiliki kebutuhan vitamin A lebih
tinggi dari ibu yang sedang nifas
7 12 26 46 18 32 6 10
3 Setiap bidan harus membawa kapsul
vitamin Aketika menolong
persalinan
12 21 20 35 25 44 0 0
4 Menurut ibu, apabila melahirkan di
rumah maka seorang ibu nifas tidak
perlu mendapatkan kapsul vitamin A
5 8,7 14 24,6 27 47,4 11 19,3
5 Agar dapat mengetahui manfaat
kapsul vitamin A, maka ibu nifas
harus mendapat informasi kapsul
vitamin A.
14 24,6 32 56,1 11 19,3 0 0
6 Agar dapat mengetahui banyak hal
tentang kapsul vitamin A maka maka
ibu akan sering bertanya dengan
petugas kesehatan
9 16,4 36 65,5 10 18,1 0 0
7 Menurut ibu, bayi ibu akan mendapat
kebutuhan vitamin A dari susu
formula dan makanan ibu
17 29,8 27 47,4 7 12,3 6 10,5
55
Berdasarkan tabel 4.16. di atas diketahui bahwa terdapat 57 orang responden
yang telah diberikan pertanyaan berupa sikap mereka dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A yang dinilai dari sikap SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, TS untuk
tidak setuju dan STS untuk menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 24 (42%)
orang responden merasa setuju bahwa setiap ibu hamil harus diberikan kapsul
vitamin A sedangkan ada sebanyak 12 orang (21%) yang merasa sangat tidak setuju
dan 12 orang (21%) lagi merasa tidak setuju. Untuk pernyataan ibu yang sedang
hamil memiliki kebutuhan vitamin A lebih tinggi dari ibu yang sedang nifas terdapat
8 Menurut ibu, karena kebutuhan yang
tinggi akan vitamin Amaka ibu nifas
harus mengkonsumsi 3 kapsul
vitamin A
15 26,3 23 40,4 15 26,3 4 7
9 Menurut ibu, kapsul vitamin A hanya
untuk meningkatkan kesehatan si ibu
saja
2 3,5 20 35,1 27 47,4 8 14
10 Ibu nifas harus mengkonsumsi
kapsul vitamin A 24 jam setelah
melahirkan
0 0 29 50,9 24 42,1 4 7
11 Ibu nifas harus mengkonsumsi
kapsul vitamin A yang kedua setelah
24 jam mengkonsumsi kapsul
vitamin A yang pertama
5 8,8 22 38,6 29 50,8 1 1,8
12 Konsumsi kapsul vitamin Adapat
meningkatkan kandungan vitamin A
didalam ASI
19 33,3 19 33,3 16 28,1 3 5,3
13 Menurut ibu, konsumsi kapsul
vitamin A 2 buah tidak dapat
memenuhi kebutuhan vitamin Abayi
selama 6 bulan
6 10,
5
23 40,4 21 36,8 7 12,3
14 Bayi hanya mendapat vitamin Adari
Air Susu Ibu (ASI)
9 15,8 19 33,3 24 42,1 5 8,8
15 Ibu nifas sebaiknya harus meminta
kapsul vitamin A jika bidan belum
memberikan pada saat kunjungan
nifas
3 5,2 16 28,1 27 47,4 11 19,3
56
sebanyak 26 ibu nifas ( 46%) setuju dengan pernyataan tersebut sedangkan 18 ibu
nifas (32%) merasa tidak setuju, untuk pernyataan setiap bidan harus membawa
kapsul vitamin A ketika menolong persalinan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%)
tidak setuju sedangkan 20 orang ibu nifas (35%) menyatakan setuju.
Untuk pernyataan apabila melahirkan di rumah maka seorang ibu nifas tidak
perlu mendapatkan kapsul vitamin A diperoleh sebanyak 27 orang ibu nifas (47,4%)
merasa tidak setuju dengan pernyataan dan sebanyak 11 orang lainnya juga yang
merasa sangat tidak setuju, untuk pernyataan agar dapat mengetahui manfaat kapsul
vitamin A, maka ibu nifas harus mendapat informasi kapsul vitamin A sebanyak 32
orang ibu nifas (56,1%) merasa setuju yang di dukung oleh 14 orang ibu nifas lainnya
(24,6%) merasa sangat setuju. Agar dapat mengetahui banyak hal tentang kapsul
vitamin A maka maka ibu akan sering bertanya dengan petugas kesehatan, sebanyak
36 orang (65,5%) ibu nifas merasa setuju dengan pernyataan tersebut dan 9 orang
(16,4%) ibu nifas merasa sangat setuju setuju dengan pernyataan tersebut.
Sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu
nifas lainnya sangat setuju bahwa bayi ibu akan mendapat kebutuhan vitamin Adari
susu formula dan makanan ibu. Pernyataan karena kebutuhan yang tinggi akan
vitamin A maka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A maka sebanyak 23
orang (40,4%) merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat
setuju. Pernyataan bahwa kapsul vitamin A hanya untuk meningkatkan kesehatan si
ibu saja, sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa tidak setuju dan 8 orang (14%)
ibu nifas lainnya merasa sangat tidak. Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin
A 24 jam setelah melahirkan , sebanyak 29 orang ( 50,9%) ibu nifas merasa setuju
57
sedangkan sebanyak 24 orang (42,1%) ibu nifas merasa tidak setuju. Ibu nifas harus
mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua setelah 24 jam mengkonsumsi kapsul
vitamin A yang pertama ,sebanyak 29 orang (50,8%) ibu nifas merasa tidak setuju
dan 1 orang (1,8%) ibu nifas merasa sangat tidak setuju.
Sebanyak 19 orang (33,3%) ibu nifas merasa sangat setuju dan 19 orang
(33,3%) ibu nifas lainnya merasa setuju bahwa konsumsi kapsul vitamin A dapat
meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI. 23 orang (40,4%) ibu nifas
menyatakan setuju konsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 buah tidak dapat
memenuhi kebutuhan vitamin A bayi selama 6 bulan sedangkan 21 orang (36,8%) ibu
nifas menyatakan tidak setuju. Sebanyak 24 orang (42,1%) ibu nifas menyatakan
tidak setuju dengan pernyataan bayi hanya mendapat vitamin A dari Air Susu Ibu
(ASI) sedangkan 19 orang (33,3%) ibu nifas menyatakan setuju. Sebanyak 27 orang
(47,4%) ibu nifas menyatakan tidak setuju dan 11 orang (19,3%) ibu nifas
menyatakan sangat tidak setuju bahwa ibu nifas sebaiknya harus meminta kapsul
vitamin A jika bidan belum memberikan pada saat kunjungan nifas.
4.4.2. Kategori Tingkat Sikap
Tabel 4.17. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Konsumsi Kapsul
Vitamin A
No Kategori Sikap Jumlah %
1 Baik 0 0
2 Sedang 57 100,0
3 Kurang 0 0
58
Total 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.17. diketahui bahwa seluruh responden atau sebanyak 57
orang (100% ) responden memiliki sikap dengan kategori sedang.
4.5 Enabling
4.5.1. Faktor Enabling Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.18. Distribusi Ketersediaan Kapsul Vitamin A( Enabling)
No Enabling (Ketersediaan Kapsul Vitamin A) YA % Tidak %
1 Apakah bidan membawa kapsul vitamin A ketika
menolong melahirkan
27 47,4 30 52,6
2 Apakah bidan membawa kapsul vitamin A ketika
malakukan kunjungan ke rumah setelah melahirkan
40 70,2 17 29,8
Berdasarkan tabel 4.18. diata dapat dikeahui bahwa sebanyak 27 responden
(47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong
melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan
bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Sebanyak 40
responden (70,2%) mengatakan iya untuk pernyataan bidan membawa kapsul vitamin
A ketika malakukan kunjungan ke rumah setelah melahirkan sedangkan 17 responden
(29,8%) mengatakan tidak.
Tabel 4.19. Distribusi Akses Pelayanan Kesehatan Untuk Mendapatkan Kapsul
Vitamin A( Enabling)
No Enabling (Akses Pelayanan Kesehatan) YA % Tidak
1 Apakah ibu merasa puskesmas/praktek petugas
kesehatan(bidan, dokter) terlalu jauh dari rumah
43 75,4 14 24,6
59
2 Apakah tersedia angkutan umum ke puskesmas/praktek
petugas kesehatan (bidan, dokter)
21 36,8 36 63,2
3 Apakah ibu merasa kesulitan dalam mendapatkan
angkutan umum ke puskesmas praktek petugas
kesehatan(bidan, dokter)
33 57,9 24 42,1
Berdasarkan tabel 4.19. dapat diketahui bahwa sebanyak 43
responden(75,4%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa puskesmas/praktek
petugas kesehatan (bidan, dokter) terlalu jauh dari rumah, sebanyak 36 responden
(63,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa tersedia angkutan umum ke
puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan,dokter), sebanyak 33 responden (57,9%)
mengatakan ya untuk pernyataan bahwa ibu merasa kesulitan dalam mendapatkan
angkutan umum ke puskesmas praktek petugas kesehatan(bidan, dokter).
4.6.Reinforsing
4.6.1.Faktor Reinforsing Petugas Kesehatan Pada Ibu Nifas
Tabel 4.20. Distribusi Petugas Kesehatan Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
No Reinforsing (Petugas kesehatan) YA % Tidak %
1 Apakah petugas kesehatan pernah
menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul
vitamin A
26 45,6 31 54,4
2 Apakah petugas kesehatan memberikan anjuran kepada
ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A
33 57,9 24 42,1
3 Apakah petugas kesehatan memberikan
konseling/penyuluhan setelah bertemu ibu
15 26,3 42 73,7
Dari Tabel 4.20. dapat diketahui bahwa sebanyak 31 responden (54,4%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan pernah
menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A, sebanyak 33
responden (57,9%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan
60
memberikan anjuran kepada ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 42
responden (73,7%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan
memberikan konseling/penyuluhan setelah bertemu ibu .
4.6.2. Faktor Reinforsing Keluarga Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.21 Distribusi Keluarga Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam
Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
No Reinforsing (Keluarga) YA % Tidak %
1 Apakah keluarga ibu memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A
11 19,3 46 80,7
2 Apakah keluarga ibu sering mendampingi ibu dalam
melakukan pengobatan setelah melahirkan di rumah
52 91,2 5 8,8
Dari Tabel 4.21. dapat diketahui bahwa sebanyak 46 responden(80,7%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa keluarga ibu memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 52 responden (91,2%) mengatakan ya
untuk pernyataan bahwa keluarga ibu sering mendampingi ibu dalam melakukan
pengobatan setelah melahirkan di rumah .
4.6.3. Faktor Reinforsing Teman Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Tabel 4.22. Distribusi Teman Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam
Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
No Reinforsing (Teman) YA % Tidak %
1 Apakah teman ibu memberikan informasi tentang
mengkonsumsi kapsul vitamin A
9 15,8 48 84,2
2 Apakah teman ibu pernah menyarankan ibu agar
mengkonsumsi kapsul vitamin A
4 7 53 93
3 Apakah teman ibu sering mendampingi ibu dalam
berkunjung ke ke puskesmas/praktek dokter/bidan
5 8,8 52 91,2
61
Dari Tabel 4.22. dapat diketahui bahwa sebanyak 48 responden (84,2%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang
mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 53 responden (93%) mengatakan tidak
untuk pernyataan bahwa teman ibu pernah menyarankan ibu agar mengkonsumsi
kapsul vitamin A, sebanyak 52 responden (91,2%) mengatakan tidak untuk
pernyataan bahwa teman ibu sering mendampingi ibu dalam berkunjung ke ke
puskesmas/praktik dokter/bidan.
4.7. Tindakan Responden
4.7.1. Tindakan Responden Bertanya Tentang Pemberian Kapsul Vitamin A
Kepada Bidan Ketika Kunjungan Ke Rumah
Tabel 4.23. Distribusi Tindakan Responden Bertanya Pemberian Kapsul
Vitamin A Kepada Bidan Ketika Kunjungan Ke Rumah
No Bertanya Tentang Kapsul Vitamin
AKetika Kunjungan Ke Rumah
Jumlah %
1 Ya 17 29,8
2 Tidak 40 70,2
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.23. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
bertanya tentang kapsul vitamin A ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah
bahwa sebagian besar responden menjawab tidak bertanya tentang kapsul vitamin A
ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 40 orang (70,2%)
sedangkan sebagian kecil responden menjawab ya bertanya tentang kapsul vitamin A
ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 17 orang (29,8%) .
4.7.2. Tindakan Responden Dalam Meminta Kapsul Vitamin A
Tabel 4.24.Distribusi Tindakan Responden Dalam Meminta Kapsul Vitamin A
No Ibu Nifas Meminta Kapsul
Vitamin A
Jumlah %
1 Ya 13 22,8
62
2 Tidak 44 77,2
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.24. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
meminta kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab tidak meminta
kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab ya meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 13 orang (22,8%).
4.7.3. Tindakan Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A
Tabel 4.25.Distribusi Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A
No Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A Jumlah %
1 Ya 45 78,9
2 Tidak 12 21,1
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.25. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab ya
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 45 orang (78,9%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab tidak mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu
sebanyak 12 orang (21,1%) .
4.7.4. Waktu Responden Mendapatkan Kapsul Vitamin A Yang Pertama
63
Tabel 4.26. Distribusi Waktu Responden Mendapatkan Kapsul Vitamin A
Yang Pertama
No Waktu Pertama Mendapat
Kapsul Vitamin A
Jumlah %
1 Setelah bidan melakukan
kunjungan ke rumah
36 63,2
2 Segera setelah melahirkan 21 36,8
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.26. di atas diketahui mengenai waktu responden
mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama dan sebagian besar responden
menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan
kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama segera setelah
melahirkan yaitu sebanyak 21 orang (36,8%)
4.7.6.Kategori Tingkat Tindakan Responden
Tabel 4.27. Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Konsumsi kapsul
Vitamin A
No Kategori Tindakan Jumlah %
1 Baik 19 33,3
2 Sedang 38 66,7
Jumlah 57 100,0
Berdasarkan tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori tindakan sedang yaitu sebanyak 38 orang (66,7%) dan kategori tindakan baik
yaitu sebanyak 19 orang (33,3%).
64
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Umur Ibu Nifas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. dapat
diperoleh bahwa umur ibu nifas berkisar antara 18-40 tahun dan didapatkan bahwa
sebagian besar umur responden berusia 20-35 tahun sebanyak 33 orang (57,9%)
sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia 18-20 tahun sebanyak 10
orang (2,3%).
Hal ini sesuai dengan standar WHO bahwa pembagian umur pada suatu
penelitian dapat berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu antar usia 15 tahun sampai 49
tahun, dimana berada pada tahap dewasa, dengan kata lain batas antara dewasa muda
dengan dewasa tua yaitu sekitar 32 tahun (Fauzi A, 2011). Semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun.
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Verner dan Davison di dalam
Notoatmodjo (2003) bahwa dengan bertambah usia maka akan mengurangi
kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam
mendapatkan pengetahuan. Hasil penelitian tesis Umar (2006) juga sejalan dengan
pernyataan diatas bahwa didapatkan rata-rata ibu yang memiliki umur 29,9 tahun
yang mengkonsumsi kapsul vitamin A, namun hal berbeda didapatkan pada hasil
penelitian tesis Moecherdiyantiningsih (1997) yang dilakukan kepada 180 ibu nifas
65
bahwa ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A rata-rata ibu yang memiliki
umur 25,9 tahun.
Sedangkan menurut hasil penelitian Stoltzfus (1992) di dalam tesis Umar
(2006) menunjukkan bahwa terdapata hubungan antara umur ibu menyusui dengan
konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi, ibu yang berumur tua lebih banyak
mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi dibandingkan ibu yang berumur muda, tetapi
hal berbeda dikemukakan oleh Rice (1998) di dalam tesis Umar (2006) bahwa
penelitian di Bangladesh tidak terdapat hubungan umur responden dengan konsumsi
vitamin A, ibu menyusui yang berumur 20-29 tahun lebih banyak mengkonsumsi
kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui yang berumur < 20
tahun dan > 30 tahun.
Umur dapat mempengaruhi ibu dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A, hal
ini dikarenakan umur dapat mempengaruhi wawasan, cara berfikir dan daya ingat
seseorang. Seorang ibu yang memiliki usia <20 tahun memiliki kecenderungan tidak
mengkonsumsi kapsul vitamin A dikarenakan mereka masih belum siap menjadi ibu
yang dikarenakan masih ada pemikiran yang belum dewasa sehingga mereka
cenderung tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Sejalan dengan penelitian
ini bahwa distribusi umur responden berada pada usia 20-35 tahun.
5.1.2.Paritas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.2. dapat
diperoleh bahwa sebagian besar ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A
melahirkan anak pertama sebanyak 26 orang (45,5%), sebanyak 17 orang (29,8%) ibu
nifas memiliki paritas anak kedua mengkonsumsi kapsul vitamin A, sedangkan
66
sebagian kecil melahirkan anak ketiga atau lebih dari tiga sebanyak 14 orang (24,6%)
mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut tim ahli WHO (1984) dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan
pengetahuan diperoleh dari pengalaman. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain, seorang ibu yang
pernah mengalami persalinan sudah tentu akan memiliki pandangan dan pemikiran
tersendiri yang berdasarkan pengalamannya itu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Stoltzfus (1992) didalam tesis Umar (2006) didapatkan bahwa ibu menyusui dengan
paritas 2-4 lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan
ibu menyusui dengan paritas kurang dari 2 anak.
Hasil yang berbeda didapatkan didalam penelitian Riset Kesehatan Dasar
tahun 2010, bahwa ibu nifas dengan paritas anak pertama sebanyak 54,8%
mengkonsumsi kapsul vitamin A. Untuk ibu nifas yang memiliki paritas anak ke 2-3
sebanyak 52,7% yang mengkonsumsi kapsul vitamin A, ibu nifas dengan paritas anak
ke 2-3 tidak mengetahui apakah sudah mengkonsumsi kapsul vitamin A, sedangkan
untuk paritas anak ke 4-5 didapatkan data 46,6 % ibu nifas mengkonsumsi kapsul
vitamin A. Dengan demikian dapat dikatakan semakin banyak paritas ibu maka akan
semakin kecil kemungkinan ibu untuk mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Paritas dapat mempengaruhi pengetahuan dan keinginan ibu nifas dalam
mengikuti saran dari petugas kesehatan, semakin banyak paritas ibu maka akan
menimbulkan perasaan si ibu memiliki pengetehuan dan pengalaman yang lebih
banyak sehingga menimbulkan kecenderungan ibu untuk tidak mengikuti anjuran
67
petugas kesehatan dikarenakan ibu merasa sudah pernah mengalami hal tersebut
sebelumnya sehingga akan menimbulkan perasaan lebih mengetahui.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa perubahan
perilaku untuk orang dewasa pada umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan
perubahan perilaku anak- anak, hal ini dikarenakan orang dewasa sudah memiliki
pengetahuan dan sikap tertentu yang sudah mereka yakini secara bertahun-tahun yang
berasal dari pengalaman. Hal ini juga termasuk mengenai seorang ibu yang telah
melakukan persalinan sebelumnya tentunya memiliki pendapat dan sikap tertentu
tentang konsumsi kapsul vitamin A yang telah didapatkan yang dapat mengakibatkan
ibu telah memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi dan keyakinan tentang konsumsi
kapsul vitamin A.
Menurut hasil penelitian yang ditemukan bahwa bahwa distribusi paritas yang
paling banyak yang menjadi responden adalah yang memiliki paritas anak pertama
sebanyak 26 orang atau 45,6 %, hal ini dapat disebabkan ibu yang memiliki paritas
dua dan tiga atau lebih telah memiliki pengalaman sebelumnya sehingga pengalaman
ini telah membuat pengetahuan yang baru kepada ibu yang memiliki paritas anak dua,
tiga atau lebih dari tiga .
5.1.3.Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3. dapat diketahui bahwa sebagian
besar tidak bekerja yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian kecil
bekerja sebagai berkebun yaitu sebanyak 8 orang (14%), menurut penelitian Umar
(2006) bahwa presentase terbesar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga atau ibu
yang tidak bekerja sebesar 75% sedangkan ibu yang bekerja sebagai PNS/Swsta
68
sebesar 12,8%, sebagai wiraswasta sebesar 11,5% yang mengkonsumsi kapsul
vitamin A.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 bahwa 52 % ibu yang tidak
bekerja mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 40,4% ibu yang tidak bekerja
tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak untuk bisa
mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan yang salah satunya adalah
tentang kapsul vitamin Asehingga ibu yang tidak bekerja yang cenderung
mengkonsumsi kapsul vitamin Asedangkan ibu yang memiliki pekerjaan di luar
rumah cenderung tidak peduli dengan hal-hal tersebut .
5.1.3. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 13 orang
(22,9%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak
tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 5 orang (8,8%).
Menurut Liliweri (2007) didalam Fauzi (2011) bahwa cakupan pengetahuan
atas wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah menangkap informasi. Hal ini sejalan
menurut pendapat Wied (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan juga
menentukan mudah atau tidak seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik
pula pengetahuannya. Oleh karena itu, keterbatasan pendidikan ibu akan berpengaruh
69
pada kemudahan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa manusia yang
memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang
lebih tinggi maka akan semakin memiliki wawasan yang semakin baik pula. Hasil
penelitian lainnya yang sesuai dengan pendapat diatas adalah dari hasil penelitian
Khairunnisa (2011) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga dapat membuat seseorang untuk lebih
mudah menerima ide-ide dan teknologi baru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Stoltzfus (1992) didalam tesis Umar (2006) bahwa ibu menyusui
yang berpendidikan > 6 tahun lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis
tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui yang berpendidikan < 6 tahun. Hasil yang
tidak jauh berbeda juga didapatkan didalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 bahwa
sebanyak 40 % ibu yang tidak tammat SD mengkonsumsi kapsul vitamin A,
sebanyak 47,2% ibu yang tammat SD mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak
54,1 % ibu yang tammat SLTP mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 58,6% ibu
yang tammat SLTA mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya mempunyai taraf
pengetahuan dan keterampilan yang semakin baik serta akan lebih mengerti tentang
sesuatu hal, yang cenderung akan mempengaruhi tindakannya dalam mengkonsumsi
kapsul vitamin A, tetapi untuk pendidikan terakhir responden di Puskesmas
Hutagodang paling banyak memang ibu yang tammat SMP sehingga juga akan
70
mempengaruhi pengetahuan dan tindakan mereka dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A.
5.2. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kapsul Vitamin A
5.2.1. Pengetahuan Tentang Gejala Awal Kurang Vitamin A
Berdasarkan pernyataan responden tentang gejala awal kurang vitamin A
dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.5 bahwa sebagian besar responden
menjawab rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian
kecil responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya
menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%) sebagai gejala awal kurang vitamin
A.
Menurut pendapat Almatsier (2003), kurang vitamin A merupakan suatu
kondisi dimana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Salah satu gejala awal
kurang vitamin A adalah buta senja (niktaolopia), yaitu ketidakmampuan
menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar-samar/senja seperti
memasuki kamar gelap dari kamar terang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Solihin
(1990) bahwa buta senja sebagai gangguan regenerasi rhodopsin merupakan gejala
dan sering timbul sebelum terdapatnya gejala mata lainnya. Buta senja merupakan
gejala awal kekurangan vitamin A, seseorang yang telah mengetahui gejala awal
kurang vitamin A maka akan mempengaruhi perilakunya terhadap kurang vitamin A
baik itu perilaku dalam bentuk sikap maupun perilaku dalam bentuk tindakan.
Menurut Suchman didalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa
seorang individu memiliki pandangan mengenai gejala merasa sakit adalah kurang
enak badan atau sesuatu yang tidak biasa dialami yang selanjutnya pengetahuan
71
mengenai gejala tersebut akan membuat penafsiran-penafsiran yang berkaitan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana sebagian besar
responden menyatakan gejala awal kurang vitamin A adalah rabun senja/rabun ayam
sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab pusing
yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya menjawab sakit mata sebanyak 25
orang (43,9%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
kurang baik tentang gejala kurang vitamin A
Menurut Muzaham (1995) bahwa kesimpulan yang diperoleh seseorang pada
tahap pengenalan gejala penyakit berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini
dikarenakan setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda tentang gejala penyakit
tergantung pengetahuan responden tentang penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan
menurut pendapat mechanics dalam Notoatmodjo (2003) bahwa seseorang akan
menganggap suatu penyakit apabila sakit itu dapat dilihat, dikenali atau dirasakan
menonjol dari gejala dan tanda menyimpang. Padahal tidak menutup kemungkinan
seseorang yang telah mengalami suatu gejala penyakit tetapi gejala tersebut tidak
tampak secara langsung tetapi membutuhkan waktu hingga penyakit tersebut menjadi
semakin parah .
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebahagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang gejala awal kurang vitamin A yang dapat
dilihat dari masih banyaknya responden yang menyatakan bahwa sakit mata sebagai
gejala awal kurang vitamin A yaitu sebanyak 25 responden (43,9%), kurangnya
pengetahuan tentang gejala awal kurang vitamin A merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya kurang vitamin A yang dapat berimbas kepada buta warna dan
72
kebutaan. Hal ini dikarenakan tidak adanya tanda-tanda yang khusus mengenai gejala
awal seseorang menderita kurang vitamin A dan juga masih susahnya dilakukan
diagnose serum darah di laboratorium sebagai indikasi kurang vitamin A.
5.2.2. Pengetahuan Tentang Akibat Kurang Vitamin A
Berdasarkan pernyataan responden tentang penyakit akibat kurang vitamin A
dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.6 bahwa sebagian besar responden
menjawab rabun senja sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab kebutaan/xeropthalmia yaitu sebanyak 15 orang (26,3%) dan
yang lainnya menjawab buta warna sebanyak 20 orang (35,1%) sebagai penyakit
akibat kurang vitamin A.
Menurut Depkes (2003) bahwa xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan
gangguan kekurangan vitamin A pada mata. Xerofthalmia terjadi akibat tubuh
kekurangan vitamin A dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Soedietama (1985) bahwa kelainan mata pada kurang vitamin A disebut
xeropthalmia yang terdiri dari kekeringan epitel bijik mata dan kornea.
Menurut teori HBM didalam Muzaham (1995) bahwa setiap orang tidak akan
melakukan pencegahan penyakit dan pertolongan medis bila mereka tidak memiliki
pengetahuan dan motivasi yang relevan dengan kesehatan, bila mereka tidak
memandang keadaan tidak berbahaya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Lewin
didalam Notoatmodjo (2003) bahwa agar seseorang bertindak berobat mengobati atau
mencegah penyakitnya maka ia harus merasakan ia rentan (susceptible) terhadap
penyakit tersebut. Oleh karena itu, sebelum individu mendapatkan suatu penyakit
maka seharusnya sudah mendapatkan informasi mengenai bahaya yang akan
73
dihadapinya kedepannya sehingga akan membuat dirinya lebih waspada untuk
melakukan tindakan pencegahan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden kurang
memiliki pengetahuan tentang penyakit akibat kurang vitamin A yang terbukti
sebanyak 22 orang (38,6%) menjawab rabun senja sebagai penyakit akibat kurang
vitamin A. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit akibat kurang vitamin A
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit akibat kurang vitamin A
yang dapat berimbas kepada sering terdapat anak yang menderita xeropthalmia
bahkan berujung kepada kematian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Huseini
dalam Solihin (1990) bahwa sebanyak 1.250.000 anak menderita xeropthalmia non
kornea dan diperkirakan 15 juta anak di Indonesia tidak cukup mengkonsumsi
vitamin A setiap hari dikarenakan pengetahuan yang kurang.
5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Banyak Kapsul Vitamin A Yang Di
Konsumsi Ibu Selama Masa Nifas
Berdasarkan pernyataan responden tentang banyak kapsul vitamin A yang
dikonsumsi ibu nifas dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.7. bahwa
diperoleh data sebanyak 27 orang (47,4%) menjawab satu buah kapsul vitamin A
yang di konsumsi ibu selama masa nifas, sebanyak 10 orang (21,3%) menjawab dua
buah kapsul kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas, sebanyak 10
orang (21,3%) mengatakan tidak tahu kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama
masa nifas.
Salah satu pelayanan nifas yang diberikan kepada ibu nifas antara lain adalah
pemberian kapsul Vitamin A 200.000 SI sebanyak dua kali. Pada bulan Desember
74
2002, The International Vitamin A Consultative Group (IVACG) mengeluarkan
rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400.000 SI atau dua
kapsul dosis tinggi @ 200.000 SI. Sebagai tambahan atau sebagai alternatif, ibu nifas
dapat mengkonsumsi vitamin A dosis 10.000 SI setiap harinya atau 25.000 SI sekali
seminggu selama 6 bulan pertama, untuk meningkatkan status vitamin A dalam
tubuhnya. (HKI, 2005). Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2006) didalam
penelitiannya bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A, hal ini
karena kapsul vitamin A pertama akan diberikan segera setelah melahirkan dan satu
kapsul tambahan akan diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam setelah
pemberian kapsu vitamin A yang pertama.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang jumlah kapsul vitamin A yang harus dikonsumsi
ibu selama masa nifas yang terbukti sebanyak 27 orang (47,4%) menjawab ibu nifas
mengkonsumsi satu kapsul vitamin A selama masa nifas. Kurangnya pengetahuan
tentang banyaknya kapsul vitamin A yang dikonsumsi ibu nifas selama nifas
dikarenakan akses untuk mendapatkan informasi masih sangat kurang yang
dikarenakan interaksi yang kurang antara petugas kesehatan dan ibu nifas, hal ini
dikarenakan jarak yang jauh antara rumah petugas kesehatan juga puskesmas dengan
rumah warga.
5.2.4. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang
Diberikan Kepada Ibu Nifas
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8. di atas diketahui mengenai
pengetahuan responden tentang jenis warna kapsul vitamin A yang di konsumsi
75
kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab kapsul bewarna merah
sebanyak 42 orang (42,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab biru yaitu
sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab Hitam sebanyak 23 orang
(40,4%).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/ SK/
IX/ 2008 bahwa pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai 3 hari; pada minggu ke II, dan
pada minggu ke VI termasuk pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. Salah satu
pelayanan nifas yang dimaksudkan adalah pemberian buah kapsul vitamin A bewarna
merah. Hal ini sesuai dengan penyataan Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) yaitu
pemberian suplementasi vitamin A kepada kelompok sasaran yaitu bayi, anak balita
dan ibu nifas. Kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (warna biru) untuk bayi, kapsul
vitamin A dosis 200.000 IU (warna merah) untuk anak balita dan ibu nifas.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang jenis warna kapsul vitamin A yang harus
dikonsumsi ibu selama masa nifas, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
responden yang memberikan jawaban kapsul bewarna biru sebanyak 10 orang
(17,5%) dan hitam sebanyak 23 orang (40,4%) sebagai jenis warna kapsul vitamin A
yang harus dikonsumsi ibu nifas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengetahuan ibu
nifas yang masih belum baik tentang kandungan setiap warna kapsul vitamin A yang
juga akan mempengaruhi manfaat dan fungsinya.
76
5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu
Nifas
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu
nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%)
sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 5 orang
(8,7%) dan yang lainnya mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI sebanyak 14
orang (24,4%).
Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2005 bahwa vitamin A
bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan ibu dan bayinya,
karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Vitamin A juga
bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan. Oleh karena
itu vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Pemberian
suplementasi vitamin A setelah melahirkan (nifas) telah menaikkan konsentrasi serum
retinol ibu, menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan mortalitas yang
berhubungan dengan kehamilan hingga 40 % (Depkes RI, 2002).
Berbagai studi yang dilakukan mengenai ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul
vitamin A memperlihatkan hasil yang berbeda-beda dan sesuai dengan hasil
penelitian Basu (2003) didalam tesis penelitian Umar (2006) menyatakan bahwa
pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dapat menurunkan insiden dan durasi
penyakit infeksi pada ibu dan bayi (Umar, 2006). Pemberian 2 kapsul vitamin A
diharapkan cukup menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
77
bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan dan mencegah infeksi pada ibu
nifas (Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, 2009).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu
nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%). Ibu
nifas tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai manfaat yang dapat
diberikan ketika mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini dapat disebabkan
kurangnya informasi yang didapatkan ibu nifas tentang manfaat kapsul vitamin A.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Naibaho (2011) bahwa dari sembilan
orang ibu nifas hanya ada satu orang ibu nifas yang dapat menjelaskan tentang
manfaat pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas dan hal di daera tersebut masih
banyak yang tidak mendapatkan kapsul vitamin A dikarenakan bidan yang tidak
memberikan kapsul vitamin A.
5.2.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Bayi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10. bahwa diperoleh data menjawab
agar bayi gemuk, kuat, sehat sebagai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A
terhasebanyak 26 orang (45,6%)dap bayi 0-6 bulan, sebanyak 10 orang (17,6%)
menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebagai manfaat mengkonsumsi kapsul
vitamin A terhadap bayi 0-6 bulan, sebanyak 21 orang (36,8%) menjawab
meningkatkan pertumbuhan bayi, daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi.
Berbagai studi yang dilakukan mengenai ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul
vitamin A memperlihatkan hasil yang berbeda-beda, tetapi sebuah studi yang
dilakukan pada bayi usia enam bulan yang ibunya telah mendapatkan kapsul vitamin
78
A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam
pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena
ISPA.
Hal ini sesuai dengan penelitian Maryuni (2010) bahwa bayi yang
mendapatkan vitamin A memiliki resiko terkena penyakit yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan vitamin A yang cukup. Sesuai
dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmat (1995) didalam tesis
Ningsih (1997) bahwa resiko infeksi saluran pernafasan pada ibu dan gastroenteritis
akut pada bayi lebih rendah pada kelompok yang mendapat suplementasi vitamin A
dan juga risiko untuk menderita KVA pada bayi yang mempunyai ibu yang berstatus
vitamin A rendah hampir 3 kali dibandingkan bayi yang ibunya berstatus vitamin A
normal (Ningsih, 1997).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Basu (2003) didalam tesis penelitian
Umar (2006) menyatakan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
dapat menurunkan insiden dan durasi penyakit infeksi pada ibu dan bayi sedangkan
menurut Nelson (2005) didalam tesis Umar (2006) bahwa pemberian vitamin A dosis
tinggi dapat menurunkan lebih 50% kasus campak, menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang disebabkan oleh diare juga menurunkan kasus infeksi saluran
pernapasan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi bayi
0-6 bulan yaitu sebagian besar responden menjawab agar meningkatkan kandungan
vitamin A didalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%). Ibu nifas tidak memiliki
79
pengetahuan yang cukup baik mengenai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A
bagi bayinya. Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan ibu
nifas tentang manfaat kapsul vitamin A bagi bayi 0-6 bulan. Kurangnya informasi
dari petugas kesehatan juga akan mempengaruhi pengetahuan ibu nifas tentang
manfaat kapsul vitamin A pada bayi 0-6 bulan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Mintarsiah (1996) bahwa ibu yang
mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan
untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang manfaat kapsul vitamin A dosis
tinggi 2,56 kali dibandingkan ibu yang kurang mendapat pembinaan dari petugas
kesehatan.
5.2.7. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin A
Untuk Ibu Nifas .
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu
sebagian besar responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
sebanyak 29 orang (50,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab
meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI selama 12 bulan pertama yaitu
sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan kandungan
vitamin A didalam ASI selama 6 bulan pertama sebanyak 18 orang (31,6%).
Hal ini sesuai dengan peryataan dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009)
bahwa pemberian 2 kapsul vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
vitamin A dalam ASI hingga bayi berusia 6 bulan, kesehatan ibu akan cepat pulih
setelah melahirkan dan juga dapat mencegah infeksi pada ibu nifas.
80
Hal ini didukung oleh teori Health Beliefe Model (HBM) didalam Edberg
(2009) bahwa perilaku perilaku mencari kesehatan dan perilaku sehat dianggap
dimotivasi oleh 4 faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi tentang manfaat dari
tindakan yang dilakukan. Perilaku seorang individu daam mencari kesehatan dapat
didorong oleh persepsi tentang manfaat suatu tindakan ini yang akan membuat
individu tersebut akan melakukan tindakan yang dianggapnya dapat bermanfaat bagi
dirinya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A
bagi ibu nifas, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab
meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%).
Berdasarkan jawaban dari responden maka kita dapat melihat bahwa responden
belum memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai mafaat mengkonsumsi 2
buah kapsul vitamin A bagi ibu nifas, sehingga akan dapat mempengaruhi
tindakannya untuk mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan teori Health
Beliefe Model (HBM) didalam Edberg (2009) bahwa perilaku perilaku mencari
kesehatan dan perilaku sehat dianggap dimotivasi oleh 4 faktor dan salah satu
faktornya adalah persepsi tentang manfaat dari tindakan yang dilakukan.
5.2.8 . Pengetahuan Responden Tentang Sumber Vitamin A Bayi 0-6 Bulan
Berdasarkan hasi penelitian pada tabel 4.12. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan yaitu
sebagian besar responden menjawab Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 22 orang (38,6%)
81
sedangkan sebagian kecil responden menjawab dari makanan ibu yaitu sebanyak 16
orang (28,1%) dan yang lainnya menjawab susu formula sebanyak 19 orang (33,3%).
Menurut pendapat Almatsier (2003), kebutuhan vitamin A dibedakan atas
kelompok umur dan jenis kelamin. Angka kecukupan vitamin A untuk bayi dengan
usia 0-5 bulan sebesar 375 RE. Bayi akan mendapatkan segala kebutuhannya dari Air
Susu Ibu (ASI). Pendapat ini juga dibenarkan oleh Ningsih (2000) didalam
penelitiannya bahwa kolostrum ASI yang bewarna kekuning-kuningan dan bening
yang keluar selama beberapa hari pertama kelahiran dan ASI masa transisi
merupakan sumber kaya vitamin A, rendahnya kandungan vitamin A dalam ASI akan
menyebabkan rendahnya status vitamin A bayi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
yang dikutip Ningsih (2000) dari Underwood (1994) bahwa kandungan rata-rata
vitamin A dalam kolostrum dan ASI masa transisi leih dari 3,5 umol/l, konsentrasi
vitamin A transisi yakni ASI yang keluar dari awal melahirkan hingga hari kesepuluh
kelahiran dan akan semakin menurun lebih dari 50% pada minggu ke 4-8 minggu
setelah melahirkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan yang
dapat dilihat dari jawaban responden yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) memberikan
jawaban makanan ibu sebagai sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan dan
sebanyak 19 orang (33,3%) memberikan jawaban susu formula sebagai sumber
kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan. Hal ini dapat disebabkan masih kurangnya
informasi yang didapatkan oleh responden tentang sumber vitamin A bagi bayi yang
menyebabkan menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dari responden.
82
5.2.9. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul
Vitamin A Pertama Sekali
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin
A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau
petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil
responden menjawab minggu ke tiga setelah melahirkan yaitu sebanyak 7 orang
(12,3%) dan yang lainnya menjawab segera setelah melahirkan sebanyak 16 orang
(28,1%).
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa ibu nifas akan
diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah saat persalinan dan jika
sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A, maka kapsul
vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau
saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0). Hal ini dikarenakan pemberian 1 kapsul
Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
selama 60 hari pertama sejak kelahiran. Hal yang berbeda diutarakan oleh Direktorat
Bina Gizi Masyarakat (2005) bahwa kapsul vitamin A diberikan paling lambat 30
hari setelah melahirkan.
Menurut Roger (1994) didalam Notoatmodjo (2003) bahwa sebelum
seseorang mengadopsi suatu perilaku baru maka didalam diri orang tersebut akan
terjadi proses kesadaran yakni menyadari dan mengetahui stimulus objek terlebih
dahulu yang selanjutnya akan membuat individu tersebut akan mengalami interest,
yakni mulai tertarik kepada stimulus. Apabila perilaku mengalami proses seperti ini
83
didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif maka akan membuat perilaku
tersebut akan bertahan lebih lama dan sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan
atau petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%). Hal ini dikarenakan
pemerintah menganjurkan ibu nifas seharusnya mengkonsumsi kapsul vitamin A
segera setelah melahirkan yang akan dapat membuat manfaat kapsul vitamin A lebih
dapat dirasakan.
5.2.10. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Konsumsi Kapsul Vitamin A
Yang Kedua
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14. dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin
A yang kedua yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama
setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%) sedangkan sebagian kecil responden
menjawab 24 jam setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama yaitu sebanyak 17
orang (30%) dan yang lainnya menjawab tidak tahu sebanyak 19 orang (33,3%).
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa ibu nifas akan
mendapatkan 1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian
kapsul pertama. Hal ini dikarenakan Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah
diharapkan cukup menambah kandungan Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas.
84
Hal berbeda terdapat menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2005), kapsul
vitamin A diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
Pengetahuan seseorang kesehatan sesuatu akan dapat mempengaruhi
tindaannya dalam melakukan pemeliharaan kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan
teori HBM didalam Edberg (2009) bahwa perilaku dalam kesehatan dapat dimotivasi
oleh beberapa faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi keparahan tentang
akibat jika individu tersebut tidak melakukan tindakan tersebut. Persepsi keparahan
jika tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah
akan dapat memberikan konsekuensi masalah kesehatan yang akan dialami responden
yaitu mata rabun dan lebih jauh dapat menyebabkan kebutaan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu
pertama setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%). Hal ini dikarenakan
pemerintah menganjurkan ibu nifas seharusnya mengkonsumsi kapsul vitamin A
segera setelah mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua sehingga dapat membuat
manfaat kapsul vitamin A lebih dapat dirasakan.
5.2.11. Kategori Tingkatan Pengetahuan
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
kategori tingkatan pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang (91,2%), sedangkan
selebihnya berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%)
Hasil penelitian menununjukkan bahwa sebanyak 52 orang (91,2%) memiliki
kategori tingkatan pengetahuan sedang, sedangkan selebihnya berada pada kategori
85
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%) tentang konsumsi kapsul vitamin
A. Banyaknya responden yang berpengetahuan sedang dan kurang disebabkan karena
tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat
melalui penyuluhan kesehatan, akses pelayanan kesehatan baik puskesmas/ posyandu
cenderung susah untuk dijangkau sehingga masyarakat tidak datang ke tempat
pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang sulit menjangkau pemukiman
masyarakat sehingga penyuluhan dan informasi mengenai kesehatan cenderung
sangat minim.
Menurut Brunner (1975) bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses
pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab tingginya angka responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa
diterima responden saat mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2000) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu seperti
mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sesuai dengan hasil penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seorang individu erat
kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan
tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya
pengetahuan tentang kapsul vitamin Aakan mengakibatkan rendahnya tindakan si ibu
dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
86
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sugiharti (2007) bahwa ditemukan
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A dosis tinggi yang kurang yaitu
sebanyak 20,3%, sebanyak 37,3% memiliki pengetahuan yang cukup dan sebanyak
42,4% memiliki pengetahuan yang baik yang akan berhubungan dengan tindakan ibu
nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Purwati (2003) dimana didapatkan sebanyak 86,6% ibu nifas yang
mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang kapsul vitamin Ayang akan
berhubungan dengan tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut pendapat Mantra (1989) didalam tesis Mintarsiah (1996)
mengemukakan bahwa kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergantung pada
hasil perpaduan dari keinginan bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa mencapai
tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut yang bersangkutan dan
sarana maupun usaha yang diperlukan itu. Sedangkan menurut pendapat Kelman
didalam tesis Mintarsiah (1996) bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat
akan lestari karena pada cara perubahan ini akan menjadi bagian dari hidupnya.
Perubahan inilah yang diharapkan akan dicapai dalam pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan
Salah satu strategi penting dalam upaya meningkatkan konsumsi vitamin A
adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang akibat dan manfaat yang akan
didapatkan jika mengkonsumsi kapsul vitamin A sehingga akan menimbulkan
kesadaran dari dalam diri yang nantinya dapat meningkatkan tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A.
87
Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya,
karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk
menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan tentang kapsul vitamin A
mengakibatkan ibu nifas tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Sugiharti (2007) bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi.
Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga
akses informasi mengenai kapsul vitamin A yang masih sangat kurang, petugas
kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang konsumsi vitamin
A dan ditambah dengan latar belakang pendidikan responden yang mayoritas berada
di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi tingkatan pengetahuan responden
dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
5.3. Sikap Ibu Nifas Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A
5.3.1. Sikap Ibu Nifas Tentang Setiap Bidan Harus Membawa Kapsul Vitamin
A Ketika Menolong Persalinan
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.16 didapatkan sebanyak 25 orang ibu
nifas (44%) menyatakan sikap tidak setuju dengan pernyataan setiap bidan harus
membawa kapsul vitamin A ketika menolong persalinan.
Menurut Prawihardjo (2011), bidan menjadi seorang tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Setiap bidan memiliki tugas untuk
88
memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu selama persalinan dan ibu
nifas.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/
IX/ 2008 bahwa pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai 3 hari; pada minggu ke II, dan
pada minggu ke VI termasuk pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. Hal ini
sejalan menurut Kementrian Kesehatan (2010) bahwa perawatan kesehatan dasar
anak dengan pemberian 2 buah kapsul vitamin A yang diminum selama masa nifas.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kapsul vitamin A termasuk didalam
pelayanan nifas.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%) menyatakan
sikap tidak setuju dan sebanyak 20 orang ibu nifas (35%) menyatakan setuju dengan
pernyataan setiap bidan harus membawa kapsul vitamin A ketika menolong
persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Naibaho (2011) bahwa hanya ada
dua bidan yang sebagai penolong persalinan yang memberikan kapsul vitamin A
sedangkan 6 orang bidan lainnya tidak memberikan kapsul vitamin A ketika
menolong persalinan.
5.3.2. Sikap Ibu Nifas Tentang Sumber Kebutuhan Vitamin A Bayi
Hasil penelitian pada tabel 4.16. didapatkan sebanyak 27 orang (47,4%) ibu
nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju dengan
pernyataan bayi akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan
ibu.
89
Kolostrum ASI yang bewarna kekuning-kuningan dan bening yang keluar
selama beberapa hari pertama kelahiran dan ASI masa transisi merupakan sumber
kaya vitamin A. Hal ini sesuai dengan pendapat Underwood (1994) dalam Ningsih
(1997) bahwa kandungan rata-rata vitamin A didalam kolostrum dan ASI selama
masa transisi lebih dari 3,5 umol/l, konsentrasi vitamin A transisi yakni ASI yang
keluar sekitar hari ketia hingga hari kesepuluh kelahiran, menurun lebih dari 50%
pada minggu ke 4-8 minggu setelah melahirkan.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta
tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, informasi yang didapatkan
seseorang tentang sesuatu hal akan dapat mempengaruhi sikapnya.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa
setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju dengan pernyataan bayi
akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan ibu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yeyeh (2010) bahwa Air Susu Ibu (ASI ) mengandung 280
internasional unit (UI) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali
sedangkan susu sapi mengandung hanya 18 UI yang memiliki banyak manfaat bagi
bayi.
5.3.3. Sikap Ibu Nifas Tentang Kebutuhan Vitamin A Bayi
Hasil penelitian didalam tabel 4.16 didapatkan sebanyak 23 orang (40,4%)
merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju dengan
pernyataan kebutuhan yang tinggi akan vitamin Amaka ibu nifas harus
mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A.
90
Menurut Depkes (2010) bahwa angka kecukupan vitamin A untuk bayi
dengan usia 0-5 bulan sebesar 375 RE dan angka kecukupan vitamin A untuk ibu
menyusui sebesar 350 RE, dimana kebutuhan vitamin A bayi bersumbernya dari
ibunya sehingga ibu harus mengkonsumsi vitamin A yang cukup besar dan itu akan
terpenuhi dengan pemberian 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI).
Hal ini sejalan menurut Kementrian Kesehatan (2010) bahwa perawatan kesehatan
dasar bayi salah satunya dengan memberikan ibu nifas 2 buah kapsul vitamin A
selama masa nifas. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan vitamin A bayi dan ibu
nifas dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2
buah.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap seseorang dapat dibentuk oleh
kepercayaan akan sesuatu kehidupan sosial dan kecenderungan bertindak, maka
ketika responden mempercayai bahwa ibu nifas membutuhkan vitamin A dalam
jumlah yang besar maka responden langsung memiliki kecenderungan bertindak
bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 3 buah kapsul vitamin A.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 orang (40,4%) merasa setuju dan
15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju dengan pernyataan
kebutuhan yang tinggi akan vitamin A maka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul
vitamin A. Hal ini bertentangan dengan pernyataan The International Vitamin A
Consultative Group (IVACG) pada bulan Desember tahun 2002 mengeluarkan
rekomendasi bahwa ibu nifas mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini
dikarenakan jika mengkonsumsi kapsul vitamin A yang melebihi kebutuhan akan
dapat menyebabkan gangguan didalam tubuh dan penyakit.
91
5.3.4. Kategori Tingkatan Sikap
Berdasarkan tabel 4.17. diketahui bahwa seluruh responden atau sebanyak 57
orang (100% ) responden memiliki kategori tingkatan sedang.
Seluruh responden yang memiliki sikap sedang dapat disebabkan karena
tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat
melalui penyuluhan kesehatan sehingga membuat responen bingung dalam
menentukan sikap. Hal ini sejalan dengan menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan
pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku
sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari
pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta upaya pencegahan kekambuhan yang
dilakukan orang tua terhadap anaknya. Menurut Kelman didalam tesis Mintarsiah
(1996) bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat akan lestari karena pada
cara perubahan ini akan menjadi bagian dari hidupnya sehingga dia akan dapat
menentukan pilihan dalam hidupnya.
Menurut Notoatmodjo (1993) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai
kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek
atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,
92
benci, sedih, setuju). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat
kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, tidak setuju).
5.4. Kategori Enabling
5.4.1. Ketersediaan Kapsul Vitamin A Bidan Ketika Menolong Persalinan
Hasil penelitian pada tabel 4.18. menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden
(47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong
melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan
bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam
melakukan pelayanan persalinan harus memberikan usaha yang optimal agar ibu
sehat dan anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik
kedepannya. Menurut Depkes (2009) salah satu pelayanan dasar yang harus diberikan
adalah dengan memberi 1 buah kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI) segera
setelah persalinan. Hal ini perlu dilakukan mengingat manfaat kapsul vitamin A yang
dapat meningkatkan daya tahan tubuh ibu setelah persalinan, mempercepat pemulihan
kesehatan dan dapat meningkatkan kandungan ASI untuk bayi selama 60 hari
kedepan.
Ketersediaan kapsul vitamin A pada ibu nifas akan dapat menghambat
pemberian kapsul vitamin A, apalagi jika bidan tidak membawa dan tidak
memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Purwati (2003) bahwa ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan kapsul vitamin A dosis tinggi dengan pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi pada ibu nifas, sebanyak 60% penolong persalinan tenaga kesehatan dan 78,6%
93
dukun bayi tidak mempunyai persediaan kapsul vitamin A dosis tinggi ketika
melakukan persalinan sehingga sebanyak 71,7% ibu nifas tidak mendapat kapsul
vitamin A dosis tinggi pada masa nifas(0-30 hari).
Menurut teori Green bahwa faktor pendukung yang berupa fasilitas kesehatan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam hal ini fasilitas yang dimaksud adalah
ketersediaan kapsul vitamin A. Ketersediaan kapsul vitamin A dosis tinggi pada
pelayanan kesehatan akan mempengaruhi distribusi. Terlambat dan kekurangan
kapsul vitamin A dosis tinggi akan mengurangi jumlah konsumsi vitamin A dosis
tinggi tersebut.
Menurut Mintarsiah (1996) bahwa cara penanggulangan kekurangan vitamin
A dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi dianggap cukup berhasil, tetapi
dalam hal operasional pelaksanaan program masih banyak terdapat kelemahannya
yaitu dalam hal pendistribusian dan penyampaian kepada target dan sasaran ibu nifas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (47,4%)
mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan
sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa bidan
membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Hal ini menunjukkan
bahwa bidan masih belum memahami secara baik manfaat vitamin A bagi ibu yang
baru mengalami persalinan sehingga bidan tidak membawa kapsul vitamin A ketika
menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Naibaho (2011) bahwa
hanya ada dua bidan yang sebagai penolong persalinan yang memberikan kapsul
vitamin A sedangkan 6 orang bidan lainnya tidak memberikan kapsul vitamin A
ketika menolong persalinan.
94
Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyaknya bidan yang tidak
memiliki atau memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan
menunjukkan masih belum baiknya ketersediaan kapsul vitamin A pada bidan yang
nantinya akan dapat berpengaruh terhadap konsumsi kapsul vitamin A oleh ibu nifas.
5.4.2.Akses Responden Dengan Puskesmas/Praktek Petugas Kesehatan
Hasil penelitian pada tabel 4.19. menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden
(75,4%) menyatakan ya untuk pernyataan bahwa puskesmas/praktek petugas
kesehatan(bidan,dokter) terlalu jauh dari rumah.
Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), faktor penyebab masalah
kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku, faktor pemungkin atau enabling
faktor merupakan salah satu faktor non perilaku yang dapat mendukung
permasalahan kesehatan yang dapat terwujud dalam lingkungan fisik yang
didalamnya termasuk akses sarana pelayanan kesehatan. Akses sarana pelayanan
vitamin A merupakan kemudahan untuk mendapatkan kapsul vitamin Adosis tinggi
dari tempat tinggal ibu nifas dengan pelayanan kapsul vitamin A dosis tinggi.
Menurut Notoatmodjo (2003) didalam tesis Umar (2006) alasan seseorang tidak
memanfaatkan fasilitas kesehatan adalah sangat jauh dari tempat tinggal orang
tersebut.
Menurut Notoatmodjo (2000) didalam Umar (2006) sarana kesehatan adalah
tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan, yang dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu, sarana pemeliharaan kesehatan primer, sarana
pelayanan pemeliharaan kesehatan sekunder, sarana pemeliharaan kesehatan tersier.
95
Peneliti memiliki pendapat bahwa akses pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan kapsul vitamin A cenderung masih kurang hal ini dapat dilihat dari 43
responden(75,4%) bahwa puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan,dokter) terlalu
jauh dari rumah. sehingga dengan susahnya mendapatkan akses ke pelayanan
kesehatan akan membuat kemungkinan responden akan mendapakan informasi yang
lebih sedikit yang akan dapat mempengaruhi pengetahuannya tentang kapsul vitamin
A.
5.5.1. Faktor Reinforsing Petugas Kesehatan Ibu Nifas dalam Menjelaskan
Konsumsi Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada Tabel 4.20. menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden
(54,4%) menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah menjelaskan/memberikan
penyuluhan mengenai kapsul vitamin A.
Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah adalah faktor-faktor yang
meliputi faktor yang berasal dari luar diri responden yaitu termasuk petugas
kesehatan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Mintarsiah (1996) bahwa ibu yang
mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan
untuk berpartisi dalam mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi 2,56 kali
dibandingkan ibu yang kurang mendapat pembinaan dari petugas kesehatan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Wijayanti (2004), didapatkan data
sebanyak 61% responden tidak pernah menerima penyuluhan dari petugas kesehatan
tentang masalah vitamin Aketika mereka melakukan pemeriksaan rutin ke
96
puskesmas, sementara 55% responden tidak pernah mendapatkan penyuluhan khusus
dari petugas puskesmas/posyandu tentang vitamin A. Petugas kesehatan berperan
dalam memberikan informasi kepada orang yang datang berobat dan keluarganya.
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Linton (1936) dalam Mustafa (2008) yang
telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial
dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan
oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman
bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut peneliti bahwa seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya
sebagai petugas kesehatan, teman, orang tua (keluarga), wanita, dan lain sebagainya,
diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut sehingga
dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi kepada responden tentang
konsumsi kapsul vitamin A sehingga dapat meningkatka pengetahuan ibu nifas dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A, selain itu masih banyaknya petugas kesehatan yang
kurang mengetahui tentang keharusan dalam pemberian kapsul vitamin A juga
menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam melakukan pemeberian kapsul vitamin
A yang sesuai dengan anjuran dari pemerintah melalui departemen kesehatan .
Menurut hasil penelitian ini sebanyak 31 responden (54,4%) mengatakan
tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan
penyuluhan mengenai kapsul vitamin A. Hal ini akan dapat menggambarkan bahwa
sebahagian besar responden tidak mendapatkan informasi yang cukup dari petugas
tentang kapsul vitamin A. Oleh karena itu, responden banyak yang memiliki
97
pengetahuan yang berbeda-beda dan cenderung tidak benar mengenai kapsul vitamin
A.
5.5.2 Faktor Reinforsing Keluarga Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada tabel 4.21. menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden
(80,7%) menyatakan bahwa keluarga ibu tidak memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut Notosoedirjo (2002), keluarga merupakan lingkungan sosial yang
sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Didalam keluarga itu seseorang
dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-
nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta
mampu membentuk homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan para anggota
keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota
keluarganya dari adanya permasalahan kesehatan yang didapatkan para setiap
anggotanya. Untuk ini memang tidak lepas dari kemampuan setiap anggota keluarga
dan khususnya orangtuanya menciptakan iklim yang dapat mengembangkan kondisi
homeostatis agar ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah adalah faktor-faktor yang
meliputi faktor yang berasal dari luar diri responden yaitu termasuk keluarga. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian tesis Wijayanti (2004) bahwa upaya memasarkan
vitamin A juga dapat dilakukan melalui sarana informal yaitu pembicaraan mulut ke
mulut tentang konsumsi vitamin A yaitu sebanyak 23% responden dan 2% dilakukan
98
dengan saudara, perbincangan dengan tetangga kadang-kadang dilakukan oleh 22%
responden dan 5% responden melakukannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (80,7%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa keluarga ibu memberikan penjelasan
mengkonsumsi kapsul vitamin A. Peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan
orang terdekat penderita yang mengetahui kepribadian salah satu anggota
keluarganya. Jadi lebih mudah memahami dan mudah mendekatinya dalam
memberikan informasi jika dilakukan oleh keluarga. Keluarga juga memiliki
hubungan yang kuat antar anggota keluarganya baik dalam berkomunikasi masalah
yang terjadi yang menyebabkan responden tidak mengkonsumsi kapsul vitamin
Asehingga akan semakin efektif jika petugas kesehatan juga memberikan informasi
tentang kapsul vitamin Akepada keluarga sehingga keluarga juga dapat mengingatkan
dan memberikan informasi kepada ibu nifas.
5.5.3 Faktor Reinforsing Teman Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas
Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada tabel 4.22. menunjukkan bahwa sebanyak 48 responden
(84,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi
tentang mengkonsumsi kapsul vitamin A.
Menurut Notoatmojo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Bila informasi yang
diterimanya adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam
pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah persepsi.
99
Sesuai dengan hasil penelitian tesis Wijayanti,WS (2004) bahwa upaya
memasarkan vitamin Ajuga dapat dilakukan melalui sarana informal yaitu
pembicaraan mulut ke mulut tentang konsumsi vitamin A, dan hal ini kadang-kadang
dilakukan 23% responden dan 2% dilakukan dengan saudara, perbincangan dengan
tetangga kadang-kadang dilakukan oleh 22% responden dan sebanyak 5% responden
secara sering melakukannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 48 responden (84,2%)
mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang
mengkonsumsi kapsul vitamin A. Oleh karena itu, peneliti bahwa teman juga
memiliki peranan khusus dalam memberikan informasi kepada responden, sehingga
sudah selayaknya mereka juga mendapatkan informasi yang benar tentang kapsul
vitamin A, jika responden mendapatkan informasi yang salah tentang kapsul vitamin
A akan mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam mengkonsumsi kapsul vitamin
A.
5.6.Tindakan.
5.6.1. Tindakan Ibu Nifas Dalam Meminta Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada tabel 4.23. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang
(77,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meminta kapsul vitamin A
yaitu sebanyak 13 orang (22,8%).
Menurut Depkes (2009), seorang ibu nifas seharusnya mendapatkan kapsul
vitamin A bewarna merah sesaat segera setelah persalinan, kapsul vitamin A dapat di
peroleh dari petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, bidan dan petugas gizi, selain
100
petugas kesehatan kapsul vitamin A juga bisa diminta kepada kader dan dukun
beranak yang terlatih. Kapsul vitamin A juga harus diminta jika belum diberikan oleh
bidan dan petugas kesehatan lainnya, hal ini dikarenakan besarnya manfaat vitamin A
yang akan didapatkan jika ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini sejalan
dengan hasil peneliltian Purwati (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara ketersediaan kapsul vitamin A dengan pemberian kapsul vitamin A.
Hasil penelitian diatas menunjukkan tindakan yang tidak baik yang dilakukan
oleh ibu nifas, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang tidak meminta kapsul
vitamin Ayang dapat membuat ibu nifas nantinya tidak akan mendapatkan kapsul
vitamin A. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Naibaho (2011) yang menyatakan
bahwa distribusi pemberian kapsul vitamin A tidak sesuai dengan jumlah sasaran
program kapsul vitamin A sehingga terdapat 6 orang ibu nifas dari 8 orang ibu nifas
yang melakukan persalinan kepada petugas kesehatan tidak mendapatkan kapsul
vitamin A.
Menurut hasil penelitian ini bahwa bahwa sebagian besar responden
menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%). Hal ini
dapat terjadi karena responden tidak memiliki informasi yang cukup tentang vitamin
A sehingga mereka kurang merasa tertarik untuk bertanya tentang kapsul vitamin A.
Seharusnya petugas kesehatan memiliki fungsi dan tanggung jawab lebih dalam hal
ini untuk memberikan informasi terlebih dahulu tentang kapsul vitamin A.
5.6.2. Tindakan Ibu Nifas Responden Dalam Memperoleh 2 Kapsul Vitamin A
Hasil penelitian pada tabel 4.24. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak mendapat 2 buah kapsul vitamin A yaitu sebanyak 34
101
orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab mendapat 2 buah
kapsul vitamin Ayaitu sebanyak 23 orang (40,4%) .
Menurut Depkes (2009) melalui Direktori Bina Gizi Masyarakat menyatakan
bahwa seorang ibu nifas harus mendapatkan 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah.
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari The International Vitamin A Consultative
Group (IVACG) yang mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas
seharusnya menerima 400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan yang
kurang baik, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang tidak mendapat 2 buah kapsul
vitamin A. Pemerintah memberikan kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI)
sebagai upaya pencegahan kekurangan vitamin A yang akut hingga mengakibatkan
kebutaan.
Upaya pemberian 2 buah kapsul vitamin A merupakan salah satu cara agar
vitamin Ayang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi
anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu
menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka .
5.6.3. Tindakan Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A
Berdasarkan tabel 4.25. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab
mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 45 orang (78,9%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab tidak mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu
sebanyak 12 orang (21,1%) .
102
Seorang ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini
sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan (2009) yang menyatakan bahwa setiap
ibu nifas diharuskan mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah untuk
meningkakan kandungan vitamin A dalam serum darah ibu nifas. Salah satu
pelayanan nifas yang diberikan kepada ibu nifas antara lain adalah pemberian kapsul
vitamin A 200.000 SI sebanyak dua kali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar
(2006) didalam penelitiannya bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul
vitamin A, dimana kapsul vitamin A pertama diberikan segera setelah melahirkan dan
satu kapsul tambahan diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam.
Tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah
konkrit berupa perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar, sehingga dapat
dikelompokan kedalam tindakan adopsi yaitu mengadaptasikan tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut, dalam hal ini tindakan yang dimaksud
adalah tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan
anjuran pmerintah yaitu konsumsi 2 buah kapsul vitamin A.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan baik,
hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang telah mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin
A. Hal ini menjadi suatu hal yang sangat baik karena dengan mengkonsumsi buah
kapsul vitamin Amaka membuat ibu nifas dan bayinya tidak akan terancam kurang
vitamin A. Hal ini dikarenakan menurut Depkes (2009) pemberian 2 kapsul vitamin
A merah diharapkan cukup menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi
103
berusia 6 bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada
ibu nifas.
5.6.4. Tindakan Responden dalam menurut Waktu Pertama Mendapat Kapsul
Vitamin A
Berdasarkan penelitian pada table 4.26. maka dapat diketahui mengenai waktu
responden mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama yaitu sebagian besar
responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan
melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) sedangkan
sebagian kecil responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama
segera setelah melahirkan yaitu sebanyak 21 orang (36,8%) .
Departemen Kesehatan (2009) mengungkapkan bahwa pemberian 1 kapsul
vitamin A merah (200.00SI) diberikan segera sesaat persalinan dan harus segera
dikonsumsi ibu nifas. Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat
vitamin A, maka kapsul vitamin Adapat diberikan pada kunjungan ibu nifas, pada KN
1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0), pada KN 2 (bayi
berumur 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari).
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa suatu sikap belum optimis terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan. Oleh karena itu,
seharusnya ibu nifas melakukan tindakan yang baik dengan sudah mendapatkan
kapsul vitamin A pada kurun waktu yang ditentukan agar responden mendapatkan
manfaat yang maksimal. Hal ini termasuk kedalam tingkatan tindakan respon
terpimpin (guided response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
104
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat
dua.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan yang
kurang baik, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab
mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan kunjungan ke
rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%). Hal ini dapat terjadi dikarenakan masih
banyak ibu nifas yang telah mendapatkan kapsul vitamin A tidak sesuai anjuran dari
pemerintah. Menurut Depkes(2009), hal ini akan menjadi suatu kerugian bagi ibu
nifas jika semakin lama mendapatkan kapsul vitamin A setelah persalinan karena
menurut Depkes (2009), pemberian 1 kapsul vitamin A merah cukup untuk
meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari, kesehatan ibu cepat
pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas.
5.6.5. Kategori Tingkatan Tindakan
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki kategori tindakan sedang yaitu sebanyak 38 orang (66,7%) dan
kategori tindakan baik yaitu sebanyak 19 orang (33,3%).
Hasil penelitian menunjukkan responden mayoritas memiliki tindakan yang
sedang dan hanya sebahagian kecil memiliki kategori tindakan baik, hal ini
dikarenakan responden belum sepenuhnya melakukan tindakan konsumsi kapsul
vitamin A secara baikdan benar. Masih banyak terdapatnya ibu nifas yang hanya
mengkonsumsi satu buah kapsul vitamin A dan waktu mengkonsumsi vitamin A yang
terlalu lama dari yang dianjurkan pemerintah. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A seperti
105
penggetahuan ibu yang rendah, akses pelayanan kesehatan, tempat pelayanan
kesehatan, tempat persalinan juga mempanguruhi cakupan pemberian kapsul vitamin
A pada ibu nifas. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sugiharti (2005) bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis
tinggi, hal berbeda terjadi dimana tidak terdapat hubungan antara sikap ibu nifas
dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bloom (1908) bahwa perilaku dalam bentuk
tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan
dari luar. Hal ini sesuai dengan teori Skinner yaitu dengan dukungan fasilitas serta
dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku). Hal ini diperkuat oleh teori Green bahwa
faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku yaitu
faktor predisposisi yaitu faktor yang terwujud dalam umur, paritas, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan dan sikap selanjutnya faktor pemungkin (enabling factors),
adalah faktor pendukung seperti akses pelayanan dan ketersediaan kapsul vitamin A
dan selanjutnya faktor pendorong (reinforcing factors) seperti petugas kesehatan,
keluarga dan teman yang dapat mempengaruhi tindakan ibu nifas dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A sebagai perubahan perilaku.

More Related Content

What's hot

2013 1-14201-841409001-bab4-24072013063828
2013 1-14201-841409001-bab4-240720130638282013 1-14201-841409001-bab4-24072013063828
2013 1-14201-841409001-bab4-24072013063828
jayasuganda
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismono
sapakademik
 
101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkikUcu Solihin
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
Sii AQyuu
 
metodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docx
metodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docxmetodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docx
metodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docx
Sissi Syifa Meidia
 
Ipi186703
Ipi186703Ipi186703
Ipi186703
Nanang Soleh
 
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Aji Wibowo
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
nikenwahyu
 

What's hot (11)

2013 1-14201-841409001-bab4-24072013063828
2013 1-14201-841409001-bab4-240720130638282013 1-14201-841409001-bab4-24072013063828
2013 1-14201-841409001-bab4-24072013063828
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismono
 
101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
 
2704
27042704
2704
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 
metodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docx
metodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docxmetodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docx
metodologi penelitian kuantitatif kesehatan .docx
 
Ipi186703
Ipi186703Ipi186703
Ipi186703
 
35820427 karya-tulis-ilmiah
35820427 karya-tulis-ilmiah35820427 karya-tulis-ilmiah
35820427 karya-tulis-ilmiah
 
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
 

Viewers also liked

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
Warnet Raha
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat
Asuhan keperawatan komunitas masyarakatAsuhan keperawatan komunitas masyarakat
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat
Operator Warnet Vast Raha
 
Kasus patokologi klinik
Kasus patokologi klinikKasus patokologi klinik
Kasus patokologi klinikRaisa Ichaa
 
DR Planning and Testing
DR Planning and TestingDR Planning and Testing
DR Planning and Testing
Jason Dea
 
DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014
DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014
DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014
DAKTARI Bush School & Wildlife Orphanage
 
Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014
Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014
Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014
Kim van Velzen
 
Rezoluţia privind problema construcţiei obiectivului
Rezoluţia privind problema construcţiei obiectivuluiRezoluţia privind problema construcţiei obiectivului
Rezoluţia privind problema construcţiei obiectivuluiAcademia Caţavencu
 
Building Your Faith
Building Your FaithBuilding Your Faith
Building Your Faith
Donald Jacobs
 
5 Top Collection of Diamond Engagement Rings by Adiamor
5 Top Collection of Diamond  Engagement Rings by Adiamor5 Top Collection of Diamond  Engagement Rings by Adiamor
5 Top Collection of Diamond Engagement Rings by AdiamorEddie R Runner
 
Vanity of Indians and the Success of the Cosmetic Advertisements
Vanity of Indians and the Success of the Cosmetic AdvertisementsVanity of Indians and the Success of the Cosmetic Advertisements
Vanity of Indians and the Success of the Cosmetic AdvertisementsShanthi Parasuraman
 
Advanced computer networks(1)
Advanced computer networks(1)Advanced computer networks(1)
Advanced computer networks(1)Ali Azarnia
 
Avain Green Tourism of Finland GTF® ympäristömerkkiin - 2018
Avain Green Tourism of Finland GTF®   ympäristömerkkiin  - 2018Avain Green Tourism of Finland GTF®   ympäristömerkkiin  - 2018
Avain Green Tourism of Finland GTF® ympäristömerkkiin - 2018
Green Tourism of Finland GTF® Ecolabel
 
Wyckoff technology curric
Wyckoff technology curricWyckoff technology curric
Wyckoff technology curric
catserragarcia
 
2012 uf capabilities
2012 uf capabilities2012 uf capabilities
2012 uf capabilitiesUnited Future
 
6 Top Collection of Diamond Engagement Rings
6 Top Collection of Diamond  Engagement Rings6 Top Collection of Diamond  Engagement Rings
6 Top Collection of Diamond Engagement RingsEddie R Runner
 

Viewers also liked (20)

Manajerial bab iv, v, vi
Manajerial bab iv, v, viManajerial bab iv, v, vi
Manajerial bab iv, v, vi
 
Manajerial bab viii
Manajerial bab viiiManajerial bab viii
Manajerial bab viii
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG KEBUTUHAN GIZI MASA NIFAS DI WILAYAH K...
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat
Asuhan keperawatan komunitas masyarakatAsuhan keperawatan komunitas masyarakat
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat
 
Kasus patokologi klinik
Kasus patokologi klinikKasus patokologi klinik
Kasus patokologi klinik
 
Java farsi
Java farsi Java farsi
Java farsi
 
DR Planning and Testing
DR Planning and TestingDR Planning and Testing
DR Planning and Testing
 
DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014
DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014
DAKTARI Newsletter - April, May, June 2014
 
Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014
Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014
Satelliet meubelen - Zien en gezien worden - 29 en 30 oktober 2014
 
Rezoluţia privind problema construcţiei obiectivului
Rezoluţia privind problema construcţiei obiectivuluiRezoluţia privind problema construcţiei obiectivului
Rezoluţia privind problema construcţiei obiectivului
 
Technology table
Technology tableTechnology table
Technology table
 
Building Your Faith
Building Your FaithBuilding Your Faith
Building Your Faith
 
5 Top Collection of Diamond Engagement Rings by Adiamor
5 Top Collection of Diamond  Engagement Rings by Adiamor5 Top Collection of Diamond  Engagement Rings by Adiamor
5 Top Collection of Diamond Engagement Rings by Adiamor
 
Vanity of Indians and the Success of the Cosmetic Advertisements
Vanity of Indians and the Success of the Cosmetic AdvertisementsVanity of Indians and the Success of the Cosmetic Advertisements
Vanity of Indians and the Success of the Cosmetic Advertisements
 
Advanced computer networks(1)
Advanced computer networks(1)Advanced computer networks(1)
Advanced computer networks(1)
 
Avain Green Tourism of Finland GTF® ympäristömerkkiin - 2018
Avain Green Tourism of Finland GTF®   ympäristömerkkiin  - 2018Avain Green Tourism of Finland GTF®   ympäristömerkkiin  - 2018
Avain Green Tourism of Finland GTF® ympäristömerkkiin - 2018
 
Wyckoff technology curric
Wyckoff technology curricWyckoff technology curric
Wyckoff technology curric
 
Jan feb 2013
Jan   feb 2013Jan   feb 2013
Jan feb 2013
 
2012 uf capabilities
2012 uf capabilities2012 uf capabilities
2012 uf capabilities
 
6 Top Collection of Diamond Engagement Rings
6 Top Collection of Diamond  Engagement Rings6 Top Collection of Diamond  Engagement Rings
6 Top Collection of Diamond Engagement Rings
 

Similar to Bab iv dan v

Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
Ian Clax
 
hubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu men
hubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu menhubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu men
hubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu men
VIDYA60
 
PPT NEW.pptx
PPT NEW.pptxPPT NEW.pptx
PPT NEW.pptx
JenitaFrisilia1
 
hubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizihubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizi
Muhammad Abu Dzar
 
Faktor determinan produksi asi pada ibu menyusui
Faktor determinan produksi asi pada ibu menyusuiFaktor determinan produksi asi pada ibu menyusui
Faktor determinan produksi asi pada ibu menyusui
Adinda Khana
 
1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx
1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx
1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx
Septi824325
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritasirashahura
 
RIKA ARISKA.pptx
RIKA ARISKA.pptxRIKA ARISKA.pptx
RIKA ARISKA.pptx
BangKacaMata
 
Laporan pkm
Laporan pkm Laporan pkm
Laporan pkm
Ayunina2
 
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptxppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
iqbal29537
 
PPT YUNITA.pptx
PPT YUNITA.pptxPPT YUNITA.pptx
PPT YUNITA.pptx
FathiaAfrizaKurniawa
 
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...
dewiiskandar1989
 
Tanda Bahaya Nifas
Tanda Bahaya NifasTanda Bahaya Nifas
Tanda Bahaya Nifas
nur hasanah
 
BAB IV.docx
BAB IV.docxBAB IV.docx
BAB IV.docx
apriyantiaini
 

Similar to Bab iv dan v (20)

Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bu ANTIk.pptx
Bu ANTIk.pptxBu ANTIk.pptx
Bu ANTIk.pptx
 
hubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu men
hubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu menhubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu men
hubungan motivasi dan pengetahuan dengan pemberian asi ekslusif pada ibu men
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
BAB IV
BAB IVBAB IV
BAB IV
 
PPT NEW.pptx
PPT NEW.pptxPPT NEW.pptx
PPT NEW.pptx
 
Bab i edit
Bab i editBab i edit
Bab i edit
 
Bab ii iv nila
Bab ii iv nilaBab ii iv nila
Bab ii iv nila
 
hubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizihubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizi
 
Faktor determinan produksi asi pada ibu menyusui
Faktor determinan produksi asi pada ibu menyusuiFaktor determinan produksi asi pada ibu menyusui
Faktor determinan produksi asi pada ibu menyusui
 
1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx
1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx
1 septi nur aisyiyah_6221289_2f_TRUE.pptx
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritas
 
RIKA ARISKA.pptx
RIKA ARISKA.pptxRIKA ARISKA.pptx
RIKA ARISKA.pptx
 
Laporan pkm
Laporan pkm Laporan pkm
Laporan pkm
 
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptxppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
ppt YUSRIL AWAL SEMPRO.pptx
 
PPT YUNITA.pptx
PPT YUNITA.pptxPPT YUNITA.pptx
PPT YUNITA.pptx
 
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan motivasi Ibu Hamil Ten...
 
300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf
 
Tanda Bahaya Nifas
Tanda Bahaya NifasTanda Bahaya Nifas
Tanda Bahaya Nifas
 
BAB IV.docx
BAB IV.docxBAB IV.docx
BAB IV.docx
 

Bab iv dan v

  • 1. 45 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Hutagodang Kecamatan Sungai Kanan terletak di Kelurahan Hutagodang yang memiliki keadaan topografi yang berbukit dengan jumlah penduduk sebanyak 11.082 jiwa yang terdiri dari 5.158 laki-laki dan 4.929 perempuan yang tergabung didalam 3.036 KK. Puskesmas Hutagodang memiliki keadaan tanah yang relatif subur sehingga pada umumnya masyarakat memiliki mata pencaharian di sektor pertanian dan perkebunan dan beberapa lagi dibidang perdagangan. Luas Puskesmas Puskesmas Hutagodang 22.500 Ha dengan wilayah kerja terdiri dari 4 desa dan 4 kelurahan. Desa yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Hutagodang yaitu Desa Hutagodang, Desa Sampean, Desa Marsonja dan Desa Parimburan (Profil Puskemas Hutagodang, 2009). 4.1.2 Analisi Situasi Lingkungan Wilayah kerja Puskesmas Hutagodang yang berbukit dan infrastruktur yang masih kurang sering menjadi hambatan bagi petugas kesehatan yang turun ke desa. Sehingga tidak mudah bagi petugas jika sedang turun hujan, karena medan yang dilalui aakan menjadi lebih sulit. Sulitnya medan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki yang harus dilalui dengan jarak tempuh yang cukup jauh yang di tambah lagi dengan pemukiman penduduk yang sulit duijangkau. Oleh karena itu, terkadang program Puskesmas Hutagodang tidak berjalan dengan baik. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga sering menjadi kendala bagi petugas dalam
  • 2. 46 memberikan pelayanan hal ini dikarenakan Puskesmas Hutagodang hanya dipandang sebagai tempat pengobatan semata dan bukan sebagai tempat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Profil Puskemas Hutagodang, 2009) . 4.1.3.Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas HutagodangTahun 2010 Puskesmas Hutagodang mempunyai tenaga kesehatan sebanyak 14 orang Pegawai Negeri Sipil ( PNS), sebanyak 3 orang bidan PTT dan sebanyak 8 orang tenaga kesehatan honorer. Untuk menunjang kelancaran program Puskesmas Hutagodang maka masih dibutuhkannya tenaga kesehatan untuk profesi dokter gigi, tenaga analis, tenaga gizi. 4.2. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang telah melahirkan yang terdapat di wilayah Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung dalam kurun waktu Januari – November 2011 yang berjumlah 57 orang. Hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini : 4.2.1. Umur Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Yaitu Menurut Umur Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011 No Umur (Tahun) Jumlah % 1 ≤ 20 tahun 10 17,5 2 21-35 tahun 33 57,9 3 ≥ 35 tahun 14 24,6 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia 21-35 tahun sebanyak 33 orang (57,9%) sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia ≤ 20 tahun sebanyak 10 orang (2,3%) dan ≥ 35 tahun sebanyak 14 orang (24,6%).
  • 3. 47 4.2.2.Paritas Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Paritas Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011 No Paritas Jumlah % 1 Anak Pertama 26 45,6 2 Anak Kedua 17 29,8 3 Anak ketiga atau lebih dari tiga 14 24,6 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A melahirkan anak pertama sebanyak 26 orang (45,5%) sedangkan sebagian kecil adalah melahirkan anak ketiga atau lebih dari tiga sebanyak 14 orang (24,6%). 4.2.3. Pekerjaan Tabel 4.3. Distribusi Reponden Menurut Pekerjaan Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011 No Pekerjaan Jumlah % 1 Tidak bekerja 26 45,6 2 PNS 14 24,6 3 Berkebun 8 14,0 4 Wirausaha 9 15,8 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian lagi bekerja sebagai berkebun yaitu sebanyak 8 orang (14%). 4.2.4. Pendidikan Tabel 4.4. Distribusi Reponden Menurut Pendidikan Di Puskesmas Hutagodang Kecamatan Langgapayung tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah % 1 Tidak Tamat sekolah dasar 5 8,8 2 Tamat sekolah dasar 9 15,7 3 Tamat SMP 13 22,9 4 Tamat SMA 10 17,5
  • 4. 48 5 Tamat Akademi 11 19,3 6 Tamat Perguruan Tinggi 9 15,8 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 13 orang (22,9%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 5 orang (8,8%). 4.3. Predisposing Pengetahuan 4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Gejala Awal Kurang Vitamin A Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Gejala Awal Kekurangan Vitamin A No Penyakit Jumlah % 1 Sakit mata 25 43,9 2 Pusing 5 8,7 3 Rabun senja/rabun Ayam 27 47,4 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.5. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang gejala awal kurang vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%). 4.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Akibat Kurang Vitamin A Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Penyakit Akibat Kurang Vitamin A No Penyakit Jumlah % 1 Kebutaan/xeropthalmia 15 26,3 2 Rabun senja 22 38,6 3 Buta warna 20 35,1 Total 57 100,0
  • 5. 49 Berdasarkan tabel 4.6. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang penyakit akibat kurang vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab rabun senja sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab kebutaan/ xeropthalmia yaitu sebanyak 15 orang (26,3%) dan yang lainnya menjawab buta warna sebanyak 20 orang (35,1%). 4.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Banyak Kapsul Vitamin A Yang Di Konsumsi Ibu Selama Masa Nifas No Banyak Kapsul Jumlah % 1 Satu buah kapsul 27 47,4 2 Dua buah kapsul 10 21,3 3 Tidak tahu 10 21,3 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat diketahui mengenai pengetahuan responden tentang banyak kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas yaitu sebagian besar responden menjawab satu buah kapsul sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan responden lainnya menjawab dua buah kapsul yaitu sebanyak 10 orang (21,3%) dan yang menjawab tidak tahu juga sebanyak 10 orang (21,3%). 4.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang Diberikan Kepada Ibu Nifas Tabel 4.8.Distribusi Frekunsi Responden Menurut Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang Diberikan Kepada Ibu Nifas No Jenis Warna Jumlah % 1 Biru. 10 17,5 2 Hitam 23 40,4 3 Merah 24 42,1 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.8. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang jenis warna kapsul vitamin A yang di konsumsi kapsul vitamin A bahwa
  • 6. 50 sebagian besar responden menjawab merah sebanyak 42 orang (42,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab biru yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab Hitam sebanyak 23 orang (40,4%). 4.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas No Manfaat Kapsul Vitamin A Jumlah % 1 Agar ibu sehat 38 66,7 2 Mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI 14 24,6 3 Tidak tahu 5 8,7 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI sebanyak 14 orang (24,4%). 4.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Bayi Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat Kapsul Vitamin A Terhadap Bayi Yang Berusia 0-6 Bulan No Manfaat Kapsul Vitamin A Untuk Bayi Jumlah % 1 Meningkatkanpertumbuhan bayi,daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi 21 36,8 2 Agar bayi gemuk, kuat, sehat 26 45,6 3 Agar bayi dapat segera kenyang 10 17,6 Total 57 100,0
  • 7. 51 Berdasarkan tabel 4.10. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A terhadap bayi 0-6 bulan yaitu sebagian besar responden menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab agar bayi dapat segera kenyang yaitu sebanyak 10 orang (17,6%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan pertumbuhan bayi, daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi sebanyak 21 orang (36,8%). 4.3.7. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin A Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Manfaat Pemberian 2 Buah Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas No Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin ABagi Ibu Nifas Jumlah % 1 Meningkatkan kandungan vitamin Adidalam ASI selama 6 bulan pertama 18 31,6 2 Meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI 29 50,9 3 Meningkatkan kandungan vitamin Adidalam ASI selama 12 bulan pertama 10 17,5 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebagian besar responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 12 bulan pertama yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 6 bulan pertama sebanyak 18 orang (31,6%).
  • 8. 52 4.3.8. Pengetahuan Responden Tentang Sumber Vitamin A Bayi 0-6 Bulan Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Sumber Kebutuhan Vitamin A Bayi 0-6 Bulan No Sumber Vitamin ABayi 0-6 Bulan Jumlah % 1 Susu formula 19 33,3 2 Air Susu Ibu(ASI) 22 38,6 3 Makanan ibu 16 28,1 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.12. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang sumber kebutuhan vitamin Abayi 0-6 bulan yaitu sebagian besar responden menjawab Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab dari makanan ibu yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) dan yang lainnya menjawab susu formula sebanyak 19 orang (33,3%). 4.3.9. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Pertama Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Pertama No Waktu Ibu Nifas Konsumsi Kapsul Vitamin APertama Jumlah % 1 Segera setelah melahirkan 16 28,1 2 Kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama 34 59,6 3 Minggu ke tiga setelah melahirkan 7 12,3 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.13. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab minggu
  • 9. 53 ke tiga setelah melahirkan yaitu sebanyak 7 orang (12,3%) dan yang lainnya menjawab segera setelah melahirkan sebanyak 16 orang (28,1%). 4.3.10. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Konsumsi Kapsul Vitamin A Yang Kedua Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Yang Kedua No Waktu Ibu Nifas Konsumsi Kapsul Vitamin AKedua Jumlah % 1 24 jam setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama 17 30 2 Hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan 21 36,7 3 Tidak tahu 19 33,3 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.14. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab 24 jam setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama yaitu sebanyak 17 orang (30%) dan yang lainnya menjawab tidak tahu sebanyak 19 orang (33,3%). 4.3.11. Kategori Tingkat Pengetahuan Tabel 4.15. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A No Kategori Pengertahuan Jumlah % 1 Baik 0 0 2 Sedang 52 91,2 3 kurang 5 8,8 Total 57 100,0
  • 10. 54 Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang (91,2%), sedangkan selebihnya berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%) 4.4. Sikap Responden Dalam sikap terdapat kalimat pernyataan dengan pilihan jawaban SS untuk menggantikan kata Sangat Setuju menggantikan kata, S untuk menggantikan kata Setuju, TS untuk menggantikan kata Tidak Setuju dan kata STS untuk menggantikan kata kata Sangat Tidak Setuju . 4.4.1. Sikap Responden Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Tabel 4.16. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan Tentang Ibu Nifas NO Pernyataan Sikap Responden SS % S % TS % STS % 1 Menurut ibu, setiap ibu yang hamil harus diberikan kapsul vitamin A 9 16 24 42 12 21 12 21 2 Menurut ibu, ibu yang sedang hamil memiliki kebutuhan vitamin A lebih tinggi dari ibu yang sedang nifas 7 12 26 46 18 32 6 10 3 Setiap bidan harus membawa kapsul vitamin Aketika menolong persalinan 12 21 20 35 25 44 0 0 4 Menurut ibu, apabila melahirkan di rumah maka seorang ibu nifas tidak perlu mendapatkan kapsul vitamin A 5 8,7 14 24,6 27 47,4 11 19,3 5 Agar dapat mengetahui manfaat kapsul vitamin A, maka ibu nifas harus mendapat informasi kapsul vitamin A. 14 24,6 32 56,1 11 19,3 0 0 6 Agar dapat mengetahui banyak hal tentang kapsul vitamin A maka maka ibu akan sering bertanya dengan petugas kesehatan 9 16,4 36 65,5 10 18,1 0 0 7 Menurut ibu, bayi ibu akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan ibu 17 29,8 27 47,4 7 12,3 6 10,5
  • 11. 55 Berdasarkan tabel 4.16. di atas diketahui bahwa terdapat 57 orang responden yang telah diberikan pertanyaan berupa sikap mereka dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang dinilai dari sikap SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, TS untuk tidak setuju dan STS untuk menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 24 (42%) orang responden merasa setuju bahwa setiap ibu hamil harus diberikan kapsul vitamin A sedangkan ada sebanyak 12 orang (21%) yang merasa sangat tidak setuju dan 12 orang (21%) lagi merasa tidak setuju. Untuk pernyataan ibu yang sedang hamil memiliki kebutuhan vitamin A lebih tinggi dari ibu yang sedang nifas terdapat 8 Menurut ibu, karena kebutuhan yang tinggi akan vitamin Amaka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A 15 26,3 23 40,4 15 26,3 4 7 9 Menurut ibu, kapsul vitamin A hanya untuk meningkatkan kesehatan si ibu saja 2 3,5 20 35,1 27 47,4 8 14 10 Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin A 24 jam setelah melahirkan 0 0 29 50,9 24 42,1 4 7 11 Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua setelah 24 jam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang pertama 5 8,8 22 38,6 29 50,8 1 1,8 12 Konsumsi kapsul vitamin Adapat meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI 19 33,3 19 33,3 16 28,1 3 5,3 13 Menurut ibu, konsumsi kapsul vitamin A 2 buah tidak dapat memenuhi kebutuhan vitamin Abayi selama 6 bulan 6 10, 5 23 40,4 21 36,8 7 12,3 14 Bayi hanya mendapat vitamin Adari Air Susu Ibu (ASI) 9 15,8 19 33,3 24 42,1 5 8,8 15 Ibu nifas sebaiknya harus meminta kapsul vitamin A jika bidan belum memberikan pada saat kunjungan nifas 3 5,2 16 28,1 27 47,4 11 19,3
  • 12. 56 sebanyak 26 ibu nifas ( 46%) setuju dengan pernyataan tersebut sedangkan 18 ibu nifas (32%) merasa tidak setuju, untuk pernyataan setiap bidan harus membawa kapsul vitamin A ketika menolong persalinan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%) tidak setuju sedangkan 20 orang ibu nifas (35%) menyatakan setuju. Untuk pernyataan apabila melahirkan di rumah maka seorang ibu nifas tidak perlu mendapatkan kapsul vitamin A diperoleh sebanyak 27 orang ibu nifas (47,4%) merasa tidak setuju dengan pernyataan dan sebanyak 11 orang lainnya juga yang merasa sangat tidak setuju, untuk pernyataan agar dapat mengetahui manfaat kapsul vitamin A, maka ibu nifas harus mendapat informasi kapsul vitamin A sebanyak 32 orang ibu nifas (56,1%) merasa setuju yang di dukung oleh 14 orang ibu nifas lainnya (24,6%) merasa sangat setuju. Agar dapat mengetahui banyak hal tentang kapsul vitamin A maka maka ibu akan sering bertanya dengan petugas kesehatan, sebanyak 36 orang (65,5%) ibu nifas merasa setuju dengan pernyataan tersebut dan 9 orang (16,4%) ibu nifas merasa sangat setuju setuju dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju bahwa bayi ibu akan mendapat kebutuhan vitamin Adari susu formula dan makanan ibu. Pernyataan karena kebutuhan yang tinggi akan vitamin A maka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A maka sebanyak 23 orang (40,4%) merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju. Pernyataan bahwa kapsul vitamin A hanya untuk meningkatkan kesehatan si ibu saja, sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa tidak setuju dan 8 orang (14%) ibu nifas lainnya merasa sangat tidak. Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin A 24 jam setelah melahirkan , sebanyak 29 orang ( 50,9%) ibu nifas merasa setuju
  • 13. 57 sedangkan sebanyak 24 orang (42,1%) ibu nifas merasa tidak setuju. Ibu nifas harus mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua setelah 24 jam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang pertama ,sebanyak 29 orang (50,8%) ibu nifas merasa tidak setuju dan 1 orang (1,8%) ibu nifas merasa sangat tidak setuju. Sebanyak 19 orang (33,3%) ibu nifas merasa sangat setuju dan 19 orang (33,3%) ibu nifas lainnya merasa setuju bahwa konsumsi kapsul vitamin A dapat meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI. 23 orang (40,4%) ibu nifas menyatakan setuju konsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 buah tidak dapat memenuhi kebutuhan vitamin A bayi selama 6 bulan sedangkan 21 orang (36,8%) ibu nifas menyatakan tidak setuju. Sebanyak 24 orang (42,1%) ibu nifas menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bayi hanya mendapat vitamin A dari Air Susu Ibu (ASI) sedangkan 19 orang (33,3%) ibu nifas menyatakan setuju. Sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas menyatakan tidak setuju dan 11 orang (19,3%) ibu nifas menyatakan sangat tidak setuju bahwa ibu nifas sebaiknya harus meminta kapsul vitamin A jika bidan belum memberikan pada saat kunjungan nifas. 4.4.2. Kategori Tingkat Sikap Tabel 4.17. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A No Kategori Sikap Jumlah % 1 Baik 0 0 2 Sedang 57 100,0 3 Kurang 0 0
  • 14. 58 Total 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.17. diketahui bahwa seluruh responden atau sebanyak 57 orang (100% ) responden memiliki sikap dengan kategori sedang. 4.5 Enabling 4.5.1. Faktor Enabling Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Tabel 4.18. Distribusi Ketersediaan Kapsul Vitamin A( Enabling) No Enabling (Ketersediaan Kapsul Vitamin A) YA % Tidak % 1 Apakah bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan 27 47,4 30 52,6 2 Apakah bidan membawa kapsul vitamin A ketika malakukan kunjungan ke rumah setelah melahirkan 40 70,2 17 29,8 Berdasarkan tabel 4.18. diata dapat dikeahui bahwa sebanyak 27 responden (47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Sebanyak 40 responden (70,2%) mengatakan iya untuk pernyataan bidan membawa kapsul vitamin A ketika malakukan kunjungan ke rumah setelah melahirkan sedangkan 17 responden (29,8%) mengatakan tidak. Tabel 4.19. Distribusi Akses Pelayanan Kesehatan Untuk Mendapatkan Kapsul Vitamin A( Enabling) No Enabling (Akses Pelayanan Kesehatan) YA % Tidak 1 Apakah ibu merasa puskesmas/praktek petugas kesehatan(bidan, dokter) terlalu jauh dari rumah 43 75,4 14 24,6
  • 15. 59 2 Apakah tersedia angkutan umum ke puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan, dokter) 21 36,8 36 63,2 3 Apakah ibu merasa kesulitan dalam mendapatkan angkutan umum ke puskesmas praktek petugas kesehatan(bidan, dokter) 33 57,9 24 42,1 Berdasarkan tabel 4.19. dapat diketahui bahwa sebanyak 43 responden(75,4%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan, dokter) terlalu jauh dari rumah, sebanyak 36 responden (63,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa tersedia angkutan umum ke puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan,dokter), sebanyak 33 responden (57,9%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa ibu merasa kesulitan dalam mendapatkan angkutan umum ke puskesmas praktek petugas kesehatan(bidan, dokter). 4.6.Reinforsing 4.6.1.Faktor Reinforsing Petugas Kesehatan Pada Ibu Nifas Tabel 4.20. Distribusi Petugas Kesehatan Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A No Reinforsing (Petugas kesehatan) YA % Tidak % 1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A 26 45,6 31 54,4 2 Apakah petugas kesehatan memberikan anjuran kepada ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A 33 57,9 24 42,1 3 Apakah petugas kesehatan memberikan konseling/penyuluhan setelah bertemu ibu 15 26,3 42 73,7 Dari Tabel 4.20. dapat diketahui bahwa sebanyak 31 responden (54,4%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A, sebanyak 33 responden (57,9%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan
  • 16. 60 memberikan anjuran kepada ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 42 responden (73,7%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan memberikan konseling/penyuluhan setelah bertemu ibu . 4.6.2. Faktor Reinforsing Keluarga Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Tabel 4.21 Distribusi Keluarga Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A No Reinforsing (Keluarga) YA % Tidak % 1 Apakah keluarga ibu memberikan penjelasan mengkonsumsi kapsul vitamin A 11 19,3 46 80,7 2 Apakah keluarga ibu sering mendampingi ibu dalam melakukan pengobatan setelah melahirkan di rumah 52 91,2 5 8,8 Dari Tabel 4.21. dapat diketahui bahwa sebanyak 46 responden(80,7%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa keluarga ibu memberikan penjelasan mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 52 responden (91,2%) mengatakan ya untuk pernyataan bahwa keluarga ibu sering mendampingi ibu dalam melakukan pengobatan setelah melahirkan di rumah . 4.6.3. Faktor Reinforsing Teman Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Tabel 4.22. Distribusi Teman Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A No Reinforsing (Teman) YA % Tidak % 1 Apakah teman ibu memberikan informasi tentang mengkonsumsi kapsul vitamin A 9 15,8 48 84,2 2 Apakah teman ibu pernah menyarankan ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A 4 7 53 93 3 Apakah teman ibu sering mendampingi ibu dalam berkunjung ke ke puskesmas/praktek dokter/bidan 5 8,8 52 91,2
  • 17. 61 Dari Tabel 4.22. dapat diketahui bahwa sebanyak 48 responden (84,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 53 responden (93%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu pernah menyarankan ibu agar mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 52 responden (91,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu sering mendampingi ibu dalam berkunjung ke ke puskesmas/praktik dokter/bidan. 4.7. Tindakan Responden 4.7.1. Tindakan Responden Bertanya Tentang Pemberian Kapsul Vitamin A Kepada Bidan Ketika Kunjungan Ke Rumah Tabel 4.23. Distribusi Tindakan Responden Bertanya Pemberian Kapsul Vitamin A Kepada Bidan Ketika Kunjungan Ke Rumah No Bertanya Tentang Kapsul Vitamin AKetika Kunjungan Ke Rumah Jumlah % 1 Ya 17 29,8 2 Tidak 40 70,2 Jumlah 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.23. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam bertanya tentang kapsul vitamin A ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah bahwa sebagian besar responden menjawab tidak bertanya tentang kapsul vitamin A ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 40 orang (70,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab ya bertanya tentang kapsul vitamin A ketika bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 17 orang (29,8%) . 4.7.2. Tindakan Responden Dalam Meminta Kapsul Vitamin A Tabel 4.24.Distribusi Tindakan Responden Dalam Meminta Kapsul Vitamin A No Ibu Nifas Meminta Kapsul Vitamin A Jumlah % 1 Ya 13 22,8
  • 18. 62 2 Tidak 44 77,2 Jumlah 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.24. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam meminta kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab ya meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 13 orang (22,8%). 4.7.3. Tindakan Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A Tabel 4.25.Distribusi Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A No Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A Jumlah % 1 Ya 45 78,9 2 Tidak 12 21,1 Jumlah 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.25. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab ya mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 45 orang (78,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 12 orang (21,1%) . 4.7.4. Waktu Responden Mendapatkan Kapsul Vitamin A Yang Pertama
  • 19. 63 Tabel 4.26. Distribusi Waktu Responden Mendapatkan Kapsul Vitamin A Yang Pertama No Waktu Pertama Mendapat Kapsul Vitamin A Jumlah % 1 Setelah bidan melakukan kunjungan ke rumah 36 63,2 2 Segera setelah melahirkan 21 36,8 Jumlah 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.26. di atas diketahui mengenai waktu responden mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama dan sebagian besar responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama segera setelah melahirkan yaitu sebanyak 21 orang (36,8%) 4.7.6.Kategori Tingkat Tindakan Responden Tabel 4.27. Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Konsumsi kapsul Vitamin A No Kategori Tindakan Jumlah % 1 Baik 19 33,3 2 Sedang 38 66,7 Jumlah 57 100,0 Berdasarkan tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kategori tindakan sedang yaitu sebanyak 38 orang (66,7%) dan kategori tindakan baik yaitu sebanyak 19 orang (33,3%).
  • 20. 64 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur Ibu Nifas Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.1. dapat diperoleh bahwa umur ibu nifas berkisar antara 18-40 tahun dan didapatkan bahwa sebagian besar umur responden berusia 20-35 tahun sebanyak 33 orang (57,9%) sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia 18-20 tahun sebanyak 10 orang (2,3%). Hal ini sesuai dengan standar WHO bahwa pembagian umur pada suatu penelitian dapat berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu antar usia 15 tahun sampai 49 tahun, dimana berada pada tahap dewasa, dengan kata lain batas antara dewasa muda dengan dewasa tua yaitu sekitar 32 tahun (Fauzi A, 2011). Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Verner dan Davison di dalam Notoatmodjo (2003) bahwa dengan bertambah usia maka akan mengurangi kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam mendapatkan pengetahuan. Hasil penelitian tesis Umar (2006) juga sejalan dengan pernyataan diatas bahwa didapatkan rata-rata ibu yang memiliki umur 29,9 tahun yang mengkonsumsi kapsul vitamin A, namun hal berbeda didapatkan pada hasil penelitian tesis Moecherdiyantiningsih (1997) yang dilakukan kepada 180 ibu nifas
  • 21. 65 bahwa ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A rata-rata ibu yang memiliki umur 25,9 tahun. Sedangkan menurut hasil penelitian Stoltzfus (1992) di dalam tesis Umar (2006) menunjukkan bahwa terdapata hubungan antara umur ibu menyusui dengan konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi, ibu yang berumur tua lebih banyak mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi dibandingkan ibu yang berumur muda, tetapi hal berbeda dikemukakan oleh Rice (1998) di dalam tesis Umar (2006) bahwa penelitian di Bangladesh tidak terdapat hubungan umur responden dengan konsumsi vitamin A, ibu menyusui yang berumur 20-29 tahun lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui yang berumur < 20 tahun dan > 30 tahun. Umur dapat mempengaruhi ibu dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A, hal ini dikarenakan umur dapat mempengaruhi wawasan, cara berfikir dan daya ingat seseorang. Seorang ibu yang memiliki usia <20 tahun memiliki kecenderungan tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A dikarenakan mereka masih belum siap menjadi ibu yang dikarenakan masih ada pemikiran yang belum dewasa sehingga mereka cenderung tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Sejalan dengan penelitian ini bahwa distribusi umur responden berada pada usia 20-35 tahun. 5.1.2.Paritas Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.2. dapat diperoleh bahwa sebagian besar ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A melahirkan anak pertama sebanyak 26 orang (45,5%), sebanyak 17 orang (29,8%) ibu nifas memiliki paritas anak kedua mengkonsumsi kapsul vitamin A, sedangkan
  • 22. 66 sebagian kecil melahirkan anak ketiga atau lebih dari tiga sebanyak 14 orang (24,6%) mengkonsumsi kapsul vitamin A. Menurut tim ahli WHO (1984) dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain, seorang ibu yang pernah mengalami persalinan sudah tentu akan memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri yang berdasarkan pengalamannya itu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Stoltzfus (1992) didalam tesis Umar (2006) didapatkan bahwa ibu menyusui dengan paritas 2-4 lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan ibu menyusui dengan paritas kurang dari 2 anak. Hasil yang berbeda didapatkan didalam penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, bahwa ibu nifas dengan paritas anak pertama sebanyak 54,8% mengkonsumsi kapsul vitamin A. Untuk ibu nifas yang memiliki paritas anak ke 2-3 sebanyak 52,7% yang mengkonsumsi kapsul vitamin A, ibu nifas dengan paritas anak ke 2-3 tidak mengetahui apakah sudah mengkonsumsi kapsul vitamin A, sedangkan untuk paritas anak ke 4-5 didapatkan data 46,6 % ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A. Dengan demikian dapat dikatakan semakin banyak paritas ibu maka akan semakin kecil kemungkinan ibu untuk mengkonsumsi kapsul vitamin A. Paritas dapat mempengaruhi pengetahuan dan keinginan ibu nifas dalam mengikuti saran dari petugas kesehatan, semakin banyak paritas ibu maka akan menimbulkan perasaan si ibu memiliki pengetehuan dan pengalaman yang lebih banyak sehingga menimbulkan kecenderungan ibu untuk tidak mengikuti anjuran
  • 23. 67 petugas kesehatan dikarenakan ibu merasa sudah pernah mengalami hal tersebut sebelumnya sehingga akan menimbulkan perasaan lebih mengetahui. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa perubahan perilaku untuk orang dewasa pada umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan perubahan perilaku anak- anak, hal ini dikarenakan orang dewasa sudah memiliki pengetahuan dan sikap tertentu yang sudah mereka yakini secara bertahun-tahun yang berasal dari pengalaman. Hal ini juga termasuk mengenai seorang ibu yang telah melakukan persalinan sebelumnya tentunya memiliki pendapat dan sikap tertentu tentang konsumsi kapsul vitamin A yang telah didapatkan yang dapat mengakibatkan ibu telah memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi dan keyakinan tentang konsumsi kapsul vitamin A. Menurut hasil penelitian yang ditemukan bahwa bahwa distribusi paritas yang paling banyak yang menjadi responden adalah yang memiliki paritas anak pertama sebanyak 26 orang atau 45,6 %, hal ini dapat disebabkan ibu yang memiliki paritas dua dan tiga atau lebih telah memiliki pengalaman sebelumnya sehingga pengalaman ini telah membuat pengetahuan yang baru kepada ibu yang memiliki paritas anak dua, tiga atau lebih dari tiga . 5.1.3.Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3. dapat diketahui bahwa sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 26 orang (45,6%) sedangkan sebagian kecil bekerja sebagai berkebun yaitu sebanyak 8 orang (14%), menurut penelitian Umar (2006) bahwa presentase terbesar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga atau ibu yang tidak bekerja sebesar 75% sedangkan ibu yang bekerja sebagai PNS/Swsta
  • 24. 68 sebesar 12,8%, sebagai wiraswasta sebesar 11,5% yang mengkonsumsi kapsul vitamin A. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 bahwa 52 % ibu yang tidak bekerja mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 40,4% ibu yang tidak bekerja tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih banyak untuk bisa mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan yang salah satunya adalah tentang kapsul vitamin Asehingga ibu yang tidak bekerja yang cenderung mengkonsumsi kapsul vitamin Asedangkan ibu yang memiliki pekerjaan di luar rumah cenderung tidak peduli dengan hal-hal tersebut . 5.1.3. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tammat SMP yaitu sebanyak 13 orang (22,9%) sedangkan sebagian kecil responden memiliki pendidikan terakhir tidak tammat sekolah dasar yaitu sebanyak 5 orang (8,8%). Menurut Liliweri (2007) didalam Fauzi (2011) bahwa cakupan pengetahuan atas wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menangkap informasi. Hal ini sejalan menurut pendapat Wied (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan juga menentukan mudah atau tidak seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Oleh karena itu, keterbatasan pendidikan ibu akan berpengaruh
  • 25. 69 pada kemudahan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa manusia yang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka akan semakin memiliki wawasan yang semakin baik pula. Hasil penelitian lainnya yang sesuai dengan pendapat diatas adalah dari hasil penelitian Khairunnisa (2011) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Stoltzfus (1992) didalam tesis Umar (2006) bahwa ibu menyusui yang berpendidikan > 6 tahun lebih banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui yang berpendidikan < 6 tahun. Hasil yang tidak jauh berbeda juga didapatkan didalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 bahwa sebanyak 40 % ibu yang tidak tammat SD mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 47,2% ibu yang tammat SD mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 54,1 % ibu yang tammat SLTP mengkonsumsi kapsul vitamin A, sebanyak 58,6% ibu yang tammat SLTA mengkonsumsi kapsul vitamin A. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya mempunyai taraf pengetahuan dan keterampilan yang semakin baik serta akan lebih mengerti tentang sesuatu hal, yang cenderung akan mempengaruhi tindakannya dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A, tetapi untuk pendidikan terakhir responden di Puskesmas Hutagodang paling banyak memang ibu yang tammat SMP sehingga juga akan
  • 26. 70 mempengaruhi pengetahuan dan tindakan mereka dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. 5.2. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kapsul Vitamin A 5.2.1. Pengetahuan Tentang Gejala Awal Kurang Vitamin A Berdasarkan pernyataan responden tentang gejala awal kurang vitamin A dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.5 bahwa sebagian besar responden menjawab rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%) sebagai gejala awal kurang vitamin A. Menurut pendapat Almatsier (2003), kurang vitamin A merupakan suatu kondisi dimana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Salah satu gejala awal kurang vitamin A adalah buta senja (niktaolopia), yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar-samar/senja seperti memasuki kamar gelap dari kamar terang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Solihin (1990) bahwa buta senja sebagai gangguan regenerasi rhodopsin merupakan gejala dan sering timbul sebelum terdapatnya gejala mata lainnya. Buta senja merupakan gejala awal kekurangan vitamin A, seseorang yang telah mengetahui gejala awal kurang vitamin A maka akan mempengaruhi perilakunya terhadap kurang vitamin A baik itu perilaku dalam bentuk sikap maupun perilaku dalam bentuk tindakan. Menurut Suchman didalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa seorang individu memiliki pandangan mengenai gejala merasa sakit adalah kurang enak badan atau sesuatu yang tidak biasa dialami yang selanjutnya pengetahuan
  • 27. 71 mengenai gejala tersebut akan membuat penafsiran-penafsiran yang berkaitan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana sebagian besar responden menyatakan gejala awal kurang vitamin A adalah rabun senja/rabun ayam sebanyak 27 orang (47,4%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab pusing yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya menjawab sakit mata sebanyak 25 orang (43,9%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang gejala kurang vitamin A Menurut Muzaham (1995) bahwa kesimpulan yang diperoleh seseorang pada tahap pengenalan gejala penyakit berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda tentang gejala penyakit tergantung pengetahuan responden tentang penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan menurut pendapat mechanics dalam Notoatmodjo (2003) bahwa seseorang akan menganggap suatu penyakit apabila sakit itu dapat dilihat, dikenali atau dirasakan menonjol dari gejala dan tanda menyimpang. Padahal tidak menutup kemungkinan seseorang yang telah mengalami suatu gejala penyakit tetapi gejala tersebut tidak tampak secara langsung tetapi membutuhkan waktu hingga penyakit tersebut menjadi semakin parah . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebahagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang gejala awal kurang vitamin A yang dapat dilihat dari masih banyaknya responden yang menyatakan bahwa sakit mata sebagai gejala awal kurang vitamin A yaitu sebanyak 25 responden (43,9%), kurangnya pengetahuan tentang gejala awal kurang vitamin A merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kurang vitamin A yang dapat berimbas kepada buta warna dan
  • 28. 72 kebutaan. Hal ini dikarenakan tidak adanya tanda-tanda yang khusus mengenai gejala awal seseorang menderita kurang vitamin A dan juga masih susahnya dilakukan diagnose serum darah di laboratorium sebagai indikasi kurang vitamin A. 5.2.2. Pengetahuan Tentang Akibat Kurang Vitamin A Berdasarkan pernyataan responden tentang penyakit akibat kurang vitamin A dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.6 bahwa sebagian besar responden menjawab rabun senja sebanyak 22 orang (38,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab kebutaan/xeropthalmia yaitu sebanyak 15 orang (26,3%) dan yang lainnya menjawab buta warna sebanyak 20 orang (35,1%) sebagai penyakit akibat kurang vitamin A. Menurut Depkes (2003) bahwa xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata. Xerofthalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soedietama (1985) bahwa kelainan mata pada kurang vitamin A disebut xeropthalmia yang terdiri dari kekeringan epitel bijik mata dan kornea. Menurut teori HBM didalam Muzaham (1995) bahwa setiap orang tidak akan melakukan pencegahan penyakit dan pertolongan medis bila mereka tidak memiliki pengetahuan dan motivasi yang relevan dengan kesehatan, bila mereka tidak memandang keadaan tidak berbahaya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Lewin didalam Notoatmodjo (2003) bahwa agar seseorang bertindak berobat mengobati atau mencegah penyakitnya maka ia harus merasakan ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Oleh karena itu, sebelum individu mendapatkan suatu penyakit maka seharusnya sudah mendapatkan informasi mengenai bahaya yang akan
  • 29. 73 dihadapinya kedepannya sehingga akan membuat dirinya lebih waspada untuk melakukan tindakan pencegahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit akibat kurang vitamin A yang terbukti sebanyak 22 orang (38,6%) menjawab rabun senja sebagai penyakit akibat kurang vitamin A. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit akibat kurang vitamin A merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit akibat kurang vitamin A yang dapat berimbas kepada sering terdapat anak yang menderita xeropthalmia bahkan berujung kepada kematian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Huseini dalam Solihin (1990) bahwa sebanyak 1.250.000 anak menderita xeropthalmia non kornea dan diperkirakan 15 juta anak di Indonesia tidak cukup mengkonsumsi vitamin A setiap hari dikarenakan pengetahuan yang kurang. 5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Banyak Kapsul Vitamin A Yang Di Konsumsi Ibu Selama Masa Nifas Berdasarkan pernyataan responden tentang banyak kapsul vitamin A yang dikonsumsi ibu nifas dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 4.7. bahwa diperoleh data sebanyak 27 orang (47,4%) menjawab satu buah kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas, sebanyak 10 orang (21,3%) menjawab dua buah kapsul kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas, sebanyak 10 orang (21,3%) mengatakan tidak tahu kapsul vitamin A yang di konsumsi ibu selama masa nifas. Salah satu pelayanan nifas yang diberikan kepada ibu nifas antara lain adalah pemberian kapsul Vitamin A 200.000 SI sebanyak dua kali. Pada bulan Desember
  • 30. 74 2002, The International Vitamin A Consultative Group (IVACG) mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200.000 SI. Sebagai tambahan atau sebagai alternatif, ibu nifas dapat mengkonsumsi vitamin A dosis 10.000 SI setiap harinya atau 25.000 SI sekali seminggu selama 6 bulan pertama, untuk meningkatkan status vitamin A dalam tubuhnya. (HKI, 2005). Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2006) didalam penelitiannya bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A, hal ini karena kapsul vitamin A pertama akan diberikan segera setelah melahirkan dan satu kapsul tambahan akan diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam setelah pemberian kapsu vitamin A yang pertama. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang jumlah kapsul vitamin A yang harus dikonsumsi ibu selama masa nifas yang terbukti sebanyak 27 orang (47,4%) menjawab ibu nifas mengkonsumsi satu kapsul vitamin A selama masa nifas. Kurangnya pengetahuan tentang banyaknya kapsul vitamin A yang dikonsumsi ibu nifas selama nifas dikarenakan akses untuk mendapatkan informasi masih sangat kurang yang dikarenakan interaksi yang kurang antara petugas kesehatan dan ibu nifas, hal ini dikarenakan jarak yang jauh antara rumah petugas kesehatan juga puskesmas dengan rumah warga. 5.2.4. Pengetahuan Responden Tentang Jenis Warna Kapsul Vitamin A Yang Diberikan Kepada Ibu Nifas Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8. di atas diketahui mengenai pengetahuan responden tentang jenis warna kapsul vitamin A yang di konsumsi
  • 31. 75 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab kapsul bewarna merah sebanyak 42 orang (42,1%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab biru yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab Hitam sebanyak 23 orang (40,4%). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/ SK/ IX/ 2008 bahwa pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. Salah satu pelayanan nifas yang dimaksudkan adalah pemberian buah kapsul vitamin A bewarna merah. Hal ini sesuai dengan penyataan Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) yaitu pemberian suplementasi vitamin A kepada kelompok sasaran yaitu bayi, anak balita dan ibu nifas. Kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (warna biru) untuk bayi, kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (warna merah) untuk anak balita dan ibu nifas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang jenis warna kapsul vitamin A yang harus dikonsumsi ibu selama masa nifas, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya responden yang memberikan jawaban kapsul bewarna biru sebanyak 10 orang (17,5%) dan hitam sebanyak 23 orang (40,4%) sebagai jenis warna kapsul vitamin A yang harus dikonsumsi ibu nifas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengetahuan ibu nifas yang masih belum baik tentang kandungan setiap warna kapsul vitamin A yang juga akan mempengaruhi manfaat dan fungsinya.
  • 32. 76 5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Ibu Nifas Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9. dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 5 orang (8,7%) dan yang lainnya mencegah infeksi, meningkatkan kualitas ASI sebanyak 14 orang (24,4%). Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2005 bahwa vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan ibu dan bayinya, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Vitamin A juga bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan. Oleh karena itu vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Pemberian suplementasi vitamin A setelah melahirkan (nifas) telah menaikkan konsentrasi serum retinol ibu, menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan hingga 40 % (Depkes RI, 2002). Berbagai studi yang dilakukan mengenai ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A memperlihatkan hasil yang berbeda-beda dan sesuai dengan hasil penelitian Basu (2003) didalam tesis penelitian Umar (2006) menyatakan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dapat menurunkan insiden dan durasi penyakit infeksi pada ibu dan bayi (Umar, 2006). Pemberian 2 kapsul vitamin A diharapkan cukup menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
  • 33. 77 bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan dan mencegah infeksi pada ibu nifas (Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, 2009). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas yaitu sebagian besar responden menjawab agar ibu sehat 38 orang (66,7%). Ibu nifas tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai manfaat yang dapat diberikan ketika mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan ibu nifas tentang manfaat kapsul vitamin A. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Naibaho (2011) bahwa dari sembilan orang ibu nifas hanya ada satu orang ibu nifas yang dapat menjelaskan tentang manfaat pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas dan hal di daera tersebut masih banyak yang tidak mendapatkan kapsul vitamin A dikarenakan bidan yang tidak memberikan kapsul vitamin A. 5.2.6. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Kapsul Vitamin A Bagi Bayi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10. bahwa diperoleh data menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebagai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A terhasebanyak 26 orang (45,6%)dap bayi 0-6 bulan, sebanyak 10 orang (17,6%) menjawab agar bayi gemuk, kuat, sehat sebagai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A terhadap bayi 0-6 bulan, sebanyak 21 orang (36,8%) menjawab meningkatkan pertumbuhan bayi, daya tahan tubuh bayi dan perkembangan bayi. Berbagai studi yang dilakukan mengenai ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A memperlihatkan hasil yang berbeda-beda, tetapi sebuah studi yang dilakukan pada bayi usia enam bulan yang ibunya telah mendapatkan kapsul vitamin
  • 34. 78 A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA. Hal ini sesuai dengan penelitian Maryuni (2010) bahwa bayi yang mendapatkan vitamin A memiliki resiko terkena penyakit yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan vitamin A yang cukup. Sesuai dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmat (1995) didalam tesis Ningsih (1997) bahwa resiko infeksi saluran pernafasan pada ibu dan gastroenteritis akut pada bayi lebih rendah pada kelompok yang mendapat suplementasi vitamin A dan juga risiko untuk menderita KVA pada bayi yang mempunyai ibu yang berstatus vitamin A rendah hampir 3 kali dibandingkan bayi yang ibunya berstatus vitamin A normal (Ningsih, 1997). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Basu (2003) didalam tesis penelitian Umar (2006) menyatakan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dapat menurunkan insiden dan durasi penyakit infeksi pada ibu dan bayi sedangkan menurut Nelson (2005) didalam tesis Umar (2006) bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi dapat menurunkan lebih 50% kasus campak, menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare juga menurunkan kasus infeksi saluran pernapasan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi bayi 0-6 bulan yaitu sebagian besar responden menjawab agar meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%). Ibu nifas tidak memiliki
  • 35. 79 pengetahuan yang cukup baik mengenai manfaat mengkonsumsi kapsul vitamin A bagi bayinya. Hal ini dapat disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan ibu nifas tentang manfaat kapsul vitamin A bagi bayi 0-6 bulan. Kurangnya informasi dari petugas kesehatan juga akan mempengaruhi pengetahuan ibu nifas tentang manfaat kapsul vitamin A pada bayi 0-6 bulan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Mintarsiah (1996) bahwa ibu yang mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang manfaat kapsul vitamin A dosis tinggi 2,56 kali dibandingkan ibu yang kurang mendapat pembinaan dari petugas kesehatan. 5.2.7. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat 2 Buah Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas . Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang manfaat mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebagian besar responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI selama 12 bulan pertama yaitu sebanyak 10 orang (17,5%) dan yang lainnya menjawab meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI selama 6 bulan pertama sebanyak 18 orang (31,6%). Hal ini sesuai dengan peryataan dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa pemberian 2 kapsul vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI hingga bayi berusia 6 bulan, kesehatan ibu akan cepat pulih setelah melahirkan dan juga dapat mencegah infeksi pada ibu nifas.
  • 36. 80 Hal ini didukung oleh teori Health Beliefe Model (HBM) didalam Edberg (2009) bahwa perilaku perilaku mencari kesehatan dan perilaku sehat dianggap dimotivasi oleh 4 faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi tentang manfaat dari tindakan yang dilakukan. Perilaku seorang individu daam mencari kesehatan dapat didorong oleh persepsi tentang manfaat suatu tindakan ini yang akan membuat individu tersebut akan melakukan tindakan yang dianggapnya dapat bermanfaat bagi dirinya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang manfaat mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A bagi ibu nifas, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab meningkatkan kandungan vitamin A didalam ASI sebanyak 29 orang (50,9%). Berdasarkan jawaban dari responden maka kita dapat melihat bahwa responden belum memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai mafaat mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A bagi ibu nifas, sehingga akan dapat mempengaruhi tindakannya untuk mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan teori Health Beliefe Model (HBM) didalam Edberg (2009) bahwa perilaku perilaku mencari kesehatan dan perilaku sehat dianggap dimotivasi oleh 4 faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi tentang manfaat dari tindakan yang dilakukan. 5.2.8 . Pengetahuan Responden Tentang Sumber Vitamin A Bayi 0-6 Bulan Berdasarkan hasi penelitian pada tabel 4.12. dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan yaitu sebagian besar responden menjawab Air Susu Ibu (ASI) sebanyak 22 orang (38,6%)
  • 37. 81 sedangkan sebagian kecil responden menjawab dari makanan ibu yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) dan yang lainnya menjawab susu formula sebanyak 19 orang (33,3%). Menurut pendapat Almatsier (2003), kebutuhan vitamin A dibedakan atas kelompok umur dan jenis kelamin. Angka kecukupan vitamin A untuk bayi dengan usia 0-5 bulan sebesar 375 RE. Bayi akan mendapatkan segala kebutuhannya dari Air Susu Ibu (ASI). Pendapat ini juga dibenarkan oleh Ningsih (2000) didalam penelitiannya bahwa kolostrum ASI yang bewarna kekuning-kuningan dan bening yang keluar selama beberapa hari pertama kelahiran dan ASI masa transisi merupakan sumber kaya vitamin A, rendahnya kandungan vitamin A dalam ASI akan menyebabkan rendahnya status vitamin A bayi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang dikutip Ningsih (2000) dari Underwood (1994) bahwa kandungan rata-rata vitamin A dalam kolostrum dan ASI masa transisi leih dari 3,5 umol/l, konsentrasi vitamin A transisi yakni ASI yang keluar dari awal melahirkan hingga hari kesepuluh kelahiran dan akan semakin menurun lebih dari 50% pada minggu ke 4-8 minggu setelah melahirkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan yang dapat dilihat dari jawaban responden yaitu sebanyak 16 orang (28,1%) memberikan jawaban makanan ibu sebagai sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan dan sebanyak 19 orang (33,3%) memberikan jawaban susu formula sebagai sumber kebutuhan vitamin A bayi 0-6 bulan. Hal ini dapat disebabkan masih kurangnya informasi yang didapatkan oleh responden tentang sumber vitamin A bagi bayi yang menyebabkan menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dari responden.
  • 38. 82 5.2.9. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Ibu Nifas Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Pertama Sekali Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13. dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab minggu ke tiga setelah melahirkan yaitu sebanyak 7 orang (12,3%) dan yang lainnya menjawab segera setelah melahirkan sebanyak 16 orang (28,1%). Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa ibu nifas akan diberikan 1 (satu) kapsul vitamin A diminum segera setelah saat persalinan dan jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A, maka kapsul vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0). Hal ini dikarenakan pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari pertama sejak kelahiran. Hal yang berbeda diutarakan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2005) bahwa kapsul vitamin A diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Menurut Roger (1994) didalam Notoatmodjo (2003) bahwa sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku baru maka didalam diri orang tersebut akan terjadi proses kesadaran yakni menyadari dan mengetahui stimulus objek terlebih dahulu yang selanjutnya akan membuat individu tersebut akan mengalami interest, yakni mulai tertarik kepada stimulus. Apabila perilaku mengalami proses seperti ini
  • 39. 83 didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif maka akan membuat perilaku tersebut akan bertahan lebih lama dan sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab kunjungan bidan atau petugas kesehatan pertama sebanyak 34 orang (59,6%). Hal ini dikarenakan pemerintah menganjurkan ibu nifas seharusnya mengkonsumsi kapsul vitamin A segera setelah melahirkan yang akan dapat membuat manfaat kapsul vitamin A lebih dapat dirasakan. 5.2.10. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Konsumsi Kapsul Vitamin A Yang Kedua Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14. dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab 24 jam setelah konsumsi kapsul vitamin A pertama yaitu sebanyak 17 orang (30%) dan yang lainnya menjawab tidak tahu sebanyak 19 orang (33,3%). Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2009) bahwa ibu nifas akan mendapatkan 1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul pertama. Hal ini dikarenakan Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas.
  • 40. 84 Hal berbeda terdapat menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2005), kapsul vitamin A diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Pengetahuan seseorang kesehatan sesuatu akan dapat mempengaruhi tindaannya dalam melakukan pemeliharaan kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan teori HBM didalam Edberg (2009) bahwa perilaku dalam kesehatan dapat dimotivasi oleh beberapa faktor dan salah satu faktornya adalah persepsi keparahan tentang akibat jika individu tersebut tidak melakukan tindakan tersebut. Persepsi keparahan jika tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah akan dapat memberikan konsekuensi masalah kesehatan yang akan dialami responden yaitu mata rabun dan lebih jauh dapat menyebabkan kebutaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang waktu ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A pertama sekali yaitu sebagian besar responden menjawab hingga 4 minggu pertama setelah melahirkan sebanyak 21 orang (36,7%). Hal ini dikarenakan pemerintah menganjurkan ibu nifas seharusnya mengkonsumsi kapsul vitamin A segera setelah mengkonsumsi kapsul vitamin A yang kedua sehingga dapat membuat manfaat kapsul vitamin A lebih dapat dirasakan. 5.2.11. Kategori Tingkatan Pengetahuan Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kategori tingkatan pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 orang (91,2%), sedangkan selebihnya berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%) Hasil penelitian menununjukkan bahwa sebanyak 52 orang (91,2%) memiliki kategori tingkatan pengetahuan sedang, sedangkan selebihnya berada pada kategori
  • 41. 85 pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (8,8%) tentang konsumsi kapsul vitamin A. Banyaknya responden yang berpengetahuan sedang dan kurang disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat melalui penyuluhan kesehatan, akses pelayanan kesehatan baik puskesmas/ posyandu cenderung susah untuk dijangkau sehingga masyarakat tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang sulit menjangkau pemukiman masyarakat sehingga penyuluhan dan informasi mengenai kesehatan cenderung sangat minim. Menurut Brunner (1975) bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab tingginya angka responden yang memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2000) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sesuai dengan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seorang individu erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan tentang kapsul vitamin Aakan mengakibatkan rendahnya tindakan si ibu dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
  • 42. 86 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sugiharti (2007) bahwa ditemukan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A dosis tinggi yang kurang yaitu sebanyak 20,3%, sebanyak 37,3% memiliki pengetahuan yang cukup dan sebanyak 42,4% memiliki pengetahuan yang baik yang akan berhubungan dengan tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Purwati (2003) dimana didapatkan sebanyak 86,6% ibu nifas yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang kapsul vitamin Ayang akan berhubungan dengan tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. Menurut pendapat Mantra (1989) didalam tesis Mintarsiah (1996) mengemukakan bahwa kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergantung pada hasil perpaduan dari keinginan bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa mencapai tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut yang bersangkutan dan sarana maupun usaha yang diperlukan itu. Sedangkan menurut pendapat Kelman didalam tesis Mintarsiah (1996) bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat akan lestari karena pada cara perubahan ini akan menjadi bagian dari hidupnya. Perubahan inilah yang diharapkan akan dicapai dalam pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan Salah satu strategi penting dalam upaya meningkatkan konsumsi vitamin A adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang akibat dan manfaat yang akan didapatkan jika mengkonsumsi kapsul vitamin A sehingga akan menimbulkan kesadaran dari dalam diri yang nantinya dapat meningkatkan tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A.
  • 43. 87 Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan tentang kapsul vitamin A mengakibatkan ibu nifas tidak mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sugiharti (2007) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi. Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga akses informasi mengenai kapsul vitamin A yang masih sangat kurang, petugas kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang konsumsi vitamin A dan ditambah dengan latar belakang pendidikan responden yang mayoritas berada di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi tingkatan pengetahuan responden dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. 5.3. Sikap Ibu Nifas Tentang Konsumsi Kapsul Vitamin A 5.3.1. Sikap Ibu Nifas Tentang Setiap Bidan Harus Membawa Kapsul Vitamin A Ketika Menolong Persalinan Menurut hasil penelitian pada tabel 4.16 didapatkan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%) menyatakan sikap tidak setuju dengan pernyataan setiap bidan harus membawa kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. Menurut Prawihardjo (2011), bidan menjadi seorang tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Setiap bidan memiliki tugas untuk
  • 44. 88 memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu selama persalinan dan ibu nifas. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/ IX/ 2008 bahwa pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. Hal ini sejalan menurut Kementrian Kesehatan (2010) bahwa perawatan kesehatan dasar anak dengan pemberian 2 buah kapsul vitamin A yang diminum selama masa nifas. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kapsul vitamin A termasuk didalam pelayanan nifas. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 25 orang ibu nifas (44%) menyatakan sikap tidak setuju dan sebanyak 20 orang ibu nifas (35%) menyatakan setuju dengan pernyataan setiap bidan harus membawa kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Naibaho (2011) bahwa hanya ada dua bidan yang sebagai penolong persalinan yang memberikan kapsul vitamin A sedangkan 6 orang bidan lainnya tidak memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. 5.3.2. Sikap Ibu Nifas Tentang Sumber Kebutuhan Vitamin A Bayi Hasil penelitian pada tabel 4.16. didapatkan sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju dengan pernyataan bayi akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan ibu.
  • 45. 89 Kolostrum ASI yang bewarna kekuning-kuningan dan bening yang keluar selama beberapa hari pertama kelahiran dan ASI masa transisi merupakan sumber kaya vitamin A. Hal ini sesuai dengan pendapat Underwood (1994) dalam Ningsih (1997) bahwa kandungan rata-rata vitamin A didalam kolostrum dan ASI selama masa transisi lebih dari 3,5 umol/l, konsentrasi vitamin A transisi yakni ASI yang keluar sekitar hari ketia hingga hari kesepuluh kelahiran, menurun lebih dari 50% pada minggu ke 4-8 minggu setelah melahirkan. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, informasi yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal akan dapat mempengaruhi sikapnya. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27 orang (47,4%) ibu nifas merasa setuju dan 17 orang (29,8%) ibu nifas lainnya sangat setuju dengan pernyataan bayi akan mendapat kebutuhan vitamin A dari susu formula dan makanan ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat Yeyeh (2010) bahwa Air Susu Ibu (ASI ) mengandung 280 internasional unit (UI) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali sedangkan susu sapi mengandung hanya 18 UI yang memiliki banyak manfaat bagi bayi. 5.3.3. Sikap Ibu Nifas Tentang Kebutuhan Vitamin A Bayi Hasil penelitian didalam tabel 4.16 didapatkan sebanyak 23 orang (40,4%) merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju dengan pernyataan kebutuhan yang tinggi akan vitamin Amaka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A.
  • 46. 90 Menurut Depkes (2010) bahwa angka kecukupan vitamin A untuk bayi dengan usia 0-5 bulan sebesar 375 RE dan angka kecukupan vitamin A untuk ibu menyusui sebesar 350 RE, dimana kebutuhan vitamin A bayi bersumbernya dari ibunya sehingga ibu harus mengkonsumsi vitamin A yang cukup besar dan itu akan terpenuhi dengan pemberian 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI). Hal ini sejalan menurut Kementrian Kesehatan (2010) bahwa perawatan kesehatan dasar bayi salah satunya dengan memberikan ibu nifas 2 buah kapsul vitamin A selama masa nifas. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan vitamin A bayi dan ibu nifas dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 buah. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa sikap seseorang dapat dibentuk oleh kepercayaan akan sesuatu kehidupan sosial dan kecenderungan bertindak, maka ketika responden mempercayai bahwa ibu nifas membutuhkan vitamin A dalam jumlah yang besar maka responden langsung memiliki kecenderungan bertindak bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 3 buah kapsul vitamin A. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 orang (40,4%) merasa setuju dan 15 orang (26,3%) ibu nifas lainnya merasa sangat setuju dengan pernyataan kebutuhan yang tinggi akan vitamin A maka ibu nifas harus mengkonsumsi 3 kapsul vitamin A. Hal ini bertentangan dengan pernyataan The International Vitamin A Consultative Group (IVACG) pada bulan Desember tahun 2002 mengeluarkan rekomendasi bahwa ibu nifas mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini dikarenakan jika mengkonsumsi kapsul vitamin A yang melebihi kebutuhan akan dapat menyebabkan gangguan didalam tubuh dan penyakit.
  • 47. 91 5.3.4. Kategori Tingkatan Sikap Berdasarkan tabel 4.17. diketahui bahwa seluruh responden atau sebanyak 57 orang (100% ) responden memiliki kategori tingkatan sedang. Seluruh responden yang memiliki sikap sedang dapat disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurang optimalnya informasi yang didapat melalui penyuluhan kesehatan sehingga membuat responen bingung dalam menentukan sikap. Hal ini sejalan dengan menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta upaya pencegahan kekambuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Menurut Kelman didalam tesis Mintarsiah (1996) bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat akan lestari karena pada cara perubahan ini akan menjadi bagian dari hidupnya sehingga dia akan dapat menentukan pilihan dalam hidupnya. Menurut Notoatmodjo (1993) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,
  • 48. 92 benci, sedih, setuju). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, tidak setuju). 5.4. Kategori Enabling 5.4.1. Ketersediaan Kapsul Vitamin A Bidan Ketika Menolong Persalinan Hasil penelitian pada tabel 4.18. menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dalam melakukan pelayanan persalinan harus memberikan usaha yang optimal agar ibu sehat dan anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang baik kedepannya. Menurut Depkes (2009) salah satu pelayanan dasar yang harus diberikan adalah dengan memberi 1 buah kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI) segera setelah persalinan. Hal ini perlu dilakukan mengingat manfaat kapsul vitamin A yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh ibu setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan dan dapat meningkatkan kandungan ASI untuk bayi selama 60 hari kedepan. Ketersediaan kapsul vitamin A pada ibu nifas akan dapat menghambat pemberian kapsul vitamin A, apalagi jika bidan tidak membawa dan tidak memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Purwati (2003) bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan kapsul vitamin A dosis tinggi dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, sebanyak 60% penolong persalinan tenaga kesehatan dan 78,6%
  • 49. 93 dukun bayi tidak mempunyai persediaan kapsul vitamin A dosis tinggi ketika melakukan persalinan sehingga sebanyak 71,7% ibu nifas tidak mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi pada masa nifas(0-30 hari). Menurut teori Green bahwa faktor pendukung yang berupa fasilitas kesehatan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam hal ini fasilitas yang dimaksud adalah ketersediaan kapsul vitamin A. Ketersediaan kapsul vitamin A dosis tinggi pada pelayanan kesehatan akan mempengaruhi distribusi. Terlambat dan kekurangan kapsul vitamin A dosis tinggi akan mengurangi jumlah konsumsi vitamin A dosis tinggi tersebut. Menurut Mintarsiah (1996) bahwa cara penanggulangan kekurangan vitamin A dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi dianggap cukup berhasil, tetapi dalam hal operasional pelaksanaan program masih banyak terdapat kelemahannya yaitu dalam hal pendistribusian dan penyampaian kepada target dan sasaran ibu nifas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (47,4%) mengatakan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan sedangkan 30 responden (52,46%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa bidan membawa kapsul vitamin A ketika menolong melahirkan. Hal ini menunjukkan bahwa bidan masih belum memahami secara baik manfaat vitamin A bagi ibu yang baru mengalami persalinan sehingga bidan tidak membawa kapsul vitamin A ketika menolong persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Naibaho (2011) bahwa hanya ada dua bidan yang sebagai penolong persalinan yang memberikan kapsul vitamin A sedangkan 6 orang bidan lainnya tidak memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan.
  • 50. 94 Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyaknya bidan yang tidak memiliki atau memberikan kapsul vitamin A ketika menolong persalinan menunjukkan masih belum baiknya ketersediaan kapsul vitamin A pada bidan yang nantinya akan dapat berpengaruh terhadap konsumsi kapsul vitamin A oleh ibu nifas. 5.4.2.Akses Responden Dengan Puskesmas/Praktek Petugas Kesehatan Hasil penelitian pada tabel 4.19. menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (75,4%) menyatakan ya untuk pernyataan bahwa puskesmas/praktek petugas kesehatan(bidan,dokter) terlalu jauh dari rumah. Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku, faktor pemungkin atau enabling faktor merupakan salah satu faktor non perilaku yang dapat mendukung permasalahan kesehatan yang dapat terwujud dalam lingkungan fisik yang didalamnya termasuk akses sarana pelayanan kesehatan. Akses sarana pelayanan vitamin A merupakan kemudahan untuk mendapatkan kapsul vitamin Adosis tinggi dari tempat tinggal ibu nifas dengan pelayanan kapsul vitamin A dosis tinggi. Menurut Notoatmodjo (2003) didalam tesis Umar (2006) alasan seseorang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan adalah sangat jauh dari tempat tinggal orang tersebut. Menurut Notoatmodjo (2000) didalam Umar (2006) sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan, yang dapat dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu, sarana pemeliharaan kesehatan primer, sarana pelayanan pemeliharaan kesehatan sekunder, sarana pemeliharaan kesehatan tersier.
  • 51. 95 Peneliti memiliki pendapat bahwa akses pelayanan kesehatan untuk mendapatkan kapsul vitamin A cenderung masih kurang hal ini dapat dilihat dari 43 responden(75,4%) bahwa puskesmas/praktek petugas kesehatan (bidan,dokter) terlalu jauh dari rumah. sehingga dengan susahnya mendapatkan akses ke pelayanan kesehatan akan membuat kemungkinan responden akan mendapakan informasi yang lebih sedikit yang akan dapat mempengaruhi pengetahuannya tentang kapsul vitamin A. 5.5.1. Faktor Reinforsing Petugas Kesehatan Ibu Nifas dalam Menjelaskan Konsumsi Kapsul Vitamin A Hasil penelitian pada Tabel 4.20. menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden (54,4%) menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A. Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah adalah faktor-faktor yang meliputi faktor yang berasal dari luar diri responden yaitu termasuk petugas kesehatan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Mintarsiah (1996) bahwa ibu yang mendapatkan pembinaan yang baik dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan untuk berpartisi dalam mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi 2,56 kali dibandingkan ibu yang kurang mendapat pembinaan dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tesis Wijayanti (2004), didapatkan data sebanyak 61% responden tidak pernah menerima penyuluhan dari petugas kesehatan tentang masalah vitamin Aketika mereka melakukan pemeriksaan rutin ke
  • 52. 96 puskesmas, sementara 55% responden tidak pernah mendapatkan penyuluhan khusus dari petugas puskesmas/posyandu tentang vitamin A. Petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi kepada orang yang datang berobat dan keluarganya. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Linton (1936) dalam Mustafa (2008) yang telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut peneliti bahwa seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai petugas kesehatan, teman, orang tua (keluarga), wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut sehingga dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi kepada responden tentang konsumsi kapsul vitamin A sehingga dapat meningkatka pengetahuan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A, selain itu masih banyaknya petugas kesehatan yang kurang mengetahui tentang keharusan dalam pemberian kapsul vitamin A juga menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam melakukan pemeberian kapsul vitamin A yang sesuai dengan anjuran dari pemerintah melalui departemen kesehatan . Menurut hasil penelitian ini sebanyak 31 responden (54,4%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan penyuluhan mengenai kapsul vitamin A. Hal ini akan dapat menggambarkan bahwa sebahagian besar responden tidak mendapatkan informasi yang cukup dari petugas tentang kapsul vitamin A. Oleh karena itu, responden banyak yang memiliki
  • 53. 97 pengetahuan yang berbeda-beda dan cenderung tidak benar mengenai kapsul vitamin A. 5.5.2 Faktor Reinforsing Keluarga Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Hasil penelitian pada tabel 4.21. menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (80,7%) menyatakan bahwa keluarga ibu tidak memberikan penjelasan mengkonsumsi kapsul vitamin A. Menurut Notosoedirjo (2002), keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Didalam keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai- nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan para anggota keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota keluarganya dari adanya permasalahan kesehatan yang didapatkan para setiap anggotanya. Untuk ini memang tidak lepas dari kemampuan setiap anggota keluarga dan khususnya orangtuanya menciptakan iklim yang dapat mengembangkan kondisi homeostatis agar ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A. Menurut Green didalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah adalah faktor-faktor yang meliputi faktor yang berasal dari luar diri responden yaitu termasuk keluarga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian tesis Wijayanti (2004) bahwa upaya memasarkan vitamin A juga dapat dilakukan melalui sarana informal yaitu pembicaraan mulut ke mulut tentang konsumsi vitamin A yaitu sebanyak 23% responden dan 2% dilakukan
  • 54. 98 dengan saudara, perbincangan dengan tetangga kadang-kadang dilakukan oleh 22% responden dan 5% responden melakukannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (80,7%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa keluarga ibu memberikan penjelasan mengkonsumsi kapsul vitamin A. Peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan orang terdekat penderita yang mengetahui kepribadian salah satu anggota keluarganya. Jadi lebih mudah memahami dan mudah mendekatinya dalam memberikan informasi jika dilakukan oleh keluarga. Keluarga juga memiliki hubungan yang kuat antar anggota keluarganya baik dalam berkomunikasi masalah yang terjadi yang menyebabkan responden tidak mengkonsumsi kapsul vitamin Asehingga akan semakin efektif jika petugas kesehatan juga memberikan informasi tentang kapsul vitamin Akepada keluarga sehingga keluarga juga dapat mengingatkan dan memberikan informasi kepada ibu nifas. 5.5.3 Faktor Reinforsing Teman Ibu Nifas Dalam Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin A Hasil penelitian pada tabel 4.22. menunjukkan bahwa sebanyak 48 responden (84,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang mengkonsumsi kapsul vitamin A. Menurut Notoatmojo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Bila informasi yang diterimanya adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah persepsi.
  • 55. 99 Sesuai dengan hasil penelitian tesis Wijayanti,WS (2004) bahwa upaya memasarkan vitamin Ajuga dapat dilakukan melalui sarana informal yaitu pembicaraan mulut ke mulut tentang konsumsi vitamin A, dan hal ini kadang-kadang dilakukan 23% responden dan 2% dilakukan dengan saudara, perbincangan dengan tetangga kadang-kadang dilakukan oleh 22% responden dan sebanyak 5% responden secara sering melakukannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 48 responden (84,2%) mengatakan tidak untuk pernyataan bahwa teman ibu memberikan informasi tentang mengkonsumsi kapsul vitamin A. Oleh karena itu, peneliti bahwa teman juga memiliki peranan khusus dalam memberikan informasi kepada responden, sehingga sudah selayaknya mereka juga mendapatkan informasi yang benar tentang kapsul vitamin A, jika responden mendapatkan informasi yang salah tentang kapsul vitamin A akan mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. 5.6.Tindakan. 5.6.1. Tindakan Ibu Nifas Dalam Meminta Kapsul Vitamin A Hasil penelitian pada tabel 4.23. menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 13 orang (22,8%). Menurut Depkes (2009), seorang ibu nifas seharusnya mendapatkan kapsul vitamin A bewarna merah sesaat segera setelah persalinan, kapsul vitamin A dapat di peroleh dari petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, bidan dan petugas gizi, selain
  • 56. 100 petugas kesehatan kapsul vitamin A juga bisa diminta kepada kader dan dukun beranak yang terlatih. Kapsul vitamin A juga harus diminta jika belum diberikan oleh bidan dan petugas kesehatan lainnya, hal ini dikarenakan besarnya manfaat vitamin A yang akan didapatkan jika ibu nifas mengkonsumsi kapsul vitamin A. Hal ini sejalan dengan hasil peneliltian Purwati (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan kapsul vitamin A dengan pemberian kapsul vitamin A. Hasil penelitian diatas menunjukkan tindakan yang tidak baik yang dilakukan oleh ibu nifas, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang tidak meminta kapsul vitamin Ayang dapat membuat ibu nifas nantinya tidak akan mendapatkan kapsul vitamin A. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Naibaho (2011) yang menyatakan bahwa distribusi pemberian kapsul vitamin A tidak sesuai dengan jumlah sasaran program kapsul vitamin A sehingga terdapat 6 orang ibu nifas dari 8 orang ibu nifas yang melakukan persalinan kepada petugas kesehatan tidak mendapatkan kapsul vitamin A. Menurut hasil penelitian ini bahwa bahwa sebagian besar responden menjawab tidak meminta kapsul vitamin A yaitu sebanyak 44 orang (77,2%). Hal ini dapat terjadi karena responden tidak memiliki informasi yang cukup tentang vitamin A sehingga mereka kurang merasa tertarik untuk bertanya tentang kapsul vitamin A. Seharusnya petugas kesehatan memiliki fungsi dan tanggung jawab lebih dalam hal ini untuk memberikan informasi terlebih dahulu tentang kapsul vitamin A. 5.6.2. Tindakan Ibu Nifas Responden Dalam Memperoleh 2 Kapsul Vitamin A Hasil penelitian pada tabel 4.24. menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak mendapat 2 buah kapsul vitamin A yaitu sebanyak 34
  • 57. 101 orang (59,6%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab mendapat 2 buah kapsul vitamin Ayaitu sebanyak 23 orang (40,4%) . Menurut Depkes (2009) melalui Direktori Bina Gizi Masyarakat menyatakan bahwa seorang ibu nifas harus mendapatkan 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari The International Vitamin A Consultative Group (IVACG) yang mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan yang kurang baik, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang tidak mendapat 2 buah kapsul vitamin A. Pemerintah memberikan kapsul vitamin A bewarna merah (200.000 SI) sebagai upaya pencegahan kekurangan vitamin A yang akut hingga mengakibatkan kebutaan. Upaya pemberian 2 buah kapsul vitamin A merupakan salah satu cara agar vitamin Ayang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka . 5.6.3. Tindakan Responden Dalam Mengkonsumsi 2 Kapsul Vitamin A Berdasarkan tabel 4.25. di atas diketahui mengenai tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A bahwa sebagian besar responden menjawab mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 45 orang (78,9%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab tidak mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A yaitu sebanyak 12 orang (21,1%) .
  • 58. 102 Seorang ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan (2009) yang menyatakan bahwa setiap ibu nifas diharuskan mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A bewarna merah untuk meningkakan kandungan vitamin A dalam serum darah ibu nifas. Salah satu pelayanan nifas yang diberikan kepada ibu nifas antara lain adalah pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI sebanyak dua kali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umar (2006) didalam penelitiannya bahwa ibu nifas harus mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A, dimana kapsul vitamin A pertama diberikan segera setelah melahirkan dan satu kapsul tambahan diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam. Tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar, sehingga dapat dikelompokan kedalam tindakan adopsi yaitu mengadaptasikan tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut, dalam hal ini tindakan yang dimaksud adalah tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan anjuran pmerintah yaitu konsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan baik, hal ini dikarenakan banyak ibu nifas yang telah mengkonsumsi 2 buah kapsul vitamin A. Hal ini menjadi suatu hal yang sangat baik karena dengan mengkonsumsi buah kapsul vitamin Amaka membuat ibu nifas dan bayinya tidak akan terancam kurang vitamin A. Hal ini dikarenakan menurut Depkes (2009) pemberian 2 kapsul vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi
  • 59. 103 berusia 6 bulan, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas. 5.6.4. Tindakan Responden dalam menurut Waktu Pertama Mendapat Kapsul Vitamin A Berdasarkan penelitian pada table 4.26. maka dapat diketahui mengenai waktu responden mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama yaitu sebagian besar responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%) sedangkan sebagian kecil responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama segera setelah melahirkan yaitu sebanyak 21 orang (36,8%) . Departemen Kesehatan (2009) mengungkapkan bahwa pemberian 1 kapsul vitamin A merah (200.00SI) diberikan segera sesaat persalinan dan harus segera dikonsumsi ibu nifas. Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A, maka kapsul vitamin Adapat diberikan pada kunjungan ibu nifas, pada KN 1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0), pada KN 2 (bayi berumur 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari). Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan. Oleh karena itu, seharusnya ibu nifas melakukan tindakan yang baik dengan sudah mendapatkan kapsul vitamin A pada kurun waktu yang ditentukan agar responden mendapatkan manfaat yang maksimal. Hal ini termasuk kedalam tingkatan tindakan respon terpimpin (guided response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
  • 60. 104 yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ibu nifas memiliki tindakan yang kurang baik, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab mendapatkan kapsul vitamin A yang pertama setelah bidan melakukan kunjungan ke rumah yaitu sebanyak 36 orang (63,2%). Hal ini dapat terjadi dikarenakan masih banyak ibu nifas yang telah mendapatkan kapsul vitamin A tidak sesuai anjuran dari pemerintah. Menurut Depkes(2009), hal ini akan menjadi suatu kerugian bagi ibu nifas jika semakin lama mendapatkan kapsul vitamin A setelah persalinan karena menurut Depkes (2009), pemberian 1 kapsul vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari, kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan, mencegah infeksi pada ibu nifas. 5.6.5. Kategori Tingkatan Tindakan Berdasarkan penelitian pada tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kategori tindakan sedang yaitu sebanyak 38 orang (66,7%) dan kategori tindakan baik yaitu sebanyak 19 orang (33,3%). Hasil penelitian menunjukkan responden mayoritas memiliki tindakan yang sedang dan hanya sebahagian kecil memiliki kategori tindakan baik, hal ini dikarenakan responden belum sepenuhnya melakukan tindakan konsumsi kapsul vitamin A secara baikdan benar. Masih banyak terdapatnya ibu nifas yang hanya mengkonsumsi satu buah kapsul vitamin A dan waktu mengkonsumsi vitamin A yang terlalu lama dari yang dianjurkan pemerintah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A seperti
  • 61. 105 penggetahuan ibu yang rendah, akses pelayanan kesehatan, tempat pelayanan kesehatan, tempat persalinan juga mempanguruhi cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sugiharti (2005) bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi, hal berbeda terjadi dimana tidak terdapat hubungan antara sikap ibu nifas dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Bloom (1908) bahwa perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar. Hal ini sesuai dengan teori Skinner yaitu dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Hal ini diperkuat oleh teori Green bahwa faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku yaitu faktor predisposisi yaitu faktor yang terwujud dalam umur, paritas, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap selanjutnya faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung seperti akses pelayanan dan ketersediaan kapsul vitamin A dan selanjutnya faktor pendorong (reinforcing factors) seperti petugas kesehatan, keluarga dan teman yang dapat mempengaruhi tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A sebagai perubahan perilaku.