1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga
sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah
waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus
dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat
kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan difasilitas
kesehatan sampai pasca kejadian cedera (Rahmanta, 2007).
Sistem penanggulangan gawat darurat dilandasi dengan pengolahan waktu
(time management) yang merupakan implementasi dari “ time saving is a life and
limb saving” , mengandung unsur kecepatan atau “ quick response” dan ketepatan
berupa pertolongan pertama ditempat kejadian oleh awam dan awam khusus yang
terlatih (dr. Nuralim dkk, 2008)
Penelitian secara klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa
keberhasilan pertolongan sangat tergantung pada proses pelayanan gawat
darurat/bantuan hidup dasar pada fase pra rumah sakit (sebelum rumah sakit) dan
fase rumah sakit. Rantai tersebut merupakan kesatuan yang erat dan utuh, jika
salah satu mata rantai hilang atau lemah maka kemungkinan keberhasilan
pertolongan menjadi berkurang. Jadi semua mata rantai harus kuat dan saling
terkait erat satu sama lain.
Nurhayati, dkk (2006) pernah meneliti tentang “Upaya peningkatan
pengetahuan keterampilan masyarakat dalam memberikan bantuan hidup dasar
1
2. pada kejadian gawat darurat kelautan di Kelurahan Cilacap Kecamatan Cilacap
Selatan Kabupaten Cilacap”, dari hasil penelitian tersebut dapat diidentifikasi
bahwa bencana alam di laut banyak terjadi dan juga banyak memakan korban
oleh karena ketidaktahuan dan tidak terampilnya masyarakat khususnya nelayan
dalam memberikan pertolongan kegawatdaruratan dengan memberikan bantuan
hidup dasar. Rahman (2008) juga pernah meneliti Pengetahuan perawat tentang
kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yang mengalami
kegawatan pernafasan di ruang NICU, ruang perinatologi dan ruang anak RSUD
Gunung Jati Cirebon di dapatkan bahwa pengetahuan perawat yang dikategorikan
baik masih sangat kurang. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan bahwa
pengetahuan perawat dan keterampilan tindakan resusitasi untuk selalu
ditingkatkan baik formal maupun nonformal sehingga dalam pemberian asuhan
keperawatan pada situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Data yang di peroleh dari bagian medical record RSUD Kabupaten
Majene dalam sembilan bulan terakhir terhitung sejak April 2011 sampai
Desember 2012 jumlah pasien mencapai 2156 orang dan yang meninggal dunia
sebanyak 36 orang sementara pasien dengan indikasi bantuan hidup dasar
diperkirakan sekitar 26 orang, ini membuktikan masih tingginya angka kematian
dan begitu pentingnya tindakan bantuan hidup dasar harus di miliki oleh semua
perawat.
Dari hasil pengamatan penulis yang telah bekerja selama sembilan bulan
di ruang IRD tersebut dapat di simpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang
tindakan BHD masih sangat minim dan pihak Rumah Sakit pun kurang
2
3. memperhatikan, hal itu di buktikan pada tiga tahun terakhir tidak ada perawat
yang di ikutsertakan pada pelatihan gawat darurat sehingga ilmu yang di peroleh
tidak terupdate. Sehubungan dengan fenomena itu membuat penulis merasa
terpanggil untuk melakukan suatu perubahan sehingga pada tahap awal ini untuk
mendapatkan data yang akurat serta pertimbangan waktu yang singkat maka
penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh pendidikan
nonformal Bantuan Hidup Dasar pada pasien dalam meningkatkan pengetahuan
perawat di ruang IRD RSUD Kabupaten Majene”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh Pendidikan Nonformal BHD pada
pasien dalam meningkatkan pengetahuan perawat di ruang IRD RSUD Majene.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Nonformal BHD pada pasien
dalam meningkatkan pengetahuan perawat di ruang IRD RSUD Majene.
2. Tujuan Khusus :
a. Memperoleh informasi tentang pengetahuan perawat sebelum diberikan
Pendidikan Nonformal BHD (pre test)
b. Mengetahui pengetahuan perawat setelah diberikan Pendidikan Nonformal
BHD (post test).
3
4. c. Mengetahui pengaruh Pendidikan Nonformal BHD terhadap pengetahuan
perawat di ruang IRD.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
a. Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam mengaplikasikan
seluruh ilmu yang telah di peroleh diperguruan tinggi guna untuk
kepentingan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
b. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Terhadap Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumber khasanah ilmu pengetahuan peneliti lainnya dan
bahan acuan bagi yang berminat.
3. Terhadap Program Studi
Sebagai salah satu bahan kajian untuk pengembangan mata kuliah
gawat darurat.
4. Terhadap Rumah Sakit
Sebagai bahan kajian dan masukan untuk rumah sakit terhadap upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pengembangan keterampilan
penatalaksanaan pasien gawat darurat.
4