Qiyas Istitsna’I adalah kiyah yan tersusun dari dua mukadimah, syarthiyyah dan istitsna’iyyah yan berisi perangkat istidrak (ucapan susulan untuk memastikan hukum itsbat atau nafi) yan menyerupai istitsna’I berupa lafadz lakinna. Dan dapat disebut jua denganqiyas syarthiy, karena selalu menggunakan qadhiyah syarthiyah dalam salah satu mukaddimahnya. Dalam hal ini mukaddimah yang berisi qadhiyah syarthiyah disebut mukaddimah kubra, dan yang berisi qadhiyah istitsna'iyyah disebut mukaddimah shughra. Hal ini dikarenakan lafadz dari qadhiyah istitsna'iyyah kurang lebih hanya setengah dari qadhiyah syarthiyyah.
Qiyas Istitsna’I adalah kiyah yan tersusun dari dua mukadimah, syarthiyyah dan istitsna’iyyah yan berisi perangkat istidrak (ucapan susulan untuk memastikan hukum itsbat atau nafi) yan menyerupai istitsna’I berupa lafadz lakinna. Dan dapat disebut jua denganqiyas syarthiy, karena selalu menggunakan qadhiyah syarthiyah dalam salah satu mukaddimahnya. Dalam hal ini mukaddimah yang berisi qadhiyah syarthiyah disebut mukaddimah kubra, dan yang berisi qadhiyah istitsna'iyyah disebut mukaddimah shughra. Hal ini dikarenakan lafadz dari qadhiyah istitsna'iyyah kurang lebih hanya setengah dari qadhiyah syarthiyyah.
Asbabun Nuzūl (Arab: اسباب النزول, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat.Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.
Asbabun Nuzūl (Arab: اسباب النزول, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat.Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.
Download font untuk hasil lebih menarik! *alaalaiklan
-chalkpaint
-Amandes Salées
-kindergaten
-Ether Cute Poison
-alphabetized cassette tapes
-DK Lemon Yellow Sun
-Notepaper Airplanes
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfliondian
Materi Pendidikan Agama Islam Semester 1
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad
Dalam menentukan suatu solusi perkara yang terjadi dalam kehidupan kita memerlukan landasan dan hukum-hukum yang dijadikan sebagai sumber. Perlu kita ketahui dalam penentuan dan pengambilan keputusan terdapat beberapa sumber-sumber hukum yang dapat kita gunakan. Diantaranya adalah Alqur'an, Hadis, dan Itjihad.
Tulisan ini mengungkap Tafsir Syiah Zaydiyah yang paparkan oleh Imam al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir. Yang menarik dari tulisan ini, kendati madzhabnya syiah Zaidiyah, namun gagasan dan pemikirannya sering sejalan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. selain itu, tulisan ini menelisik corak pemikiran kalam dalam tafsir Fath al-Qadir.
1. ULUMUL HADIST
Dosen pengampu: Muh. Fatoni , M. Pd. I
Nama: Handi Budi Kusuma
NIM: 2812123029
Prodi: PBA 2-A
STAIN TUlUNGAGUNG
Tahun Ajaran 2013
2. Hadist sumber hukum islam, dengan beberapa alasan:
1. Fungsi sunnah sebagai penjelas terhadap Al-
Quran
2. Mayoritas sunnah relatif kebenarannya (dzanniy
ast-tsubut).
Dalil-dalil kehujahan hadist
1. Dalil Al-Quran:
( )
2. Dalil hadist:
3. Ijma’ para ulama’ untuk mengambil hadits
sebagai sumber hukum yang kedua.
3. 1. Bayan at-tafsir: hadits sebagai penjelas dari ayat Al-Qur’an.
2. Bayan at-taqrir: hadits berfungsi untuk memeperkuat ayat AL-Qur’an
3. Bayan an-naskh: hadits berfungsi untuk menghapus hukum suatu ayat.
4. Bayan tasyri’i: hadits menciptakan hukum baru yang belum dijelaskan Al-
Qur’an.
4. 1. Tafshil Al-Mujmal: hadits menjelaskan ayat-ayat AL-Qur’an
yang bersifat global.
Contoh: Al-Qur’an menerangkan tentang perintah shalat, namun
tidak disertai dengan keterangan tata caranya. Hal ini dijelaskan
oleh hadits
2. Takhshish Al-Am: hadits mengkususkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang umum.
Contoh: surat An-Nisa’: 11, ditakhsis dengan hadits-hadits
–-
3. Taqyid Al-Muthlaq: hadits membatasi ayat-ayat Al-Qur’an
Contoh: Al-Maidah: 38, tentang ayat potong tangan bagi
pencuri, kemudian dijelaskan dalam hadits bahwa pemotongan
tangan itu hanya sampai pergelangan tangan saja.
5. Bayan At-Taqrir
Contoh: Q.S. Al-Baqarah: 185, di taqrir dengan hadits
Bayan An-Naskh
Perbedaan diantara ulama’ yang membolehkan
naskh terhadap Al-Qur’an:
1. Membolehkan me-naskh dengan segala hadits.
2. Hanya boleh me-naskh dengan hadits mutawatir
3. Membolehkan me-naskh hanya dengan hadits
masyhur.
Contoh: Q.S. Al-Baqarah: 180, dengan hadits