SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
MAKALAH
NASAKH DAN MANSUKH
Dosen pengampu: Hawa Hidayati Hikmiyah, M.H
Disusun Oleh:
Abdul Muthallib
PROGRAM STUDI PERNANDINGAN MADZAB
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ramhat,
inayah, hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Fiqih Indonesia yang berjudul “ILMU TAFSIR”.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang islamiyah seperti
sekarang ini.
Materi makalah ini telah disesuaikan unsur-unsur materi dari sub bab yang
kami ambil dengan didukung dari refrensi yang telah kami peroleh.
Terselesaikannya makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami secara
mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan tiap sub bab dari makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karna itu, kepada para pembaca agar dapat
memberikan saran ataupun kritik yang konstruktif demi kesempurnaan pada
makalah kami selanjutnya.
Kraksaan, 10 Januari 2023
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
2.1 Pengertian .................................................................................................2
2.2 Syarat Syarat..............................................................................................3
BAB III PENUTUP .................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................7
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada Rasul
Allah(Nabi Muhammad SAW). Al-quran dijadikan sebagai pedoman hidup
umat islam dalammenata dan melaksanakan kehidupan dunia dan akhirat.
Prinsip kita menjadikan AlQur’an sebagai pedoman hidup bukan hanya
pada tahu dan paham tentang isi darikandungan namun juga pada
pengetahuan dan pemahaman cara mengkaji Al-Qur’antersebut. Dalam
pembahsan Al-Qur’an ini banyak sekali yang harus dikupas
secaramendalam salah satunya yaitu Nasikh dan Mansukh dalam Al-
Qur’an.Nasikh inimerupakan mengangkat hukum syara’ dengan dalil
hukum syara’. Yang memberikankesan Nasikh hanya terjadi pada hukum-
hukum yang berhubungan dengan furu’ ibadahyang muamalat dengan
orang-orang yang megakui Nasikh. Lanatas mengapa yangberkaitan dengan
akidah, dasar-dasar akhlak dana etika, pokok-pokok ibadah danmuamalah
dan berita mahdoh tidak mengalami Nasikh?. Untuk mengetahui jawaban
daripertanyaan tersebut maka dalam makalah ini kita akan mengkaji lebih
dalam mengenaiNasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Naskh?
2. Apakah yang dimaksud dengan Mansukh?
3. Bagaimana pendapat para ulama megenai Naskh dan Mansukh?
4. Apasaja pembagian dalam Naskh?
5. Bagaimanakah pedoman untuk mengetahui Naskh?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an
1. Makna Nasikh dan ruang lingkupnyaNaskh secara bahasa mempunyai
beberapa arti diantaranya berarti “Izalatu alsyay’I waa’damuhu”
(menghilangkan sesuatu dan mentiadakannya), yang berarti “Naqlual syay’I”
(memindahkan dan menyalin sesuatu), berarti “Tabdil” (penggantian),
berarti“Tahwil” (pengalihan).1Sedangkan Naskh secara istilah : mengangkat
(mengahapus) hukum syara’ dengandalil/khithab syara’ yang lain”. Maksud
mengangkat hukum syara’ adalah terutusnyakaitab hukum yang Mansukh
dengan perbuatan mukallaf2.Definisi di atas apabiladijelaskan lagi dapat kita
tarik beberapa kesimpulan yakni :a. Dipastikan Naskh apabila ada 2 (dua) hal
yaitu Naskh dan Mansukhb. Naskh harus turun belakangan dari Mansukhc.
Menilai suatu ayat sebagai penaskh dan yang dinaskhkan apabilan ayat-
ayatkontradiktif itu tidak dapat dikompromikan dan diamalkan secara
bersama3sedangkan syarat kontradiksi;adanya persamaan subjek, objek, waktu
dan lainlain.4d. Al-Nasikh pada hakikatnya adalah Allah, kadang-kadang
dimaksud juga denganayat yang menasikh Mansukh. Sedangkan Mansukh
hukum yang diangkat ataudihapus5Dari definisi di atas dijelaskan bahwa
komponen Naskh terdiri dari; adanyapernyataan yang menunjukan terjadi
pembatalan hukum yang telah ada, harus adanaskh harus ada Mansukh dan harus
ada yang dibebani hukum atasnya. Dalam naskh
diperlukan syarat yaitu hukum yang Mansukh adalah hukum syara’,
dalilpengahpusan hukum tersebut adalah kitab syar’i yang datang kemudian dari
kitabyang dimansukh, dan kitab yang dihapus atau diangkat hukumnya tidak
terikat ataudibatasi dengan waktu tertentu.
Pedoman untuk mengetahui naskh dan Mansukh ada beberapa cara berikut :
1. Ada keterangan pegas pentransimisian yang jelas dari Nabi SAW;
2. Konsensus (Ijma) umat bahwa ayat ini naskh dan ayat Mansukh;
3. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang belakangan
berdasarkanhistori.
3
1
2. Pembagian dan macam-macam naskh dalam Al-Qur’an
2
Naskh terbagi kedalam 3 bagian:
a. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Para ulama yang mengakui adanya
naskhtelah sepakat adanya naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan itupun telah
terjadimenurut mereka. Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di-naskhan
dengan‘iddah 4 bulan 10 hari Contoh:
Dinasakhnya hukum tentang ‘iddah dengan haul (setahun) menjadi empat bulan
sepuluh hari.
‫اج‬ َ‫ر‬ْ‫خ‬ِ‫إ‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ًا‬‫ع‬‫َا‬‫ت‬َ‫م‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫اج‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ ِ
‫ِل‬ ً‫ة‬َّ‫ي‬ ِ
‫ص‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َّ‫ف‬ َ‫َو‬‫ت‬ُ‫ي‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬
َ‫ح‬‫َا‬‫ن‬ُ‫ج‬ َ
‫َل‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ج‬َ‫َر‬‫خ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬
‫ا‬َ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
: ‫]البقرة‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ٌ‫يز‬ ِ
‫ز‬َ‫ع‬ ُ َّ
‫َّللا‬ َ‫و‬ ‫وف‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬
٢٤٠
[
Artinya: “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu
dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu)
diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari
rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa
bagimu (wali atau ahli waris dari yang meninggal) membiarkan mereka
berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 240)[2]
b. Naskh Al-Qur’an dengan Sunnah. Naskh yang macam ini terbagi menjadi
dua.Pertama naskh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Jumhur ulama berpendapat,
haditsahad tidak bisa menaskhan Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah naskh
yangmutawatir, menunjukan keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan
padanya,sedangkan hadist ahad adalah naskh yang bersifat zhanni dan tidak sah
pulamenghapus suatu yang sudah diketahui dengan suatu yang sifat dugaan/diduga.
c. Naskh sunnah dengan al-Qur’an. Jumhur ulama membolehkan naskh seperti
ini,salahsatu contohnya adalah menghadap ke Baitul maqdis yang ditetapkan
olehsunnah, kemudian ketetapan ini di nashkan oleh Al-Qur’an.
Contoh:
Menghadap Baitul Maqdis telah dinasakh al-Qur’an:
1
Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 228.9 Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum
Al-Qur’an, hlm. 237.10 Al-
Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 22911 Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-
Qur’an, hlm. 299.
2
Al-Qat{t{an, Manna>’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Quran. Jakarta: PT. Pustaka Litera
AntarNusa, 2014.
4
‫ى‬ َ‫َر‬‫ن‬ ْ‫د‬َ‫ق‬
ْ‫ي‬َ‫ح‬ َ‫و‬ ِ‫ام‬َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫د‬ ِ‫ْج‬‫س‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ر‬ْ‫َط‬‫ش‬ َ‫ك‬َ‫ه‬ْ‫ج‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ َ‫و‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ه‬‫ا‬َ‫ض‬ ْ‫َر‬‫ت‬ ً‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ب‬ِ‫ق‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫ن‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ِ‫اء‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ه‬ْ‫ج‬ َ‫و‬ َ‫ب‬ُّ‫ل‬َ‫ق‬َ‫ت‬
ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُُ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ث‬
‫وا‬ُّ‫ل‬ َ‫و‬َ‫ف‬
ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُّ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫َاب‬‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ت‬‫و‬ُ‫أ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫َط‬‫ش‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ه‬‫و‬ُ‫ج‬ ُ‫و‬
: ‫[البقرة‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ع‬ ‫ل‬ِ‫ف‬‫َا‬‫غ‬ِ‫ب‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬
١٤٤
]
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 144)[4]
d. Nash sunnah dengan sunnah, sunnah maca mini terbagi pada empat macam,yaitu
: Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah mutawatir, Naskh sunnah ahaddengan
sunnah ahad, naskh sunnah ahad dengan sunnah mutawatir, dan Naskhmutawatir
dengan sunnah ahad.
3
Contoh:
‫َا‬‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ز‬َ‫ف‬ َ‫ال‬َ‫أ‬ ِ
‫ر‬ ْ‫ُو‬‫ب‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ي‬ ِ
‫ز‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُُ
“Dahulu aku melarang kalian melakukan ziarah kubur, maka sekarang
berziarahlah”
ُ‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫ا‬ َّ‫الر‬ َ‫ب‬ ْ‫ر‬ُ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬
“Apabila dia minum (khamar) keempat kalinya maka bunuhlah”
Dinasakh oleh hadith:
ُ‫ه‬ْ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ة‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫ا‬ َّ‫الر‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ب‬ ِ
‫َر‬‫ش‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ل‬ِ‫م‬ُ‫ح‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬
Sesungguhnya dibawa kepada Rasul orang yang minum khamr keempat kalinya,
tetapi rasul tidak membunuhnya. Sabda Rasululah:
‫َا‬‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ ِ‫َّخ‬‫د‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ف‬ ‫َّا‬‫د‬‫ال‬ ِ‫ل‬ْ‫ج‬َ‫ِل‬ِ ‫ي‬ ِ‫اح‬َ‫ض‬َ‫ِل‬ْ‫ا‬ ِ‫م‬ ُ‫و‬ُ‫ح‬‫ل‬ ِ
‫َار‬‫خ‬َّ‫د‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُُ
Dahulu aku melarang kalian menyimpan daging kurban karena ada
golongan yang membutuhkan, maka sekarang simpanlah.
3. Ayat-ayat yang masyur naskhnya
Adapun ayat-ayat yang masyur naskhnya dapat kita lihat di bawah ini, diantara
ayatyang masyur naskhnya terdapat dalam surah al-baqarah ayat 180 dinaskhan
denganhadits; “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepda setiap orang yang
mempunyai hakakan haknya maka tidak ada wasiat bagi waris”. Ayat 240 dalam
3
Anwar, Rosihon. Ulumu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Haris, Abdul . “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran”. Tajdid, (2014), XIII: 205-206.
5
surah al-baqarahdinaskhan dengan ayat 234 terdapat dalam surah yang sama. Dan
ayat 224 dalam surahal-baqarah dinaskhan dengan ayat 286 dalam surah yang
sama.Setelah sedikit membahas seluk beluk tentang naskh tentu terjadi naskh dalam
syariattidak terlepas dari hikmah, karena jika tanpa hikmahnya bisa saja dikatakan
Allahbermain-main dengan hukum yang diturunkannya. Adapun hikmah adanya
naskh adalahuntuk menjaga kemaslahatan hamba, perkembangan tasyri menuju
tingkat sempurnasesuai dengan perkembangan dakwah dan perkembangan kondisi
manusia, cobaan danujian bagi mukalaf, apakah ia mengikuti atau tidak dan
menghendaki kebaikan dankemudahan bagi umat. Sebab jika naskh itu beralih
kepada yang 4
lebih berat makaterdapat tambahan pahala, jika beralih ke yang lebih
ringan maka ia mengandungkemudahan dan keringanan bagi hambanya.
B. Syarat-syarat Naskh
1. Hukum yang mansūkh (dihapus) adalah hukum syara’.
2. Dalil nāsikh harus datang lebih dulu daripada mansūkh .
3. Khit{ab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu.
Dasar-dasar Penetapan Nāsikh dan Mansūkh
Manna>’ Al-Qat}t}an menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat
dikatakan nāsikh (menghapus) ayat lain mansūkh (dihapus). Ketiga dasar adalah:
1. Melalui pentransmisian yang jelas (an-naql al-sharih) dari Nabi atau para
sahabatnya, seperti hadis yang artinya:Aku dulu melarang kalian berziarah kubur,
sekarang berziarahlah.
2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nāsikh dan ayat itu mansūkh
3. Melalui studi sejarah, mana ayat yang lebih belakang turun, sehingga disebut
nāsikh, dan mana yang duluan turun, sehingga disebut mansūkh Al-Qat}t}an
menambahkan bahwa nāsikh tidak bisa ditetapkan melalui prosedur ijtihad,
pendapat ahli tafsir, karena adanya kontradiksi antara beberapa dalil bila dilihat dari
lahirnya, atau belakangnya keislaman salah seorang dari pembawa riwayat.
4
Haris, Abdul . “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran”. Tajdid, (2014), XIII: 205-206.
Hermawan, Acep. Ulumul Quran untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa naskh adalah
mengangkat(menghapus) hukum syara’ dengan dalil atau khitab syara’ yang
lain. Dalam Naskhdiperlukan syarat, yaitu hukum yang Mansukh adalah syara’
dalil penghapusan hukumtersebut adalah khitab syar’I yang datang lebih
kemudian dari khitab yang di Mansukh,dam khitab yang dihapus dan diangakat
hukumnya tidak terikat atau dibatasi denganwaktu tertentu. Dalam hal ini naskh
dalam alqur’an dapat dbagi tiga bagian, nash Al Qur’an dengan Al-Qur’an,
Naskh Al-Qur’an dengan sunnah dan naskh alqur,an dengansunnah.
Naskh adalah menghapus hukum syara’ dengan dalil/khitab syara’ yang lain.
Naskh terdiri dari; adanya pernyataan yang menunjukkan terjadi pembatalan
hukum yang telah ada, harus ada nāsikh, harus ada mansūkh dan harus ada yang
dibebani hukum atasnya. Dalam menghapus hukum shara’ tersebut ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni : Hukum yang mansūkh (dihapus)
adalah hukum shara’, Dalil naskh harus datang lebih dulu daripada mansūkh,
khitab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu. Dalam cakupannya
naskh dibagi menjadi tiga, antara lain : Naskh quran dengan quran, naskh
sunnah dengan sunnah, naskh sunnah dengan quran. Terdapat beberapa
pendapat mengenai ayat yang mansūkh.
7
DAFTAR PUSTAKA
175.2 Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an hlm. 224 3 Al-Zarqani, Manahil
al-irfan fi Ulum al-Qur’an , hlm. 177 4 Quraish Shihab, membumikan Al-
Qur’an (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 143.5 Al-Zarqani, Manahil al-irfan fi
Ulum al-Qur’an , hlm. 1793
Al-Qat{t{an, Manna>’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Quran. Jakarta: PT. Pustaka Litera
AntarNusa, 2014.Anwar, Rosihon. Ulumu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia,
2010.
Haris, Abdul . “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran”. Tajdid, (2014), XIII: 205-
206.
Hermawan, Acep. Ulumul Quran untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Imam Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulumi al-
Qur’an (Beirut : Dar al Fikri, tth.), jilid II, hlm.

More Related Content

Similar to Nasikh Mansukh

MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxMAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxArifAkbar33
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksAkram Atjeh
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxZukét Printing
 
Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'an
Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'anFungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'an
Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'anJimatul Arrobi
 
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YIMuhammad Rizaki
 
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxUlumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxNurFaizah274687
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfZukét Printing
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxZukét Printing
 
Makalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiMakalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiilmanafia13
 
Makalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Makalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docxMakalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Makalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docxIqbal792870
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdfMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdfZukét Printing
 
makalah Ijazul al quran
makalah Ijazul al quran makalah Ijazul al quran
makalah Ijazul al quran rinskynufussa
 

Similar to Nasikh Mansukh (20)

MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxMAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
 
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa MansukhUlumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
Ulumu-l-Qur'an Nasikh wa Mansukh
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
 
Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'an
Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'anFungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'an
Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur'an
 
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
 
CBR PAI_KEL 3 (1).docx
CBR PAI_KEL 3 (1).docxCBR PAI_KEL 3 (1).docx
CBR PAI_KEL 3 (1).docx
 
Buku Studi Akhlak.pdf
Buku Studi Akhlak.pdfBuku Studi Akhlak.pdf
Buku Studi Akhlak.pdf
 
makalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakhmakalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakh
 
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxUlumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Bab i uq
Bab i uq Bab i uq
Bab i uq
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
 
Makalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabiMakalah muhkam & mutasyabi
Makalah muhkam & mutasyabi
 
Makalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Makalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docxMakalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Makalah Studi Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
 
Ulumul Quran
Ulumul QuranUlumul Quran
Ulumul Quran
 
Asbabun Nuzul dalam Alquran
Asbabun Nuzul dalam AlquranAsbabun Nuzul dalam Alquran
Asbabun Nuzul dalam Alquran
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdfMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.pdf
 
makalah Ijazul al quran
makalah Ijazul al quran makalah Ijazul al quran
makalah Ijazul al quran
 

More from Zukét Printing

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfZukét Printing
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfZukét Printing
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfZukét Printing
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfZukét Printing
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxZukét Printing
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfZukét Printing
 

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Nasikh Mansukh

  • 1. MAKALAH NASAKH DAN MANSUKH Dosen pengampu: Hawa Hidayati Hikmiyah, M.H Disusun Oleh: Abdul Muthallib PROGRAM STUDI PERNANDINGAN MADZAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2022/2023
  • 2. i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ramhat, inayah, hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Fiqih Indonesia yang berjudul “ILMU TAFSIR”. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang islamiyah seperti sekarang ini. Materi makalah ini telah disesuaikan unsur-unsur materi dari sub bab yang kami ambil dengan didukung dari refrensi yang telah kami peroleh. Terselesaikannya makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan tiap sub bab dari makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karna itu, kepada para pembaca agar dapat memberikan saran ataupun kritik yang konstruktif demi kesempurnaan pada makalah kami selanjutnya. Kraksaan, 10 Januari 2023
  • 3. ii DAFTAR ISI HALAMAN JUUL .................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2 2.1 Pengertian .................................................................................................2 2.2 Syarat Syarat..............................................................................................3 BAB III PENUTUP .................................................................................................6 3.1 Kesimpulan................................................................................................6 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................7
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada Rasul Allah(Nabi Muhammad SAW). Al-quran dijadikan sebagai pedoman hidup umat islam dalammenata dan melaksanakan kehidupan dunia dan akhirat. Prinsip kita menjadikan AlQur’an sebagai pedoman hidup bukan hanya pada tahu dan paham tentang isi darikandungan namun juga pada pengetahuan dan pemahaman cara mengkaji Al-Qur’antersebut. Dalam pembahsan Al-Qur’an ini banyak sekali yang harus dikupas secaramendalam salah satunya yaitu Nasikh dan Mansukh dalam Al- Qur’an.Nasikh inimerupakan mengangkat hukum syara’ dengan dalil hukum syara’. Yang memberikankesan Nasikh hanya terjadi pada hukum- hukum yang berhubungan dengan furu’ ibadahyang muamalat dengan orang-orang yang megakui Nasikh. Lanatas mengapa yangberkaitan dengan akidah, dasar-dasar akhlak dana etika, pokok-pokok ibadah danmuamalah dan berita mahdoh tidak mengalami Nasikh?. Untuk mengetahui jawaban daripertanyaan tersebut maka dalam makalah ini kita akan mengkaji lebih dalam mengenaiNasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Naskh? 2. Apakah yang dimaksud dengan Mansukh? 3. Bagaimana pendapat para ulama megenai Naskh dan Mansukh? 4. Apasaja pembagian dalam Naskh? 5. Bagaimanakah pedoman untuk mengetahui Naskh?
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an 1. Makna Nasikh dan ruang lingkupnyaNaskh secara bahasa mempunyai beberapa arti diantaranya berarti “Izalatu alsyay’I waa’damuhu” (menghilangkan sesuatu dan mentiadakannya), yang berarti “Naqlual syay’I” (memindahkan dan menyalin sesuatu), berarti “Tabdil” (penggantian), berarti“Tahwil” (pengalihan).1Sedangkan Naskh secara istilah : mengangkat (mengahapus) hukum syara’ dengandalil/khithab syara’ yang lain”. Maksud mengangkat hukum syara’ adalah terutusnyakaitab hukum yang Mansukh dengan perbuatan mukallaf2.Definisi di atas apabiladijelaskan lagi dapat kita tarik beberapa kesimpulan yakni :a. Dipastikan Naskh apabila ada 2 (dua) hal yaitu Naskh dan Mansukhb. Naskh harus turun belakangan dari Mansukhc. Menilai suatu ayat sebagai penaskh dan yang dinaskhkan apabilan ayat- ayatkontradiktif itu tidak dapat dikompromikan dan diamalkan secara bersama3sedangkan syarat kontradiksi;adanya persamaan subjek, objek, waktu dan lainlain.4d. Al-Nasikh pada hakikatnya adalah Allah, kadang-kadang dimaksud juga denganayat yang menasikh Mansukh. Sedangkan Mansukh hukum yang diangkat ataudihapus5Dari definisi di atas dijelaskan bahwa komponen Naskh terdiri dari; adanyapernyataan yang menunjukan terjadi pembatalan hukum yang telah ada, harus adanaskh harus ada Mansukh dan harus ada yang dibebani hukum atasnya. Dalam naskh diperlukan syarat yaitu hukum yang Mansukh adalah hukum syara’, dalilpengahpusan hukum tersebut adalah kitab syar’i yang datang kemudian dari kitabyang dimansukh, dan kitab yang dihapus atau diangkat hukumnya tidak terikat ataudibatasi dengan waktu tertentu. Pedoman untuk mengetahui naskh dan Mansukh ada beberapa cara berikut : 1. Ada keterangan pegas pentransimisian yang jelas dari Nabi SAW; 2. Konsensus (Ijma) umat bahwa ayat ini naskh dan ayat Mansukh; 3. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang belakangan berdasarkanhistori.
  • 6. 3 1 2. Pembagian dan macam-macam naskh dalam Al-Qur’an 2 Naskh terbagi kedalam 3 bagian: a. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Para ulama yang mengakui adanya naskhtelah sepakat adanya naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan itupun telah terjadimenurut mereka. Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di-naskhan dengan‘iddah 4 bulan 10 hari Contoh: Dinasakhnya hukum tentang ‘iddah dengan haul (setahun) menjadi empat bulan sepuluh hari. ‫اج‬ َ‫ر‬ْ‫خ‬ِ‫إ‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ًا‬‫ع‬‫َا‬‫ت‬َ‫م‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫اج‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ ِ ‫ِل‬ ً‫ة‬َّ‫ي‬ ِ ‫ص‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ ْ‫ز‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬َّ‫ف‬ َ‫َو‬‫ت‬ُ‫ي‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ح‬‫َا‬‫ن‬ُ‫ج‬ َ ‫َل‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ج‬َ‫َر‬‫خ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ : ‫]البقرة‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ٌ‫يز‬ ِ ‫ز‬َ‫ع‬ ُ َّ ‫َّللا‬ َ‫و‬ ‫وف‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ٢٤٠ [ Artinya: “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau ahli waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 240)[2] b. Naskh Al-Qur’an dengan Sunnah. Naskh yang macam ini terbagi menjadi dua.Pertama naskh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Jumhur ulama berpendapat, haditsahad tidak bisa menaskhan Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah naskh yangmutawatir, menunjukan keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan padanya,sedangkan hadist ahad adalah naskh yang bersifat zhanni dan tidak sah pulamenghapus suatu yang sudah diketahui dengan suatu yang sifat dugaan/diduga. c. Naskh sunnah dengan al-Qur’an. Jumhur ulama membolehkan naskh seperti ini,salahsatu contohnya adalah menghadap ke Baitul maqdis yang ditetapkan olehsunnah, kemudian ketetapan ini di nashkan oleh Al-Qur’an. Contoh: Menghadap Baitul Maqdis telah dinasakh al-Qur’an: 1 Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 228.9 Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 237.10 Al- Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 22911 Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al- Qur’an, hlm. 299. 2 Al-Qat{t{an, Manna>’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Quran. Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2014.
  • 7. 4 ‫ى‬ َ‫َر‬‫ن‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ ْ‫ي‬َ‫ح‬ َ‫و‬ ِ‫ام‬َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫د‬ ِ‫ْج‬‫س‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ر‬ْ‫َط‬‫ش‬ َ‫ك‬َ‫ه‬ْ‫ج‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ َ‫و‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ه‬‫ا‬َ‫ض‬ ْ‫َر‬‫ت‬ ً‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ب‬ِ‫ق‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫ن‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ِ‫اء‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ه‬ْ‫ج‬ َ‫و‬ َ‫ب‬ُّ‫ل‬َ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُُ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ث‬ ‫وا‬ُّ‫ل‬ َ‫و‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُّ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫َاب‬‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ت‬‫و‬ُ‫أ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫َط‬‫ش‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ه‬‫و‬ُ‫ج‬ ُ‫و‬ : ‫[البقرة‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ع‬ ‫ل‬ِ‫ف‬‫َا‬‫غ‬ِ‫ب‬ ُ َّ ‫َّللا‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ ١٤٤ ] Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 144)[4] d. Nash sunnah dengan sunnah, sunnah maca mini terbagi pada empat macam,yaitu : Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah mutawatir, Naskh sunnah ahaddengan sunnah ahad, naskh sunnah ahad dengan sunnah mutawatir, dan Naskhmutawatir dengan sunnah ahad. 3 Contoh: ‫َا‬‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ز‬َ‫ف‬ َ‫ال‬َ‫أ‬ ِ ‫ر‬ ْ‫ُو‬‫ب‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ي‬ ِ ‫ز‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُُ “Dahulu aku melarang kalian melakukan ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah” ُ‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫ا‬ َّ‫الر‬ َ‫ب‬ ْ‫ر‬ُ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ “Apabila dia minum (khamar) keempat kalinya maka bunuhlah” Dinasakh oleh hadith: ُ‫ه‬ْ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ة‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫ا‬ َّ‫الر‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ب‬ ِ ‫َر‬‫ش‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ل‬ِ‫م‬ُ‫ح‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ Sesungguhnya dibawa kepada Rasul orang yang minum khamr keempat kalinya, tetapi rasul tidak membunuhnya. Sabda Rasululah: ‫َا‬‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ ِ‫َّخ‬‫د‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ف‬ ‫َّا‬‫د‬‫ال‬ ِ‫ل‬ْ‫ج‬َ‫ِل‬ِ ‫ي‬ ِ‫اح‬َ‫ض‬َ‫ِل‬ْ‫ا‬ ِ‫م‬ ُ‫و‬ُ‫ح‬‫ل‬ ِ ‫َار‬‫خ‬َّ‫د‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُُ Dahulu aku melarang kalian menyimpan daging kurban karena ada golongan yang membutuhkan, maka sekarang simpanlah. 3. Ayat-ayat yang masyur naskhnya Adapun ayat-ayat yang masyur naskhnya dapat kita lihat di bawah ini, diantara ayatyang masyur naskhnya terdapat dalam surah al-baqarah ayat 180 dinaskhan denganhadits; “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepda setiap orang yang mempunyai hakakan haknya maka tidak ada wasiat bagi waris”. Ayat 240 dalam 3 Anwar, Rosihon. Ulumu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia, 2010. Haris, Abdul . “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran”. Tajdid, (2014), XIII: 205-206.
  • 8. 5 surah al-baqarahdinaskhan dengan ayat 234 terdapat dalam surah yang sama. Dan ayat 224 dalam surahal-baqarah dinaskhan dengan ayat 286 dalam surah yang sama.Setelah sedikit membahas seluk beluk tentang naskh tentu terjadi naskh dalam syariattidak terlepas dari hikmah, karena jika tanpa hikmahnya bisa saja dikatakan Allahbermain-main dengan hukum yang diturunkannya. Adapun hikmah adanya naskh adalahuntuk menjaga kemaslahatan hamba, perkembangan tasyri menuju tingkat sempurnasesuai dengan perkembangan dakwah dan perkembangan kondisi manusia, cobaan danujian bagi mukalaf, apakah ia mengikuti atau tidak dan menghendaki kebaikan dankemudahan bagi umat. Sebab jika naskh itu beralih kepada yang 4 lebih berat makaterdapat tambahan pahala, jika beralih ke yang lebih ringan maka ia mengandungkemudahan dan keringanan bagi hambanya. B. Syarat-syarat Naskh 1. Hukum yang mansūkh (dihapus) adalah hukum syara’. 2. Dalil nāsikh harus datang lebih dulu daripada mansūkh . 3. Khit{ab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu. Dasar-dasar Penetapan Nāsikh dan Mansūkh Manna>’ Al-Qat}t}an menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat dikatakan nāsikh (menghapus) ayat lain mansūkh (dihapus). Ketiga dasar adalah: 1. Melalui pentransmisian yang jelas (an-naql al-sharih) dari Nabi atau para sahabatnya, seperti hadis yang artinya:Aku dulu melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah. 2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nāsikh dan ayat itu mansūkh 3. Melalui studi sejarah, mana ayat yang lebih belakang turun, sehingga disebut nāsikh, dan mana yang duluan turun, sehingga disebut mansūkh Al-Qat}t}an menambahkan bahwa nāsikh tidak bisa ditetapkan melalui prosedur ijtihad, pendapat ahli tafsir, karena adanya kontradiksi antara beberapa dalil bila dilihat dari lahirnya, atau belakangnya keislaman salah seorang dari pembawa riwayat. 4 Haris, Abdul . “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran”. Tajdid, (2014), XIII: 205-206. Hermawan, Acep. Ulumul Quran untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
  • 9. 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa naskh adalah mengangkat(menghapus) hukum syara’ dengan dalil atau khitab syara’ yang lain. Dalam Naskhdiperlukan syarat, yaitu hukum yang Mansukh adalah syara’ dalil penghapusan hukumtersebut adalah khitab syar’I yang datang lebih kemudian dari khitab yang di Mansukh,dam khitab yang dihapus dan diangakat hukumnya tidak terikat atau dibatasi denganwaktu tertentu. Dalam hal ini naskh dalam alqur’an dapat dbagi tiga bagian, nash Al Qur’an dengan Al-Qur’an, Naskh Al-Qur’an dengan sunnah dan naskh alqur,an dengansunnah. Naskh adalah menghapus hukum syara’ dengan dalil/khitab syara’ yang lain. Naskh terdiri dari; adanya pernyataan yang menunjukkan terjadi pembatalan hukum yang telah ada, harus ada nāsikh, harus ada mansūkh dan harus ada yang dibebani hukum atasnya. Dalam menghapus hukum shara’ tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni : Hukum yang mansūkh (dihapus) adalah hukum shara’, Dalil naskh harus datang lebih dulu daripada mansūkh, khitab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu. Dalam cakupannya naskh dibagi menjadi tiga, antara lain : Naskh quran dengan quran, naskh sunnah dengan sunnah, naskh sunnah dengan quran. Terdapat beberapa pendapat mengenai ayat yang mansūkh.
  • 10. 7 DAFTAR PUSTAKA 175.2 Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an hlm. 224 3 Al-Zarqani, Manahil al-irfan fi Ulum al-Qur’an , hlm. 177 4 Quraish Shihab, membumikan Al- Qur’an (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 143.5 Al-Zarqani, Manahil al-irfan fi Ulum al-Qur’an , hlm. 1793 Al-Qat{t{an, Manna>’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Quran. Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2014.Anwar, Rosihon. Ulumu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia, 2010. Haris, Abdul . “Nasikh dan Mansukh dalam Alquran”. Tajdid, (2014), XIII: 205- 206. Hermawan, Acep. Ulumul Quran untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Imam Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulumi al- Qur’an (Beirut : Dar al Fikri, tth.), jilid II, hlm.