SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
DAFTAR ISI 
KATA 
PENGANTAR……………………………………………………………………………. 1 
DAFTAR 
ISI…………………………………………………………………………………………. 2 
BAB I 
PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 3 
A.Latar Belakang ……..……………………………………………………… 3 
B.Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4 
C. Tujuan Penulisan Makalah…..…………………………………………….. 5 
D.Sistematika Penulisan……………………………………………………… 5 
BAB II 
TEORITIS……………………………………………………………………………….. 7 
A. Pengertian Dan Macam-Macam Kepemimpinan…………...…………….. 7 
B. Persamaan Dan Perbedaan Kepemimpinan…………………...………….. 11 
1. Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam……………………...…… 11 
2. Kepemimpinan Dalam Perspektif Orientalis Barat……………….. 13 
C. Kepemimpinan Rosulullah …………………………………………...….. 14 
D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW………………………………... 15 
BAB III 
PEMBAHASAN ………………………………………………………………….......... 19 
A. Ayat Tentang Kepemimpinan …………………………………………… 19
B. Hadist Tentang Pemimpin Dan Kepemimpinan………………………….. 24 
C. Periodesasi Kepemimpinan Menurut Rasulullah SAW…………………... 25 
D. Persyaratan Pemimpin Dalam Islam……………………………………… 27 
E. Istilah Kontemporer Tentang Kepemimpinan ………………………….… 30 
F. Pemecahan Masalah ………………………………………………..…….. 30 
BAB IV 
KESIMPULAN………………………………………………………………………… 32 
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………......... 33 
﴿﴾
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Manusia diciptakan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin) 
dimuka bumi ini, oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai 
pemimpin, dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. 
Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi. 
Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari 
sebab-sebab jatuh bangunnya suatu organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat 
kepemimpinan, sebenarnya dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas, 
serta merupakan proses yang melibatkan berbagai komponen didalamnya dan saling 
mempengaruhi. 
Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu 
interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin 
canggihnya sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang 
teknologi dan informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi 
dan interaksi tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan 
tantangan dan peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang 
penuh perubahan dan dinamika tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai 
implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk 
komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan. 
Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi 
kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih 
dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang 
semakin sarat dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing 
dan keunggulan yang tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih 
luas, setiap negara-bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan positif 
baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional.. Namun, harus disadari pula 
bahwa dalam setiap proses kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata
rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai tingkat yang paling bawah dan ke 
samping. Karena itu, pemahaman serta pengembangan dalam visi dan perspektif 
kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya mengembangkan suatu kondisi yang mengarah 
pada strategi untuk membangun daya saing, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas 
dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh semangat kebersamaan dan keutuhan. 
Kita sekarang dihadapkan kepada dua dimensi kepemimpinan, antara kepemimpinan 
islam, dan kepemimpinan barat, islam telah memberi gambaran nyata akan keberhasilannya 
dalam memimpin suatu oraganisasi sebagaimana yang telah dilakukan oleh nabi kita 
muhammad saw. Akan tetapi disisi lain orientalis-orientalis barat dengan berbagai teorinya 
yang ilmiah mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dari kepemimpinan islam, dan 
berpaling terhadap kepemimpinan yang ditawarkan oleh orang-orang barat yang jelas-jelas 
bertentangan dengan kepemimpinan dalam islam. Walaupun tidak seluruhnya bertentangan 
dengan kepemimpinan islam, akan tetapi ini bisa menjadi penyebab bagi ummat untuk 
meninggalkan aturan-aturan islam. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, kami mencoba merumuskan masalah 
sebagai berikut: 
1. Apakah kepemimpinan itu ? 
2. Bagaimana kepemimpinan dalam prsfektif islam? 
3. Bagaimana kepemimpinan dalam presfektif barat ? 
4. Bagaimanakah kepemimpinan Rasululah ? 
5. Bagaimanakah kepemimpinan (masa khilafah/masa setelah Nabi), Umar bin Khatab ?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH 
Sebagian manfaat dan tujuan yang kami utarakan dari pengkajian makalah ini adalah: 
1. Mengingatkan kembali kepada seluruh mahasiswa peserta diskusi, akan arti penting 
kepemimpinan, agar dapat mengarahkan dan menumbuhkankan jiwa pemimpin yang 
mempunyai loyalitas terhadap hukum-hukum Allah SWT. 
2. Memaparkan persamaan dan perbedaan tentang kepemimpinan dalam perspektif islam 
dan kepemimpinan dalam perspektif barat, sehingga mahasiswa diharapkan mampu 
mamahami dan menguasai perbandingan mengenai kelemahan dan kelebihannya, serta 
menjadikannya arahan atau cerminan untuk menuju perbaikan bangsa. 
3. Mencoba menganalisis bersama-sama permasalahan yang timbul dari model 
kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia saat ini, sehingga menghasilkan suatu 
solusi untuk mengendalikan atau bahkan menuntaskan masalah yang timbul dari model 
kepemimpinan tersebut. 
4. Mengkaji kembali tentang keistimewaan model kepemimpinan yang berlandaskan wahyu 
dari Allah SWT, dengan mensosialisasikan sejarah emas kepemimpinan Rasulullah dan 
para Shahabatnya untuk dijadikan teladan bagi seluruh umat muslim. Serta mengikis 
habis isme-isme didalam kalangan mahasiswa yang memandang hukum islam dari sisi 
buruknya saja, bahwa islam beserta aspek kepemimpinannya berlandaskan pada hukum 
yang kejam (hukum orang bar-bar), yang dapat memperbanyak jumlah kalangan 
muslim yang phobi terhadap hukum islam itu sendiri. 
D. SISTEMATIKA PENULISAN 
BAB I terdiri dari pendahuluan, yang dalam permulaannya, kami menguraikan terlebih 
dahulu latar belakang dari masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, dengan 
menguraikan beberapa permasalahan yang mendasari perlunya kami mengkaji aspek 
kepemimpinan ini. Selanjutnya, kami uraikan beberapa rumusan masalah, yang dimaksudkan 
untuk mempermudah dalam membahas makalah yang kami sajikan. Dan terakhir dalam Bab I 
ini kami memaparkan beberapa tujuan dan sistematika dari penulisan makalah.
BAB II terdiri dari uraian teoritis dari rumusan masalah yang telah kami sebutkan 
sebelumnya. Yaitu beberapa pengertian mengenai kepemimpinan dan macam-macamnya, 
yang dikemukakan oleh beberapa tokoh yang secara lugas telah membahas kajian ini dalam 
beberapa karyanya. Selanjutnya mengenai persamaan dan perbedaan kepemimpinan dalam 
perspektif islam, serta periodesasi kepemimpianannya. Dengan kepemimpinan dalam 
perspektif barat serta teori-teori ilmiah dari para orientalis barat. Oleh karena itu pada akhir 
bagian tyeoritis ini kami tutup dengan lembar sejarah emas masa kepemimpinan islam masa 
Kenabian dan masa setelahnya, untuk cerminan dan keteladan bagi umat untuk senantiasa 
memiliki loyalitas pada hokum Allah SWT serta Keislamannya. 
BAB III terdiri dari pembahasan dari Bab II bagian teoritis makalah. Dalam bagian ini 
kami menguraikan lebih lengkap dengan mengemukakan beberapa pendapat lain yang 
bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. 
BAB IV terdiri dari kesimpulan dari pembahasan makalah, yang mengemukakan 
ringkasan masalah, serta beberapa pendapat kami atas materi yang kami bahas dalam 
makalah ini. 
BAB II 
TEORITIS 
A. Pengertian dan Macam-Macam Kepemimpinan 
بسم الله الرحمن الرحيم 
يَاأَيهَُّا الَّذِينَ ءَامَنُوا أطَِيعُوا اللَََّّ وَأطَِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمَْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ 
فرَُدُّوهُ إِلىَ اللََِّّ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللََِّّ وَالْيَوْمِ الْْخِرِ ذلَِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ 
) تَأْوِيلاً )ًًالنساء: 95 
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di 
antara kamu. Kesudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah 
ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik 
akibatnya.”(Q.S An-Nisaa: 59) 
Rasulullah Saw, adalah tauladan bagi umat dalam segala aspek kehidupan, khususnya 
dalam hal kepemimpinan ini beliau adalah sosok yang mencontohkan kepemimpinan 
paripurna dimana kepentingan umat adalah prioritas bagi beliau. Maka sangatlah tepat 
apabila kita sangat mengidealkan visi dan model kepemimpinan Muhammad SAW (sang 
revolusioner yang legendaries, manusia mulia kekasih Allah SWT). 
Eggi (2003:12) yang merupakan seorang eksponen generasi muda, mengatakan secara 
tajam bahwa dalam sejarah umat manusia belum satupun dapat terwujud sosok pemimpin 
sehebat kepemimpinan Rasulullah SAW, iapun melontarkan sejumlah kriteria persyaratan 
yang harus ada dalam sosok seorang pemimpin, dari apa yang berusaha ia selami dari 
keteladanan kepemimpinan Rasulullah Saw, yaitu: 
1. Pemimpin harus dekat dengan tuhan dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai dan 
ajaran Tuhan yang baik dan luhur. 
2. Pemimpin haruslah seorang yang ikhlas (nothing to loose), tanpa mengharap pamrih 
kecuali untuk beribadah pada Tuhan melalui pengabdiannya kepada rakyat. 
3. Pemimpin harus sosok yang jujur dan adil. Dan khalifah umar bin khaththab merupakan 
contoh pemimpin yang mampu membedakan mana kpentingan pribadi dan mana 
kepentingan Negara. 
4. Pemimpin harus mencintai rakyat dan mendahulukan kepentingannya diatas kepentingan 
diri keluarga dan golongannya. 
Nampaknya, empat kriteri tersebut masih sangat jauh dari harapan apabila kita melihat 
kembali pada realitas yang menindas saat ini.kepemimpinan dijadikan alat untuk 
mengeksploitasi rakyat. Padahal Islam memandang kepemimpinan sebagai sebuah beban 
(taklif) dan amanah, sehingga orang yang diberikan amanah kepemimpinan, dia harus 
mengedepankan pelayanan kepada masyarakat. Karena pemimpin adalah khadimul ummah 
(pelayan masyarakat).
Oleh karena itu, (Hilal: 2005) Sayid al-Wakil mengemukakan pendapatnya, bahwa: 
seorang pemimpin harus memiliki sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu: 
1. Muslim 
2. Berilmu 
3. Adil 
4. Memiliki kemampuan memimpin (skill kepemimpinan) 
5. Sehat jasmani sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya. 
Dalam kitabnya “Al-Qiyadah wal Jundiyah fil Islam”, Sayid al-Wakil menjelaskan 
bahwa al-qiyadah dalam konteks Al-Qur`an, Sunnah, dan Tarikh Islam memiliki empat 
pengertian. 
Pertama, ro’i. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, 
“Setiap kalian adalah pemimpin (ro’i) dan setiap kalian akan dimintai 
pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin (ro’i) dan akan dimintai 
pertanggung jawabannya. Seorang suami (rojul) adalah pemimpin terhadap keluarganya, 
dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah 
suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pembantu (khadim) adalah 
pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawabaannya. Setiap 
kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” 
Kepemimpinan dalam terminologi ro’i mencakup kepemimpinan negara, masyarakat, 
rumah-tangga, kepemimpinan moral; yang mencakup juga kepemimpinan laki-laki maupun 
perempuan. Oleh karena itu, tak seorang pun di dunia ini lepas dari tanggung jawab 
kepemimpinan, minimal terhadap dirinya sendiri. Setiap orang mengemban amanah, dan 
setiap amanah pasti akan dimintai pertanggungjawabannya. 
Ro’i berasal dari kata ro’a-yar’a-ro’yan-ri’ayatan (Munawwir, 1997:510). Artinya 
kepemimpinan dalam terminologi ro’i menyiratkan pentingnya makna ri’ayah yang artinya 
menggembala, memelihara, mengarahkan, dan memberdayakan orang-orang yang 
dipimpinnya (ra’iyah).
Kedua, imam. Artinya pemimpin yang selalu berada di depan. Kata imam seakar 
dengan kata amam (di depan). Sehingga dalam terminologi ini, imam adalah pemimpin yang 
berfungsi sebagai teladan dan sosok panutan yang membimbing orang-orang yang 
dipimpinnya. 
Hilal (2005), Ibnul Qoyim telah mengemukakan dalam kajian kepemimpinan, bahwa: 
kata imam juga berarti ma`mum. Dengan pengertisan ini, maka seorang pemimpin selain siap 
untuk menjadi imam, ia juga harus siap untuk menjadi ma`mum. Imam, selain bertugas 
mengarahkan ma’mum, pada saat yang sama ia pun harus siap dikritik dan diingatkan oleh 
ma’mum. Dalam shalat berjamaah, ketika imam melakukan kesalahan, ma`mum wajib 
mengingatkannya dengan ucapan subhanallah. Dan imam harus siap mendengarkan 
peringatan ma`mum. 
Ketiga, khalifah. Secara terminologi artinya pengganti kepemimpinan Rasulullah 
SAW. 
Hilal (2005), Ibnu Khaldun mengatakan bahwa: kepemimpinan dalam terminologi 
khalifah juga berarti menyiapkan kepemimpinan berikutnya sesuai dengan aturan syari’ah 
demi tercapainya kemashlahat duniawi dan ukhrowi. 
Kata khalifah seakar dengan kata khalfun (belakang) (Munawwir, 1997:361). Ini 
artinya, seorang pemimpin bukan saja harus mempersiapkan generasi pemimpin 
penggantinya, ia juga harus siap melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. 
Keempat, amir. Artinya pemerintah. Dalam hadits riwayat Bukhari, Ibnu Majah, dan 
Imam Ahmad, kita wajib menaati seorang pemimpin (amir) apapun warna kulitnya, bentuk 
rupanya, kaya atau miskin, selama pemimpin itu berada dalam bimbingan wahyu Allah Swt. 
Kata amir juga berarti ma`mur (yang diperintah). Ini artinya, seorang pemimpin selain 
menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, ia juga harus siap diperintah oleh rakyatnya dalam 
hal yang mengandung kemaslahatan untuk semua. 
Keempat tipe kepemimpinan diatas esensinya terlihat jelas dalam pola kepemimpinan 
Rasulullah SAW. dan Khulafaur Rasyidin yang selalu mengedepankan kebenaran, keadilan, 
dan kesejahteraan. Hakikat kepemimpinan dalam Islam adalah mengemban amanah rakyat 
untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
Ketaatan kepada Pemimpin adalah satu pilar pemerintahan dalam Islam. Umar bin 
Khaththab berkata, “Tidak ada arti Islam tanpa jamaah, tidak ada arti jamaah tanpa amir 
(pemimpin), dan tidak ada arti amir tanpa kepatuhan.” Seorang pemimpin memang harus 
memiliki keistimewaan, cerdas, berakhlak mulia, dan bermental baja. Namun, itu semua tidak 
ada artinya tanpa adanya loyalitas dari rakyatnya. 
Meskipun Islam mewajibkan umatnya agar taat kepada pemimpin, namun ketaatan itu 
tidak bersifat mutlak. Hilal (2005) mengemukakan pendapatnya bahwa: Ketaatan rakyat 
kepada pemimpin dibatasi oleh beberapa persyaratan, yaitu: 
1. Pemimpin dimaksud memiliki komitmen kepada syari’at Islam dengan menerapkannya 
dalam kehidupan. 
Ali bin Abi Thalib berkata, “Wajib bagi imam (pemimpin) memerintah dengan aturan 
yang diturunkan Allah Swt. dan menyampaikan amanah. Apabila ia melaksanakan demikian, 
maka wajib bagi rakyat menaatinya.” 
2. Pemimpin harus adil. 
إِنَّ اللَََّّ يَأمُْرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأمََانَاتِ إِلىَ أهَْلِهَا وَ إِذاَ حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللََّّ ( نِعِمَّا يعَِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَََّّ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا)النساء: 95 
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak 
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia 
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang 
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha 
Melihat” (QS An-Nisa`: 58) 
Pemimpin dimaksud tidak menyuruh manusia melakukan maksiat. Islam menyuruh kita 
melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Maka ketika ada pemimpin mengajak dan membiarkan 
kemaksiatan merajalela, seperti minuman keras, zina, riba, korupsi, dan bentuk kejahatan 
lainnya, maka kita tidak boleh menaatinya. Sebaliknya, kita harus meluruskannya. Laa 
thaa’ata limakhuluuqin fii ma’shiyatil khaliq (tidak ada ketaatan kepada pemimpin yang 
mengajak maksiat kepada Allah SWT).
Di masyarakat kita yang paternalistik ini, kadang masyarakat kurang bisa 
mengaktualisasikan ketaatan mereka kepada pemimpinnya. Sekelompok orang menindas, 
menganiaya, dan meneror kelompok lain atas perintah pemimpinnya. Harus ada gerakan yang 
mengingatkan pemimpin zalim seperti itu, dan menyadarkan pengikutnya agar tidak menaati 
kemaksiatan yang diperintahkan oleh pemimpinnya. 
B. Persamaan dan Perbedaan kepemimpinan 
1. Kepemimpinan Dalam Prespektif Islam 
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang terkenal dengan kearifannya, sifat 
beliau yang menonjol dalam kepemimpinannya, tidak saja di akui oleh orang-orang islam 
sendiri tapi juga diakui oleh orang-orang orientalis barat yang nota bene mereka adalah 
orang-orang yang menentang islam, hal ini memberi gambaran kepada kita bahwasannya 
kepemimpinan dalam islam bukan saja hasilnya hanya dirasakan oleh umat islam itu sendiri , 
akan tetapi dirasakan oleh umat non muslim, Kepemimpinan islam memberikan prospek yang 
cerah bagi kelangsungan hidup manusia di Era Globalisasi sekarang ini yang sarat dengan 
krisis kepemimpinannya dan dekadensi moral akibat ulah-ulah para penguasa yang tidak 
bertanggung jawab. Dan perlu difahami pula bahwasannya seseorang dikatakan sebagai 
pemimpin manakala ia benar-benar beriman dan bertaqwa kepa Allah swt, dan inilah yang 
membedakan antara kepemimpinan dalam islam dan kepemimpinan menurut teori orang-orang 
barat. 
Seorang pemimpin dalam islam itu tidak boleh terlepas ciri-ciri berikut ini sebagai pedoman 
dalam memilih calon pemimpin masa depan: 
1) Setia; Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah. 
2) Tujuan; Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan 
kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas. 
3) Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam; Pemimpin terikat dengan peraturan 
Islam, boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu 
mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika 
berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
4) Pengemban Amanah; Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah 
yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Qur’an memerintahkan pemimpin 
melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap baik kepada 
pengikutnya. 
ا لَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأرَْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأمََرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنهََوْا عَنِ 
( الْمُنْكَرِ وَلِلََِّّ عَاقِبَةُ الأمُُورِ)الحج: 14 
“Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka 
mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah 
perbuatan yang mungkar… “(QS.22:41). 
2. Pemimpin Dalam presfektif Orientalis Barat 
Pada dasarnya prinsip kepemimpinan dalam presfektif barat hampir sama dengan 
kepemimpinan dalam presfektif islam, untuk mencapai suatu keberhasilan dalam 
merealisasikan visi dan misi suatu perkumpulan atau organisasi, akan tetapi sebagai mana di 
jelaskan diawal tadi, bahwasannya kepemimpinan dalam islam bukan saja hanya mengurus 
masalah duniawi semata akan tetapi berkenaanpula dengan masalah akhirat juga, atau lebih 
spesifik lagi berkenaan dengan tanggung jawabnya selaku pemimpin kepada Allah swt, 
dalam artian pemimpin dalam islam bukan saja bertanggung jawab ketika didunia tapi ia juga 
harus bertanggung jawab membawa umatnya kejalan yang benar yang diridhai oleh Allah 
swt, sehingga selamat nanti diakhirat kelak. Berbeda dengan kepemimpinan dalam prespektif 
barat, mereka meyatakan bahwasannya seorang pemimpin ialah orang yang mampu 
mengendalikan massa, dan mampu menguasai mereka, tanpa menghiraukan penderitaan 
anggotanya atau organisasi-organisasi lainnya, yang penting dia merasa senang, walaupun 
harus tertawa diatas penderitaan orang lain, seperti yang telah dilakukan oleh pemimpin-pemipin 
barat, diantaranya, adolf Hitler, naji, josh.w.bush, dan lain-lain. 
Akibat menyerapnya teori-teori kepemimpinana yang dibawa oleh orang-orang barat, 
kedalam pemahaman orang-orang muslim, ini mengakibtkan terjadinya, ketimpangan dalam 
memahami, ajaran kepemimpinana islam, seperti contoh kasus, boleh tidaknya seorang 
wanita menjadi pemimpin, ini merupakan problem yang sangat fundamental, di dalam
masyarakat kita sekarang, dan ini menjadi tugas kita, untuk kembali meluruskan, pemahaman 
tentang kepemimpinan menurut ajaran islam, yang berlandaskan AL-Quran dan sunnah. 
C. Kepemimpinan Rasulullah 
Sejak manusia berada dipermukaan bumi ini, hasratnya ingin mengetahui segala hukum 
dan kodrat alam yang terdapat disekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin 
tampak kepadanya kebesaran alam itu, melebihi yang semula. Kelemahan dirinya makin 
tampak pula dan keangkuhannya pun makin berkurang. 
Demikianlah, Nabi yang membawa Islam itu pun sama pula dengan alam ini. Sejak 
bumi ini menerima cahaya Nabi, para ulama berusaha mencari segi-segi kemanusiaan yang 
besar daripadanya, mencari nilai-nilai Asma-Allah dalam pemikirannya, dalam akhlaknya, 
dalam ilmunya. Dan kalaupun mereka mapu mencapai pengetahuan itu seperlunya, namun 
sampai kini pengetahuan yang sempurna belum juga mereka capai. Perjuangan yang mereka 
hadapi masih panjang, jaraknya masih jauh, jalannya pun tak berkesudahan. 
Kenabian adalah anugrah Tuhan, tak dapat dicapai dengan usaha. Akan tetapi ilmu dan 
kebijaksanaan Allah yang berlaku, diberikan kepada orang yang bersedia menerimanya, yang 
sanggup memikul segala bebannya. Allah lebih mengetahui dimana risalah-Nya itu akan 
ditempatkan. Muhammad SAW sudah dipersiapkan membawa risalah atau misi itu keseluruh 
dunia, bagi si hitam dan si putih, bagi si lemah dan si kuat. Ia disiapkan membawa risalah 
agama yang sempurna, dan dengannya menjadi penutup bagi para nabi dan rasul, yang hanya 
satu-satunya menjadi sinar petunjuk, sekalipun nanti langit akan terbelah, bintang-bintang 
akan runtuh dan bumi inipun akan berganti dengan bumi dan angkasa lain. 
Kesucian para nabi dalam membawa risalah dan meneruskan amanah wahyu, adalah 
masalah yang tak dapat dimasuki oleh kaum cendekiawan. Bagi para nabi, sudah tidak ada 
pilihan lain. Mereka menerima risalah dan amanah, dan itu harus disampaikan, sesudah 
mereka diberi cap dengan stempel kenabian. Tugas menyampaikan amanah itu sudah menjadi 
konsekuensi wajar bagi seorang nabi, yang tak dapat dielakkan. Akan tetapi, tidak selamanya 
wahyu itu menyertai para nabi dalam tiap perbuatan dan kata-kata mereka. Mereka juga tidak 
bebas dari kesalahan. Bedanya dengan manusia biasa, Allah tidak membiarkan mereka 
hanyut dalam kesalahan itu sesudah sekali terjadi, dan kadang mereka segera mendapat 
teguran.
Muhammad SAW telah mendapat perintah Tuhan guna menyampaikan suatu amanah, 
dengan tidak dijelaskan jalan yang harus ditempuhnya, baik dalam cara menyampaikan 
risalah atau dalam cara mempertahankannya. Pelaksanaannya diserahkan kepadanya, menurut 
kemampuan akal, pengetahuan dan kecerdasannya, sebagaimana yang sering dilakukan oleh 
kaum cerdik pandai lainnya. Kemudian datang wahyu yang memberikan penjelasan secara 
tegas tentang segala sesuatu mengenai Dzat Tuhan, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya serta cara-cara 
beribadat. Tetapi tidak demikian tata cara kemasyarakatan, dalam keluarga, tentang desa, 
kota, dan tentang Negara, baik yang berdiri sendiri maupun yang terikat oleh Negara-negara 
lain. 
Disamping itu masih banyak sekali bidang lain yang harus diselidiki sehubungan 
dengan kebesaran Nabi SAW sebelum datangnya wahyu. Juga tidak kurang kebesaran itu 
yang harus diselidikinya sesudah datangnya wahyu. Ia menjadi utusan Tuhan dan mengajak 
orang kepadanya.. Ia menjadi pemimpin umat Islam, menjadi panglima perangnya; ia 
menjadi mufti, menjadi hakim dan organisator seluruh jaringan komunikasi dalam hubungan 
sesamanya dan antarbangsa. Dalam segala hal beliau dapat menegakkan keadilan. beliau 
mempersatukan bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok, sesuai dengan yang dapat diterima 
akal sehatnya. Ia menjadi lambang kefasihan, yang menyebabkan para ahli dalam bidang itu 
harus takluk dan menundukan kepala, mengakui kebesaran dan kedahsyatannya. Akhirnya 
beliau melepaskan dunia fana ini dengan rela hati atas pekerjaannya, yang juga sudah 
mendapat kerelaan Allah dan kaum Muslimin. 
D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW 
Para sahabat Nabi Muhammad SAW dan salafus shalih sudah lama tiada, namun 
keteladanan mereka di tulis oleh tinta emas sehingga menjadi teladan bagi kehidupan umat 
Islam generasi berikutnya. Kesalehan mereka sangat luar biasa, tak heran apabila diantara 
mereka ada yang sudah di jamin masuk surga, salah satunya yaitu Umar Bin Khatab, dia 
seorang pemimpin setelah Rasulullah yang adil dan bijaksana dalam memimpin umat. Beliau 
berasal dari kabilah Quraisy dan berasal dari suku Bani Hasyim. 
Seperti kita ketahui hampir seluruh kriteria seorang pemimpin beliau miliki, karena di 
bawah kepemimpinannya umat hidup sejahtera dan tiada kurang suatu apapun. Dan dia tidak 
pernah marah apabila ada seorang rakyat yang mengoreksi apabila ia melakukan kesalahan,
sebagai contoh ketika beliau diangkat menjadi khalifah setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq 
beliau berpidato dihadapan rakyatnya, dalam pidatonya beliau mengatakan : 
“segala puji bagi Allah penguasa seluruh alam. Salam dan sejahtera semoga Allah 
limpahkan atas panutan agung Muhammad Saw. Pada kesempatan ini aku ingin 
menyampaikan amanah kepada kamu sekalian wahai kaum muslimin. Kalian semua ibarat 
unta yang bertali, untuk itu kalian akan menurut saja kemana orang yang memegang tali itu. 
Aku akan membawa kalian semua ke jalan yang benar yang diridhoi Allah Swt. Oleh karena 
itu apabila kalian melihat aku melakukan keslahan yang menyimpang dari perintah Allah 
dan Rasul-Nya, maka luruskanlah”, setelah berbicara tiba-tiba berdirilah seorang laki-laki 
dan berkata, ”wahai umar, aku bersumpah akan meluruskan mu dengan pedangku ini jika 
engkau menyimpang”. Mendengar kata-kata itu seorang sahabat lainnya berkata, ”wahai 
sahabat janganlah engkau berkata kasar kepada khalifah.” kemudian umar berkata, ”terima 
kasih, aku sangat senang kepadamu rupanya diantara rakyat masih ada yang mempunyai 
keberanian, aku patut memberikan penghargaan padamu.” 
Dari kutipan kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa beliau memang seorang yang 
bijaksana, karena dia tidak melihat kedudukan seseorang dalam memberi nasihat. 
Selain bijaksana beliaupun seorang yang sangat perhatian terhadap rakyatnya, itu 
dibuktikan dengan seringnya beliau mengadakan inspeksi mendadak untuk mengetahui 
keadaan rakyatnya. Dalam salah satu inspeksinya beliau pernah mendapati seorang ibu dari 
sebuah keluarga, yang merebus batu seolah-olah dia kelihatan sedang menanak nasi, karena 
tidak punya makanan lagi yang bisa di makan. Hal itu dilakukan untuk menghentikan tangis 
anak-anaknya yang kelaparan. Saat itu juga khalifah Umar dengan sigap mengambil gandum 
dari baitu Mal untuk mencukupi kebutuhan keluarga itu. Gandum itu beliau panggul sendiri, 
walaupun pengawalnya melarang. Beliau berfikir bahwa kejadian ini akibat kelalaian beliau 
dalam mengurus umat. Oleh karena itu dia tidak mau apabila tanggung jawabnya dibebankan 
pada bawahannya, beliau takut bagaimana nanti beliau mempertanggung jawabkannya 
dihadapan Allah Swt kelak pada hari perhitungan. 
Disisi lain, dalam masa kepemimpinannya kekuasaan kaum muslimin semakin luas. 
Kekuatan politik dan militer umat muslim pada saat itu sangat berkembang pesat dan mampu 
melawan kekuatan-kekuatan kufur dan musyrik yang menghalangi meluasnya dakwah islam, 
pada masa itu pula wilayah-wilayah yang sebelumnya menolak dakwah islam akhirnya dapat
ditaklukan dan menjadi bagian dari negara yang dipimpin oleh Umar. Negara-negara yang 
berhasil ditundukan itu diantaranya : 
Di negri Syam antara lain, Alyarmuk, Basra, Damaskus, Yordania, Bisan, Thobariyah, 
Aljabiyah, Palestina, Ramlah, Asqolan, Gaza, Tepi-tepi laut, Baitil maqdis. 
Di Afrika yaitu negri Mesir, Iskandariyah, Tripoli barat (Libia), Barqoh. 
Di Irak dan Persia, yaitu negri Alqadisiyah, Hirah, seluruh persia, Armenia, Almausil, 
delta sungai eufrat dan dajla, Khurasan, Albasrah, Nisabur, Azerbejan, Nahawind, 
Ashbahan, Hamadzan dan lain-lain. 
Umar sendiri tidak pernah mempunyai rasa takut pada orang-orang yang berkuasa pada 
saat itu dan ia pun tak segan-segan untuk meluruskan mereka apabila mereka melakukan 
kesalahan. Itulah sedikit mengenai salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga yaitu 
Umar Ibnu Khattab. Dan beliau merupakan salah satu pemimpin pada masa kepemimpinan 
khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian, periode ini merupakan periode 
khulafaur-rasyidun. Berlangsung lebih kurang 40 tahun, yaitu sejak diangkatnya Abu Bakar 
Asy-siddiq sebagai khalifah hingga wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib. 
Pada akhirnya Umar menemui sang Khaliq pada usia 63 tahun sama seperti sahabat 
Abu Bakar dan Rasulullah. Beliau dibunuh ketika beliau akan sholat subuh di mihrab pada 
hari rabu, tepatnya tanggal 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah, beliau ditikam oleh seorang 
majusi yang bernama Abu Lu’luah atau firaus yang berasal dari parsi (satu wilayah di 
Romawi). Tetapi dalam keadaan kritis setelah di tikam, ketika diingatkan waktu sholat beliau 
segera melaksanakannya. Setelah itu beliau bertanya pada kepada sahabatnya mengenai 
orang yang mencoba membunuhnya, dan sahabat pun menjawabnya bahwa orang yang 
mencoba membunuh umar yaitu Abu lu’luah Almajusi seorang pelayan Almughirah bin 
syu’bah, ketika mendengarnya Umar bahagia dan mengucap ”Alhamdulillah” karena dia 
berfikir bahwa yang menjadikan wafatnya ialah orang yang mengaku beriman tetapi ia tidak 
pernah bersujud pada Allah. Setelah tiga hari setelah kejadian penikaman itu beliau baru 
meninggal, dan akhirnya Khalifah Umar berhasil memimpin umatnya selama 10 tahun 6 
bulan 5 hari, dan beliau mempunyai anak sebanyak 13 orang, 9 laki-laki dan 4 orang 
perempuan.
BAB III 
PEMBAHASAN 
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam kehidupan 
bermasyarakat, berorganisasi / berusaha, berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan 
kemunduran masyarakat, organisasi, usaha, bangsa dan megara antara lain dipengaruhi oleh 
para pemimpinnya. Oleh karena itu sejumlah teori tentang pemimpin dan kepemimpinanpun 
bermunculan dan kian berkembang. 
Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan 
kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya. 
Beberapa pedoman atau panduan telah digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang 
diridai Allah swt, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan 
akhirat kelak. 
Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah 
wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan dalam 
melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya 
dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah, 
tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat”. 
Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap 
umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia 
bukanlah negara Islam. 
A. Ayat-Ayat Tentang Kepemimpinan 
Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan 
dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan 
dengan masalah kepemimpinan.
Mari kita simak dan tadaburi diantaranya! Firman Allah SWT: 
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِن ي جَاعِلٌ فِي الأرَْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ · 
( الدِ مَاءَ وَنَحْنُ نُسَب حُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِ سُ لَكَ قَالَ إِن ي أَعْلَمُ مَا لاَ تعَْلمَُونَ)البقرة: 03 
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak 
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak 
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan 
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan 
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak 
kamu ketahui”. (Al Baqarah: 30) 
Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat Allah 
SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi. Ingat komunitas 
malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan manusia dimuka bumi. 
يَاأَيهَُّا الَّذِينَ ءَامَنُوا أطَِيعُوا اللَََّّ وَأطَِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمَْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ 
فرَُ دُّوهُ إِلىَ اللََِّّ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللََِّّ وَالْيَوْمِ الْخِرِ ذلَِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ 
) تَأْوِيلاً )ًًالنساء: 95 
” Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil 
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka 
kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar 
beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama 
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59) 
Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan 
kepada Allah SWT dan rasulnya. 
Yahya (2004:14) mengkaji ayat ini dengan berpendapat bahwa Kata “al-amr” dalam 
ayat itu artinya: urusan, persoalan, masalah, perintah. Ini menunjukan bahwa pemimpin itu 
tugas utamanya dan kesibukan sehari-harinya yaitu mengurus persoalan rakyatnya, 
menyelesaikan problematika dan masalah yang terjadi ditengah tengah masyarakat serta 
memiliki wewenang mengatur, memenej dan menyuruh bawahan dan rakyat.
Kata minkum menurut Yahya (2004:14) yang berarti diantara kalian, mengisyaratkan 
bahwa pemimpin suatu masyarakat lahir dan muncul dari masyarakat itu sendiri. Pemimpin 
merupakan cermin masyarakat yang dipimpinnya serta ia selalu dekat dan bersama dengan 
masyarakatnya dalam suka maupun duka. 
يَاداَوُدُ إِنَّا جَعلَْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأرَْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَ قِ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ · 
) سَبِيلِ اللََِّّ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللََِّّ لَهُمْ عَذاَبٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ)ص: 62 
” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka 
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti 
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang 
yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka 
melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26) 
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama seorang 
khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh 
menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa nafsu. Karena tugas kepemimpinan 
adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia. 
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أزَْوَاجِنَا وَذُ ريَّاتِنَا قرَُّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعلَْنَا لِلْمُتَّقِينَ · 
( إِمَامًا)الفرقان: 41 
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri 
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi 
orang-orang yang bertakwa”.. (QS Al Furqan: 74) 
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Pada prinsipnya boleh-boleh saja seorang memohon 
kepada Allah SWT agar dijadikan pemimpin. Dan karena ia memohon kepada Allah SWT 
maka ia harus menjalankan kepemimpinannya sesuai keinginan Allah SWT. Yang dilarang 
adalah meminta kedudukan padahal ia tidak punya kompetensi dan kemampuan dalam 
bidang itu. 
Yahya (2004:16) menyatakan bahwa: Kalau masyarakat suatu negri bertaqwa, maka 
insya Allah yang muncul adalah pemimpin yang bertaqwa pula. Telah menjadi kaidah bahwa
pemimpin adalah cerminan dari orang-orang yang dipimpin secara umum. Jadi kalau mau 
pemimpin yang baik maka perbaiki rakyat dan masyarakat. Disinilah perlu adanya pembinaan 
dengan pendidikan agama yang dimulai dari keluarga. 
وَعَدَ اللََُّّ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنهَُّمْ فِي الأرَْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ ا لَّذِينَ · 
مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيمَُكِ نَنَّ لهَُمْ دِينهَُمُ الَّذِي ارْتَضَى لهَُمْ وَلَيُبَدِ لَنهَُّمْ مِنْ بعَْدِ خَوْفِهِمْ أمَْنًا يعَْبُدُونَنِي لا 
( يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفرََ بعَْدَ ذلَِكَ فَأوُلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ)النور: 99 
” Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan 
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka 
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka 
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya 
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka 
berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada 
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah 
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs An Nur: 55)s 
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Al Khilafah atas dasar kebenaran dan keadilan pada 
akhirnya akan kembali kepangkuan orang orang beriman dan beramal shaleh. Karena salah 
satu sifat seorang pemimpin adalah beriman dan beramal shaleh. Dan tugasnya utamanya 
ialah menciptakan keamanan dan menghilangkan rasa takut serta mempasilitasi rakyatnya 
untuk beribadah kepada Allah SWT swt secara total 
أمََّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذاَ دَعَاهُ وَيكَْشِفُ الس وءَ وَيَجْعلَكُُمْ خُلَفَاءَ الْأرَْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللََِّّ · 
) قلَِيلا مَا تَذكََّرُونَ)النمل: 26 
” Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia 
berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu 
(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah SWT ada tuhan (yang lain)? 
Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)” (QS An Naml: 62)
يَاأَيهَُّا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذكََرٍ وَأُنْثىَ وَجَعلَْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتعََارَفُوا إِنَّ أكَْرَمَكُمْ عِنْد · 
) اللََِّّ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَََّّ عَلِيمٌ خَبِيرٌ) 40 
” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang 
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling 
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT 
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha 
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al Hujurat: 13) 
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: seorang pemimpin harus memahami sosiologis dan 
antropologis rakyatnya, sehingga ia betul betul memahami watak dan karakter rakyat yang 
dipimpinnya. 
jadi tugas dari pemimpin tersebut ialah memenej perbedaan dan keragaman rakyatnya 
sebagai aset dan kekuatan Negara. Tugas pemimpin bukanlah memaksakan kebersamaan dan 
persamaan. Namun, untuk mengelola perbadaan dan keragaman. 
Perbedaan suku, ras dan apapun dikalangan rakyat seyogyanya menjadi ladang 
kompetisi untuk menjadi mulia dan bertaqwa disisi Allah SWT swt dan yang paling berperan 
dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk itu adalah pemimpin. 
B. Beberapa Hadits Tentang Pemimpin Dan Kepemimpinan: 
Yahya (2004:21) mengemukakan beberapa keterangan yang berkaitan dengan masalah 
pemimpin dan kepemimpinan yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW: 
الس لطَانُ ظِلُّ اللهِ فِى الأرَْضِ, يَأْوِيْ اِلَيْهِ كُلُّ مَظْلُوْمٍ مِنْ عِبَادِهِ فَاِنْ عَدِلَ كَانَ لَهُ الأجَْرُ, وَكَانَ · 
– يعَْنِى عَلىَ الرَّعِيَّ ةًَ -الشُّكْرُ. وَاِنْ جَارَ أَوْ حَافَ أَوْ ظَلَمَ كَانَ عَلَيْهِ الوِزْرُ, وَعَلىَ 
الرَّ عًًََِيَّةِ الصَ بًْرُ. وَاِذاَ جَارَتْ الوُلاَةُ قَحَطِتْ السَّمَاءُ. وَاِذاَ مُنِعَتْ الزَّكَاة مَلكََتِ المَوَاشِي. وَاِذاَ ظَهَرَ ال ز نًََا ظَهَرَ الفَقْرُ وَالمَسْكَنَة.ُ 
“Pemimpin adalah bayangan Allah SWT dimuka bumi. Kepadanya berlindung orang orang 
yang teraniyaya dari hamba hamba Allah SWT, jika ia berlaku adil maka baginya ganjaran, 
dan bagi rakyat hendaknya bersyukur. Sebaliknya apabila ia curang (zalim) maka niscaya
dosalah baginya dan rakyatnya hendaklah bersabar. Apabila para pemimpin curang maka 
langit tidak akan menurunkan berkahnya. Apabila zina meraja lela, maka kefakiran dan 
kemiskinan pun akan merajalela.(HR. ibnu majah dari abdulah bin umar)” 
Yahya (2004:22) mengartikan bahwa: Kata “bayangan Allah SWT” mengisyaratkan 
bahwa pemimpin adalah perwakilan Allah SWT dimuka bumi ini. Dan juga mengisyaratkan 
bahwa pemimpin harus selalu dekat kepada Allah SWT. 
Kata “rakyat hendaknya bersyukur” menurutnya mengisyaratkan bahwa wujud 
pemimpin yang adil adalah nikmat dari Allah SWT yang patut disyukuri. 
Dan kata “rakyat hendaknya bersabar” mengisyaratkan bahwa kelak akan muncul 
pemimpin yang tidak becus. 
خِيَارُ أئَِ مًًَِِّتكَُمْ الَّذِيْنَ تُحِبُّوْنهَُمْ وَيُحِبُّ وًْنكَُمْ, وَتُصَلُّوْنَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ . · 
وَشِرَ اًًًَََرُ اَئِمَّتكَُمْ الَّذِيْنَ تَبْغَضُوْنهَُمْ وَيَبْغَضُوْنكَُمْ, وَتلَْعَنُوْنَ هًَُمْ وَيلَْعَنُوْنكَُمْ. 
“sebaik-baik pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai 
kalian, kalian mendo’akannya dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya 
pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian 
melaknatnyadan mereka pun melaknat kalian”.(HR Muslim dari ‘auf bin malik) 
Hadits ini mengisyartkan bahwa: salah satu ciri pemimpin yang baik ialah dicintai dan 
dido’akan oleh rakyatnya, dan begitu pula sebaliknya. Diantar ciri pemimpin yang buruk 
ialah yang dibenci dan dilaknat oleh rakyatnya, dan begitu pun sebaliknya. 
C. Periodesasi Kepemimpinan Menurut Rasulullah SAW 
Rasulullah SAW bersabda: 
” akan terjadi diantara kalian kepemimpinan nabi, kemudian kepemimpinan khalifah, 
kemudian kepemimpinan raja yang yang menggigit (reprensif) kemudian kepemimpinan raja 
yang dictator, kemudian kepemimpinan khilafah yang berjalan sesuai dengan manhaj 
kenabian” (HR Ahmad Dari Hudzaifah)
Hadits ini dikuatkan oleh firman Allah SWT 
وَعَدَ اللََُّّ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنهَُّمْ فِي الأرَْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ ا لَّذِينَ مِنْ 
قَبْلِهِمْ وَلَيمَُكِ نَنَّ لهَُمْ دِينهَُم الَّذِي ارْتَضَى لهَُمْ وَلَيُبَدِ لَنهَُّمْ مِنْ بعَْدِ خَوْفِهِمْ أمَْنًا يعَْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ 
) بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفرََ بعَْدَ ذلَِكَ فَأوُلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ) 99 
“Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman 
kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) beriman 
kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (Qs An 
Nuur :55) 
Hadits diatas mengisyaratkan bahwa uamt islam akan melalui lima periode atu model 
kepemimpinan secara berkesinambungan dan bergantian hingga hari akhir tiba. Yahya 
(2004:53) mengatakan bahwa Kelima periode yang dimaksud ialah: 
1) Kepemimpinan Nabi : periode ini berlangsung ± 23 tahun, yaitu dari sejak diangkatnya 
Rasul SAW sebagai nabi dan rasul hingga wafatnya. 
2) Kepemimpinan Khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian. Periode ini 
adalah periode Al-Khulafaur Ar-Rosyidiin. Berlangsung kurang lebih 40 tahun yaitu 
sejak diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah hingga wafatnya Ali Bin Abi Thalib 
3) Kepemimpinan Raja Yang Menggigit: raja yang menggigit berarti raja yang secara 
formalitas keagamaan masih berpegang teguh pada symbol-symbol Islam, Al Quran dan 
Sunah namun pada pelaksanaannya sudah jauh melenceng dari nilai-nilai Islam itu 
sendiri. Disini kata menggigit berarti berpegang teguh. Raja yang menggigit berarti juga 
bahwa raja tersebut buas dan kejam terhadap rakyat nya. Gigitannya menyakitkan 
rakyat. Wallahu a’lam, periode raja yang menggigit ini berlangsung kurang lebih 14 
abad, yaitu dari sejak wafatnya khalifah ali sampai runtuhnya kekhalifahan turki usmani 
(ottoman) pada tahun 1924. 
4) Kepemimpinan Raja Yang Diktator. periode ini berlangsung sejak runtuhnya 
Kekhalifahan Turki Usmani hingga sekarang dan entah kapan berakhirnya hanya Allah 
SWT yang tahu.
5) Kepemimpinan Khalifah Yang Berjalan Sesuai Dengan Manhaj Kenabian. Periode ini 
insya Allah akan mengulangi kembali sistim kepemimpinan Al-Khulafaur Rosyidin, 
kita tidak tahu kapan waktunya. Namun kita yakin bahwa prediksi dari rasul pasti benar 
dan akan terjadi. 
D. Persyaratan Pemimpin Dalam Islam 
Yahya (2004:55) mengutarakan persyaratan mengenai pemimpin dalam islam: 
1. Adil 
1.1. Adil yang merupakan lawan dari dzalim 
إِنَّ اللَََّّ يَأمُْرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأمََانَاتِ إِلىَ أهَْلِهَا وَإِذاَ حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللََّّ ( نِعِمَّا يعَِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَََّّ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا)النساء: 95 
” Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak 
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya 
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT memberi pengajaran yang sebaik - 
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” 
(Qs An Nisa: 58) 
Adil dalam hal ini masih bersisfat umum. Karena bisa saja orang yang non muslim tetapi 
memiliki sifat adil, makna tersebut dapat ditangkap melalui ungkapan Umar Bin Khatab: kita 
lebih berhak berlaku adil daripada sang kaisar” dan juga dalam ungkapan rasul mensinyalir 
an-najasyi (raja habasah)” sesungguhnya dinegeri itu terdapat raja yang adil” 
1.2. Adil yang merupakan lawan dari fasiq 
فَإِذاَ بلَغَْنَ أَجَلهَُنَّ ف أمَْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا 
الشَّهَادَةَ لِلََِّّ ذلَِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللََِّّ وَالْيَوْمِ الْخِرِ وَمَنْ يَتقَِّ اللَََّّ يَجْعَلْ لَه ) مَخْرَجًا)الطلاق: 6 
” Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau 
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah SWT. Demikianlah 
diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat. 
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan 
ke luar.” (Qs At Thalaq : 2) 
Adil dalam pengertian ini bersifat lebih khusus.artinya, hanya dimiliki oleh orang 
beriman. Konklusinya, “setiap orang adil (lawan fasiq) pasti adil (lawan dzalim). Namun, 
tidak setiap adil pasti adil”. dari sifat adil tersebutjelas, bahwa adil yang dimaksud adalah 
(adil) yang merupakan lawan dari fasiq. Yang pada gilirannya akan muncul sifat-sifat mulia 
lainnya, seperti: persahabatan, mudah bergaul, gemar silaturrahmi, kerja sama yang baik 
dalam mengambil keputusan , lemah-lembut, ibadah, meninggalkan kebencian, anti 
kejahatan, dan kekerasaan, anti permusuhan, jauh dari pembicaraan yang tidak manfaat, giat 
dan bekerja keras mencari nafkah halal dan sebagainya. 
Dengan demikian kita dapat paham bahwa betapa berat persyaratan yang harus 
terpenuhi dalam diri seorang pemimpin. Adalah logis dan sangat wajar apabila seseorang 
memenuhi criteria itu (atau sebagian dari sifat itu) kita pilih dan kita angkat menjadi imam 
kita. Pemimpin seperti itulah yang akan menjadi mediator dan pasilitator kebahagian kita 
dunia dan akhirat. 
2. Laki-laki: 
Rasulullah SAW bersabda “tidak akan bahagia suatu kaum yang dipimpin oleh 
wanita”. Hadits ini banyak memunculkan banyak kontroversi, terlebih dikalangan kaum 
feminis, mestinya hadits ini difahami dengan pendekatan iman, jika tidak yang muncul adal 
Su-Uddzon kepada Rasulullah SAW. Bagi sorang yang beriman hadits ini sangat jelas dan 
gamblang karena mereka yakin bahwa Rasulullah SAW tidak mengucapkan segala sesuatu 
berdasarkan hawa nafsu melainkan dengan wahyu. 
3. Merdeka (tidak berstatus budak). 
Merdeka dari segala belenggu lahir dan bathin. sehingga tidak ada gangguan dan 
tekanan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. 
4. Baligh / dewasa
5. Berakal sehat / tidak cacat mental. 
Pada era globalisasi dan serba canggih ini pendidikan tinggi dan kecerdasaan 
merupakan sebuah keharusan. Seorang tokoh islam pernah berkata: “pemimpin yang korup 
akan menyengsarakan rakyat, pemimpin yang bodoh akan menghancurkan rakyat” 
6. Bisa menjadi hakim. 
Baik dalam penguasaan terhadap ilmu hukum maupun dalam mengambil keputusan 
lewat sebuah ijtihad. 
7. Punya keahlian militer, persenjataan dan urusan perang. 
Salah satu tugas pemimpin adalah menjaga keamaaanan dan melindungi rakyat, karena 
itu pemimpin harus mahir dalam bidang militer. 
8. tidak cacat fisik 
وَقَالَ لهَُمْ نَبِيهُُّمْ إِنَّ اللَََّّ قَدْ بعََثَ لكَُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنىَّ يكَُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ 
بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَََّّ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِ لْمِ وَالْجِسْمِ 
) وَاللََُّّ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللََُّّ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)البقرة: 614 
” Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah SWT telah mengangkat 
Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal 
kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi 
kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah 
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang 
perkasa.” Allah SWT memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan 
Allah SWT Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Qs Albaqarah: 247) 
( قَالَتْ إِحْداَهُمَا يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأمَِينُ)القصص: 62 
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang 
bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk 
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs Al Qashash :26.)
E. Istiah Kontemporer Tentang Pemimpin: 
Yang dimaksud adalah gelar yang biasa ditujukan untuk para pemimpin, yaitu: Rais Ad 
Daulah (presiden), Malik, Sulthan 
1. Pemimpin yang kita dambakan tidak mesti bergelar dengan istilah klasik seperti 
khilafah, imam dan lain-lain. Tidak dilarang memakai istilah kontemporer. Karena 
yang terpenting bagi rakyat adalah substansi. Apalah arti sebuah nama dan istilah. 
2. Apapun nama, gelar dan istilah seorang pemimpin selama membawa pesan 
kepemimpinan yang adil, maka itulah pemimpin yang islami. Dan begitupun 
sebaliknya. Biar pakai nama Al-Quran atau Hadits, namun prilakunya bobrok, curang, 
dzalim maka ia adalah musuh islam. 
F. Pemecahan Masalah 
Setelah meruntut satu persatu materi diatas, ternyata ada masalah yang muncul, yaitu 
mengenai eksistensi kepemimpinan menurut ketentuan hukum islam, apakah permasalahan 
yang timbul dinegara Indonesia saat ini adalah konsekuensi dari hilangnya nilai-nilai hukum 
islam yang seharusnya sangat kuat kedudukannya dalam hukum Negara kita, yang mayoritas 
masyarakatnya adalah beragama islam, ataukah karena sulitnya hukum Negara kita untuk 
tidak berkiblat pada hukum yang diciptakan oleh para orientalis barat, yang notabene jalur 
pemikiran dan kebudayaannyapun berbeda jauh dengan bangsa Indonesia. 
Untuk itu kami mencoba mengemukakan beberapa alternatif solusi sebagai berikut: 
1. Menciptakan kondisi masyarakat yang secara perlahan dapat terarahkan untuk memiliki 
semangat perubahan untuk menuju bangsa yang lebih baik dan mempunyai loyalitas yang 
tinggi terhadap Islam. 
2. Mendidik masyarakat sehingga diharapkan terbentuk pribadi masyarakat yang unggul dan 
berkualitas, karena bagaimanapun sosok pemimpin akan bermula dari masyarakat itu 
sendiri. 
3. Menyadari secara total bahwa perubahan yang telah dilakukan saat ini ternyata masih 
sangat jauh dari tujuan yang diharapkan, oleh karena itu masih sangat banyak lagi usaha 
yang perlu dilakukan untuk perbaikan-perbaikan lainnya.
4. Siapapun dan dari kelompok manapun sosok pemimpin, seyogyanya dia dapat 
meprioritaskan rasa tanggung jawab diatas segalanya, baik terhadap tuhan, masyarakat 
yang dipimpinnya, maupun terhadap lawan eksternal (lawan politiknya) dan juga lawan 
internal (lawan dari nafsu serakah dalam dirinya untuk berkuasa dan berbuat dzolim). 
BAB IV 
KESIMPULAN 
Sejarah islam mencatat, keberhasilan para pemimpin dikalangan umat islam, 
khususnya ketika zaman Rasulullah SAW. Konsep kepemimpinan ini masih menjadi sebuah 
tanda tanya besar dikalangan umat islam sendiri, apalagi ditambah dengan, semakin 
hilangnya pigur-pigur, dan tokoh-tokoh yang mahir dalam kepemimpinan, perbedaan tersebut 
karena di pengaruhi oleh, ajaran-ajaran orng barat yang mencoba untuk mengikis habis, 
pemahaman asli umat islam terhadap kepemimpinan. 
Seiring dengan bergantinya zaman, maka bergantipulalah sistem kepemimpinan, akan 
tetapi bagi umat islam sistem kepemimpinana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para 
sahabatnyalah, sistem yang paling baik dan akurat, dengan tidak mengenyampingkan sistem-sistem 
baru yang memang itu sejalan dengan yang dicontokan rasul, dan diajarkan didalam 
Al-Quran. Akan tetapi kini, banyak umat islam yang mencoba menerapkan sistem baru, yang 
bervariasi ragamnya, yang jelas itu tidak sejalan dengan apa yang telah dianjurkan Rasulullah 
SAW. Perlu ditekankan disini, bahwa sebuah sistem betapapun baiknya tanpa dijalankan oleh 
pemimpin yang baik tentu tidak akan jalan. Seperti saat ini, betapa banyak dan lengkap 
perangkat hukum di negara yang kita cintai, namun mengapa semuanya amburadul. 
Bukankah semua itu karena tak ada pemimpin yang mumpuni?. 
System adalah kata lain dari aturan main. Maka sangat tidak mungkin aturan main yang 
dibuat dan cocok untuk bangsa lain dapat dipakai dan diterapkan dalam sebuah Negara yang 
telah memiliki system tersendiri. Dan jika kita tetap berharap dan berusaha lebih keras, bukan 
suatu keniscayaan apabila suatu saat nanti akan terbentuk suatu pemimpin dan kepemimpinan 
yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum Allah yang mendasarkan segala aspek kehidupan 
hanya dengan Al-Quran dan As-Sunnah, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah 
SAW.
DAFTAR PUSTAKA 
Arsyad, N. (1990). “Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah“. Bandung: Mizan. 
Departemen pendidikan agama republic Indonesia. (2004). “Al-Quran dan Terjemah Al- 
Jumanaatul ‘Alii”. Bandung: Jumanaatul ‘Ali IKAPI. 
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). “Pedoman 
Penulisan Karya Ilmiah”. Universitas Pendidikan Indonesia. 
Hilal, S. (2005). “Ketaatan Pada Pemimpin“, Rubrik: Taujihat. Dicetak dari PK-Sejahtera 
[Online] 33. Tersedia: http://pk-sejahtera.org. Dengan alamat URL: http://pk-sejahtera. 
org/article.php?storyid=2844 [7/2/2005]. 
Husain, H. (2003). “Sejarah Hidup Muhammad“ (cetakan kedua puluh delapan). Bogor: 
Litera AntarNusa. 
Munawwir, A. (1997). “Kamus AL-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap“. Surabaya: 
Pustaka Progresiff. 
Pranata, S. (1996). “Perang Pemikiran”. Message: Laurel Heydir: “Hikmah Dalam 
Musibah“. Tersedia:http://www.isnet.org/archivemilis/archive96/sep96/0000.html. 
Sudjana, E. (2003). “Visi Pemimpin Masa Depan: Menggagas Politik Berkeadilan”. 
Bandung: Penerbit Marja’. 
Wahid, A. et.al. (1993). “Kontroversi Pemikiran Islam Di Indonesia”. Bandung: Remaja 
Rosdakarya. 
Yahya, R. (2004). “Memilih Pemimpin Dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Pustaka Nawaitu.

More Related Content

What's hot

Al qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyahAl qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyahLahud Dien
 
Syarat menjadi pemimpin 1, leadership
Syarat menjadi pemimpin 1, leadershipSyarat menjadi pemimpin 1, leadership
Syarat menjadi pemimpin 1, leadershipChusnul An-nisa
 
Konsep Al Quran Tentang Kepemimpinan
Konsep Al Quran Tentang KepemimpinanKonsep Al Quran Tentang Kepemimpinan
Konsep Al Quran Tentang Kepemimpinanvivid rohmaniyah
 
Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...
Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...
Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...Adilah Said
 
Tanggungjawab Pemuda Islam Hari Ini
Tanggungjawab Pemuda Islam Hari IniTanggungjawab Pemuda Islam Hari Ini
Tanggungjawab Pemuda Islam Hari IniViolet Virgo
 
Kelompok 7 pemimpin dan jabatan
Kelompok 7  pemimpin dan jabatanKelompok 7  pemimpin dan jabatan
Kelompok 7 pemimpin dan jabatan-
 
Kepimpinan islam
Kepimpinan islamKepimpinan islam
Kepimpinan islamHelmon Chan
 
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurJalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurKammi Daerah Serang
 
Halaqah muntijah penghasil kader muntijah
Halaqah muntijah penghasil kader muntijahHalaqah muntijah penghasil kader muntijah
Halaqah muntijah penghasil kader muntijahRizal Fuadi Muhammad
 
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAWKepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAWPermana Sasmita
 
Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2
Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2
Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2Mush'ab Abdurrahman
 
[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses
[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses
[Satria hadi lubis] menjadi murobbi suksesMuhammad Fitri Yusof
 
Silabus mentoring remaja lp2 i
Silabus mentoring remaja lp2 iSilabus mentoring remaja lp2 i
Silabus mentoring remaja lp2 iAbu Jakaria
 
Kriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan Islam
Kriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan IslamKriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan Islam
Kriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan IslamMunawwarah Nasir
 

What's hot (19)

Al qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyahAl qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyah
 
Syarat menjadi pemimpin 1, leadership
Syarat menjadi pemimpin 1, leadershipSyarat menjadi pemimpin 1, leadership
Syarat menjadi pemimpin 1, leadership
 
Leadershipislam
LeadershipislamLeadershipislam
Leadershipislam
 
144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam
 
Konsep Al Quran Tentang Kepemimpinan
Konsep Al Quran Tentang KepemimpinanKonsep Al Quran Tentang Kepemimpinan
Konsep Al Quran Tentang Kepemimpinan
 
Sekolah murobbi
Sekolah murobbiSekolah murobbi
Sekolah murobbi
 
Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...
Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...
Rasulullah S.A.W sebagai model utama dalam sistem pentadbiran dan pemerintaha...
 
Qiyadah Wal Jundiah
Qiyadah Wal JundiahQiyadah Wal Jundiah
Qiyadah Wal Jundiah
 
Tanggungjawab Pemuda Islam Hari Ini
Tanggungjawab Pemuda Islam Hari IniTanggungjawab Pemuda Islam Hari Ini
Tanggungjawab Pemuda Islam Hari Ini
 
Kelompok 7 pemimpin dan jabatan
Kelompok 7  pemimpin dan jabatanKelompok 7  pemimpin dan jabatan
Kelompok 7 pemimpin dan jabatan
 
Kepimpinan islam
Kepimpinan islamKepimpinan islam
Kepimpinan islam
 
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhurJalan dakwah   antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
Jalan dakwah antara qiyadah dan jundiyah - syaikh musthafa masyhur
 
Kursus Kepimpinan Smart Leader oleh Dr. Mohd Adib Abd Muin 2021
Kursus Kepimpinan Smart Leader oleh Dr. Mohd Adib Abd Muin   2021Kursus Kepimpinan Smart Leader oleh Dr. Mohd Adib Abd Muin   2021
Kursus Kepimpinan Smart Leader oleh Dr. Mohd Adib Abd Muin 2021
 
Halaqah muntijah penghasil kader muntijah
Halaqah muntijah penghasil kader muntijahHalaqah muntijah penghasil kader muntijah
Halaqah muntijah penghasil kader muntijah
 
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAWKepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
 
Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2
Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2
Bilt mt funa mahasiswa sukses mulia (2016) 2
 
[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses
[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses
[Satria hadi lubis] menjadi murobbi sukses
 
Silabus mentoring remaja lp2 i
Silabus mentoring remaja lp2 iSilabus mentoring remaja lp2 i
Silabus mentoring remaja lp2 i
 
Kriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan Islam
Kriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan IslamKriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan Islam
Kriteria Pemimpin dalam Islam, Kepemimpinan Islam
 

Similar to KEPEMIMPINAN ISLAM

1. TOR SCREENING.doc
1. TOR SCREENING.doc1. TOR SCREENING.doc
1. TOR SCREENING.docAbsyaComputer
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSholiha Nurwulan
 
Pemimpin dalam-islam
Pemimpin    dalam-islamPemimpin    dalam-islam
Pemimpin dalam-islamHelmon Chan
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISAgungPambudi29
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaseiei akito
 
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatikOperator Warnet Vast Raha
 
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatikOperator Warnet Vast Raha
 
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajarKepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajarIyeh Solichin
 
Penerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp muhammad syahir
Penerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp  muhammad syahirPenerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp  muhammad syahir
Penerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp muhammad syahirMuhammad Syahir
 
Manajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinanManajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinanLinda Rosita
 
Paradigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanParadigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanIchiro Hidayate
 
Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...
Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...
Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Aik 6 new
Aik 6 newAik 6 new
Aik 6 newpethoet
 
Aik 6 new
Aik 6 newAik 6 new
Aik 6 newpethoet
 
Makalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinanMakalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinanMJM Networks
 
Transformasi_makalah.docx
Transformasi_makalah.docxTransformasi_makalah.docx
Transformasi_makalah.docxkadalkadal1
 

Similar to KEPEMIMPINAN ISLAM (20)

CJR KEPEMIMPINAN fix.pdf
CJR KEPEMIMPINAN fix.pdfCJR KEPEMIMPINAN fix.pdf
CJR KEPEMIMPINAN fix.pdf
 
1. TOR SCREENING.doc
1. TOR SCREENING.doc1. TOR SCREENING.doc
1. TOR SCREENING.doc
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
 
Pemimpin dalam-islam
Pemimpin    dalam-islamPemimpin    dalam-islam
Pemimpin dalam-islam
 
Manajemen bank syariah
Manajemen bank syariahManajemen bank syariah
Manajemen bank syariah
 
UTS MUHAMMAD TRI IRFAN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019
UTS MUHAMMAD TRI IRFAN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019UTS MUHAMMAD TRI IRFAN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019
UTS MUHAMMAD TRI IRFAN. HADIS TEMATIK SM V MD-D FDK UINSU 2019
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesia
 
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
 
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
65986663 bagaimana-menjadi-pemimpin-karismatik
 
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajarKepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajar
 
Penerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp muhammad syahir
Penerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp  muhammad syahirPenerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp  muhammad syahir
Penerapan kepimpinan islam dalam kalangan gp muhammad syahir
 
Manajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinanManajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinan
 
Paradigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunanParadigma pancasila dalam pembangunan
Paradigma pancasila dalam pembangunan
 
Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...
Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...
Makalah kepemimpinan orde baru dosen erina pane,sh,mh...OLEH ACHMAD AVANDI,SE...
 
144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam144626783 pemimpin-dalam-islam
144626783 pemimpin-dalam-islam
 
Aik 6 new
Aik 6 newAik 6 new
Aik 6 new
 
Aik 6 new
Aik 6 newAik 6 new
Aik 6 new
 
Makalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinanMakalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinan
 
Transformasi_makalah.docx
Transformasi_makalah.docxTransformasi_makalah.docx
Transformasi_makalah.docx
 

Recently uploaded

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 

Recently uploaded (7)

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 

KEPEMIMPINAN ISLAM

  • 1. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………. 1 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. 2 BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 3 A.Latar Belakang ……..……………………………………………………… 3 B.Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4 C. Tujuan Penulisan Makalah…..…………………………………………….. 5 D.Sistematika Penulisan……………………………………………………… 5 BAB II TEORITIS……………………………………………………………………………….. 7 A. Pengertian Dan Macam-Macam Kepemimpinan…………...…………….. 7 B. Persamaan Dan Perbedaan Kepemimpinan…………………...………….. 11 1. Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam……………………...…… 11 2. Kepemimpinan Dalam Perspektif Orientalis Barat……………….. 13 C. Kepemimpinan Rosulullah …………………………………………...….. 14 D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW………………………………... 15 BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………………………….......... 19 A. Ayat Tentang Kepemimpinan …………………………………………… 19
  • 2. B. Hadist Tentang Pemimpin Dan Kepemimpinan………………………….. 24 C. Periodesasi Kepemimpinan Menurut Rasulullah SAW…………………... 25 D. Persyaratan Pemimpin Dalam Islam……………………………………… 27 E. Istilah Kontemporer Tentang Kepemimpinan ………………………….… 30 F. Pemecahan Masalah ………………………………………………..…….. 30 BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………………… 32 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………......... 33 ﴿﴾
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia diciptakan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini, oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai pemimpin, dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi. Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-sebab jatuh bangunnya suatu organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat kepemimpinan, sebenarnya dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas, serta merupakan proses yang melibatkan berbagai komponen didalamnya dan saling mempengaruhi. Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan tantangan dan peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh perubahan dan dinamika tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan. Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin sarat dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan keunggulan yang tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih luas, setiap negara-bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan positif baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional.. Namun, harus disadari pula bahwa dalam setiap proses kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata
  • 4. rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai tingkat yang paling bawah dan ke samping. Karena itu, pemahaman serta pengembangan dalam visi dan perspektif kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya mengembangkan suatu kondisi yang mengarah pada strategi untuk membangun daya saing, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh semangat kebersamaan dan keutuhan. Kita sekarang dihadapkan kepada dua dimensi kepemimpinan, antara kepemimpinan islam, dan kepemimpinan barat, islam telah memberi gambaran nyata akan keberhasilannya dalam memimpin suatu oraganisasi sebagaimana yang telah dilakukan oleh nabi kita muhammad saw. Akan tetapi disisi lain orientalis-orientalis barat dengan berbagai teorinya yang ilmiah mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dari kepemimpinan islam, dan berpaling terhadap kepemimpinan yang ditawarkan oleh orang-orang barat yang jelas-jelas bertentangan dengan kepemimpinan dalam islam. Walaupun tidak seluruhnya bertentangan dengan kepemimpinan islam, akan tetapi ini bisa menjadi penyebab bagi ummat untuk meninggalkan aturan-aturan islam. B. RUMUSAN MASALAH Berangkat dari latar belakang masalah diatas, kami mencoba merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kepemimpinan itu ? 2. Bagaimana kepemimpinan dalam prsfektif islam? 3. Bagaimana kepemimpinan dalam presfektif barat ? 4. Bagaimanakah kepemimpinan Rasululah ? 5. Bagaimanakah kepemimpinan (masa khilafah/masa setelah Nabi), Umar bin Khatab ?
  • 5. C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH Sebagian manfaat dan tujuan yang kami utarakan dari pengkajian makalah ini adalah: 1. Mengingatkan kembali kepada seluruh mahasiswa peserta diskusi, akan arti penting kepemimpinan, agar dapat mengarahkan dan menumbuhkankan jiwa pemimpin yang mempunyai loyalitas terhadap hukum-hukum Allah SWT. 2. Memaparkan persamaan dan perbedaan tentang kepemimpinan dalam perspektif islam dan kepemimpinan dalam perspektif barat, sehingga mahasiswa diharapkan mampu mamahami dan menguasai perbandingan mengenai kelemahan dan kelebihannya, serta menjadikannya arahan atau cerminan untuk menuju perbaikan bangsa. 3. Mencoba menganalisis bersama-sama permasalahan yang timbul dari model kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia saat ini, sehingga menghasilkan suatu solusi untuk mengendalikan atau bahkan menuntaskan masalah yang timbul dari model kepemimpinan tersebut. 4. Mengkaji kembali tentang keistimewaan model kepemimpinan yang berlandaskan wahyu dari Allah SWT, dengan mensosialisasikan sejarah emas kepemimpinan Rasulullah dan para Shahabatnya untuk dijadikan teladan bagi seluruh umat muslim. Serta mengikis habis isme-isme didalam kalangan mahasiswa yang memandang hukum islam dari sisi buruknya saja, bahwa islam beserta aspek kepemimpinannya berlandaskan pada hukum yang kejam (hukum orang bar-bar), yang dapat memperbanyak jumlah kalangan muslim yang phobi terhadap hukum islam itu sendiri. D. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I terdiri dari pendahuluan, yang dalam permulaannya, kami menguraikan terlebih dahulu latar belakang dari masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, dengan menguraikan beberapa permasalahan yang mendasari perlunya kami mengkaji aspek kepemimpinan ini. Selanjutnya, kami uraikan beberapa rumusan masalah, yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam membahas makalah yang kami sajikan. Dan terakhir dalam Bab I ini kami memaparkan beberapa tujuan dan sistematika dari penulisan makalah.
  • 6. BAB II terdiri dari uraian teoritis dari rumusan masalah yang telah kami sebutkan sebelumnya. Yaitu beberapa pengertian mengenai kepemimpinan dan macam-macamnya, yang dikemukakan oleh beberapa tokoh yang secara lugas telah membahas kajian ini dalam beberapa karyanya. Selanjutnya mengenai persamaan dan perbedaan kepemimpinan dalam perspektif islam, serta periodesasi kepemimpianannya. Dengan kepemimpinan dalam perspektif barat serta teori-teori ilmiah dari para orientalis barat. Oleh karena itu pada akhir bagian tyeoritis ini kami tutup dengan lembar sejarah emas masa kepemimpinan islam masa Kenabian dan masa setelahnya, untuk cerminan dan keteladan bagi umat untuk senantiasa memiliki loyalitas pada hokum Allah SWT serta Keislamannya. BAB III terdiri dari pembahasan dari Bab II bagian teoritis makalah. Dalam bagian ini kami menguraikan lebih lengkap dengan mengemukakan beberapa pendapat lain yang bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. BAB IV terdiri dari kesimpulan dari pembahasan makalah, yang mengemukakan ringkasan masalah, serta beberapa pendapat kami atas materi yang kami bahas dalam makalah ini. BAB II TEORITIS A. Pengertian dan Macam-Macam Kepemimpinan بسم الله الرحمن الرحيم يَاأَيهَُّا الَّذِينَ ءَامَنُوا أطَِيعُوا اللَََّّ وَأطَِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمَْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فرَُدُّوهُ إِلىَ اللََِّّ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللََِّّ وَالْيَوْمِ الْْخِرِ ذلَِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ ) تَأْوِيلاً )ًًالنساء: 95 “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kesudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
  • 7. Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An-Nisaa: 59) Rasulullah Saw, adalah tauladan bagi umat dalam segala aspek kehidupan, khususnya dalam hal kepemimpinan ini beliau adalah sosok yang mencontohkan kepemimpinan paripurna dimana kepentingan umat adalah prioritas bagi beliau. Maka sangatlah tepat apabila kita sangat mengidealkan visi dan model kepemimpinan Muhammad SAW (sang revolusioner yang legendaries, manusia mulia kekasih Allah SWT). Eggi (2003:12) yang merupakan seorang eksponen generasi muda, mengatakan secara tajam bahwa dalam sejarah umat manusia belum satupun dapat terwujud sosok pemimpin sehebat kepemimpinan Rasulullah SAW, iapun melontarkan sejumlah kriteria persyaratan yang harus ada dalam sosok seorang pemimpin, dari apa yang berusaha ia selami dari keteladanan kepemimpinan Rasulullah Saw, yaitu: 1. Pemimpin harus dekat dengan tuhan dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai dan ajaran Tuhan yang baik dan luhur. 2. Pemimpin haruslah seorang yang ikhlas (nothing to loose), tanpa mengharap pamrih kecuali untuk beribadah pada Tuhan melalui pengabdiannya kepada rakyat. 3. Pemimpin harus sosok yang jujur dan adil. Dan khalifah umar bin khaththab merupakan contoh pemimpin yang mampu membedakan mana kpentingan pribadi dan mana kepentingan Negara. 4. Pemimpin harus mencintai rakyat dan mendahulukan kepentingannya diatas kepentingan diri keluarga dan golongannya. Nampaknya, empat kriteri tersebut masih sangat jauh dari harapan apabila kita melihat kembali pada realitas yang menindas saat ini.kepemimpinan dijadikan alat untuk mengeksploitasi rakyat. Padahal Islam memandang kepemimpinan sebagai sebuah beban (taklif) dan amanah, sehingga orang yang diberikan amanah kepemimpinan, dia harus mengedepankan pelayanan kepada masyarakat. Karena pemimpin adalah khadimul ummah (pelayan masyarakat).
  • 8. Oleh karena itu, (Hilal: 2005) Sayid al-Wakil mengemukakan pendapatnya, bahwa: seorang pemimpin harus memiliki sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu: 1. Muslim 2. Berilmu 3. Adil 4. Memiliki kemampuan memimpin (skill kepemimpinan) 5. Sehat jasmani sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya. Dalam kitabnya “Al-Qiyadah wal Jundiyah fil Islam”, Sayid al-Wakil menjelaskan bahwa al-qiyadah dalam konteks Al-Qur`an, Sunnah, dan Tarikh Islam memiliki empat pengertian. Pertama, ro’i. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, “Setiap kalian adalah pemimpin (ro’i) dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin (ro’i) dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang suami (rojul) adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pembantu (khadim) adalah pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawabaannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” Kepemimpinan dalam terminologi ro’i mencakup kepemimpinan negara, masyarakat, rumah-tangga, kepemimpinan moral; yang mencakup juga kepemimpinan laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, tak seorang pun di dunia ini lepas dari tanggung jawab kepemimpinan, minimal terhadap dirinya sendiri. Setiap orang mengemban amanah, dan setiap amanah pasti akan dimintai pertanggungjawabannya. Ro’i berasal dari kata ro’a-yar’a-ro’yan-ri’ayatan (Munawwir, 1997:510). Artinya kepemimpinan dalam terminologi ro’i menyiratkan pentingnya makna ri’ayah yang artinya menggembala, memelihara, mengarahkan, dan memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya (ra’iyah).
  • 9. Kedua, imam. Artinya pemimpin yang selalu berada di depan. Kata imam seakar dengan kata amam (di depan). Sehingga dalam terminologi ini, imam adalah pemimpin yang berfungsi sebagai teladan dan sosok panutan yang membimbing orang-orang yang dipimpinnya. Hilal (2005), Ibnul Qoyim telah mengemukakan dalam kajian kepemimpinan, bahwa: kata imam juga berarti ma`mum. Dengan pengertisan ini, maka seorang pemimpin selain siap untuk menjadi imam, ia juga harus siap untuk menjadi ma`mum. Imam, selain bertugas mengarahkan ma’mum, pada saat yang sama ia pun harus siap dikritik dan diingatkan oleh ma’mum. Dalam shalat berjamaah, ketika imam melakukan kesalahan, ma`mum wajib mengingatkannya dengan ucapan subhanallah. Dan imam harus siap mendengarkan peringatan ma`mum. Ketiga, khalifah. Secara terminologi artinya pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW. Hilal (2005), Ibnu Khaldun mengatakan bahwa: kepemimpinan dalam terminologi khalifah juga berarti menyiapkan kepemimpinan berikutnya sesuai dengan aturan syari’ah demi tercapainya kemashlahat duniawi dan ukhrowi. Kata khalifah seakar dengan kata khalfun (belakang) (Munawwir, 1997:361). Ini artinya, seorang pemimpin bukan saja harus mempersiapkan generasi pemimpin penggantinya, ia juga harus siap melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. Keempat, amir. Artinya pemerintah. Dalam hadits riwayat Bukhari, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad, kita wajib menaati seorang pemimpin (amir) apapun warna kulitnya, bentuk rupanya, kaya atau miskin, selama pemimpin itu berada dalam bimbingan wahyu Allah Swt. Kata amir juga berarti ma`mur (yang diperintah). Ini artinya, seorang pemimpin selain menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, ia juga harus siap diperintah oleh rakyatnya dalam hal yang mengandung kemaslahatan untuk semua. Keempat tipe kepemimpinan diatas esensinya terlihat jelas dalam pola kepemimpinan Rasulullah SAW. dan Khulafaur Rasyidin yang selalu mengedepankan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan. Hakikat kepemimpinan dalam Islam adalah mengemban amanah rakyat untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
  • 10. Ketaatan kepada Pemimpin adalah satu pilar pemerintahan dalam Islam. Umar bin Khaththab berkata, “Tidak ada arti Islam tanpa jamaah, tidak ada arti jamaah tanpa amir (pemimpin), dan tidak ada arti amir tanpa kepatuhan.” Seorang pemimpin memang harus memiliki keistimewaan, cerdas, berakhlak mulia, dan bermental baja. Namun, itu semua tidak ada artinya tanpa adanya loyalitas dari rakyatnya. Meskipun Islam mewajibkan umatnya agar taat kepada pemimpin, namun ketaatan itu tidak bersifat mutlak. Hilal (2005) mengemukakan pendapatnya bahwa: Ketaatan rakyat kepada pemimpin dibatasi oleh beberapa persyaratan, yaitu: 1. Pemimpin dimaksud memiliki komitmen kepada syari’at Islam dengan menerapkannya dalam kehidupan. Ali bin Abi Thalib berkata, “Wajib bagi imam (pemimpin) memerintah dengan aturan yang diturunkan Allah Swt. dan menyampaikan amanah. Apabila ia melaksanakan demikian, maka wajib bagi rakyat menaatinya.” 2. Pemimpin harus adil. إِنَّ اللَََّّ يَأمُْرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأمََانَاتِ إِلىَ أهَْلِهَا وَ إِذاَ حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللََّّ ( نِعِمَّا يعَِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَََّّ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا)النساء: 95 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS An-Nisa`: 58) Pemimpin dimaksud tidak menyuruh manusia melakukan maksiat. Islam menyuruh kita melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Maka ketika ada pemimpin mengajak dan membiarkan kemaksiatan merajalela, seperti minuman keras, zina, riba, korupsi, dan bentuk kejahatan lainnya, maka kita tidak boleh menaatinya. Sebaliknya, kita harus meluruskannya. Laa thaa’ata limakhuluuqin fii ma’shiyatil khaliq (tidak ada ketaatan kepada pemimpin yang mengajak maksiat kepada Allah SWT).
  • 11. Di masyarakat kita yang paternalistik ini, kadang masyarakat kurang bisa mengaktualisasikan ketaatan mereka kepada pemimpinnya. Sekelompok orang menindas, menganiaya, dan meneror kelompok lain atas perintah pemimpinnya. Harus ada gerakan yang mengingatkan pemimpin zalim seperti itu, dan menyadarkan pengikutnya agar tidak menaati kemaksiatan yang diperintahkan oleh pemimpinnya. B. Persamaan dan Perbedaan kepemimpinan 1. Kepemimpinan Dalam Prespektif Islam Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang terkenal dengan kearifannya, sifat beliau yang menonjol dalam kepemimpinannya, tidak saja di akui oleh orang-orang islam sendiri tapi juga diakui oleh orang-orang orientalis barat yang nota bene mereka adalah orang-orang yang menentang islam, hal ini memberi gambaran kepada kita bahwasannya kepemimpinan dalam islam bukan saja hasilnya hanya dirasakan oleh umat islam itu sendiri , akan tetapi dirasakan oleh umat non muslim, Kepemimpinan islam memberikan prospek yang cerah bagi kelangsungan hidup manusia di Era Globalisasi sekarang ini yang sarat dengan krisis kepemimpinannya dan dekadensi moral akibat ulah-ulah para penguasa yang tidak bertanggung jawab. Dan perlu difahami pula bahwasannya seseorang dikatakan sebagai pemimpin manakala ia benar-benar beriman dan bertaqwa kepa Allah swt, dan inilah yang membedakan antara kepemimpinan dalam islam dan kepemimpinan menurut teori orang-orang barat. Seorang pemimpin dalam islam itu tidak boleh terlepas ciri-ciri berikut ini sebagai pedoman dalam memilih calon pemimpin masa depan: 1) Setia; Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah. 2) Tujuan; Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas. 3) Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam; Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
  • 12. 4) Pengemban Amanah; Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Qur’an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap baik kepada pengikutnya. ا لَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأرَْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأمََرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنهََوْا عَنِ ( الْمُنْكَرِ وَلِلََِّّ عَاقِبَةُ الأمُُورِ)الحج: 14 “Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar… “(QS.22:41). 2. Pemimpin Dalam presfektif Orientalis Barat Pada dasarnya prinsip kepemimpinan dalam presfektif barat hampir sama dengan kepemimpinan dalam presfektif islam, untuk mencapai suatu keberhasilan dalam merealisasikan visi dan misi suatu perkumpulan atau organisasi, akan tetapi sebagai mana di jelaskan diawal tadi, bahwasannya kepemimpinan dalam islam bukan saja hanya mengurus masalah duniawi semata akan tetapi berkenaanpula dengan masalah akhirat juga, atau lebih spesifik lagi berkenaan dengan tanggung jawabnya selaku pemimpin kepada Allah swt, dalam artian pemimpin dalam islam bukan saja bertanggung jawab ketika didunia tapi ia juga harus bertanggung jawab membawa umatnya kejalan yang benar yang diridhai oleh Allah swt, sehingga selamat nanti diakhirat kelak. Berbeda dengan kepemimpinan dalam prespektif barat, mereka meyatakan bahwasannya seorang pemimpin ialah orang yang mampu mengendalikan massa, dan mampu menguasai mereka, tanpa menghiraukan penderitaan anggotanya atau organisasi-organisasi lainnya, yang penting dia merasa senang, walaupun harus tertawa diatas penderitaan orang lain, seperti yang telah dilakukan oleh pemimpin-pemipin barat, diantaranya, adolf Hitler, naji, josh.w.bush, dan lain-lain. Akibat menyerapnya teori-teori kepemimpinana yang dibawa oleh orang-orang barat, kedalam pemahaman orang-orang muslim, ini mengakibtkan terjadinya, ketimpangan dalam memahami, ajaran kepemimpinana islam, seperti contoh kasus, boleh tidaknya seorang wanita menjadi pemimpin, ini merupakan problem yang sangat fundamental, di dalam
  • 13. masyarakat kita sekarang, dan ini menjadi tugas kita, untuk kembali meluruskan, pemahaman tentang kepemimpinan menurut ajaran islam, yang berlandaskan AL-Quran dan sunnah. C. Kepemimpinan Rasulullah Sejak manusia berada dipermukaan bumi ini, hasratnya ingin mengetahui segala hukum dan kodrat alam yang terdapat disekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin tampak kepadanya kebesaran alam itu, melebihi yang semula. Kelemahan dirinya makin tampak pula dan keangkuhannya pun makin berkurang. Demikianlah, Nabi yang membawa Islam itu pun sama pula dengan alam ini. Sejak bumi ini menerima cahaya Nabi, para ulama berusaha mencari segi-segi kemanusiaan yang besar daripadanya, mencari nilai-nilai Asma-Allah dalam pemikirannya, dalam akhlaknya, dalam ilmunya. Dan kalaupun mereka mapu mencapai pengetahuan itu seperlunya, namun sampai kini pengetahuan yang sempurna belum juga mereka capai. Perjuangan yang mereka hadapi masih panjang, jaraknya masih jauh, jalannya pun tak berkesudahan. Kenabian adalah anugrah Tuhan, tak dapat dicapai dengan usaha. Akan tetapi ilmu dan kebijaksanaan Allah yang berlaku, diberikan kepada orang yang bersedia menerimanya, yang sanggup memikul segala bebannya. Allah lebih mengetahui dimana risalah-Nya itu akan ditempatkan. Muhammad SAW sudah dipersiapkan membawa risalah atau misi itu keseluruh dunia, bagi si hitam dan si putih, bagi si lemah dan si kuat. Ia disiapkan membawa risalah agama yang sempurna, dan dengannya menjadi penutup bagi para nabi dan rasul, yang hanya satu-satunya menjadi sinar petunjuk, sekalipun nanti langit akan terbelah, bintang-bintang akan runtuh dan bumi inipun akan berganti dengan bumi dan angkasa lain. Kesucian para nabi dalam membawa risalah dan meneruskan amanah wahyu, adalah masalah yang tak dapat dimasuki oleh kaum cendekiawan. Bagi para nabi, sudah tidak ada pilihan lain. Mereka menerima risalah dan amanah, dan itu harus disampaikan, sesudah mereka diberi cap dengan stempel kenabian. Tugas menyampaikan amanah itu sudah menjadi konsekuensi wajar bagi seorang nabi, yang tak dapat dielakkan. Akan tetapi, tidak selamanya wahyu itu menyertai para nabi dalam tiap perbuatan dan kata-kata mereka. Mereka juga tidak bebas dari kesalahan. Bedanya dengan manusia biasa, Allah tidak membiarkan mereka hanyut dalam kesalahan itu sesudah sekali terjadi, dan kadang mereka segera mendapat teguran.
  • 14. Muhammad SAW telah mendapat perintah Tuhan guna menyampaikan suatu amanah, dengan tidak dijelaskan jalan yang harus ditempuhnya, baik dalam cara menyampaikan risalah atau dalam cara mempertahankannya. Pelaksanaannya diserahkan kepadanya, menurut kemampuan akal, pengetahuan dan kecerdasannya, sebagaimana yang sering dilakukan oleh kaum cerdik pandai lainnya. Kemudian datang wahyu yang memberikan penjelasan secara tegas tentang segala sesuatu mengenai Dzat Tuhan, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya serta cara-cara beribadat. Tetapi tidak demikian tata cara kemasyarakatan, dalam keluarga, tentang desa, kota, dan tentang Negara, baik yang berdiri sendiri maupun yang terikat oleh Negara-negara lain. Disamping itu masih banyak sekali bidang lain yang harus diselidiki sehubungan dengan kebesaran Nabi SAW sebelum datangnya wahyu. Juga tidak kurang kebesaran itu yang harus diselidikinya sesudah datangnya wahyu. Ia menjadi utusan Tuhan dan mengajak orang kepadanya.. Ia menjadi pemimpin umat Islam, menjadi panglima perangnya; ia menjadi mufti, menjadi hakim dan organisator seluruh jaringan komunikasi dalam hubungan sesamanya dan antarbangsa. Dalam segala hal beliau dapat menegakkan keadilan. beliau mempersatukan bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok, sesuai dengan yang dapat diterima akal sehatnya. Ia menjadi lambang kefasihan, yang menyebabkan para ahli dalam bidang itu harus takluk dan menundukan kepala, mengakui kebesaran dan kedahsyatannya. Akhirnya beliau melepaskan dunia fana ini dengan rela hati atas pekerjaannya, yang juga sudah mendapat kerelaan Allah dan kaum Muslimin. D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW Para sahabat Nabi Muhammad SAW dan salafus shalih sudah lama tiada, namun keteladanan mereka di tulis oleh tinta emas sehingga menjadi teladan bagi kehidupan umat Islam generasi berikutnya. Kesalehan mereka sangat luar biasa, tak heran apabila diantara mereka ada yang sudah di jamin masuk surga, salah satunya yaitu Umar Bin Khatab, dia seorang pemimpin setelah Rasulullah yang adil dan bijaksana dalam memimpin umat. Beliau berasal dari kabilah Quraisy dan berasal dari suku Bani Hasyim. Seperti kita ketahui hampir seluruh kriteria seorang pemimpin beliau miliki, karena di bawah kepemimpinannya umat hidup sejahtera dan tiada kurang suatu apapun. Dan dia tidak pernah marah apabila ada seorang rakyat yang mengoreksi apabila ia melakukan kesalahan,
  • 15. sebagai contoh ketika beliau diangkat menjadi khalifah setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq beliau berpidato dihadapan rakyatnya, dalam pidatonya beliau mengatakan : “segala puji bagi Allah penguasa seluruh alam. Salam dan sejahtera semoga Allah limpahkan atas panutan agung Muhammad Saw. Pada kesempatan ini aku ingin menyampaikan amanah kepada kamu sekalian wahai kaum muslimin. Kalian semua ibarat unta yang bertali, untuk itu kalian akan menurut saja kemana orang yang memegang tali itu. Aku akan membawa kalian semua ke jalan yang benar yang diridhoi Allah Swt. Oleh karena itu apabila kalian melihat aku melakukan keslahan yang menyimpang dari perintah Allah dan Rasul-Nya, maka luruskanlah”, setelah berbicara tiba-tiba berdirilah seorang laki-laki dan berkata, ”wahai umar, aku bersumpah akan meluruskan mu dengan pedangku ini jika engkau menyimpang”. Mendengar kata-kata itu seorang sahabat lainnya berkata, ”wahai sahabat janganlah engkau berkata kasar kepada khalifah.” kemudian umar berkata, ”terima kasih, aku sangat senang kepadamu rupanya diantara rakyat masih ada yang mempunyai keberanian, aku patut memberikan penghargaan padamu.” Dari kutipan kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa beliau memang seorang yang bijaksana, karena dia tidak melihat kedudukan seseorang dalam memberi nasihat. Selain bijaksana beliaupun seorang yang sangat perhatian terhadap rakyatnya, itu dibuktikan dengan seringnya beliau mengadakan inspeksi mendadak untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Dalam salah satu inspeksinya beliau pernah mendapati seorang ibu dari sebuah keluarga, yang merebus batu seolah-olah dia kelihatan sedang menanak nasi, karena tidak punya makanan lagi yang bisa di makan. Hal itu dilakukan untuk menghentikan tangis anak-anaknya yang kelaparan. Saat itu juga khalifah Umar dengan sigap mengambil gandum dari baitu Mal untuk mencukupi kebutuhan keluarga itu. Gandum itu beliau panggul sendiri, walaupun pengawalnya melarang. Beliau berfikir bahwa kejadian ini akibat kelalaian beliau dalam mengurus umat. Oleh karena itu dia tidak mau apabila tanggung jawabnya dibebankan pada bawahannya, beliau takut bagaimana nanti beliau mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah Swt kelak pada hari perhitungan. Disisi lain, dalam masa kepemimpinannya kekuasaan kaum muslimin semakin luas. Kekuatan politik dan militer umat muslim pada saat itu sangat berkembang pesat dan mampu melawan kekuatan-kekuatan kufur dan musyrik yang menghalangi meluasnya dakwah islam, pada masa itu pula wilayah-wilayah yang sebelumnya menolak dakwah islam akhirnya dapat
  • 16. ditaklukan dan menjadi bagian dari negara yang dipimpin oleh Umar. Negara-negara yang berhasil ditundukan itu diantaranya : Di negri Syam antara lain, Alyarmuk, Basra, Damaskus, Yordania, Bisan, Thobariyah, Aljabiyah, Palestina, Ramlah, Asqolan, Gaza, Tepi-tepi laut, Baitil maqdis. Di Afrika yaitu negri Mesir, Iskandariyah, Tripoli barat (Libia), Barqoh. Di Irak dan Persia, yaitu negri Alqadisiyah, Hirah, seluruh persia, Armenia, Almausil, delta sungai eufrat dan dajla, Khurasan, Albasrah, Nisabur, Azerbejan, Nahawind, Ashbahan, Hamadzan dan lain-lain. Umar sendiri tidak pernah mempunyai rasa takut pada orang-orang yang berkuasa pada saat itu dan ia pun tak segan-segan untuk meluruskan mereka apabila mereka melakukan kesalahan. Itulah sedikit mengenai salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga yaitu Umar Ibnu Khattab. Dan beliau merupakan salah satu pemimpin pada masa kepemimpinan khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian, periode ini merupakan periode khulafaur-rasyidun. Berlangsung lebih kurang 40 tahun, yaitu sejak diangkatnya Abu Bakar Asy-siddiq sebagai khalifah hingga wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada akhirnya Umar menemui sang Khaliq pada usia 63 tahun sama seperti sahabat Abu Bakar dan Rasulullah. Beliau dibunuh ketika beliau akan sholat subuh di mihrab pada hari rabu, tepatnya tanggal 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah, beliau ditikam oleh seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah atau firaus yang berasal dari parsi (satu wilayah di Romawi). Tetapi dalam keadaan kritis setelah di tikam, ketika diingatkan waktu sholat beliau segera melaksanakannya. Setelah itu beliau bertanya pada kepada sahabatnya mengenai orang yang mencoba membunuhnya, dan sahabat pun menjawabnya bahwa orang yang mencoba membunuh umar yaitu Abu lu’luah Almajusi seorang pelayan Almughirah bin syu’bah, ketika mendengarnya Umar bahagia dan mengucap ”Alhamdulillah” karena dia berfikir bahwa yang menjadikan wafatnya ialah orang yang mengaku beriman tetapi ia tidak pernah bersujud pada Allah. Setelah tiga hari setelah kejadian penikaman itu beliau baru meninggal, dan akhirnya Khalifah Umar berhasil memimpin umatnya selama 10 tahun 6 bulan 5 hari, dan beliau mempunyai anak sebanyak 13 orang, 9 laki-laki dan 4 orang perempuan.
  • 17. BAB III PEMBAHASAN Pemimpin dan kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi / berusaha, berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan kemunduran masyarakat, organisasi, usaha, bangsa dan megara antara lain dipengaruhi oleh para pemimpinnya. Oleh karena itu sejumlah teori tentang pemimpin dan kepemimpinanpun bermunculan dan kian berkembang. Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya. Beberapa pedoman atau panduan telah digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridai Allah swt, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak. Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat”. Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia bukanlah negara Islam. A. Ayat-Ayat Tentang Kepemimpinan Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.
  • 18. Mari kita simak dan tadaburi diantaranya! Firman Allah SWT: وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِن ي جَاعِلٌ فِي الأرَْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ · ( الدِ مَاءَ وَنَحْنُ نُسَب حُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِ سُ لَكَ قَالَ إِن ي أَعْلَمُ مَا لاَ تعَْلمَُونَ)البقرة: 03 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al Baqarah: 30) Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi. Ingat komunitas malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan manusia dimuka bumi. يَاأَيهَُّا الَّذِينَ ءَامَنُوا أطَِيعُوا اللَََّّ وَأطَِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمَْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فرَُ دُّوهُ إِلىَ اللََِّّ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللََِّّ وَالْيَوْمِ الْخِرِ ذلَِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ ) تَأْوِيلاً )ًًالنساء: 95 ” Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59) Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya. Yahya (2004:14) mengkaji ayat ini dengan berpendapat bahwa Kata “al-amr” dalam ayat itu artinya: urusan, persoalan, masalah, perintah. Ini menunjukan bahwa pemimpin itu tugas utamanya dan kesibukan sehari-harinya yaitu mengurus persoalan rakyatnya, menyelesaikan problematika dan masalah yang terjadi ditengah tengah masyarakat serta memiliki wewenang mengatur, memenej dan menyuruh bawahan dan rakyat.
  • 19. Kata minkum menurut Yahya (2004:14) yang berarti diantara kalian, mengisyaratkan bahwa pemimpin suatu masyarakat lahir dan muncul dari masyarakat itu sendiri. Pemimpin merupakan cermin masyarakat yang dipimpinnya serta ia selalu dekat dan bersama dengan masyarakatnya dalam suka maupun duka. يَاداَوُدُ إِنَّا جَعلَْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأرَْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَ قِ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ · ) سَبِيلِ اللََِّّ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللََِّّ لَهُمْ عَذاَبٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ)ص: 62 ” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26) Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama seorang khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa nafsu. Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia. وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أزَْوَاجِنَا وَذُ ريَّاتِنَا قرَُّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعلَْنَا لِلْمُتَّقِينَ · ( إِمَامًا)الفرقان: 41 “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.. (QS Al Furqan: 74) Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Pada prinsipnya boleh-boleh saja seorang memohon kepada Allah SWT agar dijadikan pemimpin. Dan karena ia memohon kepada Allah SWT maka ia harus menjalankan kepemimpinannya sesuai keinginan Allah SWT. Yang dilarang adalah meminta kedudukan padahal ia tidak punya kompetensi dan kemampuan dalam bidang itu. Yahya (2004:16) menyatakan bahwa: Kalau masyarakat suatu negri bertaqwa, maka insya Allah yang muncul adalah pemimpin yang bertaqwa pula. Telah menjadi kaidah bahwa
  • 20. pemimpin adalah cerminan dari orang-orang yang dipimpin secara umum. Jadi kalau mau pemimpin yang baik maka perbaiki rakyat dan masyarakat. Disinilah perlu adanya pembinaan dengan pendidikan agama yang dimulai dari keluarga. وَعَدَ اللََُّّ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنهَُّمْ فِي الأرَْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ ا لَّذِينَ · مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيمَُكِ نَنَّ لهَُمْ دِينهَُمُ الَّذِي ارْتَضَى لهَُمْ وَلَيُبَدِ لَنهَُّمْ مِنْ بعَْدِ خَوْفِهِمْ أمَْنًا يعَْبُدُونَنِي لا ( يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفرََ بعَْدَ ذلَِكَ فَأوُلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ)النور: 99 ” Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs An Nur: 55)s Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Al Khilafah atas dasar kebenaran dan keadilan pada akhirnya akan kembali kepangkuan orang orang beriman dan beramal shaleh. Karena salah satu sifat seorang pemimpin adalah beriman dan beramal shaleh. Dan tugasnya utamanya ialah menciptakan keamanan dan menghilangkan rasa takut serta mempasilitasi rakyatnya untuk beribadah kepada Allah SWT swt secara total أمََّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذاَ دَعَاهُ وَيكَْشِفُ الس وءَ وَيَجْعلَكُُمْ خُلَفَاءَ الْأرَْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللََِّّ · ) قلَِيلا مَا تَذكََّرُونَ)النمل: 26 ” Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah SWT ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)” (QS An Naml: 62)
  • 21. يَاأَيهَُّا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذكََرٍ وَأُنْثىَ وَجَعلَْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتعََارَفُوا إِنَّ أكَْرَمَكُمْ عِنْد · ) اللََِّّ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَََّّ عَلِيمٌ خَبِيرٌ) 40 ” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al Hujurat: 13) Ayat ini mengisyaratkan bahwa: seorang pemimpin harus memahami sosiologis dan antropologis rakyatnya, sehingga ia betul betul memahami watak dan karakter rakyat yang dipimpinnya. jadi tugas dari pemimpin tersebut ialah memenej perbedaan dan keragaman rakyatnya sebagai aset dan kekuatan Negara. Tugas pemimpin bukanlah memaksakan kebersamaan dan persamaan. Namun, untuk mengelola perbadaan dan keragaman. Perbedaan suku, ras dan apapun dikalangan rakyat seyogyanya menjadi ladang kompetisi untuk menjadi mulia dan bertaqwa disisi Allah SWT swt dan yang paling berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk itu adalah pemimpin. B. Beberapa Hadits Tentang Pemimpin Dan Kepemimpinan: Yahya (2004:21) mengemukakan beberapa keterangan yang berkaitan dengan masalah pemimpin dan kepemimpinan yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW: الس لطَانُ ظِلُّ اللهِ فِى الأرَْضِ, يَأْوِيْ اِلَيْهِ كُلُّ مَظْلُوْمٍ مِنْ عِبَادِهِ فَاِنْ عَدِلَ كَانَ لَهُ الأجَْرُ, وَكَانَ · – يعَْنِى عَلىَ الرَّعِيَّ ةًَ -الشُّكْرُ. وَاِنْ جَارَ أَوْ حَافَ أَوْ ظَلَمَ كَانَ عَلَيْهِ الوِزْرُ, وَعَلىَ الرَّ عًًََِيَّةِ الصَ بًْرُ. وَاِذاَ جَارَتْ الوُلاَةُ قَحَطِتْ السَّمَاءُ. وَاِذاَ مُنِعَتْ الزَّكَاة مَلكََتِ المَوَاشِي. وَاِذاَ ظَهَرَ ال ز نًََا ظَهَرَ الفَقْرُ وَالمَسْكَنَة.ُ “Pemimpin adalah bayangan Allah SWT dimuka bumi. Kepadanya berlindung orang orang yang teraniyaya dari hamba hamba Allah SWT, jika ia berlaku adil maka baginya ganjaran, dan bagi rakyat hendaknya bersyukur. Sebaliknya apabila ia curang (zalim) maka niscaya
  • 22. dosalah baginya dan rakyatnya hendaklah bersabar. Apabila para pemimpin curang maka langit tidak akan menurunkan berkahnya. Apabila zina meraja lela, maka kefakiran dan kemiskinan pun akan merajalela.(HR. ibnu majah dari abdulah bin umar)” Yahya (2004:22) mengartikan bahwa: Kata “bayangan Allah SWT” mengisyaratkan bahwa pemimpin adalah perwakilan Allah SWT dimuka bumi ini. Dan juga mengisyaratkan bahwa pemimpin harus selalu dekat kepada Allah SWT. Kata “rakyat hendaknya bersyukur” menurutnya mengisyaratkan bahwa wujud pemimpin yang adil adalah nikmat dari Allah SWT yang patut disyukuri. Dan kata “rakyat hendaknya bersabar” mengisyaratkan bahwa kelak akan muncul pemimpin yang tidak becus. خِيَارُ أئَِ مًًَِِّتكَُمْ الَّذِيْنَ تُحِبُّوْنهَُمْ وَيُحِبُّ وًْنكَُمْ, وَتُصَلُّوْنَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ . · وَشِرَ اًًًَََرُ اَئِمَّتكَُمْ الَّذِيْنَ تَبْغَضُوْنهَُمْ وَيَبْغَضُوْنكَُمْ, وَتلَْعَنُوْنَ هًَُمْ وَيلَْعَنُوْنكَُمْ. “sebaik-baik pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendo’akannya dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknatnyadan mereka pun melaknat kalian”.(HR Muslim dari ‘auf bin malik) Hadits ini mengisyartkan bahwa: salah satu ciri pemimpin yang baik ialah dicintai dan dido’akan oleh rakyatnya, dan begitu pula sebaliknya. Diantar ciri pemimpin yang buruk ialah yang dibenci dan dilaknat oleh rakyatnya, dan begitu pun sebaliknya. C. Periodesasi Kepemimpinan Menurut Rasulullah SAW Rasulullah SAW bersabda: ” akan terjadi diantara kalian kepemimpinan nabi, kemudian kepemimpinan khalifah, kemudian kepemimpinan raja yang yang menggigit (reprensif) kemudian kepemimpinan raja yang dictator, kemudian kepemimpinan khilafah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian” (HR Ahmad Dari Hudzaifah)
  • 23. Hadits ini dikuatkan oleh firman Allah SWT وَعَدَ اللََُّّ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنهَُّمْ فِي الأرَْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ ا لَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيمَُكِ نَنَّ لهَُمْ دِينهَُم الَّذِي ارْتَضَى لهَُمْ وَلَيُبَدِ لَنهَُّمْ مِنْ بعَْدِ خَوْفِهِمْ أمَْنًا يعَْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ ) بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفرََ بعَْدَ ذلَِكَ فَأوُلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ) 99 “Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (Qs An Nuur :55) Hadits diatas mengisyaratkan bahwa uamt islam akan melalui lima periode atu model kepemimpinan secara berkesinambungan dan bergantian hingga hari akhir tiba. Yahya (2004:53) mengatakan bahwa Kelima periode yang dimaksud ialah: 1) Kepemimpinan Nabi : periode ini berlangsung ± 23 tahun, yaitu dari sejak diangkatnya Rasul SAW sebagai nabi dan rasul hingga wafatnya. 2) Kepemimpinan Khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian. Periode ini adalah periode Al-Khulafaur Ar-Rosyidiin. Berlangsung kurang lebih 40 tahun yaitu sejak diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah hingga wafatnya Ali Bin Abi Thalib 3) Kepemimpinan Raja Yang Menggigit: raja yang menggigit berarti raja yang secara formalitas keagamaan masih berpegang teguh pada symbol-symbol Islam, Al Quran dan Sunah namun pada pelaksanaannya sudah jauh melenceng dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Disini kata menggigit berarti berpegang teguh. Raja yang menggigit berarti juga bahwa raja tersebut buas dan kejam terhadap rakyat nya. Gigitannya menyakitkan rakyat. Wallahu a’lam, periode raja yang menggigit ini berlangsung kurang lebih 14 abad, yaitu dari sejak wafatnya khalifah ali sampai runtuhnya kekhalifahan turki usmani (ottoman) pada tahun 1924. 4) Kepemimpinan Raja Yang Diktator. periode ini berlangsung sejak runtuhnya Kekhalifahan Turki Usmani hingga sekarang dan entah kapan berakhirnya hanya Allah SWT yang tahu.
  • 24. 5) Kepemimpinan Khalifah Yang Berjalan Sesuai Dengan Manhaj Kenabian. Periode ini insya Allah akan mengulangi kembali sistim kepemimpinan Al-Khulafaur Rosyidin, kita tidak tahu kapan waktunya. Namun kita yakin bahwa prediksi dari rasul pasti benar dan akan terjadi. D. Persyaratan Pemimpin Dalam Islam Yahya (2004:55) mengutarakan persyaratan mengenai pemimpin dalam islam: 1. Adil 1.1. Adil yang merupakan lawan dari dzalim إِنَّ اللَََّّ يَأمُْرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأمََانَاتِ إِلىَ أهَْلِهَا وَإِذاَ حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللََّّ ( نِعِمَّا يعَِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَََّّ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا)النساء: 95 ” Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT memberi pengajaran yang sebaik - baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs An Nisa: 58) Adil dalam hal ini masih bersisfat umum. Karena bisa saja orang yang non muslim tetapi memiliki sifat adil, makna tersebut dapat ditangkap melalui ungkapan Umar Bin Khatab: kita lebih berhak berlaku adil daripada sang kaisar” dan juga dalam ungkapan rasul mensinyalir an-najasyi (raja habasah)” sesungguhnya dinegeri itu terdapat raja yang adil” 1.2. Adil yang merupakan lawan dari fasiq فَإِذاَ بلَغَْنَ أَجَلهَُنَّ ف أمَْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلََِّّ ذلَِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللََِّّ وَالْيَوْمِ الْخِرِ وَمَنْ يَتقَِّ اللَََّّ يَجْعَلْ لَه ) مَخْرَجًا)الطلاق: 6 ” Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
  • 25. antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah SWT. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (Qs At Thalaq : 2) Adil dalam pengertian ini bersifat lebih khusus.artinya, hanya dimiliki oleh orang beriman. Konklusinya, “setiap orang adil (lawan fasiq) pasti adil (lawan dzalim). Namun, tidak setiap adil pasti adil”. dari sifat adil tersebutjelas, bahwa adil yang dimaksud adalah (adil) yang merupakan lawan dari fasiq. Yang pada gilirannya akan muncul sifat-sifat mulia lainnya, seperti: persahabatan, mudah bergaul, gemar silaturrahmi, kerja sama yang baik dalam mengambil keputusan , lemah-lembut, ibadah, meninggalkan kebencian, anti kejahatan, dan kekerasaan, anti permusuhan, jauh dari pembicaraan yang tidak manfaat, giat dan bekerja keras mencari nafkah halal dan sebagainya. Dengan demikian kita dapat paham bahwa betapa berat persyaratan yang harus terpenuhi dalam diri seorang pemimpin. Adalah logis dan sangat wajar apabila seseorang memenuhi criteria itu (atau sebagian dari sifat itu) kita pilih dan kita angkat menjadi imam kita. Pemimpin seperti itulah yang akan menjadi mediator dan pasilitator kebahagian kita dunia dan akhirat. 2. Laki-laki: Rasulullah SAW bersabda “tidak akan bahagia suatu kaum yang dipimpin oleh wanita”. Hadits ini banyak memunculkan banyak kontroversi, terlebih dikalangan kaum feminis, mestinya hadits ini difahami dengan pendekatan iman, jika tidak yang muncul adal Su-Uddzon kepada Rasulullah SAW. Bagi sorang yang beriman hadits ini sangat jelas dan gamblang karena mereka yakin bahwa Rasulullah SAW tidak mengucapkan segala sesuatu berdasarkan hawa nafsu melainkan dengan wahyu. 3. Merdeka (tidak berstatus budak). Merdeka dari segala belenggu lahir dan bathin. sehingga tidak ada gangguan dan tekanan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. 4. Baligh / dewasa
  • 26. 5. Berakal sehat / tidak cacat mental. Pada era globalisasi dan serba canggih ini pendidikan tinggi dan kecerdasaan merupakan sebuah keharusan. Seorang tokoh islam pernah berkata: “pemimpin yang korup akan menyengsarakan rakyat, pemimpin yang bodoh akan menghancurkan rakyat” 6. Bisa menjadi hakim. Baik dalam penguasaan terhadap ilmu hukum maupun dalam mengambil keputusan lewat sebuah ijtihad. 7. Punya keahlian militer, persenjataan dan urusan perang. Salah satu tugas pemimpin adalah menjaga keamaaanan dan melindungi rakyat, karena itu pemimpin harus mahir dalam bidang militer. 8. tidak cacat fisik وَقَالَ لهَُمْ نَبِيهُُّمْ إِنَّ اللَََّّ قَدْ بعََثَ لكَُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنىَّ يكَُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَََّّ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِ لْمِ وَالْجِسْمِ ) وَاللََُّّ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللََُّّ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)البقرة: 614 ” Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah SWT telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah SWT memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah SWT Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Qs Albaqarah: 247) ( قَالَتْ إِحْداَهُمَا يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأمَِينُ)القصص: 62 “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs Al Qashash :26.)
  • 27. E. Istiah Kontemporer Tentang Pemimpin: Yang dimaksud adalah gelar yang biasa ditujukan untuk para pemimpin, yaitu: Rais Ad Daulah (presiden), Malik, Sulthan 1. Pemimpin yang kita dambakan tidak mesti bergelar dengan istilah klasik seperti khilafah, imam dan lain-lain. Tidak dilarang memakai istilah kontemporer. Karena yang terpenting bagi rakyat adalah substansi. Apalah arti sebuah nama dan istilah. 2. Apapun nama, gelar dan istilah seorang pemimpin selama membawa pesan kepemimpinan yang adil, maka itulah pemimpin yang islami. Dan begitupun sebaliknya. Biar pakai nama Al-Quran atau Hadits, namun prilakunya bobrok, curang, dzalim maka ia adalah musuh islam. F. Pemecahan Masalah Setelah meruntut satu persatu materi diatas, ternyata ada masalah yang muncul, yaitu mengenai eksistensi kepemimpinan menurut ketentuan hukum islam, apakah permasalahan yang timbul dinegara Indonesia saat ini adalah konsekuensi dari hilangnya nilai-nilai hukum islam yang seharusnya sangat kuat kedudukannya dalam hukum Negara kita, yang mayoritas masyarakatnya adalah beragama islam, ataukah karena sulitnya hukum Negara kita untuk tidak berkiblat pada hukum yang diciptakan oleh para orientalis barat, yang notabene jalur pemikiran dan kebudayaannyapun berbeda jauh dengan bangsa Indonesia. Untuk itu kami mencoba mengemukakan beberapa alternatif solusi sebagai berikut: 1. Menciptakan kondisi masyarakat yang secara perlahan dapat terarahkan untuk memiliki semangat perubahan untuk menuju bangsa yang lebih baik dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap Islam. 2. Mendidik masyarakat sehingga diharapkan terbentuk pribadi masyarakat yang unggul dan berkualitas, karena bagaimanapun sosok pemimpin akan bermula dari masyarakat itu sendiri. 3. Menyadari secara total bahwa perubahan yang telah dilakukan saat ini ternyata masih sangat jauh dari tujuan yang diharapkan, oleh karena itu masih sangat banyak lagi usaha yang perlu dilakukan untuk perbaikan-perbaikan lainnya.
  • 28. 4. Siapapun dan dari kelompok manapun sosok pemimpin, seyogyanya dia dapat meprioritaskan rasa tanggung jawab diatas segalanya, baik terhadap tuhan, masyarakat yang dipimpinnya, maupun terhadap lawan eksternal (lawan politiknya) dan juga lawan internal (lawan dari nafsu serakah dalam dirinya untuk berkuasa dan berbuat dzolim). BAB IV KESIMPULAN Sejarah islam mencatat, keberhasilan para pemimpin dikalangan umat islam, khususnya ketika zaman Rasulullah SAW. Konsep kepemimpinan ini masih menjadi sebuah tanda tanya besar dikalangan umat islam sendiri, apalagi ditambah dengan, semakin hilangnya pigur-pigur, dan tokoh-tokoh yang mahir dalam kepemimpinan, perbedaan tersebut karena di pengaruhi oleh, ajaran-ajaran orng barat yang mencoba untuk mengikis habis, pemahaman asli umat islam terhadap kepemimpinan. Seiring dengan bergantinya zaman, maka bergantipulalah sistem kepemimpinan, akan tetapi bagi umat islam sistem kepemimpinana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnyalah, sistem yang paling baik dan akurat, dengan tidak mengenyampingkan sistem-sistem baru yang memang itu sejalan dengan yang dicontokan rasul, dan diajarkan didalam Al-Quran. Akan tetapi kini, banyak umat islam yang mencoba menerapkan sistem baru, yang bervariasi ragamnya, yang jelas itu tidak sejalan dengan apa yang telah dianjurkan Rasulullah SAW. Perlu ditekankan disini, bahwa sebuah sistem betapapun baiknya tanpa dijalankan oleh pemimpin yang baik tentu tidak akan jalan. Seperti saat ini, betapa banyak dan lengkap perangkat hukum di negara yang kita cintai, namun mengapa semuanya amburadul. Bukankah semua itu karena tak ada pemimpin yang mumpuni?. System adalah kata lain dari aturan main. Maka sangat tidak mungkin aturan main yang dibuat dan cocok untuk bangsa lain dapat dipakai dan diterapkan dalam sebuah Negara yang telah memiliki system tersendiri. Dan jika kita tetap berharap dan berusaha lebih keras, bukan suatu keniscayaan apabila suatu saat nanti akan terbentuk suatu pemimpin dan kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum Allah yang mendasarkan segala aspek kehidupan hanya dengan Al-Quran dan As-Sunnah, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
  • 29. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, N. (1990). “Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah“. Bandung: Mizan. Departemen pendidikan agama republic Indonesia. (2004). “Al-Quran dan Terjemah Al- Jumanaatul ‘Alii”. Bandung: Jumanaatul ‘Ali IKAPI. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Universitas Pendidikan Indonesia. Hilal, S. (2005). “Ketaatan Pada Pemimpin“, Rubrik: Taujihat. Dicetak dari PK-Sejahtera [Online] 33. Tersedia: http://pk-sejahtera.org. Dengan alamat URL: http://pk-sejahtera. org/article.php?storyid=2844 [7/2/2005]. Husain, H. (2003). “Sejarah Hidup Muhammad“ (cetakan kedua puluh delapan). Bogor: Litera AntarNusa. Munawwir, A. (1997). “Kamus AL-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap“. Surabaya: Pustaka Progresiff. Pranata, S. (1996). “Perang Pemikiran”. Message: Laurel Heydir: “Hikmah Dalam Musibah“. Tersedia:http://www.isnet.org/archivemilis/archive96/sep96/0000.html. Sudjana, E. (2003). “Visi Pemimpin Masa Depan: Menggagas Politik Berkeadilan”. Bandung: Penerbit Marja’. Wahid, A. et.al. (1993). “Kontroversi Pemikiran Islam Di Indonesia”. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yahya, R. (2004). “Memilih Pemimpin Dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Pustaka Nawaitu.