Makalah ini membahas tentang Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Mukadimah ini dirumuskan setelah Muhammadiyah beraktivitas selama 3 tahun dan melalui 5 periode kepemimpinan. Mukadimah ini bertujuan menjelaskan gagasan, ide, dan konsep yang mendasari berdirinya Muhammadiyah berdasarkan ajaran Alquran.
1. 1
MUKADIMAH ANGGARAN DASAR
MUHAMMADIYAH
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok dalam Mata Kuliah Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : H. Nasrudin,S.PdI, SE, MSI.
Disusun oleh:
Kelompok 7
Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Ibnu Mubarak(102143941)
2. Ita Nurjayanti(102143942)
3. Kiswatul Choiriyah (102143943)
4. Rumiyah
Semester VI E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012-2013
2. 2
MOTTO
Artinya :
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam (menyebutkan) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(Q.S. Al
A‟raaf:180)
Artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggung jawabannya.”(al-Isra‟:34)
3. 3
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikumWarahmatullahi Wabarakatuhu
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah”
Dengan terselesainya penyusunan makalah ini, penulis percaya bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak makalah ini tidak mungkin
dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. BapakH. Nasrudin,S.PdI, SE, MSI selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan penuh kecermatan dan ketelitian.
2. Kedua orang tua yang telah membimbing dan memberi doa restu.
3. Rekan-rekan mahasiswa terutama mahasiwa semester VI E program studi
pendidikan Matematika yang telah memberikan saran.
4. Seluruh staf perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah
memfasilitasi dalam peminjaman buku-buku.
Penulis menyadari bahwa dalan makalah ini masih jauh dalam
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis
meminta maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi sempurnaya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, bagi pemerhati pendidikan serta pengabdian terhadap Allah SWT.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Purworejo, Mei 2013
Penulis
4. 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
MOTTO ................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTARI ISI .......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 1
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah .................................. 2
1. Periode KHA. Dahlan (1912-1923)............................................... 2
2. Periode KHA. Ibrahim (1923-1934).............................................. 3
3. Periode K.H. Hisyam (1934-1936)................................................ 4
4. Periode K.H. Mas Mansur (1936-1942)........................................ 4
5. Periode Ki Bagus Hadikusuma (1942-1953)................................. 6
B. Sejarah Perumusan Anggaran Dasar Muhammadiyah....................... 7
C. Hakekat dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah . 8
D. Matan: ” Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah” ................. 9
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................14
Simpulan ...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
5. 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah Persyarikatan Islam yang didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H (18 Nopember 1912 M). Dan
persyarikatan ini mendapatkan statusnya menjadi organisasi yang berbadan
hukum lewat surat ketetapan Goverment Besluit tanggal 22 Agustus 1914 M.
Sebagai suatu organisasi sudah semestinya sewaktutu akan mencatatan dirinya
menjadi sebuah badan hukum harus memenuhi beerbagai persyaratan, antara
lain mesti harus ada statuten atau anggaran dasar muhammadiyah. Sarat adanya
anggaran ini telah dipenuhi juga oleh Perserikatan Muhammadiyah, sekalipun
dalam realitasnya anggaran dasar Muhammadiyah ketika itu sifatnya masih
sangat sederhana.
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun secara formal
setelah gerakan Muhamadiyah melancarkan aktifitas dan usahannya selama 3
tahun. Tetapi dengan belum dimilikinya rumusan Mukadimah bukan berarti
bahwa sebelum diformalisasikannya Mukadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, perserikatan Muhammadiyah belum memiliki jiwa, semangat
dan nafas perjuangan secara pasti. KH. Ahmad Dahlan dalam membangun
perserikatan Muhammadiah dilandasi dengan ide yang jelas dan pasti yang
seluruhnya didasarkan pada ajaran Al-Qur‟an, dan ide ini sekalipun tidak
pernah dituangkan dalam konsep tertulis, akan tetapi secara jelas pula dapat
ditangkap dan dihayati oleh para rekan yang mendukung gagasannya
B. Tujuan Masalah
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan tentang mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah,serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
6. 6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan dari makalah ini maka adapun rumusan makalah yaitu:
1. Bagaimanakah perumusan mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah?
2. Bagaimanakah sejarah perumusan mukadimah anggaran dasar
Muhammadiyah?
3. Apa hakekat dan fungsi mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah?
4. Bagaimana Matan “Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah”?
5. Bagaimana sistematika rumusan mukadimah anggaran dasar
muhammadiyah?
7. 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Anggaran dasar (bagi suatu negara disebut UUD atau Konstitusi) pada
umumnya terdiri dari dua komponen pokok, yaitu pertama disebut dengan
pembukaan, mukadimah atau preambule, kedua disebut dengan batang tubuh
atau The Body Of Constitution. Dalam hal ini ternyata Anggaran Dasar
Muhammadiyah pada saat itu hanya memuat batang tubuhnya saja sedangkan
Mukadimah atau Pembukaannya belum ada sama sekali. Mukadimah
Anggaran Dasar atau UUD memuat pokok-pokok pikiran yang sangat
fundamental, yang didilamnya tertuang suatu pandangan hidup, tujuan hidup
serta cara dan alat untuk untuk mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan.
Menyimak pengertian konstitusi atau UUD atau Anggaran Dasar seperti
diatas dan kemudian menengok yang ada didalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah terlihat bahwa sampai dengan tahun 1950 berbagai gagasan,
ide, konsep, pokok-pokok pikiran yang mendasaari dan menjiwai berdirinya
Perserikatan Muhammadiyah belum sempat dituangkan kedalam bentuk
formulasi yang formal. Namun hal itu bukan berarti bahwa berdirinya
Perserikatan ini sama sekali tanpa didasari dan dimotivasi oleh suatu gagasan
dan konsepsi ide yang jelas dan terarah. Muhammadiyah yang didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan dengan disertai konsep yang jelas, yaitu menggalang
kesatuan wijhah, kehendak dan kekuatan umat dalam rangka untuk
merealisasikan secara kongkrit dan real surat Ali Imron 104, demi terwujudnya
„Izzul Islam Wal Muslimin, atau kemuliaan islam serta kejayaan kaum
muslimin. Perumusan mukadimah baru dapat terlaksana setelah melewati
empat periode kepemimpinan dalam persyarikatan Muhammadiyah, yaitu:
1. Periode KHA. Dahlan (1912-1923).
KHA. Dahlan yang waktu mudanya bernama Muhammad Darwis
adalah seorang ulama sekaligus seorang cendekiawan yang dikenal
8. 8
memiliki kemauan yang keras, bersungguh-sungguh, tidak mengenal lelah
dalam mengusahakan terwujudnya cita-cita, bersikap terbuka, pemberani,
dan supel dalam pergaulan. Bahkan beliau dikenal secara luas memiliki
wawasan berfikir yang mendalam lagi luas, menjangkau jauh kemasa
depan. Kedua predikat yang disandang oleh KHA. Dahlan ini dibuktikan
secara kongkrit dalam bentuk dibangunnya sebuah Perserikatan yang
bercerikatan sebagai gerakan pembaharuan dalam bidang pemikiran
dengan titik tumpu pemurnian pemahaman keagamaan, serta pembaharuan
dalam bidang sosial pendidikan.
Sebagai pelopor pembaharuaan beliau tidak lepas dari berbagai
gagasan dan cita-cita. Akan tetapi cara-cara pengungkapannya berbeda
dengan cara-cara pengungkapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
pembeharu pendahulu lainnya yang menggungkapkannya lebih banyak
disalurkan lewat tulisan semacam buku, majalah, surat kabar, dan
sebagainya. Sementara KHA. Dahlan langsung dipraktekan dalam
tindakan nyata dan kongkrit.
Dari latar belang pribadi KHA. Dahlan seperti diatas dapat dimaklumi
mengapa pada periodenya belum terumuskan Mukadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah. Menurut pemahaman beliau hal-hal yang bersifat
konseptual belum dianggap mendesak bagi sebuah Perserikatan yang
sedang tumbuh. Sementara itu disisi lain beliau memehami agama Islam
sebagai agama yang yang sangat menekankan segi amaliyah.
2. Periode KHA. Ibrahim (1923-1934).
KHA. Ibrahim adalah adik Nyai Walidah (Nyai Haji Ahmad Dahlan).
Beliau adalah seorang ulama hasil tempaan dari pondok pesantren, dan
sama halnya dengan KHA. Dahlan ia tidak pernah mengenyam pendidikan
model Barat. Ia seorang tokoh Muhammadiyah yang „alim, sederhana
dalam hidupnya dan bertanggung jawab terhadap amanah yang diserahkan
kepada dirinya.
9. 9
Dibawah kepemimpinannya terbentuknya Majelis Tarkih, Organisasi
otonom Nasyiatul „Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah, tiga lembaga
baru yang besar artinya bagi pengembangan dan pertumbuhan
Muhammadiyah di masa mendatang. Dan pada periode ini rumusan yang
bersifat konseptual yang menggambarkan hal ihwal perserikatan yang
bersifat fundamental belum mendapatkan penggarapan yang memadai.
3. Periode K.H. Hisyam (1934-1936).
K.H. Hisyam adalah seorang ulama yang berkependidikan lugu,
sederhana, dan termasuk salah seorang kader K.H. Ahmad Dahlan dalam
menumbuhkan dan mengembangkan Muhammadiyah sejak awal
berdirinya. Pekerjaan sehari-harinya sebagai pedagang kain batik di Pasar
Bringharjo Yogyakarta. Dibawah kepemimpinannya yang relatif sangat
singkat dapat dimaklumi kalau hal-hal yang bersifat konseptual dan
fundamental belum juga dapat tergarap. Namun demikian dapat dicatat
bahwa dibawah kepemimpinannya dunia pendidikan dan masalah-masalah
administrasi organisasi dalam Perserikatan Muhamadiyah mendapatkan
perhatian yang cukup intensif.
4. Periode K.H. Mas Mansur (1936-1942).
K.H. Mas Mansur dari kota Surabaya dan dikenal sebagai seorang
ulama besar sekaligus sebagai cendekiawan yang cukup berwibawa.
Dengan latar belakang pendidikan yang cukup memedai, baik yang didapat
dari pengalamannya dari berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan
pendidikan akademiknya di Mesir akhirnya tumbuh sebagai orang yang
alim, yang mendalam pengetahuannnya tentang Islam, berpikiran maju dan
berpandangan jauh kedepan, serta tinggi cita-citanya.
Sebagai konsul (wakil) muhammadiyah Daerah Surabaya beliau
berkesematan mengikuti kongres (Muktamar) Muhammadiyah ke-16 yang
berlangsung di Pekalongn (1927). Dalam kongres ini beliau mengusulkan
kepada sidang agar di dalam perserikatan Muhammadiyah perlu segera
10. 10
diadakan sebuah lembaga atau majelis ulama yang tugas utamanya khusus
membahas berbagai masalah agama. Disamping itu dengan terbentuknya
lembaga ini sekaligus untuk menjaga dan memelihara kemurnian agama
Islam dari berbagai macam peyimpangan. Usulan K.H. Mas Mansur ini
didukung dengan beberapa argumentasi, antara lain:
a. Dikhawatirkan akan timbulnya perpecahan dikalangan warga
Muhammadiyah, terutama ulamanya lantaran disebabkan adanya
perbedaan fahamdan pendapat dalam masalah hukum agama. Akibat
lebih jauh dari sebab tersebut akan timbul perpecahan dalam tubuh
organisasi Muhammadiyah.
b. Dikhawatirkan akan timbulnya berbagai macam penyelewengan
dkalangan warga Muhammadiyah dari batas-batas hukum agama
karena sekedar didorong untuk mengejar kebesaran organisasi secara
lahiriyah dengan melupakan inti pokok dan jiwa ajaran Islam.
Usulannya tersebut ternyata mendapat tanggapan yang sangat positif
sekali dikalangan muktamirin, dan akhirnya lembaga yang nantinya
dinamakan Majelis Tarjih diterima sebagai salah satu keputusan
muktamar.
Dalam kongresnya yang pertama (11 April 1940 ) di kota Yogyakarta
K.H. Mas Mansur menyampaikan pidato yang isinya mencerminkan
pandangan beliau tentang “Hubungan Islam dan Politik”. Sebagai wujud
kongkrit dalam upaya pengokohan kembali hidup beragama, pada periode
beliau inilah Majelis Tarjih diaktifkan kegiatannya, hingga akhirnya
lahirlah sebuah rumusan yang dikenal dengan “Masalah Lima” atau
“Masail al-Khamsah”. Adapun kelima masalah tersebut menegaskan
mengenai hakekat “Dunia, Agama, Qiyas, Sabilillah, dan Ibadah).
Melihat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh K.H. Mas Mansur,
baik dalam perserikatan sendiri maupun kegiatan diluar, seperti
keaktifannya di dalam MIAI, GAPI, PII, dan sebagainya dapat difahami
kalau masih banyak hal yang terjamah. Berbagai hal yang ditangani pada
periode ini misalnya seperti Anggaran Dasar Muhammadiyah yang sampai
11. 11
saat ini ternyata belum sempurna, karena didalamnya belum termuat
Mukadimah yang semestinya materi tersebut harus dirumuskan terlebih
dahulu dan kemudian Batang Tubuhnya.
5. Periode Ki Bagus Hadikusuma (1942-1953).
Ki Bagus Hadikusuma adalah putra dari Raden Hasyim yang tinggal
di Kampung Kauman. Dilihat dari tingkatan pendidikan yang pernah
dilewati oleh Ki Bagus Hadikusuma hanyalah sampai Sekolah Rakyat lima
tahun saja (Sekolah Dasar). Selebihnya dilakukan dengan mengaji
(belajar) kepada para ulama yang ada di Kauman dan sekitarnya. Namun
demikian ditunjang oleh ketekunannya untuk terus belajar, dan adanya
bakat dan kecerdasan yang menonjol yang dimiliki, akhirnya beliau
tumbuh dan berkembang menjadi seorang cendekiawan yang alim.
Kondisi sosial politik negara Indonesia pada masa Ki Bagus
Hadikusuma menjabat sebagai Ketua Umum muhammadiyah benar-benar
dalam kondisi masa transisi dan percobaan. Dimulai pada masa
pendudukan Pemerintah Fasisme Jepang, kemudian memasuki perebutan
kekuasaan yang ditandai dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia,sehingga ada usaha dari fihak Belandayang berusaha untuk
menjajah Indonesia kembali.
Dimasa kependudukan jepang, Ki Bagus Hadikusuma disamping
memimpin Perserikatan Muhammadiyah yang saat itu medan geraknya
sangat dibatasi oleh fihak jepang secara ketat, sebagian waktunya juga
digunakan untuk memikirkan nasib bangsa. Ia bersama-sama dengan tokoh
kaum Pergerakan lain menerjunkan diri dalam kancah perjuangan politik.
Di akhir zaman Pendudukan Jepang, atas desakan Indonesia agar fihak
Jepang segera memberikan kemerdekaannya, maka Pemerintah
Pendudukan Jepang di Jawa membentuk sebuah Panitia yang dikenal
dengan sebutan Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI) yang beranggotakan 30 orang. Demikian juga setelah tugas
12. 12
yang dinamakan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
beranggotakan 21 orang.
Setelah tugas-tugas kenegaraan terselesaikan, Ia kembali menekuni
dan mencermati berbagai hal yang ada di dalam Perserikatan
Muhammadiyah. Ternyata ada hal yang fundamental dalam perserikatan
yang belum yang belum terjamah sama sekali. Dan hal itu tidak lain adalah
rumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhamadiyah, yang telah diuraikan
dimuka bahwa sampai kepemimpinan Ki Bagus Hadikusuma Anggaran
Dasar Muhammadiyah hanyalah berupa “Batang Tubuh”. Ia melihat
bahwa arti pentingnya Mukadimah bagi sebuah Anggaran Sama nilainya
dengan “Pembukaan” bagi sebuah UUD.
Ki Bagus Hadikusumamelihat betapa pentingnya rumusan
“Mukadimah” bagi sebuah Anggaran Dasar, sebab dalam “Mukadimah”
ini akan memberikan gambaran kepada dunia luar atau kepada siapapun
tentang pandangan hidup, serta tujuan luhur yang dicita-citakan, untuk itu
Ki Bagus Hadikusuma mencoba menyusun konsep “Mukadimah”
Anggaran Dasar Muhammadiyah. Adapun isi rancangan Mukadimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah yang disusun Ki Bagus Hadikusuma
pada hakekatnya adalah menggambarkan filsafah hidup dan falsafah
perjuangan KH. Ahmad Dahlan, yang didalamnya secara jelas menegaskan
tentang “dasar dan keyakinan hidup “, “tujuan atau cita-cita hidup” dan
“cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan hidup”.
Disamping Ki Bagus Hadikusuma telah berhasil merumuskan
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, juga formulasi maksud dan
tujuan Muhammadiyah mengalami perubahan yang cukup fiundamental.
B. Sejarah Perumusan Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disusun dan dirumuskan
oleh Ki Bagus Hadikusumo sebagai hasil penyorotan dan pengungkapan
kembali terhadap pokok-pokok pikiran yang dijadikan dasar amal usaha dan
perjuangan KH Ahmad Dahlan dengan menggunakan wadah persyarikatan
13. 13
Muhammadiyah. Dengan adanya perubahan zaman serta penggantian figur
pimpinan di satu pihak, serta pengaruh-pengaruh luar yang semakin kuat dan
bersinggungan dengan gerak dan perkembangan masyarakat, termasuk juga di
dalamnya mengakibatkan adanya ketidakpastian dan kekaburan terhadap cita-
cita perjuangan Muhammadiyah. Kenyataan ini yang mendorong Ki Bagus
Hadikusumo untuk menyoroti dan mengungkap kembali terhadap pokok-pokok
pikiran KH. Ahmad Dahlan. Ki Bagus Hadikusumo yang masa mudanya
bernama Raden Hidayat menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dari tahun 1942 hingga tahun 1953. Rumusan "Muqaddimah"
diterima dan disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke 31 yang
dilangsungkan di kota Yogyakarta pada tahun 1950, setelah melewati
penyempurnaan segi redaksional yang dilaksanakan oleh sebuah team yang
dibentuk oleh sidang Tanwir. Sidang Tanwir kemudian menunjuk sebuah tim
penyempurnaan yang terdiri dari Buya HAMKA, K.H. Farid Ma'ruf, Mr.
Kasman Singodimedjo serta Zain Jambek. .
Beberapa alasan mengapa Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
baru disusun dan dirumuskan pada periode Ki Bagus Hadikusuma karena
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah.
2. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakan gejala menurun,
akibat terlalu barat mengajar kehidupan duniawi.
3. Makin kuatnya berbagai pengaruh alam dan fikiran dari luar, yang langsung
atau tidak langsung berhadapan dengan paham dan keyakinan hidup
Muhammadiyah.
4. Dorongan disusunnya pembukaan UUD RI tahun 1945
C. Hakekat dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
1. Hakekat dan Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah pada hakekatnya
merupakan suatu kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Qur‟an dan as-
14. 14
Sunnah tentang pengabdian manusia kepada Allah SWT, amal dan
perjuangan bagi setiap muslim yang sadar akan kedudukannya selaku
hamba dan khalifah di muka bumi.
2. Fungsi Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan jiwa, nafas
dan semangat pengabdian dan perjuangan kedalam tubuh dan segala gerak
organisasinya, yang harus dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan
Muhammadiyah.
D. Matan: ”Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah”
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang mengasuh semua alam; Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari Kemudian. Hanya kepada
Engkau, hamba menyembah dan hanya kepada Engkau, hamba mohon
pertolongan. Berilah petunujuk kepada hamba akan jalan yang lurus, jalan yang
telah Engkau beri kenikmatan; yang tidak dimurkai dantidak tersesat”.(Q.S. Al-
Fatihah)
“Saya ridla: ber-tuhan kepada Allah, beragama kepada ISLAM dan
bernabikan kepada Muhammad Rasulullah Shallallahu‟alaihiwasallam”.
AMMA BA‟DU, bahwa sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah
semata-mata. Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah
adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama
manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hokum qudrat-iradat) Allah atas
kehidupan manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah
dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong,
bertolong-tolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenaar-benarnya,
lepas dari pada pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
15. 15
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang
bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam
masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.
Menjujung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang manapun
juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan
kepada Allah.
Agama islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi sejak
nabi adam sampai nabi muhammad saw dan diajarkan kepada umatnya masing-
masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sejahtera
sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutaman umat Islam, umat
yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak-jejak
sekalian Nabi yang suci, beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya
mengumpulkan segala kegiatan dan menggunakannya untuk menjelmakan
masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni tulus dan ikhlas karena
Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridlaNya
belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala
perbuatannya; lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi
segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang
menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan, perlindungan dan
pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka
dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Qur‟an:
“Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak pada
keislaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan.
Mereka itulah golongan yang berbahagia.”(Q.S. Ali Imran: 104)
Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912
Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai
“gerakan islam” dengan nama “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan
Majlis-majlis (bahagian-bahagian)nya, mengikuti peredaran zaman serta
16. 16
berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaraan atau Muktamar.
Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan
perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad
saw, guna menggunakan karunia dan ridlaNya, di dunia dan akhirat, dan untuk
mencapai masyarakat yang santausadan bahagia, disertai nikmat dan rahmat
Allah yang melimpah, sehingga merupakan:
“sesuatu Negara yang indah, bersih, suci dan makmur dibawah
perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapat
diantarkan ke pintu gerbang Syurga “Jannatun Na‟im” dengan keridhaan Allah
Yang Rahman dan Rahim.
Sistematika Rumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
1. Rumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah terdiri dari:
a) Surat Al-Fatihah
b) Pernyataan diri atau Ikrar: Rodli tu billahi Rabban
c) Diktum matan atau materi “Mukadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah”
2. Diktum matan atau teks Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
terdiri dari tujuh paragraf, yang setiap satu paragraf berisi satu pokok
pikiran sebagaimana berikut dibawah ini:
Pertama : Hidup manusia harus berdasarkan “TAUHID”, yaitu
meengesakan Allah:bertuhan,beribadah serta patuh hanya
kepada Allah semata.
Kedua : Hidup manusia bermasyarakat.
Ketiga : Hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat
dijadikan sendi pembentuk pribadi utama dan mengatur
ketertiban hidup bersama (bermasyarakat) menuju hidup
bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat.
Keempat : Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur
17. 17
yang diridlai Allah SAW adalah WAJIB, sebagai ibadah
kepada Allah, dan berbuat islah dan ihsan kepada sesama
manusia.
Kelima : Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama
islam hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti
jejak(“ittiba‟) perjuangan para Nabi,terutama Nabi
Muhammad SAW.
Keenam : Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti di
atas hanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
akn berhasil bila dengan cara berorganisasi.
Ketujuh : Seluruh perjuangan diarahkan kepada tercapainya tujuan
Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.
Secara logika tujuh pokok pikiran Mukaddimah anggaran dasar
muhammadiyah masing-masing menegaskan, bahwa:
1. Manusia adalah makhluk Tuhan (Homo Divinan)
2. Manusia adalah makhluk social (Homo Socius)
3. “pilihan alternatif”; bahwa hanya Islam sajalah satu-satunya alternatif yang
dipilih, karena ia satu-satunya ajaran hidup yang hak (benar lagi
sempurna)
4. “Konsekuensi terhadap pilihan alternatif”; wajib memperjuangkan
tegaknya ajaran Islam sebagai alternatif yang telah dipilih
5. “Etika, dan metoda yang dipergunakan untuk memperjuangkan pilihan
alternatif”; Perjuangan menegakkan ajaran Islam harus dengan mengikuti
akhlak/ etika kepemimpinan dan metoda perjuangan Rasulullah saw.
6. “Alat perjuangan yang digunakan untuk menegakkan pilihan alternatif”;
perjuangan menegakkan ajaran Islam yang berhasil bila menggunakan alat
perjuangan berupa organisasi.
7. “Tujuan perjuangan menegakkan pilihan alternatif”; perjuangan
menegakkan ajaran Islam bertujuan untuk mewujudkan masyarakat utama,
adil danmakmur yang diridlai Allah SWT.
18. 18
Ketujuh pokok pikiran yang tersimpul dalam mukadimah anggaran
dasar Muhammadiyah sebagaimana diatas pada hakikatnya
menggambarkan suatu ideologi yang dianut oleh Muhammadiyah secara
signifikan. Sebagaimana ideologi pada umumnya, didalam setiap ideologi
pasti terdapaat tiga unsur yang paling utama, yaitu:
1. Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya. (Tergambar
secara jelas pada pokok pikita1 I, II, III, dan IV)
2. Keyakinan tersebut dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan hidup
yang dicita-citakan. (Tergambar pada pokok pikiran VII)
3. Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan yang
dicita-citakan. (Tergambar dalam pokok pikiran V dan VI)
19. 19
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Beberapa alasan mengapa Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
baru disusun dan dirumuskan pada periode Ki Bagus Hadikusuma karena
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah.
2. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakan gejala menurun,
akibat terlalu barat mengajar kehidupan duniawi.
3. Makin kuatnya berbagai pengaruh alam dan fikiran dari luar, yang langsung
atau tidak langsung berhadapan dengan paham dan keyakinan hidup
Muhammadiyah.
4. Dorongan disusunnya pembukaan UUD RI tahun 1945
Mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah pada hakekatnya merupakan
suatu kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Qur‟an dan as-Sunnah tentang
pengabdian manusia kepada Allah SWT, amal dan perjuangan bagi setiap muslim
yang sadar akan kedudukannya selaku hamba dan khalifah di muka bumi.
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan jiwa, nafas dan
semangat pengabdian dan perjuangan kedalam tubuh dan segala gerak
organisasinya, yang harus dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan
Muhammadiyah.
20. 20
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Kamal dan Ahmad Adabi Darban. 2005. Mukadimah Sebagai Gerakan
Islam.Yogyakarta. Pustaka FM.
[Online] (http://hasbymarwahid.blogspot.com/2013/01/mukadimah-anggaran-
dasar-muhammadiyah.html). Di unduh tanggal 2 April 2013.
[Online] (http://pimpinancabangmuarapadang.wordpress.com/about/sekilas-pcm-
muara-padang-1/mukadimah-anggaran-dasar-muhammadiyah/). Di
unduh tanggal 2 April 2013.
[Online] (http://sariasriani.blogspot.com/2012/05/sejarah-perumusan-
muqoddimah-anggaran.html). Di unduh tanggal 2 April 2013.