Mata kuliah ini membahas penatalaksanaan atonia uteri dengan langkah-langkah seperti kompresi bimanual internal dan eksternal, pemberian uterotonika, serta penanganan lanjutan bila diperlukan. Mahasiswa diajarkan keterampilan ini untuk menangani perdarahan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan ciri-ciri bayi baru lahir normal berdasarkan beberapa sumber. Bayi baru lahir normal didefinisikan sebagai bayi yang lahir antara minggu ke-37 sampai 42 kehamilan, berat badan 2500-4000 gram, dan tidak memiliki kelainan bawaan berat. Dokumen juga menjelaskan ciri-ciri fisik dan beberapa refleks yang dimiliki bayi baru lahir normal. Terakhir, dibahas mekanis
Mata kuliah ini membahas penatalaksanaan atonia uteri dengan langkah-langkah seperti kompresi bimanual internal dan eksternal, pemberian uterotonika, serta penanganan lanjutan bila diperlukan. Mahasiswa diajarkan keterampilan ini untuk menangani perdarahan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan ciri-ciri bayi baru lahir normal berdasarkan beberapa sumber. Bayi baru lahir normal didefinisikan sebagai bayi yang lahir antara minggu ke-37 sampai 42 kehamilan, berat badan 2500-4000 gram, dan tidak memiliki kelainan bawaan berat. Dokumen juga menjelaskan ciri-ciri fisik dan beberapa refleks yang dimiliki bayi baru lahir normal. Terakhir, dibahas mekanis
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan payudara selama kehamilan dan menyusui, termasuk pengertian, tujuan, manfaat, cara merawat payudara, dan masalah yang mungkin timbul seperti abses payudara dan puting susu lecet.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi involusi uterus, perubahan sistem pencernaan, perkemihan, kardiovaskuler, dan muskuloskeletal. Proses involusi uterus melibatkan iskemia miometrium, atrofi jaringan, dan autolisis untuk mengembalikan ukuran dan posisi uterus seperti semula. Perubahan sistem lainnya meliputi konstipasi, peningkatan kapasitas ginjal, dan penyesuaian otot dan kulit perut.
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas umumnya dialami walaupun persalinan berjalan normal tanpa komplikasi. Gangguan-gangguan tersebut meliputi nyeri akibat kontraksi uterus, pembengkakan payudara, luka jahitan perineum atau operasi, serta konstipasi dan hemoroid.
Atonia uteri adalah kondisi gagalnya rahim berkontraksi dengan baik setelah persalinan yang disebabkan oleh distensi rahim berlebihan, partus lama, kehamilan banyak anak, persalinan buatan, atau infeksi. Gejalanya adalah perdarahan pervaginam, rahim lunak dan naik, serta tanda-tanda syok. Penanganannya meliputi pemberian oksitosin, masase rahim, kosongkan kandung kemih, dan perawatan KBI.
Perdarahan tali pusat dapat terjadi akibat trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembekuan darah normal, dan penanganannya meliputi membersihkan dan menjaga kekeringan tali pusat, serta rujukan ke fasilitas kesehatan jika perdarahan tidak berhenti.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik yang dilakukan selama kehamilan. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan umum, pemeriksaan kebidanan seperti inspeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan panggul untuk mengetahui kondisi ibu hamil dan janinnya.
Dokumen tersebut membahas mengenai gangguan menstruasi dan kelainan hormonal. Secara ringkas, dibahas mengenai berbagai jenis gangguan menstruasi seperti hipermenorhea, hipomenorhea, polimenorea, oligomenorea, amenorea, dan metroragia. Juga dibahas mengenai penyebab, gejala, dan pengobatan dari setiap jenis gangguan tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai dysmenorhea, pseudoamenorhea, men
Dokumen tersebut membahas prinsip pencegahan infeksi, termasuk definisi transmisi kuman, unsur-unsur proses transmisi, cara penularan mikroorganisme, faktor yang mempengaruhi infeksi, infeksi nosokomial, dan pedoman umum pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan masker, sterilisasi dan desinfeksi, penanganan sampah, serta terima kasih dan referensi.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan diagnosis kehamilan dengan tepat, meliputi:
1) Tanda dan gejala kehamilan normal pada trimester pertama hingga ketiga seperti amenorea, mual, dan pertambahan berat badan.
2) Pembedaan diagnosis kehamilan dengan kondisi seperti mioma uteri, kistoma ovarii, dan menopause.
3) Ketidaknyamanan umum selama kehamilan seperti rasa lelah, sakit punggung, dan kram k
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan payudara selama kehamilan dan menyusui, termasuk pengertian, tujuan, manfaat, cara merawat payudara, dan masalah yang mungkin timbul seperti abses payudara dan puting susu lecet.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi involusi uterus, perubahan sistem pencernaan, perkemihan, kardiovaskuler, dan muskuloskeletal. Proses involusi uterus melibatkan iskemia miometrium, atrofi jaringan, dan autolisis untuk mengembalikan ukuran dan posisi uterus seperti semula. Perubahan sistem lainnya meliputi konstipasi, peningkatan kapasitas ginjal, dan penyesuaian otot dan kulit perut.
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas umumnya dialami walaupun persalinan berjalan normal tanpa komplikasi. Gangguan-gangguan tersebut meliputi nyeri akibat kontraksi uterus, pembengkakan payudara, luka jahitan perineum atau operasi, serta konstipasi dan hemoroid.
Atonia uteri adalah kondisi gagalnya rahim berkontraksi dengan baik setelah persalinan yang disebabkan oleh distensi rahim berlebihan, partus lama, kehamilan banyak anak, persalinan buatan, atau infeksi. Gejalanya adalah perdarahan pervaginam, rahim lunak dan naik, serta tanda-tanda syok. Penanganannya meliputi pemberian oksitosin, masase rahim, kosongkan kandung kemih, dan perawatan KBI.
Perdarahan tali pusat dapat terjadi akibat trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembekuan darah normal, dan penanganannya meliputi membersihkan dan menjaga kekeringan tali pusat, serta rujukan ke fasilitas kesehatan jika perdarahan tidak berhenti.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik yang dilakukan selama kehamilan. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan umum, pemeriksaan kebidanan seperti inspeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan panggul untuk mengetahui kondisi ibu hamil dan janinnya.
Dokumen tersebut membahas mengenai gangguan menstruasi dan kelainan hormonal. Secara ringkas, dibahas mengenai berbagai jenis gangguan menstruasi seperti hipermenorhea, hipomenorhea, polimenorea, oligomenorea, amenorea, dan metroragia. Juga dibahas mengenai penyebab, gejala, dan pengobatan dari setiap jenis gangguan tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai dysmenorhea, pseudoamenorhea, men
Dokumen tersebut membahas prinsip pencegahan infeksi, termasuk definisi transmisi kuman, unsur-unsur proses transmisi, cara penularan mikroorganisme, faktor yang mempengaruhi infeksi, infeksi nosokomial, dan pedoman umum pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan masker, sterilisasi dan desinfeksi, penanganan sampah, serta terima kasih dan referensi.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan diagnosis kehamilan dengan tepat, meliputi:
1) Tanda dan gejala kehamilan normal pada trimester pertama hingga ketiga seperti amenorea, mual, dan pertambahan berat badan.
2) Pembedaan diagnosis kehamilan dengan kondisi seperti mioma uteri, kistoma ovarii, dan menopause.
3) Ketidaknyamanan umum selama kehamilan seperti rasa lelah, sakit punggung, dan kram k
Makalah ini membahas tentang atonia uteri yang merupakan kegagalan kontraksi normal rahim setelah melahirkan yang menyebabkan perdarahan berlebihan. Penyebabnya antara lain overdistensi rahim, persalinan operatif, infeksi, dan kelainan plasenta. Gejalanya adalah perdarahan berlebihan dan lunaknya rahim. Pencegahannya meliputi pemberian oksitosin dan manajemen aktif kala III.
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml setelah bayi lahir yang disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, atau robekan jalan lahir. Penanganannya meliputi manajemen persalinan aktif, pengeluaran plasenta secara manual, kompresi bimanual rahim, suntikan obat uterotonika, dan tindakan operatif seperti kuretase untuk sisa plasenta.
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah persalinan. Hal ini termasuk salah satu penyebab perdarahan kala tiga. Retensio plasenta dibedakan menjadi tanpa perdarahan dan dengan perdarahan, yang disebabkan oleh atonia uteri, pimpinan persalinan yang salah, kontraksi uterus yang hipertonik, atau plasenta yang adhesif. Pencegahannya melalui ANC rutin dan penanganann
Retensio plasenta adalah kondisi dimana plasenta tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir. Penyebabnya meliputi atonia uteri, kontraksi rahim yang tidak normal, plasenta yang menempel terlalu erat, dan kelainan bentuk plasenta. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan kala III dan IV. Kala III meliputi pelepasan dan kelahiran plasenta setelah bayi lahir, sedangkan Kala IV adalah periode 1-2 jam pasca persalinan untuk pemulihan stabilitas fisiologi ibu dan bayi baru lahir. Dokumen ini juga menjelaskan tanda, gejala, penyebab, dan tindakan untuk kondisi seperti atonia uteri dan perdarahan berlebihan pasca persalinan.
Perdarahan postpartum primer disebabkan oleh atonia uteri yang menyebabkan uterus tidak mampu berkontraksi dengan baik. Penanganannya meliputi kompresi bimanual intern dan ekstern untuk merangsang kontraksi uterus, disusul pemberian ergometrin dan oksitosin untuk meningkatkan kontraksi.
Perdarahan post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
Klasifikasi perdarahan post partum terbagi atas 2 :
Perdarahan post partum primer/dini (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam pertama, dan Perdarahan post partum sekunder/lambat (late postpartum hemorrhage)
Amniotomi dan episiotomi adalah dua prosedur bedah yang umum dilakukan pada persalinan. Amniotomi melibatkan memecahkan membran ketuban untuk mempercepat persalinan, sementara episiotomi melibatkan insisi perineum untuk mencegah robekan selama kelahiran. Dokumen ini menjelaskan definisi, indikasi, teknik, keuntungan dan kerugian dari kedua prosedur tersebut.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang kasus persalinan seorang wanita bernama Ny. A yang mengalami atonia uteri setelah melahirkan. Bidan melakukan tindakan menggunakan siklus PDCA (perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan, tindakan) untuk menangani kondisi tersebut, yang meliputi kompresi bimanual internal, pemberian obat, infus, dan pemantauan pasca persalinan.
Atonia uteri adalah kelemahan kontraksi otot rahim yang menyebabkan uterus tidak dapat menghentikan perdarahan setelah persalinan. Penanganannya meliputi pemberian oksitosin secara intravena, kompresi bimanual rahim, dan rujukan jika tidak berhasil.
1. Atonia uteri adalah ketidakmampuan rahim untuk berkontraksi sehingga menyebabkan perdarahan yang tidak terkendali setelah kelahiran.
2. Kompresi bimanual internal dan eksternal digunakan untuk merangsang kontraksi rahim dan menghentikan perdarahan.
3. Penanganan atonia uteri meliputi kompresi bimanual, obat penggemuk darah, dan infus cairan untuk mencegah kematian ibu akibat kehilangan darah berle
Kala III merupakan masa setelah bayi lahir sampai plasenta dilepaskan, sedangkan Kala IV adalah masa setelah plasenta lahir hingga 2 jam berikutnya. Manajemen aktif Kala III bertujuan mempersingkat waktu kala III dengan memberikan oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus setelah plasenta lahir. Pemantauan harus terus dilakukan selama Kala IV untuk mendeteksi tanda
Dokumen tersebut membahas tentang hemoragia post partum yang meliputi definisi, etiologi, klasifikasi, gejala, diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan perdarahan post partum termasuk atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan serviks. Dokumen ini juga menjelaskan pencegahan perdarahan post partum melalui penanganan aktif kala III.
Dokumen ini membahas tentang asuhan kebidanan pada kala III yang meliputi fisiologi, manajemen aktif, pemantauan, dan pendokumentasian kala III. Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri guna mempercepat proses persalinan dan mengurangi perdarahan. Pemantauan meliputi perdarahan, kontraksi rahim, dan kondisi ibu. Pendokumentasian meliputi lama k
Laporan pendahuluan ini membahas tentang praktik keperawatan di ruang maternitas RSUD Arifin Achmad. Dokumen ini menjelaskan pengertian haemorraghe post partum, klasifikasi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, dan penatalaksanaannya. Topik utama yang dibahas adalah diagnosis dan penanganan berbagai jenis perdarahan pasca persalinan seperti atonia uteri, retensio plasenta,
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
2. Atonia Uteri
• Perdarahan post partum dpt dikendalikan
melalui kontraksi & retraksi serat-serat
miometrium
• Kontraksi & retraksi menyebabkan
terjadinya pembuluh darah shg aliran darah
ketempat plac jadi terhenti
• Kegagalan mekanisme akibat gangguan fs
miometrium dinamakan atonia uteri
3. Penyebab Atonia Uteri
1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer
merupakan disfungsi intrinsik uterus.
2. Penatalaksanaan yang salah pd kala plac,
mencoba mempercepat kala III, dorongan
dan pemijatan uterus mengganggu mekanisme
fisiologis pelepasan plac dan dpt
menyebabkan pemisahan sebagian plac yang
mengakibatkan perdarahan.
3. Anestesi yang dalam & lama menyebabkan
terjadinya relaksasi miometrium yang
berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan
post partum.
4. 4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala
persalinan yang kemungkinan besar akan diikuti
oleh kontrak indikasi serta retraksi miometrium
jika dalam kala III.
5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami
distensi secara berlebihan akibatnya keadaan
bayi yang besar, kehamilan kembar, hidramion,
cenderung mempunyai daya kontraksi yang
jelek.
6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya
rahim yang lemah, cenderung berkontraksi
lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang
keletihan kurang bertahan thd kehilangan
darah.
5. 7. Multi paritas : uterus yang lemah
banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala
persalinan.
8. Mioma uteri : dapat menimbulkan
perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi mioma uteri.
9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan
ini mencakup prosedur operatik seperti
forsep dan fersi estraksi.
7. Perbedaan Perdarahan Antonia Uteri &
Robekan Serviks
• Antonio Uteri. • Robekan Serviks.
1. Kontraksi uterus 1. Kontraksi kuat
lemah uterus
2. Darah merah tua 2. darah merah tua
berasal dari vena berasal dari arteri
8. KBI & KBE
• Kompresi bimanual interna dan eksterna
merupakan salah satu upaya pertolongan
pertama pada perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri. Tindakan ini bertujuan menjepit
pembuluh darah dalam dinding uterus
serta merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
9. • Kompresi Bimanual Interna harus segera
dilakukan apabila uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (masase)
pada fundus uteri. Karena ada intervensi
tangan penolong yang masuk ke dalam
jalan lahir, tindakan ini lebih dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi
pada pasca partum. Oleh karena itu,
Terapkan teknik septik-aseptik
10. KAA
• Bila kompresi bimanual pada uterus tidak
berhasil dan perdarahan tetap terjadi
lakukan kompresi aorta abdominal, cara
ini dilakukan pada keadaan darurat
sementara penyebab perdarahan sedang
dicari
11. • Lakukan pengkajian ulang indikasi
•
• KEY POINT
• Lakukan dengan palpasi di fundus dengan
cepat (uterus teraba lembek pada 15 detik
setelah placenta lahir
12. • Ganti sarung tangan kanan dengan sarung
tangan panjang
• KEY POINT
• Lakukan dengan cepat dan hati hati hati,
jangan sampai menyentuh bagian luar sarung
tangan. Sarung tangan yang digunakan
adalah sarung tangan panjang steril / DTT.
Masukkan sarung tangan bekas pakai ke
dalam larutan klorin
•
13. • Bersihkan bekuan darah dan / atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang servik
• KEY POINT
• Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
vagina dan saluran serviks akan dapat
menghalangi kontraksi uterus secara baik
•
14. • Pastikan kandung kemih kosong
• KEY POINT
• Jika kandung kemih penuh dapat dipalpasi ,
lakukan kateterisasi menggunakan teknik
aseptik
15. • Letakkan tangan kiri di atas perut ibu
untuk menekan uterus dari luar
•
• KEY POINT
• Meletakkan tangan luar tepat di atas fundus
uteri
•
16. • Masukkan tangan secara obstetric ke dalam
lumen vagina
• KEY POINT
• Ubah menjadi tangan tersebut menjadi kepalan tinju
dan letakkan pada forniks anterior kemudian dorong
segmen bawah uterus ke anterior usahakan seluruh
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking
menyentuh fornik anterior
•
17. • Lakukan kompresi bimanual internal selama 5
menit
• KEY POINT
• Lakukan dengan mendekatkan telapak tangan luar
dan kepalan tangan bawah sekuat mungkin
• Kompresi ini memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah dingding uterus dan merangsang
miometrium berkontraksi, jika kompresi bimanual
tidak berhasil setelah 5 menit, diperlukan tindakan
lain
•
18. • Ajarkan keluarga pasien untuk melakukan
Kompresi Bimanual Eksterna dengan cara
•
• KEY POINT
• Penolong berdiri menghadap kesisi kanan ibu
• Letakan tangan di atas fundus dan tekan
kebawah sejauh mungkin dibelakang uterus
• Tangan kanan ditekan kebawah diatas simfisis
pubis dan pusat
• Tekan uterus dengan kedua tangan secara
bersama- sama
• Perhatikan perdarahan pervaginam, bila
perdarahan berhenti pertahankan posisi tersebut
hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik .
•
19.
20. • Keluarkan tangan perlahan- lahan
•
• KEY POINT
• Keluarkan perlahan- lahan tangan
kanan dengan mengubah kepalan
menjadi tangan obstetrik
•
21. • Selagi Kompresi Bimanual Eksterna dilakukan oleh
keluarga pasien, lakukan pemberian uterotonika
• KEY POINT
– Berikan ergometrin 0,2 mg I.M (kontra indikasi
hipertensi) atau misoprostol 600-1000 mcg
– pasang infus Ringer menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan Ringer Laktat
500 ml + 20 unit oksitosin, habiskan 500 cc
pertama secepat mungkin
•
22. • Ulangi lagi KBI
•
• KEY POINT
• Apabila uterus tidak berkontraksi dalam waktu
1-2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan
atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan
tindakan gawatdarurat difasilitas kesehatan
rujukan yang mampu melakukan tindakan
oprasi dan tranfusi darah
•
23. • Rujuk segera dampingi ibu ketempat
rujukan teruskan melakukan KBI
•
• KEY POINT
• Apabila uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2
menit, lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitocin
dalam 500cc larutan dengan laju 500/jam hingga tiba
ditempat rujukan/hingga menghabiskan 1,5 L infus,
Kemudian berikan 125cc/jam. Jika tidak tersedia cairan
yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minimum untuk rehidrasi
•
24. • Lakukan KAA (Kompresi aorta abdominal)
•
• KEY POINT
• Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung
jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada
umbilikus ke arah kulumna vertebralis dengan arah
tegak lurus (Titik kompresi adalah tepat di atas pusar
sedikit dan sedikit ke arah kiri)
• Pertahankan selama 5-7 menit. Dorongan kepalan
tangan akan mengenai bagian yang keras di bagian
tengah atau sumbu badan ibu, dan apabila tekanan
kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis
maka pulsasi arteri femoralis ( yang dipantau dengan
jari telunjuk, dan tengah tangan kanan ) akan
berkurang atau terhenti ( tergantung derajat tekanan
pada aorta
•