ASUHAN KEPERAWTAN PADA PASIEN A DENGAN KASUS SLE.ppt
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN
SLE (SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS)
KELOMPOK
4 Andi Nofriyanto
Andri Nugraha
Ayu Noviasari
Enny Afriyani
Iyan Supriyatna
Irvan Hadi DK
Mifahul Ulum
Nina Irmayani
Sahru Safri
Rofiudin
Tuti Rohayati
2. Definisi Definisi
SLE >> penyakit multisistem yang kronik, penyakit
autoimun dari jaringan ikat dan pembuluh darah
yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
jaringan tubuh (Hockeberry & wilson, 2009)
SLE >> penyakit autoimun menahun yang menyerang
daya tahan tubuh dan peradangan seperti pada kulit
dan persendian (Puskom, 2011)
3. Definisi Etiologi
Belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor predisposisi yang
menimbulkan SLE, yaitu:
• Faktor jenis kelamin
• Faktor genetik >> konkordansi penyakit SLE pada kembar identik
adalah sekitar 20-25% dan bahwa dalam kembar dizigot adalah sekitar
5% (Mok & Lau, 2013).
• Faktor lingkungan >> faktor kimia seperti pewarna rambut, sinar
ultraviolet, rokok, obat-obatan (procainamide, hydralazine,
chlorpomazine, isoniazid, phenytoin, penicillamine),
• Faktor makanan (L-canavanine/alfalfa sprouts, dan intake lemak jenuh
yang berlebihan, faktor agen infeksius seperti retrovirus dan
endotoksin atau bakterial DNA
• Faktor hormon (hormonal replacement therapy, kontrasepsi oral, dan
4. Definisi Etiologi Patofisiologi
• Temuan patologis SLE terjadi di seluruh tubuh dan
diwujudkan oleh peradangan, kelainan pembuluh darah
yang mencakup baik vasculopathy dan vaskulitis, dan
deposisi kompleks imun.
• Hasil SLE dari reaksi abnormal terhadap resiko
tubuh itu sendiri jaringan, sel, dan protein serum.
Dengan kata lain, sebagai penyakit autoimun, SLE
ditandai dengan penurunan toleransi tubuh terhadap
penyakit
5. Definisi Etiologi Patofisiologi
Kriteria diagnosis
dan manifestasi
klinis
Diagnosis mendirikan SLE ketika 4 dari 11 kriteria diagnostik
terpenuhi menurut American College Of Rheumatology (Hockenberry
& Wilson, 2009), kriteria diagnosis tersebut diantaranya:
• Eritema malar (butterfly rash – tetap
• ruam diskoid – lesi eritema sebagian
• Fotosensitivitas – kemerahan saat terpapar dengan sinar
matahariUlserasi mukokutaneous oral dan nasal – rasa sakit
pada mulut dan hidung
• Artritis non erosif – bengkak, kemerahan pada sendi
• Seroritis – pleuritis, perikarditis
• Gangguan renal/nefritis – proteinuria > 0,5 g/24 jam dan sel
silinder +
• Gg. Neurologik – psikosis, kejang
• Gg. Hematologi – anemia hemolitik, trombositopenia,
leukopenia, limpopeniaGangguan imunologi – antibodi antidouble
stranded DNA, antibodi antinuklear
• Antibodi antinuklear (ANA)
7. Pemeriksaan
penunjang
faktor rheumatoid
titer komplemen C3, C4,dan CH50
titer IgM ,IgG, dan IgA
uji Coombs, kreatininureum darah
protein urin >0.5 gram/24 jam (Nefritis),
dan pencitraan (foto Rontgen toraks*, USG ginjal,
MRI kepala).
8. Autoimun menyerang
organ-organ tubuh
Pembentukan lupus
Peningkatan auautoimun
berlebihan
Genetik, kuman/virus, sinar
ultraviolet, obat-obatan
tertentu
Produksi antibodi
secara terus menerus
Pencetus penyakit inflamasi
multi organ
Darah
Efusi pleura
Gangguan ventilasi
spontan (D.0004)
Paru-paru
HB menurun
Penurunan suplai
O2 / Nutrien
Ginjal
Protein urin, sindrom
nefrotik
Resiko perfusi renal
Tidak efektif (D.0016)
Kerusakan
perfusi jaringan
perifer
Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan (D.0036)
Clinical
Pathway
9. TINJAUAN KASUS
Nama Ny. D
Tanggal lahir 03 september 1996
Agama Islam
Pendidikan SLTA
pekerjaan Ibu rumah tangga
Kewarganegaraan Indonesia
Alamat Kp . CIbeber kulon 002/007 Kel. Curug Bitung Kec. Nanggung
Golangan darah A +
No register 00.24.02.92
Diagnose medis RF, SLE, Efusi Pleura, CKD on HD, Post WSD
Sumber Informasi Keluarga klien
Tanggal 09 februari 2024
Keluhan Utama Keluarga mengatakan pasien lemas dan sesak
Riwayat penyakit
sekarang
Lemas sejak 1 minggu SMRS. Lemas dirasakan seluruh tubuh,
kelemahan satu sisi disangkal. Keluhan disertai dengan
bengkak seluruh tubuh, bengkak sejak 5 bulan SMRS. Pasien
paska rawat tgl 15 Januari karena keluhan serupa. Sesak dan
Batuk berdahak , sesekali bercampur darah. Pasien sudah
Anemia berulang sejak 1 tahun SMRS
13. ANALISA DATA
No Data / Faktor Resiko Etiologi Masalah
1 DS :
Tidak terkaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 6T, Terpasang ETT
DO :
- Kesadaran : DPO GCS 6T
Terpasang ventilor mode SCMV 12, peep +8, TV 450, FIO2 70%, sao2 100%
-TD : 145/88 mmHg , nadi : 118-130x/ mnit ,RR : 18x/ menit , ronchi +, sputum produktif, reflek batuk
tidak ada, menggunakan otot bantu nafas
Gangguan Metabolisme Gangguan Ventilasi Spontan (D.0004)
2 DS :
Tidak terkaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 6T, Terpasang ETT
DO :
- Kesadaran : DPO GCS 6T
Terpasang ventilor mode SCMV 12, peep +8, TV 450, FIO2 70%, sao2 100%
-TD : 145/88 mmHg ,nadi: 118-130x/menit, RR : 18x/ menit
-terpasang cateter urin minimal , produksi urin/18 jam : 80 cc kemerahan.
Hasil lab
PH 7.19
UREUM 180.4
Creatinine 4.3
Albumin 2.9
Asidosis metabolik Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (D.0016)
3 DS :
Tidak terkaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 6T, Terpasang ETT
DO :
- Kesadaran : DPO GCS 6T
Terpasang ventilor mode SCMV 12, peep +8, TV 450, FIO2 70%, sao2 100%
-TD : 145/88 mmHg ,nadi: 118-130x/menit, RR : 18x/ menit
-terpasang cateter urin minimal , produksi urin/18 jam : 80 cc kemerahan.
Hasil lab
PH 7.19
UREUM 180.4
Creatinine 4.3
Albumin 2.9
Na 135
K 4.5
CL 97
Balance /18 jam : +290 cc
Diuresis / 18 jam : 0.01 cc/kgbb/ jam
penyakit ginjal Risiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
14. LUARAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Ventilasi Spontan (D.0004) berhubungan dengan gangguan
metabolisme dibuktikan dengan dengan:
- Dispneu meningkat
- Volume tidal memburuk
- Penggunaan otot bantu nafas meningkat
- Takikardi meningkat
Ventilasi Spontan (L.01007)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, maka ventilasi spontan meningkat, dengan
kriteria hasil:
- Dispneu menurun (5)
- Volume tidal membaik (5)
- Penggunaan otot bantu nafas menurun (5)
- Takikardi menurun (5)
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Monitor adanya produksi sputum
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai analisa gas darah
- Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan kepada keluarga
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
15. 2. Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif
(D.0016) dibuktikan dengan
Asidosis metabolik
Perfusi Renal (L.02013)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, maka perfusi renal
meningkat, dengan kriteria hasil:
- Jumlah urin meningkat (5)
- Tekanan arteri rata-rata (mean arterial
pressure/MAP) membaik (5)
- Kadar urea nitrogen darah membaik (5)
- Kadar kreatinin plasma membaik (5)
- Keseimbangan asam basa membaik (5)
Manajemen Asam-Basa: Asidosis Metabolik (I.03096)
Observasi
- Identifikasi penyebab terjadinya asidosis metabolik (Gagal
Ginjal Akut)
- Monitor pola napas (frekuensi dan kedalaman)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor dampak susunan saraf pusat (gelisah, kejang)
- Monitor hasil AGD
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan posisi semifowler untuk memfasilitasi ventilasi yang
adekuat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bikarbonat, jika perlu
16. 3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
(D.0036) dibuktikan dengan penyakit
ginjal dan kelenjar
Keseimbangan Cairan (L03020)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, maka keseimbangan cairan meningkat, dengan
kriteria hasil:
- Output urin meningkat (5)
- Edema menurun (5)
- Tekanan darah membaik (5)
Manajemen Cairan (I.03098)
Observasi
- Monitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis: hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis: MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
Terapeutik
- Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
17. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N
o
DIAGNOSIS KEPERAWATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN
1 Gangguan Ventilasi Spontan
(D.0004) berhubungan
dengan gangguan
metabolisme
Observasi
- Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Memonitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Memonitor adanya produksi sputum
- Mngauskultasi bunyi napas
- Memonitor saturasi oksigen
- Memonitor nilai analisa gas darah
- Memonitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
- Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan kepada keluarga
- Menginformasikan hasil pemantauan, jika perlu.
S: Tidak dapat dikaji
O: Ku berat kes cm-apatis GCS 10T TD: 134/72 N 108 RR 14 SpO2 100% dengan pola venti SCMV 6 PEEP 8 FiO2 80% TVe 450-620, dispneu
(-) WOB (-) triger (+)
A: Gangguan ventilasi spontan belum teratasi
Dyspneu (3/5)
Tidal volume (3/5)
Penggunaan otot bantu nafas (3/5)
Takikardi (3/5)
P:
Observasi hemodinamik dntanda vital
Observasi produksi wsd dn undulasi
Kolaborasi dengan DPJP untuk tatalksana lainnya
18. 2 Risiko Perfusi Renal Tidak
Efektif (D.0016) dibuktikan
dengan Asidosis metabolik
Observasi
- Mengidentifikasi penyebab terjadinya asidosis metabolik
(Gagal Ginjal Akut)
- Memonitor pola napas (frekuensi dan kedalaman)
- Memonitor intake dan output cairan
- Memonitor dampak susunan saraf pusat (gelisah, kejang)
- Memonitor hasil AGD
Terapeutik
- Mempertahankan kepatenan jalan nafas
- Memberikan posisi semifowler untuk memfasilitasi
ventilasi yang adekuat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bikarbonat, jika perlu
S: Tidak dapat dikaji
O: Ku berat kes cm-apatis GCS 10T TD: 134/72 N 108 RR 14 SpO2 100%, AGD post bicarbonate pH= 7,14 HCO3= 7,3
Ureum 180, kreatinin 4.3
A: Risiko perfusi renal tidak efektif belumteratasi
Jumlah urine (2/5)
Tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure/MAP) membaik (3/5)
Kadar urea nitrogen darah membaik (2/5)
Kadar kreatinin plasma membaik (2/5)
Keseimbangan asam basa membaik (3/5)
P:
- hitung balance cairan/24 jam
- kolaborai dengan dpjp untuk tatalaksana medis
19. 3 Risiko Ketidakseimbangan
Cairan (D.0036) dibuktikan
dengan penyakit ginjal dan
kelenjar
Observasi
- Memonitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi, kekuatan
nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor
kulit, tekanan darah)
- Memonitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
- Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis:
hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN)
- Memonitor status hemodinamik (mis: MAP, CVP, PAP,
PCWP, jika tersedia)
Terapeutik
- Mencatat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
- Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
S: Tidak dapat dikaji
O: Ku berat kes cm-apatis GCS 10T TD: 134/72 N 108 RR 14 SpO2 100%, ureum/creatinine 271,6/5,3->209,5/4,0->180,4/4,3->106,5/3,14,
albumin 2,6->2,9->2,4, os post HD 3x, CVP 3-8 mmHg
BC/4 jam
Intake 45 cc
Urine 270 cc
Diuresis 0,07 cc/kgbb/jam
Balnce -505
Oedema extremita ata bawh kanan kiri (+)
A: Risiko ketidakseimbangan cairan belum teratai
Output urin (2/5)
Edema (2/5)
Tekanan darah (3/5)
P:
pantau pitting oedema
monitor tekanan darah
pantau output urine
21. DAFTAR PUSTAKA
Bertsias G; Cervera R; Boumpas DT. Sistemik Lupus Eritematosus: Patogenesis and Clinical Features. Available from: URL: http://eular.org.
Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1, PPNI.
Buku Standar Luaran Keperawatn Indonesia Edisi 1, PPNI.
Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1, PPNI.
Burn, cathrine E, dt all (2004) Pediatric Primary Care: A Handbook fornurse practitioner. USA: Saunders
https://www.academia.edu/38153971/ASKEP_SLE_KMB_doc?uc-g-sw=38153956
https://www.academia.edu/34042189/ASKEP_LUPUS_ERIMATOSUS_SISTEMATIK_LES_1_
Infodatin Lupus. 2017. Departemen Kesehatan.
Kascmir, Yoga dkk. (20). Rekomendasi Perhimpunn Reumtoogi inonesi Untuk Diagnosis dn Pngeloaan Lupus Eritematosus Sisteik. Perhimpunan
reumatologi Indonesi.
Tarigan N. S ; 2015. Pengelolaan Eritomatus Sistemik (SLE) dengan Kterliban Ginjal pada Wanita. Jj Medula Unila. Vol 4 (2).