SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah hasil dari perkembangan dan ketidakmampuan
kembalinya fungsi nefron.Gejala klinis yang serius sering tidak terjadi sampai jumlah
nefron yang berfungsi menjadi rusak setidaknya 70-75% di bawah normal.Bahkan,
konsentrasi elektrolit darah relatif normal dan volume cairan tubuh yang normal masih
bisa di kembaikan sampai jumlah nefron yang berfungsi menurun di bawah 20-25
persen.(Guyton and Hall, 2014).
2. Etiologi
Di bawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2006)
diantaranya adalah penyakit infeksi tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter,
penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan
penyakit tersebut adalah
a) Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronis dan refluks nefropati.
b) Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
c) Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
dan stenosis arteria renalis.
d) Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
dan seklerosis sistemik progresif.
e) Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis
tubulus ginjal.
f) Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme, serta
amiloidosis.
g) Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
h) Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah yang terdiri dari
hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan
uretra.
3. Manifstasi Klinis
Menurut Suyono (2001) menjelaskan bahwa manifestasi klinis pada gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut:
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
b. Kulit
c. Sistem Hematologi
d. Sistem saraf dan otot
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem Endokrin
g. Gangguan Sistem Lain
4. Patofisiologi
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron
yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus
menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini
menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang
ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk
memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis
metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia.
Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon
paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan
pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium
usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang
hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi
trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai
proses biokimia
5. Pemeriksaaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboraturium
2) Pemeriksaan EKG
3) Pemeriksaan USG
4) Pemeriksan Radiologi
6. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
2. Dialisis
3. Operasi
7. Asuhan keperawatan secara teoritis
1) Pengkajian Fokus
a. Kaji adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan ( edema, kulit tegang dan mengilat, asupan
lebih besar daripada keluaran dan berat badan bertambah )
b. Kaji adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung, kekurangan olume cairan dan pola nafas
tak efektif
c. Kaji adanya tanda dan gejala masalah masalah kolaboratif potensial berikut ini : syok,infeksi,
kelebihn cairan, hipertensi, gagal jantung, edema pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, koma,
kejang
d. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
e. Kaji pertumbuhan dan perkembangan biopsikososial dan spiritual anak
f. Kaji tingkat aktivitas dan respon koping anak
g. Kaji kemampuan keluarga untuk penatalaksanaan dan melakukan koping terhadap perawatan
jangka panjang dan kebutuhan anak mereka.
2) Diagnosa Keperawatan
Merupakan keputusan klinis menenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Masalah aktual adalah masalah
yang di temukan pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang kemudian
hari akan terjadi (Herdman, 2011).
Diagnosa keperawatan teoritis yang muncul pada gagal ginjal kronis adalah:
a. Hipervolemia berhubangan dengan retensi Na dan H2O
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.
c. Ketidakseimbangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
d. Nyeri berhubungan dengan fatigue dan nyeri sendi.
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru.
3) Perencanaan
a. Hipervolemia berhubungan dengan retensi Na dan H2O. Kriteria hasil yang di inginkan:
1) Terbebas dari edema, efusi, anasarka
2) Bunyi napas bersih, tidak ada dispneu atau ortopneu.
3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
4) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign.
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan.
6) Menjelaskan indikator kelebihan cairan
Intervensi yang harus di lakukan:
Fluid management:
a) Timbang popok/pembalut jika di perlukan.
b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
c) Pasang urine kateter jika diperlukan.
d) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan ( BUN, Hmt, osmolalitas urine ) Monitor
status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP.
e) Monitor vital sign.
f) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan ( cracles, CVP, edema, distensi vena leher,
asites )
g) Kaji lokasi dan luas edema.
h) Monitor asupan makanan / cairan dan hitung intake kalori.
i) Monitor status nutrisi.
j) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi.
k) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l.
l) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk.
Fluid monitoring:
a) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
b) Tentukan kemingkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan ( Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati ).
c) Monitor berat badan.
d) Monitor serum dan osmolalitas urine.
e) Monitor vital sign.
f) Monitor perubahan irama jantung.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus. Kriteria hasil yang di ingankan:
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2) Tidak ada luka/lesii pada kulit.
3) Perfusi jaringan baik.
4) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami.
Intervensi yang harus dilakukan:
Pressure management:
a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
b) Hindari kerutan pada tempat tidur.
c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
d) Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
e) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
f) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
g) Monitor status nutrisi pasien.
h) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
c. Ketidakseimbangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan dan ideal sesuai dengan tinggi badan mempu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
5) Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi yang dilakukan:
Nutrition management:
a) Kaji adanya alergi makanan.
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
d) Berikan substansi gula.
f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasiBerikan
makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi.
g) Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian .
h) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
i) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
j) Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition monitoring:
a) Berat badan pasien dalam keadaaan normal.
b) Monitor adanya penurunan berat badan.
c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan.
d) Monitor lingkungan selama makan.
e) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan pada jaringan konjungtiva.
d. Nyeri berhubungan dengan fatigue dan nyeri sendi.
Kriteria hasil:
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebabnya, mampu menggunakan tekhnik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi yang dilakukan:
Pain management:
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteistik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan.
c) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
e) Kontrol ligkungan yang mempengaruhi nyeri (suhu ruangan, cahaya, dan kebisingan)
f) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
g) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan interpersonal)
h) Evaluasi ke efektifan kontrol nyeri
1) Tentunkan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
2) Cek instruksi tentang jenis, dosis dan frekwensi obat.
3) Cek riwayat alergi.
4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
satu.
5) Pilih analgesik dari tipe dan beratnya nyeri.
6) Tentukan rute pemberian dan dosis analgesik agar pemberian analgesik optimal.
7) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
8) Berikan analgetik tepat waktu.
9) Evaluasi efektivitas analgetik
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
Kriteria hasil
1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda tanda distres pernapasan.
3) Tanda tanda vital dalam rentan normal.
Intervensi yang dilakukan:
Airway management;
a) Posisikan pasien unuk memaksimalkan ventilasi.
b) Lakukan fisioterpi dada bila perlu.
c) Auskultasi bunyi paru, catat bila ada suara tambahan paru.
d) Perhatikan intake cairan.
e) Monitor respirasi dan status O2.
Resiratory monitoring
a) Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan usaha respirasi.
b) Catat pergerakan dada amati kesimetrisan penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavikular.
c) Monitor suara napas.
d) Monitor pola napas (badipneu, takipneu, kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot)
e) Monitor kelelahan otot diaghfrahma (gerakan paradoksis).
f) Auskulatasi suara napas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
g) Auskultasi suara paru untuk melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 51 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 23 September 2022
Diagnosa medis : CKD (Gagal ginjal kronik)
Nomor RM : 09 49 48
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan Sesak Nafas
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Lakipadada pada tanggal 23 September 2022 dengan keluhan sesak nafas,
Batuk berlendir sulit dikeluarkan, BAK sudah berhenti sejak ± 2 tahun. Klien juga mengatakan merasa
cepat lelah jika beraktivitas. Hasil observasi TTV didapatkan tekanan darah 119/67 mmHg, RR: 26
kali/menit, Nadi 96 kali/menit, Suhu: 37 0
C, SPO2 88%, wajah tampak pucat dan lemas, perut
membesar, oedema pada ke 2 kaki, BB 46,7 Kg, LP 83 CM.
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, DM maupun penyakit lain selain yang
diderita saat ini.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak terdapat keluarga yang menderita DM dan hipertensi.
F. Kebutuhan Dasar
1. Oksigenasi
Pola nafas dengan frekuensi 26 kali/menit.
2. Cairan dan elektrolit
Air mineral dengan frekuensi ± 4 gelas perhari.
3. Nutrisi
Nafsu makan tidak berkurang, dengan frekuensi ±1-2 porsi dalam sehari, klien mematuhi anjuran
diet rendah garam.
4. Eliminasi
BAB normal, sudah tidak BAK/berhenti BAK.
5. Rasa nyaman dan kebersihan
Klien bisa melakukan perawatan diri seperti biasa dengan frekuensi mandi 2 kai/hari.
6. Aktivitas dan istirahat
Klien bias melakukan aktivitas dan beristirahat atau tidur sekitar 8 jam perhari.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Klien tampak sesak nafas dan lemas
2. Kesadaran : Composmentis , GCS 15.
3. Tanda-tanda vital : TD 119/67 mmHg, RR 26 Kali/Menit,
Suhu 37Oc, Nadi 96 Kali/Menit, SPO2: 88%.
H. Dignosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan pola nafas
2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Inflamasi Paru dan Edema Paru
3. Perfusi Jaringan Renal Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hb
4. Hipervolemia b/d mekanisme pengaturan melemah, ketidakmampuan ginjal mengeksresi cairan
dan natrium
I. Analisa Data
No. Data fokus Etiologi Masalah
1. DS:
 Klien mengatakan sesak
nafas
DO:
 Klien tampak sesak
 Terpasang oksigen 5
lpm/menit
 TTV:
TD: 119/67 mmHg
N: 96 Kali/Menit
S:37 0
C
P: 26 Kali/Menit
Spo2 : 88 %
Gagal Ginjal Kronik
Sekresi Eritropetin
menurun
Kadar Hb Menurun
Oksihemoglobin naik
Transport O2 Menurun
Pola Nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif
2. DS:
 Klien mengatakan batuk
DO:
 Klien tampak batuk
 Lendir sulit dikeluarkan
 Ronchi +/+
 TTV:
TD: 119/67 mmHg
N: 96 Kali/Menit
S: 37 0
C
P: 26 Kali/Menit
Spo2 : 88 %
Gagal Ginjal Kronik
Skresi Eritropetin
menurun
Kadar Hb Menurun
Oksihemoglobin naik
Transport O2 Menurun
Pola Nafas tidak efektif
Inflamasi paru dan
edema paru
Batuk, riak
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
3. DS:
 Klien mengatakan BAK
Gagal ginjal kronik Perfusi jaringan renal
tidak efektif
berhenti
DO:
 Produksi urine tidak ada
Kerusakan nefron
Tidak bisa
mengeluarkan sisa
metabolisme
Perfusi jaringan renal
tidak efektif
4. DS:
 Klien mengatakan perut
membesar dan oedema ke 2
kaki.
DO:
 Terdapat penumpukan cairan
dikaki kanan dan perut
membesar.
 BB sebelum HD 46,7 Kg
 LP 83 cm
Gagal ginjal kronik
Kerusakan Glomerulus
Filter Glomerulus
Menurun
GFR Menurun
Retensi Na, H2O
Edema
Hipervolemia
Hipervolemia
J. Intervensi Keperawatan
No. Dx
Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)
D.0005 Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan pola nafas
DS:
 Klien mengatakan sesak nafas
DO:
 Klien tampak sesak
 Terpasang oksigen 5 lpm/menit
 TTV:
TD: 119/67 mmHg
N: 96 Kali/Menit
S:37 0
C
P: 26 Kali/Menit
Spo2 : 88 %
 Pola napas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan “Pola nafas” pasien meningkat
dengan kriteria hasil:
 Ventilasi semenit meningkat
 Tekanan ekspirasi dan inspirasi
meningkat
 Peningkatan otot bantu nafas menurun
 Frekwensi nafas membaik
 Kedalaman nafas membaik
Manajemen jalan napas
Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Ajarkan batuk efektif
No. DX
Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)
D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
DS:
 Klien mengatakan batuk
DO:
 Klien tampak batuk
 Lendir sulit dikeluarkan
 Ronchi +/+
 TTV:
TD: 119/67 mmHg
N: 96 Kali/Menit
S: 37 0
C
P: 26 Kali/Menit
Spo2: 88 %
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan “Bersihan jalan nafas” pasien
meningkat dengan kriteria hasil:
 Batuk efektif meningkat
 Produksi sputum menurun
 Dyspnea menurun
 Frekeunsi nafas membaik
 Pola nafas membaik
 Ronchi menurun
Latihan Batuk Efefktif
Observasi
 Monitor bunyi nafas tambahan
 Monitor sputum
Terapeutik
 Atur posisi semi-fowler atau fowler
 Berikan minum air hangat
 Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
 Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mekolitik atau ekspektoran, jika perlu
No. Dx
Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)
D. 0016 Perfusi Renal Tidak Efektif
berhubungan dengan penurunan
konsentrasi HB
DS:
 Klien mengatakan BAK berhenti
DO:
 Produksi urine tidak ada
 HB 8.7 gr%
 TTV:
TD: 119/67 mmHg
N: 96 Kali/Menit
S:37 0
C
P: 26 Kali/Menit
Spo2 : 88 %
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam maka Perfusi Renal “membaik” dengan
kriteria hasil:
 Jumlah urine meningkat
 Tekanan darah sistolik membaik
 Tekanan darah diastolik membaik
Rencana Tindakan
Observasi
 Monitor status cairan (masukan dan keluaran,)
 Monitor tekanan darah
 Monitor pernafasan
Terapeutik
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
 Pasang jalur IV, jika perlu
 Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairal oral
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
No. Dx
Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)
D. 0022 1.Hipervolemia berhubungan dengan
mekanisme pengaturan melemah,
ketidak mampuan ginjal mengeksresi
cairan dan natrium
DS:
 Klien mengatakan perut membesar dan
oedema ke 2 kaki.
DO:
 Terdapat penumpukan cairan dikaki
kanan dan perut membesar.
 BB sebelum HD 46,7 Kg
LP 83 cm
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam maka Keseimbangan Cairan “membaik”
dengan kriteria hasil:
 Haluaran urin meningkat
 Kelembapan membran mukosa meningkat
 Asupan makanan meningkat
 Edema menurun
 Dehidrasi menurun
 Asites menurun
 Tekanan darah membaik
 Mata cekung membaik
 Turgor kulit membaik
 Berat badan membaik
Observasi
 Periksa tanda dan gejala hipervolemia
 Identifikasi penyebab hipervolemia
 monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi
 Anjurkan melapor jika haluan urin <0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
 Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam sehari
 Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluan cairan
 Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian deuretik
 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat deuretik
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 2013. BukuSakuDiagnosaKeperawatan, Jakarta : EGC.
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika
Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis KeperawatanDifinisi dan Klasifikasi(2012-2014).
Jakarta : EGC
Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.Yogyakarta.
Media Action.
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.
Tarwoto&Wartonah, 2006, KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika
Alam, Syamsir, dkk. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Brunner & Suddarth.(2014). Textbook of Medical-Surgical Nursing. Edisi ke-13.America :
Woltes Kluwer Health.
Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan
(Terjemahan) Edisi 3. Jakarta : EGC.
Guyton and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.edisi 12. Jakarta : EGC.
Herdman, T, Heather.(2011). NANDA InternationalDiagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Diterjemahkan oleh Made Sumarwati, S.Kp, MN dan Nike
Budhi Subekti, S.Kp. Jakarta:EGC.

More Related Content

Similar to CKD-on-HD.docx

Similar to CKD-on-HD.docx (20)

Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
etika
etikaetika
etika
 
PPT GIT KEL 1.pptx
PPT GIT KEL 1.pptxPPT GIT KEL 1.pptx
PPT GIT KEL 1.pptx
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Gagal ginjal
Gagal ginjalGagal ginjal
Gagal ginjal
 
Nic noc 2007
Nic noc 2007Nic noc 2007
Nic noc 2007
 
Pankreatitis
PankreatitisPankreatitis
Pankreatitis
 
Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA
Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA
Pankreatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Melitus
 
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.Kep
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.KepPPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.Kep
PPT-Chronic Kidney Disease-Muhammad Lukman Hakim, Amd.Kep
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 

CKD-on-HD.docx

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN 1. Pengertian Gagal ginjal kronis (GGK) adalah hasil dari perkembangan dan ketidakmampuan kembalinya fungsi nefron.Gejala klinis yang serius sering tidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak setidaknya 70-75% di bawah normal.Bahkan, konsentrasi elektrolit darah relatif normal dan volume cairan tubuh yang normal masih bisa di kembaikan sampai jumlah nefron yang berfungsi menurun di bawah 20-25 persen.(Guyton and Hall, 2014). 2. Etiologi Di bawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2006) diantaranya adalah penyakit infeksi tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah a) Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronis dan refluks nefropati. b) Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis. c) Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis. d) Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan seklerosis sistemik progresif. e) Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis tubulus ginjal. f) Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme, serta amiloidosis. g) Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah. h) Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah yang terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra. 3. Manifstasi Klinis Menurut Suyono (2001) menjelaskan bahwa manifestasi klinis pada gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut: a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
  • 2. b. Kulit c. Sistem Hematologi d. Sistem saraf dan otot e. Sistem kardiovaskuler f. Sistem Endokrin g. Gangguan Sistem Lain 4. Patofisiologi Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia
  • 3.
  • 4. 5. Pemeriksaaan Penunjang 1) Pemeriksaan Laboraturium 2) Pemeriksaan EKG 3) Pemeriksaan USG 4) Pemeriksan Radiologi 6. Penatalaksanaan Medik Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu : 1. Konservatif 2. Dialisis 3. Operasi 7. Asuhan keperawatan secara teoritis 1) Pengkajian Fokus a. Kaji adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan ( edema, kulit tegang dan mengilat, asupan lebih besar daripada keluaran dan berat badan bertambah ) b. Kaji adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung, kekurangan olume cairan dan pola nafas tak efektif c. Kaji adanya tanda dan gejala masalah masalah kolaboratif potensial berikut ini : syok,infeksi, kelebihn cairan, hipertensi, gagal jantung, edema pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, koma, kejang d. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi e. Kaji pertumbuhan dan perkembangan biopsikososial dan spiritual anak f. Kaji tingkat aktivitas dan respon koping anak g. Kaji kemampuan keluarga untuk penatalaksanaan dan melakukan koping terhadap perawatan jangka panjang dan kebutuhan anak mereka. 2) Diagnosa Keperawatan Merupakan keputusan klinis menenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Masalah aktual adalah masalah yang di temukan pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang kemudian hari akan terjadi (Herdman, 2011). Diagnosa keperawatan teoritis yang muncul pada gagal ginjal kronis adalah: a. Hipervolemia berhubangan dengan retensi Na dan H2O b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus. c. Ketidakseimbangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah. d. Nyeri berhubungan dengan fatigue dan nyeri sendi. e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru. 3) Perencanaan a. Hipervolemia berhubungan dengan retensi Na dan H2O. Kriteria hasil yang di inginkan: 1) Terbebas dari edema, efusi, anasarka 2) Bunyi napas bersih, tidak ada dispneu atau ortopneu. 3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+) 4) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign. 5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan. 6) Menjelaskan indikator kelebihan cairan Intervensi yang harus di lakukan: Fluid management:
  • 5. a) Timbang popok/pembalut jika di perlukan. b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. c) Pasang urine kateter jika diperlukan. d) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan ( BUN, Hmt, osmolalitas urine ) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP. e) Monitor vital sign. f) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan ( cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites ) g) Kaji lokasi dan luas edema. h) Monitor asupan makanan / cairan dan hitung intake kalori. i) Monitor status nutrisi. j) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi. k) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l. l) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk. Fluid monitoring: a) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi b) Tentukan kemingkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan ( Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati ). c) Monitor berat badan. d) Monitor serum dan osmolalitas urine. e) Monitor vital sign. f) Monitor perubahan irama jantung. b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus. Kriteria hasil yang di ingankan: 1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2) Tidak ada luka/lesii pada kulit. 3) Perfusi jaringan baik. 4) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang 5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami. Intervensi yang harus dilakukan: Pressure management: a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar. b) Hindari kerutan pada tempat tidur. c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. d) Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali. e) Monitor kulit akan adanya kemerahan. f) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan. g) Monitor status nutrisi pasien. h) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat. c. Ketidakseimbangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah Kriteria hasil : 1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2) Berat badan dan ideal sesuai dengan tinggi badan mempu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
  • 6. 4) Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 5) Tidak terjadi penurunan berat badan Intervensi yang dilakukan: Nutrition management: a) Kaji adanya alergi makanan. b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe. d) Berikan substansi gula. f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasiBerikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi. g) Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian . h) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. i) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. j) Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Nutrition monitoring: a) Berat badan pasien dalam keadaaan normal. b) Monitor adanya penurunan berat badan. c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan. d) Monitor lingkungan selama makan. e) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan pada jaringan konjungtiva. d. Nyeri berhubungan dengan fatigue dan nyeri sendi. Kriteria hasil: 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebabnya, mampu menggunakan tekhnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. 3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) 4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Intervensi yang dilakukan: Pain management: a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteistik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. b) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan. c) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. e) Kontrol ligkungan yang mempengaruhi nyeri (suhu ruangan, cahaya, dan kebisingan) f) Kurangi faktor presipitasi nyeri. g) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan interpersonal) h) Evaluasi ke efektifan kontrol nyeri 1) Tentunkan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat. 2) Cek instruksi tentang jenis, dosis dan frekwensi obat. 3) Cek riwayat alergi. 4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu. 5) Pilih analgesik dari tipe dan beratnya nyeri.
  • 7. 6) Tentukan rute pemberian dan dosis analgesik agar pemberian analgesik optimal. 7) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali. 8) Berikan analgetik tepat waktu. 9) Evaluasi efektivitas analgetik e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru Kriteria hasil 1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. 2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda tanda distres pernapasan. 3) Tanda tanda vital dalam rentan normal. Intervensi yang dilakukan: Airway management; a) Posisikan pasien unuk memaksimalkan ventilasi. b) Lakukan fisioterpi dada bila perlu. c) Auskultasi bunyi paru, catat bila ada suara tambahan paru. d) Perhatikan intake cairan. e) Monitor respirasi dan status O2. Resiratory monitoring a) Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan usaha respirasi. b) Catat pergerakan dada amati kesimetrisan penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavikular. c) Monitor suara napas. d) Monitor pola napas (badipneu, takipneu, kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot) e) Monitor kelelahan otot diaghfrahma (gerakan paradoksis). f) Auskulatasi suara napas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan. g) Auskultasi suara paru untuk melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
  • 8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Keperawatan A. Pengkajian Identitas Klien Nama : Tn. S Umur : 51 Tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Tanggal masuk : 23 September 2022 Diagnosa medis : CKD (Gagal ginjal kronik) Nomor RM : 09 49 48 B. Keluhan Utama Klien mengatakan Sesak Nafas C. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien datang ke IGD RSUD Lakipadada pada tanggal 23 September 2022 dengan keluhan sesak nafas, Batuk berlendir sulit dikeluarkan, BAK sudah berhenti sejak ± 2 tahun. Klien juga mengatakan merasa cepat lelah jika beraktivitas. Hasil observasi TTV didapatkan tekanan darah 119/67 mmHg, RR: 26 kali/menit, Nadi 96 kali/menit, Suhu: 37 0 C, SPO2 88%, wajah tampak pucat dan lemas, perut membesar, oedema pada ke 2 kaki, BB 46,7 Kg, LP 83 CM. D. Riwayat Kesehatan Terdahulu Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, DM maupun penyakit lain selain yang diderita saat ini. E. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak terdapat keluarga yang menderita DM dan hipertensi. F. Kebutuhan Dasar 1. Oksigenasi Pola nafas dengan frekuensi 26 kali/menit. 2. Cairan dan elektrolit Air mineral dengan frekuensi ± 4 gelas perhari. 3. Nutrisi Nafsu makan tidak berkurang, dengan frekuensi ±1-2 porsi dalam sehari, klien mematuhi anjuran diet rendah garam. 4. Eliminasi BAB normal, sudah tidak BAK/berhenti BAK. 5. Rasa nyaman dan kebersihan Klien bisa melakukan perawatan diri seperti biasa dengan frekuensi mandi 2 kai/hari. 6. Aktivitas dan istirahat Klien bias melakukan aktivitas dan beristirahat atau tidur sekitar 8 jam perhari. G. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : Klien tampak sesak nafas dan lemas 2. Kesadaran : Composmentis , GCS 15. 3. Tanda-tanda vital : TD 119/67 mmHg, RR 26 Kali/Menit, Suhu 37Oc, Nadi 96 Kali/Menit, SPO2: 88%.
  • 9. H. Dignosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan pola nafas 2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Inflamasi Paru dan Edema Paru 3. Perfusi Jaringan Renal Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hb 4. Hipervolemia b/d mekanisme pengaturan melemah, ketidakmampuan ginjal mengeksresi cairan dan natrium I. Analisa Data No. Data fokus Etiologi Masalah 1. DS:  Klien mengatakan sesak nafas DO:  Klien tampak sesak  Terpasang oksigen 5 lpm/menit  TTV: TD: 119/67 mmHg N: 96 Kali/Menit S:37 0 C P: 26 Kali/Menit Spo2 : 88 % Gagal Ginjal Kronik Sekresi Eritropetin menurun Kadar Hb Menurun Oksihemoglobin naik Transport O2 Menurun Pola Nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif 2. DS:  Klien mengatakan batuk DO:  Klien tampak batuk  Lendir sulit dikeluarkan  Ronchi +/+  TTV: TD: 119/67 mmHg N: 96 Kali/Menit S: 37 0 C P: 26 Kali/Menit Spo2 : 88 % Gagal Ginjal Kronik Skresi Eritropetin menurun Kadar Hb Menurun Oksihemoglobin naik Transport O2 Menurun Pola Nafas tidak efektif Inflamasi paru dan edema paru Batuk, riak Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Bersihan jalan nafas tidak efektif 3. DS:  Klien mengatakan BAK Gagal ginjal kronik Perfusi jaringan renal tidak efektif
  • 10. berhenti DO:  Produksi urine tidak ada Kerusakan nefron Tidak bisa mengeluarkan sisa metabolisme Perfusi jaringan renal tidak efektif 4. DS:  Klien mengatakan perut membesar dan oedema ke 2 kaki. DO:  Terdapat penumpukan cairan dikaki kanan dan perut membesar.  BB sebelum HD 46,7 Kg  LP 83 cm Gagal ginjal kronik Kerusakan Glomerulus Filter Glomerulus Menurun GFR Menurun Retensi Na, H2O Edema Hipervolemia Hipervolemia
  • 11. J. Intervensi Keperawatan No. Dx Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) D.0005 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan pola nafas DS:  Klien mengatakan sesak nafas DO:  Klien tampak sesak  Terpasang oksigen 5 lpm/menit  TTV: TD: 119/67 mmHg N: 96 Kali/Menit S:37 0 C P: 26 Kali/Menit Spo2 : 88 %  Pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan “Pola nafas” pasien meningkat dengan kriteria hasil:  Ventilasi semenit meningkat  Tekanan ekspirasi dan inspirasi meningkat  Peningkatan otot bantu nafas menurun  Frekwensi nafas membaik  Kedalaman nafas membaik Manajemen jalan napas Observasi  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)  Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering) Terapeutik  Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)  Posisikan semi fowler atau fowler  Berikan minum hangat  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu  Berikan oksigen, jika perlu Edukasi  Ajarkan batuk efektif
  • 12. No. DX Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) D.0001 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan DS:  Klien mengatakan batuk DO:  Klien tampak batuk  Lendir sulit dikeluarkan  Ronchi +/+  TTV: TD: 119/67 mmHg N: 96 Kali/Menit S: 37 0 C P: 26 Kali/Menit Spo2: 88 % Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan “Bersihan jalan nafas” pasien meningkat dengan kriteria hasil:  Batuk efektif meningkat  Produksi sputum menurun  Dyspnea menurun  Frekeunsi nafas membaik  Pola nafas membaik  Ronchi menurun Latihan Batuk Efefktif Observasi  Monitor bunyi nafas tambahan  Monitor sputum Terapeutik  Atur posisi semi-fowler atau fowler  Berikan minum air hangat  Berikan oksigen bila perlu Edukasi  Ajarkan tehnik batuk efektif Kolaborasi  Kolaborasi pemberian mekolitik atau ekspektoran, jika perlu
  • 13. No. Dx Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) D. 0016 Perfusi Renal Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi HB DS:  Klien mengatakan BAK berhenti DO:  Produksi urine tidak ada  HB 8.7 gr%  TTV: TD: 119/67 mmHg N: 96 Kali/Menit S:37 0 C P: 26 Kali/Menit Spo2 : 88 % Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Perfusi Renal “membaik” dengan kriteria hasil:  Jumlah urine meningkat  Tekanan darah sistolik membaik  Tekanan darah diastolik membaik Rencana Tindakan Observasi  Monitor status cairan (masukan dan keluaran,)  Monitor tekanan darah  Monitor pernafasan Terapeutik  Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%  Pasang jalur IV, jika perlu  Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu Edukasi  Anjurkan memperbanyak asupan cairal oral Kolaborasi  Kolaborasi pemberian IV, jika perlu  Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu  Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
  • 14. No. Dx Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) D. 0022 1.Hipervolemia berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah, ketidak mampuan ginjal mengeksresi cairan dan natrium DS:  Klien mengatakan perut membesar dan oedema ke 2 kaki. DO:  Terdapat penumpukan cairan dikaki kanan dan perut membesar.  BB sebelum HD 46,7 Kg LP 83 cm Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Keseimbangan Cairan “membaik” dengan kriteria hasil:  Haluaran urin meningkat  Kelembapan membran mukosa meningkat  Asupan makanan meningkat  Edema menurun  Dehidrasi menurun  Asites menurun  Tekanan darah membaik  Mata cekung membaik  Turgor kulit membaik  Berat badan membaik Observasi  Periksa tanda dan gejala hipervolemia  Identifikasi penyebab hipervolemia  monitor intake dan output cairan Terapeutik  Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama  Batasi asupan cairan dan garam  Tinggikan kepala tempat tidur 30-40° Edukasi  Anjurkan melapor jika haluan urin <0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam  Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam sehari  Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluan cairan  Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi  Kolaborasi pemberian deuretik  Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat deuretik
  • 15.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L. J. 2013. BukuSakuDiagnosaKeperawatan, Jakarta : EGC. Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis KeperawatanDifinisi dan Klasifikasi(2012-2014). Jakarta : EGC Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.Yogyakarta. Media Action. Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta. Tarwoto&Wartonah, 2006, KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Alam, Syamsir, dkk. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Brunner & Suddarth.(2014). Textbook of Medical-Surgical Nursing. Edisi ke-13.America : Woltes Kluwer Health. Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan) Edisi 3. Jakarta : EGC. Guyton and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.edisi 12. Jakarta : EGC. Herdman, T, Heather.(2011). NANDA InternationalDiagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Diterjemahkan oleh Made Sumarwati, S.Kp, MN dan Nike Budhi Subekti, S.Kp. Jakarta:EGC.