SlideShare a Scribd company logo
1 of 97
ASUHAN KEPERAW ATAN
KANKER DENGAN
KEGAW ATDARURATAN
Ns. Mamay Kusumawaty, S.Kep
MAMAY
KUSUMAWATY
0 8 1 2 8 4 8 4 8 9 7 7
GET TO
KNOW ME
CRITICAL CARE NURSE
RS KANKER DHARMAIS
imaydharmais@gmail.com
OUTLINE
01
02
03
Pendahuluan
Kegawatan
Onkologi
Perawatan Kritis
Pasien Kanker
WHO, 2022
Pada tahun 2021 sejumlah 20 juta
orang terdiagnosis kanker dan 10
juta orang meninggal karena
kanker.
GLOBOCAN
jumlah kasus dan kematian
akibat kanker sampai dengan
tahun 2018 sebesar 18.1 juta kasus
dan 9.6 juta kematian
RISKESDAS, 2018
Prevalensi Penyakit Tidak
Menular seperti kanker, stroke,
penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus, dan hipertensi mengalami
kenaikan, prevalensi kanker naik
menjadi 1,8%
Pendahuluan
Kanker merupakan penyebab kematian
utama di dunia dan menimbulkan beban
semakin besar (WHO)
DATA SIMRSKD, 2022
Kunjungan pasien di RS Pusat
kanker Nasional Dharmais
periode Maret - Mei 2022 yaitu
pasien baru sejumlah 1736
(2022) dan 1576 (2019) jiwa
dan untuk pasien lama
sejumlah 60917 (2022) dan
57236 jiwa (2019).
Kebutuhan pasien kanker
di Perawatan Intensif RS
Kanker Dharmais (ICU,
HCU dan PICU) semakin
meningkat disertai
peningkatan kapasitas
tempat tidur.
• Umur
• Zat penyebab kanker
• Inflamasi kronis
• Diet
• Hormon
Penyakit tidak menular
yang ditandai adanya
sel/jaringan abnormal
yang bersifat ganas.
• Imunosupresif
• Agen penular
• Obesitas
• Rdiasi sinar matahari
• Rokok & alkohol
Faktor Resiko
Definisi
Faktor Resiko
KANKER
Sel membelah
secara tidak
terkendari dan
menyebar ke
jaringan
sekitarnya.
SEL KANKER
PENGOBATAN
01
Pembedahan; suatu tindakan untuk
mengangkat sel kanker/tumor dan
jaringan sekitarnya.
02
Radiasi; pengobatan kanker melalui
terapi radiasi untuk merusak atau
membunuh sel-sel kanker.
0 3
Terapi sistemik; dibagi menjadi kemoterapi,
terapi hormonal, terapi target,
immunotherapy, hematopoietic stem cell
transplant
KEGAWATAN
ONKOLOGI
Suatu kondisi klinis metabolic,
neurologi, kardiovaskuler,
hemato-logi dan infeksi yang
disebabkan oleh kanker atau
pengobatannya yang
membutuhkan intervensi
segera untuk mengurangi
kematian dan meningkatkan
kualitas hidup
2. Neurologi
3. Kardiovaskular
1. Metabolik
4. Hematologi
2. Struktural
1. Metabolik
KLASIF IKASI
Umum Khusus
5. Infeksi
Disseminated
Intrav ascular
Coagulation (DIC)
01 .
Gangguan koagulasi
sistemik
Trombus intravaskular
menyebar luas di
pembuluh yang lebih kecil
dapat menyebabkan:
DIC sebagai komplikasi :
•Disfungsi dan kegagalan organ, misalnya paru-paru,
ginjal, otak, jantung, hati, limpa, adrenal, pankreas,
dan saluran gastrointestinal
•Perdarahan karena konsumsi trombosit dan faktor
koagulasi
•Infeksi
•Gangguan vaskular
•Reaksi alergi berat
•Trauma
•Reaksi imunologis berat
•Reaksi transfusi yang tidak sesuai dengan ABO
•Aneurisma
•Penyakit hati
•Penggunaan L asparaginase
•Tumor padat (prostat, paru-paru, payudara, perut,
empedu, usus besar, dan
•ovarium)
•Leukemia
PATHWAY
Pemeriksaan fisik
Takikardia, hipotensi,
penurunan nadi perifer,
perubahan warna dan
suhu ekstremitas
Cardiov askuler Pernapasan
Dispnea, takipnea,
hipoksia, hemoptisis,
sianosis, sesak napas
Gastrointenstinal :
hematemesis, nyeri
perut, distensi abdomen,
hasil positif tes feses
guaiac
Urogenitalia
Hematuria (rasa
terbakar, disuria, dan
frekuensi yang
berhubungan dengan
hematuria), penurunan
haluaran urin
Muskuloskeletal
Nyeri dan kekakuan
sendi
Gejala neurologis
Sakit kepala, perubahan
status mental
Pemeriksaan fisik
Mata, telinga,
mulut, hidung,
dan tenggorokan
• Gangguan penglihatan, injeksi scleral, edema periorbital,
perdarahan sub konjungtiva, nyeri mata atau telinga, petekie pada
mukosa hidung atau mulut, epistaksis, nyeri tekan atau perdarahan
dari gusi
Integumen
• Pucat, Petechiae, Ikterik, ekimosis, Hematoma, akral sianosis (area
berwarna biru atau abu-abu yang tidak beraturan pada
ekstremitas), Perdarahan dari tempat prosedur invasif Purpura
fulminans jarang terjadi dan kondisi berat yang ditandai oleh
nekrosis kulit meluas dan trombosis jaringan
Pemeriksaan Lab oratorium
 Fokus pada penyebab yang mendasarinya, misal
sepsis
 Perbaiki hasil laboratorium, perbaiki kondisi pasien
 Perbaiki hematologi ; Transfusi trombosit, plasma
beku segar (FFP), kriopresipitat
 Hindari obat-obatan yang mempengaruhi fungsi
trombosit
 Antikoagulan hanya direkomendasikan dengan
jumlah trombosit minimal 50.000/mm3.
 Cairan intravena (iv) sesuai kebutuhan
 Terapioksigen bila diperlukan
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan
Keperawatan
Intervensi Untuk Tatalaksana Pada Area Perdarahan Aktif
1) Pemberian tekanan pada tempat perdarahan melalui balutan pressure
atau bantal pasir
2) Kaji peran spiritualitas pada pasien dan dampak menerima produk darah
Intervensi untuk membantu koping
1) Kaji sumber daya yang tersedia untuk pasien dan perawat
2) Berikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga
Intervensi untuk memaksimalkan keselamatan pasien ;
1) Bantuan dengan aktivitas hidup sehari-hari (ADLs) untuk menghindari benturan atau
gesekan kulit yang tidak perlu, serta angkat berat atau tegang
2) Gunakan pisau cukur listrik
3) Edukasi pasien dan keluarga terkait ;
• Kemungkinan risiko terkait cedera/jatuh
• Tanda dan gejala kritis yang harus dilaporkan, seperti memar; ruam merah; sakit
kepala; bangku hitam; darah dalam urin atau tinja; perdarahan darigusi, hidung,
mata, vagina, rektum, luka atau alat akses vena sentral
• Menghindari obat-obatan yang dijual bebas yang dapat mengganggu
• fungsi trombosit normal seperti aspirin dan obat antiinflamasi
• nonsteroid (NSAID )
4) Monitoring ketat mobilisasi dengan bantuan alat dan alas kaki yang sesuai yang
dibutuhkan untuk ambulasi
5) Tempatkan tempat tidur dalam posisi rendah dan terkunci serta terpasang side rel
6) Nurse bell dalam jangkauan pasien
Syndrome Of
Inappropriate
Antidiuretic
Hormone (SIADH)
Definisi
Suatu kondisi di mana
hormon antidiuretik
(ADH), dalam bentuk
teraktivasi yang disebut
arginine vasopressin
(AVP)
Dipicu secara tidak tepat
meskipun status balance
cairan yang normal atau
balance seimbang.
Disertai hiponatremia
dan hipoosmolalitas
Kanker dapat memicu
produksi ADH secara
tidak normal
PATOF ISIOLOGI
Merangsang mekanisme rasa haus, yang menambah ketidakseimbangan asupan dan haluaran,
berkontribusi terhadap hiponatremia
Terjadi kehilangan kalium
Hiponatremia terjadi disertai sekresi penurunan aldosterone dan peptida natriuretik atrium
(ANP) yang memperburuk hiponatremia
Aktifnya (AVP) menyebabkan gangguan ginjal tubulus untuk menyerap lebih banyak natrium
dan air
Konsentrasi natrium dalam darah/plasma merupakan penentu utama pelapasan AVP
ADH disintesis di hipotalamus, dan disimpan serta dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior.
ADH yang teraktivasi dikenal sebagai AVP.
Sel kanker dapat
menyebabkan
pelepasan abnormal
AVP
1. Perubahan osmolalitas
plasma
2. Perubahan volume
plasma ;
Menghasilkan peningkatan
air bebas dalam cairan
ekstraseluler (interstitial)
Menyebabkan hipo-
osmolalitas plasma dan
hiponatremia
serum/plasma
Natrium yang dikeluarkan
dari ginjal
Edema intraseluler(edema
serebral)— saat cairan
berpindah dari ruang
ekstraseluler ke
intraseluler
PATOFISIOLOGI (CON’T)
Penyebab SIADH
Trauma kepala, infeksi, sindrom
Guillain-Barré, dan/atau
vaskulitis, meningitis,
perdarahan, multiple sclerosis,
epilepsy
Gangguan sistem saraf Efek obat-obat
1. Agen antidepresan
(selective serotonin
reuptake inhibitor [SSRI],
antidepresan trisiklik),
karbamazepin,
hidroklorotiazid, NSAID,
agen neuroleptik,
desmopresin, oksitosin
2. Agen kemoterapi,
termasuk alkaloid vinca
(vincristine, vinblastine),
senyawa platinum
(cisplatin, carboplatin),
agen (siklofosfamid,
ifosfamid, melphalan),
metotreksat, dan imatinib
Kanker
Kanker neuroendokrin, Small
cell lung cancer, Sistem saraf
pusat, Kepala dan leher,
Genitourinary,
Gastrointestinal, Ovarium
Penyakit Paru
Penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), gagal napas akut,
asma, cystic fibrosis , sarkoidosis,
pneumonia, tuberkulosis
Lainnya
Riwayat human
immunodeficiencyvirus (HIV),
acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS), arteritis sel
raksasa, idiopatik.
Pemeriksaan fisik
Hiponatremia kronis dapat menghasilkan gejala
yang relatif ringan. 2. Kehilangan natrium akut
dapat menghasilkan gejala yang lebih jelas.
Tanda dan gejala:
 Gejala neurologis ; perubahan kepribadian,
sakit kepala, penurunan kesadaran, letargi,
kelelahan, penambahan berat badan,
penurunan output urin, disorientasi, dan
peningkatan tekanan intrakranial.
 Edema serebral pada hiponatremia akut
dengan manifestasi ; iritabilitas, kebingungan,
koma, kejang, dan henti napas
 GIT ; kram perut, mual, muntah, diare,
anoreksia
PENGKAJIAN
Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
1) Natrium serum (<135 mEq/L)
 Sedang ; Natrium serum (130 - 134 mmol/L)
 Berat ; Natrium serum (125 hingga 129 mmol/)
2) Osmolalitas plasma (<275 mOsm/kg)
3) Natrium urin >40 mEq/L
4) Glukosa darah
5) Perubahan fungsi ginjal ;
 Penurunan kreatinin
 Penurunan asam urat
 Kortisol serum, defisiensi dapat menyebabkan
hipersekresi ADH
 Penurunan BUN
 Peningkatan laju filtrasi glomerulus (GFR)
PENGKAJIAN
PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pemberian cairan hipertonik NaCl 3 %,
dosis yang direkomendasikan 0,5 sampai
1 mL/kg berat badan/jam ;
 Hindari peningkatan natrium serum
terlalu cepat
 Koreksi natrium yang cepat dapat
menyebabkan sindrom demielinasi
osmotic
b) Demeclocycline, 600 hingga 100 mg/hari
c) Antagonis reseptor vasopresin (V2)
dirokemnasikan untuk hiponatremia
hipervolemik atau euvolemik berat
seperti tolvaptan atau conivaptan
d) Pemberian obat untuk mengatasi
penyebab yang mendasari
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a) Untuk gejala ringan ;
 Pembatasan cairan sampai 500
sampai 1500 mL/hari; asupan air
tidak boleh melebihi haluaran urin
 Tingkatkan asupan natrium (garam)
 Loop diuretik untuk meningkatkan
ekskresi air bebas
 Tempatkan pasien pada tindakan
pencegahan kejang ;
 Tempatkan pasien pada
kewaspadaan kejang
 Pantau kadar natrium
b) Timbang berat badan setiap hari
c) Auskultasi suara paru
d) Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
SEPSIS DAN
SHOCK SEPSIS
DEFINISI
Pasien dengan infeksi disertai bakterimia
Demam adalah tanda awal
Identifikasi dini pasien yang berisiko untuk pencegahan dan
penurunan angka kematian.
• TD systole
• Penurunan Kesadaran
• Peningkatan frekuensi napas
Pengkajian SOFA (Sequel Organ Failure Assesment)
DEFINISI
Sepsis, disfungsi organ yang
mengancam jiwa yang
disebabkan oleh gangguan
regulasi respons pasien
terhadap infeksi, yang
melibatkan respons pro dan
antiinflamasi
Syok septik, sepsis yang disertai gangguan
abolik, seluler, dan sirkulasi yang berat, itandai
hipotensi yang membutuhkan vasopresor
untuk mempertahankan tekanan arteri rata-
rata. Syok septik memiliki potensi kematian
yang lebih besar daripada sepsis, dengan
tingkat lebih besar dari 40%.
PATOFISIOLOGI
Tingkat keparahan yang berkelanjutan: infeksi > bakteremia > sepsis > syok septik > sindrom disfungsi
organ multipel (MODS) > kematian
Respon imun menyebabkan cedera seluler sehingga terjadi kerusakan atau kegagalan organ
Bakteri, virus, atau jamur yang bersirkulasi melepaskan racun dan komponen sel ke dalam aliran darah
(misalnya, sel plasma, neutrofil, makrofag,monosit). Kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan
gangguan produksi sel darah putih (leukosit), terutama neutrophil
Proses dimulai dengan infeksi dan menyebabkan peradangan intravaskular yang tidak terkendali dan
tidak diatur
Patogen • Gram positif, paling umum di Amerika Serikat
akibat peningkatan penggunaan alat akses
• Gram negatif penyebab utama seperti
Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Klebsiella pneumoniae, dan Streptococcus
pneumoniae. Lebih dari 50% kasus adalah
gram negatif
• Infeksi disebabkan jamur dan virus
F aktor
Resiko
Imunitas menurun
Pemasangan alat
Kesehatan seperti
kateter vena sentral,
kateter urin, saluran
air
Bakteremia,
pneumonia yang
didapat dari komunitas
Community Aquired
Pneumonia (CAP)
Usia lanjut, lebih tua
dari 65
Edema perifer
Masuk unit perawatan
intensif (ICU)
Rawat inap
sebelumnya Hospital
Aquired Pneumonia
(HAP)
Diabetes Kanker
Faktor genetic
Empat jenis infeksi
yang paling sering
dikaitkan dengan
sepsis: paru-paru,
infeksi saluran kemih
(ISK), kulit, dan mulut
Manifestasi Klinis dan Disfungsi organ
Demam >38°C,neutropenia
neutrofilia, trombositopenia,
DIC
Gejala spesifik infeksi:
batuk atau sesak napas
pneumonia; drainase
purulen dari luka dan
adanya abses
Takikardia, aritmia,
hipotensi Sistole < 90 mm
Hg; tekanan arteri rata-rata
(MAP)<70 mm Hg;
Takipnea, hipoksia, sesak
napas, penurunan bunyi
napas, ronki atau mengi,
edema paru, sindrom
distres pernapasan akut
(ARDS)
Gastro Intestinal:
nyeri perut, distensi,
Genitourinaria (GU):
Lesi abses, penurunan
output urin <0,5 mL/kg per
jam selama minimal 2 jam
tanpa
hypovolemia,azotemia atau
anuria
Kulit:
Lesi, eritema, nyeri tekan,
kerusakan integritas kulit
Mukosa mulut:
Eritema, ulserasi, nyeri
tekan
Area pemasangan kateter:
eritema, drainase purulen,
inflamasi, nyeri tekan
Neurologis:
Disorientasi
Ekstremitas: Edema
Nyeri hebat atau tidak
nyaman
Manifestasi Klinis dan Disfungsi organ
• Kulit atau akral dingin karena
malsirkulasi dan dialihkan ke organ
vital
• Pasien membutuhkan vasopresor
untuk mempertahankan MAP 65 mm
Hg meskipun status cairan adekuat
• Peningkatan kadar laktat
Syok sepsis
Pemeriksaan Penunjang
 Koagulasi termasuk D-dimer,
PT dan aPTT
 Serum laktat
 Gas darah arteri
 Kultur darah, kultur luka, kultur
cairan tubuh (sputum, urin)
untuk mencari sumber infeksi
 Rontgen thorax
Penatalaksanaan Medis
 Gunakan terapi antibiotik empiris
spectrum luas yang diberikan
dalam satu jam pertama
 Berikan terapi vasopresor sesuai
instruksi untuk mempertahankan
MAP 65 mm Hg
 Pantau haluaran urin > 0,5 mL/kg
per jam
 Berikan glukokortikoid
 Transfusi darah sesuai indikasi
 Atasi sepsis dengan segera
 Pertahankan jalan napas untuk oksigen tambahan dan untuk
mengatasi hipoksia
 Pastikan akses vena aman dan mulai penggantian cairan
secara cepat.
 Lakukan kultur darah sebelum memberikan antibiotic
 Monitor status pernapasan
 Berikan terapi oksigen untuk mempertahankan SpO2 pada
>94% (misalnya, nasal kanula, nonrebreathing mask atau
ventilasi mekanis jika diperlukan)
 Monitor respons klinis
 Ukur tanda-tanda vital, monitor Mean Arterial Pressure(MAP)
 Ukur haluaran urin
 Observasi warna kulit
 Observasi status mental atau kesadaran
Penatalaksanaan Keperawatan
Tumor Lysis
Sindrome (TLS)
04 .
DEFINISI
 Kedaruratan onkologis di mana sejumlah besar sel
tumor dihancurkan dengan cepat, keluarnya
komponen intrasel dalam sirkulasi sistemik,
berpotensi mengakibatkan komplikasi serius,
dimanifestasikan dengan gangguan elektrolit.
 Tumor lysis syndrome (TLS) dapat terjadi dalam
waktu 6 jam setelah inisiasi terapi kanker.
 Pengobatan target terapi pada kanker
menunjukkan resiko terjadi TLS
Patofisiologi
Khemoterapi
Hancurnya sel-sel
secara cepat
Melepaskan produk
intraseluler ke
dalam sirkulasi
Asam nukleat (yang
diubah menjadi
asam urat), kalium
dan fosfor
Ekskresi instrasel menyebabkan gangguan ginjal akut (AKI), akibat:
Hiperurisemia :
asam urat
mengkristal di ginjal
Hiperkalemia: sel
yang lisis secar
massif akan
melepaskan kalium
ke dalam sirkulasi,
dimanifestasikan oleh
kelemahan otot dan
aritmia jantung
Hiperfosfatemia:
dapat menyebabkan
gejala GI seperti
mual, muntah, dan
diare
Hipokalsemia dari
pengikatan fosfat ke
kation kalsium diikuti
gejala kram,
hipotensi, tetani, dan
aritmia. Ikatan Fosfat-
kalsium juga
terakumulasi dalam
jaringan ginjal
Patofisiologi
Pasien kanker yang beresiko tinggi ; Limfoma Burkitt, leukemia
limfoblastik akut, leukemia myeloid akut, diffuse large B-cell
lymphoma(DLBCL) dan limfoma derajat tinggi lainnya
TLS terjadi pada
kanker yang memiliki
tingkat proliferasi
Tumor dengan
sensitivitas tinggi
terhadap kemoterapi
Tingkat keparahan
TLS di pengaruhi
LDH tinggi, Leukosit
>50.000/mm3,
metastasis hati ,
gangguan sumsum
tulang, stadium
kanker, tingkat
proliferative sel
kanker
Penyakit penyerta yang
mempengaruhi terhadap
perkembangan TLS
 Penyakit ginjal kronis (PGK)
 Oliguria/urin asam
 Dehidrasi atau resusitasi cairan
yang tidak adekuat
 Paparan obat nefrotoksik
seperti vankomicin,
aminoglikosida, agen kontras
untuk tujuan diagnostic
 Splenomegali
 Limfadenopati luas
 Asites
 Riwayat hiperurisemia atau
hiperfosfatemia
 Mutasi tumor
Modalitas terapi yang beresiko menyebabkan TLS
Kemoterapi, target
terapi MoABs
Kortikosteroid
Terapi hormone
Radiasi
PENGKAJIAN
Hipokalsemia ditandai:
Parestesia
Tetani
Kecemasan
Bronkospasme
Kejang
Henti jantung
Kalsium yang disimpan dalam
jaringan dapat menyebabkan:
Gatal
Iritis
Arthritis
Uremia ditandai:
Kelelahan
Kelemahan
Mual dan muntah
Anoreksia
Kesulitan berkonsentrasi
Kelebihan cairan
Diagnosis dan pemeriksaan
laboratorium
Tes fungsi hati
Fosfor
Urinalisis
LDH
PENATALAKSANAAN MEDIS
Mengurangi risiko
terjadi TLS
• Berikan hidrasi IV
24 hingga 48 jam
sebelum terapi
• Agen / obat
penurun asam
urat, (yaitu,
allopurinol,
rasburicase,
febuxostat)
Ketika terjadi TLS
• Segera atasi TLS
yang dikonfirmasi
• Tunda
pengobatan
Manajemen
hiperkalemia
• Ringan : Hidrasi,
Diuretik loop
(meningkatkan
sekresi kalium),
Sodium
polystyrene
sulfonate
• Berat, sama
dengan ringan
disertai : Glukosa
hipertonik misal
dextrose 40%,
insulin,
mengeluarkan
kalium dari ruang
intraseluler ke
ekstraseluler,
Natrium
bikarbonat
Manjemen
hiperfosfatemia
• Berikan
resusitasi cairan
agresif
• Terapi/Obat
untuk mengikat
fosfat
Manajemen
hiperurisemia
• Allopurinol, untuk
kadar asam urat
<8 mg/dL,
menghambat
dalam produksi
asam urat
• Rasburicase,
diberikan secara
intravena.
Mengubah asam
urat menjadi
metabolit asam
urat yang tidak
aktif dan larut
untuk
memungkinkan
ekskresi.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Monitoring fungsi cardiovaskuler secara secara terus
menerus, pemantauan elektrolit intensif, status fungsi
ginjal, pemeriksaan laboratorium asam urat setiap 4
hingga 6 jam (pada pasien resiko tinggi
2) Pantau status jantung bila ditemukan hiperkalemia, dan
tinjau kembali obat-obatan yang berkontribusi terhadap
peningkatan kadar kalium
3) Batasi asupan makanan makanan kaya kalium
4) Pantau perubahan elektrokardiografi (EKG)
5) Monitor asupan dan haluaran, berat badan setiap hari
6) Monitor bila ada indikasi untuk dialisis, dengan
pertimbangan ;
• Oliguria atau anuria berat
• Kelebihan cairan persisten atau terus menerus
• Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi
• Hipokalsemia simtomatik karena hyperphosphatemia
• Ikatan kalsium-fosfat 70 mg2/dL
05.HIPERCALCEMIA
DEFINISI
Kadar kalsium yang abnormal tinggi (>10,5 mg/dL)
Kedaruratan onkologi yang paling sering terjadi pada 20% hingga
30% dari semua pasien kanker
Hiperkalsemi
Ringan: kadar
kalsium antara 12-
14 mg/dL
Hiperkalsemi Berat:
kadar kalsium > 14
mg/dL
PATOFISIOLOGI
Metabolisme kalsium dan tulang diatur oleh hormone parathyroid (PTH),
calcitriol dan calcitonin. Hormon-hormon ini mempengaruhi tulang, ginjal,
dan usus kecil untuk mempertahankan homeostasis kalsium.
PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang dan ginjal.
Tubuh mendeteksi kadar kalsium rendah, calcitriol bekerja di usus dan
merangsang penyerapan asupan kalsium makanan untuk kebutuhan
tubuh.
Kalsitonin bekerja menurunkan kadar kalsium serum dengan menekan
reabsorpsi kalsium tulang dan ginjal.
Penyebab
• Kanker: payudara, paru-paru, prostat, Mieloma
multiple, Limfoma dan Keganasan hematologi
• Hiperparatiroidisme
• Intoksikasi vitamin D
• Gangguan granulomatosa kronis
• Obat-obatan (misalnya, diuretik, lithium)
Pemeriksaan fisik
1. Hiperkalsemia ringan (<12 mg/dL), dapat asimtomatik
atau disertai gejala konstipasi, kelelahan, dan depresi
yang samar
2. Hiperkalsemia berat (12 –14 mg/dL), peningkataan
dapat terjadi secara kronis atau akut
3. Elevasi akut pasien memiliki gejala yang nyata seperti
 Gejala GI ; anoreksia, kram perut, kehilangan nafsu
makan. Berat: mual, muntah, pankreatitis, tukak
lambung
 Gejala neurologis ; gelisah, sulit berkonsentrasi, lesu,
bingung. Berat: kejang, koma
 Gejala Muskuloskeletal ; kelelahan dan kelemahan
umum. Berat: ataksia dan fraktur patologis
 Gejala ginjal ; poliuri, nokturia, polidipsia. Berat: gagal
ginjal.
 Gejala kardiovaskular ; hipotensi ortostatik, interval QT
memendek. Berat: aritmia ventrikel, peningkatan
segmen ST
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Kalsium serum
2. Pemeriksaan PTH
Penatalaksanaan Medis
 Mengurangi kalsium serum
dengan hidrasi IV—0,9% atau
normal saline 200 hingga 500
cc/jam
 Berikan diuretik loop
 Mempertahankan kalsium dalam
tulang/menghambat mobilisasi
kalsium dari tulang melalui
Bifosfonat, pamidronat,
Denosumab, Kalsitonin,
Glukokortikoid
 Monitor asupan dan haluaran dengan cermat,
status mental, dan gejala yang berhubungan
dengan hiperkalsemia
 Timbang berat badan setiap hari
 Berikan cairan IV untuk hidrasi sesuai instruksi
 Berikan dukungan psikososial bila terjadi
perubahan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan Keperawatan
06.
PENINGKATAN TEKANAN
INTRAKRANIAL
Kondisi neurologis yang berpotensi mengancam jiwa akibat
terjadi peningkatan jaringan otak, darah, cairan serebro spinal
(CSF), atau yang terjadi di rongga intrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan sel saraf, deficits neurologis
permanen dan kematian
PATOF ISIOLOGI
Kanker primer atau metastasis dalam rongga intrakranial, metastasis leptomeningeal, pembekuan darah,
sindrom ensefalopati reversibel posterior, infeksi, atau gangguan metabolisme
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) (dengan atau tanpa perpindahan struktur intrakranial)
Cedera otak akibat kompresi batang otak dan/atau penurunan aliran darah otak; menyebabkan nekrosis
jaringan
Pengkajian
1. Identifikasi pasien yang berisiko
a. Pasien dengan kanker paru-paru, payudara, dan ginjal, serta melanoma,
dengan risiko metastasis ke otak
b. Pasien dengan tumor primer otak atau sumsum tulang belakang
c. Pasien dengan diagnosis leukemia, limfoma, atau neuroblastoma
d. Pasien kanker dengan trombositopenia, disfungsi trombosit, atau (DIC)
yang beresiko perdarahan sehingga menyebabkan peningkatan TIK.
e. Pasien dengan infeksi seperti ensefalitis, meningitis, atau kandidiasis
sistemik, terutama pasien dengan imunokompromise
f. Pasien dengan sekresi ADH yang tidak tepat
g. Pasien dengan riwayat terapi radiasi (RT) kepala
h. Pasien dengan reservoir Ommaya yang mengalami abstruksi
i. Pasien dengan pemberian cytosine arabinoside (HiDAC) dosis tinggi
Pengkajian
2. Identifikasi tanda dan gejala
 Tanda dan gejala awal: sakit kepala (lebih berat di pagi hari, membungkuk,
atau selama manuver Valsava), mual, muntah, kelemahan
 Tanda dan gejala lebih lanjut ;
a. Neurologis: sakit kepala, kelainan saraf kranial, papiledema
 Nyeri kepala dapat dimulai atau diperberat oleh manuver Valsava, batuk, muntah,
olahraga, atau membungkuk
 Nyeri kepala bersifat tumpul, tajam, atau berdenyut, dan sakit kepala semakin hebat,
frekuensi sering , dan durasi lama
 Penglihatan kabur (diplopia), fotofobia, dilatasi pupil kontra lateral, penurunan lapang
pandang
 Gerak ekstremitas, kelemahan ipsilateral
 Letargi, apatis, bingung, gelisah
 Perubahan bicara seperti respon yang lambat atau tertunda, kata-kata yang tidak jelas
 Tingkat kesadaran ; penurunan berkonsentrasi, perubahan kepribadian, hemiplegia,
hemiparesis,kejang, perubahan pupil
 Papilledema
 Skor Glasgow Coma Scale kurang dari 8
 Postur tidak normal
 Peningkatan suhu
Pengkajian 2. Identifikasi tanda dan gejala (con’t)
 Tanda dan gejala lebih lanjut ;
b. Gastrointestinal (GI)
 Mual/muntah yang hebat terutama di pagi hari, muntah
proyektil, tiba-tiba, tidak terduga, tidak berhubungan dengan
asupan makanan
 Kehilangan nafsu makan
c. Pernapasan
 Pernapasan lambat dan dangkal; tachypnea; Pernapasan
Cheyne-Stokes
d. Trias Cushing
 Bradikardia, depresi pernapasan, dan hipertensi
Pengkajian
Pemeriksaan Diagnostik
 MRI (pilihan utama), CT Scan, angiografi serebral, atau Positron Emission
Tomography (PET) Scan.
 Pemeriksaan CSF jika dicurigai adanya metastasis leptomeningeal atau
meningitis
 Pembedahan
 Radioterapi, jika tumor radiosensitive
 Hiperventilasi
 Pemberian sedasi selama diintubasi dengan
mempertahankan tekanan (PCO2) 26 -30 mm Hg
 Hentikan obat-obatan yang menyebabkan Posterior
Reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)
 Khemoterapi atau target terapi
 Kortikosteroid
 Osmoterapi
 Cairan isotonik seperti normal saline
 Pemberian Manitol, Terapi antikejang, Antipiretik bila
disertai demam, Sedatif, Diuretik loop (misalnya
furosemide), Pelunak feses mencegah konstipasi dan
mengejan, Antiemetik jika diindikasikan
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan
Keperawatan
• Elevasi kepala, sekitar 30 derajat
• Hindari fleksi atau rotasi leher yang berlebihan
• Gunakan teknik log-roll saat memutar pasien, jaga agar pasien tetap pasif
• Hindari posisi tengkurap atau aktivitas yang menekan perut
• Hindari manuver Valsava
Atur posisi untuk menurunkan TIK dengan memaksimalkan venous return dari kepala
Berikan pendinginan mekanis(blanket roll)
Minimalkan pengisapan endotrakeal
Hindari suhu rektal
• Minimalkan stimulasi eksternal—cahaya, kebisingan, sentuhan, suhu
•yang ekstrem
• Dorong interaksi yang tenang antara pasien dan orang lain
• Ajarkan tentang pengurangan stres strategi kepada pasien dan keluarga
• Menyusun jadwal aktivitas harian dengan periode istirahat yang tepat
Pertahankan lingkungan yang tenang
Pertahankan tirah baring bila TIK meningkat diserati gejala yang progresif
• Pertahankan tempat tidur pada posisi terendah dengan rel samping ditinggikan
• Gunakan alat bantu sesuai kebutuhan
• Gunakan alarm tempat tidur untuk memantau aktivitas pasien
Cegah cedera
• Kaji integritas kulit secara teratur; periksa titik-titik tekanan dan ekstremitas yang tidak bergerak
• Gunakan matras antidekubitus
• Ubah posisi setiap 2 jam
• Anjurkan pasien tentang penggunaan alat bantu yang tepat
• Bantu pasien dan keluarga untuk menggunakan koping positif dalam perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan mobilitas.
Fasilitasi mobilitas fisik
• Anjurkan pasien untuk melaporkan bila tanda dan gejala penyakit progresif
• Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses edukasi
• Kaji kesiapan untuk belajar dan metode pembelajaran yang disukai
• Ajarkan pasien tentang perawatan diri, sumber daya komunitas, kontak daruratdischarge planning
• Berikan informasi tentang proses penyakit, intervensi, hasil yang diharapkan
Mengatasi kurang pengetahuan
• Perubahan status mental
• Perubahan penurunan curah jantung (perubahan tanda vital, penurunan keluaran urin, perubahan mentalitas)
• Perubahan sensorik atau motorik—perubahan ketajaman visual, reaksi pupil, ekspresi verbal, Penurunan kekuatan otot, koordinasi,
Gerakan
• Pantau gejala terkait seperti mual, muntah, dan sakit kepala
• Pantau serangan kejang
• Setiap perubahan fungsi neurologis yang negatif memerlukan tindakan segera
Pemantauan
SPINAL CORD
COMPRESSION
(SCC)
07 .
Kedaruratan neurologis yang
terjadi ketika medula spinalis
atau cauda equina terganggu
oleh tekanan langsung, kolaps
vertebra, atau keduanya yang
disebabkan oleh penyebaran
metastasis atau keganasan
yang berkembang; kompresi
menyebabkan fungsi neurologis
terganggu jika tidak segera
diobati
Sumsum tulang belakang
merupakan sesuah silinder
jaringan saraf yang
menempati dua pertiga
bagian atas kanalis
vertebralis. Sumsum tulang
belakang dikelilingi oleh
tulang pelindung (badan
vertebral, lamina dan pedikel,
dan prosesus spinosus)
Sumsum tulang belakang
memiliki fungsi motorik,
sensorik, dan otonom.
Kompresi medula spinalis dapat terjadi
karena invasi tumor ke vertebra dan
akibat kolaps medula spinalis yang
menyebabkan peningkatan tekanan, atau
karena tumor primer medula spinalis
Kompresi sumsum tulang belakang
dapat menyebabkan perubahan kecil
pada fungsi motorik, sensorik, dan
otonom atau kelumpuhan total.
SCC adalah komplikasi neurologis
kedua yang paling sering dari kanker
metastatik
PENGKAJIAN
Identifikasi pasien berisiko
• Kanker yang memiliki riwayat
alami untuk bermetastasis ke
tulang—payudara, paru-paru,
prostat, ginjal, melanoma,
limfoma non-Hodgkin, myeloma
• Kanker yang bermetastasis ke
otak dan sumsum tulang
belakang—limfoma, seminoma
• Kanker primer sumsum tulang
belakang—ependymoma,
astrocytoma, glioma
• Riwayat fraktur kompresi
vertebra
• Penyakit metastasis saat datang
Identifikasi riwayat penyakit
•Anamnesis Histologi tumor primer,
tanggal diagnosis, stadium saat
diagnosis, riwayat pengobatan,
riwayat penyakit metastasis;
tanggapan terhadap pengobatan
•Waktu sejak timbulnya gejala;
tingkat dan derajat kompresi
•Pengkajian nyeri yang
komprehensif, termasuk awitan,
durasi, lokasi, intensitas, deskripsi,
dan faktor-faktor yang meredakan
dan meredakan eksaserbasi
•Masalah medis yang sudah ada
sebelumnya dan obat-obatan saat
ini
Pemeriksaan fisik
•a.Tanda dan gejala awal:
•Nyeri lokal adalah gejala awal yang
paling umum (96% dari pasien),
sering digambarkan sebagai pegal.
•Nyeri dapat mendahului gejala lain
hingga 2 bulan
•Sakit leher atau punggung—selalu
membutuhkan evaluasi segera
pada pasien kanker
•b.Tanda dan gejala lanjut ; tidak
nyaman; nyeri dapat menyebar atau
radikuler, dan dapat meningkat saat
terlentang, batuk, bersin, atau
dengan manuver Valsava.
 Pembedahan
 Radioterapi
 Kortikosteroid ;
 Profilaksis GI dengan Proton Pump Inhibitor (PPI)
 Analgesik ;
 Khemoterapi
 Antikoagulasi
 Regimen usus
 Obat untuk suport/ remodeling tulang untuk
mengurangi kondisi lebih beratt
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan
Keperawatan
• Mobilisasi pasien sesuai kondisi tulang belakang
• Pertahankan posisi tulang belakang netral dengan menggunakan teknik log-roll
• Bantu pasien untuk mempertahankan tingkat kemandirian yang aman dalam batasan
• Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kekhawatiran tentang efek keterbatasan
• pada aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) dan gaya hidup
Tingkatkan mobilitas fisik
Memperbaiki atau mempertahankan fungsi neurologis
Monitor perkembangan defisit motorik atau sensorik setiap 8 jam
• Palpasi distensi kandung kemih jika interval berkemih meningkat
• Catat frekuensi dan karakteristik feses setiap buang air besar
• Lakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa impaksi jika tidak ada buang air besar dalam 3
hari, kecuali neutropenia atau trombositopenia
• Catat intake dan output setiap 8 jam
Kaji pola dan efektivitas eliminasi usus dan urin ;
• Penurunan kekuatan dan koordinasi otot
• Penurunan persepsi suhu, sentuhan, posis
• Perubahan tingkat kesadaran
Melakukan pemantauan
• Kaji integritas kulit secara teratur dan evaluasi intervensi
• Melembagakan rejimen perawatan kulit
• Berikan instruksi kepada pasien dan keluarga tentang penilaian tekanan dan suhu benda,
• Kontak dengan area perasaan atau sensasi yang terganggu
Meningkatkan atau mempertahankan integritas kulit
• Berikan pendidikan tentang perubahan pola eliminasi usus dan urin; nyeri,
• fungsi sensorik dan motorik; integritas kulit; atau disfungsi seksual
• Memberikan pendidikan tentang modalitas pengobatan, efek samping, perawatan diri
Meningkatkan pengetahuan tentang proses penyakit dan intervensi
terapeutik
08.
SUPERIOR VENA CAVA
SYNDROME (SVCS)
Terganggunya aliran vena melalui vena cava superior
pada kepala, leher, ekstremitas atas, dan dada karena
adanya kompresi atau obstruksi pembuluh seperti tumor,
getah bening node, atau trombus
PATOFISIOLOGI
Pembuluh darah besar berdinding tipis yang membawa
sirkulasi dari kepala, leher, ekstremitas atas, dan dada bagian
atas ke jantung
Terletak di mediastinum; dikelilingi oleh struktur sternum,
trakea, vertebra, aorta, bronkus kanan, kelenjar getah bening,
dan arteri pulmonalis
Bertekanan rendah yang mudah dikompresi; kompresi (akut
atau bertahap) dapat terjadi dari berbagai penyebab. Kanker
paru-paru sisi kanan paling beresko mengalami VCSS
Bila ada obstruksi aliran vena ke jantung dari kepala, leher,
dada, dan ekstremitas atas terganggu
PATOFISIOLOGI
Terbentuknya vena kolateral yang lebih kecil ke vena
azigos atau vena cava inferior
Tumor yang tumbuh cepat seringkali tidak memberikan
kesempatan untuk terjadinya aliran kolateral
Penurunan cardiac output
Gangguan hemodinamik akibat efek massa pada jantung
Trombosis terjadi secara bersamaan
Pengkajian • Paling sering terjadi pada kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) dan
SCLC, diikuti oleh limfoma. Keganasan lain dapat menyebabkan
sindrom SVC.
• Adanya kateter vena sentral dan alat pacu jantung
• RT sebelumnya ke mediastinum sekunder akibat fibrosis vaskular
• Kondisi terkait (misalnya, infeksi jamur, tumor jinak, aneurisma aorta)
• Penyakit kardiovaskular
Identifikasi pasien berisiko
• Kaji faktor risiko
• Kaji onset timbulnya gejala
• Gejala lebih terasa di pagi hari atau saat membungkuk dan membaik
setelah berdiri tegak selama beberapa jam
• Kaji gejala seperti dispnea (gejala paling umum), sensasi kepala penuh,
sakit kepala, penglihatan kabur, hidung tersumbat, suara serak, disfagia,
batuk tidak produktif, perlu tidur dalam posisi tegak, nyeri dada
• Gejala ringan mungkin hilang setelah pasien tegak untuk beberapa jam
Riwayat Penyakit
Pengkajian Pemeriksaan fisik
• Kemerahan dan edema pada konjungtiva dan sekitar mata dan wajah
• Pembengkakan pada leher, lengan, tangan; pria mungkin mengalami
masalah dalam mengancingkan kerah kemeja (tanda Stokes)
• Leher dan distensi vena toraks—dengan vena kolateral yang terlihat
• Suara serak E. Wanita mungkin mengalami pembengkakan payudara
• Disfagia, suara serak, hemoptisis
• Sindrom Horner— kelopak mata terkulai (ptosis) dan konstriksi pupil
(miosis), terkadang disertai dengan penurunan keringat (anhidrosis) pada
wajah pada sisi yang sama
• Tanda-tanda lebih lanjut ;
• Sianosis terutama pada lengan atas
• Gejala peningkatan TIK—sakit kepala berat, gangguan penglihatan,
penglihatan kabur, pusing, sinkop, iritabilitas, perubahan status
mental
• Stridor, tanda gagal jantung kongestif
• Takikardia, takipnea, ortopnea
• Hipotensi, tidak adanya denyut perifer
Pemeriksaan Diagnostik
• Untuk
mengidentifikasi
penyebab SVCS dan
adanya pembuluh
darah kolatera
CT toraks
(kontras)
• Sensitif untuk SVCS,
bila tidak toleran
kontras;
MRI
• Bila ada rencana
radiasi dan untuk
menentukan ganas
atau jinak
PET scan
• Untuk menentukan
luasnya trombus,
penempatan stent
atau rencana operasi
Venografi
• Menunjukkan
pelebaran
mediastinum dan
efusi pleura.
Hasil
radiografi
• bronkoskopi, biopsi
sumsum tulang,
mediastinoskopi,
torakosentesis, analisis
sputum, dan FNAB
Pemeriksaan
histologis
• Gas darah arteri
• Elektrolit, fungsi ginjal
• Darah Pemereksian
Lengkap
• Hemostasis
Pemeriksaan
laboratorium
Penalataksanaan Medis
 Mengatasi obstruksi dan penyebab yang mendasari munculnya gejala
 Terapi trombolitik untuk mengobati trombosis
 Kortikosteroid
 Diuretik
 Terapi antineoplastik sendiri atau bersamaan dengan radiasi pada
pasien yang kemosensitif seperti SCLC, limfoma non-Hodgkin, atau
kanker sel germinal
 Terapi radiasi ;dengan pertimbangan
 Penempatan stent intravaskular perkutan ;
 Lepas kateter vena sentral untuk menghindari embolisasi.
 Bedah rekonstruksi SVC atau reseksi bedah tumor (jarang dilakukan
karena prognosis yang buruk pada sebagian pasien dengan SVCS)
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Pertahankan jalan napas
• Posisikan pada posisi Fowler atau semi-Fowler untuk
mengurangi edema, dispnea, dan tekanan hidrostatik
• Anjurkan pasien untuk menghindari manuver Valsava
atau aktivitas mengejan lainnya
• Bantu dengan ADL untuk menghemat pernapasan dan
energi
• Kaji distres pernapasan progresif
• Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Pertahankan pertukaran gas yang adekuat
• Observasi perfusi jaringan (penurunan nadi perifer,
penurunan darah tekanan darah, sianosis)
• Monitor Cardiac Output (perubahan tanda vital,
penurunan keluaran urin, perubahan mental
• Ukur balance cairan
Pertahankan curah jantung yang adekuat
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Memberikan informasi tanda dan gejala kritis yang menunjukan
progresifitas penyakit
• Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses pendidikan
• Kaji kesiapan belajar dan metode pembelajaran yang disukai
• Instruksikan pasien dalam tindakan perawatan diri, sumber daya
komunitas, dan kontak darurat
• Edukasi tentang proses penyakit, intervensi, harapan terhadap
hasil
Meningkatkan pengetahuan
• Hindari pungsi vena, pemberian cairan IV, injeksi intramuskular
(IM), atau pengukuran tekanan darah di bagian atas ekstremitas
• Lepaskan perhiasan (misalnya cincin) dan pakaian yang terlalu
ketat
• Kaji perubahan status neurologis atau mental
• Pantau tanda dan gejala efek samping terapi antikoagulan—
petechiae; ekimosis; perdarahan—gusi, hidung, saluran kemih,
sistem GI
• Pantau tanda dan gejala efek samping terapi steroid—
kelemahan otot, perubahan suasana hati, glikosuria yang
diinduksi steroid, dispepsia, insomnia
Mencegah cedera
09 .
Pericardial
Efusion
Akumulasi cairan yang berlebihan di rongga perikardial yang
menimbulkan tekanan ekstrinsik pada dinding jantung, yang
mengakibatkan gangguan pengisian intrakardiak, penurunan curah
jantung, dan gangguan fungsi jantung.
Perikardium adalah kantung
berlapis dua (lapisan parietal dan
visceral) yang mengelilingi jantung
Ketika tekanan
intraperikardial
meningkat, terjadi hal-
hal berikut:
Ruang antara kedua
lapisan tersebut adalah
rongga perikardial
Rongga biasanya diisi
dengan 10 sampai 50 mL
cairan yang dihasilkan
oleh sel mesotel
perikardium viseral.
cairan di antara lapisan
jantung yang berlawanan
ini memungkinkan
jantung bergerak tanpa
gesekan
Reses dan sinus dapat
menampung peningkatan
terbatas cairan
perikardial
Rongga jantung
terkompresi, pengisian
ventrikel kiri menurun
Kemampuan jantung
untuk memompa
menurun
Curah jantung
menurun, dan tekanan
darah turun
Gangguan perfusi
sistemik, diikuti syok
kardiogenik
PENGKAJIAN
Identifikasi Pasien Yang Berisiko
 Mesothelioma dan sarkoma (termasuk
sarkoma Kaposi)
 Pasien dengan tumor metastatik ke
perikardium
 Riwayat radiasi > 4000 cGy sekitar area
jantung
 Pasien yang menerima kemoterapi yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler ( misalnya antrasiklin, interferon,
interleukin, granulosit-makrofag faktor
perangsang koloni)
 Memiliki komorbiditas seperti penyakit
jantung, miksedema, tuberkulosis,
aneurisma, gagal ginjal, dan riwayat
operasi jantung (misalnya, operasi katup)
Pemeriksaan Fisik
 Triad Beck: suara jantung halus, hipotensi,
dan peningkatan tekanan vena jugularis
 Pulsus paradoxus (penurunan tekanan
darah lebih dari 10 mm Hg dengan inspirasi)
 Penurunan tekanan sistolik dan peningkatan
tekanan diastolik (tekanan nadi sempit)
 Distensi vena jugularisF. Takikardia—lebih
dari 100 denyut/menit; mekanisme
perlindungan
 Jantung berdebar-debar
 Takipnea, ortopnea
 Peningkatan tekanan vena sentral (CVP)
 Perubahan tingkat kesadaran
 Sianosis, sentral dan perifer; kulit dingin
berbintik-bintik
 Pengisian kapiler tertunda
PENGKAJIAN
Tanda dan gejala awal tidak spesifik
Dispnea saat aktivitas
Takikardia, nyeri dada
Gelisah
Kelelahan, malaise
Tanda dan gejala lanjut
 Nyeri dada retrosternal dan
meningkat saat berbaring terlentang
atau dengan inspirasi; menyebar ke
leher dan rahang; nyeri dada sulit
dibedakan dari infark miokard
 Oliguria
 Edema perifer
 Diaforesis
 Ansietas dan agitasi, perubahan
status mental
 Cegukan
 Suara serak, disfagia
 Nyeri kuadran kanan atas yang tidak
jelas akibat kongesti vena hepatik
Pemeriksaan Diagnostik
 Rontgen dada -> terlihat diameter
perikardial transversal yang membesar
 CT -> terlihat efusi pleura, massa, atau
penebalan perikardial
 Ekokardiografi
 Hasil Elektrokardiografi (EKG) -> elevasi
segmen ST dengan depresi ST resiprokal
pada aVR. Inversi gelombang-T dapat
terlihat dengan efusi perikardial yang
besar),sinus takikardia, tegangan QRS
 rendah, dan alternan listrik hadir
 Kateterisasi jantung
 MRI sangat sensitif dalam mendeteksi
efusi sekecil 30 mL
 Evaluasi data laboratorium.; gas darah
arteri dan elektrolit
 Perikardiosentesis untuk tamponade perikardial akut
 Observasi adanya komplikasi seperti perdarahan,
perubahan tanda vital, aritmia
 jantung, infeksi, dan nyeri perut atau bahu.
 Perikardektomi total
 Radioterapidi
 Terapi antineoplastik sistemik
 Kortikosteroid
 Analgesik sesuai indikasi
 Monitor obat-obatan beta blocker atau anestesi
dengan efek samping penurunan curah jantung
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
 Monitor hemodinamik berkala, evaluasi
ketidakstabilan (mis., sinus takikardia,
penurunan tekanan darah)
 Kaji karakter dan jumlah drainase dari kateter
perikardial jika ada
 Lakukan penilaian status pernapasan secara
teratur dan sering, evaluasi perubahan
 Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
 Posisi dengan kepala tempat tidur ditinggikan
Penatalaksanaan Keperawatan
8
9
 Perfusi yang buruk
dan terjadi hipoksia,
metabolisme
anaerob, asidosis
laktat.
 Leukostasis
Meningkatnya jumlah
leukosit darah perifer
lebih dari 100ribu/ul.
Gejala klinis berupa
pusing, penglihatan
kabur, tinitus, ataksia,
delirium, perdarahan
retina dan perdarahan
intra kranial
T anda
Definisi
G ejala
HIPERLEUKOSITOSIS
9
0
Berdampak pada
peningkatan
morbiditas, angka
kematian dan
penurunan kualitas
hidup.
Resiko Infeksi meningkat
bila ANC kurang dari
1.000/mm3. 20% pasien
dengan ANC kurang dari
100/mm3 bersifat
bakteremia.
Komplikasi yang
paling sering akibat
pengobatan kanker,
khususnya
kemoterapi.
Definisi
FEBRILE
NEUTROPENI
PERAWATAN KRITIS
PASIEN KANKER
Diberikan pada pasien kanker
dengan kegagalan organ
akibat komplikasi akut,
penyakitnya atau sekuel dari
regimen terapi yang diberikan.
KRITERIA MASUK ICU
Pasien yang beresiko
tidak mendapatkan
terapi intensif.
Pasien masuk dengan
pertimbangan atau
persetujuan KIC yang
sewaktu-waktu harus
dikeluarkan bila
prioritas 1, 2, dan 3
membutuhkan ICU.
Pasien sakit kritis yang
tidak stabil
membutuhkan terapi
intensif dan tertritasi.
Pasien kritis yang tidak
stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit
yang mendasarinya
dan kemungkinan
sembuhnya kecil.
SKALA PRIORITAS
92
1 2 3 4
93
• Diagnosa keganasan sebelumnya
• Gejala yang timbul akibat kanker atau
komplikasi pengobatan
• Pengobatan yang diberikan sebelumnya
• Akselerasi progresifitas gejala
• Jarak antara pengobatan dan gejala
• Pengobatan  keganasan >< komplikasi
• Kondisi medis lainnya/penyakit penyerta
MANAJ EMEN
PASIEN
KANKER DI ICU
Manajemen Nyeri
dan paliatif care
Cairan, Elektrolik dan
Nutrisi
MANAJEMEN PASIEN KANKER DI ICU
Airway Manajemen,
Ventilasi Mekanik, dan
Terapi Oksigen
Kanker dapat mengalami
kegawatan karena pengobatan
ataupun proses penyakit.
Pasien kanker yang gawat
membutuhkan perawatan
intensif segera. Perawatan di
ICU dengan
mempertimbangkan kualitas
hidup pasien dan beban
caregiver.
KESIMPULAN
REF ERENSI
● Brant, Jeannine M.; Cope, Diane G.; and Saria, Marlon G. (2020). Core Curriculum for
Oncology Nursing 6th ed. St. Louis, MO: Elsevier. Articles, Abstracts, and Reports. 2628.
● Higdon, M. L., Atkinson, C. J., & Lawrence, K. V. (2018). Oncologic Emergencies:
Recognition and Initial Management. American family physician, 97(11), 741–748.
● Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit
● https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/900-world-fact-sheets.pdf
96
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to Asuhan keperawatan Kegawatan pada kanker

194507152 case-linggau
194507152 case-linggau194507152 case-linggau
194507152 case-linggauhomeworkping3
 
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriAskep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriIndri Permanasari
 
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptxLaporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptxDenaneerRahmadatu2
 
Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)
Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)
Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)Kochi Chia
 
CVA ISCHEMIC
CVA ISCHEMIC CVA ISCHEMIC
CVA ISCHEMIC AtikaJuli
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASERafi Mahandaru
 
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptxJournal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptxrhezapaleva6
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiZollananda
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 
409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx
409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx
409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptxAyu Rahayu
 
Presentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronikPresentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronikfrangky hilala
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney diseaseAni Nuraeni
 
hiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardihiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardiAndari Purwandari
 
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptxAsuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptxAndrikHermanto1
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxSarahShadiqa
 

Similar to Asuhan keperawatan Kegawatan pada kanker (20)

194507152 case-linggau
194507152 case-linggau194507152 case-linggau
194507152 case-linggau
 
Pr cbd via new
Pr cbd via newPr cbd via new
Pr cbd via new
 
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indriAskep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
Askep klien dengan gangguan sistem perkemihan kmb ii-indri
 
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptxLaporan Kasus Stroke Infark.pptx
Laporan Kasus Stroke Infark.pptx
 
Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)
Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)
Penyakit Tidak Berjangkit (NCD)
 
CVA ISCHEMIC
CVA ISCHEMIC CVA ISCHEMIC
CVA ISCHEMIC
 
AKI 27 nov .pptx
AKI 27 nov .pptxAKI 27 nov .pptx
AKI 27 nov .pptx
 
Hipertensi fifi
Hipertensi fifiHipertensi fifi
Hipertensi fifi
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
 
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptxJournal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx
409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx
409727801-DR-SURYA-Materi-Penyuluhan-Gagal-Ginjal-Pptx.pptx
 
I. teori hipertensi
I. teori hipertensiI. teori hipertensi
I. teori hipertensi
 
PPT PTM.pptx
PPT PTM.pptxPPT PTM.pptx
PPT PTM.pptx
 
Presentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronikPresentation gagal ginjal kronik
Presentation gagal ginjal kronik
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney disease
 
hiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardihiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardi
 
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptxAsuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptx
 

Recently uploaded

dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 

Recently uploaded (15)

dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 

Asuhan keperawatan Kegawatan pada kanker

  • 1. ASUHAN KEPERAW ATAN KANKER DENGAN KEGAW ATDARURATAN Ns. Mamay Kusumawaty, S.Kep
  • 2. MAMAY KUSUMAWATY 0 8 1 2 8 4 8 4 8 9 7 7 GET TO KNOW ME CRITICAL CARE NURSE RS KANKER DHARMAIS imaydharmais@gmail.com
  • 4. WHO, 2022 Pada tahun 2021 sejumlah 20 juta orang terdiagnosis kanker dan 10 juta orang meninggal karena kanker. GLOBOCAN jumlah kasus dan kematian akibat kanker sampai dengan tahun 2018 sebesar 18.1 juta kasus dan 9.6 juta kematian RISKESDAS, 2018 Prevalensi Penyakit Tidak Menular seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi mengalami kenaikan, prevalensi kanker naik menjadi 1,8% Pendahuluan Kanker merupakan penyebab kematian utama di dunia dan menimbulkan beban semakin besar (WHO)
  • 5. DATA SIMRSKD, 2022 Kunjungan pasien di RS Pusat kanker Nasional Dharmais periode Maret - Mei 2022 yaitu pasien baru sejumlah 1736 (2022) dan 1576 (2019) jiwa dan untuk pasien lama sejumlah 60917 (2022) dan 57236 jiwa (2019). Kebutuhan pasien kanker di Perawatan Intensif RS Kanker Dharmais (ICU, HCU dan PICU) semakin meningkat disertai peningkatan kapasitas tempat tidur.
  • 6. • Umur • Zat penyebab kanker • Inflamasi kronis • Diet • Hormon Penyakit tidak menular yang ditandai adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas. • Imunosupresif • Agen penular • Obesitas • Rdiasi sinar matahari • Rokok & alkohol Faktor Resiko Definisi Faktor Resiko KANKER
  • 7. Sel membelah secara tidak terkendari dan menyebar ke jaringan sekitarnya. SEL KANKER
  • 8. PENGOBATAN 01 Pembedahan; suatu tindakan untuk mengangkat sel kanker/tumor dan jaringan sekitarnya. 02 Radiasi; pengobatan kanker melalui terapi radiasi untuk merusak atau membunuh sel-sel kanker. 0 3 Terapi sistemik; dibagi menjadi kemoterapi, terapi hormonal, terapi target, immunotherapy, hematopoietic stem cell transplant
  • 9. KEGAWATAN ONKOLOGI Suatu kondisi klinis metabolic, neurologi, kardiovaskuler, hemato-logi dan infeksi yang disebabkan oleh kanker atau pengobatannya yang membutuhkan intervensi segera untuk mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas hidup
  • 10. 2. Neurologi 3. Kardiovaskular 1. Metabolik 4. Hematologi 2. Struktural 1. Metabolik KLASIF IKASI Umum Khusus 5. Infeksi
  • 11. Disseminated Intrav ascular Coagulation (DIC) 01 . Gangguan koagulasi sistemik
  • 12. Trombus intravaskular menyebar luas di pembuluh yang lebih kecil dapat menyebabkan: DIC sebagai komplikasi : •Disfungsi dan kegagalan organ, misalnya paru-paru, ginjal, otak, jantung, hati, limpa, adrenal, pankreas, dan saluran gastrointestinal •Perdarahan karena konsumsi trombosit dan faktor koagulasi •Infeksi •Gangguan vaskular •Reaksi alergi berat •Trauma •Reaksi imunologis berat •Reaksi transfusi yang tidak sesuai dengan ABO •Aneurisma •Penyakit hati •Penggunaan L asparaginase •Tumor padat (prostat, paru-paru, payudara, perut, empedu, usus besar, dan •ovarium) •Leukemia
  • 14. Pemeriksaan fisik Takikardia, hipotensi, penurunan nadi perifer, perubahan warna dan suhu ekstremitas Cardiov askuler Pernapasan Dispnea, takipnea, hipoksia, hemoptisis, sianosis, sesak napas Gastrointenstinal : hematemesis, nyeri perut, distensi abdomen, hasil positif tes feses guaiac Urogenitalia Hematuria (rasa terbakar, disuria, dan frekuensi yang berhubungan dengan hematuria), penurunan haluaran urin Muskuloskeletal Nyeri dan kekakuan sendi Gejala neurologis Sakit kepala, perubahan status mental
  • 15. Pemeriksaan fisik Mata, telinga, mulut, hidung, dan tenggorokan • Gangguan penglihatan, injeksi scleral, edema periorbital, perdarahan sub konjungtiva, nyeri mata atau telinga, petekie pada mukosa hidung atau mulut, epistaksis, nyeri tekan atau perdarahan dari gusi Integumen • Pucat, Petechiae, Ikterik, ekimosis, Hematoma, akral sianosis (area berwarna biru atau abu-abu yang tidak beraturan pada ekstremitas), Perdarahan dari tempat prosedur invasif Purpura fulminans jarang terjadi dan kondisi berat yang ditandai oleh nekrosis kulit meluas dan trombosis jaringan
  • 17.  Fokus pada penyebab yang mendasarinya, misal sepsis  Perbaiki hasil laboratorium, perbaiki kondisi pasien  Perbaiki hematologi ; Transfusi trombosit, plasma beku segar (FFP), kriopresipitat  Hindari obat-obatan yang mempengaruhi fungsi trombosit  Antikoagulan hanya direkomendasikan dengan jumlah trombosit minimal 50.000/mm3.  Cairan intravena (iv) sesuai kebutuhan  Terapioksigen bila diperlukan Penalataksanaan Medis Penatalaksanaan farmakologi
  • 19. Intervensi Untuk Tatalaksana Pada Area Perdarahan Aktif 1) Pemberian tekanan pada tempat perdarahan melalui balutan pressure atau bantal pasir 2) Kaji peran spiritualitas pada pasien dan dampak menerima produk darah Intervensi untuk membantu koping 1) Kaji sumber daya yang tersedia untuk pasien dan perawat 2) Berikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga
  • 20. Intervensi untuk memaksimalkan keselamatan pasien ; 1) Bantuan dengan aktivitas hidup sehari-hari (ADLs) untuk menghindari benturan atau gesekan kulit yang tidak perlu, serta angkat berat atau tegang 2) Gunakan pisau cukur listrik 3) Edukasi pasien dan keluarga terkait ; • Kemungkinan risiko terkait cedera/jatuh • Tanda dan gejala kritis yang harus dilaporkan, seperti memar; ruam merah; sakit kepala; bangku hitam; darah dalam urin atau tinja; perdarahan darigusi, hidung, mata, vagina, rektum, luka atau alat akses vena sentral • Menghindari obat-obatan yang dijual bebas yang dapat mengganggu • fungsi trombosit normal seperti aspirin dan obat antiinflamasi • nonsteroid (NSAID ) 4) Monitoring ketat mobilisasi dengan bantuan alat dan alas kaki yang sesuai yang dibutuhkan untuk ambulasi 5) Tempatkan tempat tidur dalam posisi rendah dan terkunci serta terpasang side rel 6) Nurse bell dalam jangkauan pasien
  • 22. Definisi Suatu kondisi di mana hormon antidiuretik (ADH), dalam bentuk teraktivasi yang disebut arginine vasopressin (AVP) Dipicu secara tidak tepat meskipun status balance cairan yang normal atau balance seimbang. Disertai hiponatremia dan hipoosmolalitas Kanker dapat memicu produksi ADH secara tidak normal
  • 23. PATOF ISIOLOGI Merangsang mekanisme rasa haus, yang menambah ketidakseimbangan asupan dan haluaran, berkontribusi terhadap hiponatremia Terjadi kehilangan kalium Hiponatremia terjadi disertai sekresi penurunan aldosterone dan peptida natriuretik atrium (ANP) yang memperburuk hiponatremia Aktifnya (AVP) menyebabkan gangguan ginjal tubulus untuk menyerap lebih banyak natrium dan air Konsentrasi natrium dalam darah/plasma merupakan penentu utama pelapasan AVP ADH disintesis di hipotalamus, dan disimpan serta dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior. ADH yang teraktivasi dikenal sebagai AVP.
  • 24. Sel kanker dapat menyebabkan pelepasan abnormal AVP 1. Perubahan osmolalitas plasma 2. Perubahan volume plasma ; Menghasilkan peningkatan air bebas dalam cairan ekstraseluler (interstitial) Menyebabkan hipo- osmolalitas plasma dan hiponatremia serum/plasma Natrium yang dikeluarkan dari ginjal Edema intraseluler(edema serebral)— saat cairan berpindah dari ruang ekstraseluler ke intraseluler PATOFISIOLOGI (CON’T)
  • 25. Penyebab SIADH Trauma kepala, infeksi, sindrom Guillain-Barré, dan/atau vaskulitis, meningitis, perdarahan, multiple sclerosis, epilepsy Gangguan sistem saraf Efek obat-obat 1. Agen antidepresan (selective serotonin reuptake inhibitor [SSRI], antidepresan trisiklik), karbamazepin, hidroklorotiazid, NSAID, agen neuroleptik, desmopresin, oksitosin 2. Agen kemoterapi, termasuk alkaloid vinca (vincristine, vinblastine), senyawa platinum (cisplatin, carboplatin), agen (siklofosfamid, ifosfamid, melphalan), metotreksat, dan imatinib Kanker Kanker neuroendokrin, Small cell lung cancer, Sistem saraf pusat, Kepala dan leher, Genitourinary, Gastrointestinal, Ovarium Penyakit Paru Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), gagal napas akut, asma, cystic fibrosis , sarkoidosis, pneumonia, tuberkulosis Lainnya Riwayat human immunodeficiencyvirus (HIV), acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), arteritis sel raksasa, idiopatik.
  • 26. Pemeriksaan fisik Hiponatremia kronis dapat menghasilkan gejala yang relatif ringan. 2. Kehilangan natrium akut dapat menghasilkan gejala yang lebih jelas. Tanda dan gejala:  Gejala neurologis ; perubahan kepribadian, sakit kepala, penurunan kesadaran, letargi, kelelahan, penambahan berat badan, penurunan output urin, disorientasi, dan peningkatan tekanan intrakranial.  Edema serebral pada hiponatremia akut dengan manifestasi ; iritabilitas, kebingungan, koma, kejang, dan henti napas  GIT ; kram perut, mual, muntah, diare, anoreksia PENGKAJIAN
  • 27. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium 1) Natrium serum (<135 mEq/L)  Sedang ; Natrium serum (130 - 134 mmol/L)  Berat ; Natrium serum (125 hingga 129 mmol/) 2) Osmolalitas plasma (<275 mOsm/kg) 3) Natrium urin >40 mEq/L 4) Glukosa darah 5) Perubahan fungsi ginjal ;  Penurunan kreatinin  Penurunan asam urat  Kortisol serum, defisiensi dapat menyebabkan hipersekresi ADH  Penurunan BUN  Peningkatan laju filtrasi glomerulus (GFR) PENGKAJIAN
  • 28. PENATALAKSANAAN MEDIS a) Pemberian cairan hipertonik NaCl 3 %, dosis yang direkomendasikan 0,5 sampai 1 mL/kg berat badan/jam ;  Hindari peningkatan natrium serum terlalu cepat  Koreksi natrium yang cepat dapat menyebabkan sindrom demielinasi osmotic b) Demeclocycline, 600 hingga 100 mg/hari c) Antagonis reseptor vasopresin (V2) dirokemnasikan untuk hiponatremia hipervolemik atau euvolemik berat seperti tolvaptan atau conivaptan d) Pemberian obat untuk mengatasi penyebab yang mendasari
  • 29. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN a) Untuk gejala ringan ;  Pembatasan cairan sampai 500 sampai 1500 mL/hari; asupan air tidak boleh melebihi haluaran urin  Tingkatkan asupan natrium (garam)  Loop diuretik untuk meningkatkan ekskresi air bebas  Tempatkan pasien pada tindakan pencegahan kejang ;  Tempatkan pasien pada kewaspadaan kejang  Pantau kadar natrium b) Timbang berat badan setiap hari c) Auskultasi suara paru d) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
  • 31. DEFINISI Pasien dengan infeksi disertai bakterimia Demam adalah tanda awal Identifikasi dini pasien yang berisiko untuk pencegahan dan penurunan angka kematian. • TD systole • Penurunan Kesadaran • Peningkatan frekuensi napas Pengkajian SOFA (Sequel Organ Failure Assesment)
  • 32. DEFINISI Sepsis, disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh gangguan regulasi respons pasien terhadap infeksi, yang melibatkan respons pro dan antiinflamasi Syok septik, sepsis yang disertai gangguan abolik, seluler, dan sirkulasi yang berat, itandai hipotensi yang membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan tekanan arteri rata- rata. Syok septik memiliki potensi kematian yang lebih besar daripada sepsis, dengan tingkat lebih besar dari 40%.
  • 33. PATOFISIOLOGI Tingkat keparahan yang berkelanjutan: infeksi > bakteremia > sepsis > syok septik > sindrom disfungsi organ multipel (MODS) > kematian Respon imun menyebabkan cedera seluler sehingga terjadi kerusakan atau kegagalan organ Bakteri, virus, atau jamur yang bersirkulasi melepaskan racun dan komponen sel ke dalam aliran darah (misalnya, sel plasma, neutrofil, makrofag,monosit). Kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan gangguan produksi sel darah putih (leukosit), terutama neutrophil Proses dimulai dengan infeksi dan menyebabkan peradangan intravaskular yang tidak terkendali dan tidak diatur
  • 34. Patogen • Gram positif, paling umum di Amerika Serikat akibat peningkatan penggunaan alat akses • Gram negatif penyebab utama seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, dan Streptococcus pneumoniae. Lebih dari 50% kasus adalah gram negatif • Infeksi disebabkan jamur dan virus
  • 35. F aktor Resiko Imunitas menurun Pemasangan alat Kesehatan seperti kateter vena sentral, kateter urin, saluran air Bakteremia, pneumonia yang didapat dari komunitas Community Aquired Pneumonia (CAP) Usia lanjut, lebih tua dari 65 Edema perifer Masuk unit perawatan intensif (ICU) Rawat inap sebelumnya Hospital Aquired Pneumonia (HAP) Diabetes Kanker Faktor genetic Empat jenis infeksi yang paling sering dikaitkan dengan sepsis: paru-paru, infeksi saluran kemih (ISK), kulit, dan mulut
  • 36. Manifestasi Klinis dan Disfungsi organ Demam >38°C,neutropenia neutrofilia, trombositopenia, DIC Gejala spesifik infeksi: batuk atau sesak napas pneumonia; drainase purulen dari luka dan adanya abses Takikardia, aritmia, hipotensi Sistole < 90 mm Hg; tekanan arteri rata-rata (MAP)<70 mm Hg; Takipnea, hipoksia, sesak napas, penurunan bunyi napas, ronki atau mengi, edema paru, sindrom distres pernapasan akut (ARDS) Gastro Intestinal: nyeri perut, distensi, Genitourinaria (GU): Lesi abses, penurunan output urin <0,5 mL/kg per jam selama minimal 2 jam tanpa hypovolemia,azotemia atau anuria Kulit: Lesi, eritema, nyeri tekan, kerusakan integritas kulit Mukosa mulut: Eritema, ulserasi, nyeri tekan Area pemasangan kateter: eritema, drainase purulen, inflamasi, nyeri tekan Neurologis: Disorientasi Ekstremitas: Edema Nyeri hebat atau tidak nyaman
  • 37. Manifestasi Klinis dan Disfungsi organ • Kulit atau akral dingin karena malsirkulasi dan dialihkan ke organ vital • Pasien membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan MAP 65 mm Hg meskipun status cairan adekuat • Peningkatan kadar laktat Syok sepsis
  • 38. Pemeriksaan Penunjang  Koagulasi termasuk D-dimer, PT dan aPTT  Serum laktat  Gas darah arteri  Kultur darah, kultur luka, kultur cairan tubuh (sputum, urin) untuk mencari sumber infeksi  Rontgen thorax
  • 39. Penatalaksanaan Medis  Gunakan terapi antibiotik empiris spectrum luas yang diberikan dalam satu jam pertama  Berikan terapi vasopresor sesuai instruksi untuk mempertahankan MAP 65 mm Hg  Pantau haluaran urin > 0,5 mL/kg per jam  Berikan glukokortikoid  Transfusi darah sesuai indikasi
  • 40.  Atasi sepsis dengan segera  Pertahankan jalan napas untuk oksigen tambahan dan untuk mengatasi hipoksia  Pastikan akses vena aman dan mulai penggantian cairan secara cepat.  Lakukan kultur darah sebelum memberikan antibiotic  Monitor status pernapasan  Berikan terapi oksigen untuk mempertahankan SpO2 pada >94% (misalnya, nasal kanula, nonrebreathing mask atau ventilasi mekanis jika diperlukan)  Monitor respons klinis  Ukur tanda-tanda vital, monitor Mean Arterial Pressure(MAP)  Ukur haluaran urin  Observasi warna kulit  Observasi status mental atau kesadaran Penatalaksanaan Keperawatan
  • 42. DEFINISI  Kedaruratan onkologis di mana sejumlah besar sel tumor dihancurkan dengan cepat, keluarnya komponen intrasel dalam sirkulasi sistemik, berpotensi mengakibatkan komplikasi serius, dimanifestasikan dengan gangguan elektrolit.  Tumor lysis syndrome (TLS) dapat terjadi dalam waktu 6 jam setelah inisiasi terapi kanker.  Pengobatan target terapi pada kanker menunjukkan resiko terjadi TLS
  • 43. Patofisiologi Khemoterapi Hancurnya sel-sel secara cepat Melepaskan produk intraseluler ke dalam sirkulasi Asam nukleat (yang diubah menjadi asam urat), kalium dan fosfor Ekskresi instrasel menyebabkan gangguan ginjal akut (AKI), akibat: Hiperurisemia : asam urat mengkristal di ginjal Hiperkalemia: sel yang lisis secar massif akan melepaskan kalium ke dalam sirkulasi, dimanifestasikan oleh kelemahan otot dan aritmia jantung Hiperfosfatemia: dapat menyebabkan gejala GI seperti mual, muntah, dan diare Hipokalsemia dari pengikatan fosfat ke kation kalsium diikuti gejala kram, hipotensi, tetani, dan aritmia. Ikatan Fosfat- kalsium juga terakumulasi dalam jaringan ginjal
  • 44. Patofisiologi Pasien kanker yang beresiko tinggi ; Limfoma Burkitt, leukemia limfoblastik akut, leukemia myeloid akut, diffuse large B-cell lymphoma(DLBCL) dan limfoma derajat tinggi lainnya TLS terjadi pada kanker yang memiliki tingkat proliferasi Tumor dengan sensitivitas tinggi terhadap kemoterapi Tingkat keparahan TLS di pengaruhi LDH tinggi, Leukosit >50.000/mm3, metastasis hati , gangguan sumsum tulang, stadium kanker, tingkat proliferative sel kanker Penyakit penyerta yang mempengaruhi terhadap perkembangan TLS  Penyakit ginjal kronis (PGK)  Oliguria/urin asam  Dehidrasi atau resusitasi cairan yang tidak adekuat  Paparan obat nefrotoksik seperti vankomicin, aminoglikosida, agen kontras untuk tujuan diagnostic  Splenomegali  Limfadenopati luas  Asites  Riwayat hiperurisemia atau hiperfosfatemia  Mutasi tumor
  • 45. Modalitas terapi yang beresiko menyebabkan TLS Kemoterapi, target terapi MoABs Kortikosteroid Terapi hormone Radiasi
  • 46. PENGKAJIAN Hipokalsemia ditandai: Parestesia Tetani Kecemasan Bronkospasme Kejang Henti jantung Kalsium yang disimpan dalam jaringan dapat menyebabkan: Gatal Iritis Arthritis Uremia ditandai: Kelelahan Kelemahan Mual dan muntah Anoreksia Kesulitan berkonsentrasi Kelebihan cairan Diagnosis dan pemeriksaan laboratorium Tes fungsi hati Fosfor Urinalisis LDH
  • 47. PENATALAKSANAAN MEDIS Mengurangi risiko terjadi TLS • Berikan hidrasi IV 24 hingga 48 jam sebelum terapi • Agen / obat penurun asam urat, (yaitu, allopurinol, rasburicase, febuxostat) Ketika terjadi TLS • Segera atasi TLS yang dikonfirmasi • Tunda pengobatan Manajemen hiperkalemia • Ringan : Hidrasi, Diuretik loop (meningkatkan sekresi kalium), Sodium polystyrene sulfonate • Berat, sama dengan ringan disertai : Glukosa hipertonik misal dextrose 40%, insulin, mengeluarkan kalium dari ruang intraseluler ke ekstraseluler, Natrium bikarbonat Manjemen hiperfosfatemia • Berikan resusitasi cairan agresif • Terapi/Obat untuk mengikat fosfat Manajemen hiperurisemia • Allopurinol, untuk kadar asam urat <8 mg/dL, menghambat dalam produksi asam urat • Rasburicase, diberikan secara intravena. Mengubah asam urat menjadi metabolit asam urat yang tidak aktif dan larut untuk memungkinkan ekskresi.
  • 48. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN 1) Monitoring fungsi cardiovaskuler secara secara terus menerus, pemantauan elektrolit intensif, status fungsi ginjal, pemeriksaan laboratorium asam urat setiap 4 hingga 6 jam (pada pasien resiko tinggi 2) Pantau status jantung bila ditemukan hiperkalemia, dan tinjau kembali obat-obatan yang berkontribusi terhadap peningkatan kadar kalium 3) Batasi asupan makanan makanan kaya kalium 4) Pantau perubahan elektrokardiografi (EKG) 5) Monitor asupan dan haluaran, berat badan setiap hari 6) Monitor bila ada indikasi untuk dialisis, dengan pertimbangan ; • Oliguria atau anuria berat • Kelebihan cairan persisten atau terus menerus • Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi • Hipokalsemia simtomatik karena hyperphosphatemia • Ikatan kalsium-fosfat 70 mg2/dL
  • 50. DEFINISI Kadar kalsium yang abnormal tinggi (>10,5 mg/dL) Kedaruratan onkologi yang paling sering terjadi pada 20% hingga 30% dari semua pasien kanker Hiperkalsemi Ringan: kadar kalsium antara 12- 14 mg/dL Hiperkalsemi Berat: kadar kalsium > 14 mg/dL
  • 51. PATOFISIOLOGI Metabolisme kalsium dan tulang diatur oleh hormone parathyroid (PTH), calcitriol dan calcitonin. Hormon-hormon ini mempengaruhi tulang, ginjal, dan usus kecil untuk mempertahankan homeostasis kalsium. PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang dan ginjal. Tubuh mendeteksi kadar kalsium rendah, calcitriol bekerja di usus dan merangsang penyerapan asupan kalsium makanan untuk kebutuhan tubuh. Kalsitonin bekerja menurunkan kadar kalsium serum dengan menekan reabsorpsi kalsium tulang dan ginjal.
  • 52. Penyebab • Kanker: payudara, paru-paru, prostat, Mieloma multiple, Limfoma dan Keganasan hematologi • Hiperparatiroidisme • Intoksikasi vitamin D • Gangguan granulomatosa kronis • Obat-obatan (misalnya, diuretik, lithium)
  • 53. Pemeriksaan fisik 1. Hiperkalsemia ringan (<12 mg/dL), dapat asimtomatik atau disertai gejala konstipasi, kelelahan, dan depresi yang samar 2. Hiperkalsemia berat (12 –14 mg/dL), peningkataan dapat terjadi secara kronis atau akut 3. Elevasi akut pasien memiliki gejala yang nyata seperti  Gejala GI ; anoreksia, kram perut, kehilangan nafsu makan. Berat: mual, muntah, pankreatitis, tukak lambung  Gejala neurologis ; gelisah, sulit berkonsentrasi, lesu, bingung. Berat: kejang, koma  Gejala Muskuloskeletal ; kelelahan dan kelemahan umum. Berat: ataksia dan fraktur patologis  Gejala ginjal ; poliuri, nokturia, polidipsia. Berat: gagal ginjal.  Gejala kardiovaskular ; hipotensi ortostatik, interval QT memendek. Berat: aritmia ventrikel, peningkatan segmen ST PENGKAJIAN Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Kalsium serum 2. Pemeriksaan PTH
  • 54. Penatalaksanaan Medis  Mengurangi kalsium serum dengan hidrasi IV—0,9% atau normal saline 200 hingga 500 cc/jam  Berikan diuretik loop  Mempertahankan kalsium dalam tulang/menghambat mobilisasi kalsium dari tulang melalui Bifosfonat, pamidronat, Denosumab, Kalsitonin, Glukokortikoid
  • 55.  Monitor asupan dan haluaran dengan cermat, status mental, dan gejala yang berhubungan dengan hiperkalsemia  Timbang berat badan setiap hari  Berikan cairan IV untuk hidrasi sesuai instruksi  Berikan dukungan psikososial bila terjadi perubahan tingkat kesadaran Penatalaksanaan Keperawatan
  • 56. 06. PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL Kondisi neurologis yang berpotensi mengancam jiwa akibat terjadi peningkatan jaringan otak, darah, cairan serebro spinal (CSF), atau yang terjadi di rongga intrakranial, yang mengakibatkan kerusakan sel saraf, deficits neurologis permanen dan kematian
  • 57. PATOF ISIOLOGI Kanker primer atau metastasis dalam rongga intrakranial, metastasis leptomeningeal, pembekuan darah, sindrom ensefalopati reversibel posterior, infeksi, atau gangguan metabolisme Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) (dengan atau tanpa perpindahan struktur intrakranial) Cedera otak akibat kompresi batang otak dan/atau penurunan aliran darah otak; menyebabkan nekrosis jaringan
  • 58. Pengkajian 1. Identifikasi pasien yang berisiko a. Pasien dengan kanker paru-paru, payudara, dan ginjal, serta melanoma, dengan risiko metastasis ke otak b. Pasien dengan tumor primer otak atau sumsum tulang belakang c. Pasien dengan diagnosis leukemia, limfoma, atau neuroblastoma d. Pasien kanker dengan trombositopenia, disfungsi trombosit, atau (DIC) yang beresiko perdarahan sehingga menyebabkan peningkatan TIK. e. Pasien dengan infeksi seperti ensefalitis, meningitis, atau kandidiasis sistemik, terutama pasien dengan imunokompromise f. Pasien dengan sekresi ADH yang tidak tepat g. Pasien dengan riwayat terapi radiasi (RT) kepala h. Pasien dengan reservoir Ommaya yang mengalami abstruksi i. Pasien dengan pemberian cytosine arabinoside (HiDAC) dosis tinggi
  • 59. Pengkajian 2. Identifikasi tanda dan gejala  Tanda dan gejala awal: sakit kepala (lebih berat di pagi hari, membungkuk, atau selama manuver Valsava), mual, muntah, kelemahan  Tanda dan gejala lebih lanjut ; a. Neurologis: sakit kepala, kelainan saraf kranial, papiledema  Nyeri kepala dapat dimulai atau diperberat oleh manuver Valsava, batuk, muntah, olahraga, atau membungkuk  Nyeri kepala bersifat tumpul, tajam, atau berdenyut, dan sakit kepala semakin hebat, frekuensi sering , dan durasi lama  Penglihatan kabur (diplopia), fotofobia, dilatasi pupil kontra lateral, penurunan lapang pandang  Gerak ekstremitas, kelemahan ipsilateral  Letargi, apatis, bingung, gelisah  Perubahan bicara seperti respon yang lambat atau tertunda, kata-kata yang tidak jelas  Tingkat kesadaran ; penurunan berkonsentrasi, perubahan kepribadian, hemiplegia, hemiparesis,kejang, perubahan pupil  Papilledema  Skor Glasgow Coma Scale kurang dari 8  Postur tidak normal  Peningkatan suhu
  • 60. Pengkajian 2. Identifikasi tanda dan gejala (con’t)  Tanda dan gejala lebih lanjut ; b. Gastrointestinal (GI)  Mual/muntah yang hebat terutama di pagi hari, muntah proyektil, tiba-tiba, tidak terduga, tidak berhubungan dengan asupan makanan  Kehilangan nafsu makan c. Pernapasan  Pernapasan lambat dan dangkal; tachypnea; Pernapasan Cheyne-Stokes d. Trias Cushing  Bradikardia, depresi pernapasan, dan hipertensi
  • 61. Pengkajian Pemeriksaan Diagnostik  MRI (pilihan utama), CT Scan, angiografi serebral, atau Positron Emission Tomography (PET) Scan.  Pemeriksaan CSF jika dicurigai adanya metastasis leptomeningeal atau meningitis
  • 62.  Pembedahan  Radioterapi, jika tumor radiosensitive  Hiperventilasi  Pemberian sedasi selama diintubasi dengan mempertahankan tekanan (PCO2) 26 -30 mm Hg  Hentikan obat-obatan yang menyebabkan Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)  Khemoterapi atau target terapi  Kortikosteroid  Osmoterapi  Cairan isotonik seperti normal saline  Pemberian Manitol, Terapi antikejang, Antipiretik bila disertai demam, Sedatif, Diuretik loop (misalnya furosemide), Pelunak feses mencegah konstipasi dan mengejan, Antiemetik jika diindikasikan Penalataksanaan Medis Penatalaksanaan farmakologi
  • 64. • Elevasi kepala, sekitar 30 derajat • Hindari fleksi atau rotasi leher yang berlebihan • Gunakan teknik log-roll saat memutar pasien, jaga agar pasien tetap pasif • Hindari posisi tengkurap atau aktivitas yang menekan perut • Hindari manuver Valsava Atur posisi untuk menurunkan TIK dengan memaksimalkan venous return dari kepala Berikan pendinginan mekanis(blanket roll) Minimalkan pengisapan endotrakeal Hindari suhu rektal • Minimalkan stimulasi eksternal—cahaya, kebisingan, sentuhan, suhu •yang ekstrem • Dorong interaksi yang tenang antara pasien dan orang lain • Ajarkan tentang pengurangan stres strategi kepada pasien dan keluarga • Menyusun jadwal aktivitas harian dengan periode istirahat yang tepat Pertahankan lingkungan yang tenang Pertahankan tirah baring bila TIK meningkat diserati gejala yang progresif
  • 65. • Pertahankan tempat tidur pada posisi terendah dengan rel samping ditinggikan • Gunakan alat bantu sesuai kebutuhan • Gunakan alarm tempat tidur untuk memantau aktivitas pasien Cegah cedera • Kaji integritas kulit secara teratur; periksa titik-titik tekanan dan ekstremitas yang tidak bergerak • Gunakan matras antidekubitus • Ubah posisi setiap 2 jam • Anjurkan pasien tentang penggunaan alat bantu yang tepat • Bantu pasien dan keluarga untuk menggunakan koping positif dalam perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan mobilitas. Fasilitasi mobilitas fisik • Anjurkan pasien untuk melaporkan bila tanda dan gejala penyakit progresif • Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses edukasi • Kaji kesiapan untuk belajar dan metode pembelajaran yang disukai • Ajarkan pasien tentang perawatan diri, sumber daya komunitas, kontak daruratdischarge planning • Berikan informasi tentang proses penyakit, intervensi, hasil yang diharapkan Mengatasi kurang pengetahuan • Perubahan status mental • Perubahan penurunan curah jantung (perubahan tanda vital, penurunan keluaran urin, perubahan mentalitas) • Perubahan sensorik atau motorik—perubahan ketajaman visual, reaksi pupil, ekspresi verbal, Penurunan kekuatan otot, koordinasi, Gerakan • Pantau gejala terkait seperti mual, muntah, dan sakit kepala • Pantau serangan kejang • Setiap perubahan fungsi neurologis yang negatif memerlukan tindakan segera Pemantauan
  • 66. SPINAL CORD COMPRESSION (SCC) 07 . Kedaruratan neurologis yang terjadi ketika medula spinalis atau cauda equina terganggu oleh tekanan langsung, kolaps vertebra, atau keduanya yang disebabkan oleh penyebaran metastasis atau keganasan yang berkembang; kompresi menyebabkan fungsi neurologis terganggu jika tidak segera diobati
  • 67. Sumsum tulang belakang merupakan sesuah silinder jaringan saraf yang menempati dua pertiga bagian atas kanalis vertebralis. Sumsum tulang belakang dikelilingi oleh tulang pelindung (badan vertebral, lamina dan pedikel, dan prosesus spinosus) Sumsum tulang belakang memiliki fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Kompresi medula spinalis dapat terjadi karena invasi tumor ke vertebra dan akibat kolaps medula spinalis yang menyebabkan peningkatan tekanan, atau karena tumor primer medula spinalis Kompresi sumsum tulang belakang dapat menyebabkan perubahan kecil pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom atau kelumpuhan total. SCC adalah komplikasi neurologis kedua yang paling sering dari kanker metastatik
  • 68. PENGKAJIAN Identifikasi pasien berisiko • Kanker yang memiliki riwayat alami untuk bermetastasis ke tulang—payudara, paru-paru, prostat, ginjal, melanoma, limfoma non-Hodgkin, myeloma • Kanker yang bermetastasis ke otak dan sumsum tulang belakang—limfoma, seminoma • Kanker primer sumsum tulang belakang—ependymoma, astrocytoma, glioma • Riwayat fraktur kompresi vertebra • Penyakit metastasis saat datang Identifikasi riwayat penyakit •Anamnesis Histologi tumor primer, tanggal diagnosis, stadium saat diagnosis, riwayat pengobatan, riwayat penyakit metastasis; tanggapan terhadap pengobatan •Waktu sejak timbulnya gejala; tingkat dan derajat kompresi •Pengkajian nyeri yang komprehensif, termasuk awitan, durasi, lokasi, intensitas, deskripsi, dan faktor-faktor yang meredakan dan meredakan eksaserbasi •Masalah medis yang sudah ada sebelumnya dan obat-obatan saat ini Pemeriksaan fisik •a.Tanda dan gejala awal: •Nyeri lokal adalah gejala awal yang paling umum (96% dari pasien), sering digambarkan sebagai pegal. •Nyeri dapat mendahului gejala lain hingga 2 bulan •Sakit leher atau punggung—selalu membutuhkan evaluasi segera pada pasien kanker •b.Tanda dan gejala lanjut ; tidak nyaman; nyeri dapat menyebar atau radikuler, dan dapat meningkat saat terlentang, batuk, bersin, atau dengan manuver Valsava.
  • 69.  Pembedahan  Radioterapi  Kortikosteroid ;  Profilaksis GI dengan Proton Pump Inhibitor (PPI)  Analgesik ;  Khemoterapi  Antikoagulasi  Regimen usus  Obat untuk suport/ remodeling tulang untuk mengurangi kondisi lebih beratt Penalataksanaan Medis Penatalaksanaan farmakologi
  • 71. • Mobilisasi pasien sesuai kondisi tulang belakang • Pertahankan posisi tulang belakang netral dengan menggunakan teknik log-roll • Bantu pasien untuk mempertahankan tingkat kemandirian yang aman dalam batasan • Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kekhawatiran tentang efek keterbatasan • pada aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) dan gaya hidup Tingkatkan mobilitas fisik Memperbaiki atau mempertahankan fungsi neurologis Monitor perkembangan defisit motorik atau sensorik setiap 8 jam • Palpasi distensi kandung kemih jika interval berkemih meningkat • Catat frekuensi dan karakteristik feses setiap buang air besar • Lakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa impaksi jika tidak ada buang air besar dalam 3 hari, kecuali neutropenia atau trombositopenia • Catat intake dan output setiap 8 jam Kaji pola dan efektivitas eliminasi usus dan urin ;
  • 72. • Penurunan kekuatan dan koordinasi otot • Penurunan persepsi suhu, sentuhan, posis • Perubahan tingkat kesadaran Melakukan pemantauan • Kaji integritas kulit secara teratur dan evaluasi intervensi • Melembagakan rejimen perawatan kulit • Berikan instruksi kepada pasien dan keluarga tentang penilaian tekanan dan suhu benda, • Kontak dengan area perasaan atau sensasi yang terganggu Meningkatkan atau mempertahankan integritas kulit • Berikan pendidikan tentang perubahan pola eliminasi usus dan urin; nyeri, • fungsi sensorik dan motorik; integritas kulit; atau disfungsi seksual • Memberikan pendidikan tentang modalitas pengobatan, efek samping, perawatan diri Meningkatkan pengetahuan tentang proses penyakit dan intervensi terapeutik
  • 73. 08. SUPERIOR VENA CAVA SYNDROME (SVCS) Terganggunya aliran vena melalui vena cava superior pada kepala, leher, ekstremitas atas, dan dada karena adanya kompresi atau obstruksi pembuluh seperti tumor, getah bening node, atau trombus
  • 74. PATOFISIOLOGI Pembuluh darah besar berdinding tipis yang membawa sirkulasi dari kepala, leher, ekstremitas atas, dan dada bagian atas ke jantung Terletak di mediastinum; dikelilingi oleh struktur sternum, trakea, vertebra, aorta, bronkus kanan, kelenjar getah bening, dan arteri pulmonalis Bertekanan rendah yang mudah dikompresi; kompresi (akut atau bertahap) dapat terjadi dari berbagai penyebab. Kanker paru-paru sisi kanan paling beresko mengalami VCSS Bila ada obstruksi aliran vena ke jantung dari kepala, leher, dada, dan ekstremitas atas terganggu
  • 75. PATOFISIOLOGI Terbentuknya vena kolateral yang lebih kecil ke vena azigos atau vena cava inferior Tumor yang tumbuh cepat seringkali tidak memberikan kesempatan untuk terjadinya aliran kolateral Penurunan cardiac output Gangguan hemodinamik akibat efek massa pada jantung Trombosis terjadi secara bersamaan
  • 76. Pengkajian • Paling sering terjadi pada kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) dan SCLC, diikuti oleh limfoma. Keganasan lain dapat menyebabkan sindrom SVC. • Adanya kateter vena sentral dan alat pacu jantung • RT sebelumnya ke mediastinum sekunder akibat fibrosis vaskular • Kondisi terkait (misalnya, infeksi jamur, tumor jinak, aneurisma aorta) • Penyakit kardiovaskular Identifikasi pasien berisiko • Kaji faktor risiko • Kaji onset timbulnya gejala • Gejala lebih terasa di pagi hari atau saat membungkuk dan membaik setelah berdiri tegak selama beberapa jam • Kaji gejala seperti dispnea (gejala paling umum), sensasi kepala penuh, sakit kepala, penglihatan kabur, hidung tersumbat, suara serak, disfagia, batuk tidak produktif, perlu tidur dalam posisi tegak, nyeri dada • Gejala ringan mungkin hilang setelah pasien tegak untuk beberapa jam Riwayat Penyakit
  • 77. Pengkajian Pemeriksaan fisik • Kemerahan dan edema pada konjungtiva dan sekitar mata dan wajah • Pembengkakan pada leher, lengan, tangan; pria mungkin mengalami masalah dalam mengancingkan kerah kemeja (tanda Stokes) • Leher dan distensi vena toraks—dengan vena kolateral yang terlihat • Suara serak E. Wanita mungkin mengalami pembengkakan payudara • Disfagia, suara serak, hemoptisis • Sindrom Horner— kelopak mata terkulai (ptosis) dan konstriksi pupil (miosis), terkadang disertai dengan penurunan keringat (anhidrosis) pada wajah pada sisi yang sama • Tanda-tanda lebih lanjut ; • Sianosis terutama pada lengan atas • Gejala peningkatan TIK—sakit kepala berat, gangguan penglihatan, penglihatan kabur, pusing, sinkop, iritabilitas, perubahan status mental • Stridor, tanda gagal jantung kongestif • Takikardia, takipnea, ortopnea • Hipotensi, tidak adanya denyut perifer
  • 78. Pemeriksaan Diagnostik • Untuk mengidentifikasi penyebab SVCS dan adanya pembuluh darah kolatera CT toraks (kontras) • Sensitif untuk SVCS, bila tidak toleran kontras; MRI • Bila ada rencana radiasi dan untuk menentukan ganas atau jinak PET scan • Untuk menentukan luasnya trombus, penempatan stent atau rencana operasi Venografi • Menunjukkan pelebaran mediastinum dan efusi pleura. Hasil radiografi • bronkoskopi, biopsi sumsum tulang, mediastinoskopi, torakosentesis, analisis sputum, dan FNAB Pemeriksaan histologis • Gas darah arteri • Elektrolit, fungsi ginjal • Darah Pemereksian Lengkap • Hemostasis Pemeriksaan laboratorium
  • 79. Penalataksanaan Medis  Mengatasi obstruksi dan penyebab yang mendasari munculnya gejala  Terapi trombolitik untuk mengobati trombosis  Kortikosteroid  Diuretik  Terapi antineoplastik sendiri atau bersamaan dengan radiasi pada pasien yang kemosensitif seperti SCLC, limfoma non-Hodgkin, atau kanker sel germinal  Terapi radiasi ;dengan pertimbangan  Penempatan stent intravaskular perkutan ;  Lepas kateter vena sentral untuk menghindari embolisasi.  Bedah rekonstruksi SVC atau reseksi bedah tumor (jarang dilakukan karena prognosis yang buruk pada sebagian pasien dengan SVCS)
  • 80. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN • Pertahankan jalan napas • Posisikan pada posisi Fowler atau semi-Fowler untuk mengurangi edema, dispnea, dan tekanan hidrostatik • Anjurkan pasien untuk menghindari manuver Valsava atau aktivitas mengejan lainnya • Bantu dengan ADL untuk menghemat pernapasan dan energi • Kaji distres pernapasan progresif • Berikan oksigen sesuai kebutuhan Pertahankan pertukaran gas yang adekuat • Observasi perfusi jaringan (penurunan nadi perifer, penurunan darah tekanan darah, sianosis) • Monitor Cardiac Output (perubahan tanda vital, penurunan keluaran urin, perubahan mental • Ukur balance cairan Pertahankan curah jantung yang adekuat
  • 81. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN • Memberikan informasi tanda dan gejala kritis yang menunjukan progresifitas penyakit • Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses pendidikan • Kaji kesiapan belajar dan metode pembelajaran yang disukai • Instruksikan pasien dalam tindakan perawatan diri, sumber daya komunitas, dan kontak darurat • Edukasi tentang proses penyakit, intervensi, harapan terhadap hasil Meningkatkan pengetahuan • Hindari pungsi vena, pemberian cairan IV, injeksi intramuskular (IM), atau pengukuran tekanan darah di bagian atas ekstremitas • Lepaskan perhiasan (misalnya cincin) dan pakaian yang terlalu ketat • Kaji perubahan status neurologis atau mental • Pantau tanda dan gejala efek samping terapi antikoagulan— petechiae; ekimosis; perdarahan—gusi, hidung, saluran kemih, sistem GI • Pantau tanda dan gejala efek samping terapi steroid— kelemahan otot, perubahan suasana hati, glikosuria yang diinduksi steroid, dispepsia, insomnia Mencegah cedera
  • 82. 09 . Pericardial Efusion Akumulasi cairan yang berlebihan di rongga perikardial yang menimbulkan tekanan ekstrinsik pada dinding jantung, yang mengakibatkan gangguan pengisian intrakardiak, penurunan curah jantung, dan gangguan fungsi jantung.
  • 83. Perikardium adalah kantung berlapis dua (lapisan parietal dan visceral) yang mengelilingi jantung Ketika tekanan intraperikardial meningkat, terjadi hal- hal berikut: Ruang antara kedua lapisan tersebut adalah rongga perikardial Rongga biasanya diisi dengan 10 sampai 50 mL cairan yang dihasilkan oleh sel mesotel perikardium viseral. cairan di antara lapisan jantung yang berlawanan ini memungkinkan jantung bergerak tanpa gesekan Reses dan sinus dapat menampung peningkatan terbatas cairan perikardial Rongga jantung terkompresi, pengisian ventrikel kiri menurun Kemampuan jantung untuk memompa menurun Curah jantung menurun, dan tekanan darah turun Gangguan perfusi sistemik, diikuti syok kardiogenik
  • 84. PENGKAJIAN Identifikasi Pasien Yang Berisiko  Mesothelioma dan sarkoma (termasuk sarkoma Kaposi)  Pasien dengan tumor metastatik ke perikardium  Riwayat radiasi > 4000 cGy sekitar area jantung  Pasien yang menerima kemoterapi yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler ( misalnya antrasiklin, interferon, interleukin, granulosit-makrofag faktor perangsang koloni)  Memiliki komorbiditas seperti penyakit jantung, miksedema, tuberkulosis, aneurisma, gagal ginjal, dan riwayat operasi jantung (misalnya, operasi katup) Pemeriksaan Fisik  Triad Beck: suara jantung halus, hipotensi, dan peningkatan tekanan vena jugularis  Pulsus paradoxus (penurunan tekanan darah lebih dari 10 mm Hg dengan inspirasi)  Penurunan tekanan sistolik dan peningkatan tekanan diastolik (tekanan nadi sempit)  Distensi vena jugularisF. Takikardia—lebih dari 100 denyut/menit; mekanisme perlindungan  Jantung berdebar-debar  Takipnea, ortopnea  Peningkatan tekanan vena sentral (CVP)  Perubahan tingkat kesadaran  Sianosis, sentral dan perifer; kulit dingin berbintik-bintik  Pengisian kapiler tertunda
  • 85. PENGKAJIAN Tanda dan gejala awal tidak spesifik Dispnea saat aktivitas Takikardia, nyeri dada Gelisah Kelelahan, malaise Tanda dan gejala lanjut  Nyeri dada retrosternal dan meningkat saat berbaring terlentang atau dengan inspirasi; menyebar ke leher dan rahang; nyeri dada sulit dibedakan dari infark miokard  Oliguria  Edema perifer  Diaforesis  Ansietas dan agitasi, perubahan status mental  Cegukan  Suara serak, disfagia  Nyeri kuadran kanan atas yang tidak jelas akibat kongesti vena hepatik
  • 86. Pemeriksaan Diagnostik  Rontgen dada -> terlihat diameter perikardial transversal yang membesar  CT -> terlihat efusi pleura, massa, atau penebalan perikardial  Ekokardiografi  Hasil Elektrokardiografi (EKG) -> elevasi segmen ST dengan depresi ST resiprokal pada aVR. Inversi gelombang-T dapat terlihat dengan efusi perikardial yang besar),sinus takikardia, tegangan QRS  rendah, dan alternan listrik hadir  Kateterisasi jantung  MRI sangat sensitif dalam mendeteksi efusi sekecil 30 mL  Evaluasi data laboratorium.; gas darah arteri dan elektrolit
  • 87.  Perikardiosentesis untuk tamponade perikardial akut  Observasi adanya komplikasi seperti perdarahan, perubahan tanda vital, aritmia  jantung, infeksi, dan nyeri perut atau bahu.  Perikardektomi total  Radioterapidi  Terapi antineoplastik sistemik  Kortikosteroid  Analgesik sesuai indikasi  Monitor obat-obatan beta blocker atau anestesi dengan efek samping penurunan curah jantung Penalataksanaan Medis Penatalaksanaan farmakologi
  • 88.  Monitor hemodinamik berkala, evaluasi ketidakstabilan (mis., sinus takikardia, penurunan tekanan darah)  Kaji karakter dan jumlah drainase dari kateter perikardial jika ada  Lakukan penilaian status pernapasan secara teratur dan sering, evaluasi perubahan  Berikan terapi oksigen sesuai indikasi  Posisi dengan kepala tempat tidur ditinggikan Penatalaksanaan Keperawatan
  • 89. 8 9  Perfusi yang buruk dan terjadi hipoksia, metabolisme anaerob, asidosis laktat.  Leukostasis Meningkatnya jumlah leukosit darah perifer lebih dari 100ribu/ul. Gejala klinis berupa pusing, penglihatan kabur, tinitus, ataksia, delirium, perdarahan retina dan perdarahan intra kranial T anda Definisi G ejala HIPERLEUKOSITOSIS
  • 90. 9 0 Berdampak pada peningkatan morbiditas, angka kematian dan penurunan kualitas hidup. Resiko Infeksi meningkat bila ANC kurang dari 1.000/mm3. 20% pasien dengan ANC kurang dari 100/mm3 bersifat bakteremia. Komplikasi yang paling sering akibat pengobatan kanker, khususnya kemoterapi. Definisi FEBRILE NEUTROPENI
  • 91. PERAWATAN KRITIS PASIEN KANKER Diberikan pada pasien kanker dengan kegagalan organ akibat komplikasi akut, penyakitnya atau sekuel dari regimen terapi yang diberikan. KRITERIA MASUK ICU
  • 92. Pasien yang beresiko tidak mendapatkan terapi intensif. Pasien masuk dengan pertimbangan atau persetujuan KIC yang sewaktu-waktu harus dikeluarkan bila prioritas 1, 2, dan 3 membutuhkan ICU. Pasien sakit kritis yang tidak stabil membutuhkan terapi intensif dan tertritasi. Pasien kritis yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya dan kemungkinan sembuhnya kecil. SKALA PRIORITAS 92 1 2 3 4
  • 93. 93 • Diagnosa keganasan sebelumnya • Gejala yang timbul akibat kanker atau komplikasi pengobatan • Pengobatan yang diberikan sebelumnya • Akselerasi progresifitas gejala • Jarak antara pengobatan dan gejala • Pengobatan  keganasan >< komplikasi • Kondisi medis lainnya/penyakit penyerta MANAJ EMEN PASIEN KANKER DI ICU
  • 94. Manajemen Nyeri dan paliatif care Cairan, Elektrolik dan Nutrisi MANAJEMEN PASIEN KANKER DI ICU Airway Manajemen, Ventilasi Mekanik, dan Terapi Oksigen
  • 95. Kanker dapat mengalami kegawatan karena pengobatan ataupun proses penyakit. Pasien kanker yang gawat membutuhkan perawatan intensif segera. Perawatan di ICU dengan mempertimbangkan kualitas hidup pasien dan beban caregiver. KESIMPULAN
  • 96. REF ERENSI ● Brant, Jeannine M.; Cope, Diane G.; and Saria, Marlon G. (2020). Core Curriculum for Oncology Nursing 6th ed. St. Louis, MO: Elsevier. Articles, Abstracts, and Reports. 2628. ● Higdon, M. L., Atkinson, C. J., & Lawrence, K. V. (2018). Oncologic Emergencies: Recognition and Initial Management. American family physician, 97(11), 741–748. ● Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit ● https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/900-world-fact-sheets.pdf 96