4. WHO, 2022
Pada tahun 2021 sejumlah 20 juta
orang terdiagnosis kanker dan 10
juta orang meninggal karena
kanker.
GLOBOCAN
jumlah kasus dan kematian
akibat kanker sampai dengan
tahun 2018 sebesar 18.1 juta kasus
dan 9.6 juta kematian
RISKESDAS, 2018
Prevalensi Penyakit Tidak
Menular seperti kanker, stroke,
penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus, dan hipertensi mengalami
kenaikan, prevalensi kanker naik
menjadi 1,8%
Pendahuluan
Kanker merupakan penyebab kematian
utama di dunia dan menimbulkan beban
semakin besar (WHO)
5. DATA SIMRSKD, 2022
Kunjungan pasien di RS Pusat
kanker Nasional Dharmais
periode Maret - Mei 2022 yaitu
pasien baru sejumlah 1736
(2022) dan 1576 (2019) jiwa
dan untuk pasien lama
sejumlah 60917 (2022) dan
57236 jiwa (2019).
Kebutuhan pasien kanker
di Perawatan Intensif RS
Kanker Dharmais (ICU,
HCU dan PICU) semakin
meningkat disertai
peningkatan kapasitas
tempat tidur.
6. • Umur
• Zat penyebab kanker
• Inflamasi kronis
• Diet
• Hormon
Penyakit tidak menular
yang ditandai adanya
sel/jaringan abnormal
yang bersifat ganas.
• Imunosupresif
• Agen penular
• Obesitas
• Rdiasi sinar matahari
• Rokok & alkohol
Faktor Resiko
Definisi
Faktor Resiko
KANKER
8. PENGOBATAN
01
Pembedahan; suatu tindakan untuk
mengangkat sel kanker/tumor dan
jaringan sekitarnya.
02
Radiasi; pengobatan kanker melalui
terapi radiasi untuk merusak atau
membunuh sel-sel kanker.
0 3
Terapi sistemik; dibagi menjadi kemoterapi,
terapi hormonal, terapi target,
immunotherapy, hematopoietic stem cell
transplant
9. KEGAWATAN
ONKOLOGI
Suatu kondisi klinis metabolic,
neurologi, kardiovaskuler,
hemato-logi dan infeksi yang
disebabkan oleh kanker atau
pengobatannya yang
membutuhkan intervensi
segera untuk mengurangi
kematian dan meningkatkan
kualitas hidup
12. Trombus intravaskular
menyebar luas di
pembuluh yang lebih kecil
dapat menyebabkan:
DIC sebagai komplikasi :
•Disfungsi dan kegagalan organ, misalnya paru-paru,
ginjal, otak, jantung, hati, limpa, adrenal, pankreas,
dan saluran gastrointestinal
•Perdarahan karena konsumsi trombosit dan faktor
koagulasi
•Infeksi
•Gangguan vaskular
•Reaksi alergi berat
•Trauma
•Reaksi imunologis berat
•Reaksi transfusi yang tidak sesuai dengan ABO
•Aneurisma
•Penyakit hati
•Penggunaan L asparaginase
•Tumor padat (prostat, paru-paru, payudara, perut,
empedu, usus besar, dan
•ovarium)
•Leukemia
14. Pemeriksaan fisik
Takikardia, hipotensi,
penurunan nadi perifer,
perubahan warna dan
suhu ekstremitas
Cardiov askuler Pernapasan
Dispnea, takipnea,
hipoksia, hemoptisis,
sianosis, sesak napas
Gastrointenstinal :
hematemesis, nyeri
perut, distensi abdomen,
hasil positif tes feses
guaiac
Urogenitalia
Hematuria (rasa
terbakar, disuria, dan
frekuensi yang
berhubungan dengan
hematuria), penurunan
haluaran urin
Muskuloskeletal
Nyeri dan kekakuan
sendi
Gejala neurologis
Sakit kepala, perubahan
status mental
15. Pemeriksaan fisik
Mata, telinga,
mulut, hidung,
dan tenggorokan
• Gangguan penglihatan, injeksi scleral, edema periorbital,
perdarahan sub konjungtiva, nyeri mata atau telinga, petekie pada
mukosa hidung atau mulut, epistaksis, nyeri tekan atau perdarahan
dari gusi
Integumen
• Pucat, Petechiae, Ikterik, ekimosis, Hematoma, akral sianosis (area
berwarna biru atau abu-abu yang tidak beraturan pada
ekstremitas), Perdarahan dari tempat prosedur invasif Purpura
fulminans jarang terjadi dan kondisi berat yang ditandai oleh
nekrosis kulit meluas dan trombosis jaringan
17. Fokus pada penyebab yang mendasarinya, misal
sepsis
Perbaiki hasil laboratorium, perbaiki kondisi pasien
Perbaiki hematologi ; Transfusi trombosit, plasma
beku segar (FFP), kriopresipitat
Hindari obat-obatan yang mempengaruhi fungsi
trombosit
Antikoagulan hanya direkomendasikan dengan
jumlah trombosit minimal 50.000/mm3.
Cairan intravena (iv) sesuai kebutuhan
Terapioksigen bila diperlukan
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
19. Intervensi Untuk Tatalaksana Pada Area Perdarahan Aktif
1) Pemberian tekanan pada tempat perdarahan melalui balutan pressure
atau bantal pasir
2) Kaji peran spiritualitas pada pasien dan dampak menerima produk darah
Intervensi untuk membantu koping
1) Kaji sumber daya yang tersedia untuk pasien dan perawat
2) Berikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga
20. Intervensi untuk memaksimalkan keselamatan pasien ;
1) Bantuan dengan aktivitas hidup sehari-hari (ADLs) untuk menghindari benturan atau
gesekan kulit yang tidak perlu, serta angkat berat atau tegang
2) Gunakan pisau cukur listrik
3) Edukasi pasien dan keluarga terkait ;
• Kemungkinan risiko terkait cedera/jatuh
• Tanda dan gejala kritis yang harus dilaporkan, seperti memar; ruam merah; sakit
kepala; bangku hitam; darah dalam urin atau tinja; perdarahan darigusi, hidung,
mata, vagina, rektum, luka atau alat akses vena sentral
• Menghindari obat-obatan yang dijual bebas yang dapat mengganggu
• fungsi trombosit normal seperti aspirin dan obat antiinflamasi
• nonsteroid (NSAID )
4) Monitoring ketat mobilisasi dengan bantuan alat dan alas kaki yang sesuai yang
dibutuhkan untuk ambulasi
5) Tempatkan tempat tidur dalam posisi rendah dan terkunci serta terpasang side rel
6) Nurse bell dalam jangkauan pasien
22. Definisi
Suatu kondisi di mana
hormon antidiuretik
(ADH), dalam bentuk
teraktivasi yang disebut
arginine vasopressin
(AVP)
Dipicu secara tidak tepat
meskipun status balance
cairan yang normal atau
balance seimbang.
Disertai hiponatremia
dan hipoosmolalitas
Kanker dapat memicu
produksi ADH secara
tidak normal
23. PATOF ISIOLOGI
Merangsang mekanisme rasa haus, yang menambah ketidakseimbangan asupan dan haluaran,
berkontribusi terhadap hiponatremia
Terjadi kehilangan kalium
Hiponatremia terjadi disertai sekresi penurunan aldosterone dan peptida natriuretik atrium
(ANP) yang memperburuk hiponatremia
Aktifnya (AVP) menyebabkan gangguan ginjal tubulus untuk menyerap lebih banyak natrium
dan air
Konsentrasi natrium dalam darah/plasma merupakan penentu utama pelapasan AVP
ADH disintesis di hipotalamus, dan disimpan serta dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior.
ADH yang teraktivasi dikenal sebagai AVP.
24. Sel kanker dapat
menyebabkan
pelepasan abnormal
AVP
1. Perubahan osmolalitas
plasma
2. Perubahan volume
plasma ;
Menghasilkan peningkatan
air bebas dalam cairan
ekstraseluler (interstitial)
Menyebabkan hipo-
osmolalitas plasma dan
hiponatremia
serum/plasma
Natrium yang dikeluarkan
dari ginjal
Edema intraseluler(edema
serebral)— saat cairan
berpindah dari ruang
ekstraseluler ke
intraseluler
PATOFISIOLOGI (CON’T)
25. Penyebab SIADH
Trauma kepala, infeksi, sindrom
Guillain-Barré, dan/atau
vaskulitis, meningitis,
perdarahan, multiple sclerosis,
epilepsy
Gangguan sistem saraf Efek obat-obat
1. Agen antidepresan
(selective serotonin
reuptake inhibitor [SSRI],
antidepresan trisiklik),
karbamazepin,
hidroklorotiazid, NSAID,
agen neuroleptik,
desmopresin, oksitosin
2. Agen kemoterapi,
termasuk alkaloid vinca
(vincristine, vinblastine),
senyawa platinum
(cisplatin, carboplatin),
agen (siklofosfamid,
ifosfamid, melphalan),
metotreksat, dan imatinib
Kanker
Kanker neuroendokrin, Small
cell lung cancer, Sistem saraf
pusat, Kepala dan leher,
Genitourinary,
Gastrointestinal, Ovarium
Penyakit Paru
Penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), gagal napas akut,
asma, cystic fibrosis , sarkoidosis,
pneumonia, tuberkulosis
Lainnya
Riwayat human
immunodeficiencyvirus (HIV),
acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS), arteritis sel
raksasa, idiopatik.
26. Pemeriksaan fisik
Hiponatremia kronis dapat menghasilkan gejala
yang relatif ringan. 2. Kehilangan natrium akut
dapat menghasilkan gejala yang lebih jelas.
Tanda dan gejala:
Gejala neurologis ; perubahan kepribadian,
sakit kepala, penurunan kesadaran, letargi,
kelelahan, penambahan berat badan,
penurunan output urin, disorientasi, dan
peningkatan tekanan intrakranial.
Edema serebral pada hiponatremia akut
dengan manifestasi ; iritabilitas, kebingungan,
koma, kejang, dan henti napas
GIT ; kram perut, mual, muntah, diare,
anoreksia
PENGKAJIAN
27. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
1) Natrium serum (<135 mEq/L)
Sedang ; Natrium serum (130 - 134 mmol/L)
Berat ; Natrium serum (125 hingga 129 mmol/)
2) Osmolalitas plasma (<275 mOsm/kg)
3) Natrium urin >40 mEq/L
4) Glukosa darah
5) Perubahan fungsi ginjal ;
Penurunan kreatinin
Penurunan asam urat
Kortisol serum, defisiensi dapat menyebabkan
hipersekresi ADH
Penurunan BUN
Peningkatan laju filtrasi glomerulus (GFR)
PENGKAJIAN
28. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pemberian cairan hipertonik NaCl 3 %,
dosis yang direkomendasikan 0,5 sampai
1 mL/kg berat badan/jam ;
Hindari peningkatan natrium serum
terlalu cepat
Koreksi natrium yang cepat dapat
menyebabkan sindrom demielinasi
osmotic
b) Demeclocycline, 600 hingga 100 mg/hari
c) Antagonis reseptor vasopresin (V2)
dirokemnasikan untuk hiponatremia
hipervolemik atau euvolemik berat
seperti tolvaptan atau conivaptan
d) Pemberian obat untuk mengatasi
penyebab yang mendasari
29. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a) Untuk gejala ringan ;
Pembatasan cairan sampai 500
sampai 1500 mL/hari; asupan air
tidak boleh melebihi haluaran urin
Tingkatkan asupan natrium (garam)
Loop diuretik untuk meningkatkan
ekskresi air bebas
Tempatkan pasien pada tindakan
pencegahan kejang ;
Tempatkan pasien pada
kewaspadaan kejang
Pantau kadar natrium
b) Timbang berat badan setiap hari
c) Auskultasi suara paru
d) Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
31. DEFINISI
Pasien dengan infeksi disertai bakterimia
Demam adalah tanda awal
Identifikasi dini pasien yang berisiko untuk pencegahan dan
penurunan angka kematian.
• TD systole
• Penurunan Kesadaran
• Peningkatan frekuensi napas
Pengkajian SOFA (Sequel Organ Failure Assesment)
32. DEFINISI
Sepsis, disfungsi organ yang
mengancam jiwa yang
disebabkan oleh gangguan
regulasi respons pasien
terhadap infeksi, yang
melibatkan respons pro dan
antiinflamasi
Syok septik, sepsis yang disertai gangguan
abolik, seluler, dan sirkulasi yang berat, itandai
hipotensi yang membutuhkan vasopresor
untuk mempertahankan tekanan arteri rata-
rata. Syok septik memiliki potensi kematian
yang lebih besar daripada sepsis, dengan
tingkat lebih besar dari 40%.
33. PATOFISIOLOGI
Tingkat keparahan yang berkelanjutan: infeksi > bakteremia > sepsis > syok septik > sindrom disfungsi
organ multipel (MODS) > kematian
Respon imun menyebabkan cedera seluler sehingga terjadi kerusakan atau kegagalan organ
Bakteri, virus, atau jamur yang bersirkulasi melepaskan racun dan komponen sel ke dalam aliran darah
(misalnya, sel plasma, neutrofil, makrofag,monosit). Kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan
gangguan produksi sel darah putih (leukosit), terutama neutrophil
Proses dimulai dengan infeksi dan menyebabkan peradangan intravaskular yang tidak terkendali dan
tidak diatur
34. Patogen • Gram positif, paling umum di Amerika Serikat
akibat peningkatan penggunaan alat akses
• Gram negatif penyebab utama seperti
Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Klebsiella pneumoniae, dan Streptococcus
pneumoniae. Lebih dari 50% kasus adalah
gram negatif
• Infeksi disebabkan jamur dan virus
35. F aktor
Resiko
Imunitas menurun
Pemasangan alat
Kesehatan seperti
kateter vena sentral,
kateter urin, saluran
air
Bakteremia,
pneumonia yang
didapat dari komunitas
Community Aquired
Pneumonia (CAP)
Usia lanjut, lebih tua
dari 65
Edema perifer
Masuk unit perawatan
intensif (ICU)
Rawat inap
sebelumnya Hospital
Aquired Pneumonia
(HAP)
Diabetes Kanker
Faktor genetic
Empat jenis infeksi
yang paling sering
dikaitkan dengan
sepsis: paru-paru,
infeksi saluran kemih
(ISK), kulit, dan mulut
36. Manifestasi Klinis dan Disfungsi organ
Demam >38°C,neutropenia
neutrofilia, trombositopenia,
DIC
Gejala spesifik infeksi:
batuk atau sesak napas
pneumonia; drainase
purulen dari luka dan
adanya abses
Takikardia, aritmia,
hipotensi Sistole < 90 mm
Hg; tekanan arteri rata-rata
(MAP)<70 mm Hg;
Takipnea, hipoksia, sesak
napas, penurunan bunyi
napas, ronki atau mengi,
edema paru, sindrom
distres pernapasan akut
(ARDS)
Gastro Intestinal:
nyeri perut, distensi,
Genitourinaria (GU):
Lesi abses, penurunan
output urin <0,5 mL/kg per
jam selama minimal 2 jam
tanpa
hypovolemia,azotemia atau
anuria
Kulit:
Lesi, eritema, nyeri tekan,
kerusakan integritas kulit
Mukosa mulut:
Eritema, ulserasi, nyeri
tekan
Area pemasangan kateter:
eritema, drainase purulen,
inflamasi, nyeri tekan
Neurologis:
Disorientasi
Ekstremitas: Edema
Nyeri hebat atau tidak
nyaman
37. Manifestasi Klinis dan Disfungsi organ
• Kulit atau akral dingin karena
malsirkulasi dan dialihkan ke organ
vital
• Pasien membutuhkan vasopresor
untuk mempertahankan MAP 65 mm
Hg meskipun status cairan adekuat
• Peningkatan kadar laktat
Syok sepsis
38. Pemeriksaan Penunjang
Koagulasi termasuk D-dimer,
PT dan aPTT
Serum laktat
Gas darah arteri
Kultur darah, kultur luka, kultur
cairan tubuh (sputum, urin)
untuk mencari sumber infeksi
Rontgen thorax
39. Penatalaksanaan Medis
Gunakan terapi antibiotik empiris
spectrum luas yang diberikan
dalam satu jam pertama
Berikan terapi vasopresor sesuai
instruksi untuk mempertahankan
MAP 65 mm Hg
Pantau haluaran urin > 0,5 mL/kg
per jam
Berikan glukokortikoid
Transfusi darah sesuai indikasi
40. Atasi sepsis dengan segera
Pertahankan jalan napas untuk oksigen tambahan dan untuk
mengatasi hipoksia
Pastikan akses vena aman dan mulai penggantian cairan
secara cepat.
Lakukan kultur darah sebelum memberikan antibiotic
Monitor status pernapasan
Berikan terapi oksigen untuk mempertahankan SpO2 pada
>94% (misalnya, nasal kanula, nonrebreathing mask atau
ventilasi mekanis jika diperlukan)
Monitor respons klinis
Ukur tanda-tanda vital, monitor Mean Arterial Pressure(MAP)
Ukur haluaran urin
Observasi warna kulit
Observasi status mental atau kesadaran
Penatalaksanaan Keperawatan
42. DEFINISI
Kedaruratan onkologis di mana sejumlah besar sel
tumor dihancurkan dengan cepat, keluarnya
komponen intrasel dalam sirkulasi sistemik,
berpotensi mengakibatkan komplikasi serius,
dimanifestasikan dengan gangguan elektrolit.
Tumor lysis syndrome (TLS) dapat terjadi dalam
waktu 6 jam setelah inisiasi terapi kanker.
Pengobatan target terapi pada kanker
menunjukkan resiko terjadi TLS
43. Patofisiologi
Khemoterapi
Hancurnya sel-sel
secara cepat
Melepaskan produk
intraseluler ke
dalam sirkulasi
Asam nukleat (yang
diubah menjadi
asam urat), kalium
dan fosfor
Ekskresi instrasel menyebabkan gangguan ginjal akut (AKI), akibat:
Hiperurisemia :
asam urat
mengkristal di ginjal
Hiperkalemia: sel
yang lisis secar
massif akan
melepaskan kalium
ke dalam sirkulasi,
dimanifestasikan oleh
kelemahan otot dan
aritmia jantung
Hiperfosfatemia:
dapat menyebabkan
gejala GI seperti
mual, muntah, dan
diare
Hipokalsemia dari
pengikatan fosfat ke
kation kalsium diikuti
gejala kram,
hipotensi, tetani, dan
aritmia. Ikatan Fosfat-
kalsium juga
terakumulasi dalam
jaringan ginjal
44. Patofisiologi
Pasien kanker yang beresiko tinggi ; Limfoma Burkitt, leukemia
limfoblastik akut, leukemia myeloid akut, diffuse large B-cell
lymphoma(DLBCL) dan limfoma derajat tinggi lainnya
TLS terjadi pada
kanker yang memiliki
tingkat proliferasi
Tumor dengan
sensitivitas tinggi
terhadap kemoterapi
Tingkat keparahan
TLS di pengaruhi
LDH tinggi, Leukosit
>50.000/mm3,
metastasis hati ,
gangguan sumsum
tulang, stadium
kanker, tingkat
proliferative sel
kanker
Penyakit penyerta yang
mempengaruhi terhadap
perkembangan TLS
Penyakit ginjal kronis (PGK)
Oliguria/urin asam
Dehidrasi atau resusitasi cairan
yang tidak adekuat
Paparan obat nefrotoksik
seperti vankomicin,
aminoglikosida, agen kontras
untuk tujuan diagnostic
Splenomegali
Limfadenopati luas
Asites
Riwayat hiperurisemia atau
hiperfosfatemia
Mutasi tumor
45. Modalitas terapi yang beresiko menyebabkan TLS
Kemoterapi, target
terapi MoABs
Kortikosteroid
Terapi hormone
Radiasi
47. PENATALAKSANAAN MEDIS
Mengurangi risiko
terjadi TLS
• Berikan hidrasi IV
24 hingga 48 jam
sebelum terapi
• Agen / obat
penurun asam
urat, (yaitu,
allopurinol,
rasburicase,
febuxostat)
Ketika terjadi TLS
• Segera atasi TLS
yang dikonfirmasi
• Tunda
pengobatan
Manajemen
hiperkalemia
• Ringan : Hidrasi,
Diuretik loop
(meningkatkan
sekresi kalium),
Sodium
polystyrene
sulfonate
• Berat, sama
dengan ringan
disertai : Glukosa
hipertonik misal
dextrose 40%,
insulin,
mengeluarkan
kalium dari ruang
intraseluler ke
ekstraseluler,
Natrium
bikarbonat
Manjemen
hiperfosfatemia
• Berikan
resusitasi cairan
agresif
• Terapi/Obat
untuk mengikat
fosfat
Manajemen
hiperurisemia
• Allopurinol, untuk
kadar asam urat
<8 mg/dL,
menghambat
dalam produksi
asam urat
• Rasburicase,
diberikan secara
intravena.
Mengubah asam
urat menjadi
metabolit asam
urat yang tidak
aktif dan larut
untuk
memungkinkan
ekskresi.
48. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Monitoring fungsi cardiovaskuler secara secara terus
menerus, pemantauan elektrolit intensif, status fungsi
ginjal, pemeriksaan laboratorium asam urat setiap 4
hingga 6 jam (pada pasien resiko tinggi
2) Pantau status jantung bila ditemukan hiperkalemia, dan
tinjau kembali obat-obatan yang berkontribusi terhadap
peningkatan kadar kalium
3) Batasi asupan makanan makanan kaya kalium
4) Pantau perubahan elektrokardiografi (EKG)
5) Monitor asupan dan haluaran, berat badan setiap hari
6) Monitor bila ada indikasi untuk dialisis, dengan
pertimbangan ;
• Oliguria atau anuria berat
• Kelebihan cairan persisten atau terus menerus
• Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi
• Hipokalsemia simtomatik karena hyperphosphatemia
• Ikatan kalsium-fosfat 70 mg2/dL
50. DEFINISI
Kadar kalsium yang abnormal tinggi (>10,5 mg/dL)
Kedaruratan onkologi yang paling sering terjadi pada 20% hingga
30% dari semua pasien kanker
Hiperkalsemi
Ringan: kadar
kalsium antara 12-
14 mg/dL
Hiperkalsemi Berat:
kadar kalsium > 14
mg/dL
51. PATOFISIOLOGI
Metabolisme kalsium dan tulang diatur oleh hormone parathyroid (PTH),
calcitriol dan calcitonin. Hormon-hormon ini mempengaruhi tulang, ginjal,
dan usus kecil untuk mempertahankan homeostasis kalsium.
PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang dan ginjal.
Tubuh mendeteksi kadar kalsium rendah, calcitriol bekerja di usus dan
merangsang penyerapan asupan kalsium makanan untuk kebutuhan
tubuh.
Kalsitonin bekerja menurunkan kadar kalsium serum dengan menekan
reabsorpsi kalsium tulang dan ginjal.
53. Pemeriksaan fisik
1. Hiperkalsemia ringan (<12 mg/dL), dapat asimtomatik
atau disertai gejala konstipasi, kelelahan, dan depresi
yang samar
2. Hiperkalsemia berat (12 –14 mg/dL), peningkataan
dapat terjadi secara kronis atau akut
3. Elevasi akut pasien memiliki gejala yang nyata seperti
Gejala GI ; anoreksia, kram perut, kehilangan nafsu
makan. Berat: mual, muntah, pankreatitis, tukak
lambung
Gejala neurologis ; gelisah, sulit berkonsentrasi, lesu,
bingung. Berat: kejang, koma
Gejala Muskuloskeletal ; kelelahan dan kelemahan
umum. Berat: ataksia dan fraktur patologis
Gejala ginjal ; poliuri, nokturia, polidipsia. Berat: gagal
ginjal.
Gejala kardiovaskular ; hipotensi ortostatik, interval QT
memendek. Berat: aritmia ventrikel, peningkatan
segmen ST
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Kalsium serum
2. Pemeriksaan PTH
54. Penatalaksanaan Medis
Mengurangi kalsium serum
dengan hidrasi IV—0,9% atau
normal saline 200 hingga 500
cc/jam
Berikan diuretik loop
Mempertahankan kalsium dalam
tulang/menghambat mobilisasi
kalsium dari tulang melalui
Bifosfonat, pamidronat,
Denosumab, Kalsitonin,
Glukokortikoid
55. Monitor asupan dan haluaran dengan cermat,
status mental, dan gejala yang berhubungan
dengan hiperkalsemia
Timbang berat badan setiap hari
Berikan cairan IV untuk hidrasi sesuai instruksi
Berikan dukungan psikososial bila terjadi
perubahan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan Keperawatan
56. 06.
PENINGKATAN TEKANAN
INTRAKRANIAL
Kondisi neurologis yang berpotensi mengancam jiwa akibat
terjadi peningkatan jaringan otak, darah, cairan serebro spinal
(CSF), atau yang terjadi di rongga intrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan sel saraf, deficits neurologis
permanen dan kematian
57. PATOF ISIOLOGI
Kanker primer atau metastasis dalam rongga intrakranial, metastasis leptomeningeal, pembekuan darah,
sindrom ensefalopati reversibel posterior, infeksi, atau gangguan metabolisme
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) (dengan atau tanpa perpindahan struktur intrakranial)
Cedera otak akibat kompresi batang otak dan/atau penurunan aliran darah otak; menyebabkan nekrosis
jaringan
58. Pengkajian
1. Identifikasi pasien yang berisiko
a. Pasien dengan kanker paru-paru, payudara, dan ginjal, serta melanoma,
dengan risiko metastasis ke otak
b. Pasien dengan tumor primer otak atau sumsum tulang belakang
c. Pasien dengan diagnosis leukemia, limfoma, atau neuroblastoma
d. Pasien kanker dengan trombositopenia, disfungsi trombosit, atau (DIC)
yang beresiko perdarahan sehingga menyebabkan peningkatan TIK.
e. Pasien dengan infeksi seperti ensefalitis, meningitis, atau kandidiasis
sistemik, terutama pasien dengan imunokompromise
f. Pasien dengan sekresi ADH yang tidak tepat
g. Pasien dengan riwayat terapi radiasi (RT) kepala
h. Pasien dengan reservoir Ommaya yang mengalami abstruksi
i. Pasien dengan pemberian cytosine arabinoside (HiDAC) dosis tinggi
59. Pengkajian
2. Identifikasi tanda dan gejala
Tanda dan gejala awal: sakit kepala (lebih berat di pagi hari, membungkuk,
atau selama manuver Valsava), mual, muntah, kelemahan
Tanda dan gejala lebih lanjut ;
a. Neurologis: sakit kepala, kelainan saraf kranial, papiledema
Nyeri kepala dapat dimulai atau diperberat oleh manuver Valsava, batuk, muntah,
olahraga, atau membungkuk
Nyeri kepala bersifat tumpul, tajam, atau berdenyut, dan sakit kepala semakin hebat,
frekuensi sering , dan durasi lama
Penglihatan kabur (diplopia), fotofobia, dilatasi pupil kontra lateral, penurunan lapang
pandang
Gerak ekstremitas, kelemahan ipsilateral
Letargi, apatis, bingung, gelisah
Perubahan bicara seperti respon yang lambat atau tertunda, kata-kata yang tidak jelas
Tingkat kesadaran ; penurunan berkonsentrasi, perubahan kepribadian, hemiplegia,
hemiparesis,kejang, perubahan pupil
Papilledema
Skor Glasgow Coma Scale kurang dari 8
Postur tidak normal
Peningkatan suhu
60. Pengkajian 2. Identifikasi tanda dan gejala (con’t)
Tanda dan gejala lebih lanjut ;
b. Gastrointestinal (GI)
Mual/muntah yang hebat terutama di pagi hari, muntah
proyektil, tiba-tiba, tidak terduga, tidak berhubungan dengan
asupan makanan
Kehilangan nafsu makan
c. Pernapasan
Pernapasan lambat dan dangkal; tachypnea; Pernapasan
Cheyne-Stokes
d. Trias Cushing
Bradikardia, depresi pernapasan, dan hipertensi
61. Pengkajian
Pemeriksaan Diagnostik
MRI (pilihan utama), CT Scan, angiografi serebral, atau Positron Emission
Tomography (PET) Scan.
Pemeriksaan CSF jika dicurigai adanya metastasis leptomeningeal atau
meningitis
62. Pembedahan
Radioterapi, jika tumor radiosensitive
Hiperventilasi
Pemberian sedasi selama diintubasi dengan
mempertahankan tekanan (PCO2) 26 -30 mm Hg
Hentikan obat-obatan yang menyebabkan Posterior
Reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)
Khemoterapi atau target terapi
Kortikosteroid
Osmoterapi
Cairan isotonik seperti normal saline
Pemberian Manitol, Terapi antikejang, Antipiretik bila
disertai demam, Sedatif, Diuretik loop (misalnya
furosemide), Pelunak feses mencegah konstipasi dan
mengejan, Antiemetik jika diindikasikan
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
64. • Elevasi kepala, sekitar 30 derajat
• Hindari fleksi atau rotasi leher yang berlebihan
• Gunakan teknik log-roll saat memutar pasien, jaga agar pasien tetap pasif
• Hindari posisi tengkurap atau aktivitas yang menekan perut
• Hindari manuver Valsava
Atur posisi untuk menurunkan TIK dengan memaksimalkan venous return dari kepala
Berikan pendinginan mekanis(blanket roll)
Minimalkan pengisapan endotrakeal
Hindari suhu rektal
• Minimalkan stimulasi eksternal—cahaya, kebisingan, sentuhan, suhu
•yang ekstrem
• Dorong interaksi yang tenang antara pasien dan orang lain
• Ajarkan tentang pengurangan stres strategi kepada pasien dan keluarga
• Menyusun jadwal aktivitas harian dengan periode istirahat yang tepat
Pertahankan lingkungan yang tenang
Pertahankan tirah baring bila TIK meningkat diserati gejala yang progresif
65. • Pertahankan tempat tidur pada posisi terendah dengan rel samping ditinggikan
• Gunakan alat bantu sesuai kebutuhan
• Gunakan alarm tempat tidur untuk memantau aktivitas pasien
Cegah cedera
• Kaji integritas kulit secara teratur; periksa titik-titik tekanan dan ekstremitas yang tidak bergerak
• Gunakan matras antidekubitus
• Ubah posisi setiap 2 jam
• Anjurkan pasien tentang penggunaan alat bantu yang tepat
• Bantu pasien dan keluarga untuk menggunakan koping positif dalam perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan mobilitas.
Fasilitasi mobilitas fisik
• Anjurkan pasien untuk melaporkan bila tanda dan gejala penyakit progresif
• Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses edukasi
• Kaji kesiapan untuk belajar dan metode pembelajaran yang disukai
• Ajarkan pasien tentang perawatan diri, sumber daya komunitas, kontak daruratdischarge planning
• Berikan informasi tentang proses penyakit, intervensi, hasil yang diharapkan
Mengatasi kurang pengetahuan
• Perubahan status mental
• Perubahan penurunan curah jantung (perubahan tanda vital, penurunan keluaran urin, perubahan mentalitas)
• Perubahan sensorik atau motorik—perubahan ketajaman visual, reaksi pupil, ekspresi verbal, Penurunan kekuatan otot, koordinasi,
Gerakan
• Pantau gejala terkait seperti mual, muntah, dan sakit kepala
• Pantau serangan kejang
• Setiap perubahan fungsi neurologis yang negatif memerlukan tindakan segera
Pemantauan
66. SPINAL CORD
COMPRESSION
(SCC)
07 .
Kedaruratan neurologis yang
terjadi ketika medula spinalis
atau cauda equina terganggu
oleh tekanan langsung, kolaps
vertebra, atau keduanya yang
disebabkan oleh penyebaran
metastasis atau keganasan
yang berkembang; kompresi
menyebabkan fungsi neurologis
terganggu jika tidak segera
diobati
67. Sumsum tulang belakang
merupakan sesuah silinder
jaringan saraf yang
menempati dua pertiga
bagian atas kanalis
vertebralis. Sumsum tulang
belakang dikelilingi oleh
tulang pelindung (badan
vertebral, lamina dan pedikel,
dan prosesus spinosus)
Sumsum tulang belakang
memiliki fungsi motorik,
sensorik, dan otonom.
Kompresi medula spinalis dapat terjadi
karena invasi tumor ke vertebra dan
akibat kolaps medula spinalis yang
menyebabkan peningkatan tekanan, atau
karena tumor primer medula spinalis
Kompresi sumsum tulang belakang
dapat menyebabkan perubahan kecil
pada fungsi motorik, sensorik, dan
otonom atau kelumpuhan total.
SCC adalah komplikasi neurologis
kedua yang paling sering dari kanker
metastatik
68. PENGKAJIAN
Identifikasi pasien berisiko
• Kanker yang memiliki riwayat
alami untuk bermetastasis ke
tulang—payudara, paru-paru,
prostat, ginjal, melanoma,
limfoma non-Hodgkin, myeloma
• Kanker yang bermetastasis ke
otak dan sumsum tulang
belakang—limfoma, seminoma
• Kanker primer sumsum tulang
belakang—ependymoma,
astrocytoma, glioma
• Riwayat fraktur kompresi
vertebra
• Penyakit metastasis saat datang
Identifikasi riwayat penyakit
•Anamnesis Histologi tumor primer,
tanggal diagnosis, stadium saat
diagnosis, riwayat pengobatan,
riwayat penyakit metastasis;
tanggapan terhadap pengobatan
•Waktu sejak timbulnya gejala;
tingkat dan derajat kompresi
•Pengkajian nyeri yang
komprehensif, termasuk awitan,
durasi, lokasi, intensitas, deskripsi,
dan faktor-faktor yang meredakan
dan meredakan eksaserbasi
•Masalah medis yang sudah ada
sebelumnya dan obat-obatan saat
ini
Pemeriksaan fisik
•a.Tanda dan gejala awal:
•Nyeri lokal adalah gejala awal yang
paling umum (96% dari pasien),
sering digambarkan sebagai pegal.
•Nyeri dapat mendahului gejala lain
hingga 2 bulan
•Sakit leher atau punggung—selalu
membutuhkan evaluasi segera
pada pasien kanker
•b.Tanda dan gejala lanjut ; tidak
nyaman; nyeri dapat menyebar atau
radikuler, dan dapat meningkat saat
terlentang, batuk, bersin, atau
dengan manuver Valsava.
69. Pembedahan
Radioterapi
Kortikosteroid ;
Profilaksis GI dengan Proton Pump Inhibitor (PPI)
Analgesik ;
Khemoterapi
Antikoagulasi
Regimen usus
Obat untuk suport/ remodeling tulang untuk
mengurangi kondisi lebih beratt
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
71. • Mobilisasi pasien sesuai kondisi tulang belakang
• Pertahankan posisi tulang belakang netral dengan menggunakan teknik log-roll
• Bantu pasien untuk mempertahankan tingkat kemandirian yang aman dalam batasan
• Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kekhawatiran tentang efek keterbatasan
• pada aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) dan gaya hidup
Tingkatkan mobilitas fisik
Memperbaiki atau mempertahankan fungsi neurologis
Monitor perkembangan defisit motorik atau sensorik setiap 8 jam
• Palpasi distensi kandung kemih jika interval berkemih meningkat
• Catat frekuensi dan karakteristik feses setiap buang air besar
• Lakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa impaksi jika tidak ada buang air besar dalam 3
hari, kecuali neutropenia atau trombositopenia
• Catat intake dan output setiap 8 jam
Kaji pola dan efektivitas eliminasi usus dan urin ;
72. • Penurunan kekuatan dan koordinasi otot
• Penurunan persepsi suhu, sentuhan, posis
• Perubahan tingkat kesadaran
Melakukan pemantauan
• Kaji integritas kulit secara teratur dan evaluasi intervensi
• Melembagakan rejimen perawatan kulit
• Berikan instruksi kepada pasien dan keluarga tentang penilaian tekanan dan suhu benda,
• Kontak dengan area perasaan atau sensasi yang terganggu
Meningkatkan atau mempertahankan integritas kulit
• Berikan pendidikan tentang perubahan pola eliminasi usus dan urin; nyeri,
• fungsi sensorik dan motorik; integritas kulit; atau disfungsi seksual
• Memberikan pendidikan tentang modalitas pengobatan, efek samping, perawatan diri
Meningkatkan pengetahuan tentang proses penyakit dan intervensi
terapeutik
73. 08.
SUPERIOR VENA CAVA
SYNDROME (SVCS)
Terganggunya aliran vena melalui vena cava superior
pada kepala, leher, ekstremitas atas, dan dada karena
adanya kompresi atau obstruksi pembuluh seperti tumor,
getah bening node, atau trombus
74. PATOFISIOLOGI
Pembuluh darah besar berdinding tipis yang membawa
sirkulasi dari kepala, leher, ekstremitas atas, dan dada bagian
atas ke jantung
Terletak di mediastinum; dikelilingi oleh struktur sternum,
trakea, vertebra, aorta, bronkus kanan, kelenjar getah bening,
dan arteri pulmonalis
Bertekanan rendah yang mudah dikompresi; kompresi (akut
atau bertahap) dapat terjadi dari berbagai penyebab. Kanker
paru-paru sisi kanan paling beresko mengalami VCSS
Bila ada obstruksi aliran vena ke jantung dari kepala, leher,
dada, dan ekstremitas atas terganggu
75. PATOFISIOLOGI
Terbentuknya vena kolateral yang lebih kecil ke vena
azigos atau vena cava inferior
Tumor yang tumbuh cepat seringkali tidak memberikan
kesempatan untuk terjadinya aliran kolateral
Penurunan cardiac output
Gangguan hemodinamik akibat efek massa pada jantung
Trombosis terjadi secara bersamaan
76. Pengkajian • Paling sering terjadi pada kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) dan
SCLC, diikuti oleh limfoma. Keganasan lain dapat menyebabkan
sindrom SVC.
• Adanya kateter vena sentral dan alat pacu jantung
• RT sebelumnya ke mediastinum sekunder akibat fibrosis vaskular
• Kondisi terkait (misalnya, infeksi jamur, tumor jinak, aneurisma aorta)
• Penyakit kardiovaskular
Identifikasi pasien berisiko
• Kaji faktor risiko
• Kaji onset timbulnya gejala
• Gejala lebih terasa di pagi hari atau saat membungkuk dan membaik
setelah berdiri tegak selama beberapa jam
• Kaji gejala seperti dispnea (gejala paling umum), sensasi kepala penuh,
sakit kepala, penglihatan kabur, hidung tersumbat, suara serak, disfagia,
batuk tidak produktif, perlu tidur dalam posisi tegak, nyeri dada
• Gejala ringan mungkin hilang setelah pasien tegak untuk beberapa jam
Riwayat Penyakit
77. Pengkajian Pemeriksaan fisik
• Kemerahan dan edema pada konjungtiva dan sekitar mata dan wajah
• Pembengkakan pada leher, lengan, tangan; pria mungkin mengalami
masalah dalam mengancingkan kerah kemeja (tanda Stokes)
• Leher dan distensi vena toraks—dengan vena kolateral yang terlihat
• Suara serak E. Wanita mungkin mengalami pembengkakan payudara
• Disfagia, suara serak, hemoptisis
• Sindrom Horner— kelopak mata terkulai (ptosis) dan konstriksi pupil
(miosis), terkadang disertai dengan penurunan keringat (anhidrosis) pada
wajah pada sisi yang sama
• Tanda-tanda lebih lanjut ;
• Sianosis terutama pada lengan atas
• Gejala peningkatan TIK—sakit kepala berat, gangguan penglihatan,
penglihatan kabur, pusing, sinkop, iritabilitas, perubahan status
mental
• Stridor, tanda gagal jantung kongestif
• Takikardia, takipnea, ortopnea
• Hipotensi, tidak adanya denyut perifer
78. Pemeriksaan Diagnostik
• Untuk
mengidentifikasi
penyebab SVCS dan
adanya pembuluh
darah kolatera
CT toraks
(kontras)
• Sensitif untuk SVCS,
bila tidak toleran
kontras;
MRI
• Bila ada rencana
radiasi dan untuk
menentukan ganas
atau jinak
PET scan
• Untuk menentukan
luasnya trombus,
penempatan stent
atau rencana operasi
Venografi
• Menunjukkan
pelebaran
mediastinum dan
efusi pleura.
Hasil
radiografi
• bronkoskopi, biopsi
sumsum tulang,
mediastinoskopi,
torakosentesis, analisis
sputum, dan FNAB
Pemeriksaan
histologis
• Gas darah arteri
• Elektrolit, fungsi ginjal
• Darah Pemereksian
Lengkap
• Hemostasis
Pemeriksaan
laboratorium
79. Penalataksanaan Medis
Mengatasi obstruksi dan penyebab yang mendasari munculnya gejala
Terapi trombolitik untuk mengobati trombosis
Kortikosteroid
Diuretik
Terapi antineoplastik sendiri atau bersamaan dengan radiasi pada
pasien yang kemosensitif seperti SCLC, limfoma non-Hodgkin, atau
kanker sel germinal
Terapi radiasi ;dengan pertimbangan
Penempatan stent intravaskular perkutan ;
Lepas kateter vena sentral untuk menghindari embolisasi.
Bedah rekonstruksi SVC atau reseksi bedah tumor (jarang dilakukan
karena prognosis yang buruk pada sebagian pasien dengan SVCS)
80. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Pertahankan jalan napas
• Posisikan pada posisi Fowler atau semi-Fowler untuk
mengurangi edema, dispnea, dan tekanan hidrostatik
• Anjurkan pasien untuk menghindari manuver Valsava
atau aktivitas mengejan lainnya
• Bantu dengan ADL untuk menghemat pernapasan dan
energi
• Kaji distres pernapasan progresif
• Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Pertahankan pertukaran gas yang adekuat
• Observasi perfusi jaringan (penurunan nadi perifer,
penurunan darah tekanan darah, sianosis)
• Monitor Cardiac Output (perubahan tanda vital,
penurunan keluaran urin, perubahan mental
• Ukur balance cairan
Pertahankan curah jantung yang adekuat
81. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Memberikan informasi tanda dan gejala kritis yang menunjukan
progresifitas penyakit
• Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam proses pendidikan
• Kaji kesiapan belajar dan metode pembelajaran yang disukai
• Instruksikan pasien dalam tindakan perawatan diri, sumber daya
komunitas, dan kontak darurat
• Edukasi tentang proses penyakit, intervensi, harapan terhadap
hasil
Meningkatkan pengetahuan
• Hindari pungsi vena, pemberian cairan IV, injeksi intramuskular
(IM), atau pengukuran tekanan darah di bagian atas ekstremitas
• Lepaskan perhiasan (misalnya cincin) dan pakaian yang terlalu
ketat
• Kaji perubahan status neurologis atau mental
• Pantau tanda dan gejala efek samping terapi antikoagulan—
petechiae; ekimosis; perdarahan—gusi, hidung, saluran kemih,
sistem GI
• Pantau tanda dan gejala efek samping terapi steroid—
kelemahan otot, perubahan suasana hati, glikosuria yang
diinduksi steroid, dispepsia, insomnia
Mencegah cedera
82. 09 .
Pericardial
Efusion
Akumulasi cairan yang berlebihan di rongga perikardial yang
menimbulkan tekanan ekstrinsik pada dinding jantung, yang
mengakibatkan gangguan pengisian intrakardiak, penurunan curah
jantung, dan gangguan fungsi jantung.
83. Perikardium adalah kantung
berlapis dua (lapisan parietal dan
visceral) yang mengelilingi jantung
Ketika tekanan
intraperikardial
meningkat, terjadi hal-
hal berikut:
Ruang antara kedua
lapisan tersebut adalah
rongga perikardial
Rongga biasanya diisi
dengan 10 sampai 50 mL
cairan yang dihasilkan
oleh sel mesotel
perikardium viseral.
cairan di antara lapisan
jantung yang berlawanan
ini memungkinkan
jantung bergerak tanpa
gesekan
Reses dan sinus dapat
menampung peningkatan
terbatas cairan
perikardial
Rongga jantung
terkompresi, pengisian
ventrikel kiri menurun
Kemampuan jantung
untuk memompa
menurun
Curah jantung
menurun, dan tekanan
darah turun
Gangguan perfusi
sistemik, diikuti syok
kardiogenik
84. PENGKAJIAN
Identifikasi Pasien Yang Berisiko
Mesothelioma dan sarkoma (termasuk
sarkoma Kaposi)
Pasien dengan tumor metastatik ke
perikardium
Riwayat radiasi > 4000 cGy sekitar area
jantung
Pasien yang menerima kemoterapi yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler ( misalnya antrasiklin, interferon,
interleukin, granulosit-makrofag faktor
perangsang koloni)
Memiliki komorbiditas seperti penyakit
jantung, miksedema, tuberkulosis,
aneurisma, gagal ginjal, dan riwayat
operasi jantung (misalnya, operasi katup)
Pemeriksaan Fisik
Triad Beck: suara jantung halus, hipotensi,
dan peningkatan tekanan vena jugularis
Pulsus paradoxus (penurunan tekanan
darah lebih dari 10 mm Hg dengan inspirasi)
Penurunan tekanan sistolik dan peningkatan
tekanan diastolik (tekanan nadi sempit)
Distensi vena jugularisF. Takikardia—lebih
dari 100 denyut/menit; mekanisme
perlindungan
Jantung berdebar-debar
Takipnea, ortopnea
Peningkatan tekanan vena sentral (CVP)
Perubahan tingkat kesadaran
Sianosis, sentral dan perifer; kulit dingin
berbintik-bintik
Pengisian kapiler tertunda
85. PENGKAJIAN
Tanda dan gejala awal tidak spesifik
Dispnea saat aktivitas
Takikardia, nyeri dada
Gelisah
Kelelahan, malaise
Tanda dan gejala lanjut
Nyeri dada retrosternal dan
meningkat saat berbaring terlentang
atau dengan inspirasi; menyebar ke
leher dan rahang; nyeri dada sulit
dibedakan dari infark miokard
Oliguria
Edema perifer
Diaforesis
Ansietas dan agitasi, perubahan
status mental
Cegukan
Suara serak, disfagia
Nyeri kuadran kanan atas yang tidak
jelas akibat kongesti vena hepatik
86. Pemeriksaan Diagnostik
Rontgen dada -> terlihat diameter
perikardial transversal yang membesar
CT -> terlihat efusi pleura, massa, atau
penebalan perikardial
Ekokardiografi
Hasil Elektrokardiografi (EKG) -> elevasi
segmen ST dengan depresi ST resiprokal
pada aVR. Inversi gelombang-T dapat
terlihat dengan efusi perikardial yang
besar),sinus takikardia, tegangan QRS
rendah, dan alternan listrik hadir
Kateterisasi jantung
MRI sangat sensitif dalam mendeteksi
efusi sekecil 30 mL
Evaluasi data laboratorium.; gas darah
arteri dan elektrolit
87. Perikardiosentesis untuk tamponade perikardial akut
Observasi adanya komplikasi seperti perdarahan,
perubahan tanda vital, aritmia
jantung, infeksi, dan nyeri perut atau bahu.
Perikardektomi total
Radioterapidi
Terapi antineoplastik sistemik
Kortikosteroid
Analgesik sesuai indikasi
Monitor obat-obatan beta blocker atau anestesi
dengan efek samping penurunan curah jantung
Penalataksanaan Medis
Penatalaksanaan farmakologi
88. Monitor hemodinamik berkala, evaluasi
ketidakstabilan (mis., sinus takikardia,
penurunan tekanan darah)
Kaji karakter dan jumlah drainase dari kateter
perikardial jika ada
Lakukan penilaian status pernapasan secara
teratur dan sering, evaluasi perubahan
Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Posisi dengan kepala tempat tidur ditinggikan
Penatalaksanaan Keperawatan
89. 8
9
Perfusi yang buruk
dan terjadi hipoksia,
metabolisme
anaerob, asidosis
laktat.
Leukostasis
Meningkatnya jumlah
leukosit darah perifer
lebih dari 100ribu/ul.
Gejala klinis berupa
pusing, penglihatan
kabur, tinitus, ataksia,
delirium, perdarahan
retina dan perdarahan
intra kranial
T anda
Definisi
G ejala
HIPERLEUKOSITOSIS
90. 9
0
Berdampak pada
peningkatan
morbiditas, angka
kematian dan
penurunan kualitas
hidup.
Resiko Infeksi meningkat
bila ANC kurang dari
1.000/mm3. 20% pasien
dengan ANC kurang dari
100/mm3 bersifat
bakteremia.
Komplikasi yang
paling sering akibat
pengobatan kanker,
khususnya
kemoterapi.
Definisi
FEBRILE
NEUTROPENI
91. PERAWATAN KRITIS
PASIEN KANKER
Diberikan pada pasien kanker
dengan kegagalan organ
akibat komplikasi akut,
penyakitnya atau sekuel dari
regimen terapi yang diberikan.
KRITERIA MASUK ICU
92. Pasien yang beresiko
tidak mendapatkan
terapi intensif.
Pasien masuk dengan
pertimbangan atau
persetujuan KIC yang
sewaktu-waktu harus
dikeluarkan bila
prioritas 1, 2, dan 3
membutuhkan ICU.
Pasien sakit kritis yang
tidak stabil
membutuhkan terapi
intensif dan tertritasi.
Pasien kritis yang tidak
stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit
yang mendasarinya
dan kemungkinan
sembuhnya kecil.
SKALA PRIORITAS
92
1 2 3 4
93. 93
• Diagnosa keganasan sebelumnya
• Gejala yang timbul akibat kanker atau
komplikasi pengobatan
• Pengobatan yang diberikan sebelumnya
• Akselerasi progresifitas gejala
• Jarak antara pengobatan dan gejala
• Pengobatan keganasan >< komplikasi
• Kondisi medis lainnya/penyakit penyerta
MANAJ EMEN
PASIEN
KANKER DI ICU
94. Manajemen Nyeri
dan paliatif care
Cairan, Elektrolik dan
Nutrisi
MANAJEMEN PASIEN KANKER DI ICU
Airway Manajemen,
Ventilasi Mekanik, dan
Terapi Oksigen
95. Kanker dapat mengalami
kegawatan karena pengobatan
ataupun proses penyakit.
Pasien kanker yang gawat
membutuhkan perawatan
intensif segera. Perawatan di
ICU dengan
mempertimbangkan kualitas
hidup pasien dan beban
caregiver.
KESIMPULAN
96. REF ERENSI
● Brant, Jeannine M.; Cope, Diane G.; and Saria, Marlon G. (2020). Core Curriculum for
Oncology Nursing 6th ed. St. Louis, MO: Elsevier. Articles, Abstracts, and Reports. 2628.
● Higdon, M. L., Atkinson, C. J., & Lawrence, K. V. (2018). Oncologic Emergencies:
Recognition and Initial Management. American family physician, 97(11), 741–748.
● Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit
● https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/900-world-fact-sheets.pdf
96