Dokumen tersebut membahas tentang asuhan intranatal di komunitas yang meliputi persiapan untuk pertolongan persalinan, proses asuhan persalinan kala satu dan kala dua, serta standar-standar pelayanan kebidanan yang harus dipenuhi."
Dalam Kursus Persiapan Perkawinan Katolik, pihak kesehatan diberikan kesempatan untuk menyampaikan materi terkait kesehatan bagi pasangan calon pengantin, maka disini kami mengambil bagian dengan membagikan materi tentang kesehatan reproduksi, mempersiapkan kehamilan yang sehat, dll.
Sangat berterima kasih, karena dengan ini, gereja pun menjadi stakeholder kesehatan, dan akan semakin banyak calon pengantin yang terpapar dengan ilmu tentang hubungan pasangan yang sehat, dll.
STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS, PERLENGKAPAN DAN PAKAIAN BAYI, JADWAL PEMBERIAN/KUNJUNGAN IMUNISASI, Tumbuh Kembang Balita, IMUNISASI, Kunjungan anak balita dilakukan, DETEKSI DINI,
Bentuk pelayanan rujukan, Fungsi-Fungsi Rujukan, Tugas Layanan Rujukan, Macam pelayanan rujukan menurut jenis pekerjaannya, Jenis Pertanyaan Rujukan, EVALUASI PELAYANAN, langkah dalam meningkatkan rujukan, Alur Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal, Syarat Rujukan
KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
apa itu kelainan metabolik dan endoktrin ?
kelainan metabolik dan endoktrin adalah
pengertian kelainan metabolik dan endoktrin
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. 1. Agnes tyas R (P 27224012 166)
2. Amaliyah P E (P 27224012 167)
3. Anisa dyah R (P 27224012 168)
4. Antin Wulansari (P 27224012 169)
5. Aprilia amilia C (P 27224012 171)
6. Aprilia ayu A (P 27224012 172)
7. Ara Aulia Rachman (P 27224012 173)
KELAS NON REG A
SMT IV
3. Asuhan Intranatal adalah asuhan atau
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu
dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan
bidan.
4. - Memastikan persalinan yang telah direncanakan
- Memastikan persiapan persalinan bersih, aman,
dan dalam suasana yang menyenangkan
- Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan
apabila diperlukan.
5. 1. Standar pelayanan kebidanan
2. Persiapan
a. Persiapan bidan
b. Persiapan rumah dan lingkungan
c. Persipan alat/ bidan kit
d. Persiapan ibu dan keluarga
6. - Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang
memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien,
selama proses persalinan berlangsung
- Persalinan yang aman
- Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
- Penanganan kala II dengan gawat janin melalui
episiotomi.
7. › Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang
memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama
proses persalinan
› Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta
nyaman untuk persalinan dan kelahiran bayi.
8. › Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-
obatan yang diperlukan dan pastikan kelengkapan
jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi.
› Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan
keluarganya. Karena jika terjadi keterlambatan untuk
merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan
membahayakan keselamatan ibu dan bayinya. Apabila
itu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan
yang telah diberikan.
9. - Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi
dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu,
memberikan cairan dan nutrisi, memberikan keleluasan
untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, serta
melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
dengan teknik pencegahan infeksi
- Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang
memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama
proses persalinan.
10. - Situasi dan kondisi, meliputi:
Rumah cukup aman dan hangat
Tersedia ruangan untuk proses persalinan
Tersedia air mengalir
Terjamin kebersihannya
Tersedia sarana media komunikasi
11. - Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum
usia kehamilan 37 minggu dan syarat rumah diantaranya
:
Ruangan sebaiknya cukup luas
Adanya penerangan yang cukup
Tempat nyaman
Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan
12. Persiapan untuk pertolongan persalinan :
› Tensimeter
› Stetoskop
› Monoaural/leanec
› Jam yang mempunyai detik
› Termometer
› Partus set
› Heacting set
› Bahan habis pakai (injeksi oksitosin, lidokain, kapas, kasa,
detol/lisol)
› Set kegawatdaruratan
› Bengkok
› Tempat sampah basah, kering dan tajam
› Alat –alat proteksi diri
13. Adapun persiapan ibu dan keluarga diantaranya:
› Waskom besar
› Tempat/ember untuk penyediaan air
› Kendil atau kwali untuk ari-ari
› Tempat untuk cuci tangan (air mengalir) + sabun + handuk kering
› Satu kebaya (daster)
› Dua kain panjang, satu untuk ibu dan satu untuk ditaruh diatas alas
plastik atau karet.
› BH menyusui
› Pembalut
› Satu handuk
› Sabun
› Dua waslap
› Perlengkapan pakaian bayi
› Selimut bayi
› Kain halus atau lunak untuk mengeringkan dan membungkus bayi
14. STANDAR 9: ASUHAN PERSALINAN KALA SATU
Tujuan: untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai
dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman
untuk ibu dan bayi
Pernyataan standar: bidan menilai secara tepat bahwa
persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan
ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga
melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang
bersih danaman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap
hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Di
samping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan
mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
15. Hasil:
- Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang
memadai dan tepat waktu, bila diperlukan.
- Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi
lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
- Berkurangnya kematian/kesakitan ibu/bayi akibat
partus lama
16. Prasyarat:
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginy selama
proses persalinan dan kelahiran.
2. Bidan didampingi jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk:
a. Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
b. Penggunaan partograf dan pembacaannya
4. Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa
sarung DDT/steril.
5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan
aman, seperti air bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua
handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi,
yang lainnya untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat
untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung
tangan yang bersih.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/buku KIA, partograf dan Kartu Ibu.
8. Sistem rujukan untuk Perawatan Kegawat Daruratan Obstetri yang
efektif.
17. Proses: Bidan harus:
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran.
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah
mulai/ketuban pecah
3. Cuci tangan dengan sabundan air brsih yang mengalir, kemudian keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan
sesudah melakukan kontak dengan pasien. (kuku harus dipotong pendek dan
bersih). Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan
DDT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan memberikan perhatian
terhadap tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama
kontraksi dan apakah ketuban pecah).
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan.
(jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi
tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa
dalam).
18. 7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap 4 jam dan harus selalu
aseptik.
8. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih
banyka dari jumlah bercak darah/show yang ada pada persalinan. Perdarahan
dalam proses persalinan mungkin disebebkan komplikasi seperti plasenta
previa, segera rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. (ikuti langkah
yang tercantum di standart 16).
9. Catat semua temuan dan pemeriksana dengan tepat dan seksama pada kartu
ibu dan partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau
masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk ke
puskesmas/rumah sakit yang tepat.
10. Catat semua temuan dan pemeriksaaan pada fase laten persalinan pada kartu
ibu dan catatan kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4
jam, lebih sering jika diindikasikan. Catatan: harus selalu memasukkan
denyuit jantung janin, periksa dalam, pecahnya ketuban, perdarahan/cairan
vagina, kontraksi uterus, kontraksi, tanda-tanda vital ibu (suhu, nadi, dan
tekanan darah), urin, minuman, obat-obat yang diberikan, dan informasi yang
berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan
11. Catat semua temuan pada partograf dan parto ibu pada saat ibu sampai dengan
fase aktif pembukaan 4cm atau lebih.
19. 12. Lengkapi partograf dengan sesama untuk semua ibu yang akan bersalin.
Partograf adalah alat untuk mencacat dan menilai kemajuan persalinan, dan
kondisi ibu dengan janin. Penggunaan partograf diperlukan untuk
pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini komplikasi dalam proses
persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf secara tepat
akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang perawatan ibu
pada waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan dini jika diperlukan
13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit
selama proses persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari
100 kali/ menit atau lebih dari 180 kali/menit) harus dilakukan setiap 15
menit. DJJ harus didengarkan selama dan segera setelah kontraksi uterus. Jika
ada tanda-tanda gawat janin, bidan harus mempersiapkan rujukan ke fasilitas
yang memadai.
14. melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam (
lebih sering jika ada indikasi medis). Pada setiap periksa dalam, evaluasi dan
catat penyusupan kepala janin dan cairan vagina/air ketuban.
15. Catat pada partograf : kontraksi uterus setiap 30menit pada fase aktif. Palpasi
jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi
abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam.
20. 17. Pantau dan catat pada partograf :
a. Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
b. Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi
c. Nadi setiap setengah jam
18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada
partograf jumlah pengeluaran urin setiap kali ibu BAK dan catat protein atau
aseton yang ada dalam urin.
19. Anjurkan ibu mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi
yang dirasakan nyaman, kecuali jika belum terjadi penurunan kepala
sementara ketuban sudah pecah. ( riset membuktikan banyak keuntungannya
jika ibu tetap aktif bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin)
jangan perbolehkan ibu dalam proses persalinan berbaring terlentang, ibu
harus selalu berbaring miring, duduk, berdiri atau berjongkok. Berbaring
terlentang mungkin menyebabkan gawat janin
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna
menghindari dehidrasi dan gawat janin. (Riset menunjukkan bahwa da
keuntungannya untuk memperbolehkan ibu minum dan makan makanan kecil
selama proses persalinan tanpa komplikasi dan da kerugiannya melarang
minum atau makanan kecil yang mudah dicerna).
21. 21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakukan
yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil,
suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi.
Anjurkan pada orang yang mendampingi ibu untuk
mengambil perang aktif dalam memberikan
kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama
persalinan.
20. Jelaskan proses peresalinan yang sedang terjadi pada
ibu, suami dan keluarganya. Beritahu mereka kemajuan
persalinan secara berkala.
21. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk
menghadapi kelahiran bayi ( lihat standart 10).
22. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (
lihat standart 10)
22. Standart 10: PERSALINAN KALA II YANG AMAN
Tujuan:
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk
ibu dan bayi
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pertolongan yang aman, dengan
sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta
memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu
diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya
selama proses persalinan.
23. Hasil:
1. Persalinan yang bersih dan aman
2. Meningkatnya kepercayaan terhadap klien
3. Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia
neonatal, trauma kelahiran
4. Menurunnya angka sepsis puerperalis
Prasyarat:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas atau ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara
bersih dan aman
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan
dalam keadaan desinfeksi tingkat tinggi / steril
4. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan
aman
5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan
6. Menggunakan KMS ibu hamil / buku KIA, kartu ibu partograf
7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obstetri yang efektif.
24. Proses: Bidan harus:
1. Menghargai ibu selama proses persalinan
2. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama
proses persalinan dan kelahiran.
3. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk
persalinan, 2 handuk/ kain hangat yang bersih (1 untuk mengeringkan
bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), tempat untuk plasenta. ( jika
ibu belum mandi bersihkan daerah perinium dengan sabun dan air
mengalir).
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian
keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih. (Kuku
harus dipotong pendek dan bersih)
5. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (Riset
menunjukkan bahwa posisi duduk atau jongkok memberikan banyak
keuntungan).
25. 6. Pada kala II anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin
meneran/ saat kepala bayi sudah kelihatan. ( riset menunjukkan bahwa
menahan nafas sambil meneran adalah berbahaya, dan meneran sebelum
kepala bayi tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran sebelum
pembukaan servik lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum
terlihat, padahal ibu sudah ingin meneran, periksa pembukaan servik
dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap, keinginan
meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu ke sisi sebelah kiri.
7. Pada kala II, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his berakhir, irama
dan frekuensinya harus segera kembali ke normal. jika tidak cari
pertolongan medis. ( Jika kepala sudah meregangkan perinium, dan
terjadi kelambatan kemajuan persalinan / DJJ menurun sampai 100 kali/
menit atau kurang atau meningkat menjadi 180 kali / menit atau lebih,
maka percepat persalinan dengan melakukan episiotomi; lihat standar
12)
8. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu /
menariknya ke arah luar. ( riset menunjukkan hal tersebut berbahaya)
9. Pakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.
10. Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain bersih.
26. 11. Bantu kepal bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his ( riset
menunjukkan bahwa robekan tingkat II dapat sembuh sama baiknya
dengan luka episiotomi; sehingga tidak perlu melakukan episiotomi,
kecuali terjadi gawat janin, kom[plikasi persalinan per vaginam (
sungsang, distosia bahu, forcep, vakum), atau ada hambatan pada
perinium ( misalnya disebabkan jaringan parut pada perinium)
12. Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kassa
bersih dan biarkan kepal bayi memutar ( hal ini seharusnya terjadi
spontan, sehingga bayi tidak perlu dibantu. Jika bahu tidak memutar
ikuti standar 18).
13. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah
persalinan dengan cara yang tepat.
14. Segera setelah lehir, periksa keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan
segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah
bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan
hangat.
15. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di dua tempat, lalu
potong diantara dua klem dengan gunting tajam steril atau DTT.
27. 16. Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui. ( riset
menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan awal dalam memberikan
ASI dan membantu pelepasan plasenta. Kontak kulit dengan kulit adalah
cara yang baik untuk menjaga kehangatan bayi, lalu ibu ibu dan bayi
harus diselimuti dengan baik termasuk kepala. Jika bayi tidak di dekap
oleh ibunya, selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutupi
kepala bayi agar tidak kelihatan panas).
17. Menghisap lendir dari jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi
tidak menangis spontan, gunakan penghisap delee yang sudah di DTT atau
aspirator lendir yang baru dan bersih untuk membersihkan jalan nafas (
lihat standar 24).
18. Untuk melahirkan plasenta, mulailah langkah – langkah untuk
penatalaksanaan aktif persalinan kala III yang tercantum di standar 11.
19. Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan utuh dengan mengikuti
langkah – langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala III ( lihat standar
11), lakukan massase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran
gumpalan darah.
20. Segera sesudah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada
vagina atau perinium. Dengan menggunakan teknik aseptik, berikan
anestesi lokal ( 1% lidocain), lalu jahit perlukaan dan atau laserasi dengan
peralatan steril/ DTT. ( lihat standar 12)
28. 21. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (
ingat perdarahan sulit diukur dan sering
diperkirakan lebih sedikit).
22. Bersihkan perinium dengan air matang dan tutupi
dengan kain bersih atau telah dijemur.
23. Berikan plasenta kepada suami atau keluarga ibu.
24. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan
bayi kepada ibu untuk diberi ASI.
25. Untuk perawatan bayi baru lahir lihat standar 13.
26. Catat semua temuan dengan seksama.
29. Standart 11 : PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
Tujuan: membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secra lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca
persalinan,memperpendek waktu persalinan kala III,mencegah terjadinya
atonia uteri dan retensio plasenta
Pernyataan standar:
Secara rutin bidan melakukan penatalaksanaan aktif kala III.
Hasil :
- Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan aktif kala
III.
- Menurunkan terjadinya antonia uteri
- Memperpendek waktu persalinan kala III
- Menurunkan terjadinya perdarahan post partum akibat salah penangan
kala III
30. Prasyarat :
1. Bidan sudah terlatih dan trampil dalam melahirkan plasenta
secara lengkap dengan melakukan penatalaksanaan aktif
persalinan kala III secra benar.
2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan
plasenta,termasuk air bersih,larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi,sabun dan handuk yang bersih untuk cuci
tangan,juga tempat untuk plasenta.
3. Bidan seharusnya menggunakan sarung tangan DTT atau
steril
4. Tersedia obat-obat oksitosika dan metode yang efektif untuk
penyimpanan dan pengirimannya yang dijlankan dengan
baik
5. Sistem rujukan untuk perawatan kegawat-daruratan obstetri
yang efektif.
31. Proses :
Bidan harus :
1. Berikan penjelan pada ibu,sebelum melahirkan tentang prosedur
penatalaksanaan aktif persalinan kala III
2. Masukan oksitosin 10 IU lewat IM kedalam alat suntik steril
menjelang persalinan.
3. Setelah bayi lahir (lihat standart 10 ),tali pusat diklem di dua
tempat,lalu dipotong diantara 2 klem dengan gunting tajam steril atau
DTT.
4. memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan ganda .jika
tidak ada ,beri oksitosin 10 IU secara IM (dalam waktu 2 menit
setelah persalinan).
5. tunggu kontraksi uterus ,lakukan peneganganltali pusat terus menerus
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
punggung ibubdan kearah atas (dorsal karnial).ulangi langkah ini
setiap ada his .berhati-hati,jangan menaruhb tali pusat berlebihan
karena akann menyebabkan inversio uteri
32. 6. bila plasenta belum lepas setelah melakukan penatalaksanaan aktif kala
III dalam waktu 15 menit:
a.ulangi 10 unit oksitosin IM
b.periksa kandung kemih ,melakukan katerisasi bila perlu
c.berita tahu keluarga untuk persiapan merujuk
d.teruskan melakukan penatalaksanaan aktif kala III selam 15 lagi
e.rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit
7. bila sudah terasa adanya pelepasan plasenta ,minta ibu untuk meneran
sedikit pada saat tali pusat ditegangkan ke arah bawah kemudian
keatas sesuai dengan kurve jalan lahir,plasenta tampakn pada vulva(
jangan mendorong fundus karena bisa menyebabkan inversio uteri )
8. setelah plasenta tampak pada vulva ,teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati.bila perlu pegang plasenta dengan dua tangan dan
lakukan putaran serah jarum jam untuk melaukukan membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
9. segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan lakukan masas
uterus supaya berkontraksi
33. 10.sambil melakukan masase fundus uteri,periksa plasenta dan selaput
ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap
11.Bila plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengkap, ikuti standar 20.
jika terjadi atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat
standar 21
12. perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat
perdarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit)
13. bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tutup dengan
pembalut wanita/kain bersih/telah dijemur
14. periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan seksama
15. berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu
16. catat semua perawatan dan temuan dengan seksama
34. Standart 11 : PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT
JANIN MELALUI EPISIOTOMY
Tujuan: Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi
jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin
meregangkan perineum.
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II
yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
Hasil :
- Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat
- Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua.
35. Prasyarat :
1. Bidan sudah terlatih dalam melaksanakan
episiotomy dan menjahit perineum secara benar
2. Tersedia sarung tangan/alat/perlengkapan untuk
melakukan episiotomy, termasuk gunting tajam yang
steril/DTT, dan alat/bahan yang steril untuk
penjahitan perineum (anastesi local misalnya dengan
10ml lidokain 1% dan alat suntik/jarum hiodemik
steril)
3. Menggunakan kartu ibu, partograf dan buku KIA.
36. Proses :
Jika adatanda gawat janin berat dan kepala sudah terlihat divulva,
episiotomy mungkin salah satu dari beberapa tindakan yang dapat
dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan bayi.
Bidan harus :
1. Mempersiapkan alat-alat steril/DTT untuk tindakan ini
2. Memberitahu ibu tentang pentingnya episiotomy dilakukan danyang
akan dirasakan.
3. Kenakan sarung tangan steril/DTT.
4. Jika kepala janin meregangkan perineum, anastesi local
diberikan(pada saat his). Masukkan dua jari tangan kiri kedalam
vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan
tusukkan jarum sepanjang garis yang akan digunting(sebaiknya insisi
medio-lateral). Sebelum menyuntikkannya, tarik jarum sedikit(untuk
memastikan jarum menembuspembuluh darah). Masukkan anastesi
perlahan-lahan, sambil menarik suntik perlahan sehingga garis yang
akan digunting teranastesi.
37. 5. Tunggu satu menit agar anastesinya bekerja, lakukan tes kekebalan/mati
rasa.
6. Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti diatas,
kemudian lakukan pengguntingan tunggal dengan mantap(sebaiknya
insisi medio-lateral).
7. Tangan kanan melindungi perineum, sementara tangan kiri menahan
kepala janin agar tidak defleksiyang terlalu cepat saat kepala lahir. Minta
ibu untuk meneran diantara dua his. Kemudian lahirkan janin secara
normal.
8. Begitu bayi lahir, keringkan dan stimulasi bayi. Mulai melakukan
resusitasi bayi baru lahir jika diperlukan.
9. Lahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikuti
langkah-langkah penatalaksanaan aktif kala tiga.
10. Periksa perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomy, perluasan
episiotomy dan atau laserasi
11. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, dengan
menggunakan teknik septik berikan anastesi local (lidokain 1%), Lalu
jahit perlukaan dan/atau laserasi dengan peralatan steril/DTT.
38. 12. Lakukan jahitan sekitar 1cm diatas ujung luka episiotomy atau laserasi
dalam vagina. Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina kea
rah perineum lalu teruskan perineum.
13. Sesudah penjahitan, lakukan masase uterus untuk memastikan bahwa
uterus berkontraksi dengan baik. Pastikan, bahwa tidak ada kapas yang
tertinggal di vagina dan masukkan jari dengan hati-hati ke rektum untuk
memastikan bahwa penjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila hal
tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan lakukan jahit ulang. Lepaskan
sarung tangan yang sudah terkontaminasi.
14. Kenakan sarungtangan bersih, bersihkan perineum dengan air matang,
buatlah ibu merasa bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari
daerah insisi telah berhenti. Bila perdarahan masih ada, periksa
sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomy, temukan titik perdarahan
segera ikat; jika bukan ikuti standar 21.
15. Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan
kering, serta menggunakan pembalut wanita/kain bersih yang telah
dijemur.
16. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama. Ikuti standar 14
untuk perawatan postpartum.