Trauma fleksus brachialis adalah kelumpuhan otot lengan atas yang disebabkan cedera saraf leher saat proses kelahiran akibat tarikan berlebihan pada kepala dan leher bayi. Gejalanya berupa gangguan motorik lengan atas seperti lengan tergantung lemas dan tidak dapat digerakkan. Kondisi ini dapat disebabkan faktor bayi maupun proses persalinan seperti makrosomia dan distosia bahu.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi di Indonesia, meliputi: (1) epidemiologi HIV di Indonesia dan pentingnya program PMTCT, (2) kebijakan pemerintah mendukung pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, dan (3) kerja sama antar sektor diperlukan untuk meningkatkan cakupan program pencegahan.
Dokumen tersebut membahas metode perawatan kanguru atau kontak kulit ibu dengan kulit bayi, yang memberikan manfaat seperti menstabilkan suhu dan oksigenasi bayi serta mempermudah pemberian ASI. Dokumen tersebut menjelaskan kriteria bayi yang sesuai untuk perawatan ini dan pedoman pelaksanaannya, termasuk memantau kondisi bayi selama kontak kulit dan mengembalikannya ke inkubator bila terlihat stres.
Dokumen tersebut menjelaskan peran bidan sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. Bidan memiliki tugas mandiri, kolaborasi, dan merujuk/ketergantungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita, dan keluarga berencana. Bidan juga bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam menangani kasus yang memerluk
Trauma fleksus brachialis adalah kelumpuhan otot lengan atas yang disebabkan cedera saraf leher saat proses kelahiran akibat tarikan berlebihan pada kepala dan leher bayi. Gejalanya berupa gangguan motorik lengan atas seperti lengan tergantung lemas dan tidak dapat digerakkan. Kondisi ini dapat disebabkan faktor bayi maupun proses persalinan seperti makrosomia dan distosia bahu.
Pedoman ini membahas pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi di Indonesia, meliputi: (1) epidemiologi HIV di Indonesia dan pentingnya program PMTCT, (2) kebijakan pemerintah mendukung pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, dan (3) kerja sama antar sektor diperlukan untuk meningkatkan cakupan program pencegahan.
Dokumen tersebut membahas metode perawatan kanguru atau kontak kulit ibu dengan kulit bayi, yang memberikan manfaat seperti menstabilkan suhu dan oksigenasi bayi serta mempermudah pemberian ASI. Dokumen tersebut menjelaskan kriteria bayi yang sesuai untuk perawatan ini dan pedoman pelaksanaannya, termasuk memantau kondisi bayi selama kontak kulit dan mengembalikannya ke inkubator bila terlihat stres.
Dokumen tersebut menjelaskan peran bidan sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. Bidan memiliki tugas mandiri, kolaborasi, dan merujuk/ketergantungan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita, dan keluarga berencana. Bidan juga bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam menangani kasus yang memerluk
Dokumen tersebut membahas konsep asuhan neonatus dan balita yang mencakup:
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim meliputi perubahan sistem pernapasan, sirkulasi, dan termoregulasi.
2. Transisi kehidupan luar rahim yang meliputi perubahan darah, sistem pencernaan, imun, dan ginjal.
3. Pencegahan infeksi melalui tindakan asepsis, cuci tangan, dan menjaga kebers
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
Dokumen tersebut membahas deteksi dini dan manajemen gangguan napas pada neonatus. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengenalan awal gejala dan faktor risiko gangguan napas, diagnosa awal, serta pengelolaan dan rujukan lanjutan untuk neonatus dengan gangguan napas berat.
Laporan ini merangkum asuhan kesehatan keluarga Tn. A di Desa Kereng Bangkirai. Terdapat beberapa masalah kesehatan keluarga seperti ibu hamil dengan risiko tinggi dan asma, kurangnya pengetahuan tentang pola hidup bersih dan sehat, serta penyakit asma pada keluarga. Dilakukan berbagai intervensi seperti asuhan kebidanan pada ibu hamil, penyuluhan tentang kehamilan, PHBS, dan peny
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan cacat bibir sumbing dan langit-langit sumbing pada janin meliputi faktor genetik, kekurangan nutrisi seperti zat besi dan vitamin B6 selama kehamilan, kekurangan asam folat, serta terjadinya trauma pada trimester pertama kehamilan. Cacat terbentuk pada trimester pertama akibat tidak terbentuknya jaringan penghubung di daerah wajah yang menyebabkan bagian-bagian yang tel
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Modul ini membahas tentang manajemen asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri atas 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan digunakan sebagai panduan untuk memberikan asuhan keperawatan secara sistematis kepada pasien.
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
2.1 Kebutuhan Fisik Nutrisi,Cairan dan Personal Hygiene
1. Pemberian minum
Masa neonatus (0-28hari)
a. Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b. Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c. Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan payudara.
Masa Bayi (29-1 tahun)
ASI ekslusif diberikan selama 6 bulan setelah itu baru ditambah asupan nutrisinya dengan MPASI. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi,tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya peroses pembentukkan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Masa Prasekolah (1-6 tahun)
• 1-2 tahun : ASI DAN MPASI dan cairan lainnya
• 3-6 tahun : Seperti cairan yang dibutuhkan remaja
- air mineral
- Susu Formula
-Sari Buah
- DLL
2. Menolong BAB pada Bayi
Masa Neonatus ( 0-28hari)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai hari keenam. Bayi yang baru lahir diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan feses dari pada mereka yang makan kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang menyusu dengan susu botol. Fesef dari bayi ASI lebih lunak, berwarna kuning emas,dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan suatu kondisi yang normal atau defekasise sebanayk 1 kali setaiap 3 tau 4 hari. Walaupun demikian, konsitensi feses tetap lunak dan tidak berbentuk. Fesef dari bayi yang minum susu formula lebih berbentuk dibandingkan dengan bayai yang menyusu ASI,namun tetap lunak, berwarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas. Feses ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua,yang awalnya frekuwensi defekasi
Dokumen tersebut membahas tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang merupakan koordinasi multi sektor dan profesi untuk menyediakan pelayanan terpadu bagi korban darurat baik selama bencana maupun kondisi normal. SPGDT meliputi fase deteksi, supresi, pra rumah sakit, intra rumah sakit, dan antar rumah sakit dengan tujuan memberikan pertolongan yang cepat dan tepat.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Terdapat definisi kegawatdaruratan, prinsip dasar penilaian awal kasus, prinsip umum penanganan seperti memastikan jalan napas bebas, pemberian oksigen, cairan, dan antibiotika, serta penanganan definitif masalah utama dan rujukan. Dibahas pula medikamentosa, peralatan, dan bahan yang dibutuhkan dalam penanganan kegawat
Balita di desa Y menghadapi masalah gizi dan penyakit akibat lingkungan yang kurang hygienis serta pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang memadai. Perawat berperan sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan sanitasi lingkungan.
Konsep dasar neonatus dengan jejas persalinanZaharie
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis cedera persalinan pada bayi seperti caput succedaneum, cephal hematoma, fraktur klavikula, fraktur humerus, perdarahan intrakranial, brachial palsy, dan paralisis saraf lainnya. Jenis-jenis cedera tersebut dijelaskan penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir meliputi pengukuran antropometri, pemeriksaan kepala, wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, tangan, dada, abdomen, genetalia, anus, tungkai, spinal dan kulit untuk memastikan kondisi normal dan mendeteksi penyimpangan. Prosedurnya harus dilakukan dengan hati-hati agar bayi tetap hangat dan nyaman.
Dokumen tersebut membahas tentang kegawatdaruran neonatus. Beberapa poin penting yang dibahas adalah pentingnya deteksi dini kondisi berisiko pada neonatus, langkah-langkah dasar resusitasi neonatus seperti evaluasi, keputusan, dan tindakan, serta persiapan peralatan dan tim resusitasi."
Dokumen tersebut membahas konsep asuhan neonatus dan balita yang mencakup:
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim meliputi perubahan sistem pernapasan, sirkulasi, dan termoregulasi.
2. Transisi kehidupan luar rahim yang meliputi perubahan darah, sistem pencernaan, imun, dan ginjal.
3. Pencegahan infeksi melalui tindakan asepsis, cuci tangan, dan menjaga kebers
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
Dokumen tersebut membahas deteksi dini dan manajemen gangguan napas pada neonatus. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengenalan awal gejala dan faktor risiko gangguan napas, diagnosa awal, serta pengelolaan dan rujukan lanjutan untuk neonatus dengan gangguan napas berat.
Laporan ini merangkum asuhan kesehatan keluarga Tn. A di Desa Kereng Bangkirai. Terdapat beberapa masalah kesehatan keluarga seperti ibu hamil dengan risiko tinggi dan asma, kurangnya pengetahuan tentang pola hidup bersih dan sehat, serta penyakit asma pada keluarga. Dilakukan berbagai intervensi seperti asuhan kebidanan pada ibu hamil, penyuluhan tentang kehamilan, PHBS, dan peny
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan cacat bibir sumbing dan langit-langit sumbing pada janin meliputi faktor genetik, kekurangan nutrisi seperti zat besi dan vitamin B6 selama kehamilan, kekurangan asam folat, serta terjadinya trauma pada trimester pertama kehamilan. Cacat terbentuk pada trimester pertama akibat tidak terbentuknya jaringan penghubung di daerah wajah yang menyebabkan bagian-bagian yang tel
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Modul ini membahas tentang manajemen asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri atas 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan digunakan sebagai panduan untuk memberikan asuhan keperawatan secara sistematis kepada pasien.
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
2.1 Kebutuhan Fisik Nutrisi,Cairan dan Personal Hygiene
1. Pemberian minum
Masa neonatus (0-28hari)
a. Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b. Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c. Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan payudara.
Masa Bayi (29-1 tahun)
ASI ekslusif diberikan selama 6 bulan setelah itu baru ditambah asupan nutrisinya dengan MPASI. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi,tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya peroses pembentukkan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Masa Prasekolah (1-6 tahun)
• 1-2 tahun : ASI DAN MPASI dan cairan lainnya
• 3-6 tahun : Seperti cairan yang dibutuhkan remaja
- air mineral
- Susu Formula
-Sari Buah
- DLL
2. Menolong BAB pada Bayi
Masa Neonatus ( 0-28hari)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai hari keenam. Bayi yang baru lahir diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan feses dari pada mereka yang makan kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang menyusu dengan susu botol. Fesef dari bayi ASI lebih lunak, berwarna kuning emas,dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan suatu kondisi yang normal atau defekasise sebanayk 1 kali setaiap 3 tau 4 hari. Walaupun demikian, konsitensi feses tetap lunak dan tidak berbentuk. Fesef dari bayi yang minum susu formula lebih berbentuk dibandingkan dengan bayai yang menyusu ASI,namun tetap lunak, berwarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas. Feses ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua,yang awalnya frekuwensi defekasi
Dokumen tersebut membahas tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang merupakan koordinasi multi sektor dan profesi untuk menyediakan pelayanan terpadu bagi korban darurat baik selama bencana maupun kondisi normal. SPGDT meliputi fase deteksi, supresi, pra rumah sakit, intra rumah sakit, dan antar rumah sakit dengan tujuan memberikan pertolongan yang cepat dan tepat.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Terdapat definisi kegawatdaruratan, prinsip dasar penilaian awal kasus, prinsip umum penanganan seperti memastikan jalan napas bebas, pemberian oksigen, cairan, dan antibiotika, serta penanganan definitif masalah utama dan rujukan. Dibahas pula medikamentosa, peralatan, dan bahan yang dibutuhkan dalam penanganan kegawat
Balita di desa Y menghadapi masalah gizi dan penyakit akibat lingkungan yang kurang hygienis serta pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang memadai. Perawat berperan sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan sanitasi lingkungan.
Konsep dasar neonatus dengan jejas persalinanZaharie
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis cedera persalinan pada bayi seperti caput succedaneum, cephal hematoma, fraktur klavikula, fraktur humerus, perdarahan intrakranial, brachial palsy, dan paralisis saraf lainnya. Jenis-jenis cedera tersebut dijelaskan penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir meliputi pengukuran antropometri, pemeriksaan kepala, wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, tangan, dada, abdomen, genetalia, anus, tungkai, spinal dan kulit untuk memastikan kondisi normal dan mendeteksi penyimpangan. Prosedurnya harus dilakukan dengan hati-hati agar bayi tetap hangat dan nyaman.
Dokumen tersebut membahas tentang kegawatdaruran neonatus. Beberapa poin penting yang dibahas adalah pentingnya deteksi dini kondisi berisiko pada neonatus, langkah-langkah dasar resusitasi neonatus seperti evaluasi, keputusan, dan tindakan, serta persiapan peralatan dan tim resusitasi."
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan intranatal di komunitas yang meliputi persiapan untuk pertolongan persalinan, proses asuhan persalinan kala satu dan kala dua, serta standar-standar pelayanan kebidanan yang harus dipenuhi."
Dokumen tersebut membahas tentang stabilisasi neonatus pasca resusitasi atau sebelum dirujuk. Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam stabilisasi tersebut, yaitu suhu tubuh, kebutuhan gula darah, pernapasan, tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, serta dukungan emosi bagi orangtua dan petugas kesehatan."
Dokumen tersebut membahas tentang sistem rujukan neonatus dan manajemen rujukan bagi bayi baru lahir resiko. Sistem rujukan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat kepada neonatus dengan menggunakan fasilitas kesehatan seefisien mungkin. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip dasar, prosedur, dan tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan bagi bayi baru lahir resiko
Dokumen tersebut membahas tentang adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterin menuju ekstrauterin, yang merupakan masa kritis. Adaptasi ini melibatkan berbagai sistem fisiologis seperti pernapasan, sirkulasi, pencernaan, dan lainnya. Evaluasi neonatus melalui skor Apgar dan pemeriksaan fisik penting untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada bayi postmatur yang lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu.
2. Beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul pada bayi postmatur adalah gangguan pola napas, kekurangan atau kelebihan cairan, serta kekurangan gizi dan resiko infeksi.
3. Tindakan keperawatan yang diberikan mel
TTN (Transient Tachypneau of the Newborn) adalah gangguan pernapasan sementara yang umumnya terjadi pada bayi baru lahir akibat kesulitan membersihkan cairan paru-paru. Gejalanya meliputi laju pernapasan cepat, sianosis, dan retraksi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah serta rontgen dada. Pengobatan utamanya meliputi CPAP dan hidrasi intravena jika diperlukan. Kondisi
Standar pelayanan kebidanan dasar membahas tentang asuhan persalinan kala satu. Ini meliputi evaluasi kondisi ibu dan janin, pemantauan kemajuan persalinan menggunakan partograf, serta penanganan persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman. Standar ini juga menjelaskan tahapan asuhan, indikator hasil yang baik, serta prasyarat dan langkah-langkah pelaksanaannya.
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang stabilisasi kondisi neonatus pasca resusitasi sebelum transport, dengan fokus pada penjagaan suhu tubuh, pernapasan, sirkulasi, glukosa darah, dan dukungan emosional untuk orang tua.
Indonesia memiliki angka kematian neonatus tertinggi di Asia Tenggara yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kompetensi tenaga kesehatan dan penyebab kematian utama seperti BBLR dan asfiksia. Algoritma resusitasi neonatus Indonesia direvisi setiap 5 tahun untuk meningkatkan kualitas pelayanan berdasarkan bukti ilmiah. Revisi terbaru pada 2022 mempertegas beberapa langkah kunci seperti penggunaan monitor EKG, target
Desain Gambar & Pelaksanaan ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada internal ASN dan eskternal yang datang berkunjung di kantor Bappeda-Litbang
ATRIUM GAMING : Slot Gacor Mudah Menang Terbaru 2024sayangkamuu240203
Hallo Selamat Datang di Situs ATRIUM GAMING, website TERBAIK dan terpercaya. Meyediakan Berbagai Macam Jenis Permainan Dari SportBook, Slot, Live Casino, Fishing, Lottry, Poker dan Berbagai Game Lainnya,
1.Bonus New Member 50%
2.Garansi Kekalahan 100%
3.Event Scatter Pojok Pracmatic Play
4.Event Scatter Pracmatic Play
5.Event Scatter PG SOFT
6.Event Bonus Perkalian Pragmatic Play.
main di mahjong ways dapat SCATTER emas hitam, wah di jamin seru pasti nya , modal recehan bisa jackpot jutaan , dan masih banyak bonus lainnya yang menguntungkan bagi new member & old member
ayo buruan daftar di Atrium Gaming, Kakak menang kita pun senang!!!
════════ ═════════════════ 💸 DEPOSIT VIA BANK & E-MONEY 💸 📥 Minimal Deposit 5.000 📥 📤 Minimal Withdraw 50.000 📤
Untuk Minimal Deposit Via Pulsa Telkomsel & XL Tanpa Potongan;
💸 IDR 10.000 / Rp 10RB 💸
══ ════════════ ═══════════ YUK BURUAN LANGSUNG JOIN DI LINK YANG ADA DI BIO KAMI YA
☎ http://wa.me/+62812-6407-2244
🌐 https://heylink.me/SlotGacorMudahMenang2024/
🌐 https://mez.ink/situsvipgacor
🌐 https://bio.site/AtriumGamingGACOR
🌐 https://bio.link/situsmudahmenang2024
🌐 https://bit.ly/m/AtriumGamingOffcial
1. RUJUKAN DAN
TRANSPORTASI BAYI BARU
LAHIR
PRINSIP DASAR
Paling ideal untuk merujuk adalah Rujukan Antepartum (rujukan pada saat janin
masih ada dalam kandungan ibu).
Perubahan keadaan dan penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya, untuk itu
dibutuhkan tata laksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan
terdekat (Sistem Regionalisasi Rujukan Perinatal).
Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan bahwa bayi akan
mendapatkan keuntungan atau nilai positip dibanding bila hanya tetap dirawat di
tempat asalnya.
Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau
minimal tanda bahaya sudah dikelola lebih dulu
Perlu melibatkan orang tua atau keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk
dan jelaskan kenapa bayi harus dirujuk
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta dapat mengetahui dan mampu :
Menjelaskan pentingnya rujukan BBL yang mempunyai masalah berat
Mempersiapkan dan melaksanakan rujukan
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mampu :
Menjelaskan kepada orangtua atau keluarga mengapa bayi harus dirujuk
Menjelaskan kasus yang harus segera dirujuk
Melaksanakan sistem rujukan dan transportasi untuk BBL dengan benar
Kasus yg harus dirujuk
Gangguan napas sedang dan berat, apapun penyebabnya
Asfiksia yang tidak memberi respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10
menit pertama
Kasus bedah neonatus
BBLR < 1750 g
BBLR 1750 - 2000 g dengan kejang, gangguan napas, gangguan pemberian minum
Bayi hipotermi berat
Ikterus yang tidak memberikan respons dengan fototerapi
Kemungkinan penyakit jantung bawaan
Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia simtomatik
Kejang yang tidak teratasi
Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat / dengan komplikasi
Penyakit hemolisis
Tersangka renjatan yang tidak memberi respons baik
Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi
3. SISTEM RUJUKAN DAN TRANSPORTASI
Perhatikan regionalisasi Rujukan Perinatal dalam menentukan tujuan rujukan,
sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar
Puskesmas merupakan penyaring kasus risiko yang perlu dirujuk sesuai dengan
besaran risiko, jarak dan faktor lainnya
Memberi informasi kesehatan dan prognosis bayinya dan melibatkan orangtua atau
keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk
Melengkapi syarat- syarat rujukan ((persetujuan tindakan, surat rujukan, catatan
medis). Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu.
Merujuk bayi dalam keadaan stabil, menjaga kehangatan bayi dan ruangan dalam
kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih dan
terbuka selama transportasi. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI.
Harus disertai dengan tenaga yang terampil melakukan Resusitasi
DATA DASAR YANG HARUS DIINFORMASIKAN
Identitas bayi dan tanggal lahir
Identitas orang tua
Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, tindakan resusitasi yang dilakukan.
Obat yang dikonsumsi oleh ibu
Nilai Apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak tersedia waktu karena
melakukan tindakan resusitasi aktif)
Masa Gestasi dan berat lahir.
Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pernapasan, warna kulit dan aktif/tidak nya bayi)
4. Tindakan/prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan
Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit, dan lain-lain)
SYARAT UNTUK MELAKUKAN TRANSPORTASI
Bayi dalam keadaan stabil
Bayi harus dalam keadaan hangat
Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat
Didampingi oleh tenaga kesehatan yang trampil melakukan tindakan resusitasi,
minimal ventilasi
Tersedia peralatan dan obat yang dibutuhkan
BAYI DALAM KEADAAN STABIL
Jalan napas bebas dan ventilasi adekuat.
Kulit dan bibir kemerahan
Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
Suhu aksiler 36.5-37 oC (97.7-98.6 oF)
Masalah metabolik terkoreksi
Masalah spesifik penderita sudah dilakukan manajemen awal
PERALATAN DAN OBAT YANG DIPERLUKAN :
Idealnya dengan menggunakan inkubator transpot dan dipasang monitor. Berhubung
alat tersebut sangat jarang tersedia di Puskesmas, maka perhatikan cara
menghangatkan bayi
Peralatan dan obat-obatan minimal yang harus tersedia:
5. Alat resusitasi lengkap, termasuk laringoskop dan pipa endotrakeal
Obat –obatan emergensi
Selimut penghangat
Alat untuk melakukan pemasangan jalur intra vena
Oksigen dalam tabung
Alat Resusitasi /bantuan ventilasi: selama transportasi
Indikasi bantuan ventilasi bila ada salah satu keadaan berikut:
Bradikardi (FJ < 100 x/menit)
Sianosis sentral dengan oksigen 100%
PEMBERIAN OKSIGEN (TERAPI OKSIGEN
Indikasi :
Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan di sekitar bibir) dan akral (warna
kebiruan di kuku, tangan dan kaki).
Bayi dengan gangguan napas
Perlu pengawasan (konsentrasi, kelembaban dan suhu
Jumlah Oksigen yang diberikan:
Melalui kateter nasal 2-3 l/menit (konsentrasi 21%).
Melalui sungkup 4-5 l/ menit (konsentrasi 40%)
Melalui head box 6-8 l/ menit (konsentrasi > 50%)
Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya sianosis sentral.
PENILAIAN OKSIGENISASI
Berhasil bila terjadi perubahan perbaikan klinis, sebagai berikut:
6. Perubahan warna kulit menjadi kemerahan
Denyut jantung bertambah baik
Kadang kadang bisa mulai timbul napas spontan
PENGAWASAN SUHU
Pengawasan suhu dan menjaga kehangatan bayi selama transportasi menjadi suatu
keharusan
Suhu normal:
-37.5 oC (97.7-98.6 oF)
Membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain yang kering, hangat dan tebal
Membungkus kepala bayi atau memakai topi/tutup kepala
Jangan meletakkan bayi ditepi jendela atau pintu kendaraan pengangkut
Kalau memungkinkan dapat pula dilakukan Perawatan Bayi Melekat (Kangaroo
Mother Care)