SlideShare a Scribd company logo
Tim Smelter (Subarudi, Rachman E, Lukas R, Fenti S,
Triyono P, Deden J dan Ismatul H)
Pusekjakpi
 Kewajiban mendirikan proses pengolahan
untuk mineral logam paling lambat 5 tahun
setelah keluar UU No. 4/2009 tentang Minerba
 Namun tidak terjadi karena ditolak pemilik IUP
dengan berbagai alasan dan berbagai cara
 Kebijakan larangan ekspor mineral mentah
sejak 12 Januari 2014 dan PermenESDM No.
1/2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral melalui smelter di DN
 Menimbulkan pertentangan antara Pemerintah
dan Pengusaha tambang
 Pada tahun 1998, nilai ekspor mineral
Indonesia mencapai US $ 1,8 miliar,
meningkat menjadi US $ 11,6 miliar pada
tahun 2009 (Kompas 28/12/2009).
 Ekspor konsentrat dalam 5 tahun terakhir
meningkat 800% untuk bauksit dan nikel
 Ekspor konsentrat 70% ekspor dan 30% diolah
smelter (Konsentrat 30% logam + 70%
lumpur)
 Perkembangan (6 Oktober 2014): 253 unit
Komit
Oke
Akhir (15)
GC (15)
UGC (10)
Amdal (16)
Nato
66
6
75
112
 Menjelaskan definisi, persyaratan
dan hambatan pembangunan
smelter
 Mengkaji keuntungan vs kerugian
 Menganalis kebijakan smelter
 Melihat kondisi smelter pasca UU
No.23/2014
1. Skala ekonomi?
2. Kapasitas produksi smelter?
3. Harga jual + Nilai Tambah = Investasi
smelter
4. Valuasi ekonomi pencemaran lingkungan
dengan teknologi pyrometalurgy
5. Belajar dari smelter di PT Inalum, PT
Gresik Smelting, dan di PT Tinindo Inter
Nusa
Gambar 1. Alur pikir penelitian pembangunan smelter
Kebutuhan
konsentrat dan logam
dalam dan luar negeri
Pasokan konsentrat
dan logam (smelter)
dalam dan luar negeri
Pembangunan
Smelter
Teknologi Tepat Guna
Ramah Lingkungan
Secara Ekonomi
Menguntungkan
Diterima secara Sosial
Budaya
Dukungan Kebijakan
antar Sektor
No
Green
Economy
 Definisi dan persyaratan serta pasar
Smelter
 Hambatan dan kendala pembangunan
smelter
 Dampak sosial dan lingkungan
 Keuntungan vs kerugian Smelter
 Kebijakan Pembangunan Smelter
 Kondisi smelter pasca UU No.
22/2013
 Mineral yang ditambang dari alam
bercampur dengan kotoran (70%
material bawaan yang tidak
diinginkan)
 Fasilitas pengololah hasil tambang
yang berfungsi meningkatkan
kandungan logam (timah, nikel,
tembaga, emas dan perak) hingga
memenuhi standar sebagai bahan
 baku produk akhir
 Lahan
 Teknologi + kontrator
 Biaya (1,2 juta =2 Miliar USD)
tergantung teknologi yang digunakan
 Upah dapat dipenuhi
 Infrastruktur terbatas (jalan dan
energi)
 Persyaratan lingkungan
 Pembebasan tanah tidak mudah karena
spekulan tanah shg harga tanah melambung
 Ketersedian listrik yang terbatas sebagai
nafas industri. Saling cari alasan smelter --
- listrik ada (wil pertambang bukan di
kota)
 Perijinan pembangunan smelter yang tidak
mudah sebagaimana IUP sendiri
 Keterbatasan biaya bagi pemilik tambang
No. Daftar Hambatan
Yang Dihadapi
Jenis Produk Smelter
Timah (Babel) Tembaga (Jatim) Allumuniun
(Sumut)
Tembaga
(Papua)
1 Luasan areal yang
dibutuhkan
1-1,5 ha untuk
produksi dan 1 ha
untuk fasilitas
pendukung.
70 ha untuk
produksi dan 30
ha untuk fasilitas
pendukung
250 ha untuk
produksi dan 200
ha untuk sarana
penunjang.
Untuk rencana
pembangunan
smelter bauksit
pengadaan lahan
masih menjadi
kendala.
1000 ha untuk
kawasan
industri
terpadu
(smelter,
pabrik semen,
PLTA, dan
pabrik pupuk)
2 Lokasi dan status
lahan
Lokasi di kawasan
industri dengan
status CNC.
Lokasi di
kawasan industri
dengan status
CNC.
Lokasi dekat
pelabuhan dan
statusnya CNC.
Calon lokasi
sudah
tersedia.
3 Sumberenergi Listrik(PLNdan
Genset):6,3
megawattuntuk
kapasitas12.000
ton/tahun
Terpenuhidari
sumberlistrik
sendiriuntuk
memenuhi
kapasitas300.000
ton/tahun
Listrik:604
megawattuntuk
kapasitas225.000
ton/tahun.Jarak
kepabrik120km.
Belum
tersedia.
4 Tenagakerjadan
produktivitas
180orangdengan
produktivitas66
ton/orang/tahun
2.000orang
dengan
produktivitas150
ton/orang/tahun
2.000orang
dengan
produktivitas112
ton/orang/tahun
Tersedia
tenagakerja
lokal.
5 Keterpaduanindustri Tidakada Ada:industri
pupukdansemen
Tidakada Perlu
direncanakan
6 Ketersediaanbahan
baku
Domestikdantidak
mencukupi
Domestikdan
impor
Bauksittersedia
domestikdan
aluminamelalui
impor
Domestikdan
tersedia
 Dijelaskan oleh Saleng (2004) dalam Pasaribu
(2010) bahwa kontribusi pengusahaan
pertambangan terhadap pembangunan secara
nasional melalui penerimaan negara sangat besar
 Namun terhadap pembangunan daerah dan
masyarakat di sekitar kegiatan pertambangan,
baik melalui program pemberdayaan masyarakat
(community development) maupun program
pembangunan lainnya, belum nampak signifikan.
 Selain itu akan ada banyak pendatang yang ikut
menambang sehingga beresiko menimbulkan
konflik (Ahyani, 2011).
 Penggunaan teknologi smelter (90%) adalah
Pyrometallurgy daripada Hydrometallugy
 Pyrometallugy menghasilkan polusi timbal
yang dibatas ambang baku mutu.
 Pengamatan polusi tahun 2012-2014 di
Surabaya ada pencemaran logam berat.
Kandungan timbal (Pb) 322 mikrogram/m3
dengan batas ambang baku mutu (2
mikrogram/m3). Jakarta hanya 43,6
mikrogram/m3)
SEBARAN TEKNOLOGI SMELTER
SEBELUM UU No.4/2009 dan PERMEN ESDM NO. 7/2012
dan SEBARAN PERIODE 2014-2019
4 Nikel HM, PM
2 Nikel PM
39 Timah, , HM, PM
7 Nikel, PM
12 Nikel
PM
3 Nikel HM
7 Nikel, HM, PM2 Bauksit PM
5 bauksit, PM
5 besi, PM
3 besi, PM
2 mangan, PM
1 mangan, PM1 zirkon, PM
1 zirkon, PM
11 zirkon, PM
1 Pb & Zn, PM
2 Kaolin & Zeolit, PM 1 Kaolin & Zeolit, PM
1 Kaolin & Zeolit, PM
Sebelum 45 Unit
Sesudah 66 Unit
Sumber: diramu dari data ESDM 20
TEKNOLOGI SMELTER DI INDONESIA
No
Metode
Proses
Teknologi
Daya
listrik
Keterangan
1. Pyrometallurgy
(PM)
(menggunakan
panas sebagai
media
pengolah)
Blast
Furnace
50-200
MW
o Dipakai Industri smelter kecil-sedang,
o sumber bahan bakar kokas atau
batubara,
o Sangat tidak ramah lingkungan dengan
sumber emisi partikulat tinggi (PM10 &
PM2.5) dan sisa bahan bakar kokas atau
Batubara (limbah B3).
o Konsumsi lahan relatif tidak terlalu luas
o Sumber utama teknologi dari China
o Investasi lebih murah (US$ 2-50
Million)
2. Hydrometallurg
y (HM)
(menggunakan
cairan kimia
sebagai media
pengolah)
Electric arc
furnace
>200 MW o Digunakan industri smelter skala besar,
o sumber bahan bakar umumnya listrik
on grid (power plant),
o lebih ramah lingkungan dengan sumber
pencemar partikulat diudara (PM10 &
PM2.5), dan sedikit sisa bahan kimia
proses (limbah B3)
o Konsumsi lahan membutuhkan lahan
yang luas
o Sumber utama teknologi dari negara
eropa, Korea dan Jepang
o Investasi mahal (US $ 50 million – 1
billion)
 Menambah nilai jual mineral
 Meningkatkan investasi dalam dan luar negeri
 Membuka lapangan kerja baru
 Upaya baik pemerintah untuk memperbaiki
perekonomian bangsa
 Meningkatkan taraf hidup masyarakat
 Mengembalikan citra pertambangan yang
terkadang disebut perusak alam
 Economic Effects of Indonesa’s Mineral
Processing requirement for Export (Usaid,
2013)
 Sulit untuk smelter karena prospek rendah
hingga tahun 2020
 Kapasitas smelter dunia masih rendah dan
tidak mampu bersaing dengan China dan
Timteng (modal+Op Cost rendah)
 Modal besar dan pinjaman komersial sulit
(500-700 juta US$)
 Larangan ekspor mineral mentah kehilangan US$
6,3 miliar/th, pajak dan royalti US$ 300 juta serta
pajak tak langsung US$ 1 juta.
 Penelitian menunjukkan bahwa intervensi
kebijakan untuk mendorong pengolahan hilir
untuk diversifikasi ekspor dan memperbaiki
kinerja perdagangan adalah nasihat yang keliru
(ill-advice).
 Sedikit kebutuhan TK: Alumina refinery butuh
US$ 2 miliar, TK 500 org, US$ 3,5 miliar, TK
1000 org, copper smelter US$ US$ 1,2 miliar, TK
= 800 orang, Nikel US$ 1,7 miliar, TK 450 orang
 Prioritas pembangunan ekonomi saat ini
(Juoro, 2015).
 Fenomena industri mineral dan prospek
pendirian smelter (Ishlah, 2010).
 Studi smelter timor (Gulf Manganese Corp,
Ltd, 2015)
 Pengenaan bea keluar dan alasannya
 Pengenaan royalti baru
 Renegosiasi kontrak
 Rencana pembangunan smelter di Mimika
 Berdasarkan fenomena industri mineral, terdapat
kecenderungan negara maju sangat keberatan
dengan pembangunan smelter di lokasi
penambangan/di negara penghasil mineral.
 Kajian kelayakan pengolahan bijih nikel dan bauksit,
pelaku usaha pertambangan menghadapi masalah
tenaga listrik sehingga perusahaan mundur
 Pemberlakuan kewajiban smelter, diperlukan
evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan
pertambangan di Indonesia sehingga dalam
pelaksanaanya dapat berjalan untuk kepentingan
kemakmuran rakyat.
 Saat ekonomi melemah, kebijakan fiskal
semestinya fokus pada stimulasi ekonomi
 Peningkatan penerimaan pajak penting untuk
pembangunan, tetapi memaksakan saat ini akan
melemahkan ekonomi
 Reformasi pajak secara sistematis dan jangka
panjang bukan dengan kebijakan kejutan
 Pengembangan industri manufaktur diarahkan
kepada rantai pasokan global
 Peningkatan kadungan lokal dan produk dalam
negeri disesuaikan dengan tahapan kemampuan,
konsisten dan tidak berubah-ubah dan tidak
kontraproduktif
UU 4/2009:
Lingkungan
Hidup (UU
32/2009)
Kehutanan
(UU
41/1999)
Perdagang
an (UU
25/2007)
Tenaga
Kerja (UU
13/2006)
Tata Ruang
(UU
26/2007)
Perhubung
an ( UU
17/2006)
Keuangan
(pajak dan
PNBP)
Dalam
Negeri (UU
23/2014)
Wil
Tambang
(PP
22/2010)
Pengusaha
an (PP
23/2010)
Binwas
(PP
55/2010)
Reklamasi
Tambang
(PP
78/2010)
Kebijakan Pembangunan Smelter
 Kebijakan smelter tidak terlepas dari persoalan politik
ekonomi pertambangan dimana hegemoni
perusahaan tambang dan asosiasinya begitu kuat
mempengaruhi kebijakan pemerintah
 PP No. 23/2010: pelaksanaan kegiatan minerba
sudah mewajibkan smelter, tapi 2 tahun keluar
Permen ESDM No. 7/2012
 Hal ini ditandai upaya perlawanan dan keberatan dari
para pemilik IUP dan asosiasi usaha biji mineral
dengan melakukan pengajuan uji materi (yudicial
review) Permen ESDM No. 7/2012 ke Mahkamah
Agung.
 MA mengabulkan dan memerintahkan Menteri ESDM
untuk mencabut dan mereview Permen ESDM No.
7/2012 tersebut.
 Dampak hegemoni tersebut adalah Permen ESDM
No. 7/2012 telah direvisi sebanyak 3 (tiga) kali
melalui Permen ESDM No. 11/2012, Permen
ESDM No. 20/2012 dan terakhir Permen ESDM
No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai
Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral Dalam Negeri.
 Jim Brumby, Lead Economist World Bank
kewajiban pemb smelter menimbulkan
ketidakpastian iklim investasi
 Contoh Chile dan Australia (Kota Victoria) tahun
1990 wajib membangun smelter akhirnya gagal
 PT Newmont mengajukan gugutan arbitrase
karena adanya larangan ekspor mineral (stok
80.000 ton)
 Selama beroperasi 13 th (2000-2013) dimana
6.7% pendapatan (8,83 milliar USD) dengan 3,1
milliar USD untuk pajak, non pajak dan royalti
ke pemerintah pusat dan daerah
 Permenkeu No. 6/2014 Bea keluar untuk
tembaga > 15%, 25% (2014), 35% (Sem I 2015),
40% (Sem II 2015), 50% (Sem I 2016) dan 60%
(Sem II 2016) untuk meningkatkan investasi
dan hilirisasi sektor industri berbasis produk
pertambangan
1) Pengembangan sistem data dan informasi minerba
(belum terintegrasi dan realtime)
2) 12 aturan pelaksanaan UU No.4/2009 belum
diterbitkan dari 22 aturan
3) Renegosiasi kontrak (34 KK dan 78 P2KB belum
dilaksanakan dari target 12 Januari 2010)
4) Pembangunan smelter (belum jelas sikap
pemerintah, tapi memberikan kelonggaran
(relaksasi) kepada KK dan IUP/IUPK untuk ekspor
konsentrat hasil olahan hingga 12/1/2017)
5) . Penataan KP/IUP (ada 4912 IUP (45%) belum
Clean and clear dari 10.916 IUP)
6. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri (belum ada
upaya sistematis).
7. Pelaksanaan kewajiban pelaporan secara reguler
(banyak IUP yang tidak melapor)
8. Pelaksanaan kewajiban reklamasi dan
pascatambang (sulit menelusuri penggunaan
danjamrek)
9. Pelaksanaan pengawasan (di lapangan tidak
berjalan optimal)
10. Pengoptimalan penerimaan Negara (PNBP 2003-
2011 Rp. 6,7 triliun, kurang bayar royalti
US$24,66 juta untuk mineral dan US$ 1,22 miliar
untuk batubara (2010-2012)
 Proses penarikan bandul otonomi
(pertambangan) dari kabupaten/kota
ke provinsi
 Renegosiasi kontrak terus berjalan
 Peningkatan royalti sebuah keharusan
 PT Freeport wajib membangun smelter
di Papua
 Penarikan semua kewenangan pengurusan
tambang dari kabupaten/kota ke provinsi
 Pengurusan pengembalian izin ke tingkat
provinsi menjadi alat “pemerasan” terakhir
dari aparatur kab/kota
 Perijinan smelter berada di tangan provinsi
rawan KKN karena yang dipindahkan hanya
personil dan strukturnya tidak berubah
 Peluang Pemda Kab/Kota jadi pengawas yang
handal untuk mewujudkan tata kelola?
 Ada 112 unit (37 KK dan 75 PKP2B) dan 25 sudah
menyatakan Oke
 Subyek renegosiasi kontrak:
1. Luas wilayah pertambangan
2. Perpanjangan kontrak
3. Penerimaan negara (royalti)
4. Kewajiban pengolahan dan pemurnian dalam
negeri
5. Kewajiban divestasi saham 51%
6. Kewajiban menggunak tenaga lokal, barang dan
jasa dalam negeri
NO
.
Negara Emas Tembaga Perak
1. Indonesia
(2014)
1% 
3,75%
3,5% 
4 %
1% 
3,25%
2. Uzbekistan
(2004)
2,8% 
5%
7,9% 
8,1%
7% 
8%
3. Ghana
(2010)
5%
4. Australia 2,5% 2,7%-
3,5%
 Pemerintah Pusat Setuju membangun smelter di
Papua dan sudah di dorong dari awal
 Pemda Papua juga setuju membangun di Mimika dan
bahkan akan mengusir Freeport dari Papua jika
menggunakan smelter di Gresik
 Masyarakat Adat Kamoro dan LSM tidak setuju
dibangun smelter di Mimika karena kompensasi
kehadiran Freeport belum menyejahterahkan mereka
 Pemda Jatim sangat antusias menerima Freeport di
Gresik dengan saham Freeport 25% di PT Smelting
Gresik
 Freeport wajib membangun smelter karena multiplier
effectnya (ada pabrik semen, pupuk, dll).
 Peningkatan intensitas dialog dengan semua
stakeholder, khususnya dengan masyarakat suku
Kamoro dan Amungme.
 Perlu disusun Perda penanganan dampak negatif
pembangunan smelter terhadap masyarakat
Kamoro dan Amungme.
 Perlu disusun Perda distribusi dana CSR dan bagi
hasil untuk masyarakat Kamoro dan Amungme,
yang mengatur mekanisme pemerataan dan
transparansi penggunaan dana.
 Pendampingan total perlu dilakukan dengan
menerbitkan Perda yang melibatkan instansi
pemerintah daerah terkait dalam rangka
peningkatan kapasitas masyarakat suku Kamoro
dan Amungme.
 Kebijakan selektif diperlukan untuk smelter
untuk mineral khusus dengan profil investasi
yang menguntungkan
 Dampak sosial dan lingkungan perlu juga
menjadi pertimbangan ditengah hegemoni
pertambangan
 Pembangunan smelter pasca UU No. 23/2014
perlu dikaji lebih mendalam untuk memastikan
transformasi korupsi tidak terjadi
 Perubahan royalti suatu keniscayaan dan harus
segera diwujudkan
 PT Freeport harus membangun smelter di Papua
walupun smelter di Gresik telah menerapkan zero
waste (pabrik semen, pupuk dan dll)
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Contoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkk
Contoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkkContoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkk
Contoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkk
Hambali Nasuka
 
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan BansosPerencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
PSEKP - UGM
 
Rab nikel
Rab nikelRab nikel
Rab nikel
RusliUtiarachman
 
Perspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
Perspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan DaerahPerspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
Perspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
Massaputro Delly TP
 
Sakip Menpan RB
Sakip Menpan RBSakip Menpan RB
Sakip Menpan RB
Dr. Zar Rdj
 
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP DesaPerencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
Formasi Org
 
PERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdf
PERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdfPERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdf
PERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdf
Strobillus Found
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Joy Irman
 
Gapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asri
Gapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asriGapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asri
Gapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asri
Pemdes Seboro Sadang
 
Proposal pembangunan tpa
Proposal pembangunan tpaProposal pembangunan tpa
Proposal pembangunan tpa
Operator Warnet Vast Raha
 
RANGKAIAN SELEKSI TERBUKA ESELON 1a BNPB-2106.compressed
RANGKAIAN SELEKSI TERBUKA  ESELON 1a BNPB-2106.compressedRANGKAIAN SELEKSI TERBUKA  ESELON 1a BNPB-2106.compressed
RANGKAIAN SELEKSI TERBUKA ESELON 1a BNPB-2106.compressedNOPIAN ANDUSTI, S.E.,M.T
 
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas DesaPedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Presentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahanPresentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahan
Gema Bangsawan
 
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Aji Sahdi Sutisna
 
Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah menurut ...
Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah  menurut ...Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah  menurut ...
Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah menurut ...
Rusman R. Manik
 
Berita acara
Berita acaraBerita acara
Berita acara
Mustaqim Ar Rasyid
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Hibah dan bansos
Hibah dan bansosHibah dan bansos
Hibah dan bansos
Novita Pratiwi
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Dadang Solihin
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Muh Saleh
 

What's hot (20)

Contoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkk
Contoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkkContoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkk
Contoh laporan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok pkk
 
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan BansosPerencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
 
Rab nikel
Rab nikelRab nikel
Rab nikel
 
Perspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
Perspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan DaerahPerspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
Perspektif UU 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
 
Sakip Menpan RB
Sakip Menpan RBSakip Menpan RB
Sakip Menpan RB
 
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP DesaPerencanaan Pembangunan RKP Desa
Perencanaan Pembangunan RKP Desa
 
PERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdf
PERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdfPERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdf
PERDES NOMOR 3 TAHUN 2022 PERUBAHAN APBDES.pdf
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 
Gapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asri
Gapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asriGapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asri
Gapura batas desa, kawasan wisata, dan selo asri
 
Proposal pembangunan tpa
Proposal pembangunan tpaProposal pembangunan tpa
Proposal pembangunan tpa
 
RANGKAIAN SELEKSI TERBUKA ESELON 1a BNPB-2106.compressed
RANGKAIAN SELEKSI TERBUKA  ESELON 1a BNPB-2106.compressedRANGKAIAN SELEKSI TERBUKA  ESELON 1a BNPB-2106.compressed
RANGKAIAN SELEKSI TERBUKA ESELON 1a BNPB-2106.compressed
 
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas DesaPedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
 
Presentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahanPresentasi asisten pemerintahan
Presentasi asisten pemerintahan
 
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
 
Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah menurut ...
Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah  menurut ...Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah  menurut ...
Versi 2 Sekelumit Panduan Ringkas Penyusunan Renja Perangkat Daerah menurut ...
 
Berita acara
Berita acaraBerita acara
Berita acara
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
 
Hibah dan bansos
Hibah dan bansosHibah dan bansos
Hibah dan bansos
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
 

Similar to Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter

Issue Mapping - Majalah Tambang (1).pdf
Issue Mapping - Majalah Tambang (1).pdfIssue Mapping - Majalah Tambang (1).pdf
Issue Mapping - Majalah Tambang (1).pdf
MuhammadRidhoPutraNu
 
Thorium solusi global warming
Thorium solusi global warmingThorium solusi global warming
Thorium solusi global warming
Bob Soelaiman Effendi
 
Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014
Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014
Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014
Dewan Nasional Perubahan Iklim
 
Focus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan Pasar
Focus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan PasarFocus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan Pasar
Focus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan Pasar
Ahmad Taufik
 
Paper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersihPaper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersih
N'fall Sevenfoldism
 
Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!
Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!
Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!
Bob Soelaiman Effendi
 
Program Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdf
Program Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdfProgram Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdf
Program Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdf
Asdep1
 
11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf
11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf
11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf
Ahmad Taufik
 
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).pptPersiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
pnsbeneran
 
Presentasi seminar hmtg_ugm
Presentasi seminar hmtg_ugmPresentasi seminar hmtg_ugm
Presentasi seminar hmtg_ugm
Bisrul Tambunan
 
Timah
TimahTimah
Timah
gita riski
 
Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...
Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...
Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...
Dewan Nasional Perubahan Iklim
 
3 geothermal (pge)
3   geothermal (pge) 3   geothermal (pge)
3 geothermal (pge)
shlhrp
 
Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011
Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011
Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011
Adi D. Bahri
 
Indonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambang
Indonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambangIndonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambang
Indonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambang
Rizky Faisal
 
Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014
Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014
Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014
Titis Setya Wulandari
 
SEKTOR PERLOMBONGAN
SEKTOR PERLOMBONGANSEKTOR PERLOMBONGAN
SEKTOR PERLOMBONGAN
Asmawi Abdullah
 
Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]
Awan Bujel
 
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Debby Rahmawati
 

Similar to Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter (20)

Issue Mapping - Majalah Tambang (1).pdf
Issue Mapping - Majalah Tambang (1).pdfIssue Mapping - Majalah Tambang (1).pdf
Issue Mapping - Majalah Tambang (1).pdf
 
Thorium solusi global warming
Thorium solusi global warmingThorium solusi global warming
Thorium solusi global warming
 
Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014
Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014
Panduan Pengurangan Emisi GRK di Industri Baja 2014
 
Focus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan Pasar
Focus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan PasarFocus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan Pasar
Focus Group Discussion (FGD) Aspek Legal, Teknis, dan Pasar
 
Paper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersihPaper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersih
 
Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
Tarik Ulur Kebijakan Larangan Ekspor Mineral
 
Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!
Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!
Mengapa Sekarang Saatnya GO NUKLIR !!
 
Program Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdf
Program Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdfProgram Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdf
Program Kerja Ditjen ILMATE Tahun 2016.pdf
 
11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf
11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf
11.Bahan Paparan TA_FGD_060923_Manufaktur_Timah.pdf
 
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).pptPersiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
Persiapann dan Rakor-Makassar (28-10-09).ppt
 
Presentasi seminar hmtg_ugm
Presentasi seminar hmtg_ugmPresentasi seminar hmtg_ugm
Presentasi seminar hmtg_ugm
 
Timah
TimahTimah
Timah
 
Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...
Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...
Strategi dan Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Dalam Menghadapi Tantan...
 
3 geothermal (pge)
3   geothermal (pge) 3   geothermal (pge)
3 geothermal (pge)
 
Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011
Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011
Jatam 1-ipb fak kehut 1 des 2011
 
Indonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambang
Indonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambangIndonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambang
Indonesia luluh dilobi penjajah raksasa penambang
 
Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014
Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014
Batubara di Indonesia (Statistik Pertambangan dan Penggalian) 2014
 
SEKTOR PERLOMBONGAN
SEKTOR PERLOMBONGANSEKTOR PERLOMBONGAN
SEKTOR PERLOMBONGAN
 
Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]Ppt batu bara [autosaved]
Ppt batu bara [autosaved]
 
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
 

More from 01112015

KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
01112015
 
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANANPERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
01112015
 
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
01112015
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
01112015
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
01112015
 
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
01112015
 
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
01112015
 
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTSNEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
01112015
 
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
01112015
 
PERSPEKTIF POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014 TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...
PERSPEKTIF  POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014  TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...PERSPEKTIF  POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014  TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...
PERSPEKTIF POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014 TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...
01112015
 
Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
01112015
 
Investasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di IndonesiaInvestasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di Indonesia
01112015
 

More from 01112015 (12)

KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
 
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANANPERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
PERCEPATAN TINDAK LANJUT INVENTARISASI P3D BIDANG KEHUTANAN
 
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
Kebijakan Distribusi Kepegawaian sesuai UU No. 23 Tahun 2014
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
 
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam ...
 
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
 
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTSNEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT:ISSUES AND PROSPECTS
NEW DECENTRALIZATION OF COASTAL MANAGEMENT: ISSUES AND PROSPECTS
 
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
 
PERSPEKTIF POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014 TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...
PERSPEKTIF  POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014  TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...PERSPEKTIF  POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014  TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...
PERSPEKTIF POLITIK HUKUM DAMPAK UU 23/2014 TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA...
 
Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
Tantangan Keadilan Ekologi dan Pembangunan Lokal dalam UU no. 23 tahun 2014
 
Investasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di IndonesiaInvestasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di Indonesia
 

Arah Politik Kebijakan Pembangunan Smelter

  • 1. Tim Smelter (Subarudi, Rachman E, Lukas R, Fenti S, Triyono P, Deden J dan Ismatul H) Pusekjakpi
  • 2.  Kewajiban mendirikan proses pengolahan untuk mineral logam paling lambat 5 tahun setelah keluar UU No. 4/2009 tentang Minerba  Namun tidak terjadi karena ditolak pemilik IUP dengan berbagai alasan dan berbagai cara  Kebijakan larangan ekspor mineral mentah sejak 12 Januari 2014 dan PermenESDM No. 1/2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui smelter di DN  Menimbulkan pertentangan antara Pemerintah dan Pengusaha tambang
  • 3.  Pada tahun 1998, nilai ekspor mineral Indonesia mencapai US $ 1,8 miliar, meningkat menjadi US $ 11,6 miliar pada tahun 2009 (Kompas 28/12/2009).  Ekspor konsentrat dalam 5 tahun terakhir meningkat 800% untuk bauksit dan nikel  Ekspor konsentrat 70% ekspor dan 30% diolah smelter (Konsentrat 30% logam + 70% lumpur)
  • 4.
  • 5.  Perkembangan (6 Oktober 2014): 253 unit Komit Oke Akhir (15) GC (15) UGC (10) Amdal (16) Nato 66 6 75 112
  • 6.
  • 7.  Menjelaskan definisi, persyaratan dan hambatan pembangunan smelter  Mengkaji keuntungan vs kerugian  Menganalis kebijakan smelter  Melihat kondisi smelter pasca UU No.23/2014
  • 8. 1. Skala ekonomi? 2. Kapasitas produksi smelter? 3. Harga jual + Nilai Tambah = Investasi smelter 4. Valuasi ekonomi pencemaran lingkungan dengan teknologi pyrometalurgy 5. Belajar dari smelter di PT Inalum, PT Gresik Smelting, dan di PT Tinindo Inter Nusa
  • 9. Gambar 1. Alur pikir penelitian pembangunan smelter Kebutuhan konsentrat dan logam dalam dan luar negeri Pasokan konsentrat dan logam (smelter) dalam dan luar negeri Pembangunan Smelter Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan Secara Ekonomi Menguntungkan Diterima secara Sosial Budaya Dukungan Kebijakan antar Sektor No Green Economy
  • 10.  Definisi dan persyaratan serta pasar Smelter  Hambatan dan kendala pembangunan smelter  Dampak sosial dan lingkungan  Keuntungan vs kerugian Smelter  Kebijakan Pembangunan Smelter  Kondisi smelter pasca UU No. 22/2013
  • 11.  Mineral yang ditambang dari alam bercampur dengan kotoran (70% material bawaan yang tidak diinginkan)  Fasilitas pengololah hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam (timah, nikel, tembaga, emas dan perak) hingga memenuhi standar sebagai bahan  baku produk akhir
  • 12.  Lahan  Teknologi + kontrator  Biaya (1,2 juta =2 Miliar USD) tergantung teknologi yang digunakan  Upah dapat dipenuhi  Infrastruktur terbatas (jalan dan energi)  Persyaratan lingkungan
  • 13.
  • 14.  Pembebasan tanah tidak mudah karena spekulan tanah shg harga tanah melambung  Ketersedian listrik yang terbatas sebagai nafas industri. Saling cari alasan smelter -- - listrik ada (wil pertambang bukan di kota)  Perijinan pembangunan smelter yang tidak mudah sebagaimana IUP sendiri  Keterbatasan biaya bagi pemilik tambang
  • 15. No. Daftar Hambatan Yang Dihadapi Jenis Produk Smelter Timah (Babel) Tembaga (Jatim) Allumuniun (Sumut) Tembaga (Papua) 1 Luasan areal yang dibutuhkan 1-1,5 ha untuk produksi dan 1 ha untuk fasilitas pendukung. 70 ha untuk produksi dan 30 ha untuk fasilitas pendukung 250 ha untuk produksi dan 200 ha untuk sarana penunjang. Untuk rencana pembangunan smelter bauksit pengadaan lahan masih menjadi kendala. 1000 ha untuk kawasan industri terpadu (smelter, pabrik semen, PLTA, dan pabrik pupuk) 2 Lokasi dan status lahan Lokasi di kawasan industri dengan status CNC. Lokasi di kawasan industri dengan status CNC. Lokasi dekat pelabuhan dan statusnya CNC. Calon lokasi sudah tersedia.
  • 16. 3 Sumberenergi Listrik(PLNdan Genset):6,3 megawattuntuk kapasitas12.000 ton/tahun Terpenuhidari sumberlistrik sendiriuntuk memenuhi kapasitas300.000 ton/tahun Listrik:604 megawattuntuk kapasitas225.000 ton/tahun.Jarak kepabrik120km. Belum tersedia. 4 Tenagakerjadan produktivitas 180orangdengan produktivitas66 ton/orang/tahun 2.000orang dengan produktivitas150 ton/orang/tahun 2.000orang dengan produktivitas112 ton/orang/tahun Tersedia tenagakerja lokal. 5 Keterpaduanindustri Tidakada Ada:industri pupukdansemen Tidakada Perlu direncanakan 6 Ketersediaanbahan baku Domestikdantidak mencukupi Domestikdan impor Bauksittersedia domestikdan aluminamelalui impor Domestikdan tersedia
  • 17.  Dijelaskan oleh Saleng (2004) dalam Pasaribu (2010) bahwa kontribusi pengusahaan pertambangan terhadap pembangunan secara nasional melalui penerimaan negara sangat besar  Namun terhadap pembangunan daerah dan masyarakat di sekitar kegiatan pertambangan, baik melalui program pemberdayaan masyarakat (community development) maupun program pembangunan lainnya, belum nampak signifikan.  Selain itu akan ada banyak pendatang yang ikut menambang sehingga beresiko menimbulkan konflik (Ahyani, 2011).
  • 18.  Penggunaan teknologi smelter (90%) adalah Pyrometallurgy daripada Hydrometallugy  Pyrometallugy menghasilkan polusi timbal yang dibatas ambang baku mutu.  Pengamatan polusi tahun 2012-2014 di Surabaya ada pencemaran logam berat. Kandungan timbal (Pb) 322 mikrogram/m3 dengan batas ambang baku mutu (2 mikrogram/m3). Jakarta hanya 43,6 mikrogram/m3)
  • 19. SEBARAN TEKNOLOGI SMELTER SEBELUM UU No.4/2009 dan PERMEN ESDM NO. 7/2012 dan SEBARAN PERIODE 2014-2019 4 Nikel HM, PM 2 Nikel PM 39 Timah, , HM, PM 7 Nikel, PM 12 Nikel PM 3 Nikel HM 7 Nikel, HM, PM2 Bauksit PM 5 bauksit, PM 5 besi, PM 3 besi, PM 2 mangan, PM 1 mangan, PM1 zirkon, PM 1 zirkon, PM 11 zirkon, PM 1 Pb & Zn, PM 2 Kaolin & Zeolit, PM 1 Kaolin & Zeolit, PM 1 Kaolin & Zeolit, PM Sebelum 45 Unit Sesudah 66 Unit Sumber: diramu dari data ESDM 20
  • 20. TEKNOLOGI SMELTER DI INDONESIA No Metode Proses Teknologi Daya listrik Keterangan 1. Pyrometallurgy (PM) (menggunakan panas sebagai media pengolah) Blast Furnace 50-200 MW o Dipakai Industri smelter kecil-sedang, o sumber bahan bakar kokas atau batubara, o Sangat tidak ramah lingkungan dengan sumber emisi partikulat tinggi (PM10 & PM2.5) dan sisa bahan bakar kokas atau Batubara (limbah B3). o Konsumsi lahan relatif tidak terlalu luas o Sumber utama teknologi dari China o Investasi lebih murah (US$ 2-50 Million) 2. Hydrometallurg y (HM) (menggunakan cairan kimia sebagai media pengolah) Electric arc furnace >200 MW o Digunakan industri smelter skala besar, o sumber bahan bakar umumnya listrik on grid (power plant), o lebih ramah lingkungan dengan sumber pencemar partikulat diudara (PM10 & PM2.5), dan sedikit sisa bahan kimia proses (limbah B3) o Konsumsi lahan membutuhkan lahan yang luas o Sumber utama teknologi dari negara eropa, Korea dan Jepang o Investasi mahal (US $ 50 million – 1 billion)
  • 21.  Menambah nilai jual mineral  Meningkatkan investasi dalam dan luar negeri  Membuka lapangan kerja baru  Upaya baik pemerintah untuk memperbaiki perekonomian bangsa  Meningkatkan taraf hidup masyarakat  Mengembalikan citra pertambangan yang terkadang disebut perusak alam
  • 22.
  • 23.
  • 24.  Economic Effects of Indonesa’s Mineral Processing requirement for Export (Usaid, 2013)  Sulit untuk smelter karena prospek rendah hingga tahun 2020  Kapasitas smelter dunia masih rendah dan tidak mampu bersaing dengan China dan Timteng (modal+Op Cost rendah)  Modal besar dan pinjaman komersial sulit (500-700 juta US$)
  • 25.  Larangan ekspor mineral mentah kehilangan US$ 6,3 miliar/th, pajak dan royalti US$ 300 juta serta pajak tak langsung US$ 1 juta.  Penelitian menunjukkan bahwa intervensi kebijakan untuk mendorong pengolahan hilir untuk diversifikasi ekspor dan memperbaiki kinerja perdagangan adalah nasihat yang keliru (ill-advice).  Sedikit kebutuhan TK: Alumina refinery butuh US$ 2 miliar, TK 500 org, US$ 3,5 miliar, TK 1000 org, copper smelter US$ US$ 1,2 miliar, TK = 800 orang, Nikel US$ 1,7 miliar, TK 450 orang
  • 26.  Prioritas pembangunan ekonomi saat ini (Juoro, 2015).  Fenomena industri mineral dan prospek pendirian smelter (Ishlah, 2010).  Studi smelter timor (Gulf Manganese Corp, Ltd, 2015)  Pengenaan bea keluar dan alasannya  Pengenaan royalti baru  Renegosiasi kontrak  Rencana pembangunan smelter di Mimika
  • 27.  Berdasarkan fenomena industri mineral, terdapat kecenderungan negara maju sangat keberatan dengan pembangunan smelter di lokasi penambangan/di negara penghasil mineral.  Kajian kelayakan pengolahan bijih nikel dan bauksit, pelaku usaha pertambangan menghadapi masalah tenaga listrik sehingga perusahaan mundur  Pemberlakuan kewajiban smelter, diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan pertambangan di Indonesia sehingga dalam pelaksanaanya dapat berjalan untuk kepentingan kemakmuran rakyat.
  • 28.  Saat ekonomi melemah, kebijakan fiskal semestinya fokus pada stimulasi ekonomi  Peningkatan penerimaan pajak penting untuk pembangunan, tetapi memaksakan saat ini akan melemahkan ekonomi  Reformasi pajak secara sistematis dan jangka panjang bukan dengan kebijakan kejutan  Pengembangan industri manufaktur diarahkan kepada rantai pasokan global  Peningkatan kadungan lokal dan produk dalam negeri disesuaikan dengan tahapan kemampuan, konsisten dan tidak berubah-ubah dan tidak kontraproduktif
  • 29. UU 4/2009: Lingkungan Hidup (UU 32/2009) Kehutanan (UU 41/1999) Perdagang an (UU 25/2007) Tenaga Kerja (UU 13/2006) Tata Ruang (UU 26/2007) Perhubung an ( UU 17/2006) Keuangan (pajak dan PNBP) Dalam Negeri (UU 23/2014) Wil Tambang (PP 22/2010) Pengusaha an (PP 23/2010) Binwas (PP 55/2010) Reklamasi Tambang (PP 78/2010) Kebijakan Pembangunan Smelter
  • 30.  Kebijakan smelter tidak terlepas dari persoalan politik ekonomi pertambangan dimana hegemoni perusahaan tambang dan asosiasinya begitu kuat mempengaruhi kebijakan pemerintah  PP No. 23/2010: pelaksanaan kegiatan minerba sudah mewajibkan smelter, tapi 2 tahun keluar Permen ESDM No. 7/2012  Hal ini ditandai upaya perlawanan dan keberatan dari para pemilik IUP dan asosiasi usaha biji mineral dengan melakukan pengajuan uji materi (yudicial review) Permen ESDM No. 7/2012 ke Mahkamah Agung.  MA mengabulkan dan memerintahkan Menteri ESDM untuk mencabut dan mereview Permen ESDM No. 7/2012 tersebut.
  • 31.  Dampak hegemoni tersebut adalah Permen ESDM No. 7/2012 telah direvisi sebanyak 3 (tiga) kali melalui Permen ESDM No. 11/2012, Permen ESDM No. 20/2012 dan terakhir Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Dalam Negeri.  Jim Brumby, Lead Economist World Bank kewajiban pemb smelter menimbulkan ketidakpastian iklim investasi  Contoh Chile dan Australia (Kota Victoria) tahun 1990 wajib membangun smelter akhirnya gagal
  • 32.  PT Newmont mengajukan gugutan arbitrase karena adanya larangan ekspor mineral (stok 80.000 ton)  Selama beroperasi 13 th (2000-2013) dimana 6.7% pendapatan (8,83 milliar USD) dengan 3,1 milliar USD untuk pajak, non pajak dan royalti ke pemerintah pusat dan daerah  Permenkeu No. 6/2014 Bea keluar untuk tembaga > 15%, 25% (2014), 35% (Sem I 2015), 40% (Sem II 2015), 50% (Sem I 2016) dan 60% (Sem II 2016) untuk meningkatkan investasi dan hilirisasi sektor industri berbasis produk pertambangan
  • 33. 1) Pengembangan sistem data dan informasi minerba (belum terintegrasi dan realtime) 2) 12 aturan pelaksanaan UU No.4/2009 belum diterbitkan dari 22 aturan 3) Renegosiasi kontrak (34 KK dan 78 P2KB belum dilaksanakan dari target 12 Januari 2010) 4) Pembangunan smelter (belum jelas sikap pemerintah, tapi memberikan kelonggaran (relaksasi) kepada KK dan IUP/IUPK untuk ekspor konsentrat hasil olahan hingga 12/1/2017) 5) . Penataan KP/IUP (ada 4912 IUP (45%) belum Clean and clear dari 10.916 IUP)
  • 34. 6. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri (belum ada upaya sistematis). 7. Pelaksanaan kewajiban pelaporan secara reguler (banyak IUP yang tidak melapor) 8. Pelaksanaan kewajiban reklamasi dan pascatambang (sulit menelusuri penggunaan danjamrek) 9. Pelaksanaan pengawasan (di lapangan tidak berjalan optimal) 10. Pengoptimalan penerimaan Negara (PNBP 2003- 2011 Rp. 6,7 triliun, kurang bayar royalti US$24,66 juta untuk mineral dan US$ 1,22 miliar untuk batubara (2010-2012)
  • 35.  Proses penarikan bandul otonomi (pertambangan) dari kabupaten/kota ke provinsi  Renegosiasi kontrak terus berjalan  Peningkatan royalti sebuah keharusan  PT Freeport wajib membangun smelter di Papua
  • 36.  Penarikan semua kewenangan pengurusan tambang dari kabupaten/kota ke provinsi  Pengurusan pengembalian izin ke tingkat provinsi menjadi alat “pemerasan” terakhir dari aparatur kab/kota  Perijinan smelter berada di tangan provinsi rawan KKN karena yang dipindahkan hanya personil dan strukturnya tidak berubah  Peluang Pemda Kab/Kota jadi pengawas yang handal untuk mewujudkan tata kelola?
  • 37.  Ada 112 unit (37 KK dan 75 PKP2B) dan 25 sudah menyatakan Oke  Subyek renegosiasi kontrak: 1. Luas wilayah pertambangan 2. Perpanjangan kontrak 3. Penerimaan negara (royalti) 4. Kewajiban pengolahan dan pemurnian dalam negeri 5. Kewajiban divestasi saham 51% 6. Kewajiban menggunak tenaga lokal, barang dan jasa dalam negeri
  • 38. NO . Negara Emas Tembaga Perak 1. Indonesia (2014) 1%  3,75% 3,5%  4 % 1%  3,25% 2. Uzbekistan (2004) 2,8%  5% 7,9%  8,1% 7%  8% 3. Ghana (2010) 5% 4. Australia 2,5% 2,7%- 3,5%
  • 39.  Pemerintah Pusat Setuju membangun smelter di Papua dan sudah di dorong dari awal  Pemda Papua juga setuju membangun di Mimika dan bahkan akan mengusir Freeport dari Papua jika menggunakan smelter di Gresik  Masyarakat Adat Kamoro dan LSM tidak setuju dibangun smelter di Mimika karena kompensasi kehadiran Freeport belum menyejahterahkan mereka  Pemda Jatim sangat antusias menerima Freeport di Gresik dengan saham Freeport 25% di PT Smelting Gresik  Freeport wajib membangun smelter karena multiplier effectnya (ada pabrik semen, pupuk, dll).
  • 40.  Peningkatan intensitas dialog dengan semua stakeholder, khususnya dengan masyarakat suku Kamoro dan Amungme.  Perlu disusun Perda penanganan dampak negatif pembangunan smelter terhadap masyarakat Kamoro dan Amungme.  Perlu disusun Perda distribusi dana CSR dan bagi hasil untuk masyarakat Kamoro dan Amungme, yang mengatur mekanisme pemerataan dan transparansi penggunaan dana.  Pendampingan total perlu dilakukan dengan menerbitkan Perda yang melibatkan instansi pemerintah daerah terkait dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat suku Kamoro dan Amungme.
  • 41.  Kebijakan selektif diperlukan untuk smelter untuk mineral khusus dengan profil investasi yang menguntungkan  Dampak sosial dan lingkungan perlu juga menjadi pertimbangan ditengah hegemoni pertambangan  Pembangunan smelter pasca UU No. 23/2014 perlu dikaji lebih mendalam untuk memastikan transformasi korupsi tidak terjadi  Perubahan royalti suatu keniscayaan dan harus segera diwujudkan  PT Freeport harus membangun smelter di Papua walupun smelter di Gresik telah menerapkan zero waste (pabrik semen, pupuk dan dll)