Dokumen tersebut membahas tentang alat kelamin jantan dan betina pada cacing serta bentuk peralihan cacing pita. Secara singkat, cacing pita memiliki organ reproduksi jantan dan betina pada setiap segmen tubuhnya. Bentuk peralihan cacing pita meliputi sistiserkus, sistiserkoid, strobiloserkus, multisep, ekinokokus, dan tetratridium.
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri umum dan beberapa contoh kelas Turbellaria pada filum Platyhelminthes. Turbellaria adalah kelas cacing pipih yang memiliki tubuh lunak dan pipih serta sistem pencernaan, ekskresi, reproduksi, dan saraf tertentu. Contoh hewan Turbellaria adalah Planaria.
Cacing pita memiliki tubuh pipih dan tersegmentasi, hidup sebagai parasit di saluran pencernaan hewan vertebrata. Cacing pita bereproduksi secara seksual di setiap segmen tubuhnya dan menyebarkan telur melalui feses inangnya. Siklus hidup cacing pita melibatkan telur, larva, dan bentuk dewasa.
Filum Nemathelminthes terdiri dari cacing-cacing berbentuk silindris dengan tubuh berongga semu. Cacing ini memiliki sistem pencernaan lengkap namun tidak memiliki sistem peredaran darah atau pernapasan. Ukuran tubuhnya bervariasi namun sebagian besar bersifat mikroskopik.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tiga filum utama dalam platyhelminthes yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Mencakup ciri-ciri umum dan contohnya, serta siklus hidup beberapa jenis parasit tertentu seperti taenia dan fasciola hepatica.
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI VERMES KELAS X IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri umum dan beberapa contoh kelas Turbellaria pada filum Platyhelminthes. Turbellaria adalah kelas cacing pipih yang memiliki tubuh lunak dan pipih serta sistem pencernaan, ekskresi, reproduksi, dan saraf tertentu. Contoh hewan Turbellaria adalah Planaria.
Cacing pita memiliki tubuh pipih dan tersegmentasi, hidup sebagai parasit di saluran pencernaan hewan vertebrata. Cacing pita bereproduksi secara seksual di setiap segmen tubuhnya dan menyebarkan telur melalui feses inangnya. Siklus hidup cacing pita melibatkan telur, larva, dan bentuk dewasa.
Filum Nemathelminthes terdiri dari cacing-cacing berbentuk silindris dengan tubuh berongga semu. Cacing ini memiliki sistem pencernaan lengkap namun tidak memiliki sistem peredaran darah atau pernapasan. Ukuran tubuhnya bervariasi namun sebagian besar bersifat mikroskopik.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tiga filum utama dalam platyhelminthes yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Mencakup ciri-ciri umum dan contohnya, serta siklus hidup beberapa jenis parasit tertentu seperti taenia dan fasciola hepatica.
DOWNLOAD MATERI BIOLOGI VERMES KELAS X IPA GRATIS
JANGAN LUPA LIKE SHARE DAN KOMENTAR YA
DAPATKAN JUGA MATERI SBMPTN LAINNYA DENGAN JOIN KE BLOG KAMI ZONA-SBMPTN.BLOGSPOT.COM UNTUK UPDATE MATERI LAINNYA
SELAMAT BELAJAR DAN SEMANGAT !!!!
Tubuh platyhelminthes tersusun atas tiga lapisan dan bersimetri bilateral. Hewan ini memiliki sistem pencernaan, reproduksi, dan ekskresi yang sederhana. Contohnya adalah Planaria dan Fasciola hepatica yang memiliki siklus hidup kompleks melibatkan inang.
Makalah ini membahas tentang cacing pipih Planaria sp. Planaria termasuk hewan invertebrata yang hidup di air tawar dan memiliki daya regenerasi yang tinggi. Planaria bersifat hermafrodit dan berkembangbiak secara seksual maupun aseksual melalui pembelahan tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi dan anatomi dari dua filum cacing penting bagi kesehatan manusia yaitu filum Platyhelminthes dan filum Nemathelminthes. Disebutkan ciri-ciri umum dari kedua filum tersebut beserta contoh-contoh cacing yang termasuk di dalamnya seperti Cestoda, Trematoda, dan Nematoda beserta deskripsi singkat mengenai morfologi dan tempat hidup masing-masing."
Cacing pipih (Platyhelminthes) memiliki tubuh pipih dan tidak bersegmen. Terdiri atas tiga lapisan jaringan. Terbagi menjadi tiga kelas yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Trematoda dan Cestoda bersifat parasit, sementara Turbellaria hidup bebas. Cacing hati dan cacing pita contoh parasit yang menginfeksi manusia.
Filum Platyhelminthes memiliki ciri tubuh pipih tanpa rongga tubuh, bernapas melalui seluruh permukaan tubuh, dan terdiri dari tiga kelas utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria hidup bebas di air tawar dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi, sedangkan Trematoda dan Cestoda bersifat parasit pada inangnya.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang meliputi kelas Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Mereka memiliki tubuh pipih tanpa rongga tubuh dan terdiri dari 3 lapisan. Turbellaria seperti Planaria bergerak dengan silia, Trematoda seperti cacing hati bersifat parasit, dan Cestoda seperti cacing pita memiliki rantai proglotid. Mereka memainkan peran penting sebagai sumber makanan dan beberapa spesies dap
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok hewan Vermes yang terdiri dari empat filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, dan Nematoda. Setiap filum memiliki ciri khas tertentu dalam bentuk tubuh, sistem organ, dan cara hidupnya.
Filum platyhelminthes adalah cacing pipih yang hidup bebas atau sebagai parasit. Terdiri dari 3 kelas yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Kebanyakan berperan sebagai parasit yang merugikan manusia dan hewan dengan menyebabkan penyakit, meski ada juga yang hidup bebas seperti planaria.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Platyhelminthes (cacing pipih) yang memiliki ciri tubuh pipih dan aselomata. Terdiri dari 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing berambut getar seperti Planaria), Trematoda (cacing hisap parasit seperti cacing hati), dan Cestoda (cacing pita parasit seperti Taenia). Setiap kelas memiliki siklus hidup dan morfologi tubuh yang khas.
Dokumen tersebut membahas tentang Filum Annelida yang merupakan kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Annelida dibagi menjadi 3 kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Setiap kelas memiliki ciri khas masing-masing dan contoh hewannya seperti Nereis virens, Lumbricus terrestris, dan Hirudo medicinalis. Annelida bermanfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai obat, sumber protein
Tubuh platyhelminthes tersusun atas tiga lapisan dan bersimetri bilateral. Hewan ini memiliki sistem pencernaan, reproduksi, dan ekskresi yang sederhana. Contohnya adalah Planaria dan Fasciola hepatica yang memiliki siklus hidup kompleks melibatkan inang.
Makalah ini membahas tentang cacing pipih Planaria sp. Planaria termasuk hewan invertebrata yang hidup di air tawar dan memiliki daya regenerasi yang tinggi. Planaria bersifat hermafrodit dan berkembangbiak secara seksual maupun aseksual melalui pembelahan tubuh.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi dan anatomi dari dua filum cacing penting bagi kesehatan manusia yaitu filum Platyhelminthes dan filum Nemathelminthes. Disebutkan ciri-ciri umum dari kedua filum tersebut beserta contoh-contoh cacing yang termasuk di dalamnya seperti Cestoda, Trematoda, dan Nematoda beserta deskripsi singkat mengenai morfologi dan tempat hidup masing-masing."
Cacing pipih (Platyhelminthes) memiliki tubuh pipih dan tidak bersegmen. Terdiri atas tiga lapisan jaringan. Terbagi menjadi tiga kelas yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Trematoda dan Cestoda bersifat parasit, sementara Turbellaria hidup bebas. Cacing hati dan cacing pita contoh parasit yang menginfeksi manusia.
Filum Platyhelminthes memiliki ciri tubuh pipih tanpa rongga tubuh, bernapas melalui seluruh permukaan tubuh, dan terdiri dari tiga kelas utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria hidup bebas di air tawar dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi, sedangkan Trematoda dan Cestoda bersifat parasit pada inangnya.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang meliputi kelas Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Mereka memiliki tubuh pipih tanpa rongga tubuh dan terdiri dari 3 lapisan. Turbellaria seperti Planaria bergerak dengan silia, Trematoda seperti cacing hati bersifat parasit, dan Cestoda seperti cacing pita memiliki rantai proglotid. Mereka memainkan peran penting sebagai sumber makanan dan beberapa spesies dap
Dokumen tersebut membahas tentang kelompok hewan Vermes yang terdiri dari empat filum yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, dan Nematoda. Setiap filum memiliki ciri khas tertentu dalam bentuk tubuh, sistem organ, dan cara hidupnya.
Filum platyhelminthes adalah cacing pipih yang hidup bebas atau sebagai parasit. Terdiri dari 3 kelas yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Kebanyakan berperan sebagai parasit yang merugikan manusia dan hewan dengan menyebabkan penyakit, meski ada juga yang hidup bebas seperti planaria.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Platyhelminthes (cacing pipih) yang memiliki ciri tubuh pipih dan aselomata. Terdiri dari 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing berambut getar seperti Planaria), Trematoda (cacing hisap parasit seperti cacing hati), dan Cestoda (cacing pita parasit seperti Taenia). Setiap kelas memiliki siklus hidup dan morfologi tubuh yang khas.
Dokumen tersebut membahas tentang Filum Annelida yang merupakan kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Annelida dibagi menjadi 3 kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Setiap kelas memiliki ciri khas masing-masing dan contoh hewannya seperti Nereis virens, Lumbricus terrestris, dan Hirudo medicinalis. Annelida bermanfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai obat, sumber protein
This document provides information about segmented worms of the phylum Annelida. It discusses three main classes of annelids: Oligochaeta (earthworms), Hirudinea (leeches), and Polychaeta (marine worms). It describes the habitats and behaviors of different annelid classes, including how earthworms live underground, leeches live near freshwater, and marine worms live in the ocean. The document also covers anatomical features of annelids like their segmented bodies and adaptations that allow them to live on land or in varied environments.
This document summarizes key characteristics of the phylum Annelida. It describes the three classes - Polychaeta, Aelosomata, and Clitellata (with subclasses). It then discusses the basic body plan, skeletal system, circulatory system, digestive/excretory system, reproductive system, nervous system, and some examples of specific annelid worms like the sea mouse, giant feather duster, leeches, giant Australian earthworm, colonial polyps, and king ragworm.
Platyhelminthes adalah kelas cacing pipih yang memiliki ciri-ciri tubuh pipih tanpa tulang dan kaki. Terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria bergerak menggunakan bulu getar, Trematoda seperti Fasciola adalah parasit hati, sedangkan Cestoda seperti pita berkembang biak dengan cara memisahkan proglotid yang berisi telur. Siklus hidupny
Dokumen ini membahas tentang filum Platyhelmintes khususnya kelas Cestoda. Cestoda adalah kelas cacing pita yang memiliki tubuh pipih panjang seperti pita dan terdiri atas kepala, leher, dan segmen-segmen. Contoh cacing pita yang parasit pada manusia adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Siklus hidup cacing pita dimulai dari telur yang dikeluarkan bersama tinja inang, lalu menginfect inang baru dan
Dokumen tersebut membahas tentang Platyhelminthes (Cacing Pipih) yang merupakan filum hewan triploblastik yang paling sederhana. Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Platyhelminthes umumnya bersifat parasit pada manusia dan hewan.
Filum entoprocta melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Mereka memiliki tiga famili dan beberapa genus. Mereka memperoleh makanan secara filter dan memiliki sistem eskresi dan respirasi melalui difusi. Salah satu peran mereka adalah sebagai sarana penyebaran dan perlindungan.
Teks tersebut membahas tentang konsep dasar hewan dan lingkungan, mencakup klasifikasi hewan berdasarkan ada tidaknya tulang belakang menjadi invertebrata dan vertebrata. Invertebrata meliputi 9 filum yaitu protozoa, porifera, coelenterata, platyhelmintes, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik dan contoh-contoh hewan dari berbagai filum dalam kingdom Animalia, mulai dari filum Porifera, Cnidaria, Platyhelmintes, hingga Chordata."
Dokumen tersebut membahas mengenai struktur tubuh dan karakteristik empat kelas utama platyhelmintes yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Kelas-kelas tersebut dibandingkan berdasarkan ciri-ciri fisik dan reproduksinya.
Dokumen tersebut membahas proses embriogenesis pada berbagai spesies, termasuk pembentukan tiga lapis sel (ektoderm, mesoderm, endoderm) melalui proses gastrulasi dan gerakan sel-selnya. Proses ini penting dalam pembentukan organ dan jaringan tubuh.
Mollusca umum dan Gastropoda merupakan filum besar yang terdiri dari 100.000 spesies, termasuk kelas Gastropoda yang memiliki jumlah spesies terbanyak. Gastropoda adalah kelompok moluska yang bergerak menggunakan perutnya sebagai kaki, dengan cangkang berbentuk spiral. Hewan ini memiliki sistem pencernaan, pernapasan, dan reproduksi yang bervariasi sesuai habitatnya di darat atau air.
Dokumen tersebut merangkum tentang klasifikasi dan ciri-ciri hewan dalam 9 filum, yaitu Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Masing-masing filum memiliki karakteristik struktur tubuh, cara reproduksi, dan klasifikasi berdasarkan ciri-cirinya.
Platyhelminthes dan Nematoda adalah dua filum yang membahas tentang cacing pipih dan cacing silinder. Platyhelminthes memiliki 4 kelas dan hidup di sungai, danau, laut atau sebagai parasit. Nematoda memiliki ukuran 1 mm hingga lebih dari 1 m, memiliki sistem pencernaan lengkap, dan bereproduksi secara seksual.
Coelenterata adalah hewan invertebrata akuatik radia simetris yang terdiri atas 4 kelas yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa, dan Ctenophora. Hewan ini memiliki siklus hidup yang bergantian antara fase polip dan medusa, serta bereproduksi secara aseksual melalui pembentukan kuncup dan secara seksual melalui pembuahan internal.
Platyhelminthes adalah filum cacing pipih yang ukurannya bervariasi dari mikroskopis hingga lebih dari 2 meter. Kebanyakan hidup bebas di air atau sebagai parasit endo/ekto pada hewan dan manusia. Tubuhnya pipih tanpa rongga tubuh dan sistem organ yang sederhana. Beberapa spesies dapat merugikan manusia dengan menyebabkan penyakit seperti skistomiasis. Pencegahan melalui memutuskan
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai klasifikasi dan ciri-ciri hewan invertebrata, mulai dari Porifera, Ctenophora, Cnidaria, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida. Keseluruhan dokumen membahas tentang sistem klasifikasi dan cir-ciri utama kelompok hewan invertebrata.
Similar to Alat kelamin jantan dan betina pada cacing dan bagaimana profesi pada sel api (20)
Alat kelamin jantan dan betina pada cacing dan bagaimana profesi pada sel api
1. ALAT KELAMIN JANTAN DAN BETINA PADA CACING DAN BAGAIMANA
PROFESI PADA SEL API
CACING (Helminths) berasal dari kata “Helmins atau Helminthos (Greek) yang secara
umum berarti organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak. Didalam Soulsby (1982),
cacing yang penting dipelajari untuk kedokteran hewan ada 2 pilum antara lain :
(1) PLATYHELMINTHES dan
(2). NEMAHELMINTHES.
Kestoda filumnya Platyhelminthes dan berbeda dengan Trematoda , karena tidak
memiliki rongga badan maupun saluran pencernaan dan semua organ-organ tersimpan
didalam jaringan parenkim. Tubuh umumnya panjang, pipih dorso-ventral (atas bawah)
berbentuk pita dan tersusun oleh banyak segmen
Morfologi : berukuran panjang dari beberpa melimeter sampai beberapa meter. Secara
umum tubuhnya dapat dibedakan menjadi 3 bagian terdiri dari :
(1) SKOLEK (kepala)
(2) KOLUM (leher)
(3) STROBILA (badan)
SKOLEK, umumnya memiliki 4 buah alat penghisap (“sucker” = acetabula”) yang
pada beberapa jenis memiliki kait (dipersenjatai) tetapi ada juga yang hanya memiliki 2
buah alat penghisap yang disebut “Bothria” yang terletak dibagian pinggir berfungsi
untuk perlekatan. Pada Skolek juga bisa ditemukan bagian yang menonjol disebut
ROSTELUM yang pada beberapa jenis juga dilengkapi dengan kait (dipersenjatai), serta
fungsinya juga untuk perlekatan. Bentuk Kait sangat bervariasi, tetapi secara umum
terdiri dari sebuah tangkai, sebuah prisai dan sebuah mata kait.
KOLUM, ukurannya pendek dan tidak bersegmen, merupakan tempat terbentuknya
segmen. Segmen yang baru terbentuk akan mendorong segmen yang terbentuk
sebelumnya, sehingga akhirnya terbentuklah strobila.
STROBILA, tersusun oleh banyak SEGMEN dan setiap segmen disebut
PROGLOTIDA. Dari awal pembentukan proglotid, semakin kebelakang setiap proglotid
telah menjadi semakin matang (mengalami proses pematangan), sehingga pada akhirnya
proglotid dapat dibedakan menjadi :
strobila
(a) Proglotid muda adalah proglotid yang baru terbentuk dan alat kelaminnya belum
berkembang sempurna
2. (b) Proglotid dewasa adalah proglotid yang organ kelaminnya sudah berkembang
sempurna
(c) Proglotid bunting adalah proglotid yang sudah penuh mengandung telur
Strobila tersusun oleh beberapa segmen yang bentuk dan ukurannya bervariasi pada
setiap spesies. Setiap proglotida dilengkapi dengan satu atau dua pasang organ reproduksi
(organ kelamin) jantan dan betina (bersifat hermaprodit). Lubang kelamin (muara
kelamin) jantan dan betina biasanya berdekatan dan terletak didalam satu legokan
dangkal pada sisi lateral setiap segmen. Pembuahan terjadi inter proglotida, tetapi
pembuahan secara antar proglotida tebih umum (terjadi karena pada setiap proglotida
testes lebih dahulu berkembang sempurna dibandingkan ovarium sehingga proglotid yang
lebih keanterior akan membuahi ovarium yang lebih di posterior.
Jika telur sudah dibuahi pada setiap proglotid, maka organ reproduksinya akan
mengalami degenerasi dan tinggallah uterus yang penuh dengan telur . Pada kebanyakan
cacing pita, telur tidak keluar, sehingga bertumpuk didalam proglotid dan disebut
proglotid bunting. Proglotid bunting kemudian akan pecah atau keluar dari dalam tubuh
hospes definitif bersama tinja atau proglotid keluar sendiri secara aktif.
TELUR, awal perkembangan embrional telur sepenuhnya terjadi didalam uterus,
sehingga setelah keluar dari dalam uterus telur sudah mengandung embrio berbentuk
bulat atau lonjong yang disebut ONKOSFIR (Embriofor) atau KORASIDIUM. Onkosfir
atau korasidium didalamnya ditemukan larva yang memiliki 3 pasang kait yang dikenal
dengan nama “hexacant embrio”. Telur paling luar dibungkus oleh kapsul, kemudian
selaput vitelin, embriofor (egg shell = onchosphere coat.
KULIT, lapisan paling luar dari cacing pita adalah tersusun oleh tegumen (bukan
kutikula) karena mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menghisap. Cacing pita tidak
memiliki saluran pencernaan maupun sistem peredaran darah. Makanan dihisap langsung
melalui dinding tubuhnya.
SISTEMA, sitem syaraf teresusun dari beberapa ganglion pada skolek dengan komisura
melintang diantaranya, tiga batang syaraf longitudinal pada sitiap sisi tubuh. Sintem
sekresi terdiri dari sel api atau selenosit. Sistem reproduksi, bersifat hermaprodit
memiliki organ kelamin jantan (testes) dan betina (ovarium) pada setiap proglotid. Testes
dan ovarium memiliki saluran yang akhirnya bermuara pada lubang kelamin.
SIKLUS HIDUP, hospes definitif (HD) mengeluarkan proglotid bunting atau dalam
bentuk rangkaian segmen secara tersendiri dan atau bersama tinja pada saat defikasi.
Proglotid akan hancur (mengalami proses apolysis), sehingga telur berserakan. Telur
apabila termakan oleh hospes intermedier (HI) yang sesuai, didalam saluran
pencernaannya karena pengaruh sekresi (lambung, usus, hati dan pankreas) Onkosfer
tercerna sehingga menyebabkan aktifnya hexacant embrio. Hexacant embrio dengan
kaitnya akan menembus dinding usus dan akhirnya bersama aliran darah atau limfe
beredar keseluruh tubuh menuju tempat predileksi. Pada tempat predileksi hexacant
3. embrio akan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi bentuk peralihan
(“metacestoda”).
BENTUK PERALIHAN, cacing pita ada beberapa bentuk antara lain :
1. SISTISERKUS (Kistiserkus = “Cysticercus”) atau cacing gelembung (kista),
merupakan kantong besar berisi skolek tunggal yang invaginasi (membalik dari
dalam ke arah luar), biasanya ditemukan pada vertebrata.
1. SISTISERKOID (Kistiserkoid = “Cysticercoid”), berbentuk kantong kecil yang
rongganya hampir tidak ada dan skolek juga tunggal evaginasi (tidak membalik
dari dalam ke arah luar), biasanya ditemukan pada invertebrate
1. STROBILOSERKUS, terdiri dari skolek yang evaginasi dan dihubungkan
dengan kantong oleh rangkaian proglotid yang belum dewasa, biasanya
ditemukan pada vertebrata.
1. MULTICEP (Senurus, Coenurus), merupakan kista besar dengan sejumlah
skolek invaginasi yang berkembang pada dindingnya, biasanya ditemukan pada
vertebrata.
1. EKINOKOKUS (Kista Hidatida), merupakan kista besar yang berisi kista – kista
yang lebih kecil atau kapsula anak, masing-masing memiliki sejumlah skolek
invaginasi, biasanya ditemukan pada vertebrata.
1. TETRATRIDIUM, berbentuk larva memanjang dengan tubuh padat, skolek
invaginasi tertanam kedalamnya. Hanya larva stadium 2 dari Mesocestoides
memiliki bentuk peralihan ini dan dapat memperbanyak diri secara aseksual.
Jika bentuk peralihan tertelan oleh hospes definitif, karena pengaruh sekresi lambung dan
saluran cerna bentuk peralihan akan tercerna dan skoleknya akan bebas dan menempel
pada dinding usus dan proses pembentukan segmen segera dimulai.
KLASIFIKASI, dalam menetapkan jenis kestoda oleh ahli sistimatika
dan evolusi ada perbedaan, pada bahan ajar ini klasifikasi berdasarkan
Soulsby, (1982).
Kestoda dapat dikalsifikasikan menjadi 2 kelas yaitu :
(1) Cotyloda dan
(2) Eucestoda.