SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
AGENDA 6
Fokus pada diskusi untuk membahas hasil pertemuan intersesi CFS
mengenai Urbanisasi, Transformasi Pedesaan dan implikasinya
terhadap Ketahanan Pangan dan Gizi
• Pertemuan yang dilaksanakan, 19 November 2018 di kantor pusat FAO, sebagai
kelanjutan dari hasil CFS 44, yang sepakat untuk menggali tema “Urbanisasi,
Transformasi Pedesaan dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pangan dan Gizi”,
dengan focus pada dua hal yang diidentifikasi oleh anggota dan partisipan,
yaitu :
- Dampak ketahanan pangan dan gizi dari urbanisasi dan transformasi
pedesaan pada masyarakat berpenghasilan rendah
- Mempromosikan keterlibatan tenaga kerja dari kalangan pemuda dan
wanita dalam sistem pangan lintas desa-kota
• Pertemuan intersesi tersebut menjadi wadah sharing pengalaman mengenai
perubahan dinamis diantara negara anggota mengenai tema tersebut
• Pertemuan menyoroti kesenjangan kebijakan dan seruan untuk bertindak
merujuk kerangka kerja global (Agenda 2030 dan New Urban Agenda) untuk
diterjemahkan ke dalam kebijakan yang efektif di tingkat nasional, subnasional,
dan teritorial
Background Agenda
Poin Hasil Pertemuan
• Perlunya pendekatan pembangunan desa melalui kebijakan dan investasi di
bidang infrastruktur yang tepat sebagai prioritas utama, mengingat fakta
menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga bermata pencaharian dalam
bidang pertanian dan 85% tingkat kelaparan global tinggal di pedesaan,
diantaranya melalui reformasi pendidikan dasar, termasuk kurikulum tentang
pangan dan pertanian, disamping pembiayaan dan pelatihan baagi komunitas di
pedesaan
• Perlunya pelibatan pemuda dan wanita sebagai agen perubahan dalam
pembangunan pangan dan pertanian, lintas desa-kota
• Perlunya pendekatan teritorial melalui sinkronisasi kebijakan horizontal (multi
sektor) dan vertical (lokal hingga nasioanl)
• Perlunya tetap mengangkat isu urbanisasi dan transformasi pedesaan pada level
global (Agenda 2030, SDGs< New Urban Agenda dan UN Decade of Action on
Nutrition), mengingat pentingnya dampak pagi ketahanan pangan dan gizi
AGENDA 7
Fokus pada diskusi dan sharing pengalaman mengenai manfaat dan
kendala Multistakeholder partnership (MSP) dalam pembiayaan dan
peningkatan ketahanan pangan dan gizi dalam kerangka Agenda 2030.
Diskusi nantinya akan didasarkan pada laporan HLPE (2018) dan sharing
pengalaman oleh stakeholder CFS
• Agenda ini akan didasarkan pada hasil laporan HLPE yang telah
dipresentasikan pada CFS ke-45. Sesi pleno CFS 46 merupakan bagiandari
proses tindak lanjut dan akan berkontribusi pada upaya-upaya global
dalam rangka implementasi SDGs, khususnya SDG17 (partnership for the
goals)
• Sasaran sesi ini adalah untuk menggarisbawahi apa yang membuat MSP
efektif dalam pembiayaan ketahanan pangan dan gizi pada level nasional,
regional hingga global, sekaligus untuk mengkaji inovasi mekanisme
pembiayaan dan pendekatan praktis melalui sharing pengalaman negara
anggota
• Laporan HLPE dan rekomendasinya diharapkan dapat membantu negara
anggota dan bukan anggota untuk meningkatkan kontribusi MSP
Background Agenda : Overview of the CFS 46
MSP
HLPE Report : manfaat dan kendala MSP
• MSP dapat berkontribusi untuk membangun kepercayaan dan saling pengertian
di antara mitra; untuk menyatukan sumber daya pelengkap dari berbagai
pemangku kepentingan (pengetahuan, keterampilan dan keahlian, sumber daya
manusia, material dan keuangan); dan untuk berbagi risiko dan tanggung
jawab. Oleh karena itu, MSP dapat memungkinkan para pemangku kepentingan
untuk mengatasi masalah yang tidak dapat mereka atasi secara terpisah dan
untuk menghasilkan hasil positif jangka panjang untuk ketahanan pangan dan
gizi dan pembangunan berkelanjutan.
• MSP menyediakan platform untuk dialog di antara para pemangku kepentingan
untuk meminimalisir beberapa kendala, diantanya ajang perebutan kekuasaan,
adanya potensi ketegangan dan ketidakpercayaan di antara para mitra, asimetri
kekuasaan dan konflik kepentingan. Mereka juga harus mengatasi biaya
transaksi yang secara inheren terkait dengan proses MSP.
Pengalaman MSP Indonesia
• Pelaksanaan program 5 tahun Pemberdayaan Desa dan Pembangunan Pertanitan
(READ) (2009-2014) yang dirancang oleh Kementan dengan dukungan IFAD untuk
meningkatkan mata pencaharian pedesaan, infrastruktur dan mengatasi kendala
produktivitas pada beberapa kegiatan tanaman pangan dan non pertanian di 150
desa di 5 kabupaten di Prov Sulteng.
• Fase pertama READ, tanpa melibatkan sektor swasta, mulai fase kedua mulai
melibatkan "kemitraan publik-swasta-produsen", bermitra dengan Mars
Symbioscience, walau hanya berkontribusi 6,5% dalam pembiayaan, Mars berperan
besar dalam kontribusi teknis.
• Menurut hasil studi IDS dan IFAD (IDS / IFAD, 2015), kemitraan berhasil, dengan
capaian berupa : peningkatan hasil dan produksi (hingga 4x lebih banyak); dan
peningkatan penjualan, pendapatan, dan pengetahuan teknis sehubungan dengan
kelompok kontrol, proporsi dan kualitas hasil ditingkatkan (dengan bobot rata-rata
meningkat sekitar 10–15%), serta kesehatan tanaman dan kualitas tanah.
• Berdasarkan keberhasilan ini, IFAD meluncurkan READ Scaling up Initiative (2017–
2022) yang diharapkan memberi manfaat setidaknya kepada 342.000 petani kecil
dengan total biaya anggaran lebih dari USD 55 juta (termasuk pembiayaan swasta
USD 2,21 juta).
Rekomendasi HLPE 2018
• Membangun kerangka kebijakan untuk memastikan efektivitas MSP
dalam berkontribusi terhadap mewujudkan hak atas pangan yang cukup
• Meningkatkan mobilisasi, koordinasi, penargetan pembiayaan
ketahanan pangan dan gizi melalui MSP
• Memperkuat transparansi dan akuntabilitas MSP melalui prinsip
pemerintahan dan manajemen yang efektif
• Meningkatkan dampak MSP melalui monitoring, evaluasi dan sharing
pengalaman yang efektif
• Mengintegrasikan pengetahuan yang berbeda dan menggali penelitian
lebih lanjut mengenai MSP dalam pembiayaan dan peningkatan
ketahanan pangan dan gizi.
Fokus pada diskusi, dimana stakeholder CFS berkesempatan untuk
memberikan masukan dan umpan balik bagi proses konfergensi kebijakan
CFS
AGENDA 8
Background Agenda
• Pada Oktober 2017, CFS meminta HLPE pada ketahanan pangan dan Gizi untuk menghasilkan
sebuah laporan “Pendekatan Agroekologis dan Inovatif lainnya untuk pertanian
berkelanjutan dan sistem pangan yang meningkatkan ketahanan pangan dan gizi untuk
diinformasikan hasil diskusinya selama sesi pleno CFS ke-46
• HLPE menggali kontribusi potensial dari pendekatan agroekologis dan inovatif lainnya untuk
memformulasikan transisi menuju sistem pangan berkelanjutan dalam meningkatkan
ketahanan pangan dan gizi
• Laporan ini dan rekomendasinya bertujuan untuk membantu pembuat keputusan di
pemerintahan, organisasi internasional, Lembaga penelitian, sektor swasta dan organisasi
masyarakat merancang dan mengimplementasikan jalur transisi kongkrit menuju sistem
pangan berkelanjutan pada skala yang berbeda (lokal, nasional, regional hingga level global)
• Transisi ke sistem pangan berkelanjutan tidak akan terjadi tanpa perubahan besar
dalam kebijakan di tingkat internasional, nasional dan lokal, salah satunya melalui
pendekatan agroekologis karena terbukti mampu berkontribusi untuk mengubah
sistem pangan, khususnya untuk menghasilkan pertanian yang regeneratif dalam
penggunaan sumber daya terbarukan dan layanan ekosistem.
• Agroekologi merupakan penerapan konsep dan prinsip ekologis ke sistem
pertanian, dengan fokus pada interaksi antara tanaman, hewan, manusia dan
lingkungan, untuk mendorong pengembangan pertanian berkelanjutan untuk
memastikan FSN untuk semua, sekarang dan di masa depan
• Sejalan dengan komitmen CFS untuk menangani FSN, menganalisis pentingnya
pendekatan agroekologis dan inovatif menunjukkan bagaimana realisasi hak atas
pangan membutuhkan fokus yang lebih besar pada konsep “agensi” yang muncul
sebagai sarana untuk mencapai kemajuan yang lebih inklusif menuju transisi ke
FSN. CFS dapat berfungsi sebagai model keterlibatan masyarakat sipil dan sektor
swasta yang inklusif dan titik awal untuk menerapkan transisi menuju FSN.
PENDEKATAN AGROEKOLOGI DAN INOVASI LAIN PADA
PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN SISTEM PANGAN: HLPE 2019
PENDEKATAN AGROEKOLOGI DAN INOVASI LAIN PADA
PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN SISTEM PANGAN:
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
• CFS dapat berfungsi sebagai model keterlibatan masyarakat sipil dan
sektor swasta yang inklusif dan titik awal untuk
mengimplementasikan transisi menuju ketahanan pangan dan gizi.
• Strategi dan perencanaan untuk menerapkan pendekatan
agroekologis pada skala yang berbeda (lokal, teritorial, nasional,
regional dan global) dapat membantu, dengan cara: menetapkan
tujuan jangka panjang; memastikan koherensi kebijakan lintas sektor
(pertanian, perdagangan, kesehatan, gender, pendidikan, energi dan
lingkungan); dan melibatkan semua aktor yang relevan melalui proses
multi-stakeholder yang konsultatif.
Rekomendasi
• Mempromosikan pendekatan agroekologis dan inovatif lainnya secara
terintegrasi untuk meningkatkan transformasi sistem pangan
• Mendukung transisi untuk penganekaragaman dan resiliensi sistem pangan
• Memperkuat dukungan untuk penelitian dan rekonfigurasi generasi
pengetahuan serta sharing untuk mendorong pembelajaran
• Memperkuat Lembaga dan keterlibatan stakeholder, memberdayakan
kelompok rentan dan termarginalkan dan mengatasi ketidasetaraan dalam
sistem pangan
• Membangun dan menggunakan kerangka pengukuran kinerja dan
monitoring yang komprehensif dalam sistem pangan

More Related Content

Similar to agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx

Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTAInterlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTATri Cahyono
 
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean Indonesia
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean IndonesiaSeminar Nasional: Green Economic Goes to Clean Indonesia
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean IndonesiaDadang Solihin
 
SE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMEN
SE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMENSE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMEN
SE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMENDedy Dwi Setyawan
 
11, sm, siti rohmawati, strategic management global economy and blue ocean ...
11, sm, siti rohmawati, strategic management   global economy and blue ocean ...11, sm, siti rohmawati, strategic management   global economy and blue ocean ...
11, sm, siti rohmawati, strategic management global economy and blue ocean ...Siti Rohmawati
 
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...Fajar Baskoro
 
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth CompactImpact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth CompactCIFOR-ICRAF
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1radenilfan1
 
Pertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritas
Pertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) PrioritasPertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritas
Pertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritasandi_irawan
 
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANPERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANEdiWidianto3
 
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...Tatang Taufik
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1NendenNurhayati1
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okegaluhmutiara
 
ayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptxayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptxayumievalencia
 
ayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptxayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptxayumievalencia
 
Rancang Bangun Model Pembangunan Peternakan
Rancang Bangun Model Pembangunan PeternakanRancang Bangun Model Pembangunan Peternakan
Rancang Bangun Model Pembangunan Peternakanedoqu
 
3. materi hfa (sosialisasi) w notes
3. materi hfa (sosialisasi) w notes3. materi hfa (sosialisasi) w notes
3. materi hfa (sosialisasi) w notesaminingrum
 
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN TV Desa
 
Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal Frans Dione
 

Similar to agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx (20)

Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTAInterlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
 
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean Indonesia
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean IndonesiaSeminar Nasional: Green Economic Goes to Clean Indonesia
Seminar Nasional: Green Economic Goes to Clean Indonesia
 
SE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMEN
SE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMENSE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMEN
SE OJK LITERASI KEUANGAN KEPADA KONSUMEN
 
11, sm, siti rohmawati, strategic management global economy and blue ocean ...
11, sm, siti rohmawati, strategic management   global economy and blue ocean ...11, sm, siti rohmawati, strategic management   global economy and blue ocean ...
11, sm, siti rohmawati, strategic management global economy and blue ocean ...
 
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
Ringkasan_Pemetaan Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMK...
 
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth CompactImpact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
 
Pertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritas
Pertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) PrioritasPertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritas
Pertemuan 4 - Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB) Prioritas
 
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANPERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
 
Profil & program detiknas broadband
Profil & program detiknas broadbandProfil & program detiknas broadband
Profil & program detiknas broadband
 
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
ayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptxayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptx
 
ayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptxayumie valenica(ppt 4).pptx
ayumie valenica(ppt 4).pptx
 
Buku 2 kppn penyuluhan (yuti)
Buku 2   kppn penyuluhan (yuti)Buku 2   kppn penyuluhan (yuti)
Buku 2 kppn penyuluhan (yuti)
 
Rancang Bangun Model Pembangunan Peternakan
Rancang Bangun Model Pembangunan PeternakanRancang Bangun Model Pembangunan Peternakan
Rancang Bangun Model Pembangunan Peternakan
 
3. materi hfa (sosialisasi) w notes
3. materi hfa (sosialisasi) w notes3. materi hfa (sosialisasi) w notes
3. materi hfa (sosialisasi) w notes
 
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
 
Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
Strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
 

agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx

  • 1. AGENDA 6 Fokus pada diskusi untuk membahas hasil pertemuan intersesi CFS mengenai Urbanisasi, Transformasi Pedesaan dan implikasinya terhadap Ketahanan Pangan dan Gizi
  • 2. • Pertemuan yang dilaksanakan, 19 November 2018 di kantor pusat FAO, sebagai kelanjutan dari hasil CFS 44, yang sepakat untuk menggali tema “Urbanisasi, Transformasi Pedesaan dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pangan dan Gizi”, dengan focus pada dua hal yang diidentifikasi oleh anggota dan partisipan, yaitu : - Dampak ketahanan pangan dan gizi dari urbanisasi dan transformasi pedesaan pada masyarakat berpenghasilan rendah - Mempromosikan keterlibatan tenaga kerja dari kalangan pemuda dan wanita dalam sistem pangan lintas desa-kota • Pertemuan intersesi tersebut menjadi wadah sharing pengalaman mengenai perubahan dinamis diantara negara anggota mengenai tema tersebut • Pertemuan menyoroti kesenjangan kebijakan dan seruan untuk bertindak merujuk kerangka kerja global (Agenda 2030 dan New Urban Agenda) untuk diterjemahkan ke dalam kebijakan yang efektif di tingkat nasional, subnasional, dan teritorial Background Agenda
  • 3. Poin Hasil Pertemuan • Perlunya pendekatan pembangunan desa melalui kebijakan dan investasi di bidang infrastruktur yang tepat sebagai prioritas utama, mengingat fakta menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga bermata pencaharian dalam bidang pertanian dan 85% tingkat kelaparan global tinggal di pedesaan, diantaranya melalui reformasi pendidikan dasar, termasuk kurikulum tentang pangan dan pertanian, disamping pembiayaan dan pelatihan baagi komunitas di pedesaan • Perlunya pelibatan pemuda dan wanita sebagai agen perubahan dalam pembangunan pangan dan pertanian, lintas desa-kota • Perlunya pendekatan teritorial melalui sinkronisasi kebijakan horizontal (multi sektor) dan vertical (lokal hingga nasioanl) • Perlunya tetap mengangkat isu urbanisasi dan transformasi pedesaan pada level global (Agenda 2030, SDGs< New Urban Agenda dan UN Decade of Action on Nutrition), mengingat pentingnya dampak pagi ketahanan pangan dan gizi
  • 4. AGENDA 7 Fokus pada diskusi dan sharing pengalaman mengenai manfaat dan kendala Multistakeholder partnership (MSP) dalam pembiayaan dan peningkatan ketahanan pangan dan gizi dalam kerangka Agenda 2030. Diskusi nantinya akan didasarkan pada laporan HLPE (2018) dan sharing pengalaman oleh stakeholder CFS
  • 5. • Agenda ini akan didasarkan pada hasil laporan HLPE yang telah dipresentasikan pada CFS ke-45. Sesi pleno CFS 46 merupakan bagiandari proses tindak lanjut dan akan berkontribusi pada upaya-upaya global dalam rangka implementasi SDGs, khususnya SDG17 (partnership for the goals) • Sasaran sesi ini adalah untuk menggarisbawahi apa yang membuat MSP efektif dalam pembiayaan ketahanan pangan dan gizi pada level nasional, regional hingga global, sekaligus untuk mengkaji inovasi mekanisme pembiayaan dan pendekatan praktis melalui sharing pengalaman negara anggota • Laporan HLPE dan rekomendasinya diharapkan dapat membantu negara anggota dan bukan anggota untuk meningkatkan kontribusi MSP Background Agenda : Overview of the CFS 46 MSP
  • 6. HLPE Report : manfaat dan kendala MSP • MSP dapat berkontribusi untuk membangun kepercayaan dan saling pengertian di antara mitra; untuk menyatukan sumber daya pelengkap dari berbagai pemangku kepentingan (pengetahuan, keterampilan dan keahlian, sumber daya manusia, material dan keuangan); dan untuk berbagi risiko dan tanggung jawab. Oleh karena itu, MSP dapat memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah yang tidak dapat mereka atasi secara terpisah dan untuk menghasilkan hasil positif jangka panjang untuk ketahanan pangan dan gizi dan pembangunan berkelanjutan. • MSP menyediakan platform untuk dialog di antara para pemangku kepentingan untuk meminimalisir beberapa kendala, diantanya ajang perebutan kekuasaan, adanya potensi ketegangan dan ketidakpercayaan di antara para mitra, asimetri kekuasaan dan konflik kepentingan. Mereka juga harus mengatasi biaya transaksi yang secara inheren terkait dengan proses MSP.
  • 7. Pengalaman MSP Indonesia • Pelaksanaan program 5 tahun Pemberdayaan Desa dan Pembangunan Pertanitan (READ) (2009-2014) yang dirancang oleh Kementan dengan dukungan IFAD untuk meningkatkan mata pencaharian pedesaan, infrastruktur dan mengatasi kendala produktivitas pada beberapa kegiatan tanaman pangan dan non pertanian di 150 desa di 5 kabupaten di Prov Sulteng. • Fase pertama READ, tanpa melibatkan sektor swasta, mulai fase kedua mulai melibatkan "kemitraan publik-swasta-produsen", bermitra dengan Mars Symbioscience, walau hanya berkontribusi 6,5% dalam pembiayaan, Mars berperan besar dalam kontribusi teknis. • Menurut hasil studi IDS dan IFAD (IDS / IFAD, 2015), kemitraan berhasil, dengan capaian berupa : peningkatan hasil dan produksi (hingga 4x lebih banyak); dan peningkatan penjualan, pendapatan, dan pengetahuan teknis sehubungan dengan kelompok kontrol, proporsi dan kualitas hasil ditingkatkan (dengan bobot rata-rata meningkat sekitar 10–15%), serta kesehatan tanaman dan kualitas tanah. • Berdasarkan keberhasilan ini, IFAD meluncurkan READ Scaling up Initiative (2017– 2022) yang diharapkan memberi manfaat setidaknya kepada 342.000 petani kecil dengan total biaya anggaran lebih dari USD 55 juta (termasuk pembiayaan swasta USD 2,21 juta).
  • 8. Rekomendasi HLPE 2018 • Membangun kerangka kebijakan untuk memastikan efektivitas MSP dalam berkontribusi terhadap mewujudkan hak atas pangan yang cukup • Meningkatkan mobilisasi, koordinasi, penargetan pembiayaan ketahanan pangan dan gizi melalui MSP • Memperkuat transparansi dan akuntabilitas MSP melalui prinsip pemerintahan dan manajemen yang efektif • Meningkatkan dampak MSP melalui monitoring, evaluasi dan sharing pengalaman yang efektif • Mengintegrasikan pengetahuan yang berbeda dan menggali penelitian lebih lanjut mengenai MSP dalam pembiayaan dan peningkatan ketahanan pangan dan gizi.
  • 9. Fokus pada diskusi, dimana stakeholder CFS berkesempatan untuk memberikan masukan dan umpan balik bagi proses konfergensi kebijakan CFS AGENDA 8
  • 10. Background Agenda • Pada Oktober 2017, CFS meminta HLPE pada ketahanan pangan dan Gizi untuk menghasilkan sebuah laporan “Pendekatan Agroekologis dan Inovatif lainnya untuk pertanian berkelanjutan dan sistem pangan yang meningkatkan ketahanan pangan dan gizi untuk diinformasikan hasil diskusinya selama sesi pleno CFS ke-46 • HLPE menggali kontribusi potensial dari pendekatan agroekologis dan inovatif lainnya untuk memformulasikan transisi menuju sistem pangan berkelanjutan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi • Laporan ini dan rekomendasinya bertujuan untuk membantu pembuat keputusan di pemerintahan, organisasi internasional, Lembaga penelitian, sektor swasta dan organisasi masyarakat merancang dan mengimplementasikan jalur transisi kongkrit menuju sistem pangan berkelanjutan pada skala yang berbeda (lokal, nasional, regional hingga level global)
  • 11. • Transisi ke sistem pangan berkelanjutan tidak akan terjadi tanpa perubahan besar dalam kebijakan di tingkat internasional, nasional dan lokal, salah satunya melalui pendekatan agroekologis karena terbukti mampu berkontribusi untuk mengubah sistem pangan, khususnya untuk menghasilkan pertanian yang regeneratif dalam penggunaan sumber daya terbarukan dan layanan ekosistem. • Agroekologi merupakan penerapan konsep dan prinsip ekologis ke sistem pertanian, dengan fokus pada interaksi antara tanaman, hewan, manusia dan lingkungan, untuk mendorong pengembangan pertanian berkelanjutan untuk memastikan FSN untuk semua, sekarang dan di masa depan • Sejalan dengan komitmen CFS untuk menangani FSN, menganalisis pentingnya pendekatan agroekologis dan inovatif menunjukkan bagaimana realisasi hak atas pangan membutuhkan fokus yang lebih besar pada konsep “agensi” yang muncul sebagai sarana untuk mencapai kemajuan yang lebih inklusif menuju transisi ke FSN. CFS dapat berfungsi sebagai model keterlibatan masyarakat sipil dan sektor swasta yang inklusif dan titik awal untuk menerapkan transisi menuju FSN. PENDEKATAN AGROEKOLOGI DAN INOVASI LAIN PADA PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN SISTEM PANGAN: HLPE 2019
  • 12. PENDEKATAN AGROEKOLOGI DAN INOVASI LAIN PADA PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN SISTEM PANGAN: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan • CFS dapat berfungsi sebagai model keterlibatan masyarakat sipil dan sektor swasta yang inklusif dan titik awal untuk mengimplementasikan transisi menuju ketahanan pangan dan gizi. • Strategi dan perencanaan untuk menerapkan pendekatan agroekologis pada skala yang berbeda (lokal, teritorial, nasional, regional dan global) dapat membantu, dengan cara: menetapkan tujuan jangka panjang; memastikan koherensi kebijakan lintas sektor (pertanian, perdagangan, kesehatan, gender, pendidikan, energi dan lingkungan); dan melibatkan semua aktor yang relevan melalui proses multi-stakeholder yang konsultatif.
  • 13. Rekomendasi • Mempromosikan pendekatan agroekologis dan inovatif lainnya secara terintegrasi untuk meningkatkan transformasi sistem pangan • Mendukung transisi untuk penganekaragaman dan resiliensi sistem pangan • Memperkuat dukungan untuk penelitian dan rekonfigurasi generasi pengetahuan serta sharing untuk mendorong pembelajaran • Memperkuat Lembaga dan keterlibatan stakeholder, memberdayakan kelompok rentan dan termarginalkan dan mengatasi ketidasetaraan dalam sistem pangan • Membangun dan menggunakan kerangka pengukuran kinerja dan monitoring yang komprehensif dalam sistem pangan