Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta. Dalam diskusi persiapan pembentukan forum PRB-API DKI Jakarta.
Il ruolo delle hr in azienda: possono guidare il business?Cezanne HR Italia
Cosa possono fare i professionisti HR per supportare il management nella costruzione di un progetto condiviso che porti ad un futuro del business efficiente e dinamico?
Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta. Dalam diskusi persiapan pembentukan forum PRB-API DKI Jakarta.
Il ruolo delle hr in azienda: possono guidare il business?Cezanne HR Italia
Cosa possono fare i professionisti HR per supportare il management nella costruzione di un progetto condiviso che porti ad un futuro del business efficiente e dinamico?
Watch the video above to understand:
Why lawsuits happen
How you can avoid them
How you can properly manage accidents and incidents
Incidents will happen.
How well you are prepared and how you respond are critically important to the manner in which your facility will be impacted financially, legally and beyond.
Watch the video above to understand:
Why lawsuits happen
How you can avoid them
How you can properly manage accidents and incidents
Incidents will happen.
How well you are prepared and how you respond are critically important to the manner in which your facility will be impacted financially, legally and beyond.
Presented by Franky Zamzani (Deputy Director for Monitoring of Mitigation Action, Directorate Mitigation, Directorate General of Climate Change, Ministry of the Environment and Forestry) at "Global Comparative Study on REDD+ Workshop: REDD+ social safeguards in Indonesia: Opportunities and challenges", on 16 May 2023
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
1. HFA
(HYOGO FRAMEWORK FOR ACTION)
LOGO DAERAH
DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA TINGKAT GLOBAL
MATERI SOSIALISASI : PENINGKATAN KAPASITAS BIDANG PENGURANGAN RISIKO BENCANA
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
2013
2. TUJUAN
Agar peserta memahami latar belakang
Pengurangan Risiko Bencana tingkat global dan
ISDR
Agar peserta memahami Hyogo Framework for
Action (HFA)
4. Agenda dan Tantangan PRB
< 1990s – Pertahanan Sipil, Organisasi2 Bantuan:
respons kemanusiaan terhadap keadaan darurat
Dalam era 1990s – International Decade on
Natural Disaster (IDNDR), Yokohama strategy yang
me-link-kan antara tanggap darurat &
pembangunan
Sejak 2000 – International Strategy for Disaster
Reduction (ISDR): reduce disaster risk
HFA: 2005-2015 – Membangun ketangguhan
masyarakat dan bangsa terhadap bencana sebagai
bagian dari pembangunan dan terkait dengan
agenda kemanusiaan
Reaktif
Proaktif
I
5. International Strategy for Disaster Reduction
Diresmikan tahun 2000 oleh UN General Assembly Resolution A/54/219 sebagai
kelanjutan dari International Decade on Natural Disaster Reduction –IDNDR, 1990-
1999
ISDR bertujuan untuk membangun ketangguhan masyarakat dengan
meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya PRB sebagai bagian dari
komponen yang integral dari pembangungan yang berkelanjutan, dengan tujuan
untuk mengurangi jumlah korban, kerugian sosial, ekonomi maupun lingkungan
yang disebabkan oleh bencana alam, teknologi maupun lingkungan
II
6. Fungsi Utama ISDR
1. Kebijakan, strategi dan koordinasi
2. Advokasi dan Komunikasi
3. Manajemen Informasi dan Networks
(preventionweb)
4. Regional outreach dan kemitraan untuk
implementasi
II
8. Hyogo Framework for Action
2005 - 2015
Membangun Ketangguhan Bangsa
dan
Masyarakat terhadap Bencana
Diadopsi oleh 168 negara dalam
2nd World Conference on Disaster
Reduction (GA res.)
di Kobe, Jepang pada bulan January
2005
(lebih dari 4000 peserta)
III
9. Tujuan Strategis
III The Hyogo Framework for Action 2005-2015
1. Integrasi PRB ke dalam kebijakan dan
perencanaan program pembangunan
berkelanjutan;
2. Pengembangan dan penguatan lembaga,
mekanisme dan kapasitas untuk membangun
ketahanan terhadap bahaya;
3. Secara sistematis memadukan pendekatan-pendekatan
pengurangan risiko ke dalam
pelaksanaan program-program
kesiapsiagaan terhadap keadaan darurat,
tanggap darurat dan pemulihan.
10. Prioritas Aksi
2005 - 2015
1. Memastikan bahwa PRB merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal
dengan dasar kelembagaan yang kuat;
2. Mengidentifikasi menjajaki dan memonitor risiko-risiko bencana dan
meningkatkan peringatan dini;
3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat;
4. Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar;
1. Manajemen lingkungan dan sumber daya alam
2. Praktek-praktek pembangunan sosial dan ekonomi
3. Tata-guna lahan, IMB dan alat ukut teknis lainnya
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk respon yang efektif di
semua tingkat.
The Hyogo Framework
for Action 2005-2015 III
11. Kegiatan Kunci
RINGKASAN HFA 2005-2015
Hasil yang diharapkan, tujuan strategis, dan prioritas untuk HFA 2005-2015
Tujuan Strategis
Prioritas untuk Aksi
Integrasi PRB ke dalam pembangunan
yang berkelanjutan
Pengembangan dan penguatan
kelembagaan
III
Pemaduan secara sistematis pengurangan
risiko ke dalam penanggulangan bencana
Hasil yang diharapkan
Pengurangan kerugian akibat bencana dalam berbagai sektor kehidupan
bernegara dan bermasyarakat
Kontribusi terhadap tujuan pembangunan internasional (termasuk MDGs)
Isu Lintas Sektor
Pendekatan multi-ancaman
Perspekti f gender dan
keragaman budaya
partisipasi masy & relawan
Pemb. Kapasitas & transfer
teknologi
1. Memastikan bahwa
PRB menjadi prioritas
nasional dan lokal
dengan dasar
kelembagaan yang kuat
2. Mengidenti fikasi
menjajaki dan
memonitor risiko
bencana dan
meningkatkan
peringatan dini
3. Menggunakan
pengetahuan, inovasi dan
pendidikan untuk
membangun sebuah
budaya keselamatan dan
ketahanan di semua
tingkat
4. Mengurangi faktor-faktor
risiko yang
mendasar
5. Memperkuat
kesiapsiagaan
terhadap bencana
untuk respon yang
efekti f di semua tingkat
*Mekanisme lembaga
PRB; pembagian
tanggung jawab
* DRR sebagai bagian
kebi jakan &
perencanaan pemb.
*Dukungan legislasi PRB
*Desentral isasi
tanggung jawab dan
sumber daya
* Asesmen SDM &
kapasitas
* Komitmen pol itik
* Partisipasi
masyarakat
* Kajian risiko & peta
risiko, multi ancaman
& diseminasi
* Indikator PRB &
kerantanan
* Informasi data dan
statistik kerugian
bencana
* EWS
* Pengembangan iptek
* berbagi informasi &
kerjasama
* kerjasama & dialog antar
disipl in/regional
* Penggunaan terminologi
PRB standar
* Inklusi PRB ke dalam
pendidikan formal dan
informal
* Training dan pendidikan
PRB
* Kapasitas riset
* Peningkatan kesadaran
publ ik dan media
* Ekosistem yang
berkesinambungan &
manajemen l ingk.
* Integrasi PRB - API
* Keamanan pangan
untuk ketangguhan
* Integrasi PRB ke
dalam sektor kesehatan
dan RS Aman
* Perl indungan fasi l itas
publ ik yang penting
* Pemul ihan skema &
keamanan sosial-jaringan
* Mekanisme
* Kapasitas PB
* Pertukaran informasi
antar para pelaku PRB
& sektor pembangunan
* Pendekatan regional
terhadap respons
bencana
* Pelatihan
kesiapsiagaan dan
rencana kontinjensi
* Dana darurat
* Kesukarelaan dan
partisipasi
12. LANJUTAN RINGKASAN HFA 2005-2015
Dalam mencapai tujuan dan bertindak terhadap prioritas yang diidentifikasi dalam Kerangka Aksi ini, tugas-tugas berikut yang telah diidentifikasi untuk memastikan implementasi dan tindak dan internasional bekerjasama dengan organisasi sipil dan para pemangku kepentingan lainnya. Mitra ISDR, terutama inter-agensi Gugus Tugas PRB dan Sekretariat, diminta untuk membantu Pertimbangan Umum
Membangun
kemitraan
multi
pemangku
kepentingan
Negara, organisasi regional dan
internasional untuk
mengembangkan koordinasi
diantara mereka dan penguatan
ISDR
Organisasi Internasional (termasuk Sistem - Terlibat dalam implementasi ISDR dengan penguatan intergrasi pembangunan berkelanjutan
- Penguatan kapasitas sistem UN untuk membantu negara berkembang melakukan pengukuran untuk kajian perkembangan
- Indentifikasi tindakan untuk membantu negara berkembang rawan memastikan tindakan intergrasi mereka dan alokasi dana yang mencukupi; strategi dan program nasional untuk PRB
- Integrasi aksi ke dalam mekanisme koordinasi yang relevan (UNDG, - Intergrasi DRR ke dalam pengembangan kerangka kerja bantuan - Bekerjasama dengan jaringan dan dukungan platform: pengumpulan risiko; SPD: pertukaran data terbuka dan menyeluruh
- Mendukung negara melalui koordinasi bantuan internasional, untuk meningkatkan kapasitas
- Penguatan mekanisme internasional untuk mendukung upaya negara dengan pendekatan PRB
- Adaptasi dan penguatan pelatihan inter-agensi PB untuk PRB dan ISDR (Inter Agensi Gugus Tugas untuk PRB dan Sekratarita
- Mengembangkan sebuah matriks tanggung jawab dan upaya untuk mendukung tindak lanjut HFA
- Memfasilitasi koordinasi tindakan efektif dengan sistem UN dan kesatuan internasional dan
regional lainnya untuk mendukung implementasi HFA, mengidentifikasi kesenjangan,
memfasilitasi proses untuk mengembangkan perangka panduan dan kebijakan untuk setiap
prioritas
- Dengan konsultasi luas, pembangunan generik, realistis dan indikator yang dapat diukur.
Indikator tersebut membantu negara untuk mengukur perkembangan implementasi HFA
- Mendukung koordinasi platform nasional dan regional
- mendaftarkan kemitraan terkait dengan Komisi Pembangunan Berkelanjutan
- Merangsang pertukaran, kompilasi, analisa dan diseminasi praktek-praktek - Mempersiapkan tinjauan berkala terhadap perkembangan pencapaian tujuan UNGA dan badan UN lainnya
Mobilisasi Sumberdaya: Pemerintah, Regional dan Organisasi Internasional
- Mobilisasi sumberdaya dan dan kemampuan badan nasional, regional dan internasional terkait
termasuk sistem UN
- Menyediakan dan mendukung implementasi HFA di negara berkembang, termasuk bantuan
keuangan dan teknis, menampilkan tentang utang berkelanjutan, transfer teknologi, kemitraan
publik-swasta dan kerjasam Utara-Selatan dan Selatan-Selatan
- Pengarusutamaan PRB ke dalam program bantuan multilateral dan bilateral
- Menyediakan kontribusi dana sukarela ke UN Trust Fund untuk PRB untuk meninjau penggunaan dan studi kelayakan dana tersebut
- Membangun kemitraan untuk melaksanakan skema yang mengurangi risiko, pengembangan cakupan asuransi dan meningkatkan keuangan untuk rekonstruksi kemitraan publik dan swasta. Mempromosikan lingkungan yang mendorong berkembang
Organisasi Regional dan Institusi
- Promosi program regional termasuk
kerjasama teknis, pembangunan kapasitas,
pembangunan metodologi dan standar
untuk kajian dan monitoring risiko dan
kerentanan, berbagi informasi dan
mobilisasi sumber daya yang efektif
- Bertanggung jawab dan publikasi
peninjauan ulang terhadap kajian dasar
nasional dan regional
- Koordinasi dan peninjauan ulang
perkembangan dan dukungan yang
dibutuhkan, dan membantu negara dalam
persiapan ringkasan nasional
- Menyelenggarakan pusat regional
kerjasama regional khusus
- Mendukung pembangunan mekanisme
regional dan kapasitas peringatan dini
termasuk tsunami
Negara
- Meletakkan mekanisme koordinasi untuk
implementasi dan komunikasi tindaklanjut
ke Sekretariat ISDR
- Kajian dasar nasional status PRB
- Publikasi dan pemutakhiran program
nasional DRR termasuk kerjasama
internasional
- Membangun prosedur untuk peninjauan
ulang perkembangan nasional termasuk
kerjasama internasional
- Mempertimbangkan persetujuan atau
ratifikasi instrumen hukum internasional
terkait dan memastikan implementasinya
- Promosi intergrasi PRB ke dalam variabel
API dan API ke dalam strategi PRB dan API;
memastikan managemen risiko terhadap
risiko geologi
Para Pelaku
Implementasi dan tindak lanjut
Implementasi oleh berbagai pemangku
kepentingan, pendekatan multi-sektor;
partisipasi masyarakat sipi l (NGO,
Organisasi Sipi l , relawan) komunitas
i lmu dan sektor swasta adalah penting
Tanggung jawab utama negara:
tersedianya sebuah lingkungan
internasional adalah penting
termasuk penguatan kapasitas
regional
Penekanan perhatian terhadap:
- Negara Berkembang
Kepulauan Kecil:Strategi
Mauritarius
- Negara yang paling tertinggal
- Afrika
III
13. III
Membangun gerakan PRB
(Sistem ISDR)
Tujuan: Mengurangi risiko bencana
di seluruh dunia – fokus pada tingkat
nasional dan masyarakat
Instrumen: HFA 2005-2015
Sarana: ‘’Pergerakan’’ sistem ISDR
14. Berbagai tingkatan dalam sistem ISDR
(“platforms”)
Nasional
Kerangka-kerangka Nasional, multi-pemangku kepentingan, dan multi disiplin
dengan dukungan dari UN country team – ketika dibutuhkan
Regional
Berdasarkan pada strategi dan mekanisme regional
dan sub-regional yang ada
Tematik
Dibangun berdasarkan jaringan, kluster, program
dan mekanisme lainnya yang telah ada
ISDR programme
Koordinasi upaya-upaya internasional
dan regional untuk mendukung
Kapasitas nasional dan lokal
Global Platform report to GA
Annual sessions
Subsidiary Programme Advisory/Committee
III
15. Multi-tingkat proses peninjauan HFA
• Tiga hal yang berbeda tapi saling terkait – metodologi
untuk sub-regional, nasional dan lokal
• Self- assessment melalui keterlibatan multi pemangku
kepentingan
• Dipimpin oleh organisasi pemerintah sub-regional,
Pemerintah dan pemerintah daerah
• Mengkaji kemajuan, kesenjangan dan tantangan yang
dihadapi dalam implementasi PRB
16. National, Regional and global
level
Proses multi-tingkat untuk monitoring dan tinjaun
capaian HFA
Analisis Global dan proses sintesis
Proses Peninjauan HFA Sub/ regional
Sintesis Regional/ sub regional & peninjauan isu-isu lintas-batas
Proses peninjauan perkembangan HFA Nasional
Penilaian-diri negara2 untuk meninjau perkembangannya sendiri, kesenjangan
dan tantangan dalam upaya2 PRB
Local HFA
Monitor
Local level
Local Government Self Assessment Tool (LG-SAT))
City HFA Monitor Views From the
Frontline
Peninjauan melalui dialog multi-pemangku kepentingan
17. Partisipasi Global
• 102 negara berpartisipasi dalam peninjauan tahun 2007-
2009
• 133 negara berpartisipasi dalam peninjauan tahun 2009-
2011
• 11 inter-governmental organizations berpartisipasi dalam
kajian tingkat sub-regional
• Berbagai kota berpartisipasi dalam ‘Resilient City’ Campaign
dan melakukan kajian capaian PRB di tingkat lokal
• Lebih dari 70% negara yang berpartisipasi melibatkan multi-pemangku
kepentingan
18. “Resilient Cities Campaign”
• 1361 kota tergabung dalam “Making Cities
Resilient” Campaign
• Lebanon 255
• Austria 280
• Filipina 113
• Serbia 50
• Sri Lanka 44
• Italy 35
• Indonesia 3
19. TERIMA KASIH
Nama Fasilitator
Jabatan
No. HP
Alamat Kantor
Alamat email
Editor's Notes
Di akhir sesi ini, diharapkan peserta mempunyai pemahaman mengenai latar belakang mengapa dan bagaimana agenda “pengurangan risiko bencana” didorong secara global untuk menjadi prioritas dalam pembangunan di tingkat lokal dan nasional;
Selain itu, peserta diharapkan juga dapat menjelaskan mengenai hal-hal yang terkait dengan Hyogo Framework for Action (Kerangka Aksi Hyogo), yang merupakan blue print untuk implementasi pengurangan risiko bencana.
Sebelum tahun 1990, agenda-agenda yang banyak diangkat dalam tingkat global berkaitan dengan pertahanan sipil, response kemanusiaan terhadap keadaan darurat. Dengan demikian, hal kebencanaan yang dibahas adalah upaya-upaya yang dilakukan setelah bencana terjadi – yang mana bersifat responsif atau reaktif.
Dalam era 1990an, yang dikenal sebagai International Decade on Natural Disaster dan pada bulan Mei1994 diselenggarakan World Conference on Natural Disaster, Konferensi Dunia, untuk Kebencanaan yang pertama, di Yokohama, Jepang.. Hasil dari World Conference tersebut adalah Yokohama Strategy yang berisi tentang panduan atau pedoman untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Yokohama Strategy mulai mendiskusikan mengenai keterkaitan antara tanggap darurat bencana dan isu-isu pembangunan.
Sejak 2000, dibentuklah International Strategy for Disaster Reduction (ISDR) p Strategy Internasional untuk Pengurangan Risiko Bencana.
Setelah terjadinya gempabumi dan Tsunami Aceh Desember 2004, diselenggarakan World Conference on Disaster Reduction yang Kedua, yaitu di Jepang. Hasil dari Konferensi Dunia tersebut adalah “Hyogo Framework for Action” atau Kerangka Aksi Hyogo. Kerangka ini merupakan acuan untuk membangun ketangguhan masyarakat dan bangsa terhadap bencana sebagai bagian dari pembangunan dan terkait dengan agenda kemanusiaan. Dengan adanya Kerangka Aksi Hyogo tersebut kita diajak untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan kebencanaan secara proaktif dan antisipatif.
Strategi Internasional untuk pengurangan bencana secara resmi dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB pada tahun 2000 sebagai kelanjutan dari International Decade on Natural Disaster Reduction – IDNDR yang berjalan dari tahun 1990 – 1999.
Pada dasarnya ISDR bertujuan untuk membangun ketangguhan masyarakat dengan meningkatkan pemahaman mengenai :
pentingnya PRB sebagai bagian dari komponen yang integral dari pembangungan yang berkelanjutan,
Tujuan PRB yaitu untuk mengurangi jumlah korban, kerugian sosial, ekonomi, teknologi dan lingkungan
Fungsi-fungsi utama dari ISDR ada empat, yaitu:
Mendorong kebijakan, strategi dan koordinasi yang lebih baik untuk pelaksanaan PRB
Mengadvokasikan serta mengkomunikasikan kepada berbagai pihak terkait seperti private sektor, pemerintah, media, perguruan tinggi, masyarakat lokal dsb serta meningkatkan komunikasi dengan mitra-mitranya
Manajemen informasi dan Networks agar penyebaran atau diseminasi hasil-hasil pembelajaran implementasi PRB,hasil-hasil inovasi yang dibuat oleh berbagai kelompok pemangku kepentingan, dsb dapat tersampaikan kepada berbagai pihak. Website ISDSR yang dapat dikunjungi adalah “prevention web” yang memuat berbagai article, nakah, dokumen terkait dengan pRB di berbagai belahan dunia.
Regional outreach dan kemitraan untuk implementasi.
Hyogo Framework for Action atau Kerangka Aksi Hyogo merupakan blue print untuk membangun ketangguhan masyarakat dan ketangguhan bangsa terhadap bencana. HFA ini diadopsi oleh 168 negara saat World Congerence di Kobe, Japang pada bulan Januari 2015 – dimana lelbih dari 4000 orang hadir.
HFA mempunyai tujuan strategis, yaitu:
1. Integrasi PRB ke dalam kebijakan dan perencanaan program pembangunan berkelanjutan;
Pengembangan dan penguatan lembaga, mekanisme dan kapasitas untuk membangun ketahanan terhadap bahaya;
Secara sistematis memadukan pendekatan-pendekatan pengurangan risiko ke dalam pelaksanaan program-program kesiapsiagaan terhadap keadaan darurat, tanggap darurat dan pemulihan.
Selain terdapat 3 strategi, HFA juga mempunyai 5 prioritas aksi, yaitu:
1. Memastikan bahwa PRB merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat;
2. Mengidentifikasi menjajaki dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini;
3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat;
4. Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar;
1. Manajemen lingkungan dan sumber daya alam
2. Praktek-praktek pembangunan sosial dan ekonomi
3. Tata-guna lahan, IMB dan alat ukut teknis lainnya
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk respon yang efektif di semua tingkat.
Ini adalah gambaran mengenai HFA secara ringkas, dimana tterdapat “hasil yang diharapkan” tujuan strategis (3), prioritas untuk aksi dan bahwa HFA melibatkan isu-isu lintas sektor sepeti pendekatan multi-ancaman; perspektif gender dan keragaman budaya, partisipasi masyarakat & relawan, pembangungan kapasitas dan transfer teknologi.
Untuk mendorong tercapainya tujuan dari Kerangka Aksi Hyogo, perlu dilakukan upaya untuk membangun gerakan pengurangan risiko bencana melalui sistem ISDR. Dengan tujuan yang jelas, yaitu, mengurangi risiko bencana di seluruh dunia dengan fokus untuk mendorong pelaksanaan pRB di tingkat nasional dan masyarakat/lokal, dan menggunakan instrumen HFA 2005 -2015, dan sarana “sistem ISDR”, diharapkan pada tahun 2015 dapat tercapai kemajuan yang signifikan dalam PRB sehingga ketangguhan bangsa dan masyarakat dapat terwujud.
Hal-hal yang dapat dilakukan di berbagai tingkatan yang terdapat di dalam sistem ISDR adalah PRB di tingkat nasional, regional, dan global. Untuk menjalankan aksi tersebut, diperlukan sarana, dalam hal ini “forum” di tingkat nasional, regional maupun global. Selain itu telah dibentuk juga forum-forum yang bersifat tematik, misalnya untuk bidang pendidikan, untuk bidang peringatan dini, dsb.
Sedangkan program ISDR difokuskan untuk mendukung koordinasi upaya-upaya internasional dan regional untuk mendukung kapasitas nasional dan lokal dalam melaksanakan upaya-upaya pengurangan risiko bencana.
Di tingkat nasional, forum tersebut dikenal dengan sebutan Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana yang dibentuk pada tahun 2009 melalui proses kajian capaian PRB di tingkat nasional. Anggota dari Platform Nasional ini adalah perwakilan dari berbagai kelompok pemangku kepentingan seperti pemerintah, lembaga usaha, media, perguruan tinggi, LSM/organisasi masyarakat, dsb. Platform PRB ini merupakan mitra BNPB dalam menggalakkan PRB di tingkat nasional dan mendukung upaya-upaya BNPB dalam mendorong pelaksanaan PRB di lintas sektor.
Di tingkat regional (Asia), forum yang dibentuk adalah Asian Ministerial Conference for Disaster Risk Reduction (AMCDRR) – yaitu forum pertemuan tingkat menteri dari negara-negara Asia yang diselenggarakan setiap dua tahun seklai. Yang pertama diselenggarakan di Beijing, China, yang kedua diselenggarakan di India, yang ketiga di Malaysia, keempat di Incheon, Korea dan yang terakhir, AMCDRR ke – 5 di Yogyakarta, Indonesia pada bulan Oktober 22 – 25. Namun mitra negara-negara Asia yang berada di Pacific juga turut di undang.
Sedangkan di tingkat Global, forum yang dibentuk adalah Global Platform for Disaster Reduction yang telah diselenggarakan sejak 2007 dan diadakan setiap 2 tahun sekali, di Jenewa, Swiss.
Jika ada aksi atau implementasi pengurangan risiko bencana, maka dipelrukan juga perngkan untuk memontior atau mengkaji kemajuan capaian HFA.
Untuk itu dilakukan proses peninjauan HFA mulai dari tingkat lokal, nasional dan sub-regional. Metodologi yang digunakan berbeda tetapi pada dasarnya saling terkait.
Kajian tingkat kemajuan capaian atau HFA progress review, harus dipahami bahwa proses tersebut merupakan proses yang perlu melibatkan keterlibatan multi-pemangku kepentingan dan merupakan “self assessment”, bukan sebuah “raport” untuk melihat bahwa kita “berhasil atau gagal”. Tetapi lebih sebagai sarana untuk memahami sampai dimana capaian kita, tantangan apa saja yang menjadi kendala, bagaimana opsi-opsi solusinya, dsbnya.
Hasil kajian kemajuan capaian PRB dapat digunakan untuk menyusun dokumen-dokumen perencanaan lainnya, seperti rencana penanggulangan bencana daerah, rencana aksi daerah, dsb.
Kajian kemajuan capaian PRB memerlukan “leadership/kepemimpinan” dari pihak Pemerintah dan pemerintah daerah.
Di tingkat lokal, kajian kemajuan capaian PRB dilakukan dengan menggunakan Local Government Self Assessment Tool (LG-SAT). LG-SAT ini baru dilakukan pertama kali untuk periode pelaporan 2011 – 2013.
Sebagai latar belakang, ISDR telah melakukan Mid-Term Review untuk capaian HFA pada tahun 2010 dan hasilnya menunjukkan implementasi PRB di tingkat nasional sudah cukup memadai di berbagai negara. Namun capaian HFA di tingkat lokal masih sangat kurang sementara pihak/tingkat daerah merupakan garda depan yang harus melakukan tanggap darurat bencana bilamana terjadi bencana, dan juga melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana, pencegahan, dsbnya. Oleh karena itu UNISDR melaksanakan Kampanye Global Pengurangan Risiko Bencana untuk periode 2010 -2015 dengan tema “Mewujudkan Kota yang Tangguh Bencana” dengan maksud mendorong/mengakselerasi implementasi PRB di tingkat daerah/lokal. Untuk itu diciptakan juga LG-SAT.
Pelaksanaan LGSAT ini perlu didukung dengan partisipasi dari multi pemangku kepentingan. Di Indonesia yang sudah melakukan LGSAT dengan dukungan BNPB adalah Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten Padang Pariaman dan Provinsi Sumatera Barat.
Hasil dari LG-SAT akan baik sekali jika dijadikan masukan untuk proses peninjauan perkembangan HFA/PRB di tingkat Nasional, yang diadakan sejak periode 2007 – 2009, diikuti dengan periode 2009 – 2011, dan 2011 – 2013.
Hasil peninjauan perkembangan HFA Nasional digunakan sebagai masukan untuk proses peninjauan HFA di tingkat sub’regional dan selanjutnya hasil peninjauan HFA sub-regional, menjadi masukan untuk Global Assessment Report.
Secara global, untuk periode pelaporan 2007 -2009 ada 102 negara yang melakukan proses peninjauan kemajuan capaian HFA.
Untuk periode pelaporan 2009 – 2011 ada 133 negara yang melakukan, dan 11 inter-governmental organizations, seperti ASEAN, dsb
Lebih dari 70% dari negara-negara yang berpartisipasi melibatkan perwakilan dari berbagai kelompok pemangku kepentingan.
Sebagaimana disebutkan bahwa ISDR telah memulai kampanye global untuk mendorong/mengakselerasi implementasi PRB di tingkat lokal melalui kampanye “Mewujudkan Kota Yang Tangguh Bencana) untuk periode 2010 – 2015.
Hingga Maret 2013, sebanyak 1361 kota di seluruh dunia telah tergabung dalam kampanye tersebut, seperti Lebanon, Asutria Filipina, Serbia, Sri Lanka dan Itali. Untuk indonesia baru 3 daerah yang secara resmi ikut kampanye tersebut.
Dengan dinobatkannya Presiden RI sebagai “Global Champion untuk Pengurangan Risko Bencana”, maka Indonesia perlu melakukan upaya besar untuk meningkatkan partisipasi lokal/pemerintah daerah dalam mengakselerasi PRB di tingkat lokal dan dalam mengikuti kampanye aktif tersebut.