SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
4
DAFTAR ISI
Kata pengantar								6
Model Implementasi STBM di Perkotaan					 10
Dialog Komunitas dan Aksi Bersama						17
A.1.	Masyarakat							18
A.2.	 Pemangku kepentingan tingkat kota	 	 	 	 34
A.3.	 Pihak swasta	 	 	 	 	 	 	 36
Penutup	 	 	 	 	 	 	 	 	 41
6
Kata Pengantar
Setelah berkutat dalam perencanaan dan penerapan strategi peningkatan praktik higien
dan sanitasi selama tiga tahun, High Five berkesempatan untuk berbagi pengalaman di
akhir program.Alhamdulilah, puji Tuhan.
Dalam merencanakan dan menerapkan strategi, High Five secara berkala melakukan
pemantauan dan pengkajian kembali dengan melihat proses dan hasil di setiap
kegiatan, yang kemudian digunakan sebagai masukan untuk merancang kegiatan
selanjutnya. Kemauan untuk belajar dan berkembang menjadi modal yang penting
dalam meningkatkan keefektifan strategi dan penerapannya.Tidak hanya sendiri, para
mitra yang bekerja bersama High Five pun memiliki kemauan tersebut. Pokja STBM
Kelurahan, Pokja AMPL/Sanitasi rekan-rekan jurnalis, mitra swasta, LSM dan organisasi
kemasyarakatan lain di tiga kota, serta mitra-mitra dari pemerintah dan swasta di
tingkat nasional, semua memiliki peran besar dalam mendukung peningkatan strategi
High Five dan bagaimana menerapkannya dengan keterlibatan penuh, masukan yang
berharga dan kemauan untuk terus maju.
Model implementasi STBM di perkotaan yang dikembangkan oleh High Five dan
dibagikan kepada Anda tentu saja masih jauh dari sempurna, tetapi paling tidak menjadi
langkah awal yang diharapkan akan memicu langkah-langkah berikutnya.
Untuk itu, High Five berterima kasih kepada:
1.	 rekan-rekan Pokja STBM Kelurahan yang dengan semangat tinggi berupaya
untuk membangun kelurahannya,
2.	 SKPD dan instansi/organisasi yang terlibat dalam Pokja AMPL/Sanitasi dengan
upaya yang kuat untuk melakukan kolaborasi dan koordinasi lintas sector di
Makassar, Surabaya dan Medan,
3.	 Pokja AMPL, Sekretariat STBM Nasional dan jaringannya,
4.	 Kementerian Kesehatan,
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
7
5.	 Kementerian Pekerjaan Umum,
6.	 Bappenas,
7.	 Pundi Amal SCTV
8.	 USAID sebagai mitra penyandang dana
9.	 Pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu
High Five sungguh berharap upaya peningkatan praktik sanitasi dan higien terus
dilakukan sehingga tercapai masyarakat sehat yang adil dan makmur.
Salam kami,
Tim High Five
8
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia di tahun 2011.
Salah satu sebabnya adalah praktik higien dan sanitasi --yang terbukti mengurangi risiko diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya-- belum menjadi kebiasaan di rumah tangga dan komunitas.
Dengan dana dari USAID, YCCP bersama JHU/CCP mengembangkan High Five, program yang ber-
tujuan untuk meningkatkan perilaku higien dan sanitasi rumah tangga dan komunitas. Program ini
ditujukan untuk mendukung strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, yang menekankan perubahan perilaku higien dan sanitasi pada lima
pilar: (i) stop buang air besar sembarangan, (ii) cuci tangan pakai sabun, (iii) pengelolaan air minum
dan makanan yang aman, (iv) pengelolaan sampah, dan (v) pengelolaan limbah cair rumah tangga
yang aman. STBM sangat kaya pengalaman dari penerapan strateginya di daerah pedesaan karena
lebih banyak diimplementasikan di sana; High Five merupakan salah satu program yang mengawali
penerapan STBM di masyarakat perkotaan.
Untuk mencapai tujuan besar tersebut, High Five menerapkan strategi yang menjamin bahwa imple-
mentasi program berlangsung secara TOTAL dan BERBASIS MASYARAKAT:
1.	 pemrograman partisipatif,
2.	 kemitraan inovatif
3.	 pengarusutamaan STBM.
Peningkatan praktik STBM yang layak tidak hanya tergantung pada individu dan rumah tangga yang
menjadi sasaran perubahan kebiasaan dalam san-
itasi dan higien saja. Peran sistem dalam proses
perubahan tersebut juga perlu diperhatikan. Fak-
ta ini lah yang membuat High Five mengembang-
kan kemitraan inovatif. Misalnya dengan men-
gajak jurnalis untuk tidak hanya meliput, tetapi
terlibat aktif dalam diskusi-diskusi perencanaan
implementasi STBM di perkotaan. Berita tentang
kondisi sanitasi dan higien yang kemudian muncul
sebagai hasil keterlibatan mereka merupakan in-
strument ampuh yang mempengaruhi pemangku
kepentingan di kota untuk menempatkan pening-
katan praktik STBM sebagai prioritas pembangu-
nan. Tak hanya itu, berita-berita tersebut memba-
wa pemahaman individu dan masyarakat bahwa
perubahan perilaku STBM yang layak merupakan
isu penting di tingkat kota, nasional, bahkan du-
nia.
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
9
Pelibatan pemangku kepentingan –dari warga masyarakat sampai pejabat pemerintah dan swasta--
dalam mengembangkan rencana implementasi program menjadi simpul ikatan mereka terhadap STBM,
yang berujung dukungan pada program sesuai dengan kapasitas, tugas dan fungsi mereka. Karena itu,
kegiatan program dari perencanaan sampai evaluasi perlu dilakukan secara partisipatif.
Kemitraan demikian menciptakan sistem dan lingkungan yang mendukung implementasi STBM. Kemi-
traan inovatif pun menjadi strategi andalan untuk menyediakan fasilitas yang aman dan layak. Kebutu-
han akan fasilitas STBM timbul secara alami setelah masyarakat sadar dan menempatkan perilaku STBM
sebagai norma. Untuk itu lah High Five memperkenalkan teknologi-teknologi untuk fasilitas STBM dan
membuka ruang dialog untuk memastikan jaringan antara komunitas dengan pemangku kepentingan
lain, seperti pemerintah kota, (termasuk program-program yang berkegiatan dalam penyediaan fasilitas
sanitasi) lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan swasta sebagai langkah untuk men-
jamin keberlanjutan upaya peningkatan praktik STBM.
Pada pelaksanaannya, promosi dan advokasi praktik STBM pada individu dan rumah tangga di komunitas
berjalan secara simultan dan saling menguatkan dengan promosi dan advokasi STBM pada pemangku
kepentingan lain untuk mendapatkan dukungan penerapan program, sekaligus untuk mempercepat dan
memperluas upaya perubahan perilaku STBM di kota, mengarusutamakan STBM dalam berbagai pro-
gram dan kegiatan pemangku kepentingan.
Meski beberapa masalah terkait sanitasi dan higien yang belum terurai dan terselesaikan, kemitraan ino-
vatif dan pemrograman partisipatif yang dilakukan High Five menjadi benih yang bertunas dengan baik.
•	 Di kota Makassar, para jurnalis yang tergabung dalam Forum Jurnalis Sanitasi secara reguler memberi-
kan pelatihan jurnalisme warga dan melakukan advokasi pada walikota.
•	 Di Surabaya dan Medan, Dinas Kesehatan Kota berinisiatif melakukan pelatihan STBM dengan men-
gundang tim High Five sebagai pelatih. Dengan demikian, sanitarian, bidan desa dan kader memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan STBM di wilayah binaan mereka.
•	 Penerapan STBM yang awalnya hanya berfokus pada satu pilar (Stop BABS), kini sudah mulai meram-
bah kesemua pilar.
•	 Pemangku kepentingan dari berbagai tingkat dan kalangan dapat menerima STBM dengan baik untuk
diterapkan di wilayah perkotaan, setelah bertahun-tahun hanya berfokus di wilayah perdesaan.
•	 Masyarakat sekarang memandang penampungan tinja yang septik sebagai hal yang penting dalam
membangun jamban.
•	 Berbagai opsi teknologi STBM semakin banyak dikenalkan. Opsi fasilitas pilar 1 sekarang memiliki lebih
banyak opsi jamban dan tangki septik, seperti tripikon S dan ABF, yang dapat dipilih sesuai untuk
kondisi daerah. Bahkan opsi teknologi untuk pilar lain pun sekarang mulai dijaring dan dikenalkan
melalui Lomba Teknologi Tepat Guna.
•	 Pokja STBM Kelurahan Petemon mendapatkan dukungan dana sebesar 67 juta dari Pundi Amal SCTV
sebagai dana bergulir kredit jamban dengan tangki septik bagi masyarakat.
10
Model Implementasi STBM di Perkotaan
Selama tiga tahun berjalan, High Five mendokumentasikan pengalaman dari penerapan strategi dan
rencana program di kota Medan, Surabaya dan Makassar, yang masing-masing memiliki karakteristik
yang unik. Berbagai modifikasi dan perbaikan terhadap rencana awal dilakukan sepanjang program
berjalan dan dicatat untuk mengembangkan model implementasi STBM di perkotaan.
Tujuan strategis dan hasil antara High Five tak hanya mengutamakan peningkatan praktik STBM, tetapi
juga mengarah pada komunitas yang berdaya dan sadar STBM demi keberlanjutan. Meskipun tidak
disusun berdasarkan kerangka kerja “Communication for Social Change” yang disajikan oleh Figueroa,
et. al. (2002), kerangka kerja ini sangat pas digunakan menganalisis pengalaman implementasi STBM
di perkotaan yang dilakukan oleh High Five.
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
11
12
Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam penerapan strategi dan program, berdasarkan
pengalaman High Five, adalah bagaimana menemukan atau menciptakan pancingan untuk mendorong
dialog komunitas. Seringkali orang berpikir bahwa komunitas dapat melakukan dialog secara spontan
tanpa adanya pancingan, sehingga melupakan pentingnya menemukan atau menciptakannya dalam
pengembangan komunikasi. Implementasi STBM yang dilakukan High Five menunjukkan bahwa panc-
ingan bukan hanya berfungsi sebelum atau di awal program untuk memulai proses perubahan, tetapi
juga selama program berjalan. Pancingan-pancingan ini kemudian mendorong lebih jauh keterlibatan
komunitas, serta memperluas dan memperdalam penerapan STBM.
Dalam tiga tahun berjalannya program, High Five menemukenali beberapa hal yang menjadi pancin-
gan dalam proses perubahan sosial yang diupayakan:
1.	 Stimulus internal
•	 Banjir, selokan tersumbat, sampah bertumpuk dan sering berjangkitnya penyakit berbasis
lingkungan seperti diare dan dengue menjadi peristiwa internalyang memicu masyarakat un-
tuk membicarakanurusan sanitasi dan higien.
•	 Meskipun isu yang dibicarakan kurang lebih sama dengan masyarakat, pemangku kepentin-
gan tingkat kota lebih banyak menggunakan istilah-istilah yang relevan dengan tugas pokok
dan fungsi mereka:tingginya angka kematian balita akibat diare dan target MDGs 7c: menin-
gkatkan akses sanitasi yang layak pada separuh populasi.
•	 Secara spesifik di Makassar, visi untuk menjadi “kota dunia” menjadi pancingan untuk mem-
perbaiki kondisi sanitasi dan higien di sana.
2.	 Agen perubahan
Di awal program, fasilitator High Five merupakan agen perubahan eksternal yang mengajak dis-
kusi tentang isu STBM untuk mendorong masyarakat menginisiasi aksi bersama.Dalam perjalanan
waktu, agen-agen perubahan secara alami bermunculan dan aktif mengajak komunitas untuk
mengubah praktik STBM menjadi layak dan/atau melakukan aksi bersama.
•	 Dimasyarakat:
o	 Pokja STBM Kelurahan yang terdiri dariibu-ibu dan bapak-bapak warga masyarakat,
kader-kader posyandu, penggiat Karang Taruna, pengurus Majelis Taklim, anggota LPM/
BKM, dan sebagainya
o	 Anak-anak yang telah terpapar informasi tentang praktik STBM yang layak mengajak
orang tua dan keluarganya
o	 Guru sekolah dan PAUD
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
13
•	 Di tingkat kota:
o	 High Five menemukan agen perubahan untuk menggerakkan koordinasi dan kolaborasi
antar pemangku kepentingan.
	 Di Makassar, Pak Imbang Muryanto dari Dinas Pekerjaan Umum menjadi motor uta-
ma Pokja AMPL Makassar, terutama dalam menggagas dan mengupayakan integrasi
program antar pemangku kepentingan untuk diimplementasikan di kelurahan percon-
tohan.
	 Di Surabaya, Ibu Nur Ilmiah dari Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
memperluas implementasi STBM ke seluruh kelurahan dengan memberikan pelati-
han fasilitasi dan pilar-pilar STBM pada sanitarian semua Puskesmas di kota Surabaya,
serta mendorong Sekretaris Kota untuk mengeluarkan surat edaran pembangunan
jamban aman dan sehat.
14
3.	 Inovasi atau hal-hal baru
Komunitas-komunitas di tingkat kelurahan dan kota tergerak untuk lebih aktif dalam menerapkan
STBM karena pengetahuan, keterampilan dan baru yang mereka temukan.
•	 Pokja STBM Kelurahan:
o	 Keterampilan fasilitasi dan pendekatan eklektik (penggunaan metode positive deviance,
appreciative inquiry dan problem-focused approach sesuai dengan konteksnya) meru-
pakan pendekatan baru untuk mendorong perubahan di masyarakat, karena berbeda
dengan metode penyuluhan yang biasa dilakukan.
o	 Monitoring partisipatif dengan mengunjungi rumah tangga untuk memantau sekaligus
memotivasi rumah tangga untuk melakukan praktik STBM yang layak (termasuk keter-
ampilan memasukkan dan menganalisis data secara sederhana dengan program SPSS)
membuat warga mulai berdiskusi tentang STBM, bahkan banyak yang tertarik untuk
ikut serta melakukan monitoring partisipatif.
o	 Teknologi fasilitas STBM, seperti kolam sanita untuk pengolahan limbah cair, tripikon
S dan ABF untuk jamban sehat dan aman, menjadi insiprasi bagi warga untuk mem-
bangun dan memanfaatkannya untuk mendukung praktik STBM di rumah tangga atau
komunitas mereka.
o	 Lomba bercerita tentang pengalaman mengamalkan STBM menjadi hit di antara warga,
dan mendorong mereka untuk terus menerus berbagi pengalaman menerapkan STBM
kepada orang lain. Bapak Dinar, yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam kegiatan
STBM menjadi tertarik untuk berpartisipasi setelah sebelumnya mengikuti lomba ber-
cerita dalam seri kegiatan “kampung sehat, kampung STBM” di Makassar.
o	 Keterampilan dan pengetahuan penggalangan dukungan menjadi salah satu hal yang
membuat warga semakin bersemangat untuk menjalankan STBM di kelurahannya.
o	 Kegiatan jurnalisme warga (citizen journalism) adalah daya tarik utama bagi remaja
dan pemuda di kelurahan Petemon dan Wonorejo Surabaya untuk terlibat dalam keg-
iatan STBM. Semula mereka lebih sering menghabiskan waktu di luar kelurahan dengan
kepedulian minimum terhadap kondisi kampung tempat tinggalnya, tetapi ketertarikan
mereka untuk mengikuti pelatihan jurnalisme warga membawa mereka aktif meng-
abarkan isu terkait STBM melalui media sosial dan buletin.
•	 Lomba Teknologi Tepat Guna menjadi topic pembahasan hangat dalam Konferensi
Sanitasi dan Air Minum Nasional 2013 di Jakarta, terutama dengan pameran mock-
up teknologi tepat guna dari finalis Lomba tersebut.
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
15
16
4.	 Kebijakan
Kebijakan yang menjadi pijakan bagi komunitas baik di tingkat masyarakat maupun pemangku
kepentingan di tingkat kota untuk bergerak dalam meningkatkan praktik STBM yang layak.
•	 Kepmenkes 852/2008 tentang strategi nasional STBM yang dikeluarkan oleh Menteri Kese-
hatan Republik Indonesia, yang sekarang diperbaharui menjadi Peraturan Kementerian Kes-
ehatan no. 3/2014, terutama bagi jajaran Kementerian Kesehatan, dari tingkat pusat sampai
Puskesmas (Sanitarian) dan Kelurahan (Bidan Kelurahan).
•	 Keputusan Deputi bidang sarana dan prasarana Bappenas no. Kep. 06/D.VI/04/2011 tentang
pembentukan Kelompok Kerja AMPL atau Sanitasi, dan kebijakan yang mensyaratkan penyu-
sunan Strategi Sanitasi Kota bagi pemangku kepentingan di tingkat kota untuk berkoordinasi
dengan intensif dan berkolaborasi dalam pembangunan sanitasi perkotaan.
•	 Surat edaran Sekretaris Kota untuk pembangunan jamban di kota Surabaya mendorong ma-
syarakat untuk memenuhinya.
5.	 Ketersediaan Teknologi
•	 Di beberapa daerah, seperti kelurahan Tallo di Makassar yang terletak di area pasang surut,
membangun jamban sehat dan aman menjadi masalah baru yang dihadapi ketika warga mulai
sadar STBM, karena ketiadaan teknologi tangki septik yang sesuai untuk dipasang di sana.
Ketika High Five memperkenalkan Tripikon S dan AFB (anaerobic fluidized bed) sebagai pilihan
teknologi tangki septik untuk area pasang surut, warga merasa terbantu dan bersedia untuk
membangun jamban pribadi untuk disambungkan dengan tangki septik komunal yang diban-
gun bersama dengan High Five.
•	 Teknologi yang tersedia menjadi tak bermakna bila tak dapat dijangkau masyarakat. Kredit
lunak untuk membangun jamban pribadi pun yang dikenalkan oleh APSANI melalui ibu Niek
Paidi di kelurahan Wonorejo Surabaya menjadi salah satu kesempatan pada warga untuk men-
gakses teknologi sanitasi dan meningkatkan kualitas akses fasilitas sanitasi menjadi sehat dan
aman.
•	 Mesin pencacah kompos kontribusi dari Dinas Kebersihan Medan menjadi inspirasi bagi warga
Kota Bangun Medan mengolah sampah dan memproduksi kompos untuk dijual
6.	 Media massa dan media sosial
High Five bermitra dengan jurnalis yang kemudian secara aktif terlibat dalam kegiatan implemen-
tasi STBM, terutama memberitakan hal-hal terkait STBM. Kegiatan jurnalis asuh, dimana jurnalis
professional membimbing warga masyarakat untuk menulis berita dan memotret, menghasilkan
Pokja STBM Kelurahan dan pemangku kepentingan lain untuk menggunakan media sosial Face-
book sebagai saluran berbagi berita dan cerita melampaui batasan ruang, dan saling menginspi-
rasi antar mereka.
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
17
Dialog Komunitas dan Aksi Bersama
Dialog komunitas biasanya berlangsung karena adanya pancingan. Pengalaman High Five dalam mendo-
rong dialog komunitas --baik masyarakat, pemangku kepentingan tingkat kota, maupun pihak swasta--
menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk masing-masing komunitas tidak berbeda jauh.
Yang lebih penting lagi, proses ini dilakukan tidak hanya satu kali, tetapi berkali-kali selama program ber-
jalan. Bahkan bisa dibilang untuk tiap kegiatan, proses tersebut dilakukan dari langkah pertama, yaitu
penyadaran terhadap masalah.
18
A.1. Masyarakat
A.1.1. Penilaian Partisipatif
Ketika memulai penerapan program di masyarakat, High Five mengajak masyarakat untuk melakukan
penilaian partisipatif yang terdiri dari tiga kegiatan:
1.	 Pemetaan sosial
2.	 Susur kampung dan pemicuan lima pilar
3.	 Diskusi tentang norma masyarakat dan alur penularan penyakit diare
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
19
Tiga kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mengenali masalah di lingkungan secara umum. High Five
melakukan penilaian partisipatif pada beberapa kelompok masyarakat berdasarkan wilayah (RT/RW/
Lingkungan).
Tips untuk melakukan penilaian partisipatif
1.	 Dilakukan secara terpisah untuk kelompok ibu, bapak, remaja dan anak àMembuka kesempatan
untuk memberikan pendapat, mengurangi bias karena kecenderungan paternalisme, lebih mudah
ditangani terutama ketika susur kampong karena lahan sempit dan pengaturan waktu.
2.	 Dilakukan dengan menggunakan kertas plano à Karena kesulitan menemukan arena untuk meng-
gambarkan kondisi wilayah sebagaimana di area pedesaan, High Five menggunakan kertas plano
untuk menggambarkan peta wilayah. Lebih mudah, lebih praktis dan bisa disimpan sebagai data
untuk keperluan monitoring.
3.	 Penggunaan VIC tools (kamera, gambar-gambar, foto) dalam penilaian partisipatif membuat ke-
giatan lebih menarik. Untuk penggunaan kamera dan foto, hasilnya dapat menjadi bahan untuk
monitoring dan evaluasi.
4.	 Tidak hanya mengenali area/rumah yang jorok, tetapi juga datang ke area/rumah yang kondisi sani-
tasinya baik meskipun berasal dari kelompok SES yang samaàMinta untuk melakukan wawancara
bila pemilik rumah bisa ditemui, untuk menggali sebab-sebab mengapa rumah tersebut lebih baik/
bersih dari rumah-rumah lain.
A.1.2. Rembug Warga Kelurahan
Hasil dari penilaian partisipatif masing-masing kelompok menjadi data untuk melakukan rembug warga
kelurahan:
•	 Membahas cita-cita atau harapan untuk masa depan,
•	 Menilai kondisi terkini wilayah sekitar tempat tinggal secara lebih objektif berdasarkan hasil pe-
nilaian partisipatif dari beberapa kelompok,
•	 Membicarakan pilihan-pilihan penyelesaian masalah.
Rembug warga dihadiri oleh perangkat kelurahan, tokoh masyarakat dan warga dari berbagai wilayah ke-
lurahan tersebut. Hasil rembug warga berupa rencana tindak, terdiri dari kegiatan-kegiatan yang biasanya
dapat dipilah menjadi beberapa kategori: (1) peningkatan kapasitas, (2) komunikasi dan advokasi untuk
perubahan perilaku, (3) peningkatan akses STBM secara partisipatif, (4) monitoring partisipatif, dan (5)
penggalangan dukungan.
Penyusunan rencana tindak dilanjutkan dengan pembagian peran dan tanggung jawab. Dalam program
20
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
21
High Five, ketika ini lah muncul gagasan warga untuk membuat Kelompok Kerja STBM Kelurahan se-
bagai penanggung jawab jalannya implementasi STBM di kelurahan itu. Anggota dan pengurus Pokja
STBM kelurahan dipilih secara terbuka dan kemudian disahkan dengan Surat Keputusan Lurah.
Keuntungan membentuk Pokja STBM Kelurahan
Kelompok kerja beranggotakan warga dari berbagai kelompok dengan minat dan tujuan yang sama
mempermudah implementasi STBM di masyarakat:
–	 memperkuat kepedulian dan kemauan untuk bekerja sukarela meningkatkan kualitas sanitasi dan
higien karena tahu ada warga lain yang memiliki kepedulian dan kemauan yang sama,
–	 koordinasi antar warga yang peduli dan memberi wadah untuk berkiprah dengan tujuan dan
agenda kegiatan yang jelas (rencana tindak),
–	 memberikan “otoritas” untuk membagikan pengetahuan dan berkegiatan di masyarakat terkait
22
isu sanitasi dan higien,
–	 mempercepat proses dengan menjadi agen perubahan di berbagai kelompok asalnya
–	 menjadi mentor bagi warga lain yang ingin terlibat dalam implementasi STBM
A.1.3 Implementasi Rencana Tindak
Dalam pelaksanaan rencana tindak, setiap kegiatan, termasuk peningkatan kapasitas, selalu melalui
langkah berikut: (1) menggali kondisi terkait isu tersebut, (2) memahami persepsi para pemangku ke-
pentingan, (3) mengingatkan kembali pada cita-cita bersama, (4) menentukan tujuan kegiatan secara
spesifik, (5) mendiskusikan pilihan-pilihan yang mungkin untuk dilakukan, (6) menyepakati tindakan
yang akan dilakukan, (7) membagi peran dan tanggung jawab, (8) pelaksanaan, (9) evaluasi proses dan
hasil serta pembahasan pembelajaran.
A.1.3.1	. Peningkatan Kapasitas
Seni dan teknik dasar fasilitasi dan pilar-pilar STBM merupakan dua keterampilan dasar yang perlu di-
miliki oleh fasilitator STBM, termasuk Pokja STBM Kelurahan. Sepanjang implementasi program, High
Five mendiskusikan keterampilan yang perlu dimiliki oleh Pokja STBM Kelurahan atau pun pemangku
kepentingan lainnya untuk meningkatkan kapasitas dan menguatkan kinerja dalam pencapaian tujuan.
Kegiatan peningkatan kapasitas yang dilaksanakan selama program High Five berjalan:
•	 Pelatihan komunikasi dan advokasi perubahan perilaku STBM
–	 Seni dan teknik fasilitasi dasar
–	 VIC tool
–	 Pemicuan
–	 Pelatihan advokasi (Netmap dan spitfire)
•	 Pelatihan pilar-pilar STBM:
–	 Pelatihan pengolahan sampah
–	 Pelatihan PAMMRT
–	 Pelatihan pembuatan kolam sanita sederhana
–	 Pelatihan pembuatan bioball dari bahan lokal
•	 Experiential learning dan cross-visit – bank sampah, pengolahan limbah cair rumah tangga
•	 Lokakarya monitoring partisipatif (pengambilan data, motivational interview, data entry dan anal-
ysis)
•	 Pelatihan jurnalistik warga dan program “Jurnalis Asuh”
•	 Pelatihan penggalangan sumber daya
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
23
24
Tips untuk Peningkatan Kapasitas
•	 Isi dan metode penyampaian materi pelatihan disesuaikan dengan melakukan diskusi dengan pe-
mangku kepentingan di tiap kota, sehingga relevan dengan kebutuhan dan kepentingan mereka
•	 Membungkus pelatihan dengan metode aktif-kreatif dan menyenangkan, disertai dengan praktik
sederhana sesuai dengan pengalaman sehari-hari membuat partisipan memandang keterampilan
yang dipelajari relevan dan mudah dilakukan
•	 Pelibatan dinas-dinas atau pemerintah kota dalam melakukan peningkatan kapasitas membawa
dampak positif pada pelatihan: (1) meningkatkan kepercayaan partisipan bahwa keterampilan
tersebut memang dibutuhkan untuk pengembangan sanitasi kota, (2) mempercepat proses scal-
ing up ke tingkat kota, (3) membuka ruang dialog antara masyarakat dan pemerintah kota dengan
posisi yang setara
A.1.3.2. Komunikasi dan advokasi untuk perubahan perilaku STBM
Berdasarkan pengalaman High Five, promosi praktik STBM yang layak belum menjamin perubahan
perilaku, baik di tingkat individu, rumah tangga maupun masyarakat. Terlebih lagi, tujuan High Five
adalah membangun norma STBM di masyarakat yang tak hanya terkait dengan sanitasi dan higien
saja, tetapi juga lebih pada pewujudan masyarakat yang berdaya. Advokasi, yang diartikan sebagai
upaya mempengaruhi orang untuk melakukan apa yang diminta, merupakan metode yang secara
khusus dilakukan dalam pelaksanaan program High Five, terutama melalui interaksi interpersonal.
Berikut ini adalah metode yang digunakan oleh masyarakat dan Pokja STBM Kelurahan dalam mem-
pengaruhi rumah tangga untuk mempraktikkan STBM yang layak:
1.	 Sosialisasi dan pemicuan dalam berbagai perte-
muan yang secara rutin diselenggarakan (arisan, pen-
gajian, pertemuan kader posyandu, dll)
2.	 Dari mulut ke mulut atau dalam pertemuan infor-
mal (ketika mencuci di sumur umum, duduk-duduk di
poskamling, dll)
3.	 Monitoring kunjungan rumah dengan motivational
interview
4.	 Poster, brosur, leaflet yang diproduksi sendiri oleh
Pokja STBM Kelurahan atau masyarakat
5.	 Event yang diorganisir warga (peringatan hari Ibu,
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
25
peresmian fasilitas, dll)
6.	 Media sosial (facebook, blog) dan bulletin
Tips untuk Komunikasi dan Advokasi Perubahan Perilaku
•	 Role model sangat efektif untuk membawa perubahan di masyarakat. Inovator dan early adopt-
er mungkin tidak pandai berkomunikasi, tetapi menjadi inspirasi dan model bagi warga untuk
berubah. Pengalaman warga lain yang disampaikan dalam lomba bercerita membuat masyarakat
tertarik untuk terlibat dalam kegiatan STBM.
•	 Melakukan promosi/advokasi STBM pada warga secara santai ketika mereka sedang rileks mem-
permudah pemahaman dan penerimaan warga
A.1.3.3. Peningkatan akses STBM secara partisipatif
Peningkatan akses STBM secara partisipatif dilakukan oleh Pokja STBM Kelurahan. Diawali dengan
identifikasi lokasi dengan rumah tangga yang akses STBMnya buruk atau bahkan tidak ada, melalui
diskusi dengan warga dan tokoh masyarakat, diikuti dengan:
1.	 Penilaian partisipatif (pemetaan social, susur kampong dandiskusi tentang norma masyarakat dan
alur penularan penyakit diare) yang sekaligus memicu keinginan warga setempat untuk berubah
2.	 Penggalangan dukungan dari tokoh setempat, seperti ketua RT atau RW, PKK, dan yang lainnya.
3.	 Rembug warga dilakukan kemudian untuk membahas: (1) kondisi saat ini, (2) desain yang cocok,
(3) sumber daya, (4) pengoperasian dan perawatan, (5) mitigasi dan dampak lingkungan.
4.	 Pembangunan fasilitas:identifikasi tukang, pengadaan sumber daya (baik dari warga penerima
manfaat maupun sumber lain), dan gotong royong
5.	 Diskusi paska pembangunan untuk menegaskan kembali kesepakatan dalam pengoperasian dan
perawatan
Tips untuk Peningkatan Akses STBM secara partisipatif
•	 Diskusi pembangunan partisipatif membantu warga untuk lebih realistis dalam kegiatan pemban-
gunan fasilitas STBM
•	 Pemilihan tukang tidak semata-mata berdasarkan lokasi tempat tinggal, tetapi juga perkiraan ke-
mampuan dan kemauan untuk bekerja sama dan menepati komitmen yang disepakati
•	 Pemberian informasi tentang alternatif-alternatif yang tersedia membantu warga untuk memil-
26
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
27
ih bahan/material/desain yang sesuai dengan kemampuan masyarakat, ketersediaan bahan,
kondisi setempat serta memastikan fasilitas yang dibangun layak dan aman
•	 Kesepakatan warga (penerima manfaat) mengenai O&M, hak dan kewajiban sebaiknya difor-
malkan dengan membuat surat kesepakatan yang ditandatangani dan disahkan
28
A.1.3.4. Penggalangan Dukungan
Membuka ruang interaksi antara masyarakat dan pemerintah merupakan hal yang paling penting un-
tuk memulai kegiatan penggalangan dukungan. High Five mengundang masyarakat dan pemangku
kepentingan tingkat kota untuk membahas kondisi sanitasi dan higien kota dengan merujuk pada hasil
baseline survey dan data dari berbagai SKPD, kemudian membagi partisipan ke dalam kelompok-ke-
lompok yang heterogen untuk berdiskusi. Selain memberikan kesempatan pada masyarakat dan pe-
mangku kepentingan tingkat kota untuk mengenal satu sama lain secara personal, mereka juga akh-
irnya mengetahui dan berupaya untuk saling memahami perspektif masing-masing. Langkah-langkah
tersebut juga digunakan dalam kegiatan-kegiatan berikutnya untuk menguatkan koneksi antar mereka.
Kegiatan lanjutan untuk penggalangan dukungan adalah:
1.	 Pelatihan advokasi dengan netmap (pemetaan jaringan pemangku kepentingan) dan spitfire
(pengembangan pesan). Pada kesempatan ini partisipan memetakan pemangku kepentingan un-
tuk pembangunan fasilitas STBM komunal atau kebutuhan lain
2.	 Mengakses sumber daya:
a.	 perusahaan swasta,
b.	 pemerintah daerah,
c.	 USRI, SLBM, Pamsimas,
d.	 RT, RW, LKMK, BKK,
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
29
e.	 warga,
f.	 pengusaha/pedagang local
3.	 Melihat antusiasme dan setelah berdiskusi dengan Pokja STBM Kelurahan dan masyarakat, High
FivemengundangPIRAC(PublicInterestResearchandAdvocacyCenter)untukmelatihPokjaSTBM
Kelurahan menggalang dukungan, baik finansial maupun dukungan lain. PIRAC adalah organisasi
dengan pengalaman luas dalam kegiatan fund raising, baik creative maupun conventional.
4.	 High Five dan PIRAC mendampingi penyusunan proposal oleh masyarakat (evaluasi proposal,
proses komunikasi, hasil)
Tips untuk Penggalangan Dukungan
•	 Membangun hubungan interpersonal yang informal dengan pemangku kepentingan memegang
peranan penting dalam menggalang dukungan
30
•	 Memberikan informasi mengenai kegiatan dan capaian-capaian secara berkala pada pemang-
ku kepentingan membuat mereka merasa dihargai dan penting dalam implementasi STBM
•	 Mengenali nilai-nilai dan kepentingan pemangku kepentingan, serta pembawa pesan yang te-
pat sangat membantu dalam membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan meng-
galang dukungan
•	 Menciptakan ruang bagi kontributor potensial untuk memutuskan kapan dan bagaimana mer-
eka akan berkontribusi, tetapi berikan informasi yang komprehensif dan gagasan mengenai
bagaimana dan kapan mereka dapat berkontribusi
•	 Keterlibatan SKPD dan pemangku kepentingan yang lain dalam kegiatan di masyarakat mem-
permudah pemahaman mereka mengenai pendekatan dan strategi program
A.1.3.5. Monitoring partisipatif
Lokakarya untuk membahas kondisi sanitasi dan higien berdasarkan hasil baseline survey dan data
dari berbagai SKPD juga mendorong orang untuk mengembangkan gagasan monitoring partisipatif.
Dalam pertemuan tersebut, banyak dibahas kemungkinan untuk menyatukan monitoring STBM den-
gan monitoring program yang sudah berlangsung, seperti monitoring STBM (di Makassar) atau Rumah
Sehat dan Survey Mawas Diri (di Surabaya). Di Surabaya, Bidan Kelurahan Wonorejo kemudian me-
masukkan pilar-pilar STBM dalam survey Mawas Diri
yang dilakukan tahun 2013. Senyampang menjajagi
integrasi monitoring STBM ke dalam monitoring yang
sudah berjalan, masyarakat berinisiatif untuk melak-
sanakan monitoring peningkatan praktik STBM, den-
gan kegiatan:
1.	 Lokakarya monitoring partisipatif di kelurahan
a.	 Membahas kegiatan yang sudah dilak-
sanakan
b.	 Cita-cita atau harapan yang ingin dicapai me-
lalui kegiatan-kegiatan tersebut
c.	 Bagaimana mengetahui apakah cita-cita itu
sudah tercapai?
i.	 Metode-metode yang mungkin di-
gunakan untuk melihat perubahan
perilaku (observasi, wawancara, partisi-
pasi dalam kerja bakti, dll)
ii.	 Indikator-indikator perubahan perilaku
lima pilar
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
31
d.	 Menyusun item-item pertanyaan dan observasi atau mengkaji form wawancara dan observasi
yang sudah disusun sebelumnya
e.	 Penjelasan tentang motivational interview
f.	 Simulasi antar partisipan
g.	 Uji coba di lapangan (terbagi dalam kelompok yang bergantian menjadi pewawancara dan pen-
gamat wawancara, sehingga masing-masing mendapat kesempatan untuk mewawancarai dan
memberi masukan untuk rekannya)
h.	 Pembahasan pengalaman wawancara dan perbaikan form
i.	 Perasaan ketika melakukan wawancara dengan memotivasi
ii.	 Kesulitan dalam melakukan wawancara dan observasi
iii.	 Hal-hal yang mempermudah jalannya wawancara dan observasi
iv.	 Tanggapan responden terhadap motivational interview
v.	 Membuat kesepakatan dalam melakukan monitoring rumah tangga (jumlah rumah tangga
yang dimonitor tiap bulan, kapan dikumpulkan, tindak lanjut monitoring)
32
2.	 Implementasi awal: monitoring rumah tangga dilakukan selama dua bulan, setiap bulan diadakan
pertemuan tim monitoring untuk menganalisis hasil dengan cara sederhana (menanyakan pada
tiap anggota tim monitoring jumlah rumah tangga yang sesuai/tidak sesuai dengan indicator).
Hasil ini disajikan dalam pertemuan rutin Pokja STBM sebagai data untuk membuat perencanaan
kegiatan
3.	 Pelatihan data entry dan analisis
Dilakukan karena jumlah rumah tangga yang dimonitor semakin banyak sehingga agak sulit untuk
menghitung secara sederhana. Selain itu, anggota tim monitoring sangat antusias untuk bela-
jar bagaimana menganalisis data dengan menggunakan program SPSS. Di Surabaya, sanitarian
dari beberapa puskesmas juga mengikuti pelatihan ini. Hal-hal yang dibahas dalam pelatihan ini
adalah:
a.	 Pengalaman dalam melakukan monitoring kunjungan rumah
b.	 Diskusi tentang bagaimana data dapat digunakan sebagai alat advokasi (dalam bentuk
frekuensi atau persentase)
c.	 Penjelasan tentang program SPSS dan instalasi program SPSS ke dalam laptop atau com-
puter anggota tim monitoring
d.	 Penjelasan dan latihan tentang bagaimana membuat data frame (membuat kolom variable,
menentukan value, jenis data, dan lain-lain)
e.	 Penjelasan dan latihan memasukkan data dari form monitoring yang sudah terkumpul
f.	 Penjelasan dan latihan analisis sederhana (analisis deskriptif: frekuensi dan persentase,
membuat diagram untuk memudahkan pembacaan)
g.	 Latihan membaca hasil analisis dan presentasi
4.	 Pertemuan dengan pemangku kepentingan tingkat Kecamatan dan kota untuk membahas hasil
monitoring. Setelah enam bulan, High Five mengatur pertemuan untuk menyajikan kondisi tera-
khir peningkatan praktik STBM (hasil monitoring) di kelurahan kepada pemangku kepentingan
tingkat Kecamatan dan kota. Kesempatan ini digunakan untuk menggalang dukungan pemangku
kepentingan untuk implementasi STBM di kelurahan.
5.	 Pengenalan penulisan “the Most Significant Change” dan pembelajaran
a.	 Pembahasan tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan hasil (perubahan positif) yang
dicapai
b.	 Membuat alur tentang bagaimana hasil tersebut bisa dicapai
c.	 Identifikasi quick wins
d.	 Identifikasi siapa saja yang terlibat dan bagaimana perannya dalam alur menuju pencapa-
ian hasil
e.	 Identifikasi pembelajaran dalam pencapaian hasil
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
33
f.	 Mendorong anggota Pokja STBM Kelurahan menuliskan pengalaman pribadi mereka dalam
implementasi STBM (the Most Significant Change dan pembelajaran)
g.	 Berbagi hasil tulisan tersebut melalui media social dan membawanya ke kota lain
Kegiatan ini adalah cikal bakal dikembangkannya Jurnalisme Warga di program High Five
Tips untuk Monitoring Partisipatif
•	 Kunjungan rumah ketika melakukan monitoring memberikan kesempatan untuk menjelaskan pilar-
pilar STBM secara pribadi dan mengetahui praktik STBM di rumah sesuai dengan masalah yang di-
hadapi
•	 Motivational interview membantu warga (rumah tangga) untuk menyadari praktik sanitasi dan hi-
gien yang salah tanpa merasa digurui atau dipersalahkan
•	 Apresiasi terhadap praktik yang baik dalam monitoring rumah tangga membuat responden merasa
dihargai dan meningkatkan self-efficacy dalam mengubah praktik yang masih buruk
34
•	 Penggunaan bahasa sehari-hari dalam melakukan monitoring di masyarakat membuat respon-
den merasa nyaman dan setara dengan kader monitoring Pokja STBM Kelurahan
•	 Mengajak dan membimbing teman atau tetangga dalam melakukan motivational interview meru-
pakan cara efektif untuk menciptakan kader baru dan memperluas cakupan monitoring
A.2. Pemangku kepentingan tingkat kota
High Five sukses dalam mendorong kolaborasi pemangku kepentingan tingkat kota di Makassar, yang
menghasilkan implementasi program WASH terintegrasi di dua kelurahan percontohan (Rappokaling
dan Walawalaya). Proses yang dilalui adalah:
1.	 Workshop 1 implementasi STBM di perkotaan, membahas:
a.	 Kondisi air, sanitasi dan higien di kota Makassar
b.	 Institusi, organisasi dan program yang berkegiatan di isu air, sanitasi dan higien
c.	 Pemetaan jaringan pengaruh pemangku kepentingan dalam hal kebijakan, dana, dan komu-
nikasi
d.	 Rencana implementasi STBM di perkotaan
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
35
2.	 Workshop 2 pemaparan program dan kemungkinan integrasi
a.	 Pemaparan rencana dan anggaran sebagai konteks penerapan program terintegrasi (Bappeda
Kota Makassar, Kementerian Kesehatan)
b.	 Pemaparan program masing-masing institusi dan organisasi (High Five, Care International Indo-
nesia, USRI, Makassar Green and Clean, PDAM)
c.	 Tanggapan dari dinas dan instansi terkait (Dinas PU, Dinkes, Badan Pemberdayaan Perempuan,
Dinas Kebersihan, PDAM, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Bappeda Kota)
d.	 Kesepakatan tindak lanjut
3.	 Workshop 3 pembahasan Strategi Sanitasi Kota dan integrasi program
a.	 Penjelasan tentang Strategi Sanitasi Kota dan indikator pencapaiannya (Dinas PU, Dinkes)
b.	 Pembahasan tentang kriteria pemilihan kelurahan percontohan
c.	 Pemilihan kelurahan percontohan
d.	 Potensi integrasi program dari masing-masing institusi
e.	 Rencana aksi dan komitmen
4.	 Implementasi program
a.	 Penilaian partisipatif dan pemicuan oleh High Five
b.	 Rembug warga – rencana aksi dan pembentukan Pokja STBM Kelurahan Rappokaling dan Wala-
walaya
c.	 Pelatihan fasilitasi dan STBM untuk Pokja STBM Kelurahan Rappokaling dan Walawalaya
d.	 Lokakarya untuk membahas kondisi sanitasi dan higien kelurahan percontohan dan bagaimana
instansi dan dinas terkait dapat mengisi melalui programnya
5.	 Lokakarya Keberlanjutan Program STBM di Makassar
a.	 Pemaparan kondisi sanitasi dan higien kota Makassar oleh Walikota
b.	 Pemaparan kondisi sanitasi dan higien di Kelurahan Percontohan
c.	 Pemaparan rencana Pokja AMPL dan FJS untuk keberlanjutan
d.	 Pembahasan mengenai
i.	 kelembagaan dan kebijakan,
ii.	 evaluasi dan keberlanjutan kelurahan percontohan
iii.	 peran pemangku kepentingan untuk mendorong pengembangan program
iv.	 dukungan dana dan perluasan implementasi
Di kota Surabaya dan Medan, koordinasi antar anggota Pokja AMPL/Sanitasi masih kurang, sehingga
di dua kota tersebut High Five menguatkan kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan beberapa in-
stansi lain seperti BLHD (Badan Lingkungan Hidup daerah) dan Dinas Kebersihan (Medan); BBTKL
(Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan) dan USRI (Surabaya).
36
A.3. Pihak swasta
Dalam beberapa kegiatan implementasi program seperti pembangunan fasilitas STBM dan lomba TTG
STBM, High Five melibatkan beberapa pihak swasta. Salah satu dengan kontribusi terbesar adalah
Pundi Amal SCTV, yang menjadi sponsor utama Lomba TTG STBM. Pundi Amal SCTV juga berkontribusi
dalam pembangunan fasilitas di Surabaya dan Makassar, bahkan menyambungkan High Five dengan
kontributor potensial lain seperti SIKIB. Untuk membangun kolaborasi dengan pihak swasta, High Five
melakukan langkah-langkah berikut:
1.	 Identifikasi perusahaan swasta yang memiliki potensi untuk bekerja sama (kesamaan visi, nilai,
bukan perusahaan rokok atau susu formula, tidak keberatan dengan status High Five sebagai
penerima donor USAID, lokasi, dll).
2.	 Mengembangkan proposal, dengan mempertimbangkan manfaat yang didapatkan oleh pihak
swasta
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
37
38
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
39
40
3.	 Pertemuan 1:
a.	 Menjelaskan program
b.	 Menjelaskan proposal (budget, timeline, potensi kegiatan bersama)
c.	 Diskusi untuk klarifikasi persepsi dan bagaimana masing-masing pihak bisa saling mengisi
4.	 Pelibatan pihak swasta dalam beberapa kegiatan High Five untuk meningkatkan pemahaman
mereka mengenai pendekatan dan metode yang digunakan
5.	 Pertemuan lanjutan untuk membahas secara rinci:
a.	 kesepakatan tindakan dan rencana tindak
b.	 pembagian peran dan tanggung jawab
6.	 Implementasi (sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang sudah dijelaskan sebelumnya)
7.	 Hasil
8.	 Evaluasi partisipatif (dilakukan dua kali: (1) dengan warga masyarakat, (2) dengan pihak swasta
yang berkontribusi)
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
41
Penutup
Model ini menggambarkan proses dinamis perubahan sosial. Katalis atau pemancing sangat diperlukan
untuk mendorong dialog komunitas. Pengalaman High Five menunjukkan bahwa katalis perlu diciptakan
sepanjang program berjalan supaya dialog komunitas dapat berlangsung terus menerus. Yang dimaksud
dengan komunitas di sini bukan hanya komunitas warga masyarakat, tetapi juga komunitas pemangku ke-
pentingan tingkat kota dan komunitas lain. Dalam pengalaman High Five, dialog tidak hanya perlu dilaku-
kan dalam satu komunitas tertentu, tetapi akan lebih efektif bila terjadi antar komunitas. Sebagaimana
dijelaskan, dialog komunitas juga bukan hanya dilakukan di awal program, tetapi diulang di tiap kegiatan
untuk memastikan bahwa proses dalam setiap kegiatan bersifat partisipatif, sesuai dengan kemauan ko-
munitastanpa meninggalkan tujuan besar. Hal tersebut penting untuk mendapatkan komitmen dari mer-
eka untuk melaksanakan kesepakatan yang dibuat dan mencapai cita-cita bersama, yaitu peningkatan
praktik STBM di komunitas.
Hasil dari intervensi komunikasi untuk perubahan social (dialog komunitas dan aksi bersama), menurut
Figueroa, dapat dikenali di tingkat individu dan komunitas. Di tingkat individu atau rumah tangga, pe-
rubahan yang terlihat adalah:
1.	 Meningkatnya keterampilan Pokja STBM Kelurahan (memfasilitasi dan memicu, bercerita dan
menuliskan cerita, melakukan penggalangan dukungan, membangun fasilitas STBM)
2.	 Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat berkaitan dengan STBM, termasuk
pengetahuan tentang opsi teknologi STBM (seperti pengolahan limbah cair dan sampah), norma
yang terkait STBM (jamban dengan tangki septik mulai menjadi norma)
3.	 Meningkatnya kepercayaan diri dan self-efficacy, bahwa masyarakat mampu untuk meningkatkan
praktik STBM
4.	 Meningkatnya pengaruh social dan advokasi personal di antara warga
Di tingkat komunitas, muncul pemimpin-pemimpin baru yang berasal dari berbagai kalangan masyara-
kat, keterlibatan yang lebih dalam dalam perencanaan dan implementasi program dan terbuka bagi
masyarakat luas dari berbagai kalangan, keterbukaan informasi (tidak hanya dimiliki tokoh masyarakat
dan kader), kepercayaan diri sebagai komunitas dan community efficacy, serta rasa memiliki dan kohesi
sosial. Hasil lain yang dikenali adalah terjadinya horizontal diffusion di dalam komunitas.
Peningkatan ini diharapkan membawa dampak secara luas dan menjamin keberlanjutan STBM di kota.
42
Implementasi STBM Di Perkotaan
Ala High Five ( 2011 - 2014 )
43
Note :
STBM Perkotaan Model High Five

More Related Content

Similar to STBM Perkotaan Model High Five

Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianPanduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianAbdul Kohar
 
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang InovatifLAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang InovatifTri Widodo W. UTOMO
 
PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptx
PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptxPEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptx
PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptxdipoanugerahramadhan
 
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014ESP Indonesia
 
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN TV Desa
 
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriRoad Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriJoy Irman
 
Materi Sosialisasi SE FKP 2022.pdf
Materi Sosialisasi SE FKP 2022.pdfMateri Sosialisasi SE FKP 2022.pdf
Materi Sosialisasi SE FKP 2022.pdfazizah612202
 
Tahapan Advokasi dalam Program PPSP
Tahapan Advokasi dalam Program PPSPTahapan Advokasi dalam Program PPSP
Tahapan Advokasi dalam Program PPSPinfosanitasi
 
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...khoiril anwar
 
Azas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Azas dan Prinsip Pengembangan MasyarakatAzas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Azas dan Prinsip Pengembangan MasyarakatLusia Komala Widiastuti
 
agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx
agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptxagenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx
agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptxermakusumaning
 
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationCommunity Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationSketchpowder, Inc.
 
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi PermukimanPengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Prosiding 080827 media_komunikasi
Prosiding 080827 media_komunikasiProsiding 080827 media_komunikasi
Prosiding 080827 media_komunikasiKarepmu Sembarang
 
Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra
Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra
Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra Zulhamdi AnWar SinaGa
 
Implementasi program corporate social responsibility (csr)
Implementasi program corporate social responsibility (csr)Implementasi program corporate social responsibility (csr)
Implementasi program corporate social responsibility (csr)Heru Suprapto
 
Progress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Progress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi BaratProgress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Progress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi BaratMuh Saleh
 

Similar to STBM Perkotaan Model High Five (20)

Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasianPanduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
Panduan fasilitasi musrenbang pengintegrasian
 
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang InovatifLAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
 
PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptx
PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptxPEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptx
PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN BERKEADILAN.pptx
 
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
Peta Jalan (Road Map) Sanitasi 2010 2014
 
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
Uclg aspac melokalkan sd gs tpb tv desa 06 oct 2020 | PAPARAN KADES IWAN
 
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) MandiriRoad Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Road Map Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
 
Materi Sosialisasi SE FKP 2022.pdf
Materi Sosialisasi SE FKP 2022.pdfMateri Sosialisasi SE FKP 2022.pdf
Materi Sosialisasi SE FKP 2022.pdf
 
Tahapan Advokasi dalam Program PPSP
Tahapan Advokasi dalam Program PPSPTahapan Advokasi dalam Program PPSP
Tahapan Advokasi dalam Program PPSP
 
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
Arah Strategis Percepatan Penanggulagnan Kemiskinan berdasarkan Inpres 1 dan ...
 
Azas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Azas dan Prinsip Pengembangan MasyarakatAzas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Azas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
 
KAMPANYE PR
KAMPANYE PRKAMPANYE PR
KAMPANYE PR
 
agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx
agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptxagenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx
agenda pembahasan 6-8 Committee on World Food SecurityCFS.pptx
 
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning DocumentationCommunity Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
Community Action on Harm Reduction: A Learning Documentation
 
BORDA Blitz
BORDA BlitzBORDA Blitz
BORDA Blitz
 
Ssk final pokja
Ssk final pokjaSsk final pokja
Ssk final pokja
 
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi PermukimanPengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
Pengumpulan Data Primer Sanitasi Permukiman
 
Prosiding 080827 media_komunikasi
Prosiding 080827 media_komunikasiProsiding 080827 media_komunikasi
Prosiding 080827 media_komunikasi
 
Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra
Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra
Proposal PLPBK Desa suka Makmur terhadap calon Mitra
 
Implementasi program corporate social responsibility (csr)
Implementasi program corporate social responsibility (csr)Implementasi program corporate social responsibility (csr)
Implementasi program corporate social responsibility (csr)
 
Progress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Progress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi BaratProgress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Progress Program ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
 

More from abby ati

Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...
Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...
Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...abby ati
 
High Five program: final report (2011-2014)
High Five program: final report (2011-2014)High Five program: final report (2011-2014)
High Five program: final report (2011-2014)abby ati
 
Memperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalan
Memperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalanMemperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalan
Memperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalanabby ati
 
Household water treatment and safe storage: from household chores to national...
Household water treatment and safe storage: from household chores to national...Household water treatment and safe storage: from household chores to national...
Household water treatment and safe storage: from household chores to national...abby ati
 
The learning partnership manila pdf
The learning partnership manila pdfThe learning partnership manila pdf
The learning partnership manila pdfabby ati
 
Making waves against the norm
Making waves against the norm Making waves against the norm
Making waves against the norm abby ati
 

More from abby ati (6)

Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...
Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...
Husbands knowledge: it's role in making wife's health-seeking behaviours in c...
 
High Five program: final report (2011-2014)
High Five program: final report (2011-2014)High Five program: final report (2011-2014)
High Five program: final report (2011-2014)
 
Memperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalan
Memperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalanMemperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalan
Memperbaiki perilaku sanitasi dan higien di perkotaan: Mengejar ketertinggalan
 
Household water treatment and safe storage: from household chores to national...
Household water treatment and safe storage: from household chores to national...Household water treatment and safe storage: from household chores to national...
Household water treatment and safe storage: from household chores to national...
 
The learning partnership manila pdf
The learning partnership manila pdfThe learning partnership manila pdf
The learning partnership manila pdf
 
Making waves against the norm
Making waves against the norm Making waves against the norm
Making waves against the norm
 

Recently uploaded

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 

Recently uploaded (8)

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 

STBM Perkotaan Model High Five

  • 1.
  • 2.
  • 3.
  • 4. 4 DAFTAR ISI Kata pengantar 6 Model Implementasi STBM di Perkotaan 10 Dialog Komunitas dan Aksi Bersama 17 A.1. Masyarakat 18 A.2. Pemangku kepentingan tingkat kota 34 A.3. Pihak swasta 36 Penutup 41
  • 5.
  • 6. 6 Kata Pengantar Setelah berkutat dalam perencanaan dan penerapan strategi peningkatan praktik higien dan sanitasi selama tiga tahun, High Five berkesempatan untuk berbagi pengalaman di akhir program.Alhamdulilah, puji Tuhan. Dalam merencanakan dan menerapkan strategi, High Five secara berkala melakukan pemantauan dan pengkajian kembali dengan melihat proses dan hasil di setiap kegiatan, yang kemudian digunakan sebagai masukan untuk merancang kegiatan selanjutnya. Kemauan untuk belajar dan berkembang menjadi modal yang penting dalam meningkatkan keefektifan strategi dan penerapannya.Tidak hanya sendiri, para mitra yang bekerja bersama High Five pun memiliki kemauan tersebut. Pokja STBM Kelurahan, Pokja AMPL/Sanitasi rekan-rekan jurnalis, mitra swasta, LSM dan organisasi kemasyarakatan lain di tiga kota, serta mitra-mitra dari pemerintah dan swasta di tingkat nasional, semua memiliki peran besar dalam mendukung peningkatan strategi High Five dan bagaimana menerapkannya dengan keterlibatan penuh, masukan yang berharga dan kemauan untuk terus maju. Model implementasi STBM di perkotaan yang dikembangkan oleh High Five dan dibagikan kepada Anda tentu saja masih jauh dari sempurna, tetapi paling tidak menjadi langkah awal yang diharapkan akan memicu langkah-langkah berikutnya. Untuk itu, High Five berterima kasih kepada: 1. rekan-rekan Pokja STBM Kelurahan yang dengan semangat tinggi berupaya untuk membangun kelurahannya, 2. SKPD dan instansi/organisasi yang terlibat dalam Pokja AMPL/Sanitasi dengan upaya yang kuat untuk melakukan kolaborasi dan koordinasi lintas sector di Makassar, Surabaya dan Medan, 3. Pokja AMPL, Sekretariat STBM Nasional dan jaringannya, 4. Kementerian Kesehatan,
  • 7. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 7 5. Kementerian Pekerjaan Umum, 6. Bappenas, 7. Pundi Amal SCTV 8. USAID sebagai mitra penyandang dana 9. Pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu High Five sungguh berharap upaya peningkatan praktik sanitasi dan higien terus dilakukan sehingga tercapai masyarakat sehat yang adil dan makmur. Salam kami, Tim High Five
  • 8. 8 Diare masih merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia di tahun 2011. Salah satu sebabnya adalah praktik higien dan sanitasi --yang terbukti mengurangi risiko diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya-- belum menjadi kebiasaan di rumah tangga dan komunitas. Dengan dana dari USAID, YCCP bersama JHU/CCP mengembangkan High Five, program yang ber- tujuan untuk meningkatkan perilaku higien dan sanitasi rumah tangga dan komunitas. Program ini ditujukan untuk mendukung strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang menekankan perubahan perilaku higien dan sanitasi pada lima pilar: (i) stop buang air besar sembarangan, (ii) cuci tangan pakai sabun, (iii) pengelolaan air minum dan makanan yang aman, (iv) pengelolaan sampah, dan (v) pengelolaan limbah cair rumah tangga yang aman. STBM sangat kaya pengalaman dari penerapan strateginya di daerah pedesaan karena lebih banyak diimplementasikan di sana; High Five merupakan salah satu program yang mengawali penerapan STBM di masyarakat perkotaan. Untuk mencapai tujuan besar tersebut, High Five menerapkan strategi yang menjamin bahwa imple- mentasi program berlangsung secara TOTAL dan BERBASIS MASYARAKAT: 1. pemrograman partisipatif, 2. kemitraan inovatif 3. pengarusutamaan STBM. Peningkatan praktik STBM yang layak tidak hanya tergantung pada individu dan rumah tangga yang menjadi sasaran perubahan kebiasaan dalam san- itasi dan higien saja. Peran sistem dalam proses perubahan tersebut juga perlu diperhatikan. Fak- ta ini lah yang membuat High Five mengembang- kan kemitraan inovatif. Misalnya dengan men- gajak jurnalis untuk tidak hanya meliput, tetapi terlibat aktif dalam diskusi-diskusi perencanaan implementasi STBM di perkotaan. Berita tentang kondisi sanitasi dan higien yang kemudian muncul sebagai hasil keterlibatan mereka merupakan in- strument ampuh yang mempengaruhi pemangku kepentingan di kota untuk menempatkan pening- katan praktik STBM sebagai prioritas pembangu- nan. Tak hanya itu, berita-berita tersebut memba- wa pemahaman individu dan masyarakat bahwa perubahan perilaku STBM yang layak merupakan isu penting di tingkat kota, nasional, bahkan du- nia.
  • 9. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 9 Pelibatan pemangku kepentingan –dari warga masyarakat sampai pejabat pemerintah dan swasta-- dalam mengembangkan rencana implementasi program menjadi simpul ikatan mereka terhadap STBM, yang berujung dukungan pada program sesuai dengan kapasitas, tugas dan fungsi mereka. Karena itu, kegiatan program dari perencanaan sampai evaluasi perlu dilakukan secara partisipatif. Kemitraan demikian menciptakan sistem dan lingkungan yang mendukung implementasi STBM. Kemi- traan inovatif pun menjadi strategi andalan untuk menyediakan fasilitas yang aman dan layak. Kebutu- han akan fasilitas STBM timbul secara alami setelah masyarakat sadar dan menempatkan perilaku STBM sebagai norma. Untuk itu lah High Five memperkenalkan teknologi-teknologi untuk fasilitas STBM dan membuka ruang dialog untuk memastikan jaringan antara komunitas dengan pemangku kepentingan lain, seperti pemerintah kota, (termasuk program-program yang berkegiatan dalam penyediaan fasilitas sanitasi) lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan swasta sebagai langkah untuk men- jamin keberlanjutan upaya peningkatan praktik STBM. Pada pelaksanaannya, promosi dan advokasi praktik STBM pada individu dan rumah tangga di komunitas berjalan secara simultan dan saling menguatkan dengan promosi dan advokasi STBM pada pemangku kepentingan lain untuk mendapatkan dukungan penerapan program, sekaligus untuk mempercepat dan memperluas upaya perubahan perilaku STBM di kota, mengarusutamakan STBM dalam berbagai pro- gram dan kegiatan pemangku kepentingan. Meski beberapa masalah terkait sanitasi dan higien yang belum terurai dan terselesaikan, kemitraan ino- vatif dan pemrograman partisipatif yang dilakukan High Five menjadi benih yang bertunas dengan baik. • Di kota Makassar, para jurnalis yang tergabung dalam Forum Jurnalis Sanitasi secara reguler memberi- kan pelatihan jurnalisme warga dan melakukan advokasi pada walikota. • Di Surabaya dan Medan, Dinas Kesehatan Kota berinisiatif melakukan pelatihan STBM dengan men- gundang tim High Five sebagai pelatih. Dengan demikian, sanitarian, bidan desa dan kader memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan STBM di wilayah binaan mereka. • Penerapan STBM yang awalnya hanya berfokus pada satu pilar (Stop BABS), kini sudah mulai meram- bah kesemua pilar. • Pemangku kepentingan dari berbagai tingkat dan kalangan dapat menerima STBM dengan baik untuk diterapkan di wilayah perkotaan, setelah bertahun-tahun hanya berfokus di wilayah perdesaan. • Masyarakat sekarang memandang penampungan tinja yang septik sebagai hal yang penting dalam membangun jamban. • Berbagai opsi teknologi STBM semakin banyak dikenalkan. Opsi fasilitas pilar 1 sekarang memiliki lebih banyak opsi jamban dan tangki septik, seperti tripikon S dan ABF, yang dapat dipilih sesuai untuk kondisi daerah. Bahkan opsi teknologi untuk pilar lain pun sekarang mulai dijaring dan dikenalkan melalui Lomba Teknologi Tepat Guna. • Pokja STBM Kelurahan Petemon mendapatkan dukungan dana sebesar 67 juta dari Pundi Amal SCTV sebagai dana bergulir kredit jamban dengan tangki septik bagi masyarakat.
  • 10. 10 Model Implementasi STBM di Perkotaan Selama tiga tahun berjalan, High Five mendokumentasikan pengalaman dari penerapan strategi dan rencana program di kota Medan, Surabaya dan Makassar, yang masing-masing memiliki karakteristik yang unik. Berbagai modifikasi dan perbaikan terhadap rencana awal dilakukan sepanjang program berjalan dan dicatat untuk mengembangkan model implementasi STBM di perkotaan. Tujuan strategis dan hasil antara High Five tak hanya mengutamakan peningkatan praktik STBM, tetapi juga mengarah pada komunitas yang berdaya dan sadar STBM demi keberlanjutan. Meskipun tidak disusun berdasarkan kerangka kerja “Communication for Social Change” yang disajikan oleh Figueroa, et. al. (2002), kerangka kerja ini sangat pas digunakan menganalisis pengalaman implementasi STBM di perkotaan yang dilakukan oleh High Five.
  • 11. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 11
  • 12. 12 Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam penerapan strategi dan program, berdasarkan pengalaman High Five, adalah bagaimana menemukan atau menciptakan pancingan untuk mendorong dialog komunitas. Seringkali orang berpikir bahwa komunitas dapat melakukan dialog secara spontan tanpa adanya pancingan, sehingga melupakan pentingnya menemukan atau menciptakannya dalam pengembangan komunikasi. Implementasi STBM yang dilakukan High Five menunjukkan bahwa panc- ingan bukan hanya berfungsi sebelum atau di awal program untuk memulai proses perubahan, tetapi juga selama program berjalan. Pancingan-pancingan ini kemudian mendorong lebih jauh keterlibatan komunitas, serta memperluas dan memperdalam penerapan STBM. Dalam tiga tahun berjalannya program, High Five menemukenali beberapa hal yang menjadi pancin- gan dalam proses perubahan sosial yang diupayakan: 1. Stimulus internal • Banjir, selokan tersumbat, sampah bertumpuk dan sering berjangkitnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan dengue menjadi peristiwa internalyang memicu masyarakat un- tuk membicarakanurusan sanitasi dan higien. • Meskipun isu yang dibicarakan kurang lebih sama dengan masyarakat, pemangku kepentin- gan tingkat kota lebih banyak menggunakan istilah-istilah yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi mereka:tingginya angka kematian balita akibat diare dan target MDGs 7c: menin- gkatkan akses sanitasi yang layak pada separuh populasi. • Secara spesifik di Makassar, visi untuk menjadi “kota dunia” menjadi pancingan untuk mem- perbaiki kondisi sanitasi dan higien di sana. 2. Agen perubahan Di awal program, fasilitator High Five merupakan agen perubahan eksternal yang mengajak dis- kusi tentang isu STBM untuk mendorong masyarakat menginisiasi aksi bersama.Dalam perjalanan waktu, agen-agen perubahan secara alami bermunculan dan aktif mengajak komunitas untuk mengubah praktik STBM menjadi layak dan/atau melakukan aksi bersama. • Dimasyarakat: o Pokja STBM Kelurahan yang terdiri dariibu-ibu dan bapak-bapak warga masyarakat, kader-kader posyandu, penggiat Karang Taruna, pengurus Majelis Taklim, anggota LPM/ BKM, dan sebagainya o Anak-anak yang telah terpapar informasi tentang praktik STBM yang layak mengajak orang tua dan keluarganya o Guru sekolah dan PAUD
  • 13. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 13 • Di tingkat kota: o High Five menemukan agen perubahan untuk menggerakkan koordinasi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan.  Di Makassar, Pak Imbang Muryanto dari Dinas Pekerjaan Umum menjadi motor uta- ma Pokja AMPL Makassar, terutama dalam menggagas dan mengupayakan integrasi program antar pemangku kepentingan untuk diimplementasikan di kelurahan percon- tohan.  Di Surabaya, Ibu Nur Ilmiah dari Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota memperluas implementasi STBM ke seluruh kelurahan dengan memberikan pelati- han fasilitasi dan pilar-pilar STBM pada sanitarian semua Puskesmas di kota Surabaya, serta mendorong Sekretaris Kota untuk mengeluarkan surat edaran pembangunan jamban aman dan sehat.
  • 14. 14 3. Inovasi atau hal-hal baru Komunitas-komunitas di tingkat kelurahan dan kota tergerak untuk lebih aktif dalam menerapkan STBM karena pengetahuan, keterampilan dan baru yang mereka temukan. • Pokja STBM Kelurahan: o Keterampilan fasilitasi dan pendekatan eklektik (penggunaan metode positive deviance, appreciative inquiry dan problem-focused approach sesuai dengan konteksnya) meru- pakan pendekatan baru untuk mendorong perubahan di masyarakat, karena berbeda dengan metode penyuluhan yang biasa dilakukan. o Monitoring partisipatif dengan mengunjungi rumah tangga untuk memantau sekaligus memotivasi rumah tangga untuk melakukan praktik STBM yang layak (termasuk keter- ampilan memasukkan dan menganalisis data secara sederhana dengan program SPSS) membuat warga mulai berdiskusi tentang STBM, bahkan banyak yang tertarik untuk ikut serta melakukan monitoring partisipatif. o Teknologi fasilitas STBM, seperti kolam sanita untuk pengolahan limbah cair, tripikon S dan ABF untuk jamban sehat dan aman, menjadi insiprasi bagi warga untuk mem- bangun dan memanfaatkannya untuk mendukung praktik STBM di rumah tangga atau komunitas mereka. o Lomba bercerita tentang pengalaman mengamalkan STBM menjadi hit di antara warga, dan mendorong mereka untuk terus menerus berbagi pengalaman menerapkan STBM kepada orang lain. Bapak Dinar, yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam kegiatan STBM menjadi tertarik untuk berpartisipasi setelah sebelumnya mengikuti lomba ber- cerita dalam seri kegiatan “kampung sehat, kampung STBM” di Makassar. o Keterampilan dan pengetahuan penggalangan dukungan menjadi salah satu hal yang membuat warga semakin bersemangat untuk menjalankan STBM di kelurahannya. o Kegiatan jurnalisme warga (citizen journalism) adalah daya tarik utama bagi remaja dan pemuda di kelurahan Petemon dan Wonorejo Surabaya untuk terlibat dalam keg- iatan STBM. Semula mereka lebih sering menghabiskan waktu di luar kelurahan dengan kepedulian minimum terhadap kondisi kampung tempat tinggalnya, tetapi ketertarikan mereka untuk mengikuti pelatihan jurnalisme warga membawa mereka aktif meng- abarkan isu terkait STBM melalui media sosial dan buletin. • Lomba Teknologi Tepat Guna menjadi topic pembahasan hangat dalam Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional 2013 di Jakarta, terutama dengan pameran mock- up teknologi tepat guna dari finalis Lomba tersebut.
  • 15. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 15
  • 16. 16 4. Kebijakan Kebijakan yang menjadi pijakan bagi komunitas baik di tingkat masyarakat maupun pemangku kepentingan di tingkat kota untuk bergerak dalam meningkatkan praktik STBM yang layak. • Kepmenkes 852/2008 tentang strategi nasional STBM yang dikeluarkan oleh Menteri Kese- hatan Republik Indonesia, yang sekarang diperbaharui menjadi Peraturan Kementerian Kes- ehatan no. 3/2014, terutama bagi jajaran Kementerian Kesehatan, dari tingkat pusat sampai Puskesmas (Sanitarian) dan Kelurahan (Bidan Kelurahan). • Keputusan Deputi bidang sarana dan prasarana Bappenas no. Kep. 06/D.VI/04/2011 tentang pembentukan Kelompok Kerja AMPL atau Sanitasi, dan kebijakan yang mensyaratkan penyu- sunan Strategi Sanitasi Kota bagi pemangku kepentingan di tingkat kota untuk berkoordinasi dengan intensif dan berkolaborasi dalam pembangunan sanitasi perkotaan. • Surat edaran Sekretaris Kota untuk pembangunan jamban di kota Surabaya mendorong ma- syarakat untuk memenuhinya. 5. Ketersediaan Teknologi • Di beberapa daerah, seperti kelurahan Tallo di Makassar yang terletak di area pasang surut, membangun jamban sehat dan aman menjadi masalah baru yang dihadapi ketika warga mulai sadar STBM, karena ketiadaan teknologi tangki septik yang sesuai untuk dipasang di sana. Ketika High Five memperkenalkan Tripikon S dan AFB (anaerobic fluidized bed) sebagai pilihan teknologi tangki septik untuk area pasang surut, warga merasa terbantu dan bersedia untuk membangun jamban pribadi untuk disambungkan dengan tangki septik komunal yang diban- gun bersama dengan High Five. • Teknologi yang tersedia menjadi tak bermakna bila tak dapat dijangkau masyarakat. Kredit lunak untuk membangun jamban pribadi pun yang dikenalkan oleh APSANI melalui ibu Niek Paidi di kelurahan Wonorejo Surabaya menjadi salah satu kesempatan pada warga untuk men- gakses teknologi sanitasi dan meningkatkan kualitas akses fasilitas sanitasi menjadi sehat dan aman. • Mesin pencacah kompos kontribusi dari Dinas Kebersihan Medan menjadi inspirasi bagi warga Kota Bangun Medan mengolah sampah dan memproduksi kompos untuk dijual 6. Media massa dan media sosial High Five bermitra dengan jurnalis yang kemudian secara aktif terlibat dalam kegiatan implemen- tasi STBM, terutama memberitakan hal-hal terkait STBM. Kegiatan jurnalis asuh, dimana jurnalis professional membimbing warga masyarakat untuk menulis berita dan memotret, menghasilkan Pokja STBM Kelurahan dan pemangku kepentingan lain untuk menggunakan media sosial Face- book sebagai saluran berbagi berita dan cerita melampaui batasan ruang, dan saling menginspi- rasi antar mereka.
  • 17. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 17 Dialog Komunitas dan Aksi Bersama Dialog komunitas biasanya berlangsung karena adanya pancingan. Pengalaman High Five dalam mendo- rong dialog komunitas --baik masyarakat, pemangku kepentingan tingkat kota, maupun pihak swasta-- menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk masing-masing komunitas tidak berbeda jauh. Yang lebih penting lagi, proses ini dilakukan tidak hanya satu kali, tetapi berkali-kali selama program ber- jalan. Bahkan bisa dibilang untuk tiap kegiatan, proses tersebut dilakukan dari langkah pertama, yaitu penyadaran terhadap masalah.
  • 18. 18 A.1. Masyarakat A.1.1. Penilaian Partisipatif Ketika memulai penerapan program di masyarakat, High Five mengajak masyarakat untuk melakukan penilaian partisipatif yang terdiri dari tiga kegiatan: 1. Pemetaan sosial 2. Susur kampung dan pemicuan lima pilar 3. Diskusi tentang norma masyarakat dan alur penularan penyakit diare
  • 19. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 19 Tiga kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mengenali masalah di lingkungan secara umum. High Five melakukan penilaian partisipatif pada beberapa kelompok masyarakat berdasarkan wilayah (RT/RW/ Lingkungan). Tips untuk melakukan penilaian partisipatif 1. Dilakukan secara terpisah untuk kelompok ibu, bapak, remaja dan anak àMembuka kesempatan untuk memberikan pendapat, mengurangi bias karena kecenderungan paternalisme, lebih mudah ditangani terutama ketika susur kampong karena lahan sempit dan pengaturan waktu. 2. Dilakukan dengan menggunakan kertas plano à Karena kesulitan menemukan arena untuk meng- gambarkan kondisi wilayah sebagaimana di area pedesaan, High Five menggunakan kertas plano untuk menggambarkan peta wilayah. Lebih mudah, lebih praktis dan bisa disimpan sebagai data untuk keperluan monitoring. 3. Penggunaan VIC tools (kamera, gambar-gambar, foto) dalam penilaian partisipatif membuat ke- giatan lebih menarik. Untuk penggunaan kamera dan foto, hasilnya dapat menjadi bahan untuk monitoring dan evaluasi. 4. Tidak hanya mengenali area/rumah yang jorok, tetapi juga datang ke area/rumah yang kondisi sani- tasinya baik meskipun berasal dari kelompok SES yang samaàMinta untuk melakukan wawancara bila pemilik rumah bisa ditemui, untuk menggali sebab-sebab mengapa rumah tersebut lebih baik/ bersih dari rumah-rumah lain. A.1.2. Rembug Warga Kelurahan Hasil dari penilaian partisipatif masing-masing kelompok menjadi data untuk melakukan rembug warga kelurahan: • Membahas cita-cita atau harapan untuk masa depan, • Menilai kondisi terkini wilayah sekitar tempat tinggal secara lebih objektif berdasarkan hasil pe- nilaian partisipatif dari beberapa kelompok, • Membicarakan pilihan-pilihan penyelesaian masalah. Rembug warga dihadiri oleh perangkat kelurahan, tokoh masyarakat dan warga dari berbagai wilayah ke- lurahan tersebut. Hasil rembug warga berupa rencana tindak, terdiri dari kegiatan-kegiatan yang biasanya dapat dipilah menjadi beberapa kategori: (1) peningkatan kapasitas, (2) komunikasi dan advokasi untuk perubahan perilaku, (3) peningkatan akses STBM secara partisipatif, (4) monitoring partisipatif, dan (5) penggalangan dukungan. Penyusunan rencana tindak dilanjutkan dengan pembagian peran dan tanggung jawab. Dalam program
  • 20. 20
  • 21. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 21 High Five, ketika ini lah muncul gagasan warga untuk membuat Kelompok Kerja STBM Kelurahan se- bagai penanggung jawab jalannya implementasi STBM di kelurahan itu. Anggota dan pengurus Pokja STBM kelurahan dipilih secara terbuka dan kemudian disahkan dengan Surat Keputusan Lurah. Keuntungan membentuk Pokja STBM Kelurahan Kelompok kerja beranggotakan warga dari berbagai kelompok dengan minat dan tujuan yang sama mempermudah implementasi STBM di masyarakat: – memperkuat kepedulian dan kemauan untuk bekerja sukarela meningkatkan kualitas sanitasi dan higien karena tahu ada warga lain yang memiliki kepedulian dan kemauan yang sama, – koordinasi antar warga yang peduli dan memberi wadah untuk berkiprah dengan tujuan dan agenda kegiatan yang jelas (rencana tindak), – memberikan “otoritas” untuk membagikan pengetahuan dan berkegiatan di masyarakat terkait
  • 22. 22 isu sanitasi dan higien, – mempercepat proses dengan menjadi agen perubahan di berbagai kelompok asalnya – menjadi mentor bagi warga lain yang ingin terlibat dalam implementasi STBM A.1.3 Implementasi Rencana Tindak Dalam pelaksanaan rencana tindak, setiap kegiatan, termasuk peningkatan kapasitas, selalu melalui langkah berikut: (1) menggali kondisi terkait isu tersebut, (2) memahami persepsi para pemangku ke- pentingan, (3) mengingatkan kembali pada cita-cita bersama, (4) menentukan tujuan kegiatan secara spesifik, (5) mendiskusikan pilihan-pilihan yang mungkin untuk dilakukan, (6) menyepakati tindakan yang akan dilakukan, (7) membagi peran dan tanggung jawab, (8) pelaksanaan, (9) evaluasi proses dan hasil serta pembahasan pembelajaran. A.1.3.1 . Peningkatan Kapasitas Seni dan teknik dasar fasilitasi dan pilar-pilar STBM merupakan dua keterampilan dasar yang perlu di- miliki oleh fasilitator STBM, termasuk Pokja STBM Kelurahan. Sepanjang implementasi program, High Five mendiskusikan keterampilan yang perlu dimiliki oleh Pokja STBM Kelurahan atau pun pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kapasitas dan menguatkan kinerja dalam pencapaian tujuan. Kegiatan peningkatan kapasitas yang dilaksanakan selama program High Five berjalan: • Pelatihan komunikasi dan advokasi perubahan perilaku STBM – Seni dan teknik fasilitasi dasar – VIC tool – Pemicuan – Pelatihan advokasi (Netmap dan spitfire) • Pelatihan pilar-pilar STBM: – Pelatihan pengolahan sampah – Pelatihan PAMMRT – Pelatihan pembuatan kolam sanita sederhana – Pelatihan pembuatan bioball dari bahan lokal • Experiential learning dan cross-visit – bank sampah, pengolahan limbah cair rumah tangga • Lokakarya monitoring partisipatif (pengambilan data, motivational interview, data entry dan anal- ysis) • Pelatihan jurnalistik warga dan program “Jurnalis Asuh” • Pelatihan penggalangan sumber daya
  • 23. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 23
  • 24. 24 Tips untuk Peningkatan Kapasitas • Isi dan metode penyampaian materi pelatihan disesuaikan dengan melakukan diskusi dengan pe- mangku kepentingan di tiap kota, sehingga relevan dengan kebutuhan dan kepentingan mereka • Membungkus pelatihan dengan metode aktif-kreatif dan menyenangkan, disertai dengan praktik sederhana sesuai dengan pengalaman sehari-hari membuat partisipan memandang keterampilan yang dipelajari relevan dan mudah dilakukan • Pelibatan dinas-dinas atau pemerintah kota dalam melakukan peningkatan kapasitas membawa dampak positif pada pelatihan: (1) meningkatkan kepercayaan partisipan bahwa keterampilan tersebut memang dibutuhkan untuk pengembangan sanitasi kota, (2) mempercepat proses scal- ing up ke tingkat kota, (3) membuka ruang dialog antara masyarakat dan pemerintah kota dengan posisi yang setara A.1.3.2. Komunikasi dan advokasi untuk perubahan perilaku STBM Berdasarkan pengalaman High Five, promosi praktik STBM yang layak belum menjamin perubahan perilaku, baik di tingkat individu, rumah tangga maupun masyarakat. Terlebih lagi, tujuan High Five adalah membangun norma STBM di masyarakat yang tak hanya terkait dengan sanitasi dan higien saja, tetapi juga lebih pada pewujudan masyarakat yang berdaya. Advokasi, yang diartikan sebagai upaya mempengaruhi orang untuk melakukan apa yang diminta, merupakan metode yang secara khusus dilakukan dalam pelaksanaan program High Five, terutama melalui interaksi interpersonal. Berikut ini adalah metode yang digunakan oleh masyarakat dan Pokja STBM Kelurahan dalam mem- pengaruhi rumah tangga untuk mempraktikkan STBM yang layak: 1. Sosialisasi dan pemicuan dalam berbagai perte- muan yang secara rutin diselenggarakan (arisan, pen- gajian, pertemuan kader posyandu, dll) 2. Dari mulut ke mulut atau dalam pertemuan infor- mal (ketika mencuci di sumur umum, duduk-duduk di poskamling, dll) 3. Monitoring kunjungan rumah dengan motivational interview 4. Poster, brosur, leaflet yang diproduksi sendiri oleh Pokja STBM Kelurahan atau masyarakat 5. Event yang diorganisir warga (peringatan hari Ibu,
  • 25. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 25 peresmian fasilitas, dll) 6. Media sosial (facebook, blog) dan bulletin Tips untuk Komunikasi dan Advokasi Perubahan Perilaku • Role model sangat efektif untuk membawa perubahan di masyarakat. Inovator dan early adopt- er mungkin tidak pandai berkomunikasi, tetapi menjadi inspirasi dan model bagi warga untuk berubah. Pengalaman warga lain yang disampaikan dalam lomba bercerita membuat masyarakat tertarik untuk terlibat dalam kegiatan STBM. • Melakukan promosi/advokasi STBM pada warga secara santai ketika mereka sedang rileks mem- permudah pemahaman dan penerimaan warga A.1.3.3. Peningkatan akses STBM secara partisipatif Peningkatan akses STBM secara partisipatif dilakukan oleh Pokja STBM Kelurahan. Diawali dengan identifikasi lokasi dengan rumah tangga yang akses STBMnya buruk atau bahkan tidak ada, melalui diskusi dengan warga dan tokoh masyarakat, diikuti dengan: 1. Penilaian partisipatif (pemetaan social, susur kampong dandiskusi tentang norma masyarakat dan alur penularan penyakit diare) yang sekaligus memicu keinginan warga setempat untuk berubah 2. Penggalangan dukungan dari tokoh setempat, seperti ketua RT atau RW, PKK, dan yang lainnya. 3. Rembug warga dilakukan kemudian untuk membahas: (1) kondisi saat ini, (2) desain yang cocok, (3) sumber daya, (4) pengoperasian dan perawatan, (5) mitigasi dan dampak lingkungan. 4. Pembangunan fasilitas:identifikasi tukang, pengadaan sumber daya (baik dari warga penerima manfaat maupun sumber lain), dan gotong royong 5. Diskusi paska pembangunan untuk menegaskan kembali kesepakatan dalam pengoperasian dan perawatan Tips untuk Peningkatan Akses STBM secara partisipatif • Diskusi pembangunan partisipatif membantu warga untuk lebih realistis dalam kegiatan pemban- gunan fasilitas STBM • Pemilihan tukang tidak semata-mata berdasarkan lokasi tempat tinggal, tetapi juga perkiraan ke- mampuan dan kemauan untuk bekerja sama dan menepati komitmen yang disepakati • Pemberian informasi tentang alternatif-alternatif yang tersedia membantu warga untuk memil-
  • 26. 26
  • 27. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 27 ih bahan/material/desain yang sesuai dengan kemampuan masyarakat, ketersediaan bahan, kondisi setempat serta memastikan fasilitas yang dibangun layak dan aman • Kesepakatan warga (penerima manfaat) mengenai O&M, hak dan kewajiban sebaiknya difor- malkan dengan membuat surat kesepakatan yang ditandatangani dan disahkan
  • 28. 28 A.1.3.4. Penggalangan Dukungan Membuka ruang interaksi antara masyarakat dan pemerintah merupakan hal yang paling penting un- tuk memulai kegiatan penggalangan dukungan. High Five mengundang masyarakat dan pemangku kepentingan tingkat kota untuk membahas kondisi sanitasi dan higien kota dengan merujuk pada hasil baseline survey dan data dari berbagai SKPD, kemudian membagi partisipan ke dalam kelompok-ke- lompok yang heterogen untuk berdiskusi. Selain memberikan kesempatan pada masyarakat dan pe- mangku kepentingan tingkat kota untuk mengenal satu sama lain secara personal, mereka juga akh- irnya mengetahui dan berupaya untuk saling memahami perspektif masing-masing. Langkah-langkah tersebut juga digunakan dalam kegiatan-kegiatan berikutnya untuk menguatkan koneksi antar mereka. Kegiatan lanjutan untuk penggalangan dukungan adalah: 1. Pelatihan advokasi dengan netmap (pemetaan jaringan pemangku kepentingan) dan spitfire (pengembangan pesan). Pada kesempatan ini partisipan memetakan pemangku kepentingan un- tuk pembangunan fasilitas STBM komunal atau kebutuhan lain 2. Mengakses sumber daya: a. perusahaan swasta, b. pemerintah daerah, c. USRI, SLBM, Pamsimas, d. RT, RW, LKMK, BKK,
  • 29. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 29 e. warga, f. pengusaha/pedagang local 3. Melihat antusiasme dan setelah berdiskusi dengan Pokja STBM Kelurahan dan masyarakat, High FivemengundangPIRAC(PublicInterestResearchandAdvocacyCenter)untukmelatihPokjaSTBM Kelurahan menggalang dukungan, baik finansial maupun dukungan lain. PIRAC adalah organisasi dengan pengalaman luas dalam kegiatan fund raising, baik creative maupun conventional. 4. High Five dan PIRAC mendampingi penyusunan proposal oleh masyarakat (evaluasi proposal, proses komunikasi, hasil) Tips untuk Penggalangan Dukungan • Membangun hubungan interpersonal yang informal dengan pemangku kepentingan memegang peranan penting dalam menggalang dukungan
  • 30. 30 • Memberikan informasi mengenai kegiatan dan capaian-capaian secara berkala pada pemang- ku kepentingan membuat mereka merasa dihargai dan penting dalam implementasi STBM • Mengenali nilai-nilai dan kepentingan pemangku kepentingan, serta pembawa pesan yang te- pat sangat membantu dalam membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan meng- galang dukungan • Menciptakan ruang bagi kontributor potensial untuk memutuskan kapan dan bagaimana mer- eka akan berkontribusi, tetapi berikan informasi yang komprehensif dan gagasan mengenai bagaimana dan kapan mereka dapat berkontribusi • Keterlibatan SKPD dan pemangku kepentingan yang lain dalam kegiatan di masyarakat mem- permudah pemahaman mereka mengenai pendekatan dan strategi program A.1.3.5. Monitoring partisipatif Lokakarya untuk membahas kondisi sanitasi dan higien berdasarkan hasil baseline survey dan data dari berbagai SKPD juga mendorong orang untuk mengembangkan gagasan monitoring partisipatif. Dalam pertemuan tersebut, banyak dibahas kemungkinan untuk menyatukan monitoring STBM den- gan monitoring program yang sudah berlangsung, seperti monitoring STBM (di Makassar) atau Rumah Sehat dan Survey Mawas Diri (di Surabaya). Di Surabaya, Bidan Kelurahan Wonorejo kemudian me- masukkan pilar-pilar STBM dalam survey Mawas Diri yang dilakukan tahun 2013. Senyampang menjajagi integrasi monitoring STBM ke dalam monitoring yang sudah berjalan, masyarakat berinisiatif untuk melak- sanakan monitoring peningkatan praktik STBM, den- gan kegiatan: 1. Lokakarya monitoring partisipatif di kelurahan a. Membahas kegiatan yang sudah dilak- sanakan b. Cita-cita atau harapan yang ingin dicapai me- lalui kegiatan-kegiatan tersebut c. Bagaimana mengetahui apakah cita-cita itu sudah tercapai? i. Metode-metode yang mungkin di- gunakan untuk melihat perubahan perilaku (observasi, wawancara, partisi- pasi dalam kerja bakti, dll) ii. Indikator-indikator perubahan perilaku lima pilar
  • 31. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 31 d. Menyusun item-item pertanyaan dan observasi atau mengkaji form wawancara dan observasi yang sudah disusun sebelumnya e. Penjelasan tentang motivational interview f. Simulasi antar partisipan g. Uji coba di lapangan (terbagi dalam kelompok yang bergantian menjadi pewawancara dan pen- gamat wawancara, sehingga masing-masing mendapat kesempatan untuk mewawancarai dan memberi masukan untuk rekannya) h. Pembahasan pengalaman wawancara dan perbaikan form i. Perasaan ketika melakukan wawancara dengan memotivasi ii. Kesulitan dalam melakukan wawancara dan observasi iii. Hal-hal yang mempermudah jalannya wawancara dan observasi iv. Tanggapan responden terhadap motivational interview v. Membuat kesepakatan dalam melakukan monitoring rumah tangga (jumlah rumah tangga yang dimonitor tiap bulan, kapan dikumpulkan, tindak lanjut monitoring)
  • 32. 32 2. Implementasi awal: monitoring rumah tangga dilakukan selama dua bulan, setiap bulan diadakan pertemuan tim monitoring untuk menganalisis hasil dengan cara sederhana (menanyakan pada tiap anggota tim monitoring jumlah rumah tangga yang sesuai/tidak sesuai dengan indicator). Hasil ini disajikan dalam pertemuan rutin Pokja STBM sebagai data untuk membuat perencanaan kegiatan 3. Pelatihan data entry dan analisis Dilakukan karena jumlah rumah tangga yang dimonitor semakin banyak sehingga agak sulit untuk menghitung secara sederhana. Selain itu, anggota tim monitoring sangat antusias untuk bela- jar bagaimana menganalisis data dengan menggunakan program SPSS. Di Surabaya, sanitarian dari beberapa puskesmas juga mengikuti pelatihan ini. Hal-hal yang dibahas dalam pelatihan ini adalah: a. Pengalaman dalam melakukan monitoring kunjungan rumah b. Diskusi tentang bagaimana data dapat digunakan sebagai alat advokasi (dalam bentuk frekuensi atau persentase) c. Penjelasan tentang program SPSS dan instalasi program SPSS ke dalam laptop atau com- puter anggota tim monitoring d. Penjelasan dan latihan tentang bagaimana membuat data frame (membuat kolom variable, menentukan value, jenis data, dan lain-lain) e. Penjelasan dan latihan memasukkan data dari form monitoring yang sudah terkumpul f. Penjelasan dan latihan analisis sederhana (analisis deskriptif: frekuensi dan persentase, membuat diagram untuk memudahkan pembacaan) g. Latihan membaca hasil analisis dan presentasi 4. Pertemuan dengan pemangku kepentingan tingkat Kecamatan dan kota untuk membahas hasil monitoring. Setelah enam bulan, High Five mengatur pertemuan untuk menyajikan kondisi tera- khir peningkatan praktik STBM (hasil monitoring) di kelurahan kepada pemangku kepentingan tingkat Kecamatan dan kota. Kesempatan ini digunakan untuk menggalang dukungan pemangku kepentingan untuk implementasi STBM di kelurahan. 5. Pengenalan penulisan “the Most Significant Change” dan pembelajaran a. Pembahasan tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan hasil (perubahan positif) yang dicapai b. Membuat alur tentang bagaimana hasil tersebut bisa dicapai c. Identifikasi quick wins d. Identifikasi siapa saja yang terlibat dan bagaimana perannya dalam alur menuju pencapa- ian hasil e. Identifikasi pembelajaran dalam pencapaian hasil
  • 33. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 33 f. Mendorong anggota Pokja STBM Kelurahan menuliskan pengalaman pribadi mereka dalam implementasi STBM (the Most Significant Change dan pembelajaran) g. Berbagi hasil tulisan tersebut melalui media social dan membawanya ke kota lain Kegiatan ini adalah cikal bakal dikembangkannya Jurnalisme Warga di program High Five Tips untuk Monitoring Partisipatif • Kunjungan rumah ketika melakukan monitoring memberikan kesempatan untuk menjelaskan pilar- pilar STBM secara pribadi dan mengetahui praktik STBM di rumah sesuai dengan masalah yang di- hadapi • Motivational interview membantu warga (rumah tangga) untuk menyadari praktik sanitasi dan hi- gien yang salah tanpa merasa digurui atau dipersalahkan • Apresiasi terhadap praktik yang baik dalam monitoring rumah tangga membuat responden merasa dihargai dan meningkatkan self-efficacy dalam mengubah praktik yang masih buruk
  • 34. 34 • Penggunaan bahasa sehari-hari dalam melakukan monitoring di masyarakat membuat respon- den merasa nyaman dan setara dengan kader monitoring Pokja STBM Kelurahan • Mengajak dan membimbing teman atau tetangga dalam melakukan motivational interview meru- pakan cara efektif untuk menciptakan kader baru dan memperluas cakupan monitoring A.2. Pemangku kepentingan tingkat kota High Five sukses dalam mendorong kolaborasi pemangku kepentingan tingkat kota di Makassar, yang menghasilkan implementasi program WASH terintegrasi di dua kelurahan percontohan (Rappokaling dan Walawalaya). Proses yang dilalui adalah: 1. Workshop 1 implementasi STBM di perkotaan, membahas: a. Kondisi air, sanitasi dan higien di kota Makassar b. Institusi, organisasi dan program yang berkegiatan di isu air, sanitasi dan higien c. Pemetaan jaringan pengaruh pemangku kepentingan dalam hal kebijakan, dana, dan komu- nikasi d. Rencana implementasi STBM di perkotaan
  • 35. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 35 2. Workshop 2 pemaparan program dan kemungkinan integrasi a. Pemaparan rencana dan anggaran sebagai konteks penerapan program terintegrasi (Bappeda Kota Makassar, Kementerian Kesehatan) b. Pemaparan program masing-masing institusi dan organisasi (High Five, Care International Indo- nesia, USRI, Makassar Green and Clean, PDAM) c. Tanggapan dari dinas dan instansi terkait (Dinas PU, Dinkes, Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas Kebersihan, PDAM, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Bappeda Kota) d. Kesepakatan tindak lanjut 3. Workshop 3 pembahasan Strategi Sanitasi Kota dan integrasi program a. Penjelasan tentang Strategi Sanitasi Kota dan indikator pencapaiannya (Dinas PU, Dinkes) b. Pembahasan tentang kriteria pemilihan kelurahan percontohan c. Pemilihan kelurahan percontohan d. Potensi integrasi program dari masing-masing institusi e. Rencana aksi dan komitmen 4. Implementasi program a. Penilaian partisipatif dan pemicuan oleh High Five b. Rembug warga – rencana aksi dan pembentukan Pokja STBM Kelurahan Rappokaling dan Wala- walaya c. Pelatihan fasilitasi dan STBM untuk Pokja STBM Kelurahan Rappokaling dan Walawalaya d. Lokakarya untuk membahas kondisi sanitasi dan higien kelurahan percontohan dan bagaimana instansi dan dinas terkait dapat mengisi melalui programnya 5. Lokakarya Keberlanjutan Program STBM di Makassar a. Pemaparan kondisi sanitasi dan higien kota Makassar oleh Walikota b. Pemaparan kondisi sanitasi dan higien di Kelurahan Percontohan c. Pemaparan rencana Pokja AMPL dan FJS untuk keberlanjutan d. Pembahasan mengenai i. kelembagaan dan kebijakan, ii. evaluasi dan keberlanjutan kelurahan percontohan iii. peran pemangku kepentingan untuk mendorong pengembangan program iv. dukungan dana dan perluasan implementasi Di kota Surabaya dan Medan, koordinasi antar anggota Pokja AMPL/Sanitasi masih kurang, sehingga di dua kota tersebut High Five menguatkan kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan beberapa in- stansi lain seperti BLHD (Badan Lingkungan Hidup daerah) dan Dinas Kebersihan (Medan); BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan) dan USRI (Surabaya).
  • 36. 36 A.3. Pihak swasta Dalam beberapa kegiatan implementasi program seperti pembangunan fasilitas STBM dan lomba TTG STBM, High Five melibatkan beberapa pihak swasta. Salah satu dengan kontribusi terbesar adalah Pundi Amal SCTV, yang menjadi sponsor utama Lomba TTG STBM. Pundi Amal SCTV juga berkontribusi dalam pembangunan fasilitas di Surabaya dan Makassar, bahkan menyambungkan High Five dengan kontributor potensial lain seperti SIKIB. Untuk membangun kolaborasi dengan pihak swasta, High Five melakukan langkah-langkah berikut: 1. Identifikasi perusahaan swasta yang memiliki potensi untuk bekerja sama (kesamaan visi, nilai, bukan perusahaan rokok atau susu formula, tidak keberatan dengan status High Five sebagai penerima donor USAID, lokasi, dll). 2. Mengembangkan proposal, dengan mempertimbangkan manfaat yang didapatkan oleh pihak swasta
  • 37. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 37
  • 38. 38
  • 39. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 39
  • 40. 40 3. Pertemuan 1: a. Menjelaskan program b. Menjelaskan proposal (budget, timeline, potensi kegiatan bersama) c. Diskusi untuk klarifikasi persepsi dan bagaimana masing-masing pihak bisa saling mengisi 4. Pelibatan pihak swasta dalam beberapa kegiatan High Five untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai pendekatan dan metode yang digunakan 5. Pertemuan lanjutan untuk membahas secara rinci: a. kesepakatan tindakan dan rencana tindak b. pembagian peran dan tanggung jawab 6. Implementasi (sesuai dengan langkah-langkah kegiatan yang sudah dijelaskan sebelumnya) 7. Hasil 8. Evaluasi partisipatif (dilakukan dua kali: (1) dengan warga masyarakat, (2) dengan pihak swasta yang berkontribusi)
  • 41. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 41 Penutup Model ini menggambarkan proses dinamis perubahan sosial. Katalis atau pemancing sangat diperlukan untuk mendorong dialog komunitas. Pengalaman High Five menunjukkan bahwa katalis perlu diciptakan sepanjang program berjalan supaya dialog komunitas dapat berlangsung terus menerus. Yang dimaksud dengan komunitas di sini bukan hanya komunitas warga masyarakat, tetapi juga komunitas pemangku ke- pentingan tingkat kota dan komunitas lain. Dalam pengalaman High Five, dialog tidak hanya perlu dilaku- kan dalam satu komunitas tertentu, tetapi akan lebih efektif bila terjadi antar komunitas. Sebagaimana dijelaskan, dialog komunitas juga bukan hanya dilakukan di awal program, tetapi diulang di tiap kegiatan untuk memastikan bahwa proses dalam setiap kegiatan bersifat partisipatif, sesuai dengan kemauan ko- munitastanpa meninggalkan tujuan besar. Hal tersebut penting untuk mendapatkan komitmen dari mer- eka untuk melaksanakan kesepakatan yang dibuat dan mencapai cita-cita bersama, yaitu peningkatan praktik STBM di komunitas. Hasil dari intervensi komunikasi untuk perubahan social (dialog komunitas dan aksi bersama), menurut Figueroa, dapat dikenali di tingkat individu dan komunitas. Di tingkat individu atau rumah tangga, pe- rubahan yang terlihat adalah: 1. Meningkatnya keterampilan Pokja STBM Kelurahan (memfasilitasi dan memicu, bercerita dan menuliskan cerita, melakukan penggalangan dukungan, membangun fasilitas STBM) 2. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat berkaitan dengan STBM, termasuk pengetahuan tentang opsi teknologi STBM (seperti pengolahan limbah cair dan sampah), norma yang terkait STBM (jamban dengan tangki septik mulai menjadi norma) 3. Meningkatnya kepercayaan diri dan self-efficacy, bahwa masyarakat mampu untuk meningkatkan praktik STBM 4. Meningkatnya pengaruh social dan advokasi personal di antara warga Di tingkat komunitas, muncul pemimpin-pemimpin baru yang berasal dari berbagai kalangan masyara- kat, keterlibatan yang lebih dalam dalam perencanaan dan implementasi program dan terbuka bagi masyarakat luas dari berbagai kalangan, keterbukaan informasi (tidak hanya dimiliki tokoh masyarakat dan kader), kepercayaan diri sebagai komunitas dan community efficacy, serta rasa memiliki dan kohesi sosial. Hasil lain yang dikenali adalah terjadinya horizontal diffusion di dalam komunitas. Peningkatan ini diharapkan membawa dampak secara luas dan menjamin keberlanjutan STBM di kota.
  • 42. 42
  • 43. Implementasi STBM Di Perkotaan Ala High Five ( 2011 - 2014 ) 43 Note :