SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
Pasal Tentang Adzan dan Iqomah
(Menurut Empat Madzhab)
Muhammad Jamhuri
Makna Adzan
 Adzan secara bahasa berarti pemberitahuan (al-i’lam). Firman Allah
swt
 ٌ
‫ان‬َ‫ذ‬َ‫أ‬َ‫و‬
ٌ
‫ن‬ِ‫م‬
ٌ
ِ َ
‫اّلل‬
ٌ
ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬
 Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya (At-
Taubah: 3)
 ٌ
‫ِن‬‫ذ‬َ‫أ‬َ‫و‬
‫ي‬ِ‫ف‬
ٌِ
‫اس‬َ‫ن‬‫ال‬
ٌ
ِ‫ج‬َ‫ح‬‫ال‬ِ‫ب‬
 Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji (al-Hajj: 27)
 Sedang secara istilah syar’i, adzan bermakna pemebritahuan akan
masuknya waktu shalat dengan zikir tertentu.
 Sedangkan dalil tentang adzan adalah sebagai berikut:
 ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫اأ‬َ‫ي‬
ٌَ‫ِين‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬
‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬
‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
‫ِي‬‫د‬‫و‬ُ‫ن‬
ٌ
ِ‫ة‬ َ
‫َل‬َ‫ص‬‫ل‬ِ‫ل‬
ٌ
‫ن‬ِ‫م‬
ٌِ‫م‬‫و‬َ‫ي‬
ٌ
ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬‫ال‬
ٌ
‫و‬َ‫ع‬‫اس‬َ‫ف‬
‫ا‬
‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬
ٌِ
‫ر‬‫ِك‬‫ذ‬
ٌ
ِ َ
‫اّلل‬
 Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (QS al-Jumu’ah: 9)
 ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬
ٌ
‫م‬ُ‫ت‬‫َي‬‫د‬‫ا‬َ‫ن‬
‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬
ٌ
ِ‫ة‬ َ
‫َل‬َ‫ص‬‫ال‬
‫ا‬َ‫ه‬‫و‬ُ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫ت‬‫ا‬
‫ا‬ً‫و‬ُ‫ز‬ُ‫ه‬
‫ا‬ً‫ب‬ِ‫ع‬َ‫ل‬َ‫و‬
 Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang,
mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan (QS: Al-Maidah: 58)
 ‫اذاٌحضرتٌالصَلةٌفليؤذنٌلكمٌأحدكم‬
 Jika datang waktu shalat maka hendaklah menyeru salah seorang dari
kamu untuk kamu
Lafadz Adzan

‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬
‫اكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬

‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬
‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬

‫هلل‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫أن‬ ‫اأشهد‬
‫هلل‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬

‫الصالة‬ ‫على‬ ‫حي‬
‫الصالة‬ ‫على‬ ‫حي‬

‫الفالح‬ ‫على‬ ‫حي‬
‫الفالح‬ ‫على‬ ‫حي‬

‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬
‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬
 Lafadz di atas telah disepakati oleh tiga madzhab kecuali
Madzhab Maliki, menurutnya, lafadz takbir diucapkan
dua kali, bukan empat kali
 Pada adzan subuh disunnahkan setelah lafadz ‫على‬ ‫حي‬
‫الفالح‬ untuk membaca: ‫النوم‬ ‫من‬ ‫خير‬ ‫الصالة‬, dan makruh
hukumnya meninggalkan lafadz tersebut
Tarji’ (Mengulang lafadz
Syahadatain Dalam Adzan)
 Lafadz adzan yang telah disebutkan sebelumnya
sudah cukup, dan menurut madzhab Hanafi dan
Hambali tidak usah ditambah lagi.
 Sedangkan madzhab Syafii berpendapat bahwa
disunnahkan menambah syahadatain dengan suara
yang rendah dan dapat didengar manusia sebelum
membaca kalimat tersebut dengan suara keras.
 Adapun madzhab Maliki berpendapat
disunnahkannya mengulang kalimat tersebut dengan
suara keras sebagai tarji’ (pengulangan)
Hukum Adzan
 Para ulama dari tiga madzhab selain Hambali sependapat
bahwa hukum adzan adalah sunnah muakkad (sunah yang
sangat ditekankan)
 Sedangkan madzhab Hambali berpendapat bahwa adzan
hukumnya fardhu kifayah, yakni jika salah seorang telah
melakukan maka yang lain telah gugur kewajibannya.
 Meskipun 3 madzhab bersepakat tentang sunnahnya adzan,
namun di antara mereka pun terdapat perbedaan:
 Syafi’iyah berpendapat, bahwa adzan hukumnya sunnah kifayah
bagi jamaah, dan sunnah ain bagi munfarid jika belum ada yang
beradzan. Sunnah adzan pada 5 shalat fardhu baik saat safar
atau mukim, juga pada shalat yang sudah tertinggal. Tidak
disunnahkan adzan pada shalat jenazah, shalat sunnah, shalat
jama’ dua waktu hanya saja disunnahkan dengan sekali adzan
 Hanafiyah: Hukum adzan adalah sunnah muakkad kifayah bagi
penduduk satu desa, hukum ini dikhawatirkan berdosa bagi yang
meninggalkannya. Hukum sunnah ini berlaku bagi shalat 5 waktu,
dalam perjalanan atau safar, tepat waktu (adaa) atau qodho.
Hanya saja tidak dikenai makruh bagi orang yang shalat di
rumahnya jika tidak adazan. Tidak disunahkan adzan pada
shalat-shalat sunnah
Hukum Adzan
 Malikiyah berkata, adzan hukumnya sunnah kifayah bagi
suatu jamaah yang menunggu orang lain yang akan
shalat berjamaah dengannya di sebuah tempat yang
biasa dilakukannya shalat bersama, dan sunnah pada
tiap mesjid, meskipun berdekatan baik ke samping atau
ke atas. Hanya saja disunnahkan adzan di waktu shalat
fardhu ain, dan tidak disunnahkan pada shalat fardhu
kifayah dan shalat sunnah, serta waktu dharurat dan
tempat yang biasa jamaah tidak menunggu orang yang
akan shalat
 Hambaliyah berkata, Adzan adalah fardhu kifayah di desa
atau kota pada lima shalat fardhu yang hadir (dikerjakan
pada waktunya ) atas laki-laki merdeka yang mukim. Dan
hukumnya sunnah beradazan bagi shalat yang tertinggal
(bukan pada waktunya), juga bagi munfarid (shalat
sendiri) baik dalam keadaan mukim atau safar
(perjalanan)
Syarat-syarat Adzan
1. Niat, jika seseorang beradzan tanpa niat maka adzannya tidak sah
menurut madzhab Maliki dan Hanafi. Sedangkan madzhab Syafii
dan Hambali tidak mensyaratkan niat dalam adzan
2. Lafadz adzan diucapkan berturut-turut, yakni tidak disela dengan
diam atau ucapan lain yang lama. Hal ini dsepakati oleh 3
madzhab, sedangkan madzhab Hambali berpendapat disela
dengan ucapan lain sedikitpun dapat membatalkan adzan.
3. Menggunakan bahasa Arab, kecuali bagi non Arab yang akan
memanggil sesamanya. Ini disepakati oleh 3 madzahab kecuali
mazhab Hanafi yang berpendapat harus menggunakan bahasa
Arab apapun kondisinya.
4. Dilakukan setelah masuk waktu shalat. Jika adzan dilakukan
sebelum masuk waktu dzuhur, ashar, maghrib dan isya maka tidak
sah menurut kesepakatan ulama. Adapun jika hal itu adalah adzan
subuh maka hal itu sah menurut 3 madzhab, kecuali madzhab
Hanafi
5. Kalimat adzan harus tertib, jika tidak tertib maka harus diulang
pada kalimat tersebut, seperti membalik ” hayya alas shalah”
dengan “hayya alal falah”, Ini menurut 3 madhzab kecuali Hanafi
yang berpendapat sah tetapi makruh
Adzan Bergantian
 Salah satu syarat yang disepakati ulama madzhab adalah
bahwa yang beradzan harus satu orang. Jika seorang
muadzin beradzan sebagian lalu dilanjutkan oleh orang lain,
maka adzannya tidak sah, baik oleh dua orang atau lebih.
 Jika adzan dilakukan seperti di atas, maka adzan tidak sah
dan hilang pahala kesunahan adzan
 Namun jika dua atau tiga orang beradzan yang masing-
masing beradzan secara sempurna, maka adzan itu sah dan
mendapat pahala kesunahannya, akan tetapi itu bid’ah yang
tidak perlu. Bahkan bisa tidak jika dilakukan di satu tempat.
Hal ini dihukumkan mubah karena tidak ada hadits yang
melarangnya. Sedangkan Kaidah Umum tidak melarang
adazan dua kali atau lebih di satu tempat seperti halnya di
tempat yang berbeda. Akan tetapi ruh syariat Islam
memerintahkan berhenti pada batas yang diperintahkan
agama dalam masalah ibadah. Maka untuk lebih hati-hati
meninggalkan adzan berkali-kali.
Syarat Seorang Muazdin
1. Muslim, tidak sah adzan yang dilakukan seorang yang kafir
2. Berakal, tidak sah adzan yang dilakukan oleh orang gila, orang
mabuk dan ayan.
3. Laki-laki, tidak sah azdan dilakukan oleh seorang wanita dan
waria.
 Ketiga syarat di atas telah disepakati oelh tiga mazdhab. Sedang
madzhab Hanafi berpendapat bahwa ketiga hal di atas tidak
disyaratkan, sehingga jika mereka melakukan adzan, maka
adzannya sah. Akan tetapi meskipun demikian tidak boleh kita
mempercayai masuknya sholat dengan adzan yang dilakukan oleh
kafir, orang gila dan orang fasik. Adapun adzan wanita dapat
dilarang jika dapat menimbulkan syahwat bagi orang yang
mendengarnya.
 Sedangkan syarat baligh tidak disyaratkan, sehingga jika anak
kecil beradzan baik sendiri maupun ikut orang lain maka hal itu
sah menurut 3 madzhab selain Malikiayah yang mengharuskan
mengikuti orang baligh.
 Tidak disayaratkan juga sukun (berhenti) pada setiap kalimat
menurut madzahab Maliki dan Syafii, tetapi disunahkan berhenti
pada setiap ujung kalimat
Sunah-sunah Adzan
1. Muadzain suci dari dua hadast (kecil dan besar)
2. Suara muadzin bagus dan tinggi
3. Muadzin berada di tempat yang tinggi
4. Muadzin berdiri kecuali ada udzur sakit atau lainnya
5. Muadzin menghadap kiblat, kecuali untuk memperdengarkan pada
orang maka dibolehkan membelakangi kiblat menurut sebagian
madzhab
a. Malikiyah: Muadzin boleh berputar dengan tujuan
memperdengarkannya orang
b. Syafiiyah: Sunah tetap menghadap kiblat jika kampungnya kecil,
namun disunahkan berputar jika kampungnya luas untuk
memperdengarkan pada orang.
c. Hanafiyah: Sunah tetap menghadap kibal jika di dalam mesjid.
Sedang jika berada di menara disunnahkan berputar agar orang dapat
mendengarnya.
d. Tetap disunnahkan menghadap kiblat di setiap kondisi, meskipun
berada di menara
6. Menengok ke arah kanan saat mengucapkan “Hayya alas Sholah”
dan ke arah kiri saat mengucapkan “Hayya alal Falah” dengan
menggerakkan kepala dan lehernya, tanpa dadanya.
7. Berhenti (wukuf) pada setiap lafadz kalimat kecuali kalimat “Allahu
Akbar”, padanya berhenti setiap dua kalimat tersebut.
Menjawab Adzan
 Disunnahkan menjawab adzan meskipun atas orang yang junub, haidh atau
nifas.
 Caranya: mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, kecuali lafadz:
“Hayya ‘alas sholah” dan “Hayya alal Falah” , maka dijawab dengan lafadz
“Laa haula wala Quwwata illa billah”
 Madzhab Hanafi mensyaratkan tidak dalam keadaan haid atau nifas, jika
haid dan nifas maka tidak disunnahkan menjwab adzan.
 Sedangkan Madzhab Hambali berpendapat bahwa yang disunnahkan
menjawab adalah orang yang dipanggil melaksanakan sholat fardhu
berjamaah pada adzan tersebut, sedangkan wanita tidak diwajibkan shlat
berjamaah.
 Pada lafadz “Ash-holatu khoirum minannaum” jawabannya adalah
“Shodaqta wa barorta” (engkau benar dan engkau telah berbuat baik)
 Tidak disunnahkan menjawab adzan bagi orang yang sedang shalat,
meskipun shalat sunnah atau shalat jenazah, bahkan hal itu dimakruhkan
namun tidak menjadi batal shalatnya jika menjawab kecuali jika menjawab
dengan lafadz “Shodaqta wa barorta”, dan “Hayya alas shola”h serta “Hayya
alal Falah”
 Tidak disunnahkan juga menjawab adzan bagi yang sedang berkhutbah.
Adapun bagi guru atau murid yang sedang mengajar dan belajar tetap
disunnahkan
 Orang yang sedang makan tidak disunahkan menjawab adzan menurut
Syaffiiyah dan Hanafiyah, namun menurut Hambali dan Malikiyah hal itu
Menjawab Adzan
 Tidak disunnahkan menjawab adzan bagi orang
yang sibuk ‘mendatangi’ isterinya, atau sedang
buang hajat.
 Demikian pula tidak disunnahkan menjawab adzan
bagi orang yang sedang mndengar khutbah
 Hukum diatas telah disepakati oleh madzhab Syafii
dan Hambali, sedangkan Maliki berpendapat
bahwa orang yang sholat sunnah disunnahkan
menjawab adzan, dan pada saat “hayya ‘ala
sholah..falah...dijawab dengan hauqolah bukan
dengan lafadz yang sama karena hal itu dapat
membatalkan sholat. Adapaun madzhab Hanafi
berpendapat bahwa orang yang sedang sholat jika
menjawab adzan maka batal shalatnya, baik berupa
shalat sunnah maupun wajib.
Adzan bagi Shalat yang Tertinggal
 Disunnahkan adzan dengan suara keras bagi shalat
yang tertinggal jika dilaksanakan secara berjamaah, baik
di rumahnya maupun di lapangan. Berbeda jika dilakukan
di rumahnya secara sendiri maka tidak boleh dikeraskan
suaranya. Adapun shalat qadha di masjid maka tidak
boleh ada adzan secara mutlak meskipun dilakukan
berjamaah. Hukum ini disepakati tiga madzhab,
sedangkan Malikiyah berpendapat makruh melakukan
adzan bagi shalat yang tertinggal secara mutlak.
 Sedangkan jika akan melaksanakan shalat qadha yang
banyak dalam satu majlis, maka cukup adzan sekali saja.
Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi dan Hambali.
Sedangkan Malikiyah berpendapat hal itu makruh seperti
pendapatnya di atas. Adapun Syafiiyah berpendapat
haram adzan untuk shalat qodho lainnya selain yang
pertama
Melambatkan Adzan (Tarasul)
 Yang dimaksud tarasul (melambatkan adzan) adalah
berhenti panjang antara lafadz-lafadz adzan.
 Hanafiyah berkata, Tarasul adalah pelan-pelan, dimana
muadzin mengucapkan kalimat adzan lalu diam seukuran
orang menjawab adzannya, namun diam disini antara
dua takbir bukan antara satu takbir.
 Malikiyah berkata, tarasul adalah tidak melambai-
lambaikan adzan, melambaikan-lambaikan tidak makruh
jika tidak keluar dari sekedar keperluan, namun jika
kelebihan maka haram hukumnya. Oleh lagu adzan yang
ada sekarang ini hukumnya haram
 Hanballiyah dan Syafiiyah berkata, tarasul adalah
melambat-lambatkan dalam adzan, hukumnya sunnah
Makruh-makruh Adzan
 Tidak menghadap kiblat, kecuali untuk memperdengarkan orang dari
arah lain.
 Adzan dalam keadaan berhadats, baik hadast kecil maupun besar.
 Adzan untuk sholat wanita, menurut 3 madzhab. Sedangkan
Syafiiyah berkata, jika adzan untuk sholat wanita namun yang
beradzan adalah laki-laki tidaklah dimakruhkan. Dan jika dilakukan
oleh salah seorang wanita maka hukumnya batal. Jika ia meniru laki-
laki maka haram hukumnya. Dan diperbolehkan jika tidak
meninggikan suaranya.
 Berbicara saat adzan, kecuali jika menjawab salam, menjawab
orang bersin, maka menurut
 Hanafiyah: dimakruhkan berbicara walau untuk menjawab salam atau
bersin
 Syafiiyah: menjawab salam dan bersin bukanlah makruh, wajib menjawab
salam setelah adzan dan sunnah menjawab bersin usai adzan
 Hanabilah: menjawab salam dan bersin hukumnya mubah meskipun tidak
diwajinbkan menjawab salam bagi yang sedang adzan
 Malikiyah: berbica dan menjawb orang bersin hukumnya makruh, tapi
menjawab salam hukumnya wajib.
Iqomah
 Iqomah adalah pemberitahuan akan segera didirikannya
sholat dengan lafadz-lafadz tertentu
 Lafadz iqomah adalah:

‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬
-
‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬
-
‫هلل‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫أن‬ ‫اشهد‬
-
‫على‬ ‫حي‬
‫الصالة‬

‫الفالح‬ ‫على‬ ‫حي‬
-
‫الصالة‬ ‫قامت‬ ‫قد‬ ‫الصالة‬ ‫قامت‬ ‫قد‬
-
‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬
-
‫اال‬ ‫الاله‬
‫هللا‬
 Lafadz itu sudah disepakati oleh Madzhab Syafii dan
Hambali, adapun Madzhab Hanafi berpendapat bahwa
jumlah takbir pertama sebanyak 4 takbir, dan takbir
terakhir sebanyak 2 takbir, dan lainnya dua kali-dua kali.
 Sedangkan Madzhab Maliki berpendapat, bahwa iqomah
semuanya witir (ganjil)/sekali-sekali), kecuali takbir
pertama dan terakhir maka dibaca dua kali
Syarat Iqomah
 Syarat Iqomah sama dengan syarat adzan, kecuali
dalam dua hal:
 laki-laki, hal ini bukan menjadi syarat pada iqomah,
sehingga iqomah seorang wanita sah jika untuk dirinya.
Namun jika ia sholat bersama laki-laki maka iqomahnya
untuk sholat mereka tidak sah menurut Syafiiyah dan
Malikiyah. Sedangkan menurut Hanafiyah bahwa syarat
di atas bukanlah syarat sah akan tetapi syarat
kesempurnaan. Sehingga iqomah wanita untuk laki-laki
adalah makruh. Sedangkan Malikiyah berpendapat
bahwa iqomah bagi laki-laki adalah sunnah ain dan bagi
wanita hukumnya mandub
 Iqomah harus bersambung dengan pelaksanaan shalat,
sedangkan adzan tidak.
Sunnah-sunnah Iqomah
 Sunnah iqomah seperti sunnah-sunnah adzan,
kecuali pada beberapa hal yang berbeda:
 Adzan di tempat yang tinggi, sedangkan iqomah tidak.
Kecuali madzahab Hambali yang men-sunnahkan iqomah
di tempat tinggi jika tidak ada kesulitan.
 Disunnahkan tarji’ (mengulang lafadz syahadat (pada
adzan, sedangkan iqomah tidak.
 Disunnahkan membaca lambat pada adzan, sedangkan
pada iqomah disunnahkan membaca cepat. Kecuali
Malikiyah yang berpendapat sunnah dilambatkan bacaan
iqomah.
 Disunnahkan meletakan ujung jaring telunjuk di lubang
kuping pada saat adzan. Sedangkan pada iqomah tidak
disunnahkan, kecuali Hanafiyah yang berpendapat hak itu
disunnahkan pada iqomah.
Jeda Antara Adzan dan Iqomah
 Disunnahkan bagi muadzin untuk duduk di antara adzan dan iqomah
seukuran orang yang biasa sholat berdatangan ke masjid sambil
memperhatikan keutamaan sholat di awal waktu. Kecuali pada
shalat maghrib, maka sebaiknya tidak ditunda, kecuali diberi jeda
sedikit saja seperti ukuran membaca tiga ayat al-Quran. Hukum ini
menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi
 Malikiyah berpendapat bahwa bagi jamaah yang menunggu orang
shalat, boleh melaksanakan shalat di awal waktu setelah shalat
sunah qobliyah, kecuali waktu Dzuhur maka sebaiknya ditunda
seukuran orang shalat, dan hal itu ditambah jika cuaca siang panas
hingga pertengahan waktu shalat. Adapun jamaah yang tidak
sedang menunggu dan munfarid maka afdholnya adalah
melaksanakan shalat setelah shalat qabliyah
 Hanabilah berpendapat bahwa sebaiknya muadzin duduk menunggu
antara adzan dan iqomah seukuran orang telah menyelesaikan
buang hajatnya, selesainya orang berwudhu, dan sholat dua rakaat.
Kecuali pada shalat maghrib maka diberi jeda antara adzan dan
iqomah seukuran duduk sebentar.
Mengambil Upah dari Adzan dan
lainnya
 Diperbolehkan menerima upah dari adzan dan lainnya seperti
menjadi imam dan mengajar, ini menurut madzhab Syafi’i dan
Hanafi
 Sedangkan madzhab Maliki berpendapat, diperbolehkan
mengambil upah atas pekerjaan adzan dan iqomah.
Sedangkan menjadi imam dibolehkan jika bersamaan dengan
tugas adzan dan iqomah. Sedangkan mengambil atas tugas
menjadi imam maka hukumnya makruh jika upah itu diambil
dari orang-orang yang shalat. Akan tetapi jika diambil dari
wakaf atau Baitul Mal maka tidak dimakruhkan.
 Adapun Madzhab Hanafi berpendapat, haram hukumnya
mengambil upah dari hasil adzan dan iqomah jika masih ada
orang yang sukarela melakukannya. Jika tidak ada orang yang
sukarela, maka boleh menerima upah dari waliyul amri
(pemerintah) dari Baitul Muslimin, karena untuk kebutuhan
kaum muslimin
Adazan untuk kelahiran, pertempuran,
kebakaran, perang dan lainnya.
 Disunnahkan adzan di telinga kanan anak yang baru
dilahirkan saat kelahirannya, dan iqomah di telinga
kirinya.
 Demikian juga disunnahkan adzan saat terjadi
kebakaran, perang dan tertinggalnya musafir serta
adzan pada telinga orang sedang gelisah (bengong)
dan kesurupan.
Bershalawat dan Bertasbih Sebelum
Adzan
 Bershalawat sesudah adzan adalah disyariatkan tanpa ada perbedaan
pendapat, baik dilakukan oleh muadzin maupun lainnya. Berdasarkan hadits
Nabi saw:
 ‫علي‬ ‫صلوا‬ ‫ثم‬ ‫يقول‬ ‫ما‬ ‫مثل‬ ‫فقولوا‬ ‫المؤذن‬ ‫سمعتم‬ ‫اذا‬
 “Jika kamu mendengar muadzin, maka bacalah seperti apa yang dibacanya,
kemudian bershalwatlah kepadaku”
 Kata “Kemudian bershalawatlah padaku” bersifat umum, baik yang kepada
yang mendengar maupun muadzin, dan hadits pun tidak secara jelas
mengaharuskan bershalawat dengan suara rendah, sehingga jika muadzin
bersuara keras dengan maksud mengingatkan orang maka hal itu adalah
baik.
 Hanya saja yang perlu diperhatikan tujuan membaca shalawatnya karena
ibadah dan bukan tujuan lagu. Karena hal ini menjadi bida’ah. Akan tetapi
Madzhab Syafii dan Hambali mensunnahkannya, namun barangkali mereka
pun tetap menginginkannya itu adalah untuk ibadah.
 Adapun membaca tasbih sebelum waktu subuh, maka sebagian ulama
mengatakan hal itu tidak diperbolehkan, karena hal itu menganggu orang
yang sedang tidur yang belum dikenai kewajiban oleh Allah swt. Namun
sebagian ulama memperbolehkannya karena terkandung maksud
mengingatkan. Hal demikian, meskipun bukan terkandung hukum syariat,
maka hukumnya bukanlah sunnah atau mandub. Akan tetaopi mengingatkan
orang untuk ibadah adalah diperbolehkan jika tidak ada dampak negatifnya.
Dan yang utama adalah meninggalkan perbuatan tersebut, kecuali pada
bulan Ramadhan karena ada azas manfaattnya

More Related Content

Similar to adzaniqomah-120511092915-phpapp02.pdf

Modul fiqh luar negara
Modul fiqh luar negaraModul fiqh luar negara
Modul fiqh luar negara
Ilham Muntari
 
Ringkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabiRingkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabi
Sekolah Kiblah
 

Similar to adzaniqomah-120511092915-phpapp02.pdf (20)

SHALAT JAMA'.pptx
SHALAT JAMA'.pptxSHALAT JAMA'.pptx
SHALAT JAMA'.pptx
 
Presentasi Fiqh 3
Presentasi Fiqh 3Presentasi Fiqh 3
Presentasi Fiqh 3
 
Gusdifa PM Ahkam Sholat
Gusdifa PM Ahkam SholatGusdifa PM Ahkam Sholat
Gusdifa PM Ahkam Sholat
 
Sholat
SholatSholat
Sholat
 
Fiqih Shalat sunnah
Fiqih Shalat sunnahFiqih Shalat sunnah
Fiqih Shalat sunnah
 
Modul fiqh luar negara
Modul fiqh luar negaraModul fiqh luar negara
Modul fiqh luar negara
 
SLIDE RPP 2 ok.pptx
SLIDE RPP 2 ok.pptxSLIDE RPP 2 ok.pptx
SLIDE RPP 2 ok.pptx
 
1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat
 
Data yasmin
Data yasminData yasmin
Data yasmin
 
Adzan dan iqomat
Adzan dan iqomatAdzan dan iqomat
Adzan dan iqomat
 
Haji
HajiHaji
Haji
 
Fiqh
FiqhFiqh
Fiqh
 
Ringkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabiRingkasan sifat-shalat-nabi
Ringkasan sifat-shalat-nabi
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
Buku+saku+umrah
Buku+saku+umrahBuku+saku+umrah
Buku+saku+umrah
 
2. sholat lima waktu dan sujud sahwi
2. sholat lima waktu dan sujud sahwi2. sholat lima waktu dan sujud sahwi
2. sholat lima waktu dan sujud sahwi
 
Adzan dan Iqamah
Adzan dan IqamahAdzan dan Iqamah
Adzan dan Iqamah
 
PPT Adzan dan Iqamah
PPT Adzan dan IqamahPPT Adzan dan Iqamah
PPT Adzan dan Iqamah
 
Fiqh sholat Dalam Berbagai Madzhab
Fiqh sholat Dalam Berbagai MadzhabFiqh sholat Dalam Berbagai Madzhab
Fiqh sholat Dalam Berbagai Madzhab
 
Sholat
SholatSholat
Sholat
 

Recently uploaded

MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
randikaakbar11
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Khiyaroh1
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
putrisari631
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
iwidyastama85
 

Recently uploaded (20)

Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptxM5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
M5 Latihan Program Prolog Aritmatika.pptx
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 

adzaniqomah-120511092915-phpapp02.pdf

  • 1. Pasal Tentang Adzan dan Iqomah (Menurut Empat Madzhab) Muhammad Jamhuri
  • 2. Makna Adzan  Adzan secara bahasa berarti pemberitahuan (al-i’lam). Firman Allah swt  ٌ ‫ان‬َ‫ذ‬َ‫أ‬َ‫و‬ ٌ ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ ِ َ ‫اّلل‬ ٌ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬  Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya (At- Taubah: 3)  ٌ ‫ِن‬‫ذ‬َ‫أ‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌِ ‫اس‬َ‫ن‬‫ال‬ ٌ ِ‫ج‬َ‫ح‬‫ال‬ِ‫ب‬  Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji (al-Hajj: 27)  Sedang secara istilah syar’i, adzan bermakna pemebritahuan akan masuknya waktu shalat dengan zikir tertentu.  Sedangkan dalil tentang adzan adalah sebagai berikut:  ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫اأ‬َ‫ي‬ ٌَ‫ِين‬‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫د‬‫و‬ُ‫ن‬ ٌ ِ‫ة‬ َ ‫َل‬َ‫ص‬‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ ‫ن‬ِ‫م‬ ٌِ‫م‬‫و‬َ‫ي‬ ٌ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬‫ال‬ ٌ ‫و‬َ‫ع‬‫اس‬َ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ٌِ ‫ر‬‫ِك‬‫ذ‬ ٌ ِ َ ‫اّلل‬  Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (QS al-Jumu’ah: 9)  ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ٌ ‫م‬ُ‫ت‬‫َي‬‫د‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ٌ ِ‫ة‬ َ ‫َل‬َ‫ص‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫و‬ُ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫ت‬‫ا‬ ‫ا‬ً‫و‬ُ‫ز‬ُ‫ه‬ ‫ا‬ً‫ب‬ِ‫ع‬َ‫ل‬َ‫و‬  Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan (QS: Al-Maidah: 58)  ‫اذاٌحضرتٌالصَلةٌفليؤذنٌلكمٌأحدكم‬  Jika datang waktu shalat maka hendaklah menyeru salah seorang dari kamu untuk kamu
  • 3. Lafadz Adzan  ‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫اكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬  ‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬ ‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬  ‫هلل‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫أن‬ ‫اأشهد‬ ‫هلل‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬  ‫الصالة‬ ‫على‬ ‫حي‬ ‫الصالة‬ ‫على‬ ‫حي‬  ‫الفالح‬ ‫على‬ ‫حي‬ ‫الفالح‬ ‫على‬ ‫حي‬  ‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬  Lafadz di atas telah disepakati oleh tiga madzhab kecuali Madzhab Maliki, menurutnya, lafadz takbir diucapkan dua kali, bukan empat kali  Pada adzan subuh disunnahkan setelah lafadz ‫على‬ ‫حي‬ ‫الفالح‬ untuk membaca: ‫النوم‬ ‫من‬ ‫خير‬ ‫الصالة‬, dan makruh hukumnya meninggalkan lafadz tersebut
  • 4. Tarji’ (Mengulang lafadz Syahadatain Dalam Adzan)  Lafadz adzan yang telah disebutkan sebelumnya sudah cukup, dan menurut madzhab Hanafi dan Hambali tidak usah ditambah lagi.  Sedangkan madzhab Syafii berpendapat bahwa disunnahkan menambah syahadatain dengan suara yang rendah dan dapat didengar manusia sebelum membaca kalimat tersebut dengan suara keras.  Adapun madzhab Maliki berpendapat disunnahkannya mengulang kalimat tersebut dengan suara keras sebagai tarji’ (pengulangan)
  • 5. Hukum Adzan  Para ulama dari tiga madzhab selain Hambali sependapat bahwa hukum adzan adalah sunnah muakkad (sunah yang sangat ditekankan)  Sedangkan madzhab Hambali berpendapat bahwa adzan hukumnya fardhu kifayah, yakni jika salah seorang telah melakukan maka yang lain telah gugur kewajibannya.  Meskipun 3 madzhab bersepakat tentang sunnahnya adzan, namun di antara mereka pun terdapat perbedaan:  Syafi’iyah berpendapat, bahwa adzan hukumnya sunnah kifayah bagi jamaah, dan sunnah ain bagi munfarid jika belum ada yang beradzan. Sunnah adzan pada 5 shalat fardhu baik saat safar atau mukim, juga pada shalat yang sudah tertinggal. Tidak disunnahkan adzan pada shalat jenazah, shalat sunnah, shalat jama’ dua waktu hanya saja disunnahkan dengan sekali adzan  Hanafiyah: Hukum adzan adalah sunnah muakkad kifayah bagi penduduk satu desa, hukum ini dikhawatirkan berdosa bagi yang meninggalkannya. Hukum sunnah ini berlaku bagi shalat 5 waktu, dalam perjalanan atau safar, tepat waktu (adaa) atau qodho. Hanya saja tidak dikenai makruh bagi orang yang shalat di rumahnya jika tidak adazan. Tidak disunahkan adzan pada shalat-shalat sunnah
  • 6. Hukum Adzan  Malikiyah berkata, adzan hukumnya sunnah kifayah bagi suatu jamaah yang menunggu orang lain yang akan shalat berjamaah dengannya di sebuah tempat yang biasa dilakukannya shalat bersama, dan sunnah pada tiap mesjid, meskipun berdekatan baik ke samping atau ke atas. Hanya saja disunnahkan adzan di waktu shalat fardhu ain, dan tidak disunnahkan pada shalat fardhu kifayah dan shalat sunnah, serta waktu dharurat dan tempat yang biasa jamaah tidak menunggu orang yang akan shalat  Hambaliyah berkata, Adzan adalah fardhu kifayah di desa atau kota pada lima shalat fardhu yang hadir (dikerjakan pada waktunya ) atas laki-laki merdeka yang mukim. Dan hukumnya sunnah beradazan bagi shalat yang tertinggal (bukan pada waktunya), juga bagi munfarid (shalat sendiri) baik dalam keadaan mukim atau safar (perjalanan)
  • 7. Syarat-syarat Adzan 1. Niat, jika seseorang beradzan tanpa niat maka adzannya tidak sah menurut madzhab Maliki dan Hanafi. Sedangkan madzhab Syafii dan Hambali tidak mensyaratkan niat dalam adzan 2. Lafadz adzan diucapkan berturut-turut, yakni tidak disela dengan diam atau ucapan lain yang lama. Hal ini dsepakati oleh 3 madzhab, sedangkan madzhab Hambali berpendapat disela dengan ucapan lain sedikitpun dapat membatalkan adzan. 3. Menggunakan bahasa Arab, kecuali bagi non Arab yang akan memanggil sesamanya. Ini disepakati oleh 3 madzahab kecuali mazhab Hanafi yang berpendapat harus menggunakan bahasa Arab apapun kondisinya. 4. Dilakukan setelah masuk waktu shalat. Jika adzan dilakukan sebelum masuk waktu dzuhur, ashar, maghrib dan isya maka tidak sah menurut kesepakatan ulama. Adapun jika hal itu adalah adzan subuh maka hal itu sah menurut 3 madzhab, kecuali madzhab Hanafi 5. Kalimat adzan harus tertib, jika tidak tertib maka harus diulang pada kalimat tersebut, seperti membalik ” hayya alas shalah” dengan “hayya alal falah”, Ini menurut 3 madhzab kecuali Hanafi yang berpendapat sah tetapi makruh
  • 8. Adzan Bergantian  Salah satu syarat yang disepakati ulama madzhab adalah bahwa yang beradzan harus satu orang. Jika seorang muadzin beradzan sebagian lalu dilanjutkan oleh orang lain, maka adzannya tidak sah, baik oleh dua orang atau lebih.  Jika adzan dilakukan seperti di atas, maka adzan tidak sah dan hilang pahala kesunahan adzan  Namun jika dua atau tiga orang beradzan yang masing- masing beradzan secara sempurna, maka adzan itu sah dan mendapat pahala kesunahannya, akan tetapi itu bid’ah yang tidak perlu. Bahkan bisa tidak jika dilakukan di satu tempat. Hal ini dihukumkan mubah karena tidak ada hadits yang melarangnya. Sedangkan Kaidah Umum tidak melarang adazan dua kali atau lebih di satu tempat seperti halnya di tempat yang berbeda. Akan tetapi ruh syariat Islam memerintahkan berhenti pada batas yang diperintahkan agama dalam masalah ibadah. Maka untuk lebih hati-hati meninggalkan adzan berkali-kali.
  • 9. Syarat Seorang Muazdin 1. Muslim, tidak sah adzan yang dilakukan seorang yang kafir 2. Berakal, tidak sah adzan yang dilakukan oleh orang gila, orang mabuk dan ayan. 3. Laki-laki, tidak sah azdan dilakukan oleh seorang wanita dan waria.  Ketiga syarat di atas telah disepakati oelh tiga mazdhab. Sedang madzhab Hanafi berpendapat bahwa ketiga hal di atas tidak disyaratkan, sehingga jika mereka melakukan adzan, maka adzannya sah. Akan tetapi meskipun demikian tidak boleh kita mempercayai masuknya sholat dengan adzan yang dilakukan oleh kafir, orang gila dan orang fasik. Adapun adzan wanita dapat dilarang jika dapat menimbulkan syahwat bagi orang yang mendengarnya.  Sedangkan syarat baligh tidak disyaratkan, sehingga jika anak kecil beradzan baik sendiri maupun ikut orang lain maka hal itu sah menurut 3 madzhab selain Malikiayah yang mengharuskan mengikuti orang baligh.  Tidak disayaratkan juga sukun (berhenti) pada setiap kalimat menurut madzahab Maliki dan Syafii, tetapi disunahkan berhenti pada setiap ujung kalimat
  • 10. Sunah-sunah Adzan 1. Muadzain suci dari dua hadast (kecil dan besar) 2. Suara muadzin bagus dan tinggi 3. Muadzin berada di tempat yang tinggi 4. Muadzin berdiri kecuali ada udzur sakit atau lainnya 5. Muadzin menghadap kiblat, kecuali untuk memperdengarkan pada orang maka dibolehkan membelakangi kiblat menurut sebagian madzhab a. Malikiyah: Muadzin boleh berputar dengan tujuan memperdengarkannya orang b. Syafiiyah: Sunah tetap menghadap kiblat jika kampungnya kecil, namun disunahkan berputar jika kampungnya luas untuk memperdengarkan pada orang. c. Hanafiyah: Sunah tetap menghadap kibal jika di dalam mesjid. Sedang jika berada di menara disunnahkan berputar agar orang dapat mendengarnya. d. Tetap disunnahkan menghadap kiblat di setiap kondisi, meskipun berada di menara 6. Menengok ke arah kanan saat mengucapkan “Hayya alas Sholah” dan ke arah kiri saat mengucapkan “Hayya alal Falah” dengan menggerakkan kepala dan lehernya, tanpa dadanya. 7. Berhenti (wukuf) pada setiap lafadz kalimat kecuali kalimat “Allahu Akbar”, padanya berhenti setiap dua kalimat tersebut.
  • 11. Menjawab Adzan  Disunnahkan menjawab adzan meskipun atas orang yang junub, haidh atau nifas.  Caranya: mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, kecuali lafadz: “Hayya ‘alas sholah” dan “Hayya alal Falah” , maka dijawab dengan lafadz “Laa haula wala Quwwata illa billah”  Madzhab Hanafi mensyaratkan tidak dalam keadaan haid atau nifas, jika haid dan nifas maka tidak disunnahkan menjwab adzan.  Sedangkan Madzhab Hambali berpendapat bahwa yang disunnahkan menjawab adalah orang yang dipanggil melaksanakan sholat fardhu berjamaah pada adzan tersebut, sedangkan wanita tidak diwajibkan shlat berjamaah.  Pada lafadz “Ash-holatu khoirum minannaum” jawabannya adalah “Shodaqta wa barorta” (engkau benar dan engkau telah berbuat baik)  Tidak disunnahkan menjawab adzan bagi orang yang sedang shalat, meskipun shalat sunnah atau shalat jenazah, bahkan hal itu dimakruhkan namun tidak menjadi batal shalatnya jika menjawab kecuali jika menjawab dengan lafadz “Shodaqta wa barorta”, dan “Hayya alas shola”h serta “Hayya alal Falah”  Tidak disunnahkan juga menjawab adzan bagi yang sedang berkhutbah. Adapun bagi guru atau murid yang sedang mengajar dan belajar tetap disunnahkan  Orang yang sedang makan tidak disunahkan menjawab adzan menurut Syaffiiyah dan Hanafiyah, namun menurut Hambali dan Malikiyah hal itu
  • 12. Menjawab Adzan  Tidak disunnahkan menjawab adzan bagi orang yang sibuk ‘mendatangi’ isterinya, atau sedang buang hajat.  Demikian pula tidak disunnahkan menjawab adzan bagi orang yang sedang mndengar khutbah  Hukum diatas telah disepakati oleh madzhab Syafii dan Hambali, sedangkan Maliki berpendapat bahwa orang yang sholat sunnah disunnahkan menjawab adzan, dan pada saat “hayya ‘ala sholah..falah...dijawab dengan hauqolah bukan dengan lafadz yang sama karena hal itu dapat membatalkan sholat. Adapaun madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang sedang sholat jika menjawab adzan maka batal shalatnya, baik berupa shalat sunnah maupun wajib.
  • 13. Adzan bagi Shalat yang Tertinggal  Disunnahkan adzan dengan suara keras bagi shalat yang tertinggal jika dilaksanakan secara berjamaah, baik di rumahnya maupun di lapangan. Berbeda jika dilakukan di rumahnya secara sendiri maka tidak boleh dikeraskan suaranya. Adapun shalat qadha di masjid maka tidak boleh ada adzan secara mutlak meskipun dilakukan berjamaah. Hukum ini disepakati tiga madzhab, sedangkan Malikiyah berpendapat makruh melakukan adzan bagi shalat yang tertinggal secara mutlak.  Sedangkan jika akan melaksanakan shalat qadha yang banyak dalam satu majlis, maka cukup adzan sekali saja. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi dan Hambali. Sedangkan Malikiyah berpendapat hal itu makruh seperti pendapatnya di atas. Adapun Syafiiyah berpendapat haram adzan untuk shalat qodho lainnya selain yang pertama
  • 14. Melambatkan Adzan (Tarasul)  Yang dimaksud tarasul (melambatkan adzan) adalah berhenti panjang antara lafadz-lafadz adzan.  Hanafiyah berkata, Tarasul adalah pelan-pelan, dimana muadzin mengucapkan kalimat adzan lalu diam seukuran orang menjawab adzannya, namun diam disini antara dua takbir bukan antara satu takbir.  Malikiyah berkata, tarasul adalah tidak melambai- lambaikan adzan, melambaikan-lambaikan tidak makruh jika tidak keluar dari sekedar keperluan, namun jika kelebihan maka haram hukumnya. Oleh lagu adzan yang ada sekarang ini hukumnya haram  Hanballiyah dan Syafiiyah berkata, tarasul adalah melambat-lambatkan dalam adzan, hukumnya sunnah
  • 15. Makruh-makruh Adzan  Tidak menghadap kiblat, kecuali untuk memperdengarkan orang dari arah lain.  Adzan dalam keadaan berhadats, baik hadast kecil maupun besar.  Adzan untuk sholat wanita, menurut 3 madzhab. Sedangkan Syafiiyah berkata, jika adzan untuk sholat wanita namun yang beradzan adalah laki-laki tidaklah dimakruhkan. Dan jika dilakukan oleh salah seorang wanita maka hukumnya batal. Jika ia meniru laki- laki maka haram hukumnya. Dan diperbolehkan jika tidak meninggikan suaranya.  Berbicara saat adzan, kecuali jika menjawab salam, menjawab orang bersin, maka menurut  Hanafiyah: dimakruhkan berbicara walau untuk menjawab salam atau bersin  Syafiiyah: menjawab salam dan bersin bukanlah makruh, wajib menjawab salam setelah adzan dan sunnah menjawab bersin usai adzan  Hanabilah: menjawab salam dan bersin hukumnya mubah meskipun tidak diwajinbkan menjawab salam bagi yang sedang adzan  Malikiyah: berbica dan menjawb orang bersin hukumnya makruh, tapi menjawab salam hukumnya wajib.
  • 16. Iqomah  Iqomah adalah pemberitahuan akan segera didirikannya sholat dengan lafadz-lafadz tertentu  Lafadz iqomah adalah:  ‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬ - ‫االهللا‬ ‫اله‬ ‫ال‬ ‫أن‬ ‫أشهد‬ - ‫هلل‬ ‫رسول‬ ‫محمدا‬ ‫أن‬ ‫اشهد‬ - ‫على‬ ‫حي‬ ‫الصالة‬  ‫الفالح‬ ‫على‬ ‫حي‬ - ‫الصالة‬ ‫قامت‬ ‫قد‬ ‫الصالة‬ ‫قامت‬ ‫قد‬ - ‫أكبر‬ ‫هللا‬ ‫أكبر‬ ‫هللا‬ - ‫اال‬ ‫الاله‬ ‫هللا‬  Lafadz itu sudah disepakati oleh Madzhab Syafii dan Hambali, adapun Madzhab Hanafi berpendapat bahwa jumlah takbir pertama sebanyak 4 takbir, dan takbir terakhir sebanyak 2 takbir, dan lainnya dua kali-dua kali.  Sedangkan Madzhab Maliki berpendapat, bahwa iqomah semuanya witir (ganjil)/sekali-sekali), kecuali takbir pertama dan terakhir maka dibaca dua kali
  • 17. Syarat Iqomah  Syarat Iqomah sama dengan syarat adzan, kecuali dalam dua hal:  laki-laki, hal ini bukan menjadi syarat pada iqomah, sehingga iqomah seorang wanita sah jika untuk dirinya. Namun jika ia sholat bersama laki-laki maka iqomahnya untuk sholat mereka tidak sah menurut Syafiiyah dan Malikiyah. Sedangkan menurut Hanafiyah bahwa syarat di atas bukanlah syarat sah akan tetapi syarat kesempurnaan. Sehingga iqomah wanita untuk laki-laki adalah makruh. Sedangkan Malikiyah berpendapat bahwa iqomah bagi laki-laki adalah sunnah ain dan bagi wanita hukumnya mandub  Iqomah harus bersambung dengan pelaksanaan shalat, sedangkan adzan tidak.
  • 18. Sunnah-sunnah Iqomah  Sunnah iqomah seperti sunnah-sunnah adzan, kecuali pada beberapa hal yang berbeda:  Adzan di tempat yang tinggi, sedangkan iqomah tidak. Kecuali madzahab Hambali yang men-sunnahkan iqomah di tempat tinggi jika tidak ada kesulitan.  Disunnahkan tarji’ (mengulang lafadz syahadat (pada adzan, sedangkan iqomah tidak.  Disunnahkan membaca lambat pada adzan, sedangkan pada iqomah disunnahkan membaca cepat. Kecuali Malikiyah yang berpendapat sunnah dilambatkan bacaan iqomah.  Disunnahkan meletakan ujung jaring telunjuk di lubang kuping pada saat adzan. Sedangkan pada iqomah tidak disunnahkan, kecuali Hanafiyah yang berpendapat hak itu disunnahkan pada iqomah.
  • 19. Jeda Antara Adzan dan Iqomah  Disunnahkan bagi muadzin untuk duduk di antara adzan dan iqomah seukuran orang yang biasa sholat berdatangan ke masjid sambil memperhatikan keutamaan sholat di awal waktu. Kecuali pada shalat maghrib, maka sebaiknya tidak ditunda, kecuali diberi jeda sedikit saja seperti ukuran membaca tiga ayat al-Quran. Hukum ini menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi  Malikiyah berpendapat bahwa bagi jamaah yang menunggu orang shalat, boleh melaksanakan shalat di awal waktu setelah shalat sunah qobliyah, kecuali waktu Dzuhur maka sebaiknya ditunda seukuran orang shalat, dan hal itu ditambah jika cuaca siang panas hingga pertengahan waktu shalat. Adapun jamaah yang tidak sedang menunggu dan munfarid maka afdholnya adalah melaksanakan shalat setelah shalat qabliyah  Hanabilah berpendapat bahwa sebaiknya muadzin duduk menunggu antara adzan dan iqomah seukuran orang telah menyelesaikan buang hajatnya, selesainya orang berwudhu, dan sholat dua rakaat. Kecuali pada shalat maghrib maka diberi jeda antara adzan dan iqomah seukuran duduk sebentar.
  • 20. Mengambil Upah dari Adzan dan lainnya  Diperbolehkan menerima upah dari adzan dan lainnya seperti menjadi imam dan mengajar, ini menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi  Sedangkan madzhab Maliki berpendapat, diperbolehkan mengambil upah atas pekerjaan adzan dan iqomah. Sedangkan menjadi imam dibolehkan jika bersamaan dengan tugas adzan dan iqomah. Sedangkan mengambil atas tugas menjadi imam maka hukumnya makruh jika upah itu diambil dari orang-orang yang shalat. Akan tetapi jika diambil dari wakaf atau Baitul Mal maka tidak dimakruhkan.  Adapun Madzhab Hanafi berpendapat, haram hukumnya mengambil upah dari hasil adzan dan iqomah jika masih ada orang yang sukarela melakukannya. Jika tidak ada orang yang sukarela, maka boleh menerima upah dari waliyul amri (pemerintah) dari Baitul Muslimin, karena untuk kebutuhan kaum muslimin
  • 21. Adazan untuk kelahiran, pertempuran, kebakaran, perang dan lainnya.  Disunnahkan adzan di telinga kanan anak yang baru dilahirkan saat kelahirannya, dan iqomah di telinga kirinya.  Demikian juga disunnahkan adzan saat terjadi kebakaran, perang dan tertinggalnya musafir serta adzan pada telinga orang sedang gelisah (bengong) dan kesurupan.
  • 22. Bershalawat dan Bertasbih Sebelum Adzan  Bershalawat sesudah adzan adalah disyariatkan tanpa ada perbedaan pendapat, baik dilakukan oleh muadzin maupun lainnya. Berdasarkan hadits Nabi saw:  ‫علي‬ ‫صلوا‬ ‫ثم‬ ‫يقول‬ ‫ما‬ ‫مثل‬ ‫فقولوا‬ ‫المؤذن‬ ‫سمعتم‬ ‫اذا‬  “Jika kamu mendengar muadzin, maka bacalah seperti apa yang dibacanya, kemudian bershalwatlah kepadaku”  Kata “Kemudian bershalawatlah padaku” bersifat umum, baik yang kepada yang mendengar maupun muadzin, dan hadits pun tidak secara jelas mengaharuskan bershalawat dengan suara rendah, sehingga jika muadzin bersuara keras dengan maksud mengingatkan orang maka hal itu adalah baik.  Hanya saja yang perlu diperhatikan tujuan membaca shalawatnya karena ibadah dan bukan tujuan lagu. Karena hal ini menjadi bida’ah. Akan tetapi Madzhab Syafii dan Hambali mensunnahkannya, namun barangkali mereka pun tetap menginginkannya itu adalah untuk ibadah.  Adapun membaca tasbih sebelum waktu subuh, maka sebagian ulama mengatakan hal itu tidak diperbolehkan, karena hal itu menganggu orang yang sedang tidur yang belum dikenai kewajiban oleh Allah swt. Namun sebagian ulama memperbolehkannya karena terkandung maksud mengingatkan. Hal demikian, meskipun bukan terkandung hukum syariat, maka hukumnya bukanlah sunnah atau mandub. Akan tetaopi mengingatkan orang untuk ibadah adalah diperbolehkan jika tidak ada dampak negatifnya. Dan yang utama adalah meninggalkan perbuatan tersebut, kecuali pada bulan Ramadhan karena ada azas manfaattnya