SlideShare a Scribd company logo
PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
    DI MASYARAKAT HUKUM ADAT NIAS




                    Oleh
             Dalinama Telaumbanua
                  312006064




           Tugas Makalah Hukum Adat
                FH UKSW 2008
A. Pendahuluan


           Jika kita berbicara tentang hukum adat di Indonesia maka akan ditemukan
berbagai benturan akibat banyaknya persoalan sosial yang berdampak pada pekembangan
hukum di Negara ini.
           Salah    satu   dampak      daripada     permasalahan      yang    selalu   menyelimuti
perkembangan hukum di Indonesia ini ialah karena Negara Indonesia ini begitu luas dan
begitu kompleks sehingga setiap daerah biasanya memiliki tradisi adat tertentu akan
tetapi tidak semua juga memiliki hukum adapt.1
Akan tetapi, kita jangan mempermasalahkan mengapa Indonesia ini memiliki banyak
sekali adat disetiap daerah malahan kita harus bisa mensyukurinya oleh karena hal
tersebut merupakan suatu anugerah Tuhan kepada Negara ini. Hanya saja, kita juga
jangan hanya berpangku tangan saja tanpa berbuat apa-apa terhadap berbagai macam
persoalan yang dihadapi oleh Negara ini karena ini merupakan tanggungjawab kita
sebagai warga Negara yang baik.
Oleh karena sesuai dengan kata-kata bijak yang sudah di ungkapkan oleh para pendahulu
kita ialah “ jangan tanyakan apa yang sudah diperbuat Negara kepadamu, akan tetapi
tanyakanlah kepada diri anda sendiri apa yang sudah anda perbuat bagi Negara ini. Jadi
masalah yang dihadapi bangsa ini, salah satunya masalah hukum adat menjadi tanggung
jawab kita sebagai warga Negara yang baik.
Tulisan ini dengan tanpa berpretensi, tidak bermaksud untuk menjawab semua persoalan
di atas. Namun hanya mengupayakan pembahasan secara sederhana tentang persoalan
hukum Adat dan inteprentasinya dengan perubahan sosial.
           Yang menjadi alasan mengapa penulis memilih atau mengambil judul ini ialah
karena permasalahan yang diangkat oleh judul ini seringkali menjadi bahan pembicaraan
pada kalangan masyarakat kalangan bawah karena biasanya masyarakat tersebut lah yang
sering kali mangalaminya. Sedangkan masyarakat modern biasanya tidak sering bahkan
ada yang belum pernah sama sekali mengalaminya.




1
    Van Dijk Prof, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Sumur, Bandung, 1960, hal 65-70
B. Latar Belakang Masalah


       Yang menjadi latar belakang dari permasalahan diatas ialah terletak pada
persoalaan Urgensi hukum adat yaitu:
           1. Karena Negara indonesia ini merupakan Multi Kultural yang artinya
               negara yang terdiri dari bermacam-macam suku, ras, etnis, klan, agama.
               Hukum Adat muncul salah satunya                ialah untuk menjaga dan
               mengakomodasi kekayaan kultural bangsa Indonesia yang semakin
               terpendam sehingga tetap dikenal dan menjadi elemen penting dalam
               perumusan hukum nasional yang adaptif dan mempunyai daya
               akseptabilitas yang tinggi untuk masyarakat.
           2. selain itu juga karena Kedudukan hukum Adat dalam konstelasi tata hukum
               nasional Indonesia senyampang ia tidak menghambat segera tercapainya
               masyarakat Sosialis Pancasila yang nota bene dari dulu sampai sekarang
               menjadi pengatur-pengatur hidup bermasyarakat kita, harus menjadi dasar-
               dasar elemen, unsur-unsur hukum yang kita masukkan dalam hukum
               nasional kita yang baru. Hal ini terdapat pada salah satu point dalam
               rumusan Dasar-dasar dan Asas-asas Tata Hukum Nasional oleh


       Beberapa problem lain yang dihadapi antara lain ialah disebabkan oleh karena
hukum Adat yang merupakan sumber hukum Nasional belum dilegalkan sebagai
peraturan tertulis,2 padahal hukum dalam konteks budaya lokal (local culture) perlu
dikembangkan dalam era kekinian sehingga hukum yang berlaku di masyarakat terasa
lebih inhern, acceptable, dan adaptif. Selain itu juga karena penyelesaian sengketa Adat
yang kurang atau tidak mengenal pemisahan antara masalah pidana dan perdata3.




C. Masalah Penelitian
2
    Abdurrahman SH., Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional , Alumni, Bandung,
   1978, hal 47-68
3
  Soebekti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1958,
  hal 275-281
Dari uraian pendahuluan dan latar belakang diatas maka masalah penelitian yang
dihadapi atau yang diangkat ialah
       1.                    Mengapa masyarakat hukum adat Nias cenderung memakai
         atau menyelesaikan kasus tindak pidana penganiayaan dengan cara hukum adat?
       2.                    Bagaimana    cara    masyarakat    hukum     adat    Nias
         menyelesaikan kasus tindak pidana penganiayaan?




D. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang dipakai penulis untuk melakukan pengumpulan data
mengenai masalah penyelesaian masalah tindak pidana penganiaan ialah dengan
memakai obyek kajian literatur dalam hal ini buku, Undang-undang, internet, Koran,
majalah, dan lain sebagainya.4
Sedangkan metode wawancara juga memang dipakai penulis dalam mengumpulkan data
oleh karena lokasi atau tempat penelitian terhadap masalah ini merupakan daerah asal
penulis sehingga tahu betul apa yang terjadi serta apa yang dialami oleh masayarakat
hukum adat Nias. Dalam metode wawancara ini, penulis mendapat banyak sekali
pengalaman tentang realisasi hukum khususnya di masyarakat Nias, yang kadangkala
tidak sesuai atau melenceng jauh dari aturan yang sudah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia sehingga masyarakat cenderung untuk memakai
hukum adat.




E. Isi dan Analisa

4
    Hadikusumah SH.,Pokok-Pokok Pengertian Hukum Adat, Alumni, Bandung, 1980. hal 110-115
Dari kedua macam rumusan atau masalah penelitian diatas maka dapat dijelaskan
secara mendetail mengenai apa sebenarnya yang telah terjadi di Masyarakat hukum adat
Nias itu juga dialami oleh daerah-daerah lain dibeberapa provinsi atau kabupaten/kota di
wilayah Negara kesatuan Indonesia ini. Sehingga kita jangan terburu-burut mengambil
keputusan bahwa kejadian mengenai penyelesaian masalah tindak pidana ini hanya
terjadi di Indonesia saja.
         Yang menjadi titik tolak dari permasalahan ini ialah tentang penyelesaian tindak
pidana Penganiayaan dimasyarakat hukum adat Nias yang tidak sesuai dengan KUHP
Pasal 351-358 tentang penganiayaan.5
         Undang-undang tidak memberi ketentuan apakah yang diamaksud dengan
“penganiayaan” itu. Akan tetapi, Yurisprudensi mencoba mengartikan apa yang
dimaksud dengan “penganiayaan” ialah suatu tindakan seseorang yang dilakukan dengan
sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit (pijn), atau luka.
Yang artinya, tindakan penganiayaan tersebut harus dilakukan dengan cara disengaja dan
tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang di izinkan. Dalam KUHP
tersebut dibedakan mengenai jenis penganiayaan diantaranya penganiayaan berat dan
juga penganiayaan Biasa atau ringan. Akan tetapi didalam masalah ini, jenis-jenis
penganiayaan itu tidak dijelaskan secara mendetail oleh karena penulis tidak bermaksud
untuk membahas mengenai jenis penganiayaan tersebut akan tetapi hanya mengangkat
masalah dalam penyelesaian tindak pidana penganiayaan secara umum.
         Kalau misalnya, di Nias ada seseorang yang melakukan penganiayaan terhadap
orang lain maka biasanya para tersangka tersebut tidak langsung di bawa kepihak yang
berwajib dalam hal ini pihak kepolisian akan tetapi diserahkan kepada kepala suku.
Yang menjadi alasan mengapa tersangka penganiayaan tidak langsung dibawa kepihak
yang berwenang ialah karena biasanya kantor kepolisian jauh sekali jaraknya dari daerah
masyarakat yang bersangkutan. Jadi, jika dibawa kekantor polisi maka akan memerlukan
dana yang besar serta waktu yang relative cukup lama sehingga masyarakat adapt
setempat lebih memilih penyelesaian secara hukum adat saja karena mereka berpendapat



5
    KUHP Pasal 351-328
aatau beranggapan bahwa jika diselesaikan secara adat maka lebih efektif, efisien, waktu
penyelesaian masalah yang relative lebih singkat serta biaya yang murah.
           Padahal alasan masyarakat tersebut masih belum relevan atau belum tentu benar
oleh karena yang dirugikan dalam penyelesaian secara adapt ini ialah “tersangka” karena
perbuatan yang ditujukan kepada yang bersangkutan belum tentu benar. Bisa saja
yangbersangkutan dalam hal ini tersangka melakukan hal tersebut tanpa di sengaja atau
karena terspaksa atau bersifat darurat atau karena tindakan nya itu dilakukan karena
untuk melindungi diri nya dari pihak lain dalam hal ini korban.6
           Biasanya yang selalu terlibat dalam setiap penyelesaian suatu masalah ialah
kepala suku atau Desa. Oleh karena pihak Desa merasa harus bertanggung jawab
terhadap apa saja yang terjadi di Desanya.


Dalam masyarakat adat, hukum dipahami sebagai sarana untuk menciptakan suasana
aman dan tentram. Jadi suasana aman di sini lebih berorientasai pada suasana kejiwaan.
Amanah di sini bukan sekedar aman di masa kini saja melainkan juga di masa
mendatang, hal itu ada dalam kebersamaan. Oleh sebab itu pendekatan secara individual
dirasa kurang menjamin keadaan tersebut. Baik individu, keluarga dan masyarakat harus
berada pada suasana aman itu.
           Berbeda dengan pola pendekatan pada hukum pidana Nasional yang note-bene
pada prinsipnya berasal dari pola pendekatan barat yang individualistis, sehingga pola
penanganannya juga individualistis


      1)         Budaya Hukum
           Budaya hukum masyarakat adalah menggunakan hukum tidak tertulis, baik dalam
hukum materiil maupun hukum formilnya, namun berjalan secara riil dalam masyarakat.
Masyarakat Nias memandang suatu persoalan dari sudut pandang kolektif, 7 artinya apa
yang dihadapi individu bukanlah semata-mata persoalan individu itu sendiri, melainkan
terkait dengan persoalan yang lebih luas, yaitu dengan keluarga batih maupun keluarga
besar, dengan tetangga, dengan teman, dengan kedudukan individu sebagai anggota
masyarakat maupun yang terkait dengan kedudukan sebagai manusia. Mengutamakan
6
    Hilman SH., Hukum Perjanjian Adat, Alumni, Bandung,1979, hal 48-49
7
    Soebekti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1958, hal 275-281
kesebandingan daripada sekedar kepastian hukum. Riil sifatnya, hal ini tentu juga
berbeda dengan hukum Nasional yang bersifat abstrak.
           Reaksi terhadap terjadinya tindak pidana lebih bersifat tidak berlebihan
(seperlunya). Masyarakat lebih melihat suatu kasus sebagai suatu perbuatan individual
(personal), artinya pihak lain berada pada posisi di luar. Perbuatan yang dikategorikan
sebagai perbuatan yang mengganggu keseimbangan masyarakat dalam hal ini perbuatan
tindak pidana. Pembedaan antara kaedah hukum dengan kaedah sosial lainnya amat
longgar, dalam arti kaedah agama, kaedah kesusilaan dan kaedah sopan-santun, akan
berujud sebagai kaedah hukum manakala kesadaran hukum masyarakat menghendaki.
Adapun ukuran yang digunakan adalah apakah suatu perbuatan telah mengganggu
keseimbangan dalam masyarakat ataukah tidak.8


        2) Pola Penyelesaian Kasus Kindak Pidana9
           Pola penyelesaian perkara pidana di masyarakat hukum adapt Nias ialah lebih
berorientasi pada pola penyelesaian secara kekeluargaan. Proses penyelesaian secara
kekeluargaan yang dilakukan terdapat beberapa jenjang, yaitu jenjang keluarga, dusun
dan desa.
Pada jenjang keluarga dan dusun biasanya tidak tertulis, sedang pada jenjang tingkat desa
biasanya tertulis.
           Masyarakat hukum adat Nias lebih memilih penyelesaian suatu masalah secara
adat daripada secara hukum positif soalnya masyarakat nias mempunyai kesan negatif
terhadap Lembaga Pemasyarakatan, hanya saja untuk kasus tertentu masyarakat terpaksa
tidak dapat berbuat lain.
Selain itu masyarakat agak sedikit takut jika berperkara di Pengadilan soalnya letak
Pengadilan Negeri (PN) yang dirasa cukup jauh. Selanjutunya, masyarakat juga kurang
percaya dengan Badan Peradilan yang di nilai tidak adil, tidak efisien serta pelaksanaan
tugas peradilan yang dinilai tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
        3) Sanksi
8
    Djojodogoeno Prof., Asas-Asas Hukum Adat, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1958, hal 15-20
9
    http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-joni-5056-
    pencurian&q=Hidup
Biasanya di dalam penyelesaian suatu masalah di tingkat desa, tidak di dapati
secara tegas mengenai rumusan pemberian sanksi bagi yang bersalah akan tetapi masing-
masing kasus di pertimbangkan secara sendiri-sendiri (Kasuistis).
Sehingga penetapan suatu sanksi tersebut di lakukan atau di ambil berdasarkan hasil
suatu musyawarah. Sanksi yang diberikan itu biasanya, dapat berbentuk permintaan maaf,
denda, sumpah, pengusiran dari Desa untuk orang pendatang (penduduk tidak tetap).
Sanksi tidak harus magis-religius, bagi mereka persoalan pelanggaran terhadap norma
adalah merupakan persoalan individu atau keluarga atau komunitas tertentu, oleh sebab
itu bila individu atau kolektifa telah diadili, para pihak semua menginsafi, pelaku dapat
bertaubat, selain itu jika pihak lain memaafkan maka keseimbangan di dalam masyarakat
akan segera terwujud lagi..


F. Rekomendasi dan Kesimpulan
       Beberapa rekomendasi yang diajukan, yaitu mengingat letak daerah-daerah
terpencil di pulau Nias relatif masih jauh dari pusat pemerintahan dalam hal ini Kantor
polisi dan Kantor Pengadilan, yang membutuhkan waktu serta dana yang tidak sedikit,
maka dirasa perlu ruang sidang yang telah dibangun digunakan secara efektif, baik untuk
perkara pidana ataupun perkara perdata, khususnya terhadap kasus yang proses
pembuktiannya mudah.
Ini adalah merupakan tanggung-jawab pemerintah dalam rangka pelayanan publik yang
berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk kepentingan pembinaan
dan pengembangan hukum, maka segala putusan ‘adat’ khususnya dalam hal ini yang
berkaitan dengan hukum pidana adat.
Perlu di tumbuh-kembangkan sikap yang menciptakan simpati terhadap badan peradilan
pada umumnya dan Kepolisian pada khususnya sebagai ujung tombak badan peradilan
supaya masyarakat enjadi percaya terhadap kinerja suatu badan yang formal.
       Akhirnya, perlu pengkajian dan pengembangan hukum adat-progresif, sehingga
dengan demikian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan hukum
Nasional pada umumnya dan sedapat mungkin dapat pula digunakan dalam praktik
peradilan.
G. Daftar Pustaka
1) Hadikusumah SH.,Pokok-Pokok Pengertian Hukum Adat, Alumni, Bandung,
   1980. hal 110-115
2) Soebekti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita,
   Jakarta, 1958, hal 275-281
3) Djojodogoeno Prof., Asas-Asas Hukum Adat, Yayasan Badan Penerbit Gadjah
   Mada, 1958, hal 15-20
4) Hilman SH., Hukum Perjanjian Adat, Alumni, Bandung,1979, hal 48-49
5) Van Dijk Prof, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Sumur, Bandung, 1960, hal
   65-70
6) Abdurrahman SH., Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan
   Nasional, Alumni, Bandung, 1978, 47-68
7) http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-
   2002-joni-5056-pencurian&q=Hidup
8) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

More Related Content

What's hot

Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
Konsultan Pendidikan
 
808 1985-1-sp
808 1985-1-sp808 1985-1-sp
Pkn (klmpk 3)
Pkn (klmpk 3)Pkn (klmpk 3)
Pkn (klmpk 3)
Santy Aethelwine
 
Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negara
Mischaelle
 
Makalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMakalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publik
Mohammad Nawawi
 
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanMasyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
william_marthin
 
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
pjj_kemenkes
 
Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan kamala c...
Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan   kamala c...Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan   kamala c...
Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan kamala c...
keuangandesa
 
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragamanFungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Harry Bagiada
 
Lembaga adat
Lembaga adatLembaga adat
Lembaga adat
Retno Wulandari
 
Pelayanan publik
Pelayanan publikPelayanan publik
Pelayanan publik
Indah Verjayanti
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongRessy Octaviani
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
Fariz Arifuddin Arifuddin
 
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaFungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Operator Warnet Vast Raha
 
Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1
Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1
Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1
musniumar
 
Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...
Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...
Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...
musniumar
 

What's hot (20)

Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
808 1985-1-sp
808 1985-1-sp808 1985-1-sp
808 1985-1-sp
 
Pkn (klmpk 3)
Pkn (klmpk 3)Pkn (klmpk 3)
Pkn (klmpk 3)
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negara
 
Makalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMakalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publik
 
Pemerintah desa
Pemerintah desaPemerintah desa
Pemerintah desa
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanMasyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
 
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
 
Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan kamala c...
Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan   kamala c...Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan   kamala c...
Peluang dan tantangan dalam pemenuhan hak individual atas keadilan kamala c...
 
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragamanFungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
Fungsi dan peran lembaga sosial dalam mengelola keragaman
 
Lembaga adat
Lembaga adatLembaga adat
Lembaga adat
 
Pelayanan publik
Pelayanan publikPelayanan publik
Pelayanan publik
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
 
Bahan ajar pkn 4
Bahan ajar pkn 4Bahan ajar pkn 4
Bahan ajar pkn 4
 
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desaFungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
Fungsi badan permusyawaratan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa
 
Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1
Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1
Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta2013 1
 
Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...
Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...
Musni Umar: Satpol PP Bangun Cinta dan Empati, Hilangkan Citra Negatif di Mas...
 

Similar to Adat nias

Penyelesaian perselisihan dalam hukum adat aceh
Penyelesaian perselisihan dalam hukum adat acehPenyelesaian perselisihan dalam hukum adat aceh
Penyelesaian perselisihan dalam hukum adat aceh
Mulyatim Mulyatim
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
FitryII
 
RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docx
ratihmila211
 
Sikap positif terhadap konstitusi negara
Sikap positif terhadap konstitusi negaraSikap positif terhadap konstitusi negara
Sikap positif terhadap konstitusi negara
Luthfiyanti Nazhar
 
Proposal penegakan hukum
Proposal penegakan hukumProposal penegakan hukum
Proposal penegakan hukum
Septian Muna Barakati
 
6 pancasila menjadi sistem etika
6 pancasila menjadi sistem etika6 pancasila menjadi sistem etika
6 pancasila menjadi sistem etika
Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
 
HUKUM ADAT OKE.docx
HUKUM ADAT OKE.docxHUKUM ADAT OKE.docx
HUKUM ADAT OKE.docx
ZikratulHayati
 
Jaja perk. adat lengkap 1
Jaja perk. adat lengkap  1Jaja perk. adat lengkap  1
Jaja perk. adat lengkap 1Epink Fartini
 
Guna mempelajari hukum adat
Guna mempelajari hukum adatGuna mempelajari hukum adat
Guna mempelajari hukum adat
Nuelimmanuel22
 
Uas kewarganegaraan
Uas kewarganegaraanUas kewarganegaraan
Uas kewarganegaraan
BLOSID (blog and slideshare)
 
Pancasila sebagai adat istiadat
Pancasila sebagai adat istiadatPancasila sebagai adat istiadat
Pancasila sebagai adat istiadat
AnastasiaStefanie
 
Realitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan HukumRealitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan Hukum
Ir. Soekarno
 
Materi soal pkn
Materi soal pknMateri soal pkn
Materi soal pkn
benipurnama
 
Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6
Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6
Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6
rendrafauzi
 
KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5
KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5
KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5
Nesha Mutiara
 
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdfbjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
AgusGedeDharmawan
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p knPrediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
arif widyatma
 
JURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdf
JURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdfJURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdf
JURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdf
NURSIDAROYANTIBRSINA
 

Similar to Adat nias (20)

Penyelesaian perselisihan dalam hukum adat aceh
Penyelesaian perselisihan dalam hukum adat acehPenyelesaian perselisihan dalam hukum adat aceh
Penyelesaian perselisihan dalam hukum adat aceh
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docx
 
Sikap positif terhadap konstitusi negara
Sikap positif terhadap konstitusi negaraSikap positif terhadap konstitusi negara
Sikap positif terhadap konstitusi negara
 
Proposal penegakan hukum
Proposal penegakan hukumProposal penegakan hukum
Proposal penegakan hukum
 
6 pancasila menjadi sistem etika
6 pancasila menjadi sistem etika6 pancasila menjadi sistem etika
6 pancasila menjadi sistem etika
 
HUKUM ADAT OKE.docx
HUKUM ADAT OKE.docxHUKUM ADAT OKE.docx
HUKUM ADAT OKE.docx
 
Jaja perk. adat lengkap 1
Jaja perk. adat lengkap  1Jaja perk. adat lengkap  1
Jaja perk. adat lengkap 1
 
Guna mempelajari hukum adat
Guna mempelajari hukum adatGuna mempelajari hukum adat
Guna mempelajari hukum adat
 
Uas kewarganegaraan
Uas kewarganegaraanUas kewarganegaraan
Uas kewarganegaraan
 
Pancasila sebagai adat istiadat
Pancasila sebagai adat istiadatPancasila sebagai adat istiadat
Pancasila sebagai adat istiadat
 
Antropologi hukum umk cabang raha
Antropologi hukum umk cabang rahaAntropologi hukum umk cabang raha
Antropologi hukum umk cabang raha
 
Realitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan HukumRealitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan Hukum
 
Materi soal pkn
Materi soal pknMateri soal pkn
Materi soal pkn
 
Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6
Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6
Sikap positif terhadap konstitusi negara kelpmpok 6
 
KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5
KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5
KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN PKN SEMESTER 5
 
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdfbjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p knPrediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
 
Makalah.docx
Makalah.docxMakalah.docx
Makalah.docx
 
JURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdf
JURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdfJURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdf
JURNAL TRI ANDIKA SYAPUTRA (1).pdf
 

Adat nias

  • 1. PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DI MASYARAKAT HUKUM ADAT NIAS Oleh Dalinama Telaumbanua 312006064 Tugas Makalah Hukum Adat FH UKSW 2008
  • 2. A. Pendahuluan Jika kita berbicara tentang hukum adat di Indonesia maka akan ditemukan berbagai benturan akibat banyaknya persoalan sosial yang berdampak pada pekembangan hukum di Negara ini. Salah satu dampak daripada permasalahan yang selalu menyelimuti perkembangan hukum di Indonesia ini ialah karena Negara Indonesia ini begitu luas dan begitu kompleks sehingga setiap daerah biasanya memiliki tradisi adat tertentu akan tetapi tidak semua juga memiliki hukum adapt.1 Akan tetapi, kita jangan mempermasalahkan mengapa Indonesia ini memiliki banyak sekali adat disetiap daerah malahan kita harus bisa mensyukurinya oleh karena hal tersebut merupakan suatu anugerah Tuhan kepada Negara ini. Hanya saja, kita juga jangan hanya berpangku tangan saja tanpa berbuat apa-apa terhadap berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh Negara ini karena ini merupakan tanggungjawab kita sebagai warga Negara yang baik. Oleh karena sesuai dengan kata-kata bijak yang sudah di ungkapkan oleh para pendahulu kita ialah “ jangan tanyakan apa yang sudah diperbuat Negara kepadamu, akan tetapi tanyakanlah kepada diri anda sendiri apa yang sudah anda perbuat bagi Negara ini. Jadi masalah yang dihadapi bangsa ini, salah satunya masalah hukum adat menjadi tanggung jawab kita sebagai warga Negara yang baik. Tulisan ini dengan tanpa berpretensi, tidak bermaksud untuk menjawab semua persoalan di atas. Namun hanya mengupayakan pembahasan secara sederhana tentang persoalan hukum Adat dan inteprentasinya dengan perubahan sosial. Yang menjadi alasan mengapa penulis memilih atau mengambil judul ini ialah karena permasalahan yang diangkat oleh judul ini seringkali menjadi bahan pembicaraan pada kalangan masyarakat kalangan bawah karena biasanya masyarakat tersebut lah yang sering kali mangalaminya. Sedangkan masyarakat modern biasanya tidak sering bahkan ada yang belum pernah sama sekali mengalaminya. 1 Van Dijk Prof, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Sumur, Bandung, 1960, hal 65-70
  • 3. B. Latar Belakang Masalah Yang menjadi latar belakang dari permasalahan diatas ialah terletak pada persoalaan Urgensi hukum adat yaitu: 1. Karena Negara indonesia ini merupakan Multi Kultural yang artinya negara yang terdiri dari bermacam-macam suku, ras, etnis, klan, agama. Hukum Adat muncul salah satunya ialah untuk menjaga dan mengakomodasi kekayaan kultural bangsa Indonesia yang semakin terpendam sehingga tetap dikenal dan menjadi elemen penting dalam perumusan hukum nasional yang adaptif dan mempunyai daya akseptabilitas yang tinggi untuk masyarakat. 2. selain itu juga karena Kedudukan hukum Adat dalam konstelasi tata hukum nasional Indonesia senyampang ia tidak menghambat segera tercapainya masyarakat Sosialis Pancasila yang nota bene dari dulu sampai sekarang menjadi pengatur-pengatur hidup bermasyarakat kita, harus menjadi dasar- dasar elemen, unsur-unsur hukum yang kita masukkan dalam hukum nasional kita yang baru. Hal ini terdapat pada salah satu point dalam rumusan Dasar-dasar dan Asas-asas Tata Hukum Nasional oleh Beberapa problem lain yang dihadapi antara lain ialah disebabkan oleh karena hukum Adat yang merupakan sumber hukum Nasional belum dilegalkan sebagai peraturan tertulis,2 padahal hukum dalam konteks budaya lokal (local culture) perlu dikembangkan dalam era kekinian sehingga hukum yang berlaku di masyarakat terasa lebih inhern, acceptable, dan adaptif. Selain itu juga karena penyelesaian sengketa Adat yang kurang atau tidak mengenal pemisahan antara masalah pidana dan perdata3. C. Masalah Penelitian 2 Abdurrahman SH., Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional , Alumni, Bandung, 1978, hal 47-68 3 Soebekti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1958, hal 275-281
  • 4. Dari uraian pendahuluan dan latar belakang diatas maka masalah penelitian yang dihadapi atau yang diangkat ialah 1. Mengapa masyarakat hukum adat Nias cenderung memakai atau menyelesaikan kasus tindak pidana penganiayaan dengan cara hukum adat? 2. Bagaimana cara masyarakat hukum adat Nias menyelesaikan kasus tindak pidana penganiayaan? D. Metode Pengumpulan Data
  • 5. Adapun metode yang dipakai penulis untuk melakukan pengumpulan data mengenai masalah penyelesaian masalah tindak pidana penganiaan ialah dengan memakai obyek kajian literatur dalam hal ini buku, Undang-undang, internet, Koran, majalah, dan lain sebagainya.4 Sedangkan metode wawancara juga memang dipakai penulis dalam mengumpulkan data oleh karena lokasi atau tempat penelitian terhadap masalah ini merupakan daerah asal penulis sehingga tahu betul apa yang terjadi serta apa yang dialami oleh masayarakat hukum adat Nias. Dalam metode wawancara ini, penulis mendapat banyak sekali pengalaman tentang realisasi hukum khususnya di masyarakat Nias, yang kadangkala tidak sesuai atau melenceng jauh dari aturan yang sudah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia sehingga masyarakat cenderung untuk memakai hukum adat. E. Isi dan Analisa 4 Hadikusumah SH.,Pokok-Pokok Pengertian Hukum Adat, Alumni, Bandung, 1980. hal 110-115
  • 6. Dari kedua macam rumusan atau masalah penelitian diatas maka dapat dijelaskan secara mendetail mengenai apa sebenarnya yang telah terjadi di Masyarakat hukum adat Nias itu juga dialami oleh daerah-daerah lain dibeberapa provinsi atau kabupaten/kota di wilayah Negara kesatuan Indonesia ini. Sehingga kita jangan terburu-burut mengambil keputusan bahwa kejadian mengenai penyelesaian masalah tindak pidana ini hanya terjadi di Indonesia saja. Yang menjadi titik tolak dari permasalahan ini ialah tentang penyelesaian tindak pidana Penganiayaan dimasyarakat hukum adat Nias yang tidak sesuai dengan KUHP Pasal 351-358 tentang penganiayaan.5 Undang-undang tidak memberi ketentuan apakah yang diamaksud dengan “penganiayaan” itu. Akan tetapi, Yurisprudensi mencoba mengartikan apa yang dimaksud dengan “penganiayaan” ialah suatu tindakan seseorang yang dilakukan dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit (pijn), atau luka. Yang artinya, tindakan penganiayaan tersebut harus dilakukan dengan cara disengaja dan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang di izinkan. Dalam KUHP tersebut dibedakan mengenai jenis penganiayaan diantaranya penganiayaan berat dan juga penganiayaan Biasa atau ringan. Akan tetapi didalam masalah ini, jenis-jenis penganiayaan itu tidak dijelaskan secara mendetail oleh karena penulis tidak bermaksud untuk membahas mengenai jenis penganiayaan tersebut akan tetapi hanya mengangkat masalah dalam penyelesaian tindak pidana penganiayaan secara umum. Kalau misalnya, di Nias ada seseorang yang melakukan penganiayaan terhadap orang lain maka biasanya para tersangka tersebut tidak langsung di bawa kepihak yang berwajib dalam hal ini pihak kepolisian akan tetapi diserahkan kepada kepala suku. Yang menjadi alasan mengapa tersangka penganiayaan tidak langsung dibawa kepihak yang berwenang ialah karena biasanya kantor kepolisian jauh sekali jaraknya dari daerah masyarakat yang bersangkutan. Jadi, jika dibawa kekantor polisi maka akan memerlukan dana yang besar serta waktu yang relative cukup lama sehingga masyarakat adapt setempat lebih memilih penyelesaian secara hukum adat saja karena mereka berpendapat 5 KUHP Pasal 351-328
  • 7. aatau beranggapan bahwa jika diselesaikan secara adat maka lebih efektif, efisien, waktu penyelesaian masalah yang relative lebih singkat serta biaya yang murah. Padahal alasan masyarakat tersebut masih belum relevan atau belum tentu benar oleh karena yang dirugikan dalam penyelesaian secara adapt ini ialah “tersangka” karena perbuatan yang ditujukan kepada yang bersangkutan belum tentu benar. Bisa saja yangbersangkutan dalam hal ini tersangka melakukan hal tersebut tanpa di sengaja atau karena terspaksa atau bersifat darurat atau karena tindakan nya itu dilakukan karena untuk melindungi diri nya dari pihak lain dalam hal ini korban.6 Biasanya yang selalu terlibat dalam setiap penyelesaian suatu masalah ialah kepala suku atau Desa. Oleh karena pihak Desa merasa harus bertanggung jawab terhadap apa saja yang terjadi di Desanya. Dalam masyarakat adat, hukum dipahami sebagai sarana untuk menciptakan suasana aman dan tentram. Jadi suasana aman di sini lebih berorientasai pada suasana kejiwaan. Amanah di sini bukan sekedar aman di masa kini saja melainkan juga di masa mendatang, hal itu ada dalam kebersamaan. Oleh sebab itu pendekatan secara individual dirasa kurang menjamin keadaan tersebut. Baik individu, keluarga dan masyarakat harus berada pada suasana aman itu. Berbeda dengan pola pendekatan pada hukum pidana Nasional yang note-bene pada prinsipnya berasal dari pola pendekatan barat yang individualistis, sehingga pola penanganannya juga individualistis 1) Budaya Hukum Budaya hukum masyarakat adalah menggunakan hukum tidak tertulis, baik dalam hukum materiil maupun hukum formilnya, namun berjalan secara riil dalam masyarakat. Masyarakat Nias memandang suatu persoalan dari sudut pandang kolektif, 7 artinya apa yang dihadapi individu bukanlah semata-mata persoalan individu itu sendiri, melainkan terkait dengan persoalan yang lebih luas, yaitu dengan keluarga batih maupun keluarga besar, dengan tetangga, dengan teman, dengan kedudukan individu sebagai anggota masyarakat maupun yang terkait dengan kedudukan sebagai manusia. Mengutamakan 6 Hilman SH., Hukum Perjanjian Adat, Alumni, Bandung,1979, hal 48-49 7 Soebekti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1958, hal 275-281
  • 8. kesebandingan daripada sekedar kepastian hukum. Riil sifatnya, hal ini tentu juga berbeda dengan hukum Nasional yang bersifat abstrak. Reaksi terhadap terjadinya tindak pidana lebih bersifat tidak berlebihan (seperlunya). Masyarakat lebih melihat suatu kasus sebagai suatu perbuatan individual (personal), artinya pihak lain berada pada posisi di luar. Perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan yang mengganggu keseimbangan masyarakat dalam hal ini perbuatan tindak pidana. Pembedaan antara kaedah hukum dengan kaedah sosial lainnya amat longgar, dalam arti kaedah agama, kaedah kesusilaan dan kaedah sopan-santun, akan berujud sebagai kaedah hukum manakala kesadaran hukum masyarakat menghendaki. Adapun ukuran yang digunakan adalah apakah suatu perbuatan telah mengganggu keseimbangan dalam masyarakat ataukah tidak.8 2) Pola Penyelesaian Kasus Kindak Pidana9 Pola penyelesaian perkara pidana di masyarakat hukum adapt Nias ialah lebih berorientasi pada pola penyelesaian secara kekeluargaan. Proses penyelesaian secara kekeluargaan yang dilakukan terdapat beberapa jenjang, yaitu jenjang keluarga, dusun dan desa. Pada jenjang keluarga dan dusun biasanya tidak tertulis, sedang pada jenjang tingkat desa biasanya tertulis. Masyarakat hukum adat Nias lebih memilih penyelesaian suatu masalah secara adat daripada secara hukum positif soalnya masyarakat nias mempunyai kesan negatif terhadap Lembaga Pemasyarakatan, hanya saja untuk kasus tertentu masyarakat terpaksa tidak dapat berbuat lain. Selain itu masyarakat agak sedikit takut jika berperkara di Pengadilan soalnya letak Pengadilan Negeri (PN) yang dirasa cukup jauh. Selanjutunya, masyarakat juga kurang percaya dengan Badan Peradilan yang di nilai tidak adil, tidak efisien serta pelaksanaan tugas peradilan yang dinilai tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) Sanksi 8 Djojodogoeno Prof., Asas-Asas Hukum Adat, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1958, hal 15-20 9 http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-joni-5056- pencurian&q=Hidup
  • 9. Biasanya di dalam penyelesaian suatu masalah di tingkat desa, tidak di dapati secara tegas mengenai rumusan pemberian sanksi bagi yang bersalah akan tetapi masing- masing kasus di pertimbangkan secara sendiri-sendiri (Kasuistis). Sehingga penetapan suatu sanksi tersebut di lakukan atau di ambil berdasarkan hasil suatu musyawarah. Sanksi yang diberikan itu biasanya, dapat berbentuk permintaan maaf, denda, sumpah, pengusiran dari Desa untuk orang pendatang (penduduk tidak tetap). Sanksi tidak harus magis-religius, bagi mereka persoalan pelanggaran terhadap norma adalah merupakan persoalan individu atau keluarga atau komunitas tertentu, oleh sebab itu bila individu atau kolektifa telah diadili, para pihak semua menginsafi, pelaku dapat bertaubat, selain itu jika pihak lain memaafkan maka keseimbangan di dalam masyarakat akan segera terwujud lagi.. F. Rekomendasi dan Kesimpulan Beberapa rekomendasi yang diajukan, yaitu mengingat letak daerah-daerah terpencil di pulau Nias relatif masih jauh dari pusat pemerintahan dalam hal ini Kantor polisi dan Kantor Pengadilan, yang membutuhkan waktu serta dana yang tidak sedikit, maka dirasa perlu ruang sidang yang telah dibangun digunakan secara efektif, baik untuk perkara pidana ataupun perkara perdata, khususnya terhadap kasus yang proses pembuktiannya mudah. Ini adalah merupakan tanggung-jawab pemerintah dalam rangka pelayanan publik yang berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan hukum, maka segala putusan ‘adat’ khususnya dalam hal ini yang berkaitan dengan hukum pidana adat. Perlu di tumbuh-kembangkan sikap yang menciptakan simpati terhadap badan peradilan pada umumnya dan Kepolisian pada khususnya sebagai ujung tombak badan peradilan supaya masyarakat enjadi percaya terhadap kinerja suatu badan yang formal. Akhirnya, perlu pengkajian dan pengembangan hukum adat-progresif, sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan hukum Nasional pada umumnya dan sedapat mungkin dapat pula digunakan dalam praktik peradilan. G. Daftar Pustaka
  • 10. 1) Hadikusumah SH.,Pokok-Pokok Pengertian Hukum Adat, Alumni, Bandung, 1980. hal 110-115 2) Soebekti Poesponoto, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1958, hal 275-281 3) Djojodogoeno Prof., Asas-Asas Hukum Adat, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1958, hal 15-20 4) Hilman SH., Hukum Perjanjian Adat, Alumni, Bandung,1979, hal 48-49 5) Van Dijk Prof, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Sumur, Bandung, 1960, hal 65-70 6) Abdurrahman SH., Kedudukan Hukum Adat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Alumni, Bandung, 1978, 47-68 7) http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1- 2002-joni-5056-pencurian&q=Hidup 8) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana