1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Filosofi Polambu
Polambu berdasarkan arti kata terdiri atas dua suku kata yaitu PO artinya saling,tetapi dalam
pembentukan kata menjadi awalan ber.sedangkan lombu artinya keluarga,sehingga di artikan
secara keseluruhan mengandung pengertian keluarga,membentuk rumah tangga den
perkawinan.
Polambu dalam bahs muna kalau berdiri sendiri tidak dapat di rtikan kecuali menggabungkan
pada kata benda dan kata kerja,,misalnya;hamba-kejar ,,di tamba awalan pohamba berari
saling berkejaran.sama juga dengan PO dalam kata polambu bealam arti keluarga.filosofi
polambu yang di bentuk dengan awalan PO yang mengandung makna yang luas karena
awalan PO pasda kata polambu berarti keinginan bersama antara antara calon pasangan suami
istri mampu keluarga kedua bela pihak.oleh karena itu polambu bukan merupakan kejadian
secara insidental,tetapi suatu peristiwa sakral yang terencana,berstruktur berdasarkan
ketentuan hukum adat muna dan syarat islam.
Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat.
Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebuadayaan adalah satu kesatuan
yang utuh. Dalam kaidah sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan masing-
masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi
dari pada kebudayaan. Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini tersusun suatu rumusan makalah antara lain:
1. Perkawinan Menurut Pandangan Islam
2. Perkawinan Sebagai Ikatan Emosional
3. Perkawinan Sebagai Ikatan Sosiokultural
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkawinan Menurut Pandangan Islam
Dalam Pandangan islam perkawinan disamping sebagai sunah rasul juga merupakan
petunjuk Allah yang diwajibkan bagi mhambanya yang telah mampu. Secara Filosofi mampu
adalah merupakan unsur kepribadian yang tersimpul pada seni dan rasa percaya diri. Mampu
dalam keyakinan atau aras percaya diri adalah suatu kepribadian hakiki yang terdapat pada
budi manusia untuk tidak hanya menyakini suatu kenyakinan tetapi dia tahu tentang apa yang
diyakininya. agama sebagai suatu keyakinan tentu harus mampu mengetahui keyakinan yang
berpedoman pada agama. islam sebagai suatu agama didalamnya terdapat petunjuk baik dari
Allah, Rasul maupun rasionalisasi yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadist.
walaupun agama bersumber dari akal tetapi agama tidak bisa di akal-akali.
Pembentukan rumah tangga (Polambu) sebagai proses dalam kehidupan merumnjuk pada dua
fundamen yaitu Al Qur’an dan hadist, oleh karena itu dalam proses menjalani harus pada
berpedoman pada normatif keagamaan yang tersimpul pada kedua landasan tersebut.
Polambu berdasarkan arti kata terdiri atas dua suku kata yaitu po artinya saling, sedangkan
lambu artinya keluarga, yang berarti berkeluarga,membentuk rumah tangga dan perkawinan.
Jadi filosofi polambu dimuna adalah keinginan hidup bersama antara calon pasangan suami
istri yang mampu membentuk keluarga diantara kedua bela pihak, yang merupakan kejadian
secara insidental,tetapi suatu peristiwa sakral yang terencana, berstruktur berdasarkan
ketentuan hukum adat muna dan syariat islam.
Untuk menjalani proses perkawinan atas dasar kesadaran pemikiran kemampuan yang
paripurna. Proses tersebut sebagai reflesi dari proses sosial untuk membentuk kelompok
terkecil yaitu keluarga (polambu). Pandangan Secara sosiologi bahwa pembentukan keluarga
(polambu) berawal dari rasa simpati dan empati yamg kemudian tersimpul dalam perasaan
cinta di antara dua insan manusia (laki-laki dan perempuan). Interaksi yang mengewali proses
cinta dan kasih sayang yang kemudian melahirkan saling percaya, saling asah. Terbinanya
hubungan kasih sayang antara keduanya berimplikasi pada proses penyatuan pandangan
presepsi dari kedua pihak yaitu pihak laki-laki dan pihak perempuan dan selanjutnya terikat
suatu normatif agama dan adat melalui proses perkawinan. Di sadari bahwa tidak selamanya
cinta dan kasih sayang membawa komitmen pada normatif perkawinan karena tidak semua
orang menjalin hubungan kasih sayang bisa menjadi realita perkawinan.
3. Fakta Proses perkawinan yang masih senantiasa dipraktekan masyarakat muna antara lain :
1. Dalam proses kawin lari misalnya masih dominan mempertentangkan, sehingga
terkandang akad nikah menjadi terbelangkalai akibat berbagai pandangan tentang adat.
2. Pengertian mahar diukur dengan kemampun secara materil sehingga terkadang menjadi
perbedaan oleh para delegasi adat. Sedangkan dalam pandangan islam KH WAHID
HASIM dalam cerama agama tahun 1991 bahwa mahar dikatakan : (a) tingkatan pertama
adalah rumah. (b) tingakatan kedua adalah sebidang tanah. (c) ketiga adalah uang. (d) ke
empat adalah emas. (e) ke lima adalah cincin besi. (f) ke enam adalah Lafaz surat Al-
Fatihah.
3. Patokan adat (mahar) berdarsarkan tingkat klasfikasi/tingkatan sosial kemasyarakat
yaitu: 20 boka, 15 boka atau 10 boka 10 suku dan 7 boka 2 suku dan 3 boka 2 suku.
Dalam pandangan islam bahwa perkawinan adalah suatu yang diwajibkan bagi orang-
orang yang berpikir dan berakal, tetapi perkawinan bukan merupakan di akal-akali.
Ajaran islam yang bersumber pada dalil nakli (Al- Qur’an dan sunah rasul) dan dalil aqli
(bersumber dari akal sehat yang rasional) perkawinan sebagai salah satu aspek kehidupan
yang diatur berdarsarkan kedua dalil tersebut mulai dari terbentuknya rumah tangga, proses
rumah tangga, sampai pada pembinaan runmah tangga.
Agama menjadi prioritas utama dalam memilih jodoh dalam pengertian yang memiliki
cakupan luas. Dalam pandangan realitas adalah berkaitan pada dengan aqidah yang dimilik
seseorang dengan menggunakan teori kebenaran secara korespodensi yaitu sesuai antara apa
yang menjadi pengakuan dengan kenyataan yang sebenarnya. Sedangkan menurut kebenaran
secara semantik adlah persesuain antara keperibadian dengan realitas implementasi nilai-nilai
religius dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah proses penyelesaian mahar, maka selanjutnya adalah ijab dan kabul. Untuk
mendapatkan kekuatan secara hukum baik hukum agama maupun hukum nasional. Ijab kabul
terdiri atas duasuku kata yaitu ijab berarti ungkapan kesiapan laki-laki untuk bersedia
menikahi calon istrinya. Sedangkan kabul adalah proses kesiapandan kesediaan perempuan
untuk menerima laki-laki sebagai calon suami yang disaksikan oleh wali-walinya baik dari
pihak laki-laki maupun wali dari pihak perempuan. ijab kabul di awali dengan taubat, karena
pada dasarnya umat islam pada dasarnya umat islam dalam melakukan kegiatan sakral seperti
perkawinan terlebi dahulu harus menyucikan diri dengan harapan agar jalinan kasih sayang
akan di himpun dalam keluarga (polambu) agar menghasilkan benih-benih yang suci.
Simbolik lain dari lafaz kalimat tauhid dan rasul adalah sebagai pengakuan diri bahwa yang
4. akan di lakukan adalah kehendak allah dan menyerahkan diri bahwa dirinya (calon suami dan
istri) benar-benar mengikuti sunah rasul.jadi perpaduan dua kalimat syahadat dalam
mengawali dua kalimat syahadat adalah;
1. simbol keislaman
2. simbol pengakuan
3. penguatan bahwa peristiwa tersebut adalah kehendak allah.
4. bahwa yang di miliki itu adalh mengikuti tuntunan sunah rosul SAW.
Perkawinan harus ada wali yang syah menurut islam,untuk menghindari tuntunan dari
orang tua dan keluarga di kemudian hari,karena jangan sampai perkawinan hanyalah
keinginan keduanya.
ijab kabul di awali dengan taubat, karena pada dasarnya umat islam pada dasarnya umat
islam dalam melakukan kegiatan sakral seperti perkawinan terlebi dahulu harus menyucikan
diri dengan harapan agar jalinan kasih sayang akan di himpun dalam keluarga (polambu) agar
menghasilkan benih-benih yang suci. Simbolik lain dari lafaz kalimat tauhid dan rasul adalah
sebagai pengakuan diri bahwa yang akan di lakukan adalah kehendak allah dan menyerahkan
diri bahwa dirinya (calon suami dan istri) benar-benar mengikuti sunah rasul.jadi perpaduan
dua kalimat syahadat dalam mengawali dua kalimat syahadat adalah;
1. simbol keislaman
2. simbol pengakuan
3. penguatan bahwa peristiwa tersebut adalah kehendak allah.
4. bahwa yang di miliki itu adalh mengikuti tuntunan sunah rosul SAW.
Perkawinan harus ada wali yang syah menurut islam,untuk menghindari tuntunan dari
orang tua dan keluarga di kemudian hari,karena jangan sampai perkawinan hanyalah
keinginan keduanya.
Setelah khotbah nikah di perdengarkan oleh penghulu,maka resmi dan sahlah secara
hukum pasangan suami istri,tetapi dalam menggauli istri harus punya etika,,etika yang di
maksud adalah:
1. dopesua welokaodoha dofoepe deki,masuk ketempat tidur hendak menggauli istri harus
terlebih dahulu memberi tanda atau syarat, agar istri siyap secara psikologi ,karena
jangan sampai sang istri masi dalam keadaan halangan ,jangan sampai karena desakan
berahir timbul unsur-unsur pemaksaan untuk mlaksanakan untuk melakuka hubungan
seksual terhadap istri walaupun sedang berhalangan.
5. 2. mengawali hubungan dengan ucapan bermasalah dengan harapan beni beni yang akan di
semaikan bukan desakan syaitan tapi hendak allah.
3. Tangan menggauli istri dalam keadaan tidur,dan atau dibangunkan untuk melayani
kebutihan biologis lelaki,karena apa bila hal in di lakukan bisa bisa mengakibatkan
keturunannya tidk sesuai yang di harapkan.
4. jangan menggauli istrijika dia dalam keadaan haids karena dapat mengganggu kesehatan
sangistri dan juga haram hukumnya menggauli istri jika dia haids
5. tidak di perkenankan menggauli istri pada ia telah melahirkan batas waktu minimal
empat bulan,karena ketika hal itu kita lakukan akan berdampak terhadap kesehatan istri,
Kelima haltersebut merupakan peringatan bagi kaum lelaki untuk tidak melakukan
hubugan seksual dengan istri-istrinya,sebab bila dilakukan akan berdampak terhadap
kesehatan wanita juga di anggap melangggar ketentuan agama serta mempengaruhi benih-
benih keturunan yang di harapkan.melayani kebutuhan bologis suami adalah merupakan
kewajiban mutlak sang istri,tetapi tidak berarti bahwa laki-laki sekehendak hati untuk di
layani tetapi harus tunduk pada batasan yang telah di gariskan menurut ketentuan agama dan
pertimbangan kesehatan.
B. Perkawinan Sebagai Ikatan Emosional
Perkawinan adalah kesatuan pikiran,pendapat yang tersimpul dalam rasa saling mencintai
laki laki dan perempuan.polambu secara adat di muna adalah keinginan yang di miliki oleh
dua insan,laki-laki dan perempuan yang didasari tali kasih sayang untuk membentuk satu
ikatan keluarga.
Perkawinan dikatakan sebagi ikatan emosional karena
1. Perkawinan terjadi pasti didasari oleh rasa cinta dan simpati antar kedua belapihak laki-laki
dan perempuan.
2. Di dalam cinta dan kasih sayang terdorong oleh persaan ingin memiliki dan atau saling
memiliki
3. Di dalam keluarga terdapat 2 jiwa dan 2 karakter yang kemudian saling memahami dan
bahkan setelah berketurunan di dalam satu keluarga.integrasi karakter memerlukan strategi
pengelolaan emosional sehingga dapat berintegrasi dalam keberagaman
4. Sebagai tujuan dari pembentukan keluarga adalh untuk mewujudkan keluarga
bahagia,sejahtera,mawaddah dan warahma.
5. Pernyataan dua hati dua jiwa dalam satu harapan,untuk mencapai keluarga mawaddah dan
warahma harus ad penyamanan persepsi antara 2 insan yang melakoni bahtera keluarga.
6. 6. Penyamanan dan penyatuan keinginan,
Polambu (keluarga) merupakan ikatan emosional karena banyak hal beragam yang
mesti di persatukan tetapi tidak berarti dia harus melembur sebagai mana ungkapan yang
menjadi simbol polambu.filosofi in juga di maknakan secara rasional bahwa proses terjadinya
polambu (keluarga) adalah sesuatu yang sakral tetapi tidak bisa di sakralkan,sesuatu yang
abadi tetapi tidak mutlak abadi,karena begitu ijab kabul di lanjutkan oleh penghulu maka jiwa
raga yang berbeda dipersatukan oleh tali pernikahan sehingga pertemuan dua jiwa raga
bersatu.
C. Perkawinan Sebagai Ikatan Sosiokultural
Setiap didaerah indonesia memiliki nilai-nilai budaya daerah terdiri dari kebiyasaan yang
berbeda.tradisi dan kebiyasaan itu kemudian terjadi secara berulang-ulang sehingga sehingga
menjadi suatu norma yang mengatur kata kehidupan masyarakat.
Perkawinan di anggap sebagai sosiokultural karena:
1. Melalui perkawinan akan membentuk tali persaudaraan yang semakin akrap,baik secara
materi maupun ekstern
2. Perkawinan memperrahan kan nilai-nilai budaya dan tradisi kedaerahan
3. Dalam perkawinan ada aturan-aturan normatif yang bersifat mengikat sehingga akan
menimbulkan rasa tanggung jawab baik secara horizontal maupun fertikal
4. Perkawinan menciptakan suasana keharmonisan dan interaksi sosial.
Nilai sosial perkawinan pada masyarakat muna dapat disimbolkan pada proses
pelaksanaan acara penyelesaian adat perkawinan yaitu:
a. Penyelesaian maharyang di sampaikan kehadapan delegasi dengan menggunakan yang
tertutup sehelai kain adalah keberhasilan rumah tangga yang harus di jaga.
b. Bahasa adat yang dipergunakan adalah bahasa halus baik pelaku adat maupun harapan
keturunan dari perkawinan
c. Rangkayan akhir dari perkawinan yaitu acara kasambu (saling menyuapkan nasi) adalah
simbol kasihsayang
d. Rangkayan pelaksanaan perkawinan merupakan upaya untuk mempertahan kan adat istiadat
sehingga dalam prosesnya senantiyasa di kembalikan pada masa lampau yang telah
disepakati oleh dewan sara
Berdasarkan kajian secara logika bahwa perkawinan dikatakn sebagai ikatan kultural
karena struktur dan mekanisme proses pelaksanaan perkawinan tidak dapat terkontamenasi
7. oleh kemajuan zaman ataupun di modernisasi,tetapi enantiyasa di kembalikan pada nilai-nilai
keaslianny.
Disisilh lain perkawinan merupakan ikatan sosiokultural,karena proses pelaksanaannya tidak
atas hendak para pelakunya,tetapi atas dasar normatif adat di suatu daerah trmasuk di muna.
Perkawinan antara suku bugis laki-laki dan perempuan dari suku muna ,maka dapat
menjadi simpul penyatuan dua adat yang berbeda,sehingga dapat di katakan perkawinan
adalah ikatan kultural.
Yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan adat mengikuti adat wanita maupun
tidak bersifat matrilineal,alasan logis senhingga prosesnya harus seperti itu karena
1. Penilayan terhadap kaum wanita yang secara biologis sebagai penabuh beni sedangkan laki-
laki hanya sebagai penabur benih
2. Masyarakat muna sebagai kelompok yang menganut paham patrileneal,sehingga yang berhak
melakukan proses peminangan adalah laki0laki sedangkan perempuan harus menunggu
sebagai tuan rumah
3. Berdasarkan ketentuan agama bahwa perempuan harus di bayar maharnya maka pihak laki-
laki wajib membayar mahar sehingga secara otomatis pihak laki-laki mengikuti pola dan
ketentuan adat pihak perempuan.
Dari perbedaan in tidk menimbulkan jurang pemisah tetapi menjadi kekayaan budaya
yang mempertalika perbedaan-perbedaan golongan serta mempercepat hubungan kekerabatan
dan kekeluargaan,hal in dapat di buktiksn melalui perkawinan antara suku muna dan suku
jawa,,maka pada preses in ad beberapa nilai yang terjadi adalah:
a. Terjadi proses akulturasi dan bahkan asimilasi antara budaya muna dengan budaya jawa.
b. Terjadi proses interaksi budaya antara dua suku bangsa sehingga muncul perluasan wawasan
dan pembendaharaan pengetahuan tentang budaya masing-masing daerah.
c. Dapat memperluas wawasan kekeluargaan dan kekerabatan sosial.
d. Dapat meningkatkan nilai-nilai integrasi antara suku bangsa.
e. Mempereret interaksi sosial secara meluas sehingga jaringan keluarga tidak menonton
padasuatu rumpun keluarga ataupun rumpun suku bangsa saja.
8. Hal ini dapat berfungsi secara efektif apa bilan setiap orang memahami tentang hakikat
perkawinan baik menurut norma keagamaan maupun norma adat istiadat,karena terkadang
perkawinan dapat melahirkan peta konflik keluarga,konflik antara suku bagi mereka yang
tidak berpikir daan tidak memahami hakikat perkawinan.
Kajian bahwa perkawinan sebagai 9katan emosional adalah sesuatu yang serba
abstrak,karena walaupun proses perkawinan mengacu pada normatif keagamaan dan adat
istadat tetapi dari proses itu hanya berkisar pada tingkat kepuasan seseorang.pernyataan ini
di kandung maksud bahwa secara emosional perkawinan adaalah menyatukan presepsi yang
berbeda dan meluruskan benang-benag kusut.
Perkawinan yang kemudian dapat memperoleh keturunan (anak) sehingga menjadi
ikatan sosiokultural karena anak dapat mewarisi nilai-nilai kultural dari kedua orang tuanya
dan bahkan anak akan menjadi ikatan pertalian yang abadin dalam susunan keluarga
masyarakat.
9. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat, agama dan kebudayaan sangat erat berkaitan satu sama lain. Saat budaya
atau agama diartikan sesuatu yang terlahir di dunia yang manusia mau tidak mau harus
menerima warisan tersebut. Berbeda ketika sebuah kebudayaan dan agama dinilai sebagai
sebuah proses tentunya akan bergerak kedepan menjadi sebuah pegangan, merubah suatu
keadaan yang sebelumnya menjadi lebih baik.
Ketika agama dilihat dengan kacamata agama maka agama akan memerlukan
kebudayaan. Maksudnya agama (islam) telah mengatur segala masalah dari yang paling kecil
contohnya buang hajat hingga masalah yang ruwet yaitu pembagian harta waris dll. Sehingga
disini diperlukan sebuah kebudayaan agar agama (islam) akan tercemin dengan kebiasaan
masyarakat yang mencerminkan masyarakat yang beragama, berkeinginan kuat untuk maju
dan mempunyai keyakinan yang sakral yang membedakan dengan masyarakat lainnya yang
tidak menjadikan agama untuk dibiasakan dalam setiap kegiatan sehari-hari atau diamalkan
sehingga akan menjadi akhlak yang baik dan menjadi kebudayaan masyarakat tersebut.
Sedangkan jika agama dilihat dari kebudayaan maka kita lihat agama sebagai
keyakinan yang hidup yang ada dalam masyarakat manusia dan bukan agama yang suci
dalam (Al-Qur’an dan Hadits) Sebuah keyakinan hidup dalam masyarakat maka agama akan
bercorak local, yaitu local sesuai dengan kebudayaan masyarakat tersebut. Berdasarkan
pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa filosofi polambu dimuna adalah:
Polambu berdasarkan arti kata terdiri atas dua suku kata yaitu po artinya saling,
sedangkan lambu artinya keluarga, yang berarti berkeluarga,membentuk rumah tangga dan
perkawinan. Jadi filosofi polambu dimuna adalah keinginan hidup bersama antara calon
pasangan suami istri yang mampu membentuk keluarga diantara kedua bela pihak, yang
merupakan kejadian secara insidental,tetapi suatu peristiwa sakral yang terencana, berstruktur
berdasarkan ketentuan hukum adat muna dan syariat islam.
12. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dengan judul ” POLAMBU ( Adat Muna)”
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan
dalam makalah ini
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekurangan-kekurangan yang antara lain disebabkan oleh terbatasnya buku-buku penunjang
yang kami miliki, kurangnya literatur-literatur yang dapat mendukung materi ini dan
terbatasnya waktu yang dimiliki masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa maupun dasen
pembimbing yang sifatnya membangun sehingga pada kesempatan yang akan datang kami
akan dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Raha, Januari 2015
Penulis