SlideShare a Scribd company logo
Hal 149
Pelacakan Kerusakan Komponen Elektronika
A. TUJUAN
Setelah pelatihan selesai peserta diklat dapat:
1. Menganalisis komponen pasif dan aktif yang digunakan pada
rangkaian elektronika,
2. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen
elektronika pasif dengan cara pengukuran,
3. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen
elektronika aktif dengan cara pengukuran.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menemukan prosedur perawatan dan perbaikan peralatan
mekatronika (3C5).
2. Menemukan kesalahan pada prosedur pencarian kesalahan (trouble-
shooting) pada peralatan mekatronika (3C5)
3. Mendiagnosis dan memperbaiki kerusakan pada komponen serta
sistem mekatronika (4C6)
C. URAIAN MATERI
5.1 Pendahuluan
Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah
yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel
bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik,
termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari
alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk
desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik
elektro, teknik komputer, dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi.
Komponen elektronika berupa sebuah benda yang menjadi bagian
pendukung suatu rangkaian elektronika yang dapat bekerja sesuai dengan
kegunaannya. Mulai dari yang menempel langsung pada papan rangkaian
maupun dengan cara disolder atau tidak menempel langsung pada papan
Kegiatan Pembelajaran 6:
Materi ke : 6
Hal 150
rangkaian (dengan alat penghubung lain, misalnya kabel). Komponen
elektronika ini terdiri dari satu atau lebih bahan elektronika, yang terdiri dari
satu atau beberapa unsur materi dan jika disatukan, untuk desain rangkaian
yang diinginkan dapat berfungsi sesuai dengan fungsi masing-masing
komponen, ada yang untuk mengatur arus dan tegangan, meratakan arus,
menyekat arus, memperkuat sinyal arus dan masih banyak fungsi lainnya.
Komponen-komponen dasar pembentuk sebuah peralatan elektronika
seperti resistor, induktor, kapasitor, transistor, dioda dan IC masih tetap
digunakan hingga saat ini. Komponen pembentuk rangkaian elektronika
adalah komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif berupa:
 Resistor atau tahanan
 Kapasitor atau kondensator
 Induktor atau kumparan
 Transformator
Sedangkan komponen aktif berupa:
 Dioda
 Dioda cahaya, dioda foto, dioda laser, dioda zener, dioda bridge
 Dioda Schottky
 Transistor
 Transistor bipolar, transistor efek medan (UJT), transistor IGBT,
Transistor Darlington, transistor foto
5.2 Resistor dan Kegagalan-kegagalannya
Resistor biasa disebut dengan hambatan adalah komponen elektronika
pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam
suatu rangkaian elektronika. Satuan nilai resistor adalah Ohm (Ω).
Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :
1. Resistor dengan nilai tetap,
2. Resistor dengan nilai yang dapat diatur (Potensiometer),
3. Resistor dengan nilai yang dapat berubah sesuai dengan intensitas
cahaya (LDR),
4. Resistor dengan nilai yang dapat berubah sesuai dengan perubahan
suhu (PTC dan NTC),
Hal 151
5.2.1 Resistor Dengan Nilai Tetap
Resistor ini dijumpai dalam rangkaian elektronik. Setiap rangkaian
elektronik pasti ada resistor. Nilai resistor dapat diketahui dengan cara
membaca kode warna ataupun kode angka yang ada di badan resistor itu
sendiri. Berdasarkan bentuk dan proses pemasangannya pada PCB, resistor
terdiri 2 bentuk yaitu bentuk komponen axial/radial dan komponen chip. Nilai
resistor bentuk komponen axial, diketahui melalui kode warna dan
sedangkan komponen chip, nilainya diketahui dengan melihat kode tertentu.
Gambar berikut adalah bentuk dan simbol resistor dengan nilai tetap.
Gambar 5.1 Bentuk dan simbol resistor
Nilai suatu resistor dapat diketahui juga dengan menggunakan alat
pengukur seperti Ohmmeter atau Multimeter. Satuan nilai resistor adalah
Ohm (Ω).
5.2.1.1 Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Warna
Nilai resistor yang berbentuk axial ditentukan oleh warna-warna yang
terdapat di badan resistor itu sendiri dalam bentuk gelang. Ada 4 gelang di
badan resistor, tetapi ada juga yang 5 gelang. Gelang warna emas dan
perak berada agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang
terakhir. Gelang terakhir ini menunjukkan nilai toleransi pada nilai resistor
yang bersangkutan.
Tabel berikut ini adalah warna-warna yang terdapat di badan resistor.
Hal 152
Tabel 5.1 Warna Gelang 1. Contoh perhitungan untuk resistor
dengan 4 gelang warna.
Gambar 5.2 Resistor dengan 4 gelang warna
Cara membaca nilai resistor adalah sebagai berikut:
 Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-1 (pertama).
Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-2. Masukkan
jumlah nol dari kode warna gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut
dengan 10 (10n
). Gelang ke- 4 merupakan toleransi dari nilai resistor
tersebut.
Contoh :
Gelang ke 1 : coklat = 1, Gelang ke 2 : hitam = 0, Gelang ke 3 : hijau = 5
nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
, Gelang ke 4 : Perak
= Toleransi 10%.
Nilai resistor tersebut adalah 10 * 105
= 1.000.000 atau 1 M dengan
toleransi 10%.
2. Perhitungan resistor dengan 5 gelang warna:
 Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-1 (pertama),
 Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-2
 Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-3
 Masukkan Jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau pangkatkan
angka tersebut dengan 10 (10n
)
 Gelang ke 5 merupakan toleransi dari nilai resistor tersebut.
Hal 153
Gambar 5.3 Resistor dengan 5 gelang warna
Contoh :
 Gelang ke 1 : Coklat =
1,
 Gelang ke 2 : Hitam =
0,
 Gelang ke 3 : Hijau = 5,
 Gelang ke 4 : Hijau = 5
nol dibelakang angka
gelang ke-3; atau
kalikan 105
 Gelang ke 5 : Perak =
Toleransi 10%
Nilai resistor tersebut adalah 105 * 105
= 10.500.000  atau 10,5 M
dengan toleransi 10%.
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
 Warna gelang: Merah, Merah, Merah, Emas
Nilai hambatannya: 22 * 10² = 2.200  atau 2,2 k dengan toleransi
5%
 Warna gelang: Kuning, Ungu, Orange, Perak
Nilai hambatannya: 47 * 10³ = 47.000  atau 47 k dengan toleransi
10%
Cara menghitung toleransi :
 2.200  dengan toleransi 5% :
 2200 – 5% = 2.090,
 2200 + 5% = 2.310
 Nilai resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 ~ 2.310.
5.2.1.2 Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Angka
Membaca nilai resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah
dari komponen axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai
pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh resistor yang berbentuk
Hal 154
romponen Chip menggunakan kode angka langsung jadi sangat mudah
dibaca atau disebut dengan Kode Badan Resistor.
Gambar 5.4 Kode
angka resistor chip
Contoh :
Kode angka yang tertulis di badan komponen Chip
resistor adalah 4 7 3; Cara pembacaannya adalah:
 Masukkan angka ke-1 langsung = 4
 Masukkan angka ke-2 langsung = 7
 Masukkan jumlah nol dari angka ke 3 = 000 (3
nol) atau kalikan dengan 10³,
maka nilainya adalah 47.000 atau 47 k.
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
 222 → nilainya 22 * 10² = 2.200 atau 2,2 k
 103 → nilainya 10 * 10³ = 10.000 atau 10 k
 334 → nilainya 33 * 104
= 330.000 atau 330 k
Ada juga yang memakai kode angka seperti di bawah ini :
Tulisan R menandakan letaknya koma decimal: 4R7 = 4,7 , 0R22 = 0,22 
5.2.1.3 Cara Mengukur Resistor (Ohm)
Mengukur resistor dengan menggunakan multimeter sebagai berikut:
1. Atur posisi saklar selektor ke Ohm (Ω),
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya
diawali ke tanda “X” yang artinya adalah “kali” (khusus multimeter
analog),
3. Hubungkan probe ke komponen resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh
terbalik,
4. Baca hasil pengukuran di layar multimeter. (Khusus untuk multimeter
analog, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2).
Hal 155
Gambar 5.5 Cara mengukur resistor
5.2.1.4 Kegagalan-Kegagalan Pada Resistor-Resistor Tetap
1. Jenis Resistor : Komposisi karbon
Kegagalan : Berubah membesar
Penyebab kegagalan :
 Perubahan karbon atau zat pengikat di bawah pengaruh panas,
tegangan atau kelembaban.
 Penyerapan udara lembab menyebabkan pembengkakan, dan
menjadi-kan pertikelpartikel karbon untuk memisahkan diri .
2. Jenis Resistor : Komposisi karbon
Kegagalan : Rangkaian terputus
Penyebab kegagalan :
 Panas berlebih membakar tengah-tengah resistor.
 Tekanan-tekanan mekanik menyebabkan retak-retak pada
resistor.
 Kap-kap ujungnya terlepas karena montase yang buruk pada
papan.
 Kawat putus karena pembengkokan yang berulangulang.
3. Jenis Resistor : Resistor-resistor film.(karbon, oksida logam,film logam,
metal glase)
Kegagalan : Rangkaian terputus
Penyebab kegagalan :
 Film terkelupas karena temperatur tinggi atau tegangan tinggi.
Hal 156
 Lapisan film tergores atau terkikis ketika di fabrikasi.
 Pada nilai-nilai resistansi yang tinggi (lebih besar 1 mega ohm)
spiral resistan sinyal harus tipis dan karenanya kegagalan sirkit
terbuka lebih besar kemungkinannya.
 Kontak-kontak ujungnya buruk. Biasanya disebabkan oleh
tekanan mekanik karena montase yang jelek pada sirkit.
4. Jenis Resistor : Wire wound (resistor kawat)
Kegagalan: Rangkaian terputus
Penyebab kegagalan:
 Keretakan kawat, terutama bila digunakan kawat kecil, karena
ketidak-murnian menyebabkan keretakan.
 Perkaratan kawat yang disebabkan oleh elektrolitis yang
ditimbulkan oleh udara lembab yang terserap.
 Kegagalan sambungan-sambungan yang dilas.
5.2.2 Resistor yang nilainya dapat diatur, resistor jenis ini sering disebut
juga dengan variable resistor ataupun Potensiometer.
Potensiometer adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan rangkaian elektronika ataupun
kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan keluarga resistor yang
tergolong dalam kategori variable resistor.
Dalam peralatan elektronik, sering ditemukan potensiometer yang
berfungsi sebagai pengatur volume di peralatan Audio / Video seperti Radio,
Walkie Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga
sering digunakan dalam rangkaian pengatur terang gelapnya lampu (Light
Dimmer Circuit) dan pengatur tegangan pada Power Supply (DC Generator).
5.2.2.1 Struktur potensiometer beserta bentuk dan simbolnya
Secara struktur, potensiometer terdiri dari 3 kaki terminal dengan
sebuah tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar berikut
menunjukan struktur internal potensiometer beserta bentuk dan simbolnya.
Hal 157
Gambar 5.6 Struktur internal potensiometer, bentuk dan simbolnya
Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam komponen potensiometer
adalah:
1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper
2. Element Resistif
3. Terminal
5.2.2.2 Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, potensiometer dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
1. Potensiometer geser, yaitu potensiometer yang nilai resistansinya
dapat diatur dengan cara menggeserkan wipernya dari kiri ke kanan
atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya
menggunakan ibu jari untuk menggeser wipernya.
2. Potensiometer putar, yaitu potensiometer yang nilai resistansinya
dapat diatur dengan cara memutarkan wipernya sepanjang lintasan
yang melingkar. Biasanya menggunakan ibu jari untuk memutar wiper
tersebut. Oleh karena itu, potensiometer rotary sering disebut juga
dengan Thumb wheel Potentiometer.
3. Potensiometer trimmer, yaitu potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti obeng untuk memutarnya.
Potensiometer trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang
dilakukan pengaturannya.
Hal 158
Gambar 5.7 Bentuk potensiometer
5.2.2.3 Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer
Sebuah potensiometer terdiri dari sebuah elemen resistif yang
membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan
terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah penyapu (wiper) yang
dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif.
Pergerakan penyapu (wiper) pada jalur elemen resistif inilah yang mengatur
naik-turunnya nilai resistansi sebuah potensiometer.
Elemen resistif pada potensiometer umumnya terbuat dari bahan
campuran metal (logam) dan keramik ataupun bahan karbon (carbon).
Berdasarkan track (jalur) elemen resistifnya, potensiometer dapat
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu potensiometer linear (Linear
Potentiometer) dan potensiometer logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
5.2.2.4 Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,
potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pengatur volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti
Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai pengatur tegangan pada rangkaian power supply.
3. Sebagai pembagi tegangan.
4. Aplikasi switch TRIAC.
5. Digunakan sebagai Joystick pada tranduser.
6. Sebagai pengendali level sinyal.
Hal 159
5.2.2.5 Cara Mengukur Potensiometer Dengan Multimeter
Nilai resistansi sebuah potensiometer diukur dengan menggunakan
multimeter, baik multimeter yang menunjukkan nilai digital maupun analog.
Multimeter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan pengukuran arus
listrik (Ampere), tegangan listrik (Volt) dan Resistansi/Hambatan (Ohm).
Untuk mengukur potensiometer menggunakan fungsi Ohm yang terdapat
pada multimeter. Nilai maksimum resistansi dan nilai perubahan resistansi
sebuah potensiometer dapat diukur dengan memutar tuas pengaturnya.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur nilai resistansi potensiometer
dengan menggunakan multimeter digital. Langkah-langkah untuk mengukur
nilai resistansi maksimum potensiometer adalah sebagai berikut:
1. Aturlah posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω),
2. Hubungkan probe multimeter pada kaki terminal yang pertama (1) dan
terminal ketiga (3),
3. Perhatikan nilai resistansi potensiometer pada layar multimeter, nilai
yang tampil adalah nilai maksimum dari potensiometer yang sedang
kita ukur.
Gambar 5.8 Cara mengukur tahanan maksimum dari potensiometer
Perlu diketahui, nilai maksimum tersebut merupakan nilai nominal
potensiometer dan akan hampir sama dengan nilai yang tertera pada badan
potensiometer itu sendiri. Nilai resistansi potensiometer pada terminal 1 dan
terminal 3 akan selalu konstan. Artinya, pemutaran tuas pengatur tidak akan
berpengaruh terhadap nilai pengukurannya.
Hal 160
Untuk mengukur perubahan nilai resistansi potensiometer, ikuti langkah
berikut.
1. Aturlah posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω)
2. Hubungkan probe multimeter pada kaki terminal yang pertama (1) dan
terminal kedua (2).
3. Putarlah tuas pada potensiometer searah jarum jam,
4. Perhatikan nilai resistansi pada layar multimeter, nilai resistansi akan
naik seiring dengan pergerakan tuas potensiometer tersebut.
Sebaliknya, jika tuas potensiometer diputar berlawanan arah jarum
jam, nilai resistansi akan menurun seiring dengan pergerakan tuas
potensiometer tersebut.
5. Pindahkan probe multimeter dari kaki terminal pertama (1) ke terminal
ketiga (3). Jadi, sekarang kaki terminal potensiometer yang diukur
adalah terminal 2 dan terminal 3.
6. Putarlah tuas potensiometer searah jarum jam,
7. Perhatikan nilai resistansi potensiometer pada layar multimeter, nilai
resistansi akan menurun seiring dengan pergerakan tuas
potensiometer tersebut. Sebaliknya, jika tuas potensiometer diputar
berlawanan arah jarum jam, nilai resistansi akan naik seiring dengan
pergerakan tuas potensiometer tersebut.
Gambar 5.9 Cara mengukur perubahan nilai tahanan potensiometer
Catatan:
Hal 161
 Potensiometer tidak mengenal polaritas positif dan negatif sehingga
posisi peletakan probe merah dan probe hitam multimeter tidak menjadi
masalah dalam pengukuran.
5.2.2.6 Kegagalan Pada Potensiometer:
Kecepatan kegagalannya lebih tinggi dari pada jenis resistor tetap,
untuk potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan kira-kira 3 x 10-6
perjam sudah umum, tetapi angka-angka itu berubah bergantung pada
metode yang digunakan oleh pabriknya.
Kerusakan yang terjadi pada sebuah potensiometer bisa sebagian
atau total. Kerusakan sebagian :
 Kenaikan resistansi kontak menimbulkan kenaikan noise
kelistrikan.
 Kontak yang terputus-putus, ini dapat disebabkan oleh partikel-
partikel debu, minyak gemuk (pelumas) atau bahan-bahan
ampelas yang terkumpul antara kontak geser dan jalur.
Gangguan tadi dapat dihilangkan dengan bahan pembersih seperti contact
cleaner.
Kerusakan total :
 Merupakan sirkit terbuka diantara jalur dan sambungan ujung-
ujungnya atau antara kontak geser dan jalur.
Hal ini dapat disebabkan oleh perkaratan bagian-bagian logam karena
kelembaban, atau pembengkakan logam-logam/plastik yang terjadi saat pe-
nuangan jalur yang menggunakan temperatur tinggi.
5.2.3 Resistor yang nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas
cahaya. (LDR atau Light Dependent Resistor)
Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis
resistor yang nilai hambatan tergantung pada intensitas cahaya yang
diterimanya. Nilai hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang
dan nilai hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan
kata lain, fungsi LDR adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima
sejumlah intensitas cahaya (kondisi terang) dan menghambat arus listrik
Hal 162
dalam kondisi gelap. Naik turunnya nilai hambatan akan sebanding dengan
jumlah cahaya yang diterimanya. Pada umumnya, nilai hambatan LDR akan
mencapai 200 kΩ pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ω pada
kondisi cahaya terang.
LDR merupakan komponen elektronika peka cahaya ini sering
digunakan atau diaplikasikan dalam rangkaian elektronika sebagai sensor
pada lampu penerang jalan, lampu kamar tidur, rangkaian anti maling,
shutter kamera, alarm dan lain sebagainya.
Gambar 5.10 Bentuk dan simbol LDR
5.2.3.1 Cara Mengukur LDR dengan Multimeter
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan LDR adalah
multimeter dengan fungsi pengukuran Ohm (Ω). Agar pengukuran LDR
akurat, kita perlu membuat 2 kondisi pencahayaan yaitu pengukuran pada
saat kondisi gelap dan kondisi terang. Dengan demikian kita dapat
mengetahui apakah komponen LDR tersebut masih dapat berfungsi dengan
baik atau tidak.
1. Mengukur LDR pada kondisi terang
a. Atur posisi skala selektor multimeter pada posisi Ohm,
b. Hubungkan probe merah dan probe hitam multimeter pada kedua
kaki LDR (tidak ada polaritas),
c. Berikan cahaya terang pada LDR,
d. Baca nilai resistansi pada layar multimeter. Nilai resistansi LDR pada
kondisi terang akan berkisar sekitar 500 Ω.
Hal 163
Gambar 5.11 Cara mengukur tahanan LDR pada kondisi terang
2. Mengukur LDR pada Kondisi Gelap.
a. Atur posisi skala selektor multimeter pada posisi Ohm,
b. Hubungkan probe merah dan probe hitam multimeter pada kedua
kaki LDR (tidak ada polaritas),
c. Tutup bagian permukaan LDR atau pastikan LDR tidak mendapatkan
cahaya,
d. Baca nilai resistansi pada layar multimeter. Nilai resistansi LDR di
kondisi gelap akan berkisar sekitar 200 kΩ.
Gambar 5.12 Cara mengukur tahanan LDR pada kondisi gelap
Catatan :
 Hasil pengukuran akan berubah tergantung pada tingkat intesitas
cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri.
 Satuan terang cahaya atau Iluminasi (Illumination) adalah lux.
 Sebutan lain untuk LDR adalah Photo Resistor, Photo Conduction
ataupun Photocell.
Hal 164
5.2.4 PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative
Temperature Coefficient)
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai hambatannya
dipengaruhi oleh suhu. Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal
Resistor” yang artinya adalah tahanan yang berkaitan dengan panas
(thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu thermistor NTC (Negative
Temperature Coefficient) dan thermistor PTC (Positive Temperature
Coefficient).
Nilai resistansi thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitarnya tinggi
(berbanding terbalik / negatif). Sedangkan untuk thermistor PTC, semakin
tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding
lurus/ positif).
5.2.4.1 Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC
Berikut ini adalah bentuk dan simbol komponen thermistor PTC dan
NTC.
Gambar 5.13 Bentuk dan simbol PTC dan NTC
5.2.4.2 Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC
Contoh perubahaan nilai resistansi NTC saat terjadinya perubahan
suhu disekitarnya. Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu
ruangan (25°C), tetapi akan berubah seiring perubahan suhu di sekitarnya.
Pada -40°C nilai resistansinya akan menjadi 197,388 kΩ, saat kondisi suhu
Hal 165
di 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27,445kΩ, pada suhu
100°C akan menjadi 0,976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi
0,532kΩ. Jika digambarkan, maka karakteristik NTC tersebut adalah seperti
di bawah ini.
Gambar 5.14 Karakteristik NTC
Pada umumnya NTC dan PTC adalah komponen elektronika yang
berfungsi sebagai sensor pada rangkaian elektronika yang berhubungan
dengan suhu (temperatur). Suhu operasional thermistor berbeda-beda
tergantung pada produsen thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya
berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi NTC dan PTC di
kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi kebakaran, sensor
suhu di engine (mesin) mobil, sensor untuk memonitor suhu battery pack
(kamera, handphone, laptop) saat Charging. Sensor untuk memantau suhu
Inkubator, sensor suhu untuk kulkas, sensor suhu pada komputer dan lain
sebagainya.
Thermistor NTC atau thermistor PTC merupakan komponen
elektronika yang digolongkan sebagai komponen transduser, yaitu
komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi
lainnya. Dalam hal ini, thermistor merupakan komponen yang dapat
mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan listrik. Thermistor juga
tergolong dalam kelompok sensor suhu.
5.2.4.3 Cara Mengukur Thermistor PTC dan NTC Dengan Multimeter
Hal 166
Thermistor (NTC/PTC) merupakan jenis resistor yang nilai
resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu atau temperatur di sekitarnya.
Untuk menguji atau mengukur apakah sebuah thermistor NTC maupun PTC
dapat berfungsi dengan baik atau tidak, kita dapat menggunakan multimeter
digital ataupun multimeter analog dengan bantuan alat pemanas seperti
solder listrik, pengering rambut atau jenis-jenis pemanas lainnya. Selain
dapat mengukur atau menguji thermistor, kita juga dapat membedakan jenis
thermistor yang yang kita ukur/uji tersebut apakah merupakan jenis
thermistor PTC atau jenis Thermistor NTC. Berikut ini adalah cara untuk
mengukur NTC dan PTC dengan menggunakan multimeter:
Cara mengukur thermistor PTC sebagai berikut:
1. Atur posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω),
2. Hubungkan probe pada kaki thermistor (thermistor tidak memiliki
polaritas),
3. Dekatkan mata solder yang panas ke thermistor (pastikan jangan
menyentuh thermistor, karena akan merusak bungkusan thermistor),
4. Perhatikan layar multimeter, nilai resistansinya akan naik sebanding
dengan suhu tinggi di sekitarnya.
Kita juga dapat menggunakan pemanas lainnya untuk menaikkan suhu di
sekitar thermistor.
Gambar 5.15 Cara mengukur PTC
Pengukuran thermistor NTC dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Atur posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω),
Hal 167
2. Hubungkan probe pada kaki thermistor (thermistor tidak memiliki
polaritas),
3. Dekatkan mata solder yang panas ke thermistor (pastikan jangan
menyentuh thermistor, karena akan merusak bungkusan thermistor),
4. Perhatikan layar pada multimeter, nilai resistansi akan turun sebanding
dengan suhu tinggi disekitarnya.
Catatan:
 Kita juga dapat menggunakan Hair Dryer atau pemanas lainnya untuk
menaikkan suhu di sekitar thermistor.
Gambar 5.16 Cara mengukur NTC
Thermistor dinyatakan rusak atau tidak dapat berfungsi sebagai mestinya
apabila saat pengukurannya terjadi kondisi seperti berikut:
 Nilai pada multimeter selalu berada di posisi “0” saat diukur, hal ini
artinya thermistor tersebut “short” atau terjadi “hubung singkat”. Nilai
pada multimeter selalu berada di posisi “tak terhingga / infinity” saat
diukur, hal ini artinya thermistor tersebut “Open” atau “Putus”.
 Nilai pada multimeter tidak stabil atau menunjukan pada nilai tertentu
tetapi tidak turun ataupun naik maka thermistor tersebut juga dalam
kondisi rusak.
Jika kita ingin mengetahui apakah jenis thermistor yang diukur tersebut
adalah jenis thermistor PTC atau NTC, maka kita dapat mengetahuinya
dengan cara membaca nilai resistansi thermistor yang bersangkutan pada
Hal 168
saat diukur. Jika nilai resistansinya naik pada suhu panas, maka thermistor
yang diukur tersebut adalah thermistor jenis PTC, sedangkan jika nilai
resitansinya menurun ketika suhu di sekitarnya tinggi (panas) maka jenis
thermistor tersebut adalah NTC.
5.3 Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan kondensator adalah komponen
elektronika pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam
sementara waktu. Fungsi-fungsi kapasitor diantaranya adalah dapat memilih
gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier
dan juga sebagai filter di dalam rangkaian power supply (catu daya). Satuan
nilai untuk kapasitor adalah Farad (F). Jenis-jenis kapasitor diantaranya
adalah:
1. Kapasitor dengan nilai tetap dan tidak berpolaritas. Jika didasarkan
pada bahan pembuatannya maka kapasitor yang nilainya tetap terdiri
dari kapasitor kertas, kapasitor mika, kapasitor polyster dan kapasitor
keramik.
2. Kapasitor dengan nilai tetap tetapi memiliki polaritas positif dan negatif,
kapasitor tersebut adalah kapasitor elektrolit atau electrolyte
condensator (ELCO) dan kapasitor tantalum.
3. Kapasitor dengan nilai dapat diatur, kapasitor jenis ini sering disebut
dengan Variable Capasitor.
5.3.1 Cara Mengukur Kapasitor Dengan Multimeter
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan
muatan listrik dalam waktu sementara. Untuk mengukur nilai dari sebuah
Kapasitor (kondensator), kita memerlukan sebuah alat ukur yang dinamakan
dengan Capacitance Meter (Kapasitansi Meter). Capacitance Meter adalah
alat ukur yang khusus hanya mengukur nilai kapasitansi sebuah kapasitor.
Selain Capacitance Meter, terdapat juga alat ukur gabungan yang dapat
mengukur beberapa macam komponen elektronika, diantaranya adalah LCR
Meter dan Multimeter.
Hal 169
LCR Meter adalah alat ukur yang dapat mengukur nilai L (Induktansi/
Inductance, untuk mengukur Induktor atau Coil), C (kapasitansi untuk
mengukur kapasitor) dan R (resistansi untuk mengukur hambatan)
sedangkan Multimeter adalah alat ukur gabungan yang mendapat mengukur
arus, tegangan, hambatan dan juga menguji beberapa macam komponen
elektronika seperti Dioda, Kapasitor, Transistor dan Resistor.
Saat ini, telah banyak jenis Multimeter Digital yang telah mempunyai
fungsi untuk mengukur nilai kapasitor sehingga kita tidak perlu membeli alat
khusus untuk mengukur nilai kapasitansi kapasitor dan tentunya multimeter
sebagai alat ukur gabungan memiliki batas tertentu dalam mengukur
kapasitansi sebuah kapasitor. Kapasitor yang mempunyai kapasitansi yang
besar terutama pada kapasitor elektrolit tidak semuanya dapat diukur
nilainya oleh sebuah multimeter digital. Seperti contoh pada salah satu
multimeter dengan batas pengukuran kapasitansi kapasitor hanya berkisar
antara 50nF sampai 100µF.
Untuk menguji apakah komponen kapasitor dapat berfungsi dengan
baik, kita juga dapat menggunakan multimeter analog dengan skala
resistansi (Ohm). Multimeter analog tidak dapat mengetahui dengan pasti
nilai kapasitansi dari sebuah kapasitor, tetapi cukup bermanfaat untuk
mengetahui apakah kapasitor tersebut dalam kondisi baik ataupun rusak
(seperti bocor ataupun hubung pendek).
5.3.2 Menguji Kapasitor Dengan Multimeter Analog
Berikut ini adalah cara menguji kapasitor elektrolit dengan multimeter
analog:
1. Atur posisi skala selektor ke Ohm (Ω) dengan skala x1K
2. Hubungkan probe merah (positif ) ke kaki kapasitor positif
3. Hubungkan probe hitam (negatif) ke kaki kapasitor negatif
4. Periksa jarum yang ada pada layar multimeter analog, kapasitor yang
baik:
 Jarum bergerak naik dan kemudian kembali lagi.
 Kapasitor yang rusak: Jarum bergerak naik tetapi tidak kembali
lagi. Kapasitor yang rusak: Jarum tidak naik sama sekali.
Hal 170
Gambar 5.17 Cara menguji kapasitor dengan multimeter analog
5.3.3 Mengukur Kapasitor Dengan Multimeter Digital (Fungsi Kapasitansi
Meter)
Cara mengukur kapasitor dengan multimeter digital yang memiliki
fungsi kapasitansi meter cukup mudah, berikut ini caranya :
1. Atur posisi skala selektor ke tanda atau simbol kapasitor
2. Hubungkan probe ke terminal kapasitor.
3. Baca nilai kapasitansi kapasitor tersebut.
Gambar 5.18 Cara mengukur kapasitor dengan multimeter digital
Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada multimeter
digital yang memiliki kemampuan mengukur kapasitansi. Untuk lebih akurat,
tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur nilai kapasitansi
sebuah kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara
pengukurannya pun hampir sama dengan cara menggunakan multimeter
digital, hanya saja kita perlu menentukan nilai kapasitansi yang paling dekat
Hal 171
dengan kapasitor yang akan kita ukur dengan cara mengatur sakelar
selektor LCR meter dan Kapasitansi Meter. Di bawah ini adalah gambar
bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan Multimeter.
Gambar 5.19 Macam-macam alat ukur kapasitor
5.4 Induktor (Inductor)
Selain resistor dan kapasitor, induktor juga merupakan komponen
elektronika pasif yang sering ditemukan dalam rangkaian elektronika,
terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor
atau dikenal juga dengan coil adalah komponen elektronika pasif yang terdiri
dari susunan lilitan kawat yang membentuk sebuah kumparan. Pada
dasarnya, induktor dapat menimbulkan medan magnet jika dialiri oleh arus
listrik. Medan magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi
dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah induktor adalah
berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Gambar 5.20 Macam-macam induktor
Kemampuan induktor atau coil dalam menyimpan energi magnet disebut
dengan induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry
pada umumnya terlalu besar untuk komponen induktor yang terdapat di
rangkaian elektronika. Oleh karena itu, satuan-satuan yang merupakan
Hal 172
turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi
sebuah induktor atau coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut
diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang
digunakan untuk melambangkan induktor dalam rangkaian elektronika
adalah huruf “L”. Berikut ini adalah simbol-simbol Induktor :
Gambar 5.21 Simbol induktor
Nilai induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya
adalah :
 Jumlah lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi induktasinya,
 Diameter induktor, semakin besar diameternya semakin tinggi pula
induktansinya,
 Permeabilitas inti, yaitu bahan inti yang digunakan seperti udara, besi
ataupun ferit,
 Ukuran panjang induktor, semakin pendek inductor (coil) tersebut
semakin tinggi induktansinya.
5.4.1 Jenis-Jenis Induktor
Berdasarkan bentuk dan bahan intinya, induktor dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah :
 Air Core Inductor : Menggunakan udara sebagai intinya
 Iron Core Inductor : Menggunakan bahan besi sebagai intinya
 Ferrite Core Inductor: Menggunakan bahan ferit sebagai intinya
 Torroidal Core Inductor: Menggunakan inti yang berbentuk O ring
(bentuk donat)
Hal 173
 Laminated Core Induction: Menggunakan inti yang terdiri dari
beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel.
Masing-masing lempengan logam diberikan isolator.
 Variable Inductor: Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai
dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat
dari bahan ferit yang dapat diputar-putar.
5.4.2 Fungsi Induktor dan Aplikasinya
Fungsi-fungsi induktor diantaranya adalah dapat menyimpan arus
listrik dalam medan magnet, menapis (filter) frekuensi tertentu, menahan
arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit
getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan fungsi diatas, induktor ini pada umumnya diaplikasikan
sebagai:
 Filter dalam rangkaian yang berkaitan dengan frekuensi,
 Transformator (Transformer),
 Motor Listrik,
 Solenoid,
 Relay,
 Speaker,
 Microphone.
5.4.3 Pengujian Komponen Induktor
Berikut ini langkah-langkah pengujian komponen Induktor.
1. Dasar
Tiga langkah dasar mengukur dengan posisi OHM pada multimeter:
a. Putar selektor pada posisi OHM.
b. Pilih salah satu batas ukur (range) yaitu x1, x10, 100, x1k, x10k atau
x100k.
c. Atur skala nol secara tepat di sebelah kanan dengan pengatur nol
(adjust zero) hanya untuk multimeter analog.
2. Pengujian komponen induktor
Dengan alat ukur Ohm meter kita dapat menguji induktor,apakah induktor
ini:
Hal 174
a. Bagus dimana nilai perlawanan kecil atau besar.
b. Putus dimana nilai perlawanan tak terhingga.
Dalam rumah multimeter (alat ukur Ohm ) terdapat baterai sebagai
sumber-arus alat ukur,maka:
a. Kutub positif baterai berkoneksi dengan lubang negatif alat-ukur ohm.
b. Kutub negatif baterai berkoneksi dengan lubang positif alat–ukur
ohm.
3. Menguji induktor
Pada multimeter perlu diingat yaitu pada posisi Ohmmeter dimana:
 Probe hitam ( - ) ialah positif baterai ohmmeter.
 Probe merah ( + ) ialah negatif baterai ohmmeter.
Dengan alat-ukur ohm atau multimeter kita akan mengukur nilai perlawanan
induktor.
A. Sesama gulungan:
 Apa bila jarum bergerak maka induktor bagus.
 Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor putus.
B. Antar gulungan
 Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor bagus.
 Apa bila jarum bergerak maka induktor putus.
 Bila jarum tidak bergerak jauh berarti induktor kemungkinan induktor
bocor untuk lebih akurat pengujian bocor atau hubung singkat antar
kawat emailnya.
5.5 Dioda (Diode)
Diode adalah komponen elektronika aktif yang berfungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari
arah sebaliknya. Berdasarkan fungsi dioda terdiri dari:
1. Dioda biasa atau dioda penyearah yang umumnya terbuat dari silikon
dan berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah
(DC).
2. Dioda zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan
rangkaian setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang
Hal 175
bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan
Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu dioda yang
dapat memancarkan cahaya monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu dioda yang peka dengan cahaya
sehingga sering digunakan sebagai sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah dioda yang
berfungsi sebagai pengendali.
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu dioda yang dapat memancar cahaya
laser. Dioda laser sering disingkat dengan LD.
5.5.1 Dioda Penyearah
Dioda adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke
satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena
itu, dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam rangkaian
elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 elektroda (terminal) yaitu
anoda (+) dan katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan
teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari
sisi tipe-p (anoda) menuju ke sisi tipe-n (katoda) tetapi tidak dapat
mengalirkan arus ke arah sebaliknya.
1. Simbol Dioda
Gambar di bawah ini menunjukan bahwa dioda merupakan komponen
elektronika aktif yang terdiri dari 2 tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n :
Gambar 5.22 Struktur dan simbol dioda
2. Prinsip Kerja Dioda
Untuk dapat memperjelas prinsip kerja dioda dalam menghantarkan
dan menghambat aliran arus listrik, dibawah ini adalah rangkaian dasar
contoh pemasangan dan penggunaan dioda dalam sebuah rangkaian
elektronika.
Hal 176
Gambar 5.23 Cara memasang dioda
3. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter
Untuk mengetahui apakah sebuah dioda dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap dioda
tersebut dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter).
4. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog
a. Aturkan posisi saklar pada posisi OHM (Ω) x1k atau x100
b. Hubungkan probe merah pada terminal katoda (tanda gelang)
c. Hubungkan probe hitam pada terminal anoda.
d. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter
e. Jarum pada Layar Multimeter harus bergerak ke kanan
f. Balikan probe merah ke terminal anoda dan probe hitam pada
terminal katoda (tanda gelang).
g. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter
h. Jarum harus tidak bergerak.
Catatan:
 Jika jarum bergerak, maka dioda tersebut berkemungkinan sudah
rusak.
Hal 177
Gambar 5.24 Cara mengukur dioda dengan multimeter analog
5. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital
Pada umumnya multimeter digital menyediakan pengukuran untuk
fungsi dioda. Jika tidak ada, maka kita juga dapat mengukur dioda dengan
fungsi Ohm pada multimeter digital.
Cara mengukur dioda dengan menggunakan multimeter digital (Fungsi Ohm
/ Ohmmeter)
a. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)
b. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
c. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
d. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter
e. Layar harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
f. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
g. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter
h. Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.
Catatan:
 Jika terdapat nilai tertentu, maka dioda tersebut berkemungkinan
sudah rusak.
Hal 178
Gambar 5.25 Cara mengukur dioda dengan multimeter digital memakai fungsi Ohm
6. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital (Menggunakan Fungsi
Dioda):
a. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda
b. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
c. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
d. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter
e. Layar harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
f. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
g. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter
h. Tidak terdapat nilai tegangan pada Layar Multimeter.
Catatan:
 Jika terdapat nilai tertentu, maka dioda tersebut berkemungkinan
sudah rusak.
Gambar 5.26 Cara mengukur dioda dengan multimeter digital memakai fungsi Dioda
Catatan Penting :
Hal 179
 Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan
menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik.
Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).
 Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk
menentukan terminal mana yang katoda dan mana yang terminal anoda
jika tanda gelang yang tercetak di dioda tidak dapat dilihat lagi atau
terhapus (hilang).
5.5.2 Silicon Controlled Rectifier (SCR)
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah
dioda yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan dioda pada
umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki terminal, SCR adalah dioda yang
memiliki 3 kaki terminal. Kaki terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai
dengan terminal “Gate” atau “gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali
(Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti dioda pada umumnya yaitu
terminal “Anoda” dan terminal “Katoda”. SCR merupakan salah satu dari
anggota kelompok komponen thyristor.
Gambar 5.27 Bentuk fisik SCR
SCR atau Thrystor pertama kali diperkenalkan secara komersial pada tahun
1956. SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan tegangan dan daya
yang relatif tinggi dalam suatu perangkat kecil. Oleh karena itu SCR atau
thyristor sering difungsikan sebagai saklar (switch) ataupun pengendali
(Controller) dalam rangkaian elektronika yang menggunakan tegangan/arus
menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di rangkaian
elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika,
rangkaian osilator, rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan
motor, rangkaian inverter, rangkaian timer dan lain sebagainya.
Hal 180
Pada dasarnya SCR atau thyristor terdiri dari 4 lapis semikonduktor
yaitu PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN
Trioda. Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali terletak di
lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan kaki terminal “Katoda”. Cara
kerja sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar
transistor (bipolar junction transistor).
Bentuk dan Simbol SCR
Berikut ini adalah diagram fisik dan simbol dari SCR:
Gambar 5.28 Diagram fisik dan simbol dari SCR
F. Prinsip Kerja SCR
Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun
SCR memerlukan tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat
mengaktifkannya. Pada saat kaki gate diberikan tegangan positif sebagai
pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari Anoda (A) ke
Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON
meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut
dilepaskan. Untuk membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-
Katoda harus diturunkan hingga berada pada titik Ih (Holding Current) SCR.
Besarnya arus holding atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari data sheet
SCR itu sendiri. Karena masing-masing jenis SCR memiliki arus holding
yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya untuk mengembalikan SCR ke
kondisi “OFF”, kita hanya perlu menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda
ke titik Nol.
5.5.3 TRIAC dan Aplikasinya
TRIAC adalah perangkat semikonduktor berterminal tiga yang
berfungsi sebagai pengendali arus listrik. Nama TRIAC ini merupakan
Hal 181
singkatan dari TRIode forAlternating Current (Trioda untuk arus bolak
balik). Sama seperti SCR, TRIAC juga tergolong sebagai thyristor yang
berfungsi sebagai pengendali atau switching. Namun, berbeda dengan SCR
yang hanya dapat dilewati arus listrik dari satu arah (unidirectional), TRIAC
memiliki kemampuan yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah
(bidirectional) ketika dipicu. Terminal Gate TRIAC hanya memerlukan arus
yang relatif rendah untuk dapat mengendalikan aliran arus listrik AC yang
tinggi dari dua arah terminalnya. TRIAC sering juga disebut
dengan Bidirectional Triode Thyristor.
Pada dasarnya, sebuah TRIAC sama dengan dua buah SCR yang
disusun dan disambungkan secara antiparalel (paralel yang berlawanan
arah) dengan Terminal Gerbang atau Gate-nya dihubungkan bersama
menjadi satu. Jika dilihat dari strukturnya, TRIAC merupakan komponen
elektronika yang terdiri dari 4 lapis semikonduktor dan 3 terminal, ketiga
terminal tersebut diantaranya adalah MT1, MT2 dan Gate. MT adalah
singkatan dari Main Terminal.
1. Bentuk dan Simbol TRIAC
Berikut ini adalah gambar dan struktur serta simbol TRIAC.
Gambar 5.29 Bentuk, konstruksi dan simbol TRIAC
2. Aplikasi TRIAC
TRIAC merupakan komponen yang sangat cocok untuk digunakan
sebagai AC switching (sakelar AC) karena dapat megendalikan aliran arus
listrik pada dua arah siklus gelombang bolak-balik AC. Kemampuan inilah
yang menjadi kelebihan dari TRIAC jika dibandingkan dengan SCR. Namun
Hal 182
TRIAC pada umumnya tidak digunakan pada rangkaian switching yang
melibatkan daya yang sangat tinggi. Salah satu alasannya adalah karena
karakteristik switching TRIAC yang non-simetris dan juga gangguan
elektromagnetik yang diciptakan oleh listrik yang berdaya tinggi itu sendiri.
Beberapa aplikasi TRIAC pada peralatan-peralatan elektronika
maupun listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pengatur pada Lampu Dimmer.
b. Pengatur kecepatan pada Kipas Angin.
c. Pengatur Motor kecil.
d. Pengatur pada peralatan-peralatan rumah tangga yang berarus listrik
AC.
3. Rangkaian Switching TRIAC
Gambar 5.30 Rangkaian Switching TRIAC
Gambar 5.30 adalah rangkaian dasar dari aplikasi TRIAC yang
digunakan sebagai switching (sakelar). Pada saat SW1 terbuka, tidak ada
arus listrik yang mengalir ke terminal Gate TRIAC dan lampu dalam kondisi
OFF (mati). Saat SW1 tertutup/dihubungkan, terminal Gate pada TRIAC
akan dialiri oleh arus listrik melalui resistor (R) dari sumber daya DC atau
Baterai (VG). Hal ini akan menggerakkan TRIAC menjadi konduktor yang
menghubungkan lampu dengan sumber arus listrik AC. Lampu akan berubah
menjadi ON (nyala).
4. Cara Mengukur TRIAC dengan menggunakan Multimeter
Hal 183
TRIAC merupakan komponen elektronika yang termasuk dalam
keluarga thyristor. Salah satu kemampuan TRIAC yang berbeda dengan
thyristor pada umumnya adalah kemampuannya yang dapat menghantarkan
arus listrik ke kedua arah saat dipicu atau sering disebut dengan
Bidirectional Triode Thyristor. Fungsi utama TRIAC pada suatu rangkaian
elektronika adalah sebagai pengendali atau switching.
Untuk mengetahui apakah sebuah TRIAC dapat berfungsi dengan
baik, kita dapat menggunakan multimeter untuk mengujinya. Berikut ini
adalah langkah-langkah untuk mengukur atau menguji sebuah TRIAC
(Triode for Alternating Current) apakah dapat berfungsi dengan baik dengan
menggunakan Multimeter.
Berikut ini adalah cara menguji atau mengukur TRIAC dengan
menggunakan multimeter digital.
a. Langkah 1 :
1) Atur posisi sakelar Multimeter Digital ke Pengukuran Dioda,
2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke terminal MT1 TRIAC.
3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke MT2 TRIAC.
4) Layar Multimeter akan menunjukan tanda “OL” atau “over load”.
Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik.
b. Langkah 2 :
1) Posisi sakelar multimeter digital masih pada pengukuran dioda,
2) Hubungkan probe Hitam (-) Multimeter ke terminal MT1 TRIAC,
3) Hubungkan probe Merah (+) Multimeter ke MT2 TRIAC,
4) Layar multimeter akan menunjukan tanda “OL” atau “over load”.
Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik,
5) Pindahkan probe merah (+) multimeter ke terminal Gate,
6) Layar multimeter akan menunjukan nilai sekitar 0,127V. Kondisi ini
menandakan TRIAC dalam kondisi baik.
Hal 184
Gambar 5.31 Cara mengukur TRIAC dengan multimeter digital
5.5.4 DIAC dan Cara Kerjanya
Diode Alternating Current atau sering disingkat dengan DIAC adalah
komponen aktif eektronika yang memiliki dua terminal dan dapat
menghantarkan arus listrik dari kedua arah jika tegangan melampui batas
breakover-nya. DIAC merupakan anggota dari keluarga thyristor, namun
berbeda dengan thyristor pada umumnya yang hanya menghantarkan arus
listrik dari satu arah, DIAC memiliki fungsi yang dapat menghantarkan arus
listrik dari kedua arahnya atau biasanya disebut juga dengan “Bidirectional
Thyristor”.
DIAC biasanya digunakan sebagai pembantu untuk memicu TRIAC
dalam rangkaian AC Switch. DIAC juga sering digunakan dalam berbagai
rangkaian seperti rangkaian lampu dimmer (peredup) dan rangkaian starter
untuk lampu neon (florescent lamps).
Struktur Dasar dan Simbol DIAC
Ditinjau dari segi strukturnya, DIAC terdiri dari 3 lapis semikonduktor
yang hampir mirip dengan sebuah transistor PNP. Berbeda dengan
transistor PNP yang lapisan N-nya dibuat dengan tipis agar elektron mudah
melewati lapisan N ini, Lapisan N pada DIAC dibuat cukup tebal agar
elektron lebih sulit untuk menembusnya terkecuali tegangan yang diberikan
ke DIAC tersebut melebihi batas Breakover (VBO) yang ditentukannya.
Dengan memberikan tegangan yang melebihi batas Breakovernya, DIAC
akan dapat dengan mudah menghantarkan arus listrik dari arah yang
bersangkutan. Kedua Terminal DIAC biasanya dilambangkan dengan A1
Hal 185
(Anoda 1) dan A2 (Anoda 2) atau MT1 (Main Terminal 1) dan MT2 (Main
Terminal 2).
Gambar dan Struktur dasar DIAC serta simbolnya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Gambar 5.32 Bentuk, struktur dan simbol DIAC
Cara Kerja DIAC
Seperti yang disebutkan, DIAC merupakan komponen yang dapat
menghantarkan arus listrik dari dua arah jika diberikan tegangan yang
melebih batas Breakovernya. Pada prinsipnya, DIAC memiliki cara kerja
yang mirip dengan dua dioda yang dipasang paralel berlawanan seperti
gambar Rangkaian Ekuivalen diatas.
Apabila tegangan yang memiliki polaritas diberikan ke DIAC, dioda
yang disebelah kiri akan menghantarkan arus listrik jika tegangan positif
yang diberikan melebihi tegangan breakover DIAC. Sebaliknya, apabila
DIAC diberikan tegangan positif yang melebih tegangan breakover DIAC dari
arah yang berlawanan, maka dioda sebelah kanan akan menghantarkan
arus listrik.
Setelah DIAC dijadikan ke kondisi “ON” dengan menggunakan tegangan
positif ataupun negatif, DIAC akan terus menghantarkan arus listrik sampai
tegangannya dikurangi hingga 0 (Nol) atau hubungan pemberian listrik
diputuskan.
5.6 Transistor
Transistor merupakan komponen elektronika aktif yang memiliki
banyak fungsi dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang
sangat penting dalam dunia elektronik modern ini. Beberapa fungsi transistor
Hal 186
diantaranya adalah sebagai penguat arus, sebagai switch (pemutus dan
penghubung), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal, penyearah dan lain
sebagainya. Transistor terdiri dari 3 terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B),
Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). UJT (Uni Junction Transistor), FET
(Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET)
juga merupakan keluarga dari transistor.
5.6.1 Transistor Bipolar
1. Fungsi Transistor
Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :
 sebagai Penyearah,
 sebagai Penguat tegangan dan daya,
 sebagai Stabilisasi tegangan,
 sebagai Mixer,
 sebagai Osilator
 sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)
2. Struktur Dasar Transistor
Pada dasarnya, transistor adalah komponen elektronika yang terdiri
dari 3 lapisan semikonduktor dan memiliki 3 terminal (kaki) yaitu terminal
Emitor yang disingkat dengan huruf “E”, terminal Base (Basis) yang disingkat
dengan huruf “B” serta terminal Collector/Kolektor yang disingkat dengan
huruf “C”. Berdasarkan strukturnya, transistor sebenarnya merupakan
gabungan dari sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut, transistor
kemudian dibagi menjadi 2 tipe yaitu transistor tipe NPN dan transistor tipe
PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena
memiliki 2 polaritas dalam membawa arus listrik. NPN merupakan singkatan
dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP adalah singkatan dari Positif-
Negatif-Positif.
Berikut ini adalah gambar tipe transistor berdasarkan lapisan
semikonduktor yang membentuknya beserta simbol transistor NPN dan
PNP.
Hal 187
Gambar 5.33 Simbol tansistor NPN dan PNP
3. Cara Mengukur Transistor
Kita dapat menggunakan multimeter analog maupun multimeter digital
untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah transistor masih dalam
kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak
polaritas (merah dan hitam) probe multimeter analog dan multimeter digital
dalam mengukur/ menguji sebuah transistor.
Berikut ini adalah cara untuk menguji atau mengukur transistor dengan
mengunakan multimeter analog dan multimeter digital.
a. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog
Gambar 5.34 Cara mengukur transistor dengan multimeter analog (fungsi Ohm)
1) Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog
a) Atur posisi saklar pada posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
Hal 188
b) Hubungkan probe merah pada terminal Basis (B) dan probe hitam
pada terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan
nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik,
c) Pindahkan probe hitam pada terminal Kolektor (C), jika jarum
bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor
tersebut dalam kondisi baik.
2) Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog
a) Atur posisi saklar pada posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
b) Hubungkan probe hitam pada terminal Basis (B) dan probe merah
pada terminal Emitor (E), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan
nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik,
c) Pindahkan probe merah pada terminal Kolektor (C), jika jarum
bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor
tersebut dalam kondisi baik.
Catatan :
 Jika tata letak probe dibalikkan dari cara yang disebutkan di atas,
maka jarum pada multimeter analog harus tidak akan bergerak sama
sekali atau “Open”.
b. Mengukur Transistor Dengan Multimeter Digital
Pada umumnya, multimeter digital memiliki fungsi mengukur dioda dan
resistansi (Ohm) dalam saklar yang sama. Maka untuk multimeter digital
jenis ini, pengujian multimeter adalah terbalik dengan cara Menguji
Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.
Hal 189
Gambar 5.35 Cara mengukur transistor dengan multimeter digital (fungsi dioda)
1) Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital
a) Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
b) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah
pada Terminal Emitor (E), Jika Layar Multimeter menunjukan nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
c) Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Layar
Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam
kondisi baik.
2) Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital
a) Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
b) Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam
pada Terminal Emitor (E), Jika Layar Multimeter menunjukan nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik,
c) Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Layar
Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor
tersebut dalam kondisi baik.
Catatan :
 Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka
Layar Multimeter Digital harus tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau
“Open”
Hal 190
5.6.2 Uni Junction Transistor (UJT)
Uni Junction Transistor (UJT) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan Transistor Sambungan Tunggal adalah komponen
elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor, UJT memiliki tiga
terminal dan hanya memiliki satu sambungan. Pada umumnya UJT
digunakan sebagai Saklar Elektronik dan penghasil Isyarat Pulsa. Seperti
namanya, Uni Junction Transistor atau UJT juga digolongkan sebagai salah
satu anggota dari keluarga transistor, namun berbeda dengan transistor
bipolar pada umumnya, UJT ini tidak memiliki terminal/elektroda Kolektor.
UJT yang memiliki tiga terminal ini terdiri dari 1 terminal Emitor (E) dan 2
terminal Basis (B1 dan B2). Oleh karena itu, transistor UJT ini sering disebut
juga dengan Dioda Berbasis Ganda (Double Base Diode).
1. Struktur Dasar Uni Junction Transistor (UJT)
Struktur dasar UJT dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pada
dasarnya UJT terdiri dari semikonduktor jenis silikon yang bertipe N yang
didoping ringan dan sepotong silikon bertipe P yang berukuran kecil dengan
doping tinggi (berat) di satu sisinya untuk menghasilkan sambungan tunggal
P-N (P-N Junction). Sambungan Tunggal inilah yang kemudian dijadikan
terminologi UJT yaitu Uni Junction Transistor. Di kedua ujung batang silikon
yang bertipe N, terdapat dua kontak Ohmik yang membentuk terminal B1
(Basis 1) dan (Basis 2). Daerah Semikonduktor yang bertipe P menjadi
Terminal Emitor (E) pada UJT tersebut.
Berikut ini adalah Bentuk dan Struktur dasar serta Simbol Uni Junction
Transistor (Transistor Sambungan Tunggal).
Hal 191
Gambar 5.36 Bentuk, struktur dan simbol UJT
2. Cara Kerja Uni Junction Transistor (UJT)
Saat tegangan diantara Emitor (E) dan Basis 1 (B1) adalah Nol, UJT
tidak menghantarkan arus listrik, Semikonduktor batang yang bertipe N akan
berfungsi sebagai penghambat (memiliki resistansi yang tinggi). Namun akan
ada sedikit arus bocor yang mengalir karena bias terbalik (reverse bias).
Pada saat tegangan di Emitor (E) dan Basis 1 (B1) dinaikan secara
bertahap, resistansi diantara Emitor dan Basis 1 akan berkurang dan arus
terbalik (reverse current) juga akan berkurang. Ketika Tegangan Emitor
dinaikan hingga ke level bias maju, arus listrik di Emitor akan mengalir. Hal
ini dikarenakan Hole pada semikonduktor yang di doping berat bertipe P
mulai memasuki daerah semikonduktor tipe N dan bergabung kembali
dengan Elektron yang di Batang Semikonduktor bertipe N (yang di doping
ringan). Dengan demikian Uni Junction Transistor atau UJT ini kemudian
mulai menghantarkan arus listrik dari B2 ke B1.
3. Aplikasi Uni Junction Transistor (UJT)
Pada umumnya UJT ini digunakan pada beberapa aplikasi rangkaian
elektronika seperti berikut ini :
 Osilator Relaksasi (Relaxation Oscillator).
 Rangkaian Saklar Elektronik.
 Sensor Magnetik flux.
 Rangkaian Pembatas Tegangan dan Arus listrik.
 Osilator Bistabil (Bistable oscillators).
 Rangkaian Regulator Tegangan dan Arus Listrik.
 Rangkaian Pengendali Fase (Phase control circuits).
4. Cara Menguji / Mengukur UJT dengan Menggunakan Multimeter
Untuk mengukur apakah sebuah UJT dapat berfungsi dengan baik,
kita dapat menggunakan alat ukur multimeter dengan pilihan pengujian
resistansi. Berikut dibawah ini adalah 3 langkah mudah untuk mengukur Uni
Junction Transistor (UJT).
Hal 192
a. Cara Mengukur Resistansi antara Terminal B1 dan B2
Di bawah ini adalah cara mengukur resistansi antara Terminal Basis1
(B1) dan Basis (B2) UJT.
Gambar 5.37 Cara Mengukur Resistansi antara Terminal B1 dan B2
1) Atur Posisi Sakelar Multimeter ke R atau Ohm (Ω).
2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Basis1 (B1)
UJT.
3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke Terminal Basis2 (B2) UJT.
4) Layar Multimeter akan menunjukkan nilai Resistansi (nilai Hambatan)
yang tinggi, yaitu sekitar 4kΩ hingga 10kΩ. Kondisi tersebut
menandakan UJT dalam keadaan baik.
5) Lepaskan kedua Probe Multimeter tersebut dari Terminal UJT.
6) Hubungkan lagi Probe Merah (+) Multimeter pada Terminal Basis2
(B2) UJT.
7) Hubungkan lagi Probe Hitam (-) Multimeter pada Terminal Basis1 (B1)
UJT.
8) Layar Multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang tinggi, yaitu
sekitar 4kΩ hingga 10kΩ. Kondisi tersebut menandakan UJT dalam
keadaan baik.
Catatan:
 Dengan cara pengukuran / pengujian di atas, apabila layar multimeter
menunjukan nilai resistansi yang sangat rendah ataupun nol (0), maka
UJT tersebut dinyatakan rusak atau short (hubung singkat).
Hal 193
b. Cara Mengukur Bias Terbalik (Reverse Bias) pada Persimpangan Emitor
Pengujian atau Pengukur Bias Terbalik atau Reverse Bias pada
Persimpangan Emitor UJT ini hampir sama dengan Pengujian Bias Terbalik
pada Dioda.
Gambar 5.38 Cara Mengukur Bias Terbalik pada Persimpangan Emitor
1) Atur Posisi Sakelar Multimeter ke R atau Ohm (Ω).
2) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke Terminal Emitor (E) UJT.
3) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Basis1 (B1) UJT.
4) Layar Multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang sangat tinggi
yaitu lebih dari 100KΩ. Kondisi ini menandakan UJT dalam keadaan
baik.
5) Pindahkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Basis2 (B2) UJT.
Probe Hitam (-) Multimeter tetap pada Terminal Emitor (E) UJT.
6) Layar Multimeter akan tetap menunjukan nilai Resistansi yang sangat
tinggi, yaitu lebih dari 100kΩ.
Catatan:
 Dengan cara pengukuran/pengujian Bias Terbalik diatas, apabila layar
Multimeter menunjukan Nilai Resistansi yang sangat rendah ataupun
Nol (0), maka UJT tersebut dinyatakan Rusak atau Short (Hubung
Singkat).
Hal 194
c. Cara Mengukur Bias Maju (Forward Bias) Pada Persimpangan Emitor UJT
Pengujian atau Pengukuran Bias Maju pada Persimpan Emitor UJT ini
hampir sama dengan pengujian Bias Maju pada Dioda.
Gambar 5.39 Cara Mengukur Bias Maju (Forward Bias) pada Persimpangan Emitor
UJT
1) Atur Posisi Sakelar Multimeter ke R atau Ohm (Ω).
2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Emitor (E) UJT.
3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke Terminal Basis1 (B1) UJT.
4) Layar multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang sangat
rendah, yaitu kurang dari 100Ω. Kondisi tersebut menandakan UJT
dalam keadaan Baik.
5) Pindahkan probe hitam (-) multimeter ke Terminal Basis2 (B2) UJT.
Probe merah (+) multimeter tetap terhubung pada Terminal Emitor (E)
UJT.
6) Layar multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang sangat
rendah yaitu dibawah 100Ω. Kondisi ini menandakan UJT dalam
Keadaan Baik.
Catatan:
 Dengan cara pengukuran/pengujian bias maju diatas, apabila Layar
Multimeter menunjukkan nilai Resistansi yang sangat tinggi, maka UJT
tersebut dapat dinyatakan Rusak atau Putus.
Hal 195
5.6.3 FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET)
Field Effect Transistor atau disingkat dengan FET adalah komponen
elektronika aktif yang menggunakan medan listrik untuk mengendalikan
konduktifitasnya. FET dalam bahasa Indonesia disebut dengan Transistor
Efek Medan. Dikatakan Field Effect atau Efek Medan karena pengoperasian
transistor jenis ini tergantung pada tegangan (medan listrik) yang terdapat
pada input gerbangnya. FET merupakan komponen elektronika yang
tergolong dalam keluarga transistor yang memilki tiga terminal kaki
yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
FET memiliki fungsi yang hampir sama dengan transistor bipolar pada
umumnya. Perbedaannya adalah pada pengendalian arus outputnya. Arus
Output (IC) pada transistor bipolar dikendalikan oleh arus input (IB)
sedangkan arus output (ID) pada FET dikendalikan oleh tegangan input (VG)
FET. Jadi perlu diperhatikan bahwa perbedaan yang paling utama antara
transistor bipolar (NPN & PNP) dengan FET adalah terletak pada
pengendalinya (Bipolar menggunakan arus sedangkan FET menggunakan
tegangan).
Field Effect Transistor ini sering disebut juga dengan Unipolar
Transistor, hal ini dikarena FET adalah transistor yang bekerja bergantung
dari satu pembawa muatan saja, apakah itu elektron maupun hole.
Sedangkan pada transistor bipolar (NPN & PNP) pada umumnya, terdapat
dua pembawa muatan yaitu elektron yang membawa muatan negatif dan
hole sebagai pembawa muatan positif. Pada dasarnya terdapat dua jenis
klasifikasi utama pada FET ini, kedua jenis tersebut diantaranya adalah
JFET (Junction Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide
Semiconduction Field Effect Transistor).
1. Junction FET (JFET)
Cara kerja JFET pada prinsipnya seperti kran air yang mengatur aliran
air pada pipa. Elektron atau Hole akan mengalir dari terminal source (S) ke
terminal drain (D). Arus pada outputnya yaitu arus drain (ID) akan sama
dengan arus inputnya yaitu arus source (IS). Prinsip kerja tersebut sama
dengan prinsip kerja sebuah pipa air di rumah kita dengan asumsi tidak ada
kebocoran pada pipa air kita.
Hal 196
Besarnya arus listrik tergantung pada tinggi rendahnya tegangan yang
diberikan pada terminal gerbangnya (GATE (G)). Fluktuasi tegangan pada
terminal gate (VG) akan menyebabkan perubahan pada arus listrik yang
melalui saluran IS atau ID. Fluktuasi yang kecil dapat menyebabkan variasi
yang cukup besar pada arus aliran pembawa muatan yang melalui JFET
tersebut. Dengan demikian terjadi penguatan tegangan pada sebuah
rangkaian elektronika.
Junction FET atau sering disingkat dengan JFET memiliki 2 tipe
berdasarkan tipe bahan semikonduktor yang digunakan pada saluran atau
kanalnya. JFET tipe N-Channel (Kanal N) terbuat dari bahan semikonduktor
tipe N dan P-Channel (Kanal P) yang terbuat dari semikonduktor tipe P.
a. JFET Kanal-N
Berikut di bawah ini adalah gambar struktur dasar JFET jenis Kanal-N.
Gambar 5.40 Struktur dan simbol JFET jenis Kanal-N
Saluran atau Kanal pada jenis ini terbentuk dari bahan semikonduktor
tipe N dengan satu ujungnya adalah Source (S) dan satunya lagi adalah
Drain (D). Mayoritas pembawa muatan atau Carriers pada JFET jenis Kanal-
N ini adalah Elektron.
Gate atau Gerbang pada JFET jenis Kanal-N ini terdiri dari bahan
semikonduktor tipe P. Bagian lain yang terbuat dari semikonduktor tipe P
pada JFET Kanal-N ini adalah bagian yang disebut dengan Subtrate yaitu
bagian yang membentuk batas di sisi saluran berlawanan Gerbang (G).
Tegangan pada terminal gerbang (G) menghasilkan medan listrik yang
mempengaruhi aliran pada pembawa muatan yang melalui saluran tersebut.
Semakin negatifnya VG, semakin sempit pula salurannya yang akhirnya
mengakibatkan semakin kecil arus pada outputnya (ID).
Hal 197
b. JFET Kanal-P
Berikut di bawah ini adalah gambar struktur dasar JFET jenis Kanal-P.
Gambar 5.41 Struktur dan simbol JFET jenis Kanal-P
Saluran pada JFET jenis Kanal-P terbuat dari semikonduktor tipe P.
Mayoritas pembawa muatannya adalah Hole. Bagian Gate atau Gerbang (G)
dan Subtrate-nya terbuat dari bahan semikonduktor tipe N.
Di JFET Kanal-P, semakin positifnya VG, semakin sempit pula
salurannya yang akhirnya mengakibatkan semakin kecilnya arus pada output
JFET (ID).
Dari simbolnya, kita dapat mengetahui mana yang JFET Kanal-N dan
JFET Kanal-P. Anak Panah pada simbol JFET Kanal-N adalah menghadap
ke dalam sedangkan anak panah pada simbol JFET Kanal-P menghadap
keluar.
2. Metal Oxide Semiconduction Field Effect Transistor (MOSFET)
Seperti halnya JFET, saluran pada MOSFET juga dapat berupa
semikonduktor tipe-N ataupun tipe-P. Terminal atau elektroda gerbangnya
adalah sepotong logam yang permukaannya dioksidasi. Lapisan oksidasi ini
berfungsi untuk menghambat hubungan listrik antara terminal gerbang
dengan salurannya. Oleh karena itu, MOSFET sering juga disebut dengan
nama Insulated-Gate FET (IGFET). Karena lapisan oksidasi ini bertindak
sebagai dielektrik, maka pada dasarnya tidak akan terjadi aliran arus antara
gerbang dan saluran. Dengan demikian, Impedansi Input pada MOSFET
menjadi sangat tinggi dan jauh melebihi Impedansi Input pada JFET. Pada
beberapa jenis MOSFET Impedansi dapat mencapai Triliunan Ohm
(1012
Ohm). Dalam bahasa Indonesia, MOSFET disebut juga dengan
Transistor Efek Medan Semikonduktor Logam-Oksida.
Hal 198
Salah kelemahan pada MOSFET adalah tipisnya lapisan oksidasi
sehingga sangat rentan rusak karena adanya pembuangan elektrostatik
(Electrostatic Discharge).
Seperti yang disebut sebelumnya, bahwa MOSFET pada dasarnya
terdiri dari 2 tipe yaitu MOSFET tipe N dan MOSFET tipe P.
a. MOSFET tipe N
MOSFET tipe N biasanya disebut dengan NMOSFET atau nMOS.
Berikut di bawah ini adalah bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe N.
Gambar 5.42 Bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe N
b. MOSFET tipe P
MOSFET tipe P biasanya disebut dengan PMOSFET atau pMOS. Di
bawah ini adalah bentuk struktur dan Simbol MOSFET tipe P.
Gambar 5.43 Bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe P
Kelebihan dan Kelemahan FET
Jika dibandingkan dengan transistor bipolar, FET memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Salah satu kelebihan FET adalah dapat bekerja
Hal 199
dengan baik di rangkaian elektronika yang bersinyal rendah seperti pada
perangkat komunikasi dan alat-alat penerima (receiver). FET juga sering
digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronika yang memerlukan
impedansi yang tinggi. Namun pada umumnya, FET tidak dapat digunakan
pada perangkat atau rangkaian elektronika yang bekerja untuk penguatan
daya tinggi seperti pada perangkat komunikasi berdaya tinggi dan alat-alat
pemancar (transmitter).
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Menganalisis prosedur pemeliharaan dan perbaikan sistem elektronika
dengan membaca modul ini dan mengamati komponen elektronika.
2. Mengerjakan latihan.
Menganalisis
prosedur
pemeliharaan
dan perbaikan
sistem
elektronika
1. Menganalisis komponen pasif dan aktif
yang digunakan pada rangkaian
elektronika,
2. Menemukan kemungkinan-kemungkinan
kesalahan pada komponen elektronika
pasif dengan cara pengukuran.
3. Menemukan kemungkinan-kemungkinan
kesalahan pada komponen elektronika
aktif dengan cara pengukuran.

More Related Content

What's hot

multimeter
multimetermultimeter
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Lydia Nurkumalawati
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararel
Simon Patabang
 
Alat ukur kumparan putar
Alat ukur kumparan putarAlat ukur kumparan putar
Alat ukur kumparan putar
Dwi Puspita
 
Bab 5 counter
Bab 5 counterBab 5 counter
Bab 5 counter
personal
 
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
Varilia Wardani
 
Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)
Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)
Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)
Pamor Gunoto
 
Karakteristik Transistor
Karakteristik TransistorKarakteristik Transistor
Karakteristik Transistor
Ryan Aryoko
 
Ppt transistor
Ppt transistorPpt transistor
Ppt transistor
Annis Kenny
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
ayu purwati
 
Bab 2 multimeter
Bab 2 multimeterBab 2 multimeter
Bab 2 multimeterAgus Subowo
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
risal07
 
1 konsep sinyal
1 konsep sinyal1 konsep sinyal
1 konsep sinyal
Simon Patabang
 
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
KEN KEN
 
Hukum kirchoff
Hukum kirchoffHukum kirchoff
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Dandi Ardiansyah Putra
 
Komponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronikaKomponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronika
Ilham Khoir
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarRinanda S
 
Makalah adc
Makalah adcMakalah adc
Makalah adc
Albara I Arizona
 

What's hot (20)

multimeter
multimetermultimeter
multimeter
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
 
12 rangkaian rlc pararel
12 rangkaian rlc  pararel12 rangkaian rlc  pararel
12 rangkaian rlc pararel
 
Alat ukur kumparan putar
Alat ukur kumparan putarAlat ukur kumparan putar
Alat ukur kumparan putar
 
Bab 5 counter
Bab 5 counterBab 5 counter
Bab 5 counter
 
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
LAPORAN PRAKTIKUM "RANGKAIAN RL dan RC"
 
Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)
Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)
Rangkaian RC dan RL (Tanpa Sumber)
 
Karakteristik Transistor
Karakteristik TransistorKarakteristik Transistor
Karakteristik Transistor
 
Ppt transistor
Ppt transistorPpt transistor
Ppt transistor
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Bab 2 multimeter
Bab 2 multimeterBab 2 multimeter
Bab 2 multimeter
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
1 konsep sinyal
1 konsep sinyal1 konsep sinyal
1 konsep sinyal
 
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
Pengetahuan Dasar penggunaan Timer dan Counter Microcontroller AVR
 
Hukum kirchoff
Hukum kirchoffHukum kirchoff
Hukum kirchoff
 
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
Laporan praktikum fisika dasar (Multimeter dan Hukum Ohm)
 
Komponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronikaKomponen pasif elektronika
Komponen pasif elektronika
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasar
 
Makalah adc
Makalah adcMakalah adc
Makalah adc
 

Similar to 6 materi komponen elektronika

Komponen Elektronika & Alat Ukur.pdf
Komponen Elektronika & Alat Ukur.pdfKomponen Elektronika & Alat Ukur.pdf
Komponen Elektronika & Alat Ukur.pdf
MFebriansyah10
 
Materi 3 Komponen Elektronika
Materi 3 Komponen ElektronikaMateri 3 Komponen Elektronika
Materi 3 Komponen Elektronika
Edi Sutanto
 
Pertemuan 2
Pertemuan  2Pertemuan  2
Pertemuan 2
Syafrizal
 
Pertemuan 2
Pertemuan  2Pertemuan  2
Pertemuan 2
Syafrizal
 
CIRI STATIK TRANSISTOR
CIRI STATIK TRANSISTORCIRI STATIK TRANSISTOR
CIRI STATIK TRANSISTOR
suyono fis
 
Mdde audiovisual
Mdde audiovisualMdde audiovisual
Mdde audiovisual
Arya Shandy
 
Kompone pasif 1
Kompone pasif 1Kompone pasif 1
Kompone pasif 1
Agus Tri
 
JENIS RESISTOR.pptx
JENIS RESISTOR.pptxJENIS RESISTOR.pptx
JENIS RESISTOR.pptx
LeoKamarga
 
Komponen pasif 1 resistor dan condensator
Komponen pasif 1 resistor dan condensatorKomponen pasif 1 resistor dan condensator
Komponen pasif 1 resistor dan condensator
Agus Tri
 
Komponenb pasif 1
Komponenb pasif 1Komponenb pasif 1
Komponenb pasif 1
Agus Tri
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum OhmLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Lydia Nurkumalawati
 
Sesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptx
Sesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptxSesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptx
Sesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptx
DCARWD
 
Mdde visual
Mdde visualMdde visual
Mdde visual
Arya Shandy
 
Pertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdf
Pertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdfPertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdf
Pertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdf
RatnaAtika1
 
Laporan praktikum elektronika_dasar_i
Laporan praktikum elektronika_dasar_iLaporan praktikum elektronika_dasar_i
Laporan praktikum elektronika_dasar_i
Mohammad Syawal
 
Resistor
ResistorResistor
Resistor
PTIK BB
 
Mengenal komponen elektronika
Mengenal komponen elektronikaMengenal komponen elektronika
Mengenal komponen elektronika
achmad yani
 
ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR
Rinanda S
 
Elektronika digital dioda, resistor, & transistor
Elektronika digital dioda, resistor, & transistorElektronika digital dioda, resistor, & transistor
Elektronika digital dioda, resistor, & transistor
Dian Nugroho
 
Acar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahayaAcar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahaya
Yuwan Kilmi
 

Similar to 6 materi komponen elektronika (20)

Komponen Elektronika & Alat Ukur.pdf
Komponen Elektronika & Alat Ukur.pdfKomponen Elektronika & Alat Ukur.pdf
Komponen Elektronika & Alat Ukur.pdf
 
Materi 3 Komponen Elektronika
Materi 3 Komponen ElektronikaMateri 3 Komponen Elektronika
Materi 3 Komponen Elektronika
 
Pertemuan 2
Pertemuan  2Pertemuan  2
Pertemuan 2
 
Pertemuan 2
Pertemuan  2Pertemuan  2
Pertemuan 2
 
CIRI STATIK TRANSISTOR
CIRI STATIK TRANSISTORCIRI STATIK TRANSISTOR
CIRI STATIK TRANSISTOR
 
Mdde audiovisual
Mdde audiovisualMdde audiovisual
Mdde audiovisual
 
Kompone pasif 1
Kompone pasif 1Kompone pasif 1
Kompone pasif 1
 
JENIS RESISTOR.pptx
JENIS RESISTOR.pptxJENIS RESISTOR.pptx
JENIS RESISTOR.pptx
 
Komponen pasif 1 resistor dan condensator
Komponen pasif 1 resistor dan condensatorKomponen pasif 1 resistor dan condensator
Komponen pasif 1 resistor dan condensator
 
Komponenb pasif 1
Komponenb pasif 1Komponenb pasif 1
Komponenb pasif 1
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum OhmLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
 
Sesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptx
Sesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptxSesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptx
Sesi 02 Rangkaian Hubungan Seri-Paralel.pptx
 
Mdde visual
Mdde visualMdde visual
Mdde visual
 
Pertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdf
Pertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdfPertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdf
Pertemuan 3 Rangkaian Resistor_102951.pdf
 
Laporan praktikum elektronika_dasar_i
Laporan praktikum elektronika_dasar_iLaporan praktikum elektronika_dasar_i
Laporan praktikum elektronika_dasar_i
 
Resistor
ResistorResistor
Resistor
 
Mengenal komponen elektronika
Mengenal komponen elektronikaMengenal komponen elektronika
Mengenal komponen elektronika
 
ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR
 
Elektronika digital dioda, resistor, & transistor
Elektronika digital dioda, resistor, & transistorElektronika digital dioda, resistor, & transistor
Elektronika digital dioda, resistor, & transistor
 
Acar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahayaAcar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahaya
 

More from Edi Sutanto

PPT KEWIRAUSAHAAN.pptx
PPT KEWIRAUSAHAAN.pptxPPT KEWIRAUSAHAAN.pptx
PPT KEWIRAUSAHAAN.pptx
Edi Sutanto
 
Jobsheet 8 rigid tapping
Jobsheet 8 rigid tappingJobsheet 8 rigid tapping
Jobsheet 8 rigid tapping
Edi Sutanto
 
Jobsheet 7 center drill dan deep hole drill
Jobsheet 7 center drill dan deep hole drillJobsheet 7 center drill dan deep hole drill
Jobsheet 7 center drill dan deep hole drill
Edi Sutanto
 
Jobsheet 6 circumf slots atau milling slot
Jobsheet 6 circumf slots atau milling slotJobsheet 6 circumf slots atau milling slot
Jobsheet 6 circumf slots atau milling slot
Edi Sutanto
 
Jobsheet 5 contour milling
Jobsheet 5 contour millingJobsheet 5 contour milling
Jobsheet 5 contour milling
Edi Sutanto
 
Circular pocket
Circular pocketCircular pocket
Circular pocket
Edi Sutanto
 
11 menggambar etiket
11 menggambar etiket11 menggambar etiket
11 menggambar etiket
Edi Sutanto
 
10 gambar etiket dan garis
10 gambar etiket dan garis10 gambar etiket dan garis
10 gambar etiket dan garis
Edi Sutanto
 
Jobsheet 3 rectang pocket
Jobsheet 3 rectang pocketJobsheet 3 rectang pocket
Jobsheet 3 rectang pocket
Edi Sutanto
 
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaanPresentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Edi Sutanto
 
Presentasi 7
Presentasi 7Presentasi 7
Presentasi 7
Edi Sutanto
 
10 gambar etiket dan garis 1
10 gambar etiket dan garis 110 gambar etiket dan garis 1
10 gambar etiket dan garis 1
Edi Sutanto
 
9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel
Edi Sutanto
 
8 hukum kirchoff plus contoh soal
8 hukum kirchoff plus contoh soal8 hukum kirchoff plus contoh soal
8 hukum kirchoff plus contoh soal
Edi Sutanto
 
1 facing milling
1 facing milling1 facing milling
1 facing milling
Edi Sutanto
 
9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel
Edi Sutanto
 
8 a kabel arus kuat 1
8 a kabel arus kuat 18 a kabel arus kuat 1
8 a kabel arus kuat 1
Edi Sutanto
 
7 menggunakan alat ukur multimeter
7 menggunakan alat ukur multimeter7 menggunakan alat ukur multimeter
7 menggunakan alat ukur multimeter
Edi Sutanto
 
1 facing milling
1 facing milling1 facing milling
1 facing milling
Edi Sutanto
 
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
Edi Sutanto
 

More from Edi Sutanto (20)

PPT KEWIRAUSAHAAN.pptx
PPT KEWIRAUSAHAAN.pptxPPT KEWIRAUSAHAAN.pptx
PPT KEWIRAUSAHAAN.pptx
 
Jobsheet 8 rigid tapping
Jobsheet 8 rigid tappingJobsheet 8 rigid tapping
Jobsheet 8 rigid tapping
 
Jobsheet 7 center drill dan deep hole drill
Jobsheet 7 center drill dan deep hole drillJobsheet 7 center drill dan deep hole drill
Jobsheet 7 center drill dan deep hole drill
 
Jobsheet 6 circumf slots atau milling slot
Jobsheet 6 circumf slots atau milling slotJobsheet 6 circumf slots atau milling slot
Jobsheet 6 circumf slots atau milling slot
 
Jobsheet 5 contour milling
Jobsheet 5 contour millingJobsheet 5 contour milling
Jobsheet 5 contour milling
 
Circular pocket
Circular pocketCircular pocket
Circular pocket
 
11 menggambar etiket
11 menggambar etiket11 menggambar etiket
11 menggambar etiket
 
10 gambar etiket dan garis
10 gambar etiket dan garis10 gambar etiket dan garis
10 gambar etiket dan garis
 
Jobsheet 3 rectang pocket
Jobsheet 3 rectang pocketJobsheet 3 rectang pocket
Jobsheet 3 rectang pocket
 
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaanPresentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
 
Presentasi 7
Presentasi 7Presentasi 7
Presentasi 7
 
10 gambar etiket dan garis 1
10 gambar etiket dan garis 110 gambar etiket dan garis 1
10 gambar etiket dan garis 1
 
9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel
 
8 hukum kirchoff plus contoh soal
8 hukum kirchoff plus contoh soal8 hukum kirchoff plus contoh soal
8 hukum kirchoff plus contoh soal
 
1 facing milling
1 facing milling1 facing milling
1 facing milling
 
9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel9 skema sambungan antar kabel
9 skema sambungan antar kabel
 
8 a kabel arus kuat 1
8 a kabel arus kuat 18 a kabel arus kuat 1
8 a kabel arus kuat 1
 
7 menggunakan alat ukur multimeter
7 menggunakan alat ukur multimeter7 menggunakan alat ukur multimeter
7 menggunakan alat ukur multimeter
 
1 facing milling
1 facing milling1 facing milling
1 facing milling
 
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
7 simbol simbol k3 dan tanda-tanda bahaya
 

Recently uploaded

KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 

Recently uploaded (20)

KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 

6 materi komponen elektronika

  • 1. Hal 149 Pelacakan Kerusakan Komponen Elektronika A. TUJUAN Setelah pelatihan selesai peserta diklat dapat: 1. Menganalisis komponen pasif dan aktif yang digunakan pada rangkaian elektronika, 2. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen elektronika pasif dengan cara pengukuran, 3. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen elektronika aktif dengan cara pengukuran. B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menemukan prosedur perawatan dan perbaikan peralatan mekatronika (3C5). 2. Menemukan kesalahan pada prosedur pencarian kesalahan (trouble- shooting) pada peralatan mekatronika (3C5) 3. Mendiagnosis dan memperbaiki kerusakan pada komponen serta sistem mekatronika (4C6) C. URAIAN MATERI 5.1 Pendahuluan Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi. Komponen elektronika berupa sebuah benda yang menjadi bagian pendukung suatu rangkaian elektronika yang dapat bekerja sesuai dengan kegunaannya. Mulai dari yang menempel langsung pada papan rangkaian maupun dengan cara disolder atau tidak menempel langsung pada papan Kegiatan Pembelajaran 6: Materi ke : 6
  • 2. Hal 150 rangkaian (dengan alat penghubung lain, misalnya kabel). Komponen elektronika ini terdiri dari satu atau lebih bahan elektronika, yang terdiri dari satu atau beberapa unsur materi dan jika disatukan, untuk desain rangkaian yang diinginkan dapat berfungsi sesuai dengan fungsi masing-masing komponen, ada yang untuk mengatur arus dan tegangan, meratakan arus, menyekat arus, memperkuat sinyal arus dan masih banyak fungsi lainnya. Komponen-komponen dasar pembentuk sebuah peralatan elektronika seperti resistor, induktor, kapasitor, transistor, dioda dan IC masih tetap digunakan hingga saat ini. Komponen pembentuk rangkaian elektronika adalah komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif berupa:  Resistor atau tahanan  Kapasitor atau kondensator  Induktor atau kumparan  Transformator Sedangkan komponen aktif berupa:  Dioda  Dioda cahaya, dioda foto, dioda laser, dioda zener, dioda bridge  Dioda Schottky  Transistor  Transistor bipolar, transistor efek medan (UJT), transistor IGBT, Transistor Darlington, transistor foto 5.2 Resistor dan Kegagalan-kegagalannya Resistor biasa disebut dengan hambatan adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika. Satuan nilai resistor adalah Ohm (Ω). Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah : 1. Resistor dengan nilai tetap, 2. Resistor dengan nilai yang dapat diatur (Potensiometer), 3. Resistor dengan nilai yang dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya (LDR), 4. Resistor dengan nilai yang dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu (PTC dan NTC),
  • 3. Hal 151 5.2.1 Resistor Dengan Nilai Tetap Resistor ini dijumpai dalam rangkaian elektronik. Setiap rangkaian elektronik pasti ada resistor. Nilai resistor dapat diketahui dengan cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada di badan resistor itu sendiri. Berdasarkan bentuk dan proses pemasangannya pada PCB, resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk komponen axial/radial dan komponen chip. Nilai resistor bentuk komponen axial, diketahui melalui kode warna dan sedangkan komponen chip, nilainya diketahui dengan melihat kode tertentu. Gambar berikut adalah bentuk dan simbol resistor dengan nilai tetap. Gambar 5.1 Bentuk dan simbol resistor Nilai suatu resistor dapat diketahui juga dengan menggunakan alat pengukur seperti Ohmmeter atau Multimeter. Satuan nilai resistor adalah Ohm (Ω). 5.2.1.1 Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Warna Nilai resistor yang berbentuk axial ditentukan oleh warna-warna yang terdapat di badan resistor itu sendiri dalam bentuk gelang. Ada 4 gelang di badan resistor, tetapi ada juga yang 5 gelang. Gelang warna emas dan perak berada agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang terakhir ini menunjukkan nilai toleransi pada nilai resistor yang bersangkutan. Tabel berikut ini adalah warna-warna yang terdapat di badan resistor.
  • 4. Hal 152 Tabel 5.1 Warna Gelang 1. Contoh perhitungan untuk resistor dengan 4 gelang warna. Gambar 5.2 Resistor dengan 4 gelang warna Cara membaca nilai resistor adalah sebagai berikut:  Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-1 (pertama). Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-2. Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n ). Gelang ke- 4 merupakan toleransi dari nilai resistor tersebut. Contoh : Gelang ke 1 : coklat = 1, Gelang ke 2 : hitam = 0, Gelang ke 3 : hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105 , Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%. Nilai resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 atau 1 M dengan toleransi 10%. 2. Perhitungan resistor dengan 5 gelang warna:  Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-1 (pertama),  Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-2  Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ke-3  Masukkan Jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n )  Gelang ke 5 merupakan toleransi dari nilai resistor tersebut.
  • 5. Hal 153 Gambar 5.3 Resistor dengan 5 gelang warna Contoh :  Gelang ke 1 : Coklat = 1,  Gelang ke 2 : Hitam = 0,  Gelang ke 3 : Hijau = 5,  Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-3; atau kalikan 105  Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10% Nilai resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000  atau 10,5 M dengan toleransi 10%. Contoh-contoh perhitungan lainnya :  Warna gelang: Merah, Merah, Merah, Emas Nilai hambatannya: 22 * 10² = 2.200  atau 2,2 k dengan toleransi 5%  Warna gelang: Kuning, Ungu, Orange, Perak Nilai hambatannya: 47 * 10³ = 47.000  atau 47 k dengan toleransi 10% Cara menghitung toleransi :  2.200  dengan toleransi 5% :  2200 – 5% = 2.090,  2200 + 5% = 2.310  Nilai resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 ~ 2.310. 5.2.1.2 Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Angka Membaca nilai resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari komponen axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh resistor yang berbentuk
  • 6. Hal 154 romponen Chip menggunakan kode angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Kode Badan Resistor. Gambar 5.4 Kode angka resistor chip Contoh : Kode angka yang tertulis di badan komponen Chip resistor adalah 4 7 3; Cara pembacaannya adalah:  Masukkan angka ke-1 langsung = 4  Masukkan angka ke-2 langsung = 7  Masukkan jumlah nol dari angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³, maka nilainya adalah 47.000 atau 47 k. Contoh-contoh perhitungan lainnya :  222 → nilainya 22 * 10² = 2.200 atau 2,2 k  103 → nilainya 10 * 10³ = 10.000 atau 10 k  334 → nilainya 33 * 104 = 330.000 atau 330 k Ada juga yang memakai kode angka seperti di bawah ini : Tulisan R menandakan letaknya koma decimal: 4R7 = 4,7 , 0R22 = 0,22  5.2.1.3 Cara Mengukur Resistor (Ohm) Mengukur resistor dengan menggunakan multimeter sebagai berikut: 1. Atur posisi saklar selektor ke Ohm (Ω), 2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke tanda “X” yang artinya adalah “kali” (khusus multimeter analog), 3. Hubungkan probe ke komponen resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik, 4. Baca hasil pengukuran di layar multimeter. (Khusus untuk multimeter analog, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2).
  • 7. Hal 155 Gambar 5.5 Cara mengukur resistor 5.2.1.4 Kegagalan-Kegagalan Pada Resistor-Resistor Tetap 1. Jenis Resistor : Komposisi karbon Kegagalan : Berubah membesar Penyebab kegagalan :  Perubahan karbon atau zat pengikat di bawah pengaruh panas, tegangan atau kelembaban.  Penyerapan udara lembab menyebabkan pembengkakan, dan menjadi-kan pertikelpartikel karbon untuk memisahkan diri . 2. Jenis Resistor : Komposisi karbon Kegagalan : Rangkaian terputus Penyebab kegagalan :  Panas berlebih membakar tengah-tengah resistor.  Tekanan-tekanan mekanik menyebabkan retak-retak pada resistor.  Kap-kap ujungnya terlepas karena montase yang buruk pada papan.  Kawat putus karena pembengkokan yang berulangulang. 3. Jenis Resistor : Resistor-resistor film.(karbon, oksida logam,film logam, metal glase) Kegagalan : Rangkaian terputus Penyebab kegagalan :  Film terkelupas karena temperatur tinggi atau tegangan tinggi.
  • 8. Hal 156  Lapisan film tergores atau terkikis ketika di fabrikasi.  Pada nilai-nilai resistansi yang tinggi (lebih besar 1 mega ohm) spiral resistan sinyal harus tipis dan karenanya kegagalan sirkit terbuka lebih besar kemungkinannya.  Kontak-kontak ujungnya buruk. Biasanya disebabkan oleh tekanan mekanik karena montase yang jelek pada sirkit. 4. Jenis Resistor : Wire wound (resistor kawat) Kegagalan: Rangkaian terputus Penyebab kegagalan:  Keretakan kawat, terutama bila digunakan kawat kecil, karena ketidak-murnian menyebabkan keretakan.  Perkaratan kawat yang disebabkan oleh elektrolitis yang ditimbulkan oleh udara lembab yang terserap.  Kegagalan sambungan-sambungan yang dilas. 5.2.2 Resistor yang nilainya dapat diatur, resistor jenis ini sering disebut juga dengan variable resistor ataupun Potensiometer. Potensiometer adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan rangkaian elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan keluarga resistor yang tergolong dalam kategori variable resistor. Dalam peralatan elektronik, sering ditemukan potensiometer yang berfungsi sebagai pengatur volume di peralatan Audio / Video seperti Radio, Walkie Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga sering digunakan dalam rangkaian pengatur terang gelapnya lampu (Light Dimmer Circuit) dan pengatur tegangan pada Power Supply (DC Generator). 5.2.2.1 Struktur potensiometer beserta bentuk dan simbolnya Secara struktur, potensiometer terdiri dari 3 kaki terminal dengan sebuah tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar berikut menunjukan struktur internal potensiometer beserta bentuk dan simbolnya.
  • 9. Hal 157 Gambar 5.6 Struktur internal potensiometer, bentuk dan simbolnya Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam komponen potensiometer adalah: 1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper 2. Element Resistif 3. Terminal 5.2.2.2 Jenis-jenis Potensiometer Berdasarkan bentuknya, potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Potensiometer geser, yaitu potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan wipernya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan ibu jari untuk menggeser wipernya. 2. Potensiometer putar, yaitu potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara memutarkan wipernya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan ibu jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, potensiometer rotary sering disebut juga dengan Thumb wheel Potentiometer. 3. Potensiometer trimmer, yaitu potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti obeng untuk memutarnya. Potensiometer trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.
  • 10. Hal 158 Gambar 5.7 Bentuk potensiometer 5.2.2.3 Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer Sebuah potensiometer terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah penyapu (wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif. Pergerakan penyapu (wiper) pada jalur elemen resistif inilah yang mengatur naik-turunnya nilai resistansi sebuah potensiometer. Elemen resistif pada potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran metal (logam) dan keramik ataupun bahan karbon (carbon). Berdasarkan track (jalur) elemen resistifnya, potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu potensiometer linear (Linear Potentiometer) dan potensiometer logaritmik (Logarithmic Potentiometer). 5.2.2.4 Fungsi-fungsi Potensiometer Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Sebagai pengatur volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player. 2. Sebagai pengatur tegangan pada rangkaian power supply. 3. Sebagai pembagi tegangan. 4. Aplikasi switch TRIAC. 5. Digunakan sebagai Joystick pada tranduser. 6. Sebagai pengendali level sinyal.
  • 11. Hal 159 5.2.2.5 Cara Mengukur Potensiometer Dengan Multimeter Nilai resistansi sebuah potensiometer diukur dengan menggunakan multimeter, baik multimeter yang menunjukkan nilai digital maupun analog. Multimeter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan pengukuran arus listrik (Ampere), tegangan listrik (Volt) dan Resistansi/Hambatan (Ohm). Untuk mengukur potensiometer menggunakan fungsi Ohm yang terdapat pada multimeter. Nilai maksimum resistansi dan nilai perubahan resistansi sebuah potensiometer dapat diukur dengan memutar tuas pengaturnya. Berikut ini adalah cara untuk mengukur nilai resistansi potensiometer dengan menggunakan multimeter digital. Langkah-langkah untuk mengukur nilai resistansi maksimum potensiometer adalah sebagai berikut: 1. Aturlah posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω), 2. Hubungkan probe multimeter pada kaki terminal yang pertama (1) dan terminal ketiga (3), 3. Perhatikan nilai resistansi potensiometer pada layar multimeter, nilai yang tampil adalah nilai maksimum dari potensiometer yang sedang kita ukur. Gambar 5.8 Cara mengukur tahanan maksimum dari potensiometer Perlu diketahui, nilai maksimum tersebut merupakan nilai nominal potensiometer dan akan hampir sama dengan nilai yang tertera pada badan potensiometer itu sendiri. Nilai resistansi potensiometer pada terminal 1 dan terminal 3 akan selalu konstan. Artinya, pemutaran tuas pengatur tidak akan berpengaruh terhadap nilai pengukurannya.
  • 12. Hal 160 Untuk mengukur perubahan nilai resistansi potensiometer, ikuti langkah berikut. 1. Aturlah posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω) 2. Hubungkan probe multimeter pada kaki terminal yang pertama (1) dan terminal kedua (2). 3. Putarlah tuas pada potensiometer searah jarum jam, 4. Perhatikan nilai resistansi pada layar multimeter, nilai resistansi akan naik seiring dengan pergerakan tuas potensiometer tersebut. Sebaliknya, jika tuas potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam, nilai resistansi akan menurun seiring dengan pergerakan tuas potensiometer tersebut. 5. Pindahkan probe multimeter dari kaki terminal pertama (1) ke terminal ketiga (3). Jadi, sekarang kaki terminal potensiometer yang diukur adalah terminal 2 dan terminal 3. 6. Putarlah tuas potensiometer searah jarum jam, 7. Perhatikan nilai resistansi potensiometer pada layar multimeter, nilai resistansi akan menurun seiring dengan pergerakan tuas potensiometer tersebut. Sebaliknya, jika tuas potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam, nilai resistansi akan naik seiring dengan pergerakan tuas potensiometer tersebut. Gambar 5.9 Cara mengukur perubahan nilai tahanan potensiometer Catatan:
  • 13. Hal 161  Potensiometer tidak mengenal polaritas positif dan negatif sehingga posisi peletakan probe merah dan probe hitam multimeter tidak menjadi masalah dalam pengukuran. 5.2.2.6 Kegagalan Pada Potensiometer: Kecepatan kegagalannya lebih tinggi dari pada jenis resistor tetap, untuk potensiometer mempunyai kecepatan kegagalan kira-kira 3 x 10-6 perjam sudah umum, tetapi angka-angka itu berubah bergantung pada metode yang digunakan oleh pabriknya. Kerusakan yang terjadi pada sebuah potensiometer bisa sebagian atau total. Kerusakan sebagian :  Kenaikan resistansi kontak menimbulkan kenaikan noise kelistrikan.  Kontak yang terputus-putus, ini dapat disebabkan oleh partikel- partikel debu, minyak gemuk (pelumas) atau bahan-bahan ampelas yang terkumpul antara kontak geser dan jalur. Gangguan tadi dapat dihilangkan dengan bahan pembersih seperti contact cleaner. Kerusakan total :  Merupakan sirkit terbuka diantara jalur dan sambungan ujung- ujungnya atau antara kontak geser dan jalur. Hal ini dapat disebabkan oleh perkaratan bagian-bagian logam karena kelembaban, atau pembengkakan logam-logam/plastik yang terjadi saat pe- nuangan jalur yang menggunakan temperatur tinggi. 5.2.3 Resistor yang nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya. (LDR atau Light Dependent Resistor) Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis resistor yang nilai hambatan tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (kondisi terang) dan menghambat arus listrik
  • 14. Hal 162 dalam kondisi gelap. Naik turunnya nilai hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya yang diterimanya. Pada umumnya, nilai hambatan LDR akan mencapai 200 kΩ pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ω pada kondisi cahaya terang. LDR merupakan komponen elektronika peka cahaya ini sering digunakan atau diaplikasikan dalam rangkaian elektronika sebagai sensor pada lampu penerang jalan, lampu kamar tidur, rangkaian anti maling, shutter kamera, alarm dan lain sebagainya. Gambar 5.10 Bentuk dan simbol LDR 5.2.3.1 Cara Mengukur LDR dengan Multimeter Alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan LDR adalah multimeter dengan fungsi pengukuran Ohm (Ω). Agar pengukuran LDR akurat, kita perlu membuat 2 kondisi pencahayaan yaitu pengukuran pada saat kondisi gelap dan kondisi terang. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah komponen LDR tersebut masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak. 1. Mengukur LDR pada kondisi terang a. Atur posisi skala selektor multimeter pada posisi Ohm, b. Hubungkan probe merah dan probe hitam multimeter pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas), c. Berikan cahaya terang pada LDR, d. Baca nilai resistansi pada layar multimeter. Nilai resistansi LDR pada kondisi terang akan berkisar sekitar 500 Ω.
  • 15. Hal 163 Gambar 5.11 Cara mengukur tahanan LDR pada kondisi terang 2. Mengukur LDR pada Kondisi Gelap. a. Atur posisi skala selektor multimeter pada posisi Ohm, b. Hubungkan probe merah dan probe hitam multimeter pada kedua kaki LDR (tidak ada polaritas), c. Tutup bagian permukaan LDR atau pastikan LDR tidak mendapatkan cahaya, d. Baca nilai resistansi pada layar multimeter. Nilai resistansi LDR di kondisi gelap akan berkisar sekitar 200 kΩ. Gambar 5.12 Cara mengukur tahanan LDR pada kondisi gelap Catatan :  Hasil pengukuran akan berubah tergantung pada tingkat intesitas cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri.  Satuan terang cahaya atau Iluminasi (Illumination) adalah lux.  Sebutan lain untuk LDR adalah Photo Resistor, Photo Conduction ataupun Photocell.
  • 16. Hal 164 5.2.4 PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient) Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh suhu. Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah tahanan yang berkaitan dengan panas (thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient). Nilai resistansi thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitarnya tinggi (berbanding terbalik / negatif). Sedangkan untuk thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus/ positif). 5.2.4.1 Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC Berikut ini adalah bentuk dan simbol komponen thermistor PTC dan NTC. Gambar 5.13 Bentuk dan simbol PTC dan NTC 5.2.4.2 Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC Contoh perubahaan nilai resistansi NTC saat terjadinya perubahan suhu disekitarnya. Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu ruangan (25°C), tetapi akan berubah seiring perubahan suhu di sekitarnya. Pada -40°C nilai resistansinya akan menjadi 197,388 kΩ, saat kondisi suhu
  • 17. Hal 165 di 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27,445kΩ, pada suhu 100°C akan menjadi 0,976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi 0,532kΩ. Jika digambarkan, maka karakteristik NTC tersebut adalah seperti di bawah ini. Gambar 5.14 Karakteristik NTC Pada umumnya NTC dan PTC adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai sensor pada rangkaian elektronika yang berhubungan dengan suhu (temperatur). Suhu operasional thermistor berbeda-beda tergantung pada produsen thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi kebakaran, sensor suhu di engine (mesin) mobil, sensor untuk memonitor suhu battery pack (kamera, handphone, laptop) saat Charging. Sensor untuk memantau suhu Inkubator, sensor suhu untuk kulkas, sensor suhu pada komputer dan lain sebagainya. Thermistor NTC atau thermistor PTC merupakan komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya. Dalam hal ini, thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok sensor suhu. 5.2.4.3 Cara Mengukur Thermistor PTC dan NTC Dengan Multimeter
  • 18. Hal 166 Thermistor (NTC/PTC) merupakan jenis resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu atau temperatur di sekitarnya. Untuk menguji atau mengukur apakah sebuah thermistor NTC maupun PTC dapat berfungsi dengan baik atau tidak, kita dapat menggunakan multimeter digital ataupun multimeter analog dengan bantuan alat pemanas seperti solder listrik, pengering rambut atau jenis-jenis pemanas lainnya. Selain dapat mengukur atau menguji thermistor, kita juga dapat membedakan jenis thermistor yang yang kita ukur/uji tersebut apakah merupakan jenis thermistor PTC atau jenis Thermistor NTC. Berikut ini adalah cara untuk mengukur NTC dan PTC dengan menggunakan multimeter: Cara mengukur thermistor PTC sebagai berikut: 1. Atur posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω), 2. Hubungkan probe pada kaki thermistor (thermistor tidak memiliki polaritas), 3. Dekatkan mata solder yang panas ke thermistor (pastikan jangan menyentuh thermistor, karena akan merusak bungkusan thermistor), 4. Perhatikan layar multimeter, nilai resistansinya akan naik sebanding dengan suhu tinggi di sekitarnya. Kita juga dapat menggunakan pemanas lainnya untuk menaikkan suhu di sekitar thermistor. Gambar 5.15 Cara mengukur PTC Pengukuran thermistor NTC dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Atur posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω),
  • 19. Hal 167 2. Hubungkan probe pada kaki thermistor (thermistor tidak memiliki polaritas), 3. Dekatkan mata solder yang panas ke thermistor (pastikan jangan menyentuh thermistor, karena akan merusak bungkusan thermistor), 4. Perhatikan layar pada multimeter, nilai resistansi akan turun sebanding dengan suhu tinggi disekitarnya. Catatan:  Kita juga dapat menggunakan Hair Dryer atau pemanas lainnya untuk menaikkan suhu di sekitar thermistor. Gambar 5.16 Cara mengukur NTC Thermistor dinyatakan rusak atau tidak dapat berfungsi sebagai mestinya apabila saat pengukurannya terjadi kondisi seperti berikut:  Nilai pada multimeter selalu berada di posisi “0” saat diukur, hal ini artinya thermistor tersebut “short” atau terjadi “hubung singkat”. Nilai pada multimeter selalu berada di posisi “tak terhingga / infinity” saat diukur, hal ini artinya thermistor tersebut “Open” atau “Putus”.  Nilai pada multimeter tidak stabil atau menunjukan pada nilai tertentu tetapi tidak turun ataupun naik maka thermistor tersebut juga dalam kondisi rusak. Jika kita ingin mengetahui apakah jenis thermistor yang diukur tersebut adalah jenis thermistor PTC atau NTC, maka kita dapat mengetahuinya dengan cara membaca nilai resistansi thermistor yang bersangkutan pada
  • 20. Hal 168 saat diukur. Jika nilai resistansinya naik pada suhu panas, maka thermistor yang diukur tersebut adalah thermistor jenis PTC, sedangkan jika nilai resitansinya menurun ketika suhu di sekitarnya tinggi (panas) maka jenis thermistor tersebut adalah NTC. 5.3 Kapasitor (Capacitor) Kapasitor atau disebut juga dengan kondensator adalah komponen elektronika pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi kapasitor diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier dan juga sebagai filter di dalam rangkaian power supply (catu daya). Satuan nilai untuk kapasitor adalah Farad (F). Jenis-jenis kapasitor diantaranya adalah: 1. Kapasitor dengan nilai tetap dan tidak berpolaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya maka kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari kapasitor kertas, kapasitor mika, kapasitor polyster dan kapasitor keramik. 2. Kapasitor dengan nilai tetap tetapi memiliki polaritas positif dan negatif, kapasitor tersebut adalah kapasitor elektrolit atau electrolyte condensator (ELCO) dan kapasitor tantalum. 3. Kapasitor dengan nilai dapat diatur, kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor. 5.3.1 Cara Mengukur Kapasitor Dengan Multimeter Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara. Untuk mengukur nilai dari sebuah Kapasitor (kondensator), kita memerlukan sebuah alat ukur yang dinamakan dengan Capacitance Meter (Kapasitansi Meter). Capacitance Meter adalah alat ukur yang khusus hanya mengukur nilai kapasitansi sebuah kapasitor. Selain Capacitance Meter, terdapat juga alat ukur gabungan yang dapat mengukur beberapa macam komponen elektronika, diantaranya adalah LCR Meter dan Multimeter.
  • 21. Hal 169 LCR Meter adalah alat ukur yang dapat mengukur nilai L (Induktansi/ Inductance, untuk mengukur Induktor atau Coil), C (kapasitansi untuk mengukur kapasitor) dan R (resistansi untuk mengukur hambatan) sedangkan Multimeter adalah alat ukur gabungan yang mendapat mengukur arus, tegangan, hambatan dan juga menguji beberapa macam komponen elektronika seperti Dioda, Kapasitor, Transistor dan Resistor. Saat ini, telah banyak jenis Multimeter Digital yang telah mempunyai fungsi untuk mengukur nilai kapasitor sehingga kita tidak perlu membeli alat khusus untuk mengukur nilai kapasitansi kapasitor dan tentunya multimeter sebagai alat ukur gabungan memiliki batas tertentu dalam mengukur kapasitansi sebuah kapasitor. Kapasitor yang mempunyai kapasitansi yang besar terutama pada kapasitor elektrolit tidak semuanya dapat diukur nilainya oleh sebuah multimeter digital. Seperti contoh pada salah satu multimeter dengan batas pengukuran kapasitansi kapasitor hanya berkisar antara 50nF sampai 100µF. Untuk menguji apakah komponen kapasitor dapat berfungsi dengan baik, kita juga dapat menggunakan multimeter analog dengan skala resistansi (Ohm). Multimeter analog tidak dapat mengetahui dengan pasti nilai kapasitansi dari sebuah kapasitor, tetapi cukup bermanfaat untuk mengetahui apakah kapasitor tersebut dalam kondisi baik ataupun rusak (seperti bocor ataupun hubung pendek). 5.3.2 Menguji Kapasitor Dengan Multimeter Analog Berikut ini adalah cara menguji kapasitor elektrolit dengan multimeter analog: 1. Atur posisi skala selektor ke Ohm (Ω) dengan skala x1K 2. Hubungkan probe merah (positif ) ke kaki kapasitor positif 3. Hubungkan probe hitam (negatif) ke kaki kapasitor negatif 4. Periksa jarum yang ada pada layar multimeter analog, kapasitor yang baik:  Jarum bergerak naik dan kemudian kembali lagi.  Kapasitor yang rusak: Jarum bergerak naik tetapi tidak kembali lagi. Kapasitor yang rusak: Jarum tidak naik sama sekali.
  • 22. Hal 170 Gambar 5.17 Cara menguji kapasitor dengan multimeter analog 5.3.3 Mengukur Kapasitor Dengan Multimeter Digital (Fungsi Kapasitansi Meter) Cara mengukur kapasitor dengan multimeter digital yang memiliki fungsi kapasitansi meter cukup mudah, berikut ini caranya : 1. Atur posisi skala selektor ke tanda atau simbol kapasitor 2. Hubungkan probe ke terminal kapasitor. 3. Baca nilai kapasitansi kapasitor tersebut. Gambar 5.18 Cara mengukur kapasitor dengan multimeter digital Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada multimeter digital yang memiliki kemampuan mengukur kapasitansi. Untuk lebih akurat, tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur nilai kapasitansi sebuah kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara pengukurannya pun hampir sama dengan cara menggunakan multimeter digital, hanya saja kita perlu menentukan nilai kapasitansi yang paling dekat
  • 23. Hal 171 dengan kapasitor yang akan kita ukur dengan cara mengatur sakelar selektor LCR meter dan Kapasitansi Meter. Di bawah ini adalah gambar bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan Multimeter. Gambar 5.19 Macam-macam alat ukur kapasitor 5.4 Induktor (Inductor) Selain resistor dan kapasitor, induktor juga merupakan komponen elektronika pasif yang sering ditemukan dalam rangkaian elektronika, terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan coil adalah komponen elektronika pasif yang terdiri dari susunan lilitan kawat yang membentuk sebuah kumparan. Pada dasarnya, induktor dapat menimbulkan medan magnet jika dialiri oleh arus listrik. Medan magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday. Gambar 5.20 Macam-macam induktor Kemampuan induktor atau coil dalam menyimpan energi magnet disebut dengan induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk komponen induktor yang terdapat di rangkaian elektronika. Oleh karena itu, satuan-satuan yang merupakan
  • 24. Hal 172 turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah induktor atau coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan induktor dalam rangkaian elektronika adalah huruf “L”. Berikut ini adalah simbol-simbol Induktor : Gambar 5.21 Simbol induktor Nilai induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :  Jumlah lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi induktasinya,  Diameter induktor, semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya,  Permeabilitas inti, yaitu bahan inti yang digunakan seperti udara, besi ataupun ferit,  Ukuran panjang induktor, semakin pendek inductor (coil) tersebut semakin tinggi induktansinya. 5.4.1 Jenis-Jenis Induktor Berdasarkan bentuk dan bahan intinya, induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :  Air Core Inductor : Menggunakan udara sebagai intinya  Iron Core Inductor : Menggunakan bahan besi sebagai intinya  Ferrite Core Inductor: Menggunakan bahan ferit sebagai intinya  Torroidal Core Inductor: Menggunakan inti yang berbentuk O ring (bentuk donat)
  • 25. Hal 173  Laminated Core Induction: Menggunakan inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan isolator.  Variable Inductor: Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan ferit yang dapat diputar-putar. 5.4.2 Fungsi Induktor dan Aplikasinya Fungsi-fungsi induktor diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (filter) frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan. Berdasarkan fungsi diatas, induktor ini pada umumnya diaplikasikan sebagai:  Filter dalam rangkaian yang berkaitan dengan frekuensi,  Transformator (Transformer),  Motor Listrik,  Solenoid,  Relay,  Speaker,  Microphone. 5.4.3 Pengujian Komponen Induktor Berikut ini langkah-langkah pengujian komponen Induktor. 1. Dasar Tiga langkah dasar mengukur dengan posisi OHM pada multimeter: a. Putar selektor pada posisi OHM. b. Pilih salah satu batas ukur (range) yaitu x1, x10, 100, x1k, x10k atau x100k. c. Atur skala nol secara tepat di sebelah kanan dengan pengatur nol (adjust zero) hanya untuk multimeter analog. 2. Pengujian komponen induktor Dengan alat ukur Ohm meter kita dapat menguji induktor,apakah induktor ini:
  • 26. Hal 174 a. Bagus dimana nilai perlawanan kecil atau besar. b. Putus dimana nilai perlawanan tak terhingga. Dalam rumah multimeter (alat ukur Ohm ) terdapat baterai sebagai sumber-arus alat ukur,maka: a. Kutub positif baterai berkoneksi dengan lubang negatif alat-ukur ohm. b. Kutub negatif baterai berkoneksi dengan lubang positif alat–ukur ohm. 3. Menguji induktor Pada multimeter perlu diingat yaitu pada posisi Ohmmeter dimana:  Probe hitam ( - ) ialah positif baterai ohmmeter.  Probe merah ( + ) ialah negatif baterai ohmmeter. Dengan alat-ukur ohm atau multimeter kita akan mengukur nilai perlawanan induktor. A. Sesama gulungan:  Apa bila jarum bergerak maka induktor bagus.  Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor putus. B. Antar gulungan  Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor bagus.  Apa bila jarum bergerak maka induktor putus.  Bila jarum tidak bergerak jauh berarti induktor kemungkinan induktor bocor untuk lebih akurat pengujian bocor atau hubung singkat antar kawat emailnya. 5.5 Dioda (Diode) Diode adalah komponen elektronika aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Berdasarkan fungsi dioda terdiri dari: 1. Dioda biasa atau dioda penyearah yang umumnya terbuat dari silikon dan berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC). 2. Dioda zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang
  • 27. Hal 175 bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener. 3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu dioda yang dapat memancarkan cahaya monokromatik. 4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan sebagai sensor. 5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah dioda yang berfungsi sebagai pengendali. 6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu dioda yang dapat memancar cahaya laser. Dioda laser sering disingkat dengan LD. 5.5.1 Dioda Penyearah Dioda adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam rangkaian elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 elektroda (terminal) yaitu anoda (+) dan katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (anoda) menuju ke sisi tipe-n (katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya. 1. Simbol Dioda Gambar di bawah ini menunjukan bahwa dioda merupakan komponen elektronika aktif yang terdiri dari 2 tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n : Gambar 5.22 Struktur dan simbol dioda 2. Prinsip Kerja Dioda Untuk dapat memperjelas prinsip kerja dioda dalam menghantarkan dan menghambat aliran arus listrik, dibawah ini adalah rangkaian dasar contoh pemasangan dan penggunaan dioda dalam sebuah rangkaian elektronika.
  • 28. Hal 176 Gambar 5.23 Cara memasang dioda 3. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Untuk mengetahui apakah sebuah dioda dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap dioda tersebut dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter). 4. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog a. Aturkan posisi saklar pada posisi OHM (Ω) x1k atau x100 b. Hubungkan probe merah pada terminal katoda (tanda gelang) c. Hubungkan probe hitam pada terminal anoda. d. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter e. Jarum pada Layar Multimeter harus bergerak ke kanan f. Balikan probe merah ke terminal anoda dan probe hitam pada terminal katoda (tanda gelang). g. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter h. Jarum harus tidak bergerak. Catatan:  Jika jarum bergerak, maka dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.
  • 29. Hal 177 Gambar 5.24 Cara mengukur dioda dengan multimeter analog 5. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital Pada umumnya multimeter digital menyediakan pengukuran untuk fungsi dioda. Jika tidak ada, maka kita juga dapat mengukur dioda dengan fungsi Ohm pada multimeter digital. Cara mengukur dioda dengan menggunakan multimeter digital (Fungsi Ohm / Ohmmeter) a. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) b. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang) c. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda. d. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter e. Layar harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm) f. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda g. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter h. Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit. Catatan:  Jika terdapat nilai tertentu, maka dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.
  • 30. Hal 178 Gambar 5.25 Cara mengukur dioda dengan multimeter digital memakai fungsi Ohm 6. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital (Menggunakan Fungsi Dioda): a. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda b. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang) c. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda. d. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter e. Layar harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V) f. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda g. Baca hasil pengukuran di Layar Multimeter h. Tidak terdapat nilai tegangan pada Layar Multimeter. Catatan:  Jika terdapat nilai tertentu, maka dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak. Gambar 5.26 Cara mengukur dioda dengan multimeter digital memakai fungsi Dioda Catatan Penting :
  • 31. Hal 179  Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).  Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan terminal mana yang katoda dan mana yang terminal anoda jika tanda gelang yang tercetak di dioda tidak dapat dilihat lagi atau terhapus (hilang). 5.5.2 Silicon Controlled Rectifier (SCR) Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah dioda yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki terminal. Kaki terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai dengan terminal “Gate” atau “gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti dioda pada umumnya yaitu terminal “Anoda” dan terminal “Katoda”. SCR merupakan salah satu dari anggota kelompok komponen thyristor. Gambar 5.27 Bentuk fisik SCR SCR atau Thrystor pertama kali diperkenalkan secara komersial pada tahun 1956. SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan tegangan dan daya yang relatif tinggi dalam suatu perangkat kecil. Oleh karena itu SCR atau thyristor sering difungsikan sebagai saklar (switch) ataupun pengendali (Controller) dalam rangkaian elektronika yang menggunakan tegangan/arus menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di rangkaian elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika, rangkaian osilator, rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian inverter, rangkaian timer dan lain sebagainya.
  • 32. Hal 180 Pada dasarnya SCR atau thyristor terdiri dari 4 lapis semikonduktor yaitu PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN Trioda. Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali terletak di lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan kaki terminal “Katoda”. Cara kerja sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar transistor (bipolar junction transistor). Bentuk dan Simbol SCR Berikut ini adalah diagram fisik dan simbol dari SCR: Gambar 5.28 Diagram fisik dan simbol dari SCR F. Prinsip Kerja SCR Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR memerlukan tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat mengaktifkannya. Pada saat kaki gate diberikan tegangan positif sebagai pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari Anoda (A) ke Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut dilepaskan. Untuk membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda- Katoda harus diturunkan hingga berada pada titik Ih (Holding Current) SCR. Besarnya arus holding atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari data sheet SCR itu sendiri. Karena masing-masing jenis SCR memiliki arus holding yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya untuk mengembalikan SCR ke kondisi “OFF”, kita hanya perlu menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda ke titik Nol. 5.5.3 TRIAC dan Aplikasinya TRIAC adalah perangkat semikonduktor berterminal tiga yang berfungsi sebagai pengendali arus listrik. Nama TRIAC ini merupakan
  • 33. Hal 181 singkatan dari TRIode forAlternating Current (Trioda untuk arus bolak balik). Sama seperti SCR, TRIAC juga tergolong sebagai thyristor yang berfungsi sebagai pengendali atau switching. Namun, berbeda dengan SCR yang hanya dapat dilewati arus listrik dari satu arah (unidirectional), TRIAC memiliki kemampuan yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah (bidirectional) ketika dipicu. Terminal Gate TRIAC hanya memerlukan arus yang relatif rendah untuk dapat mengendalikan aliran arus listrik AC yang tinggi dari dua arah terminalnya. TRIAC sering juga disebut dengan Bidirectional Triode Thyristor. Pada dasarnya, sebuah TRIAC sama dengan dua buah SCR yang disusun dan disambungkan secara antiparalel (paralel yang berlawanan arah) dengan Terminal Gerbang atau Gate-nya dihubungkan bersama menjadi satu. Jika dilihat dari strukturnya, TRIAC merupakan komponen elektronika yang terdiri dari 4 lapis semikonduktor dan 3 terminal, ketiga terminal tersebut diantaranya adalah MT1, MT2 dan Gate. MT adalah singkatan dari Main Terminal. 1. Bentuk dan Simbol TRIAC Berikut ini adalah gambar dan struktur serta simbol TRIAC. Gambar 5.29 Bentuk, konstruksi dan simbol TRIAC 2. Aplikasi TRIAC TRIAC merupakan komponen yang sangat cocok untuk digunakan sebagai AC switching (sakelar AC) karena dapat megendalikan aliran arus listrik pada dua arah siklus gelombang bolak-balik AC. Kemampuan inilah yang menjadi kelebihan dari TRIAC jika dibandingkan dengan SCR. Namun
  • 34. Hal 182 TRIAC pada umumnya tidak digunakan pada rangkaian switching yang melibatkan daya yang sangat tinggi. Salah satu alasannya adalah karena karakteristik switching TRIAC yang non-simetris dan juga gangguan elektromagnetik yang diciptakan oleh listrik yang berdaya tinggi itu sendiri. Beberapa aplikasi TRIAC pada peralatan-peralatan elektronika maupun listrik diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pengatur pada Lampu Dimmer. b. Pengatur kecepatan pada Kipas Angin. c. Pengatur Motor kecil. d. Pengatur pada peralatan-peralatan rumah tangga yang berarus listrik AC. 3. Rangkaian Switching TRIAC Gambar 5.30 Rangkaian Switching TRIAC Gambar 5.30 adalah rangkaian dasar dari aplikasi TRIAC yang digunakan sebagai switching (sakelar). Pada saat SW1 terbuka, tidak ada arus listrik yang mengalir ke terminal Gate TRIAC dan lampu dalam kondisi OFF (mati). Saat SW1 tertutup/dihubungkan, terminal Gate pada TRIAC akan dialiri oleh arus listrik melalui resistor (R) dari sumber daya DC atau Baterai (VG). Hal ini akan menggerakkan TRIAC menjadi konduktor yang menghubungkan lampu dengan sumber arus listrik AC. Lampu akan berubah menjadi ON (nyala). 4. Cara Mengukur TRIAC dengan menggunakan Multimeter
  • 35. Hal 183 TRIAC merupakan komponen elektronika yang termasuk dalam keluarga thyristor. Salah satu kemampuan TRIAC yang berbeda dengan thyristor pada umumnya adalah kemampuannya yang dapat menghantarkan arus listrik ke kedua arah saat dipicu atau sering disebut dengan Bidirectional Triode Thyristor. Fungsi utama TRIAC pada suatu rangkaian elektronika adalah sebagai pengendali atau switching. Untuk mengetahui apakah sebuah TRIAC dapat berfungsi dengan baik, kita dapat menggunakan multimeter untuk mengujinya. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengukur atau menguji sebuah TRIAC (Triode for Alternating Current) apakah dapat berfungsi dengan baik dengan menggunakan Multimeter. Berikut ini adalah cara menguji atau mengukur TRIAC dengan menggunakan multimeter digital. a. Langkah 1 : 1) Atur posisi sakelar Multimeter Digital ke Pengukuran Dioda, 2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke terminal MT1 TRIAC. 3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke MT2 TRIAC. 4) Layar Multimeter akan menunjukan tanda “OL” atau “over load”. Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik. b. Langkah 2 : 1) Posisi sakelar multimeter digital masih pada pengukuran dioda, 2) Hubungkan probe Hitam (-) Multimeter ke terminal MT1 TRIAC, 3) Hubungkan probe Merah (+) Multimeter ke MT2 TRIAC, 4) Layar multimeter akan menunjukan tanda “OL” atau “over load”. Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik, 5) Pindahkan probe merah (+) multimeter ke terminal Gate, 6) Layar multimeter akan menunjukan nilai sekitar 0,127V. Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik.
  • 36. Hal 184 Gambar 5.31 Cara mengukur TRIAC dengan multimeter digital 5.5.4 DIAC dan Cara Kerjanya Diode Alternating Current atau sering disingkat dengan DIAC adalah komponen aktif eektronika yang memiliki dua terminal dan dapat menghantarkan arus listrik dari kedua arah jika tegangan melampui batas breakover-nya. DIAC merupakan anggota dari keluarga thyristor, namun berbeda dengan thyristor pada umumnya yang hanya menghantarkan arus listrik dari satu arah, DIAC memiliki fungsi yang dapat menghantarkan arus listrik dari kedua arahnya atau biasanya disebut juga dengan “Bidirectional Thyristor”. DIAC biasanya digunakan sebagai pembantu untuk memicu TRIAC dalam rangkaian AC Switch. DIAC juga sering digunakan dalam berbagai rangkaian seperti rangkaian lampu dimmer (peredup) dan rangkaian starter untuk lampu neon (florescent lamps). Struktur Dasar dan Simbol DIAC Ditinjau dari segi strukturnya, DIAC terdiri dari 3 lapis semikonduktor yang hampir mirip dengan sebuah transistor PNP. Berbeda dengan transistor PNP yang lapisan N-nya dibuat dengan tipis agar elektron mudah melewati lapisan N ini, Lapisan N pada DIAC dibuat cukup tebal agar elektron lebih sulit untuk menembusnya terkecuali tegangan yang diberikan ke DIAC tersebut melebihi batas Breakover (VBO) yang ditentukannya. Dengan memberikan tegangan yang melebihi batas Breakovernya, DIAC akan dapat dengan mudah menghantarkan arus listrik dari arah yang bersangkutan. Kedua Terminal DIAC biasanya dilambangkan dengan A1
  • 37. Hal 185 (Anoda 1) dan A2 (Anoda 2) atau MT1 (Main Terminal 1) dan MT2 (Main Terminal 2). Gambar dan Struktur dasar DIAC serta simbolnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 5.32 Bentuk, struktur dan simbol DIAC Cara Kerja DIAC Seperti yang disebutkan, DIAC merupakan komponen yang dapat menghantarkan arus listrik dari dua arah jika diberikan tegangan yang melebih batas Breakovernya. Pada prinsipnya, DIAC memiliki cara kerja yang mirip dengan dua dioda yang dipasang paralel berlawanan seperti gambar Rangkaian Ekuivalen diatas. Apabila tegangan yang memiliki polaritas diberikan ke DIAC, dioda yang disebelah kiri akan menghantarkan arus listrik jika tegangan positif yang diberikan melebihi tegangan breakover DIAC. Sebaliknya, apabila DIAC diberikan tegangan positif yang melebih tegangan breakover DIAC dari arah yang berlawanan, maka dioda sebelah kanan akan menghantarkan arus listrik. Setelah DIAC dijadikan ke kondisi “ON” dengan menggunakan tegangan positif ataupun negatif, DIAC akan terus menghantarkan arus listrik sampai tegangannya dikurangi hingga 0 (Nol) atau hubungan pemberian listrik diputuskan. 5.6 Transistor Transistor merupakan komponen elektronika aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia elektronik modern ini. Beberapa fungsi transistor
  • 38. Hal 186 diantaranya adalah sebagai penguat arus, sebagai switch (pemutus dan penghubung), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal, penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari transistor. 5.6.1 Transistor Bipolar 1. Fungsi Transistor Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :  sebagai Penyearah,  sebagai Penguat tegangan dan daya,  sebagai Stabilisasi tegangan,  sebagai Mixer,  sebagai Osilator  sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit) 2. Struktur Dasar Transistor Pada dasarnya, transistor adalah komponen elektronika yang terdiri dari 3 lapisan semikonduktor dan memiliki 3 terminal (kaki) yaitu terminal Emitor yang disingkat dengan huruf “E”, terminal Base (Basis) yang disingkat dengan huruf “B” serta terminal Collector/Kolektor yang disingkat dengan huruf “C”. Berdasarkan strukturnya, transistor sebenarnya merupakan gabungan dari sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut, transistor kemudian dibagi menjadi 2 tipe yaitu transistor tipe NPN dan transistor tipe PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena memiliki 2 polaritas dalam membawa arus listrik. NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP adalah singkatan dari Positif- Negatif-Positif. Berikut ini adalah gambar tipe transistor berdasarkan lapisan semikonduktor yang membentuknya beserta simbol transistor NPN dan PNP.
  • 39. Hal 187 Gambar 5.33 Simbol tansistor NPN dan PNP 3. Cara Mengukur Transistor Kita dapat menggunakan multimeter analog maupun multimeter digital untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah transistor masih dalam kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak polaritas (merah dan hitam) probe multimeter analog dan multimeter digital dalam mengukur/ menguji sebuah transistor. Berikut ini adalah cara untuk menguji atau mengukur transistor dengan mengunakan multimeter analog dan multimeter digital. a. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog Gambar 5.34 Cara mengukur transistor dengan multimeter analog (fungsi Ohm) 1) Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog a) Atur posisi saklar pada posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
  • 40. Hal 188 b) Hubungkan probe merah pada terminal Basis (B) dan probe hitam pada terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik, c) Pindahkan probe hitam pada terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik. 2) Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog a) Atur posisi saklar pada posisi OHM (Ω) x1k atau x10k b) Hubungkan probe hitam pada terminal Basis (B) dan probe merah pada terminal Emitor (E), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik, c) Pindahkan probe merah pada terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik. Catatan :  Jika tata letak probe dibalikkan dari cara yang disebutkan di atas, maka jarum pada multimeter analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”. b. Mengukur Transistor Dengan Multimeter Digital Pada umumnya, multimeter digital memiliki fungsi mengukur dioda dan resistansi (Ohm) dalam saklar yang sama. Maka untuk multimeter digital jenis ini, pengujian multimeter adalah terbalik dengan cara Menguji Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.
  • 41. Hal 189 Gambar 5.35 Cara mengukur transistor dengan multimeter digital (fungsi dioda) 1) Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital a) Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda b) Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal Emitor (E), Jika Layar Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik c) Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Layar Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik. 2) Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital a) Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda b) Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal Emitor (E), Jika Layar Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik, c) Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Layar Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik. Catatan :  Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Layar Multimeter Digital harus tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau “Open”
  • 42. Hal 190 5.6.2 Uni Junction Transistor (UJT) Uni Junction Transistor (UJT) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Transistor Sambungan Tunggal adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor, UJT memiliki tiga terminal dan hanya memiliki satu sambungan. Pada umumnya UJT digunakan sebagai Saklar Elektronik dan penghasil Isyarat Pulsa. Seperti namanya, Uni Junction Transistor atau UJT juga digolongkan sebagai salah satu anggota dari keluarga transistor, namun berbeda dengan transistor bipolar pada umumnya, UJT ini tidak memiliki terminal/elektroda Kolektor. UJT yang memiliki tiga terminal ini terdiri dari 1 terminal Emitor (E) dan 2 terminal Basis (B1 dan B2). Oleh karena itu, transistor UJT ini sering disebut juga dengan Dioda Berbasis Ganda (Double Base Diode). 1. Struktur Dasar Uni Junction Transistor (UJT) Struktur dasar UJT dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pada dasarnya UJT terdiri dari semikonduktor jenis silikon yang bertipe N yang didoping ringan dan sepotong silikon bertipe P yang berukuran kecil dengan doping tinggi (berat) di satu sisinya untuk menghasilkan sambungan tunggal P-N (P-N Junction). Sambungan Tunggal inilah yang kemudian dijadikan terminologi UJT yaitu Uni Junction Transistor. Di kedua ujung batang silikon yang bertipe N, terdapat dua kontak Ohmik yang membentuk terminal B1 (Basis 1) dan (Basis 2). Daerah Semikonduktor yang bertipe P menjadi Terminal Emitor (E) pada UJT tersebut. Berikut ini adalah Bentuk dan Struktur dasar serta Simbol Uni Junction Transistor (Transistor Sambungan Tunggal).
  • 43. Hal 191 Gambar 5.36 Bentuk, struktur dan simbol UJT 2. Cara Kerja Uni Junction Transistor (UJT) Saat tegangan diantara Emitor (E) dan Basis 1 (B1) adalah Nol, UJT tidak menghantarkan arus listrik, Semikonduktor batang yang bertipe N akan berfungsi sebagai penghambat (memiliki resistansi yang tinggi). Namun akan ada sedikit arus bocor yang mengalir karena bias terbalik (reverse bias). Pada saat tegangan di Emitor (E) dan Basis 1 (B1) dinaikan secara bertahap, resistansi diantara Emitor dan Basis 1 akan berkurang dan arus terbalik (reverse current) juga akan berkurang. Ketika Tegangan Emitor dinaikan hingga ke level bias maju, arus listrik di Emitor akan mengalir. Hal ini dikarenakan Hole pada semikonduktor yang di doping berat bertipe P mulai memasuki daerah semikonduktor tipe N dan bergabung kembali dengan Elektron yang di Batang Semikonduktor bertipe N (yang di doping ringan). Dengan demikian Uni Junction Transistor atau UJT ini kemudian mulai menghantarkan arus listrik dari B2 ke B1. 3. Aplikasi Uni Junction Transistor (UJT) Pada umumnya UJT ini digunakan pada beberapa aplikasi rangkaian elektronika seperti berikut ini :  Osilator Relaksasi (Relaxation Oscillator).  Rangkaian Saklar Elektronik.  Sensor Magnetik flux.  Rangkaian Pembatas Tegangan dan Arus listrik.  Osilator Bistabil (Bistable oscillators).  Rangkaian Regulator Tegangan dan Arus Listrik.  Rangkaian Pengendali Fase (Phase control circuits). 4. Cara Menguji / Mengukur UJT dengan Menggunakan Multimeter Untuk mengukur apakah sebuah UJT dapat berfungsi dengan baik, kita dapat menggunakan alat ukur multimeter dengan pilihan pengujian resistansi. Berikut dibawah ini adalah 3 langkah mudah untuk mengukur Uni Junction Transistor (UJT).
  • 44. Hal 192 a. Cara Mengukur Resistansi antara Terminal B1 dan B2 Di bawah ini adalah cara mengukur resistansi antara Terminal Basis1 (B1) dan Basis (B2) UJT. Gambar 5.37 Cara Mengukur Resistansi antara Terminal B1 dan B2 1) Atur Posisi Sakelar Multimeter ke R atau Ohm (Ω). 2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Basis1 (B1) UJT. 3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke Terminal Basis2 (B2) UJT. 4) Layar Multimeter akan menunjukkan nilai Resistansi (nilai Hambatan) yang tinggi, yaitu sekitar 4kΩ hingga 10kΩ. Kondisi tersebut menandakan UJT dalam keadaan baik. 5) Lepaskan kedua Probe Multimeter tersebut dari Terminal UJT. 6) Hubungkan lagi Probe Merah (+) Multimeter pada Terminal Basis2 (B2) UJT. 7) Hubungkan lagi Probe Hitam (-) Multimeter pada Terminal Basis1 (B1) UJT. 8) Layar Multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang tinggi, yaitu sekitar 4kΩ hingga 10kΩ. Kondisi tersebut menandakan UJT dalam keadaan baik. Catatan:  Dengan cara pengukuran / pengujian di atas, apabila layar multimeter menunjukan nilai resistansi yang sangat rendah ataupun nol (0), maka UJT tersebut dinyatakan rusak atau short (hubung singkat).
  • 45. Hal 193 b. Cara Mengukur Bias Terbalik (Reverse Bias) pada Persimpangan Emitor Pengujian atau Pengukur Bias Terbalik atau Reverse Bias pada Persimpangan Emitor UJT ini hampir sama dengan Pengujian Bias Terbalik pada Dioda. Gambar 5.38 Cara Mengukur Bias Terbalik pada Persimpangan Emitor 1) Atur Posisi Sakelar Multimeter ke R atau Ohm (Ω). 2) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke Terminal Emitor (E) UJT. 3) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Basis1 (B1) UJT. 4) Layar Multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang sangat tinggi yaitu lebih dari 100KΩ. Kondisi ini menandakan UJT dalam keadaan baik. 5) Pindahkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Basis2 (B2) UJT. Probe Hitam (-) Multimeter tetap pada Terminal Emitor (E) UJT. 6) Layar Multimeter akan tetap menunjukan nilai Resistansi yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 100kΩ. Catatan:  Dengan cara pengukuran/pengujian Bias Terbalik diatas, apabila layar Multimeter menunjukan Nilai Resistansi yang sangat rendah ataupun Nol (0), maka UJT tersebut dinyatakan Rusak atau Short (Hubung Singkat).
  • 46. Hal 194 c. Cara Mengukur Bias Maju (Forward Bias) Pada Persimpangan Emitor UJT Pengujian atau Pengukuran Bias Maju pada Persimpan Emitor UJT ini hampir sama dengan pengujian Bias Maju pada Dioda. Gambar 5.39 Cara Mengukur Bias Maju (Forward Bias) pada Persimpangan Emitor UJT 1) Atur Posisi Sakelar Multimeter ke R atau Ohm (Ω). 2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke Terminal Emitor (E) UJT. 3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke Terminal Basis1 (B1) UJT. 4) Layar multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang sangat rendah, yaitu kurang dari 100Ω. Kondisi tersebut menandakan UJT dalam keadaan Baik. 5) Pindahkan probe hitam (-) multimeter ke Terminal Basis2 (B2) UJT. Probe merah (+) multimeter tetap terhubung pada Terminal Emitor (E) UJT. 6) Layar multimeter akan menunjukan nilai Resistansi yang sangat rendah yaitu dibawah 100Ω. Kondisi ini menandakan UJT dalam Keadaan Baik. Catatan:  Dengan cara pengukuran/pengujian bias maju diatas, apabila Layar Multimeter menunjukkan nilai Resistansi yang sangat tinggi, maka UJT tersebut dapat dinyatakan Rusak atau Putus.
  • 47. Hal 195 5.6.3 FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET) Field Effect Transistor atau disingkat dengan FET adalah komponen elektronika aktif yang menggunakan medan listrik untuk mengendalikan konduktifitasnya. FET dalam bahasa Indonesia disebut dengan Transistor Efek Medan. Dikatakan Field Effect atau Efek Medan karena pengoperasian transistor jenis ini tergantung pada tegangan (medan listrik) yang terdapat pada input gerbangnya. FET merupakan komponen elektronika yang tergolong dalam keluarga transistor yang memilki tiga terminal kaki yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S). FET memiliki fungsi yang hampir sama dengan transistor bipolar pada umumnya. Perbedaannya adalah pada pengendalian arus outputnya. Arus Output (IC) pada transistor bipolar dikendalikan oleh arus input (IB) sedangkan arus output (ID) pada FET dikendalikan oleh tegangan input (VG) FET. Jadi perlu diperhatikan bahwa perbedaan yang paling utama antara transistor bipolar (NPN & PNP) dengan FET adalah terletak pada pengendalinya (Bipolar menggunakan arus sedangkan FET menggunakan tegangan). Field Effect Transistor ini sering disebut juga dengan Unipolar Transistor, hal ini dikarena FET adalah transistor yang bekerja bergantung dari satu pembawa muatan saja, apakah itu elektron maupun hole. Sedangkan pada transistor bipolar (NPN & PNP) pada umumnya, terdapat dua pembawa muatan yaitu elektron yang membawa muatan negatif dan hole sebagai pembawa muatan positif. Pada dasarnya terdapat dua jenis klasifikasi utama pada FET ini, kedua jenis tersebut diantaranya adalah JFET (Junction Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconduction Field Effect Transistor). 1. Junction FET (JFET) Cara kerja JFET pada prinsipnya seperti kran air yang mengatur aliran air pada pipa. Elektron atau Hole akan mengalir dari terminal source (S) ke terminal drain (D). Arus pada outputnya yaitu arus drain (ID) akan sama dengan arus inputnya yaitu arus source (IS). Prinsip kerja tersebut sama dengan prinsip kerja sebuah pipa air di rumah kita dengan asumsi tidak ada kebocoran pada pipa air kita.
  • 48. Hal 196 Besarnya arus listrik tergantung pada tinggi rendahnya tegangan yang diberikan pada terminal gerbangnya (GATE (G)). Fluktuasi tegangan pada terminal gate (VG) akan menyebabkan perubahan pada arus listrik yang melalui saluran IS atau ID. Fluktuasi yang kecil dapat menyebabkan variasi yang cukup besar pada arus aliran pembawa muatan yang melalui JFET tersebut. Dengan demikian terjadi penguatan tegangan pada sebuah rangkaian elektronika. Junction FET atau sering disingkat dengan JFET memiliki 2 tipe berdasarkan tipe bahan semikonduktor yang digunakan pada saluran atau kanalnya. JFET tipe N-Channel (Kanal N) terbuat dari bahan semikonduktor tipe N dan P-Channel (Kanal P) yang terbuat dari semikonduktor tipe P. a. JFET Kanal-N Berikut di bawah ini adalah gambar struktur dasar JFET jenis Kanal-N. Gambar 5.40 Struktur dan simbol JFET jenis Kanal-N Saluran atau Kanal pada jenis ini terbentuk dari bahan semikonduktor tipe N dengan satu ujungnya adalah Source (S) dan satunya lagi adalah Drain (D). Mayoritas pembawa muatan atau Carriers pada JFET jenis Kanal- N ini adalah Elektron. Gate atau Gerbang pada JFET jenis Kanal-N ini terdiri dari bahan semikonduktor tipe P. Bagian lain yang terbuat dari semikonduktor tipe P pada JFET Kanal-N ini adalah bagian yang disebut dengan Subtrate yaitu bagian yang membentuk batas di sisi saluran berlawanan Gerbang (G). Tegangan pada terminal gerbang (G) menghasilkan medan listrik yang mempengaruhi aliran pada pembawa muatan yang melalui saluran tersebut. Semakin negatifnya VG, semakin sempit pula salurannya yang akhirnya mengakibatkan semakin kecil arus pada outputnya (ID).
  • 49. Hal 197 b. JFET Kanal-P Berikut di bawah ini adalah gambar struktur dasar JFET jenis Kanal-P. Gambar 5.41 Struktur dan simbol JFET jenis Kanal-P Saluran pada JFET jenis Kanal-P terbuat dari semikonduktor tipe P. Mayoritas pembawa muatannya adalah Hole. Bagian Gate atau Gerbang (G) dan Subtrate-nya terbuat dari bahan semikonduktor tipe N. Di JFET Kanal-P, semakin positifnya VG, semakin sempit pula salurannya yang akhirnya mengakibatkan semakin kecilnya arus pada output JFET (ID). Dari simbolnya, kita dapat mengetahui mana yang JFET Kanal-N dan JFET Kanal-P. Anak Panah pada simbol JFET Kanal-N adalah menghadap ke dalam sedangkan anak panah pada simbol JFET Kanal-P menghadap keluar. 2. Metal Oxide Semiconduction Field Effect Transistor (MOSFET) Seperti halnya JFET, saluran pada MOSFET juga dapat berupa semikonduktor tipe-N ataupun tipe-P. Terminal atau elektroda gerbangnya adalah sepotong logam yang permukaannya dioksidasi. Lapisan oksidasi ini berfungsi untuk menghambat hubungan listrik antara terminal gerbang dengan salurannya. Oleh karena itu, MOSFET sering juga disebut dengan nama Insulated-Gate FET (IGFET). Karena lapisan oksidasi ini bertindak sebagai dielektrik, maka pada dasarnya tidak akan terjadi aliran arus antara gerbang dan saluran. Dengan demikian, Impedansi Input pada MOSFET menjadi sangat tinggi dan jauh melebihi Impedansi Input pada JFET. Pada beberapa jenis MOSFET Impedansi dapat mencapai Triliunan Ohm (1012 Ohm). Dalam bahasa Indonesia, MOSFET disebut juga dengan Transistor Efek Medan Semikonduktor Logam-Oksida.
  • 50. Hal 198 Salah kelemahan pada MOSFET adalah tipisnya lapisan oksidasi sehingga sangat rentan rusak karena adanya pembuangan elektrostatik (Electrostatic Discharge). Seperti yang disebut sebelumnya, bahwa MOSFET pada dasarnya terdiri dari 2 tipe yaitu MOSFET tipe N dan MOSFET tipe P. a. MOSFET tipe N MOSFET tipe N biasanya disebut dengan NMOSFET atau nMOS. Berikut di bawah ini adalah bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe N. Gambar 5.42 Bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe N b. MOSFET tipe P MOSFET tipe P biasanya disebut dengan PMOSFET atau pMOS. Di bawah ini adalah bentuk struktur dan Simbol MOSFET tipe P. Gambar 5.43 Bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe P Kelebihan dan Kelemahan FET Jika dibandingkan dengan transistor bipolar, FET memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Salah satu kelebihan FET adalah dapat bekerja
  • 51. Hal 199 dengan baik di rangkaian elektronika yang bersinyal rendah seperti pada perangkat komunikasi dan alat-alat penerima (receiver). FET juga sering digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronika yang memerlukan impedansi yang tinggi. Namun pada umumnya, FET tidak dapat digunakan pada perangkat atau rangkaian elektronika yang bekerja untuk penguatan daya tinggi seperti pada perangkat komunikasi berdaya tinggi dan alat-alat pemancar (transmitter). D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN 1. Menganalisis prosedur pemeliharaan dan perbaikan sistem elektronika dengan membaca modul ini dan mengamati komponen elektronika. 2. Mengerjakan latihan. Menganalisis prosedur pemeliharaan dan perbaikan sistem elektronika 1. Menganalisis komponen pasif dan aktif yang digunakan pada rangkaian elektronika, 2. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen elektronika pasif dengan cara pengukuran. 3. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen elektronika aktif dengan cara pengukuran.