SlideShare a Scribd company logo
48
ENDAPAN MINERAL
Panduan Kuliah dan Praktikum
SutartoĀ HartosuwarnoĀ 
LaboratoriumĀ PetrologiĀ danĀ BahanĀ GalianĀ TeknikĀ GeologiĀ 
FakultasĀ TeknologiĀ MineralĀ UniversitasĀ PembangunanĀ NasionalĀ ā€œVeteranā€Ā 
YOGYAKARTAĀ 
49
BAB 4
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL
4.1 Perkembangan konsep dan klasifikasi endapan mineral
Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi
endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga
klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan
batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif
berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli
geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya
tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian
ini mungkin dirasa kurang ilmiah.
Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya
berdasarkan pada bentuk endapannya, wall rocknya, atau control strukturnya.
Sebagai contoh Bateman (1950) dalam bukunya ā€œ Economic Mineral Depositā€
mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya, diantaranya bijih yang
terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi dan lain
sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang
tersesarkan, atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan
munculnya teori tektonik lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan
keberadaan endapan bijih, maka klasifikasi secara genetic makin sering digunakan.
Tokoh penting yang memulai membangun konsep dan klasifikasi endapan
mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911) secara garis besar
membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu
a). endapan oleh proses mekanik dan
b). endapan oleh proses kimiawi (Tabel 3.1).
Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air magmatik,
dibagi menjadi 3, berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah: Endapan
hipotermal, Endapan Mesotermal, dan Endapan epitermal (Tabel 1).
Endapan hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada
temperature yang relative panas, endapan epitermal merupakan endapan yang
terbentuk di dekat permukaan, dengan kondisi temperature yang rendah. Sedangkan
endapan Mesotermal terbentuk pada kedalaman dan temperature diantara endapan
50
Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah hidrotermal,
tetapi hanya disebut dengan istilah ā€œ karena naiknya air, berhubungan dengan
aktivitas batuan bekuā€.
Tabel 4.1. Klasifikasi Lindgren (1911)
I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK
I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI
Oleh reaksi 0-70Ā° C P menengah-tinggi
A Evaporasi
1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI
a. Oleh pelapukan 0-100Ā° C P menengah
b. Oleh air tanah 0-100Ā° C P menengah
c. Oleh metamorfosa 0-400Ā° C P tinggi
2. PENAMBAHAN KOMPONEN DARI LUAR
a. TANPA AKTIVITAS BATUAN BEKU 0-100Ā° C p menengah
B b. BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS BATUAN BEKU
1) KARENA NAIKNYA AIR
Hypothermal 500-600Ā° C P tinggi
Mesothermal 150-300Ā° C P tinggi
Epitermal 50-150Ā° C P menengah
2). OLEH EMANASI LANGSUNG BATUAN BEKU
Pyrometasomatic 500-800Ā° C P tinggi
Sublimates 100-600Ā° C P rendah-menengah
Endapan magmatik 700-1500Ā° C P tinggi
C Pegmatik 575Ā° C P tinggi
A. Di dalam tubuh air B. Di dalam tubuh batuan C. Endapan magmatik
Tabel 4.2 Ciri-ciri umum endapan Hipotermal (Lingren 1933)
Kedalaman 3000- 15000 m
Temperatur 300-600
Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada
batuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan
pada sesar naik
Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak
beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated
pada batuan samping
Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,
bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Mineral penyerta
(gangue)
Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
kloorit-fe, karbonat
Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual,
Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.
51
Tabel 4.3 Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933)
Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin
berasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar
normal maupun sesar naik
Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling.
Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding-
surface. Strike dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta
(gangue)
Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.
Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.
Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat
halus, lensa yang besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman
Tabel 4.4 Ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren 1933)
Kedalaman Permukaan hingga 1500 m
Temperatur 50-200
Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar dsb.
Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada
pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian)
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,
tellurides
Mineral penyerta
(gangue)
kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit
Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,
dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding,
cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangat
bervariasi
Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya
sangat kecil.
Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral,
menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya.
Kelompok pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik,
52
yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok
Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic
dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel-
tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths-
fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,
dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti
hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam (Tabel
2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di banyak
tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas yang
didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi kurang
relevan lagi.
Tabel 4.5. Klasifikasi endapan bijih Niggli (1929)
I. PLUTONIK ATAU INTRUSIV
A. Orthomagmatic
1. Intan, platinum-kromium
2. Titanium-besi-nikel-tembaga
B. Pneumatolytic sampai pegmatitic
1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium
2.Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten
3Tormalin-asosiasi kuarsa
C. Hydrothermal
1. Besi-tembaga-emas-arsenik
2. Lead-Zinc-silver
3. Nikel-kobal-arsenik-perak
4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida
I. VOLKANIK ATAU EKSTRUSIV
A. Tin-perak-bismut
B. Logam-logam berat
C. Emas-peral
D. Antimoni-merkuri
E. Tembaga murni (native)
F. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical
Pengertian Pneumatolitik yang disampaikan Niggli (1929) adalah stadia
magmatisme yang didominasi oleh fase gas, sedangkan hidrotermal didominasi oleh
fase cair. Pada klasifikasi ini telah muncul istilah hidrotermal, yang dibagi menjadi
empat golongan komoditi logam. Niggli (1929) tidak membagi hidrotemla menjadi
hipotermal, mesotermal, dan epitermal. Pada kenyataannya sulit dibedakan
kenampakan hasil ubahan atau endapan mineral yang disebabkan oleh proses
pneumatolitik dengan hidrotermal. Belakangan, para ahli geologi banyak
menggunakan istilah fluida hidrotermal (hydrothermal fluid) untuk mewakili
baik fase gas pneumatolitik maupun fase cair hidrotermal.
53
Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada
daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan
Buddington (1935), mengenalkan istilah xenotermal, untuk endapan pada daerah
dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini
disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat permukaan.
Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)
I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI
Endapan magmatik (proper/komplit, segregasi ,
injeksi, )
700-1500Ā° C P sangat tinggi
A Pegmatik T sedang-tinggi P sangat tinggi
KOMPONEN EPIGENETIK
KARENA ERUPSI BATUAN BEKU
Volkanogenik subaerial asosiasi dengan
volcanic piles
100-600Ā° C P atmosfer-menengah
Dari tubuh efusif, sublimasi, fumarola 100-600Ā° C P atmosfer
Dari tubuh intrusi; endapan metamorfik batuan
beku
500-800Ā° C P sangat tinggi
KARENA NAIKNYA AIR MAGMATIK
Hypothermal, sangat dalam 300-500Ā° C P sangat tinggi
Mesothermal, kedalaman sedang 200-300Ā° C P tinggi
B Epitermal, dangkal 50-200Ā° C P menengah
Telethermal, dekat permukaan, saluran T rendah P rendah
Xenothermal, dangkal T tinggi-rendah P sedang-atmosfer
KARENA SIRKULASI AIR METEORIK DI ZONE DANGKAL-MENENGAH
T 100Ā° C P menengah
KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK
Metamorfosa regional dan dinamik 400Ā° C P tinggi
Sirkulasi air tanah bagian dalam 0-100Ā° C P menengah
Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat
permukaan
0-100Ā° C P menengah-atmosfer
Volcanogenic berasoiasi volkanisme T tinggi P rendah-menengah
C Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik
b. Reaksi organik
0-70Ā° C P menengah
Evaporasi zat terlarut
II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES
MEKANIK
T rendah P rendah, di
permukaan
A. Di dalam magma, oleh proses diferensiasi B. Di dalam tubuh batuan C. Di dalam
tubuh air
54
Tabel 4.7 Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)
Kedalaman Dekat permukaan
Temperatur 100
Pembentukan Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yang
tidak ditemukan batuan plutonik
Zona bijih Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukan
replacement.
Logam bijih Pb,Zn,Cd,Ge
Mineral bijih Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd),
markasit, pirit, Cinabar
Mineral penyerta
(gangue)
Kalsir, dolomite miskin Fe, dll
Ubahan batu samping Dolomitisasi, chertification
Tekstur dan struktur Seperti epitermal
Zonasi -
Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi
batuan sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf.
Pengelompokkan tersebut meliputi:
1. Bijih pada batuan beku
ā€¢ Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik
ā€¢ Bijih berasosiasi dengan felsik
2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen
ā€¢ Konsentrasi bijih besi
ā€¢ Konsentrasi bijih mangan
ā€¢ Strata-bound
3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut
4. Bijih berasosiasi dengan urat
5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf
Berapa ahli geologi melakukan pengelompokan endapan bijih didasarkan
pada lingkungan tektoniknya, diantaranya yang telah dilakukan Mitchell dan Garson
(1981), yang membagi endapan bijih menjadi:
1. Endapan di Continental Hot Spots, Rifts dan Aulacogens
2. Endapan pada Passive Continental Margins dan Interior Basins
3. Endapan pada lingkungan Oceanic
4. Endapan pada lingkungan subduksi
5. Endapan pada lingkungan yang terkait dengan collision
6. Endapan pada Transform Faults dan lineamentnya pada Continental
55
Tabel 4.8. Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985
I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI
Segregasi magmatik, injeksi, intrusi mafik berlapis
Karbonatit, kimberlit 700-1500Ā° C P sangat tinggi
Anortosit, gabro
Endapan logam dasar porphyry in part T sedang P sedang
Pegmatik T sedang-
tinggi
P tinggi
KOMPONEN EPIGENETIK
KARENA ERUPSI BATUAN BEKU
Volkanogenik subaerial asosiasi dengan
volcanic piles
100-1200Ā° C P atmosfer-menengah
Sublimasi, fumarola 100-600Ā° C P atmosfer
KARENA NAIKNYA LARUTAN HIDROTERMAL
Logam dasar porfir 200-800Ā° C P menengah
Urat Cordilleran dangkal-menengah
Batuan metamorfik 300-800Ā° C P rendah-menengah
Epitermal 50-300Ā° C P rendah,
dangkal-menengah
KARENA REMOBILISASI LARUTAN, SIRKULASI AIR METEORIK
Mississipi Valley 25-200Ā° C P rendah
Western state uranium 25-75Ā° C P rendah
KARENA SIRKULASI AIR LAUT
Endapan-endapan kerak
samodra,smokers, red Sea
25-350Ā° C P rendah
Volcanic exhalites in part
KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK
Metamorfosa regional dan dinamik 25-600Ā° C P tinggi
Sirkulasi air tanah bagian dalam; contoh:
Athabasca uranium
0-150Ā° C P menengah
Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat
permukaan
25-50Ā° C P atmosfer
Volcanogenic asoiasi volkanisme, endapan kerak
samodra. a. Massive sulfide-Cyprus
b. Manganese-nickel-copper nodules
25-350Ā° C P hydrospheric
Volcanogenic asosiasi sedimen
a. Black shale hosted?
25-75Ā° C P hydrospheric
Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik
b. Reaksi organik
0-70Ā° C P menengah
Evaporasi 25-75Ā° C P atmosfir
Sedimentasi kimiawi , a. Logam dasar
b. Fosfat
25-75Ā° C P rendah
II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES
MEKANIK
T rendah P rendah, di permukaan
III. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PENGARUH METEORIT
56
Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa warsa
60-70an, beberapa istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton, dan Buddington,
Guilbert dan Pak, jarang digunakan. Variasi endapan magmatic makin bervariasi,.
Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih digunakan, walaupun pengertiannya
sudah mengalami modifikasi dari konsep aslinya, yang disampaikan oleh Lindgren
(1911). Istilah mesotermal, kadang masih digunakan, terutama untuk kategori
endapan epitermal, tetapi menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi,
sedangkan istilah hipotermal, teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi.
stilah-istilah yang banyak digunakan dalam eksplorasi endapan mineral adalah
klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan geologinya, seperti
endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan sebagainya.
Secara Genetik, endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan
oleh proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses-
proses dipermukaan. Endapan magmatik , dibagi menjadi endapan yang disebabkan
proses gravitational settling, liquid immisvibility, maupun pegmatik. Endapan
hidrotemal meliputi endapan porfir (porphyry deposit), endapan greisen, massive
sulphide deposit, skarn, epitermal (low sulphidation dan high sulphidation) dll.
Endapan skarn kadang juga digolongkan sebagai endapan metamorfik. Sedangkan
endapan-endapan permukaan meliputi endapan palcer, endapan evaporasi, endapan
residual laterit, endapan supergen, maupun endapan volkanik-exhalative. Proses
pembentukan bijih logam secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu
proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn
(disarikan dari Hutchison, 1983, Evans 1993)
a. Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase
awal diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen,
Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai
endapan magmatik. Beberapa proses pada fase magmatisme diantaranya
meliputi:
a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit
b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit
(Fe), platinum (Pt)
c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
d. Pegmatik : Fe, Sn
57
Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik,
sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi
bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi
maupun fisik, membentuk endapan residusal atau placer.
b.Proses hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50Ā°
sampai >500Ā°C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua
komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan
cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi
fluida hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan
mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun
kimiawi (Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang
dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral
primer menjadi mineral ubahan (alteration minerals.
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini
disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi
beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar
b. Tidak berhubungan dengan batuan beku
5. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn
58
Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau
lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit
yang dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok
1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah
dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut
umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai
oleh pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak
beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar
10-100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan
mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian
besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan
epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah
Gambar 4.1. Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya dengan
mineralisasi bijih logam
59
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-
ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya.
Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya
merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai
semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,
yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak
sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide
volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.
C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan
metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya.
Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat
terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah
material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida
terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo-
skarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo-
skarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo-
skarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada
kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
60
Tabel 4.9. Karakteristik berbagai tipe endapan bahan galian logam
ENDAPAN
MAGMATIK
ENDAPAN HIDROTERMAL
MAGMATIK GREISEN PORFIRI SKARN EPITERMAL H.S. EPITERMAL L.S M.S.V.
Intrusi Basaltik-Ultra
basa
Pluton granitik Sub vulkanik
granitik-andesitik
Sub vulkanik granitik-
andesitik
Andesitik andesitik Dasitik/granitik
Host rocks Basaltik-ultra
basa
Pluton granitik Garanitik-andesitik karbonat Vulkanik, sedimen Vulkanik, sedimen Vulkanik dasitik
Tipe ubahan - greisen Potasik, filik,
argillic,,profilitikĀ±an
vanced argillic
Potasik,skarn,profiliti
k
advanced argillic
,Profilitik, argillic
Filik, argillic,
profilitik Ā±anvanced
argillic
Silisik,internedietarg
illic
Mineral ubahan - Topas, kuarsa,
muskovit,turmalin
Biotit,
KF,kuarsa,serisit,pir
it,ilit,epidot,klorit,kal
sitĀ±kaolinit,alunit
Garnet,diopsit,magne
tit,wolastonit,tremolit,
biotit, klorit
Kaolinit,alunit,
diaspor.pirofilit, ilit
Serisit,ilit,klorit,
epidot, kalsit,
adularia Ā± kaolinit
Barit, gipsum,
anhidrit,ilit,kuarsa
Mineral bijih
utama
Kromit,
pendlandit,
magnetit
Kasiterit,wolframit,sc
heelite
Bornit, kalkosit
kalkopirit,
molibdenit
Bornit, kalkosit
kalkopirit, molibdenit
Enargir, luzonit,
tenantit
Sfalerit, galena,
kalkopirit
Sfalerit,galena,
kalkopirit
Komoditi logam Cr, Ni, Pt Sn,W Cu, Mo, Au, Sn, W Cu, Mo, Au, Sn, W Au, Cu,Ag Au, Ag Zn, Pb, Cu Ā± Au, As
Tekstur utama Diseminasi,
berlapis
Diseminasi,
stockwork
Diseminasi-
stockwork, urat
Diseminasi-
stockwork, urat
Diseminasi-
replacement masif
Urat, stockwork Masif, berlapis
Keterangan lain Kristalisasi
langsung dari
magma
Zona ubahan
umumnya
konsentris, tonase
besar dg kadar
rendah
Zona ubahan
umumnya konsentris,
tonase besar dg
kadar rendah
Equivalen dg sistem
gunung api aktif
Equivalen dengan
geotermal aktif
Berasosiasi dengan
vulkanisme bawah
laut
61
d.Proses-proses di permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di
permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal
secara luas, bahwa endapan (sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton
(allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton merupakan
endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan pengendapan),
sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak
terbentuk di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di
permukaan.
Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan
placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan
placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering
digunakan istilah endapan placer residual, untuk endapan yang terbentuk dan
berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada daerah yang
mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial
tidak begitu populer, beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu
tebing (cliff) dan sering diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial
umumnya terbentuk pada daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral-
mineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi
penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan
Timah (Sn).
Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material
yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali
material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses tersebut mempunyai nilai
62
ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan
residual. Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama
untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi
tersebut sebagian besar batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan material-
material yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe)
dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah
larut, dan laterit umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai
bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite
mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen
(sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit
(0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi
kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1-
2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona
laterit)
Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di
dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun
oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam
(Cu2+
, Pb2+
, Zn2+
dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang
bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi
tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah
muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk
sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh
oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang
paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)

More Related Content

What's hot

Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Hidayat Muhammad
Ā 
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstoneResume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
'Oke Aflatun'
Ā 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
farhanalghifary1
Ā 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
niaramadanti1
Ā 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
fridolin bin stefanus
Ā 
Mikropal
MikropalMikropal
Mikropal
Rizky Octadinata
Ā 
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerPenyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Diki Prasetya
Ā 
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAFELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
Bonita Susimah
Ā 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
Teguh Efrianes
Ā 
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikBatuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik
Amma Khatimah
Ā 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
Wahidin Zuhri
Ā 
1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambangUDIN MUHRUDIN
Ā 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
rramdan383
Ā 
Batuan metamorf
Batuan metamorf Batuan metamorf
Batuan metamorf
Abrian Setiawan
Ā 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
Romie Hendrawan
Ā 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisIsya Ansyari
Ā 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
gunadibinsamin
Ā 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Mario Yuven
Ā 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
Julia Uchiha
Ā 

What's hot (20)

Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Kondisi dan Sumber Daya Geologi Pada Cekungan Asem-asem, Provinsi Kalimantan ...
Ā 
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstoneResume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Ā 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
Ā 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
Ā 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
Ā 
Mikropal
MikropalMikropal
Mikropal
Ā 
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerPenyusun batuan karbonat menurut Tucker
Penyusun batuan karbonat menurut Tucker
Ā 
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAFELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
Ā 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
Ā 
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastikBatuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik
Ā 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
Ā 
1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang
Ā 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
Ā 
Batuan metamorf
Batuan metamorf Batuan metamorf
Batuan metamorf
Ā 
Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
Ā 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
Ā 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Ā 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
Ā 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Ā 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
Ā 

Viewers also liked

New microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentationNew microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentation
Budisantoso Peujakesuma
Ā 
Endapan phorpiry
Endapan phorpiryEndapan phorpiry
Endapan phorpiry
Non'k Moloku
Ā 
Proses magmatik
Proses magmatikProses magmatik
Proses magmatik
Mul Hadramy
Ā 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaan
desra99
Ā 
Our Storyboard (Powerpoint)
Our Storyboard (Powerpoint)Our Storyboard (Powerpoint)
Our Storyboard (Powerpoint)guestdbd3e745
Ā 
Making a tv_ad_01
Making a tv_ad_01Making a tv_ad_01
Making a tv_ad_01
Blair Jarvis
Ā 
Analysis of storyline plan
Analysis of storyline planAnalysis of storyline plan
Analysis of storyline plan
sophielunny
Ā 
Ad storyboard
Ad storyboardAd storyboard
Ad storyboardn8284440
Ā 
Ad storyboard
Ad storyboardAd storyboard
Ad storyboarderinandgrace
Ā 
storyboard
storyboardstoryboard
storyboard
iain bruce
Ā 
Model endapan bahan galian
Model endapan bahan galianModel endapan bahan galian
Model endapan bahan galian
seed3d
Ā 
Film script - workshop
Film script - workshopFilm script - workshop
Film script - workshop
iain bruce
Ā 
Ad Storyboard
Ad StoryboardAd Storyboard
Pre production techniques power point
Pre production techniques power pointPre production techniques power point
Pre production techniques power pointcikkikay2
Ā 
Pre-Production Presentation
Pre-Production PresentationPre-Production Presentation
Pre-Production Presentation
UKYELLOW
Ā 
Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation
Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation
Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation
Veetil Digital Service
Ā 
Pre production, production and post production roles within a music video
Pre production, production and post production roles within a music videoPre production, production and post production roles within a music video
Pre production, production and post production roles within a music video
js21942
Ā 

Viewers also liked (17)

New microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentationNew microsoft office power point presentation
New microsoft office power point presentation
Ā 
Endapan phorpiry
Endapan phorpiryEndapan phorpiry
Endapan phorpiry
Ā 
Proses magmatik
Proses magmatikProses magmatik
Proses magmatik
Ā 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaan
Ā 
Our Storyboard (Powerpoint)
Our Storyboard (Powerpoint)Our Storyboard (Powerpoint)
Our Storyboard (Powerpoint)
Ā 
Making a tv_ad_01
Making a tv_ad_01Making a tv_ad_01
Making a tv_ad_01
Ā 
Analysis of storyline plan
Analysis of storyline planAnalysis of storyline plan
Analysis of storyline plan
Ā 
Ad storyboard
Ad storyboardAd storyboard
Ad storyboard
Ā 
Ad storyboard
Ad storyboardAd storyboard
Ad storyboard
Ā 
storyboard
storyboardstoryboard
storyboard
Ā 
Model endapan bahan galian
Model endapan bahan galianModel endapan bahan galian
Model endapan bahan galian
Ā 
Film script - workshop
Film script - workshopFilm script - workshop
Film script - workshop
Ā 
Ad Storyboard
Ad StoryboardAd Storyboard
Ad Storyboard
Ā 
Pre production techniques power point
Pre production techniques power pointPre production techniques power point
Pre production techniques power point
Ā 
Pre-Production Presentation
Pre-Production PresentationPre-Production Presentation
Pre-Production Presentation
Ā 
Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation
Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation
Pre-production, Production & Post-production Process in 3D Animation
Ā 
Pre production, production and post production roles within a music video
Pre production, production and post production roles within a music videoPre production, production and post production roles within a music video
Pre production, production and post production roles within a music video
Ā 

Similar to 59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral

3. tinjauan emas epitermal
3. tinjauan emas epitermal3. tinjauan emas epitermal
3. tinjauan emas epitermal
Coal Lignite
Ā 
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALPAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALheny novi
Ā 
2. Endapan Porfiri
2. Endapan Porfiri2. Endapan Porfiri
2. Endapan Porfiri
Tracy Hill
Ā 
Lapisan Litosfer
Lapisan LitosferLapisan Litosfer
Lapisan Litosfer
Fianti Damayanti
Ā 
93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian
rramdan383
Ā 
tugas praktikum geologi fisik
tugas praktikum geologi fisiktugas praktikum geologi fisik
tugas praktikum geologi fisik
Chandra Dewangga P
Ā 
Geokimia terapan untuk aplikasi geologis
Geokimia terapan untuk aplikasi geologisGeokimia terapan untuk aplikasi geologis
Geokimia terapan untuk aplikasi geologis
HeriGeologist
Ā 
2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya
2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya
2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya
Alviyanda Whoost
Ā 
02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian
rinaldikhram
Ā 
Endapan emas orogenik
Endapan emas orogenikEndapan emas orogenik
Endapan emas orogenik
Xtivanus Fransiskus
Ā 
02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galianDewy Kastono
Ā 
02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galianSylvester Saragih
Ā 
Emas dan teknologi eksplorasinya
Emas dan teknologi eksplorasinyaEmas dan teknologi eksplorasinya
Emas dan teknologi eksplorasinyaismono widodo
Ā 
1. pendahuluan genesa endapan mineral
1. pendahuluan genesa endapan mineral1. pendahuluan genesa endapan mineral
1. pendahuluan genesa endapan mineral
Irvan Aditya
Ā 
Rangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanRangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuan
Mirzha Rihadini
Ā 
Rangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanRangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuan
Mirzha Rihadini
Ā 
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptxKLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
tita222101
Ā 
Materi kuliah 1
Materi kuliah 1Materi kuliah 1
Materi kuliah 1Mulyadi Yahya
Ā 

Similar to 59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral (20)

3. tinjauan emas epitermal
3. tinjauan emas epitermal3. tinjauan emas epitermal
3. tinjauan emas epitermal
Ā 
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALPAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
Ā 
2. Endapan Porfiri
2. Endapan Porfiri2. Endapan Porfiri
2. Endapan Porfiri
Ā 
Lapisan Litosfer
Lapisan LitosferLapisan Litosfer
Lapisan Litosfer
Ā 
93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian93448331 02-genesa-bahan-galian
93448331 02-genesa-bahan-galian
Ā 
tugas praktikum geologi fisik
tugas praktikum geologi fisiktugas praktikum geologi fisik
tugas praktikum geologi fisik
Ā 
Sumberdaya logam
Sumberdaya  logamSumberdaya  logam
Sumberdaya logam
Ā 
Geokimia terapan untuk aplikasi geologis
Geokimia terapan untuk aplikasi geologisGeokimia terapan untuk aplikasi geologis
Geokimia terapan untuk aplikasi geologis
Ā 
2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya
2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya
2 bab i mineral dan sumber daya mineral dan klasifikasinya
Ā 
02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian
Ā 
Endapan emas orogenik
Endapan emas orogenikEndapan emas orogenik
Endapan emas orogenik
Ā 
02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian
Ā 
02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian02. genesa bahan galian
02. genesa bahan galian
Ā 
Emas dan teknologi eksplorasinya
Emas dan teknologi eksplorasinyaEmas dan teknologi eksplorasinya
Emas dan teknologi eksplorasinya
Ā 
Mineral
MineralMineral
Mineral
Ā 
1. pendahuluan genesa endapan mineral
1. pendahuluan genesa endapan mineral1. pendahuluan genesa endapan mineral
1. pendahuluan genesa endapan mineral
Ā 
Rangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanRangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuan
Ā 
Rangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuanRangkuman mineral dan batuan
Rangkuman mineral dan batuan
Ā 
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptxKLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
Ā 
Materi kuliah 1
Materi kuliah 1Materi kuliah 1
Materi kuliah 1
Ā 

More from rramdan383

Bahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airBahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h air
rramdan383
Ā 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
rramdan383
Ā 
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
rramdan383
Ā 
Air limbah sianida
Air limbah sianidaAir limbah sianida
Air limbah sianida
rramdan383
Ā 
Air asam
Air asamAir asam
Air asam
rramdan383
Ā 
89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran
rramdan383
Ā 
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
rramdan383
Ā 
40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics
rramdan383
Ā 

More from rramdan383 (8)

Bahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h airBahan untuk menaikan p h air
Bahan untuk menaikan p h air
Ā 
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_hArtikel rahayu akin_7 tentang p_h
Artikel rahayu akin_7 tentang p_h
Ā 
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinuAbsorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Absorpsi gas karbondioksida_dalam_biogas_dengan_larutan_naoh_secara_kontinu
Ā 
Air limbah sianida
Air limbah sianidaAir limbah sianida
Air limbah sianida
Ā 
Air asam
Air asamAir asam
Air asam
Ā 
89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran89176662 04-teknik-pemboran
89176662 04-teknik-pemboran
Ā 
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah66500465 batu-permata-dalam-sejarah
66500465 batu-permata-dalam-sejarah
Ā 
40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics40910709 the-story-of-plate-tectonics
40910709 the-story-of-plate-tectonics
Ā 

Recently uploaded

SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
Ā 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
Ā 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
Ā 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
Ā 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
Ā 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
Ā 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
Ā 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
Ā 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
Ā 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
Ā 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
Ā 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
Ā 

Recently uploaded (20)

SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
Ā 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
Ā 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
Ā 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Ā 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
Ā 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
Ā 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Ā 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Ā 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
Ā 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
Ā 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Ā 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Ā 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
Ā 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Ā 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Ā 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Ā 

59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral

  • 1. 48 ENDAPAN MINERAL Panduan Kuliah dan Praktikum SutartoĀ HartosuwarnoĀ  LaboratoriumĀ PetrologiĀ danĀ BahanĀ GalianĀ TeknikĀ GeologiĀ  FakultasĀ TeknologiĀ MineralĀ UniversitasĀ PembangunanĀ NasionalĀ ā€œVeteranā€Ā  YOGYAKARTAĀ 
  • 2. 49 BAB 4 KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL 4.1 Perkembangan konsep dan klasifikasi endapan mineral Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian ini mungkin dirasa kurang ilmiah. Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya berdasarkan pada bentuk endapannya, wall rocknya, atau control strukturnya. Sebagai contoh Bateman (1950) dalam bukunya ā€œ Economic Mineral Depositā€ mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya, diantaranya bijih yang terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi dan lain sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang tersesarkan, atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan munculnya teori tektonik lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan keberadaan endapan bijih, maka klasifikasi secara genetic makin sering digunakan. Tokoh penting yang memulai membangun konsep dan klasifikasi endapan mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911) secara garis besar membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu a). endapan oleh proses mekanik dan b). endapan oleh proses kimiawi (Tabel 3.1). Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air magmatik, dibagi menjadi 3, berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah: Endapan hipotermal, Endapan Mesotermal, dan Endapan epitermal (Tabel 1). Endapan hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada temperature yang relative panas, endapan epitermal merupakan endapan yang terbentuk di dekat permukaan, dengan kondisi temperature yang rendah. Sedangkan endapan Mesotermal terbentuk pada kedalaman dan temperature diantara endapan
  • 3. 50 Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah hidrotermal, tetapi hanya disebut dengan istilah ā€œ karena naiknya air, berhubungan dengan aktivitas batuan bekuā€. Tabel 4.1. Klasifikasi Lindgren (1911) I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI Oleh reaksi 0-70Ā° C P menengah-tinggi A Evaporasi 1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI a. Oleh pelapukan 0-100Ā° C P menengah b. Oleh air tanah 0-100Ā° C P menengah c. Oleh metamorfosa 0-400Ā° C P tinggi 2. PENAMBAHAN KOMPONEN DARI LUAR a. TANPA AKTIVITAS BATUAN BEKU 0-100Ā° C p menengah B b. BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS BATUAN BEKU 1) KARENA NAIKNYA AIR Hypothermal 500-600Ā° C P tinggi Mesothermal 150-300Ā° C P tinggi Epitermal 50-150Ā° C P menengah 2). OLEH EMANASI LANGSUNG BATUAN BEKU Pyrometasomatic 500-800Ā° C P tinggi Sublimates 100-600Ā° C P rendah-menengah Endapan magmatik 700-1500Ā° C P tinggi C Pegmatik 575Ā° C P tinggi A. Di dalam tubuh air B. Di dalam tubuh batuan C. Endapan magmatik Tabel 4.2 Ciri-ciri umum endapan Hipotermal (Lingren 1933) Kedalaman 3000- 15000 m Temperatur 300-600 Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada batuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan pada sesar naik Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated pada batuan samping Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit, bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe. Mineral penyerta (gangue) Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa, kloorit-fe, karbonat Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual, Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.
  • 4. 51 Tabel 4.3 Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933) Kedalaman 1200-4500 m Temperatur 200-300 Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin berasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar normal maupun sesar naik Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling. Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding- surface. Strike dan dip Fissure agak teratur. Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit, kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite, tetrahedritesulphosalt, Mineral penyerta (gangue) Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll), albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit. Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi. Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat halus, lensa yang besar bisanya massif. Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah kedalaman Tabel 4.4 Ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren 1933) Kedalaman Permukaan hingga 1500 m Temperatur 50-200 Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar dsb. Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian) Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides Mineral penyerta (gangue) kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding, cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangat bervariasi Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya sangat kecil. Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral, menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya. Kelompok pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik,
  • 5. 52 yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel- tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths- fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten, dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam (Tabel 2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di banyak tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas yang didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi kurang relevan lagi. Tabel 4.5. Klasifikasi endapan bijih Niggli (1929) I. PLUTONIK ATAU INTRUSIV A. Orthomagmatic 1. Intan, platinum-kromium 2. Titanium-besi-nikel-tembaga B. Pneumatolytic sampai pegmatitic 1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium 2.Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten 3Tormalin-asosiasi kuarsa C. Hydrothermal 1. Besi-tembaga-emas-arsenik 2. Lead-Zinc-silver 3. Nikel-kobal-arsenik-perak 4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida I. VOLKANIK ATAU EKSTRUSIV A. Tin-perak-bismut B. Logam-logam berat C. Emas-peral D. Antimoni-merkuri E. Tembaga murni (native) F. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical Pengertian Pneumatolitik yang disampaikan Niggli (1929) adalah stadia magmatisme yang didominasi oleh fase gas, sedangkan hidrotermal didominasi oleh fase cair. Pada klasifikasi ini telah muncul istilah hidrotermal, yang dibagi menjadi empat golongan komoditi logam. Niggli (1929) tidak membagi hidrotemla menjadi hipotermal, mesotermal, dan epitermal. Pada kenyataannya sulit dibedakan kenampakan hasil ubahan atau endapan mineral yang disebabkan oleh proses pneumatolitik dengan hidrotermal. Belakangan, para ahli geologi banyak menggunakan istilah fluida hidrotermal (hydrothermal fluid) untuk mewakili baik fase gas pneumatolitik maupun fase cair hidrotermal.
  • 6. 53 Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan Buddington (1935), mengenalkan istilah xenotermal, untuk endapan pada daerah dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat permukaan. Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington (1935) I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI Endapan magmatik (proper/komplit, segregasi , injeksi, ) 700-1500Ā° C P sangat tinggi A Pegmatik T sedang-tinggi P sangat tinggi KOMPONEN EPIGENETIK KARENA ERUPSI BATUAN BEKU Volkanogenik subaerial asosiasi dengan volcanic piles 100-600Ā° C P atmosfer-menengah Dari tubuh efusif, sublimasi, fumarola 100-600Ā° C P atmosfer Dari tubuh intrusi; endapan metamorfik batuan beku 500-800Ā° C P sangat tinggi KARENA NAIKNYA AIR MAGMATIK Hypothermal, sangat dalam 300-500Ā° C P sangat tinggi Mesothermal, kedalaman sedang 200-300Ā° C P tinggi B Epitermal, dangkal 50-200Ā° C P menengah Telethermal, dekat permukaan, saluran T rendah P rendah Xenothermal, dangkal T tinggi-rendah P sedang-atmosfer KARENA SIRKULASI AIR METEORIK DI ZONE DANGKAL-MENENGAH T 100Ā° C P menengah KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK Metamorfosa regional dan dinamik 400Ā° C P tinggi Sirkulasi air tanah bagian dalam 0-100Ā° C P menengah Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat permukaan 0-100Ā° C P menengah-atmosfer Volcanogenic berasoiasi volkanisme T tinggi P rendah-menengah C Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik b. Reaksi organik 0-70Ā° C P menengah Evaporasi zat terlarut II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES MEKANIK T rendah P rendah, di permukaan A. Di dalam magma, oleh proses diferensiasi B. Di dalam tubuh batuan C. Di dalam tubuh air
  • 7. 54 Tabel 4.7 Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993) Kedalaman Dekat permukaan Temperatur 100 Pembentukan Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yang tidak ditemukan batuan plutonik Zona bijih Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukan replacement. Logam bijih Pb,Zn,Cd,Ge Mineral bijih Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd), markasit, pirit, Cinabar Mineral penyerta (gangue) Kalsir, dolomite miskin Fe, dll Ubahan batu samping Dolomitisasi, chertification Tekstur dan struktur Seperti epitermal Zonasi - Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi batuan sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf. Pengelompokkan tersebut meliputi: 1. Bijih pada batuan beku ā€¢ Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik ā€¢ Bijih berasosiasi dengan felsik 2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen ā€¢ Konsentrasi bijih besi ā€¢ Konsentrasi bijih mangan ā€¢ Strata-bound 3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut 4. Bijih berasosiasi dengan urat 5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf Berapa ahli geologi melakukan pengelompokan endapan bijih didasarkan pada lingkungan tektoniknya, diantaranya yang telah dilakukan Mitchell dan Garson (1981), yang membagi endapan bijih menjadi: 1. Endapan di Continental Hot Spots, Rifts dan Aulacogens 2. Endapan pada Passive Continental Margins dan Interior Basins 3. Endapan pada lingkungan Oceanic 4. Endapan pada lingkungan subduksi 5. Endapan pada lingkungan yang terkait dengan collision 6. Endapan pada Transform Faults dan lineamentnya pada Continental
  • 8. 55 Tabel 4.8. Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985 I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI Segregasi magmatik, injeksi, intrusi mafik berlapis Karbonatit, kimberlit 700-1500Ā° C P sangat tinggi Anortosit, gabro Endapan logam dasar porphyry in part T sedang P sedang Pegmatik T sedang- tinggi P tinggi KOMPONEN EPIGENETIK KARENA ERUPSI BATUAN BEKU Volkanogenik subaerial asosiasi dengan volcanic piles 100-1200Ā° C P atmosfer-menengah Sublimasi, fumarola 100-600Ā° C P atmosfer KARENA NAIKNYA LARUTAN HIDROTERMAL Logam dasar porfir 200-800Ā° C P menengah Urat Cordilleran dangkal-menengah Batuan metamorfik 300-800Ā° C P rendah-menengah Epitermal 50-300Ā° C P rendah, dangkal-menengah KARENA REMOBILISASI LARUTAN, SIRKULASI AIR METEORIK Mississipi Valley 25-200Ā° C P rendah Western state uranium 25-75Ā° C P rendah KARENA SIRKULASI AIR LAUT Endapan-endapan kerak samodra,smokers, red Sea 25-350Ā° C P rendah Volcanic exhalites in part KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK Metamorfosa regional dan dinamik 25-600Ā° C P tinggi Sirkulasi air tanah bagian dalam; contoh: Athabasca uranium 0-150Ā° C P menengah Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat permukaan 25-50Ā° C P atmosfer Volcanogenic asoiasi volkanisme, endapan kerak samodra. a. Massive sulfide-Cyprus b. Manganese-nickel-copper nodules 25-350Ā° C P hydrospheric Volcanogenic asosiasi sedimen a. Black shale hosted? 25-75Ā° C P hydrospheric Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik b. Reaksi organik 0-70Ā° C P menengah Evaporasi 25-75Ā° C P atmosfir Sedimentasi kimiawi , a. Logam dasar b. Fosfat 25-75Ā° C P rendah II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES MEKANIK T rendah P rendah, di permukaan III. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PENGARUH METEORIT
  • 9. 56 Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa warsa 60-70an, beberapa istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton, dan Buddington, Guilbert dan Pak, jarang digunakan. Variasi endapan magmatic makin bervariasi,. Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih digunakan, walaupun pengertiannya sudah mengalami modifikasi dari konsep aslinya, yang disampaikan oleh Lindgren (1911). Istilah mesotermal, kadang masih digunakan, terutama untuk kategori endapan epitermal, tetapi menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi, sedangkan istilah hipotermal, teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi. stilah-istilah yang banyak digunakan dalam eksplorasi endapan mineral adalah klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan geologinya, seperti endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan sebagainya. Secara Genetik, endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan oleh proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses- proses dipermukaan. Endapan magmatik , dibagi menjadi endapan yang disebabkan proses gravitational settling, liquid immisvibility, maupun pegmatik. Endapan hidrotemal meliputi endapan porfir (porphyry deposit), endapan greisen, massive sulphide deposit, skarn, epitermal (low sulphidation dan high sulphidation) dll. Endapan skarn kadang juga digolongkan sebagai endapan metamorfik. Sedangkan endapan-endapan permukaan meliputi endapan palcer, endapan evaporasi, endapan residual laterit, endapan supergen, maupun endapan volkanik-exhalative. Proses pembentukan bijih logam secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn (disarikan dari Hutchison, 1983, Evans 1993) a. Proses Magmatik Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase awal diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen, Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai endapan magmatik. Beberapa proses pada fase magmatisme diantaranya meliputi: a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit (Fe), platinum (Pt) c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida d. Pegmatik : Fe, Sn
  • 10. 57 Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik, sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi maupun fisik, membentuk endapan residusal atau placer. b.Proses hidrotermal Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50Ā° sampai >500Ā°C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (alteration minerals. Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi beberapa kelompak, yaitu: a. Berhubungan dengan batuan beku 1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau 2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex 3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka 4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au, Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro 5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar b. Tidak berhubungan dengan batuan beku 5. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn
  • 11. 58 Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit yang dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok 1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai oleh pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar 10-100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993). Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah Gambar 4.1. Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya dengan mineralisasi bijih logam
  • 12. 59 dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri- ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya. Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain. Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik, yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan. C. Proses metamorfisme-hidrotermal Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas. Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya. Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku. a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat. Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo- skarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo- skarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo- skarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.
  • 13. 60 Tabel 4.9. Karakteristik berbagai tipe endapan bahan galian logam ENDAPAN MAGMATIK ENDAPAN HIDROTERMAL MAGMATIK GREISEN PORFIRI SKARN EPITERMAL H.S. EPITERMAL L.S M.S.V. Intrusi Basaltik-Ultra basa Pluton granitik Sub vulkanik granitik-andesitik Sub vulkanik granitik- andesitik Andesitik andesitik Dasitik/granitik Host rocks Basaltik-ultra basa Pluton granitik Garanitik-andesitik karbonat Vulkanik, sedimen Vulkanik, sedimen Vulkanik dasitik Tipe ubahan - greisen Potasik, filik, argillic,,profilitikĀ±an vanced argillic Potasik,skarn,profiliti k advanced argillic ,Profilitik, argillic Filik, argillic, profilitik Ā±anvanced argillic Silisik,internedietarg illic Mineral ubahan - Topas, kuarsa, muskovit,turmalin Biotit, KF,kuarsa,serisit,pir it,ilit,epidot,klorit,kal sitĀ±kaolinit,alunit Garnet,diopsit,magne tit,wolastonit,tremolit, biotit, klorit Kaolinit,alunit, diaspor.pirofilit, ilit Serisit,ilit,klorit, epidot, kalsit, adularia Ā± kaolinit Barit, gipsum, anhidrit,ilit,kuarsa Mineral bijih utama Kromit, pendlandit, magnetit Kasiterit,wolframit,sc heelite Bornit, kalkosit kalkopirit, molibdenit Bornit, kalkosit kalkopirit, molibdenit Enargir, luzonit, tenantit Sfalerit, galena, kalkopirit Sfalerit,galena, kalkopirit Komoditi logam Cr, Ni, Pt Sn,W Cu, Mo, Au, Sn, W Cu, Mo, Au, Sn, W Au, Cu,Ag Au, Ag Zn, Pb, Cu Ā± Au, As Tekstur utama Diseminasi, berlapis Diseminasi, stockwork Diseminasi- stockwork, urat Diseminasi- stockwork, urat Diseminasi- replacement masif Urat, stockwork Masif, berlapis Keterangan lain Kristalisasi langsung dari magma Zona ubahan umumnya konsentris, tonase besar dg kadar rendah Zona ubahan umumnya konsentris, tonase besar dg kadar rendah Equivalen dg sistem gunung api aktif Equivalen dengan geotermal aktif Berasosiasi dengan vulkanisme bawah laut
  • 14. 61 d.Proses-proses di permukaan Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal secara luas, bahwa endapan (sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton (allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton merupakan endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan pengendapan), sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu. Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi. Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak terbentuk di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di permukaan. Endapan Placer Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering digunakan istilah endapan placer residual, untuk endapan yang terbentuk dan berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada daerah yang mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial tidak begitu populer, beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu tebing (cliff) dan sering diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial umumnya terbentuk pada daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral- mineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan Timah (Sn). Endapan residual Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses tersebut mempunyai nilai
  • 15. 62 ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan residual. Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi tersebut sebagian besar batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan material- material yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe) dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah larut, dan laterit umumnya mengandung material ini. Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen (sedimentary bauxites). Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit (0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1- 2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona laterit) Pengkayaan supergen Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam (Cu2+ , Pb2+ , Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi tidak berlangsung. Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)