SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
ATLS
TRIMODALITAS
TRAUMA
PUNCAK I
detik – menit
- LASERASI
OTAK
- BATANG OTAK
- SPINAL CORD
- JANTUNG
- AORTA
- P.D. BESAR
PUNCAK II
menit – jam
- E.D.H.
- S.D.H.
- HEMOPNEUMO
THORAX
- RUPTUR LIEN
- HATI
- PELVIS
- MULTIPEL +
PERDARAHAN
PUNCAK III
> hari - minggu
- SEPSIS
- KEGAGALAN
FUNGSI ORGAN
MULTIPEL
Initial Assesment
 Persiapan
 Triase
 Primary survey (ABCDE)
 Resusitasi
 Secondary Survey
 Pemantauan dan re-evaluasi
 Penanganan definitif
Persiapan
Fase pra-rumah sakit
 Penjagaan airway,
 kontrol perdarahan dan syok
 imobilisasi pasien dan segera ke rumah sakit
terdekat.
Fase rumah sakit
 resusitasi dan “life support”,
 Menanggulangi emergency” baik medical dan
surgical (bedah minor)
Triase
PRINSIP TRIASE
 Derajat ancaman jiwa
 Beratnya cedera
 Kemungkinan
terselamatkan
 Sumber daya
 Waktu, jarak,
lingkungan
KEADAAN TRIASE
 Multiple Causalties
 Mass Causalties
Taging Triase
Triase Tag Merah ("Segera-
Immediate" atau Prioritas 1)
gagal nafas, cedera torako-
abdominal, cedera kepala
atau maksilo-fasial berat,
shok atau perdarahan berat,
luka bakar berat.
Triase Tag hijau ("Minimal"
atau T3 atau Prioritas 3):
cedera jaringan lunak, fraktura
dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilofasial tanpa
gangguan jalan nafas, serta
gawat darurat psikologis
Triase Tag Kuning ("tertunda-
delayed" atau Prioritas 2):
cedera abdomen tanpa shok,
cedera dada tanpa
gangguan respirasi,
fraktura mayor tanpa shok,
serta luka bakar ringan
Tag Triase hitam (Tidak
Prioritas): Pasien yang mati
atau yang memiliki luka
yang luas sehingga mereka
tidak bisa diselamatkan
dengan sumber daya
terbatas yang tersedia
Primary Survey – Airway
Assesment
 Penilaian terhadap patensi jalan nafas, ada atau
tidaknya obstruksi benda asing.
 Penilaian terhadap adanya cedera servikal, kontrol
terhadap servikal.
 Penilaian juga perlu dilakukan pada pasien dengan
penurunan kesadaran terutama pada pasien dengan
Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari sama
dengan delapan.
 Penilaian terhadap suara abnormal pernapasan yang
berbunyi.
 Pasien yang melawan atau berkata-kata kasar
(gaduh, gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan
tidak boleh dianggap keracunan atau mabuk.
 Penilaian terhadap pasien dengan : trauma
maksilofasial, trauma leher, trauma laryngeal.
Trauma maksilofasial : maloklusi, floating jaw
Trauma laryngeal : suara parau, empisema subkutan,
teraba fraktur
Primary Survey – Airway
Management
 Pelepasan Pelepasan
helm dengan pengelolaan
airway
 Perlu memperhatikan
pasien yang dicurigai
fraktur servikal dengan
memasang collar
brace
 Membersihkan jalan
nafas dari benda asing
dengan tangan atau
bantuan suction
 Mempertahankan
airway
 Pemasangan airway
definitif
Primary Survey – Airway
Chin Lift Manuver Jaw-thrust Manuver
Primary Survey – Airway
Oropharingeal airway
Primary Survey - Airway
Indikasi Pemasangan Airway Definitif
Primary Survey - Airway
Intubasi Endotrakea
 Preoksigenasi dengan oksigen
100%
 Penekanan di ata skartilago
krikoidea
 Beri obat induksi (seperti etomidate
0,3 mg/kgBB atau 20 mg) atau
untuk sedasi
 Berikan succynil choline 1-2
mg/kgBB Intravena (dosis lazim
100 mg)
 Setelah pasien relaks intubasi
pasien dengan bantuan laringoskop
 Balonnya dikembangkan (cuff) dan
dilakukan auskultasi dada pasien
untuk mendengarkan lairan udara
 Berikan ventilasi pada pasien
Sniffing Position
Primary Survey - Airway
Needle/cannula
cricothyrotomy surgical cricothyrotomy
 pasien dalam posisi supine
dengan ekstensi pada leher,
identifikasi membran krikotyroid
dengan jari telunjuk dan
stabilkan posisi kartilago tyroid,
 jarum suntik yang telah
dihubungkan dengan iv cateter
no 12 atau 14, dengan sudut 45
kearah kaudal untuk mencegah
trauma pada dinding posterior
trakea, cabut jarum dan stylet
kemudian dorong kateter lebih
jauh.
Primary Survey - Breathing
Assesment
 Perlu dilakukan pemeriksaan thorax menyeluruh
secara cepat, inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
Inspeksi : Jejas / Kontusio, Gerakan simetris / asimetris,
Penggunaan otot tambahan bantu saluran
napas,
Palpasi : Krepitasi, Nyeri Tekan, Deviasi Trakea,
Perkusi : Hipersonor / Pekak
Auskultasi : Vesikular normal atau meningkat atau
menurun
Primary Survey - Breathing
Primary Survey Secondary Survey
 tension pneumothorax
 flail chest
 kontusio paru
 open pneumothorax.
 hematothorax
 simple pneumothorax
Primary Survey - Breathing
Management
 Pada trauma thorax harus ditangani dengan segera
 Penggunaan alat bantu oksigen
Nasal prong 2-3 lpm membantu oksigen 20-30%
Oksigen masker 4-6 lpm membantu oksigen 40-60
%
Bagvalve mask tanpa reservoir 6-8 lpm membantu
memberikan oksigen 60-80%
Bag valve mask dengan reservoir 8-10 lpm
membantu memberikan oksgen 100%
 Penggunaan pulse oxymetri, dapat memberikan
informasi tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer
pasien, tetapi tidak dapat memastikan ventilasi
oksigen adekuat
Primary Survey - Circulation
Assesment
 Evaluasi Kesadaran
 Evaluasi nadi
Pemeriksaan nadi dapat dilakukan di arteri radialis, arteri
brachialis, arteri femoralis, evaluasi untuk kekuatan nadi,
kecepatan dan irama
 Evaluasi tekanan darah
Hipotensi merupakan tanda yang tersering dalam hipovolemik
akibat trauma.
 Evaluasi perdarahan
Perdarahan eksternal harus segera diatasi dengan kontrol
perdarahan, dapat dilakukan dengan bebat tekan terlebih
dahulu.
Perdahan internal juga perlu dicurigai dengan cermat apabila
ada trauma pada daerah abdomen dan fraktur pelvis, supaya
dapat segera diatasi.
Primary Survey - Circulation
Management
 Memasang jalur intravena  resusitasi cairan pada
pasien dengan syok hemoragik. Jalur intravena dapat
digunakan dua line kateter IV. Pasien datang dapat
diberikan terapi cariran 1-2 L kristaloid ringer laktat
yang sudah dihangatkan, supaya tidak terjadi hipotermi
pada pasien trauma. Cairan dapat dihangatkan pada
suhu 37-40oC.
 Pemasangan kateter lambung (NGT/OGT) dipakai
untuk mengurangi dekompresi lambung .
Kontraindikasi pemasangan NGT : Fraktur basis kranii
 Pemasangan EKG untuk monitoring irama jantung
Primary Survey - Circulation
 Pemasagan kateter uretra sebagai indikator untuk menilai
keadaan perfusi ginjal dan hemodinamik pasien. Katater
urine untuk melihat produksi urin sehingga dapat
disesuaikan dengan cairan yang diberikan pada penderita.
Kontra indikasi penggunaan kateter :
 Bloody discharge (adanya darah di orifisium uretra eksterna
(meatal bleeding)
 Pada Rectal Touche : Prostat Letak Tinggi / Tidak teraba
 Fraktur pelvis
 Echymosis di perineum
 hematom di skrotum atau perineum,
 Pada ruptur uretra dilakukan uretrogram terlebih dahulu.
Primary Survey - Circulation
Estimated Blood Loss Based on Patient’s Initial
Presentation
Primary Survey - Disability
 Penilaian tingat kesadaran : AVPU (Alert Verbal Pain
Unresponsive),
 Pemeriksaan Glasgow Coma Scale ( GCS) digunakan
pada pasien dengan curiga cedera kepala untuk
menentukan klasifikas cedera otak pada pasien
trauma.
COR : GCS 14-15
COS : GCS 8-13
COB : GCS kurang dari 8
 Pada pasien dengan cedera otak perlu dilakukan
evaluasi 2-8 jam untuk melihat adanya lucid interval
atau tidak, yang ditandai dengan peningkatan TIK,
muntah, pusing
 Penilaian terhadap ukuran pupil, reflek cahaya, tanda-
Primary Survey – Exposure
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk
memeriksa dan mengevaluasi pasien, serta untuk
menghindari paparan bahaya zat kimia apabila ada
dari pakaiannya. Perlu untuk dicegah hipotermia
pada pasien trauma.
Secondary Survey
Survey sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki,
(head to toe examination) termasuk reevaluasi pemeriksaan
tanda vital pasien.
 Anamnesis
Anamnesis riwayat lengkap yang dapat digali dari keluarga
maupun pasien sendiri. Riwayat AMPLE
A : Alergi
M : Mediasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past Ilness (Penyakit penyerta)/Pregnancy
L : Last Meal
E : Event/ Environment yang berhubungan dengan perlukaan
 Pemeriksaan fisik adanya trauma pada kepala leher, dada,
perut, maupun pada tempat lain
 Penggunaan evaluasi laboraturium dan pemeriksaan foto
rontgen dalam membantu penyelamatan pasien
Trauma Kepala
Pemeriksaan Fisik
 Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub
galeal, luka terbuka, luka tembus dan benda asing.
 Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis
periorbita (brill hematoma), ekimosis post auricular
(battle sign), rhinorea, dan otorea serta perdarahan
di membrane timpani atau leserasi kanalis
auditorius.
 Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla
(Lefort), fraktur rima orbita dan fraktur mandibula
 Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan
konjungtiva, perdarahan bilik mata depan,
kerusakan pupil dan jejas lain di mata.
Trauma Kepala
Pemeriksaan status neurologis terdiri dari
 Tingkat kesadaran : berdasarkan skala Glasgow
Coma Scale (GCS).
 Pemeriksaan nervus III, yaitu pemeriksaan pupil :
besar & bentuk, reflek cahaya, bandingkan kanan-kiri
 Pemeriksaan nervus VII
 Fundoskopi dicari tanda-tanda edema pupil,
perdarahan pre retina, retinal detachment.
 Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas
dan bawah mencari tanda lateralisasi.
 Autonomis: bulbocavernous reflek, spingter reflek,
reflek tendon, reflek patologis.
TRAUMA KEPALA
ALGORITMA TATA
LAKSANA COR
TRAUMA KEPALA
ALGORITMA TATA
LAKSANA COS
TRAUMA KEPALA
ALGORITMA TATA
LAKSANA COB
TRAUMA KEPALA – Tata Laksana
CAIRAN ISOTONIS
PZ atau RL hangat. Perlu
dihindari penggunaan cairan
yang mengandung glukosa dapat
menyebabkan hiperglikemia
yang berakibat buruk pada otak
yang mengalami cedera.
ANTI KONVULSAN
Pada orang dewasa diberikan 1g
yang diberikan dengan
kecepatan 50 mg/ menit. Apabila
kejang berkepankangan dapat
diberikan dizepam. Dosis
pemeliharaan 100 mg/8 jam
MANITOL
Manitol digunakan untuk menurunkan
tekanan intrakranial (TIK) yang meningkat.
Dosis yang diberikan 0,25-1 g/kgBB.
Perburukan neurologis merupakan indikasi
kuat diberikan manitol. Loading Manitol 200
cc tappering off 6x100
TRAUMA VERTEBRAE
 Diagnosa dini, prevervasi fungsi spinal cord dan
pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan kunci
keberhasilan manajemen.
 Identifikasi :
 Leher : adanya kontusio, deviasi trakea,
“Spinal shock” dapat terjadi setelah 48 jam setelah cedera
tulang belakang, yang ditandai dengan adanya hipotensi,
bradikardia, kehilangan motorik dan sensorik.
“Spinal shock”
refleks bulbocavernosus : refleks tersebut akan menghilang
kurang dari 48 jam.
Apabila paraplegia dan refleks bulbocavernosus tidak
kembali dalam 48 jam menandakan bahwa kerusakan
yang terjadi adalah permanen, begitu pula sebaliknya
TRAUMA VERTEBRAE – tata
laksana
Syok hipovolemik ditandai dengan takikardia
Pemberian cairan resusitasi 2L
Syok neurogenik ditandai dengan bradikardia dan tidak ada
respon pada pemberian cairan
Pemberian vassopresor secara hati-hati dapat
diindikasikan
Imobilisasi
Pada pasien trauma servikal diperlukan penggunaan
collar servikal atau collar brace.
Pasien dapat dipindahkan dengan menggunakan “long
spine board”
Pasien cedera tulang belakang gerakan yang aman untuk
memindahkan adalah “log roll’ dengan bantuan 4 orang.
Trauma Thorax – Tension
Pneumothorax
Klinis Tata Laksana
 “one-way ventile
phenomenone”
 Tertinggalnya salah
satu gerak dinding
dada (asimetris)
 Hipersonor
 Deviasi Trakea
 Distensi Vena
jugularis Eksterna
 Needle
Thoracosintesis di
ICS 2 Midclavicula 
dipasang dengan
WSD
Trauma Thorax – Open
Pneumothorax
Tata laksana
Tutup luka tersebut dengan menggunakan
occlusive dressing steril ataupun kain yang
bersih yang ditutup pada tiga sisinya, flutter
type valve.
Fungsi dari penutup ini sebagai katup, udara
dapat keluar melaluin luka, tetapi tidak dapat
masuk melalui luka tersebut
Trauma Thorax – Flail Chest
Karakteristik Tata Laksana
 Gerakan "paradoksal" dari
(segmen) dinding toraks
saat inspirasi/ekspirasi;
 Komplikasi utama adalah
gagal napas, sebagai
akibat adanya inefective
air movement, yang
seringkali diperberat oleh
edema atau kontusio
paru, dan nyeri.
 Pemberian analgesik
atau narkotika
diperbolehkan
 Stabilisasi area flail chest
 Fiksasi eksterna :
menggunakan plester
setengah lingkaran sisi
badan saat inspirasi
panjang, dari 2 costae di
atas dan di bawah
fraktur.
 Fiksasi internal melalui
operasi
 pemeriksaan AGD
Trauma Thorax - Hematothorax
Karakteristik Tata laksana
 Hematotoraks masif
terakumulasinya darah
toraks sebanyak lebih
dari 1500 cc atau satu
pertiga atau lebih
volume darah pasien
pada rongga thoraks
atau 200 ml/jam selama
2-4 jam.
 Sumber perdarahan
umumnya berasal dari
A. interkostalis atau A.
 Penanganan
hemodinamik segera
untuk menghindari
kegagalan sirkulasi.
 Pasang chest tube di ICS
6 anterior axila line dan
di pasang WSD.
 Torakostomi emergency
Trauma Thorax – Tamponade
Jantung
Karaktestik Tata Laksana
Trias Beck’s adalah
 Distensi Vena
Jugularis
 Penurunan Tekanan
Arteri,
 Suara jantung yang
menjauh “muffled
heart sound”
Perikardiosintesis.
Perikardiosintesis
xyphoid ke arah bawah
skapula kiri dengan
menggunakan jarum
yang terbungkus plastik
atau teknik seldinger
untuk pemasangan
kateter yang fleksibel
dan prioritas utama tetap
pada upaya melakukan
aspirasi darah dari sakus
perikardium.
 Pasang EKG
Trauma Abdomen
Organ atau area yang mungkin
terkena
Cedera yang mungkin
terkait
Fraktur kosta kanan
Fraktur kosta kiri
Kontusio midepigastrium
Fraktur prosessus tranversalis lumbal
Fraktur pelvis
Cedera hepar
Ruptur lien
Perforasi duodenum, cedera
pancreas
Cedera ginjal
Ruptur VU, cedera urethra
Trauma Abdomen
Inspeksi
 Abdomen anterior dan posterior
 Perineum, dilihat apakah ada abrasi
 Kontusio dari sabuk pengaman, laserasi luka, penetrans,
benda asing yang tertancap.
 log roll
Auskultasi
 Perforasi dapat menyebabkan ileus, sehingga bising usus
menghilang.
Perkusi Palpasi
 Perkusi dapat didapatkan hipertimpani pada perforasi
organ berongga. Perut akan terlihat distended dan defans
muscular karena terdapat iritasi peritoneum.
 Nyeri tekan superfisial dan nyeri tekan dalam juga dapat
dirasakan pada pasien dengan trauma abdomen.
Trauma Abdomen
 Pemeriksaan Uretra, Perianal, Rektal
 Pemeriksaan Vagina
 Pemeriksaan Gluteal
Trauma Abdomen – Tata Laksana
 Resusitasi dengan RL hangat 1-2 L.
 Apabila ada cedera pada organ abdomen  internal
bleeding  Cito Laparotomi Eksplorasi.
Trauma Pelvis
 Pemeriksaan dimulai dengan cara kompresi manual
krista iliaka atau spina iliaka antero superior.
 Pelvis tampaknya stabil pada waktu kompresi, lakukan
manuver untuk distraksi spina iliaka anterosuperior
untuk mengevaluasi adanya gerakan tulang ataupun
nyeri.
 Foto x-ray
Trauma Pelvis – Tata Laksana
 Resusitasi cairan untuk menstabilkan hemodinamik baik
dengan kristaloid/koloid/transfusi darah.
 Stabilisasi pelvis dapat menggunakan :
- Lilitan kain atau elastic bandage sebagai sling
pelvis,
- Pelvic sling khusus C-Clamp
Trauma Pelvis
Trauma Muskuloskeletal
Fraktur Terbuka Fraktur tertutup
 Kontrol perdarahan
dengan bebat tekan
dan resusitasi cairan.
 Antibiotik untuk
mencegah infeksi
 Tetagam atau anti
tetanus untuk
mencegah tetanus
 Resusitasi cairan
 Imobilisasi dan
reposisi dengan
menggunakan bidai.
Reposisi juga bisa
digunakan gips
sebagai padding.
Trauma Thermal
Indikasi klinis trauma inhalasi :
 Luka wajah yang mengenai wajah atau leher. Luka
bakar yang melingkari leher dapat diindikasikan
untuk melakukan intubasi
 Alis mata dan bulu hidung hangus
 Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan
orofaring
 Sputum yang mengandung karbon atau arang
 Suara serak
 Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
Trauma Thermal – Tata Laksana
Cairan diberikan dengan rumus Baxter yaitu :
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8
jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari
kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
% Luka Bakar x BB x 4 cc
Daftar Pustaka
 Fikri M Abu-Zidan. Adavanced Trauma Life Support Training : How useful it
is?.World Journal of Critical Care Medicine. 5(1): 12-16, 2016.
 American College Surgeons. Advanced trauma life support (ATLS) : the ninth
edition. Trauma Acute Care Surg. 5(74), 2013.
 Digna R Cool & Johan G. Blickman. ABCDE from radiological point of view.
Emergency Radiology. 2007
 World Health Organization and The International Association for the Surgery
Trauma and Surgical Intensive Care, International Society of Surgery. Guideline
for essential Trauma Care. 2004.
 American College Surgeons. Advanced trauma life support (ATLS) : the ninth
edition. 2012
 Tim Neurotrauma. Pedoman Tata Laksana Cedera Otak. 2014
 Kim Vidhani, Julianne Kause, & Michael Parr. Should we follow ATLS guidelines
for the management of traumatic pulmonary contusion : the role of non invasve
ventilatory support. Resucitation. 52 : 265-268. 2002
 Heru Koesbijanto. Flail Chest Management in A RDS. Folia Medica Indonesiana
Departement Thoracic and Cardiovascular Surgery, Faculty of Medicine,
Airlangga University Surabaya. 3 (47), 2011.
 Louis Solomon, David Warwick, Selvadurai Nayagam. Apley’s System of
Orthopaedics and Fracture : Ninth Edition, 2010.
 Chairudin Rasjad. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2012
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot (20)

Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
biopsikologi (Evolusi, Genetika dan Pengalaman)
biopsikologi (Evolusi, Genetika dan Pengalaman)biopsikologi (Evolusi, Genetika dan Pengalaman)
biopsikologi (Evolusi, Genetika dan Pengalaman)
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
ABC ATLS.pptx
ABC ATLS.pptxABC ATLS.pptx
ABC ATLS.pptx
 
Anatomi Sistem Saraf
Anatomi Sistem SarafAnatomi Sistem Saraf
Anatomi Sistem Saraf
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Anatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokanAnatomi hidung dan tenggorokan
Anatomi hidung dan tenggorokan
 
variasi nervus laryngeus
variasi nervus laryngeus variasi nervus laryngeus
variasi nervus laryngeus
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 
Trauma Thoraks
Trauma ThoraksTrauma Thoraks
Trauma Thoraks
 
Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia Anatomi Fisiologi Manusia
Anatomi Fisiologi Manusia
 
Kuesioner angket m5
Kuesioner angket m5Kuesioner angket m5
Kuesioner angket m5
 
Sistem Kerangka Tulang Tengkorak
Sistem Kerangka Tulang TengkorakSistem Kerangka Tulang Tengkorak
Sistem Kerangka Tulang Tengkorak
 
Anatomi dasar kepala
Anatomi dasar kepalaAnatomi dasar kepala
Anatomi dasar kepala
 
89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
Penghidu donna
Penghidu donnaPenghidu donna
Penghidu donna
 
Dasar dan istilah anatomi
Dasar dan istilah anatomiDasar dan istilah anatomi
Dasar dan istilah anatomi
 

Similar to ATLS Trauma Trimodalitas

ATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptxATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptxDokterAnestesi1
 
Trauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life supportTrauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life supportLee Oi Wah
 
Airway breathingmanagement
Airway breathingmanagementAirway breathingmanagement
Airway breathingmanagementitachi0805
 
Kb 2 pengkajian abc
Kb 2 pengkajian abcKb 2 pengkajian abc
Kb 2 pengkajian abcpjj_kemenkes
 
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptPPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptIwAn927910
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomenQumairy Lutfiyah
 
approaching trauma patient in pre hospital
approaching trauma patient in pre hospitalapproaching trauma patient in pre hospital
approaching trauma patient in pre hospitalsalmee sal
 
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptxRESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptxRahmaFitri14
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1FadhilAulia7
 
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02leena leena
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLKindal
 
5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf
5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf
5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdfarifamanullah1
 

Similar to ATLS Trauma Trimodalitas (20)

ATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptxATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptx
 
3. t r a u m a
3. t r a u m a3. t r a u m a
3. t r a u m a
 
Initial assesment
Initial assesmentInitial assesment
Initial assesment
 
Trauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life supportTrauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life support
 
Algoritma acls
Algoritma aclsAlgoritma acls
Algoritma acls
 
Airway breathingmanagement
Airway breathingmanagementAirway breathingmanagement
Airway breathingmanagement
 
Kb 2 pengkajian abc
Kb 2 pengkajian abcKb 2 pengkajian abc
Kb 2 pengkajian abc
 
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptPPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
 
178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
 
approaching trauma patient in pre hospital
approaching trauma patient in pre hospitalapproaching trauma patient in pre hospital
approaching trauma patient in pre hospital
 
Ankle Sprain
 Ankle Sprain  Ankle Sprain
Ankle Sprain
 
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptxRESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
RESUSITASI JANTUNG PARU TIM PPGD RSI UNISMA (Januari 2020).pptx
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
 
DT ATLS Muhammad Yunus.pptx
DT ATLS Muhammad Yunus.pptxDT ATLS Muhammad Yunus.pptx
DT ATLS Muhammad Yunus.pptx
 
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
 
PPT AWAKE INTUBASI FIX.pptx
PPT AWAKE INTUBASI FIX.pptxPPT AWAKE INTUBASI FIX.pptx
PPT AWAKE INTUBASI FIX.pptx
 
Modul 2 cetak
Modul 2 cetakModul 2 cetak
Modul 2 cetak
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
 
5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf
5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf
5_pneumotoraks_ventil_dr_Irvan_Medison.pdf
 

More from DonnyWahyuPratomo

baru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptx
baru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptxbaru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptx
baru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptxDonnyWahyuPratomo
 
ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docx
ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docxALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docx
ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docxDonnyWahyuPratomo
 
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptxTENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptxDonnyWahyuPratomo
 

More from DonnyWahyuPratomo (7)

baru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptx
baru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptxbaru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptx
baru donny Sensitivitas dan Spesifisitas Ankle Brachial Index (ABI)-1.pptx
 
ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docx
ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docxALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docx
ALUR PELAYANAN PASIEN BEDAH DI IGD.docx
 
MALFORMASI ANOREKTAL.pptx
MALFORMASI ANOREKTAL.pptxMALFORMASI ANOREKTAL.pptx
MALFORMASI ANOREKTAL.pptx
 
Trauma Thoraks.ppt
Trauma Thoraks.pptTrauma Thoraks.ppt
Trauma Thoraks.ppt
 
MALFORMASI ANOREKTAL-1.pptx
MALFORMASI ANOREKTAL-1.pptxMALFORMASI ANOREKTAL-1.pptx
MALFORMASI ANOREKTAL-1.pptx
 
Kriteria 987
Kriteria 987Kriteria 987
Kriteria 987
 
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptxTENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
TENSION PNEUMOTORAKS slide donny w p.pptx
 

ATLS Trauma Trimodalitas

  • 2. TRIMODALITAS TRAUMA PUNCAK I detik – menit - LASERASI OTAK - BATANG OTAK - SPINAL CORD - JANTUNG - AORTA - P.D. BESAR PUNCAK II menit – jam - E.D.H. - S.D.H. - HEMOPNEUMO THORAX - RUPTUR LIEN - HATI - PELVIS - MULTIPEL + PERDARAHAN PUNCAK III > hari - minggu - SEPSIS - KEGAGALAN FUNGSI ORGAN MULTIPEL
  • 3. Initial Assesment  Persiapan  Triase  Primary survey (ABCDE)  Resusitasi  Secondary Survey  Pemantauan dan re-evaluasi  Penanganan definitif
  • 4. Persiapan Fase pra-rumah sakit  Penjagaan airway,  kontrol perdarahan dan syok  imobilisasi pasien dan segera ke rumah sakit terdekat. Fase rumah sakit  resusitasi dan “life support”,  Menanggulangi emergency” baik medical dan surgical (bedah minor)
  • 5. Triase PRINSIP TRIASE  Derajat ancaman jiwa  Beratnya cedera  Kemungkinan terselamatkan  Sumber daya  Waktu, jarak, lingkungan KEADAAN TRIASE  Multiple Causalties  Mass Causalties
  • 6. Taging Triase Triase Tag Merah ("Segera- Immediate" atau Prioritas 1) gagal nafas, cedera torako- abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat. Triase Tag hijau ("Minimal" atau T3 atau Prioritas 3): cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilofasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis Triase Tag Kuning ("tertunda- delayed" atau Prioritas 2): cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, serta luka bakar ringan Tag Triase hitam (Tidak Prioritas): Pasien yang mati atau yang memiliki luka yang luas sehingga mereka tidak bisa diselamatkan dengan sumber daya terbatas yang tersedia
  • 7. Primary Survey – Airway Assesment  Penilaian terhadap patensi jalan nafas, ada atau tidaknya obstruksi benda asing.  Penilaian terhadap adanya cedera servikal, kontrol terhadap servikal.  Penilaian juga perlu dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran terutama pada pasien dengan Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari sama dengan delapan.
  • 8.  Penilaian terhadap suara abnormal pernapasan yang berbunyi.  Pasien yang melawan atau berkata-kata kasar (gaduh, gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggap keracunan atau mabuk.  Penilaian terhadap pasien dengan : trauma maksilofasial, trauma leher, trauma laryngeal. Trauma maksilofasial : maloklusi, floating jaw Trauma laryngeal : suara parau, empisema subkutan, teraba fraktur
  • 9. Primary Survey – Airway Management  Pelepasan Pelepasan helm dengan pengelolaan airway  Perlu memperhatikan pasien yang dicurigai fraktur servikal dengan memasang collar brace  Membersihkan jalan nafas dari benda asing dengan tangan atau bantuan suction  Mempertahankan airway  Pemasangan airway definitif
  • 10. Primary Survey – Airway Chin Lift Manuver Jaw-thrust Manuver
  • 11. Primary Survey – Airway Oropharingeal airway
  • 12. Primary Survey - Airway Indikasi Pemasangan Airway Definitif
  • 13. Primary Survey - Airway Intubasi Endotrakea  Preoksigenasi dengan oksigen 100%  Penekanan di ata skartilago krikoidea  Beri obat induksi (seperti etomidate 0,3 mg/kgBB atau 20 mg) atau untuk sedasi  Berikan succynil choline 1-2 mg/kgBB Intravena (dosis lazim 100 mg)  Setelah pasien relaks intubasi pasien dengan bantuan laringoskop  Balonnya dikembangkan (cuff) dan dilakukan auskultasi dada pasien untuk mendengarkan lairan udara  Berikan ventilasi pada pasien Sniffing Position
  • 14. Primary Survey - Airway Needle/cannula cricothyrotomy surgical cricothyrotomy  pasien dalam posisi supine dengan ekstensi pada leher, identifikasi membran krikotyroid dengan jari telunjuk dan stabilkan posisi kartilago tyroid,  jarum suntik yang telah dihubungkan dengan iv cateter no 12 atau 14, dengan sudut 45 kearah kaudal untuk mencegah trauma pada dinding posterior trakea, cabut jarum dan stylet kemudian dorong kateter lebih jauh.
  • 15. Primary Survey - Breathing Assesment  Perlu dilakukan pemeriksaan thorax menyeluruh secara cepat, inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Inspeksi : Jejas / Kontusio, Gerakan simetris / asimetris, Penggunaan otot tambahan bantu saluran napas, Palpasi : Krepitasi, Nyeri Tekan, Deviasi Trakea, Perkusi : Hipersonor / Pekak Auskultasi : Vesikular normal atau meningkat atau menurun
  • 16. Primary Survey - Breathing Primary Survey Secondary Survey  tension pneumothorax  flail chest  kontusio paru  open pneumothorax.  hematothorax  simple pneumothorax
  • 17. Primary Survey - Breathing Management  Pada trauma thorax harus ditangani dengan segera  Penggunaan alat bantu oksigen Nasal prong 2-3 lpm membantu oksigen 20-30% Oksigen masker 4-6 lpm membantu oksigen 40-60 % Bagvalve mask tanpa reservoir 6-8 lpm membantu memberikan oksigen 60-80% Bag valve mask dengan reservoir 8-10 lpm membantu memberikan oksgen 100%  Penggunaan pulse oxymetri, dapat memberikan informasi tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer pasien, tetapi tidak dapat memastikan ventilasi oksigen adekuat
  • 18. Primary Survey - Circulation Assesment  Evaluasi Kesadaran  Evaluasi nadi Pemeriksaan nadi dapat dilakukan di arteri radialis, arteri brachialis, arteri femoralis, evaluasi untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama  Evaluasi tekanan darah Hipotensi merupakan tanda yang tersering dalam hipovolemik akibat trauma.  Evaluasi perdarahan Perdarahan eksternal harus segera diatasi dengan kontrol perdarahan, dapat dilakukan dengan bebat tekan terlebih dahulu. Perdahan internal juga perlu dicurigai dengan cermat apabila ada trauma pada daerah abdomen dan fraktur pelvis, supaya dapat segera diatasi.
  • 19. Primary Survey - Circulation Management  Memasang jalur intravena  resusitasi cairan pada pasien dengan syok hemoragik. Jalur intravena dapat digunakan dua line kateter IV. Pasien datang dapat diberikan terapi cariran 1-2 L kristaloid ringer laktat yang sudah dihangatkan, supaya tidak terjadi hipotermi pada pasien trauma. Cairan dapat dihangatkan pada suhu 37-40oC.  Pemasangan kateter lambung (NGT/OGT) dipakai untuk mengurangi dekompresi lambung . Kontraindikasi pemasangan NGT : Fraktur basis kranii  Pemasangan EKG untuk monitoring irama jantung
  • 20. Primary Survey - Circulation  Pemasagan kateter uretra sebagai indikator untuk menilai keadaan perfusi ginjal dan hemodinamik pasien. Katater urine untuk melihat produksi urin sehingga dapat disesuaikan dengan cairan yang diberikan pada penderita. Kontra indikasi penggunaan kateter :  Bloody discharge (adanya darah di orifisium uretra eksterna (meatal bleeding)  Pada Rectal Touche : Prostat Letak Tinggi / Tidak teraba  Fraktur pelvis  Echymosis di perineum  hematom di skrotum atau perineum,  Pada ruptur uretra dilakukan uretrogram terlebih dahulu.
  • 21. Primary Survey - Circulation Estimated Blood Loss Based on Patient’s Initial Presentation
  • 22. Primary Survey - Disability  Penilaian tingat kesadaran : AVPU (Alert Verbal Pain Unresponsive),  Pemeriksaan Glasgow Coma Scale ( GCS) digunakan pada pasien dengan curiga cedera kepala untuk menentukan klasifikas cedera otak pada pasien trauma. COR : GCS 14-15 COS : GCS 8-13 COB : GCS kurang dari 8  Pada pasien dengan cedera otak perlu dilakukan evaluasi 2-8 jam untuk melihat adanya lucid interval atau tidak, yang ditandai dengan peningkatan TIK, muntah, pusing  Penilaian terhadap ukuran pupil, reflek cahaya, tanda-
  • 23. Primary Survey – Exposure Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan mengevaluasi pasien, serta untuk menghindari paparan bahaya zat kimia apabila ada dari pakaiannya. Perlu untuk dicegah hipotermia pada pasien trauma.
  • 24. Secondary Survey Survey sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki, (head to toe examination) termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda vital pasien.  Anamnesis Anamnesis riwayat lengkap yang dapat digali dari keluarga maupun pasien sendiri. Riwayat AMPLE A : Alergi M : Mediasi (obat yang diminum saat ini) P : Past Ilness (Penyakit penyerta)/Pregnancy L : Last Meal E : Event/ Environment yang berhubungan dengan perlukaan  Pemeriksaan fisik adanya trauma pada kepala leher, dada, perut, maupun pada tempat lain  Penggunaan evaluasi laboraturium dan pemeriksaan foto rontgen dalam membantu penyelamatan pasien
  • 25. Trauma Kepala Pemeriksaan Fisik  Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka terbuka, luka tembus dan benda asing.  Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brill hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorea, dan otorea serta perdarahan di membrane timpani atau leserasi kanalis auditorius.  Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur rima orbita dan fraktur mandibula  Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva, perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata.
  • 26. Trauma Kepala Pemeriksaan status neurologis terdiri dari  Tingkat kesadaran : berdasarkan skala Glasgow Coma Scale (GCS).  Pemeriksaan nervus III, yaitu pemeriksaan pupil : besar & bentuk, reflek cahaya, bandingkan kanan-kiri  Pemeriksaan nervus VII  Fundoskopi dicari tanda-tanda edema pupil, perdarahan pre retina, retinal detachment.  Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah mencari tanda lateralisasi.  Autonomis: bulbocavernous reflek, spingter reflek, reflek tendon, reflek patologis.
  • 30. TRAUMA KEPALA – Tata Laksana CAIRAN ISOTONIS PZ atau RL hangat. Perlu dihindari penggunaan cairan yang mengandung glukosa dapat menyebabkan hiperglikemia yang berakibat buruk pada otak yang mengalami cedera. ANTI KONVULSAN Pada orang dewasa diberikan 1g yang diberikan dengan kecepatan 50 mg/ menit. Apabila kejang berkepankangan dapat diberikan dizepam. Dosis pemeliharaan 100 mg/8 jam MANITOL Manitol digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial (TIK) yang meningkat. Dosis yang diberikan 0,25-1 g/kgBB. Perburukan neurologis merupakan indikasi kuat diberikan manitol. Loading Manitol 200 cc tappering off 6x100
  • 31. TRAUMA VERTEBRAE  Diagnosa dini, prevervasi fungsi spinal cord dan pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan kunci keberhasilan manajemen.  Identifikasi :  Leher : adanya kontusio, deviasi trakea, “Spinal shock” dapat terjadi setelah 48 jam setelah cedera tulang belakang, yang ditandai dengan adanya hipotensi, bradikardia, kehilangan motorik dan sensorik. “Spinal shock” refleks bulbocavernosus : refleks tersebut akan menghilang kurang dari 48 jam. Apabila paraplegia dan refleks bulbocavernosus tidak kembali dalam 48 jam menandakan bahwa kerusakan yang terjadi adalah permanen, begitu pula sebaliknya
  • 32. TRAUMA VERTEBRAE – tata laksana Syok hipovolemik ditandai dengan takikardia Pemberian cairan resusitasi 2L Syok neurogenik ditandai dengan bradikardia dan tidak ada respon pada pemberian cairan Pemberian vassopresor secara hati-hati dapat diindikasikan Imobilisasi Pada pasien trauma servikal diperlukan penggunaan collar servikal atau collar brace. Pasien dapat dipindahkan dengan menggunakan “long spine board” Pasien cedera tulang belakang gerakan yang aman untuk memindahkan adalah “log roll’ dengan bantuan 4 orang.
  • 33. Trauma Thorax – Tension Pneumothorax Klinis Tata Laksana  “one-way ventile phenomenone”  Tertinggalnya salah satu gerak dinding dada (asimetris)  Hipersonor  Deviasi Trakea  Distensi Vena jugularis Eksterna  Needle Thoracosintesis di ICS 2 Midclavicula  dipasang dengan WSD
  • 34. Trauma Thorax – Open Pneumothorax Tata laksana Tutup luka tersebut dengan menggunakan occlusive dressing steril ataupun kain yang bersih yang ditutup pada tiga sisinya, flutter type valve. Fungsi dari penutup ini sebagai katup, udara dapat keluar melaluin luka, tetapi tidak dapat masuk melalui luka tersebut
  • 35. Trauma Thorax – Flail Chest Karakteristik Tata Laksana  Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding toraks saat inspirasi/ekspirasi;  Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya inefective air movement, yang seringkali diperberat oleh edema atau kontusio paru, dan nyeri.  Pemberian analgesik atau narkotika diperbolehkan  Stabilisasi area flail chest  Fiksasi eksterna : menggunakan plester setengah lingkaran sisi badan saat inspirasi panjang, dari 2 costae di atas dan di bawah fraktur.  Fiksasi internal melalui operasi  pemeriksaan AGD
  • 36. Trauma Thorax - Hematothorax Karakteristik Tata laksana  Hematotoraks masif terakumulasinya darah toraks sebanyak lebih dari 1500 cc atau satu pertiga atau lebih volume darah pasien pada rongga thoraks atau 200 ml/jam selama 2-4 jam.  Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A.  Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.  Pasang chest tube di ICS 6 anterior axila line dan di pasang WSD.  Torakostomi emergency
  • 37. Trauma Thorax – Tamponade Jantung Karaktestik Tata Laksana Trias Beck’s adalah  Distensi Vena Jugularis  Penurunan Tekanan Arteri,  Suara jantung yang menjauh “muffled heart sound” Perikardiosintesis. Perikardiosintesis xyphoid ke arah bawah skapula kiri dengan menggunakan jarum yang terbungkus plastik atau teknik seldinger untuk pemasangan kateter yang fleksibel dan prioritas utama tetap pada upaya melakukan aspirasi darah dari sakus perikardium.  Pasang EKG
  • 38. Trauma Abdomen Organ atau area yang mungkin terkena Cedera yang mungkin terkait Fraktur kosta kanan Fraktur kosta kiri Kontusio midepigastrium Fraktur prosessus tranversalis lumbal Fraktur pelvis Cedera hepar Ruptur lien Perforasi duodenum, cedera pancreas Cedera ginjal Ruptur VU, cedera urethra
  • 39. Trauma Abdomen Inspeksi  Abdomen anterior dan posterior  Perineum, dilihat apakah ada abrasi  Kontusio dari sabuk pengaman, laserasi luka, penetrans, benda asing yang tertancap.  log roll Auskultasi  Perforasi dapat menyebabkan ileus, sehingga bising usus menghilang. Perkusi Palpasi  Perkusi dapat didapatkan hipertimpani pada perforasi organ berongga. Perut akan terlihat distended dan defans muscular karena terdapat iritasi peritoneum.  Nyeri tekan superfisial dan nyeri tekan dalam juga dapat dirasakan pada pasien dengan trauma abdomen.
  • 40. Trauma Abdomen  Pemeriksaan Uretra, Perianal, Rektal  Pemeriksaan Vagina  Pemeriksaan Gluteal
  • 41. Trauma Abdomen – Tata Laksana  Resusitasi dengan RL hangat 1-2 L.  Apabila ada cedera pada organ abdomen  internal bleeding  Cito Laparotomi Eksplorasi.
  • 42. Trauma Pelvis  Pemeriksaan dimulai dengan cara kompresi manual krista iliaka atau spina iliaka antero superior.  Pelvis tampaknya stabil pada waktu kompresi, lakukan manuver untuk distraksi spina iliaka anterosuperior untuk mengevaluasi adanya gerakan tulang ataupun nyeri.  Foto x-ray
  • 43. Trauma Pelvis – Tata Laksana  Resusitasi cairan untuk menstabilkan hemodinamik baik dengan kristaloid/koloid/transfusi darah.  Stabilisasi pelvis dapat menggunakan : - Lilitan kain atau elastic bandage sebagai sling pelvis, - Pelvic sling khusus C-Clamp
  • 45. Trauma Muskuloskeletal Fraktur Terbuka Fraktur tertutup  Kontrol perdarahan dengan bebat tekan dan resusitasi cairan.  Antibiotik untuk mencegah infeksi  Tetagam atau anti tetanus untuk mencegah tetanus  Resusitasi cairan  Imobilisasi dan reposisi dengan menggunakan bidai. Reposisi juga bisa digunakan gips sebagai padding.
  • 46. Trauma Thermal Indikasi klinis trauma inhalasi :  Luka wajah yang mengenai wajah atau leher. Luka bakar yang melingkari leher dapat diindikasikan untuk melakukan intubasi  Alis mata dan bulu hidung hangus  Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan orofaring  Sputum yang mengandung karbon atau arang  Suara serak  Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
  • 47. Trauma Thermal – Tata Laksana Cairan diberikan dengan rumus Baxter yaitu : Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. % Luka Bakar x BB x 4 cc
  • 48. Daftar Pustaka  Fikri M Abu-Zidan. Adavanced Trauma Life Support Training : How useful it is?.World Journal of Critical Care Medicine. 5(1): 12-16, 2016.  American College Surgeons. Advanced trauma life support (ATLS) : the ninth edition. Trauma Acute Care Surg. 5(74), 2013.  Digna R Cool & Johan G. Blickman. ABCDE from radiological point of view. Emergency Radiology. 2007  World Health Organization and The International Association for the Surgery Trauma and Surgical Intensive Care, International Society of Surgery. Guideline for essential Trauma Care. 2004.  American College Surgeons. Advanced trauma life support (ATLS) : the ninth edition. 2012  Tim Neurotrauma. Pedoman Tata Laksana Cedera Otak. 2014  Kim Vidhani, Julianne Kause, & Michael Parr. Should we follow ATLS guidelines for the management of traumatic pulmonary contusion : the role of non invasve ventilatory support. Resucitation. 52 : 265-268. 2002  Heru Koesbijanto. Flail Chest Management in A RDS. Folia Medica Indonesiana Departement Thoracic and Cardiovascular Surgery, Faculty of Medicine, Airlangga University Surabaya. 3 (47), 2011.  Louis Solomon, David Warwick, Selvadurai Nayagam. Apley’s System of Orthopaedics and Fracture : Ninth Edition, 2010.  Chairudin Rasjad. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2012