Tiga kalimat:
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam mencegah tindakan pencucian uang, termasuk peraturan yang dikeluarkan dan upaya pengawasan sektor keuangan. Namun demikian, masih terdapat ruang untuk perbaikan terkait ketentuan perusahaan dan identifikasi pemilik manfaat.
Pegawai bank ditetapkan sebagai tersangka kasus pencucian uang terkait penyimpangan dana yayasan yang menampung sumbangan masyarakat untuk aksi 411 dan 212. Penyidik menetapkan status tersangka kepada pegawai bank bernama Islahudin Akbar atas dugaan perannya dalam pengalihan dana yayasan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang tindak pidana pencucian uang. Secara singkat, tindak pidana pencucian uang adalah kejahatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang berasal dari kejahatan lain. Proses pencucian uang terdiri dari tahap penempatan, pelapisan, dan penyatuan kembali. Kasus contoh yang dijelaskan adalah kasus pencucian uang
Tindak pidana pencucian uang adalah upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/harta yang berasal dari kejahatan melalui transaksi keuangan. Terdapat tiga tahapan pencucian uang yaitu placement, layering, dan integration untuk menghilangkan jejak uang kotor sehingga tampak sah. Unsur tindak pidana pencucian uang terdiri atas pelaku, perbuatan keuangan, dan merupakan hasil kejahat
6 HBL Rosdiana, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA. Tindak Pidana Pencucian Uang, Unive...Rosdiana
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang, meliputi proses tiga tahapannya (placement, layering, integration), unsur-unsurnya, dan kasus gratifikasi Ahmad Fathanah terkait penambahan kuota impor daging sapi PT. Indoguna Utama. Modul ini menjelaskan bahwa tujuan pencucian uang adalah menyembunyikan atau menyamarkan hasil kejahatan agar tidak terlacak.
Pegawai bank ditetapkan sebagai tersangka kasus pencucian uang terkait penyimpangan dana yayasan yang menampung sumbangan masyarakat untuk aksi 411 dan 212. Penyidik menetapkan status tersangka kepada pegawai bank bernama Islahudin Akbar atas dugaan perannya dalam pengalihan dana yayasan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang tindak pidana pencucian uang. Secara singkat, tindak pidana pencucian uang adalah kejahatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang berasal dari kejahatan lain. Proses pencucian uang terdiri dari tahap penempatan, pelapisan, dan penyatuan kembali. Kasus contoh yang dijelaskan adalah kasus pencucian uang
Tindak pidana pencucian uang adalah upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/harta yang berasal dari kejahatan melalui transaksi keuangan. Terdapat tiga tahapan pencucian uang yaitu placement, layering, dan integration untuk menghilangkan jejak uang kotor sehingga tampak sah. Unsur tindak pidana pencucian uang terdiri atas pelaku, perbuatan keuangan, dan merupakan hasil kejahat
6 HBL Rosdiana, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA. Tindak Pidana Pencucian Uang, Unive...Rosdiana
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang, meliputi proses tiga tahapannya (placement, layering, integration), unsur-unsurnya, dan kasus gratifikasi Ahmad Fathanah terkait penambahan kuota impor daging sapi PT. Indoguna Utama. Modul ini menjelaskan bahwa tujuan pencucian uang adalah menyembunyikan atau menyamarkan hasil kejahatan agar tidak terlacak.
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang yang meliputi proses pencucian uang melalui tiga tahap yaitu placement, layering, dan integration serta unsur-unsur kejahatan tersebut. Modul ini juga menjelaskan transaksi keuangan mencurigakan dan ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2010 terkait pencucian uang.
Makalah ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang. Terdapat penjelasan mengenai unsur-unsur tindak pidana pencucian uang, proses pencucian uang melalui tiga tahap yaitu placement, layering, dan integration, serta ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2010 terkait tindak pidana pencucian uang.
1. Pencucian uang merupakan masalah serius yang memerlukan penanggulangan bersama. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah seperti menetapkan undang-undang terkait dan kerja sama internasional untuk mencegah dan memberantas pencucian uang.
2. Dokumen tersebut membahas latar belakang, permasalahan, dan pembahasan mengenai pemahaman dasar pencucian uang serta penanggulangannya di Indonesia
Tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menyamarkan hasil dari kejahatan awal dengan melakukan proses pencucian melalui tahapan placement, layering, dan integration. Unsur pencucian uang terdiri dari unsur objektif berupa transaksi keuangan dan unsur subjektif berupa niat untuk menyembunyikan asal usul harta kekayaan. Contoh kasusnya adalah pembobolan
Dokumen tersebut membahas tentang aspek hukum dalam bisnis terkait tindak pidana pencucian uang, kewajiban penyedia jasa keuangan seperti bank dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah dan melaporkan transaksi mencurigakan, peranan PPATK dalam mendeteksi dan melaporkan kasus pencucian uang, serta perlindungan hukum bagi pelapor dan saksi.
Pencucian uang dan pendanaan terorisme serta pencegahannyaahmad muhoriah
Dokumen tersebut membahas definisi pencucian uang, proses pencucian uang yang terdiri dari tiga tahap yaitu placement, layering, dan integration, serta indikator transaksi keuangan mencurigakan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan pencucian uang.
Dokumen tersebut membahas paradigma baru dalam pemberantasan kejahatan dengan menghalangi pelaku untuk menikmati hasil kejahatan, serta menelusuri harta kekayaan hasil kejahatan untuk membuktikan keterlibatan pelaku. Dokumen juga menjelaskan proses pencucian uang dan berbagai tindak pidana yang berkaitan dengannya menurut undang-undang Indonesia.
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang, meliputi pengertian pencucian uang, tahapan pencucian uang, hukum pencucian uang di Indonesia, dan hukum acara penanggulangan tindak pidana pencucian uang. Modul ini juga menjelaskan sanksi bagi pelaku pencucian uang berupa hukuman penjara maksimum 20 tahun dan denda Rp10 miliar.
Money Laundering in Indonesia was happen, because it is not the detection of financial transactions carried out by money launderers at the time of the financial transaction activity, by bank transfer is made between domestic banks with banks abroad, but law enforcement authorities do not have attention or not indicated as an act of money laundering.
Identifying does not act on money laundering, due to the base to make observations (charges) which generate suspicion or charges, in the act of money laundering is the reporting done by a particular party, but use the principle of presumption of innocence of the perpetrator, so the performance to take action and or prevention, is still very low.
Repression against the perpetrators of money laundering, has not been able to restore the entire amount of money that successfully put in money laundering, because it has the power of obstacles in the form of legal regulation, the strategy to overcome problems of money laundering and international cooperation are built.
Dokumen tersebut membahas tentang rencana diskusi mengenai pengertian korupsi dan TPPU, kriminalisasi TPPU, beberapa teknik TPPU, pencegahan korupsi dan TPPU, serta penanganan korupsi dan TPPU.
Makalah ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang menurut hukum di Indonesia. Terdapat tiga tahapan pencucian uang yaitu placement, layering, dan integration. Sementara itu, undang-undang nomor 8 tahun 2010 membedakan tindak pidana pencucian uang menjadi aktif, pasif, dan menikmati hasilnya.
1) UNCG English Professor David Roderick's recent book of poetry titled "The Americans" won an award for best book from an independent press. The poems meditate on life in the Greensboro suburb of Sunset Hills, where Roderick lives.
2) Roderick explores the pace and atmosphere of Greensboro in his poems, as well as the tension between his comfortable suburban life and larger world issues.
3) Roderick's first book of poetry focused on New England, and netted him a previous poetry award.
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang yang meliputi proses pencucian uang melalui tiga tahap yaitu placement, layering, dan integration serta unsur-unsur kejahatan tersebut. Modul ini juga menjelaskan transaksi keuangan mencurigakan dan ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2010 terkait pencucian uang.
Makalah ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang. Terdapat penjelasan mengenai unsur-unsur tindak pidana pencucian uang, proses pencucian uang melalui tiga tahap yaitu placement, layering, dan integration, serta ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2010 terkait tindak pidana pencucian uang.
1. Pencucian uang merupakan masalah serius yang memerlukan penanggulangan bersama. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah seperti menetapkan undang-undang terkait dan kerja sama internasional untuk mencegah dan memberantas pencucian uang.
2. Dokumen tersebut membahas latar belakang, permasalahan, dan pembahasan mengenai pemahaman dasar pencucian uang serta penanggulangannya di Indonesia
Tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menyamarkan hasil dari kejahatan awal dengan melakukan proses pencucian melalui tahapan placement, layering, dan integration. Unsur pencucian uang terdiri dari unsur objektif berupa transaksi keuangan dan unsur subjektif berupa niat untuk menyembunyikan asal usul harta kekayaan. Contoh kasusnya adalah pembobolan
Dokumen tersebut membahas tentang aspek hukum dalam bisnis terkait tindak pidana pencucian uang, kewajiban penyedia jasa keuangan seperti bank dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah dan melaporkan transaksi mencurigakan, peranan PPATK dalam mendeteksi dan melaporkan kasus pencucian uang, serta perlindungan hukum bagi pelapor dan saksi.
Pencucian uang dan pendanaan terorisme serta pencegahannyaahmad muhoriah
Dokumen tersebut membahas definisi pencucian uang, proses pencucian uang yang terdiri dari tiga tahap yaitu placement, layering, dan integration, serta indikator transaksi keuangan mencurigakan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan pencucian uang.
Dokumen tersebut membahas paradigma baru dalam pemberantasan kejahatan dengan menghalangi pelaku untuk menikmati hasil kejahatan, serta menelusuri harta kekayaan hasil kejahatan untuk membuktikan keterlibatan pelaku. Dokumen juga menjelaskan proses pencucian uang dan berbagai tindak pidana yang berkaitan dengannya menurut undang-undang Indonesia.
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang, meliputi pengertian pencucian uang, tahapan pencucian uang, hukum pencucian uang di Indonesia, dan hukum acara penanggulangan tindak pidana pencucian uang. Modul ini juga menjelaskan sanksi bagi pelaku pencucian uang berupa hukuman penjara maksimum 20 tahun dan denda Rp10 miliar.
Money Laundering in Indonesia was happen, because it is not the detection of financial transactions carried out by money launderers at the time of the financial transaction activity, by bank transfer is made between domestic banks with banks abroad, but law enforcement authorities do not have attention or not indicated as an act of money laundering.
Identifying does not act on money laundering, due to the base to make observations (charges) which generate suspicion or charges, in the act of money laundering is the reporting done by a particular party, but use the principle of presumption of innocence of the perpetrator, so the performance to take action and or prevention, is still very low.
Repression against the perpetrators of money laundering, has not been able to restore the entire amount of money that successfully put in money laundering, because it has the power of obstacles in the form of legal regulation, the strategy to overcome problems of money laundering and international cooperation are built.
Dokumen tersebut membahas tentang rencana diskusi mengenai pengertian korupsi dan TPPU, kriminalisasi TPPU, beberapa teknik TPPU, pencegahan korupsi dan TPPU, serta penanganan korupsi dan TPPU.
Makalah ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang menurut hukum di Indonesia. Terdapat tiga tahapan pencucian uang yaitu placement, layering, dan integration. Sementara itu, undang-undang nomor 8 tahun 2010 membedakan tindak pidana pencucian uang menjadi aktif, pasif, dan menikmati hasilnya.
1) UNCG English Professor David Roderick's recent book of poetry titled "The Americans" won an award for best book from an independent press. The poems meditate on life in the Greensboro suburb of Sunset Hills, where Roderick lives.
2) Roderick explores the pace and atmosphere of Greensboro in his poems, as well as the tension between his comfortable suburban life and larger world issues.
3) Roderick's first book of poetry focused on New England, and netted him a previous poetry award.
1) SMI is a new ultrasound technique that can visualize microvessels better than conventional Doppler imaging methods by removing signals from tissue motion.
2) In an initial study of 10 melanoma patients, SMI provided additional information in 3 cases compared to conventional techniques, changing the primary diagnosis which was confirmed with further testing.
3) SMI allowed for better assessment of microvascular architecture in reactive lymph nodes and metastases compared to other techniques, aiding in evaluation and biopsy of small lesions and subcutaneous structures.
This document discusses concerns about government use of neuroscience techniques to read people's minds against their will. It argues that while mind reading has long been possible through analyzing facial expressions and behavior, recent advances in neuroimaging techniques like fMRI have generated fears that governments could soon directly access people's private thoughts. However, the document cautions against overstating the current capabilities of neuroscience, noting that tools like fMRI are not true "mind readers." It argues we should thoughtfully examine how constitutional protections could apply to involuntary neuroimaging, rather than panicking about hypothetical mind reading abilities. An important question is how the law should treat certain government-compelled neuroscience evidence.
06 u mineralization hosted by paleozoic sandstones in sw sinai egyptMonatom Mgl
The document discusses uranium mineralization hosted by Paleozoic sandstones in Southwest Sinai, Egypt. It outlines the lithostratigraphy of the Paleozoic succession in the region, including formations that host uranium such as the Cambro-Ordovician Araba and Adedia Formations and the Lower Carboniferous Abu Thora Formation. It describes the mineralogy, petrography, and radioactivity of the uranium-bearing sandstones in localities like Wadi El Sahu, Gabal Hemeyir, Ras Millan, and Um Bogma areas. The document also evaluates uranium resources in the identified sandstone-type uranium deposits in Southwest Sinai.
Anti money laundering regime hard or soft lawShantanu Basu
This document discusses the emergence of an international anti-money laundering regime through the interaction of hard and soft law at multiple levels. At the macro level, key UN conventions and OECD directives have established a constitutive framework. Domestic legislation aims to be consistent with this hard international law at the micro level. Meanwhile, regional bodies and intergovernmental organizations supplement hard law with soft law standards at the meso level. The document examines the role of these different levels in legitimizing and transforming the anti-money laundering system, with some inherent limitations in enforcement seen in issues like offshore finance and illicit trades.
The PEERAMID 2 is a neurodevelopmental assessment for children ages 9-14 years 11 months that identifies key functions needed for academic success. It measures principal neurodevelopmental areas like fine motor skills, language, gross motor skills, memory, visual processing, attention, behavior, and strategy use. The assessment was developed by the Clinical Center for the Study of Development and Learning at the University of North Carolina and ALL KINDS OF MINDS nonprofit institute to understand differences in learning.
Die repräsentative goodpurpose®-Umfrage wurde 2012 zum fünften Mal in Folge mit dem Ziel erhoben, weltweit Einstellungen und Verhaltensweisen von Konsumenten zum Thema „Social Marketing" sowie deren Erwartungen an Unternehmen zu sondieren. Die Marktforschungsfirma StrategyOne (ein Edelman-Unternehmen) führte zwischen Januar und Februar 2012 eine Onlineumfrage in 16 Ländern unter 8.000 Erwachsenen durch. Je 500 Teilnehmer wurden in folgenden Märkten untersucht: Belgien, Brasilien, Kanada, China, Frankreich, Deutschland, Indien, Indonesien, Italien, Japan, Malaysia, Niederlande, Singapur, VAE, UK und USA. Auf Basis der Studienergebnisse entwickelt Edelman Markenstrategien und Kommunikationskampagnen, die gesellschaftliches Engagement zentral an den Markenkern heranführen und diese soziale Plattform durch Konsumententeilhabe aktivieren. www.purpose.edelman.com.
C Suite responsibilities the changing role of the Chief security officerDale Butler
This document provides information about a one-day seminar on the changing role of the Chief Security Officer. The seminar will examine the responsibilities of the modern CSO and how they can contribute as a full partner in strategic decision making. It will discuss how global business changes and new markets require CSOs to identify risks, create security culture, and ensure organizations are prepared to respond to crises. The agenda includes sessions on the CSO as a value creator, cybersecurity threats, crisis management, and media management. The goal is to help CSOs understand how to best serve their organizations and add value at every level.
Stoà was founded in 1988 by IRI Group ( Institute for Industrial Reconstruction) Among the partners supporting the start-up of Stoà was the Sloan School of Management of the Massachusetts Institute of Technology (MIT) . Under the guidance of this Business school, Stoà became an excellence center for management culture embedded both in the local milieu and in a wide circuit of international relationships. Romano Prodi Tiziano Treu David Norman Don Lessard Richard Locke David Ulrich Lester Thurow of MIT at Stoà
El documento describe el sistema de educación superior en Chile, incluyendo las instituciones reconocidas por el Estado y la matrícula en el periodo 1990-2005. Señala que los estudiantes no cuentan con información equitativa a la hora de elegir una carrera o institución, ya que la información sobre los programas, inserción laboral y financiamiento es difusa. Esto genera asimetría de información que distorsiona la toma de decisiones de los actores involucrados en el sistema de educación superior chileno.
Bomb detection robot with wireless cameraEcway2004
This prototype robot is designed to help bomb squads by remotely detecting bombs and obstacles. It can be guided through a suspected area using a wireless camera and navigated from a base station. Sensors allow the robot to detect metals and obstacles and send that information back to operators. An 89c51 microcontroller interfaces with metal detection, ultrasound, and IR sensors to provide detection capabilities while the wireless camera allows for remote guidance and viewing of the robot's activities from a control station.
This document discusses ethnocentrism and the Christian worldview of ethnicity. It argues that ethnocentrism is contrary to Christianity, as the Bible teaches that all people are created equally in God's image. While ethnocentrism has historically oppressed people and groups, ignoring it can lead to negative consequences. Christians must acknowledge ethnocentrism but confront prejudiced ideas and behaviors. The Bible shows that salvation is available to all through faith in Jesus Christ, regardless of ethnicity or background. God's love and plan of salvation are universal to all of humanity.
SMi Group's Cyber Security in Defence Masterclass Dale Butler
This document advertises a masterclass on cyber security in defence to be held on March 18, 2015 in central London. The masterclass will address current cyber security issues and challenges in defence organizations, how to identify threats and strengthen security. It will also explore the risks of using mobile devices and how to combat cyber threats. Attendees will learn about implementing cybersecurity frameworks and using security metrics. Discounts are available for registering by certain dates. The masterclass will be led by Laszlo, an expert in information security, cyber security and IT management with over 15 years experience advising defence organizations.
La fraude en entreprise : Tendances et risques émergents (novembre 2011)PwC France
Détournements d'actifs, fraudes comptables, corruption, cybercriminalité, un tiers des entreprises dans le monde sont victimes de fraude. En France, la fraude touche près d'une entreprise sur deux, soit 17 points de plus qu'en 2009.
Réalisée auprès d'un échantillon de 3877 entreprises entre fin-juillet et mi-septembre 2011, la 6ème édition de l'étude PwC analyse les évolutions de la fraude en entreprise.
Retrouvez toutes nos études : http://www.pwc.fr/publications
Latest news, analysis and commentaries on oil & gas industry in Africa - countries, companies, projects and contracts. Published by NewsBase since 2003, being read in 86 countries worldwide.
In this report we have shown, the money laundering situation and anti- money laundering steps taken by Bangladesh. Besides, we have shown the global money laundering risk scores and Banladesh's position in this Index.
To Mine or Not to Mine The Case of the Tampakan Copper-Gold Project: Mindanao...no2miningph
This document discusses the proposed Tampakan Copper-Gold mining project in Mindanao, Philippines. It outlines some key points in favor and against allowing the project, including potential economic benefits but also significant environmental and social impacts. It notes that over 1,000 families would be displaced and critical watersheds supplying water to thousands could be damaged. The document calls for a total economic valuation of ecosystem services and adoption of a watershed approach to properly assess the full costs and impacts of the proposed mine.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pencucian uang oleh Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat. Jaksa menuntut hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp1 miliar untuk kasus tersebut.
Modul ini membahas tentang tindak pidana pencucian uang, termasuk pengertian, pengaturan hukum, proses pencucian uang, sanksi bagi pelaku, kewajiban penyedia jasa keuangan, peranan PPATK, dan perlindungan bagi pelapor dan saksi."
Dokumen tersebut membahas tentang praktik pencucian uang dalam perbankan di Indonesia, meliputi pengertian pencucian uang, perkembangan kejahatan ini di Indonesia, objek dan tujuan pencucian uang, serta mekanisme dan modus operandinya. Dokumen ini juga menjelaskan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian terbalik pada tindak pidana pencucian uang. Ringkasannya adalah: (1) pencucian uang merupakan tindak pidana yang sulit dibuktikan dan berdampak besar bagi perekonomian, (2) pembuktian terbalik mengalihkan beban pembuktian dari penuntut ke terdakwa untuk membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari hasil tindak pidana, (3) UU
BNN membongkar kasus pencucian uang senilai Rp6,4 triliun yang berasal dari hasil kejahatan narkotika jaringan Freddy Budiman. Tiga orang ditangkap karena melakukan pencucian uang melalui enam perusahaan fiktif yang bergerak di bidang impor-ekspor untuk menyamarinya. Uang dikirim ke rekening karyawan yang dibuka di luar negeri untuk memudahkan transfer. Kerja sama dengan PPATK membantu
Undang-undang ini mengatur tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang didefinisikan sebagai perbuatan menempatkan, mentransfer, atau membelanjakan harta kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan asal-usulnya. Undang-undang ini menjatuhkan sanksi pidana penjara dan denda bagi pelaku perorangan maupun korporasi
Dokumen tersebut membahas strategi pencegahan pencucian uang dengan melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan implementasi hasil penelitian ke berbagai lembaga di dalam dan luar negeri untuk mengenali kegiatan pencucian uang serta meningkatkan kerja sama antar lembaga dalam pemberantasan tindak pidana tersebut.
Money laundering (Money Laundering) occurs because law enforcement does not detect financial transactions conducted by money launderers (Money launders) at the time of the activity of financial transactions made in cash, bank transfer (transactions between banks in the country with a bank abroad) , including the use of financial instruments, as defined in the legislation.
Law enforcement, has not been able to work optimally, in the fight against money laundering and catch the culprit
Google Terjemahan untuk Bisnis:Perangkat Penerjemah
Similar to 2 moneylaundering -langkah-negara-kita_x (17)
Paragraf pertama membahas tentang Anisa, siswa terpandai di kelasnya yang humoris dan gemar membaca. Paragraf berikutnya membahas tentang kriteria bahan pembelajaran sastra untuk kelas rendah yaitu keterbacaan dan kesesuaian. Paragraf terakhir menjelaskan tentang struktur bahasa Indonesia baku yang ditunjukkan pada suatu kalimat contoh.
Dokumen tersebut berisi soal-soal ujian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang berbagai konsep pendidikan seperti teori belajar, strategi pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan penerapan kurikulum 2013. Soal-soal tersebut mencakup 32 pertanyaan pilihan ganda.
Teks tersebut berisi 17 pertanyaan mengenai situasi dan tanggapan yang tepat bagi seorang guru dalam berbagai kondisi. Ringkasannya adalah: Teks tersebut memberikan opsi-opsi tanggapan yang tepat bagi seorang guru dalam menghadapi berbagai situasi sehari-hari di sekolah seperti menangani konflik antar siswa, menilai prestasi belajar siswa, serta menjalankan tugas sebagai guru dan petugas tata tertib
Teks tersebut membahas tentang kompetensi pedagogik, sosial, dan kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain terlibat aktif dalam perencanaan program sekolah, membantu peserta didik yang kurang mampu, serta mengutamakan keselamatan diri dan orang lain dalam menjalankan tugas.
Teks tersebut membahas berbagai soal tentang sosial dan kepribadian, model pembelajaran, penanganan masalah siswa, dan tugas seorang guru. Secara garis besar, teks tersebut memberikan saran agar guru dapat menangani berbagai situasi dengan bijak, adil, dan melibatkan semua pihak terkait.
Teks tersebut berisi soal-soal untuk mengetahui sikap dan tanggapan seseorang dalam berbagai situasi. Soal-soal tersebut meliputi berbagai topik seperti tanggung jawab sebagai PNS, tanggapan terhadap kesalahan, kerjasama tim, dan kerahasiaan informasi.
Teks tersebut membahas mengenai kecenderungan wisatawan Indonesia untuk berlibur ke luar negeri daripada mengunjungi objek wisata di dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti daya tarik objek wisata luar negeri, keterbatasan sarana transportasi dan fasilitas pariwisata di dalam negeri, serta mahalnya biaya. Teks ini juga menyebutkan peningkatan jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke luar neger
1. Menggali informasi dari guru dan peserta didik secara terpisah. Kemudian, dengan kesepakatan bersama mengajak dialog keduanya agar keduanya dapat saling memahami.
2. Semua peserta didik dengan prestasi tinggi maupun rendah sama-sama memiliki kebutuhan untuk memelihara motivasi belajar mereka, tetapi bentuk dan strateginya yang berbeda.
3. Sudah menjadi kewajiban guru untuk mengatasi masalah belajar
Dokumen tersebut membahas mengenai perkembangan kognitif peserta didik, perkembangan sosial-emosional, perkembangan moral, kesulitan belajar siswa, teori belajar, dan perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini memberikan penjelasan mengenai berbagai aspek perkembangan peserta didik dan prinsip-prinsip dasar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Dokumen tersebut berisi soal latihan mengenai perkembangan kognitif, sosial-emosional, dan moral peserta didik. Juga membahas teori belajar, perencanaan pembelajaran, dan kesulitan belajar siswa. Terdiri dari 31 pertanyaan pilihan ganda.
Dokumen tersebut berisi kumpulan soal tes formatif dan sumatif untuk mata pelajaran kompetensi pedagogi. Soal-soal tersebut mencakup pengertian pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi serta mata pelajaran lainnya seperti perencanaan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Buku ini berisi ringkasan singkat mengenai kisi-kisi soal Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (UKMPPG) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tahun 2017. Terdiri dari kisi-kisi soal untuk kompetensi pedagogik dan profesional mata ujian Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PPKn beserta indikator esensialnya.
Dokumen tersebut berisi paket soal untuk tes kemampuan verbal, kuantitatif, dan logika yang terdiri dari 75 soal pilihan ganda. Soal meliputi materi seperti analogi, hitungan matematika, deret bilangan, persentase, dan logika.
Teks tersebut merupakan soal tes yang terdiri dari 5 subtes yaitu: 1) Padanan kata, 2) Lawan kata, 3) Pemahaman wacana, 4) Deret angka, dan 5) Aritmetika dan konsep aljabar. Subtes tersebut berisi soal-soal pilihan ganda untuk mengetahui kemampuan verbal, kuantitatif, dan logika peserta ujian.
1. Money Laundering: Sampai Dimana
Langkah Negara Kita?
I. Pendahuluan
Money Laundering diterjemahkan dengan pemutihan uang atau pencucian uang. Dalam
tulisan ini digunakan istilah money laundering atau pencucian uang. kejahatan pencucian uang
atau “money laundering” bertujuan untuk melindungi atau menutupi suatu aktivitas criminal yang
menjadi sumber dari dana atau uang yang akan “dibersihkan”. Aktivitas criminal dimaksud
misalnya perdagangan gelap narkotika (drug trafficking) atau penggelapan pajak (illegal tax
avoidance atau Tax Avasion). Dengan demikian, pemicu dari kejahatan pencucian uang
sebenarnya adalah suatu tindak pidana atau aktivitas kriminal. Kegiatan ini memungkinkan para
pelaku kejahatan untuk menyembunyikan asal-usul sebanarnya dari suatu dana atau uang hasil
kejahatan. Melalui kegiatan ini pula para pelaku akhirnya dapat menikmati dan menggunakan
hasil kejahatannya secara bebas seolah-olah tampak sebagai hasil kegiatan yang sah/legal.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor perbankan, dewasa ini
bank telah menjadi sasaran utama untuk kegiatan pencucian uang dikarenakan sektor inilah yang
banyak menawarkan jasa-jasa dan instrumen dalam lalu-lintas keuangan yang dapat digunakan
untuk menyembunyikan/menyamarkan asal-usul suatu dana. Dengan adanya globalisasi
perbankan, maka melalui sistem perbankan dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak
melampaui batas yurisdiksi Negara dengan memanfaatkan factor rahasia bank yang umumnya
dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana hasil kejahatan bergerak dari
suatu Negara ke Negara lain yang belum mempunyai system hukum yang cukup kuat untuk
menanggulangi kegiatan pencucian uang atau bahkan bergerak ke negara yang menerapkan
ketentuan rahasia secara ketat. Berdasarkan statistik IMF, hasil kejahatan yang di”cuci” melalui
bank-bank diperkirakan hampir mencapai nilai sebesar USD 1.500 miliar per tahun. Sementara
ini menurut Assosiated Press, kegiatan pencucian uang hasil perdagangan obat bius, prostitusi,
korupsi dan kejahatan lainnya sebagaina besar diproses melalui perbankan untuk kemudian
dikonversikan menjadi dana legal dan diperkirakan kegiatan ini mampu menyerap nilai USD 600
miliar per tahun. Ini berarti sama dengan 5% GDP di seluruh dunia.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka permasalahan yang akan ditinjau dalam
tulisan ini adalah sampai dimana langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan pencucian
uang oleh Pemerintah RI dan Bank Indonesia?
Dalam melihat apakah suatu Negara sudah mengambil langkah-langkah yang cukup,
Financial Action Task Force, suatu forum kerjasama antara negara-negara maju untuk
memberantas money laundering menggunakan beberapa kriteria, yaitu:
1. Adanya loopholes di dalam peraturan industri jasa keuangan, seperti terlihat pada:
a. Kurang memadainya pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan;
b. Kurang memadainya peraturan tentang perizinan dan pendirian lembaga
keuangan, termasuk mengenai penilaian mengenai latar belakang pengurus
dan beneficial owner;
c. Kurang memadainya persyaratan identifikasi nasabah lembaga keuangan;
d. Ketentuan rahasia bank yang berlebihan;
e. Tidak adanya sistem pelaporan transaksi yang mencurigakan yang efisien.
1
2. 2. Hambatan dari peraturan perundang-udangan lain, seperti :
a. Kurang memadainya persyaratan untuk pendaftaran perusahaan dan badan
hukum;
b. Tidak adanya aturan tentang identifikasi beneficial owner dari perusahaan.
3. Hambatan di dalam kerjasama internasional baik hambatan oleh eksekutif maupu
yudikatif.
4. Tidak memadainya sumber daya untuk mencegah dan mengetahui kegiatan money
laundering, misalnya tidak adanya financial intelligent unit.
Tulisan ini hanya membahas langkah-langkah terutama pengaturan yang sudah dilakukan
pemerintah Indonesia untuk mencegah dan menanggulangi money laundering baik langsung
maupun tidak langsung. Tulisan ini juga akan menekankan pembahasan yang berkaitan dengan
industri perbankan relatif lebih baik dibandingkan industri lainnya di dalam mempersiapkan
pencegahan dan pemberantasan money laundering, misalnya lebih siap di bidang pengaturan.
II. Pencucian Uang
1. Pengertian
Istilah money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat. Pada
saat itu kejahatan ini dilakukan oleh organisasi kejahatan ”mafia” melalui pembelian
perusahaan-perusahaan pencucian pakaian (laundry) yang kemudian digunakan oleh
organisasi tersebut sebagai tempat pemutihan uang yang dihasilkan dari bisnis ilegals
eperti perjudian, pelacuran, dan perdagangan minuman keras.
Dalam Black’s Law Dictionary, money laundering diartikan sebagai berikut:
“Term used to describe investment or other transfer of money laundering from
racketeering, drug transactions, and other illegal sources into legitimate
channels so that its original source cannot be traced”.
Dalam perkembangan berkiutnya pengertian money laundering dimuat dalam
berbagai literatur maupun peraturan yang diberlakukan oleh beberapa negara dan
organisasi internasional. Salah satu pengertian yang menjadi acuan di seluruh dunia
adalah pengertian yang dimuat dalam the United Nation Convention Against Illicit Traffic in
Narcoticas, Drugs and Psycotropic Substances of 1988 yang kemudian diratifikasi di
Indonesia dengan UU No. 7 Tahun 1997. Secara lengkap pengertian money laundering
tersebut adalah :
”The convertion or transfer of properly, knowing that such property is derived from any serious
(indictable) offence or offences, or from act of participation in such offence or offences, for the
purpose of concealing or disguising the illicit of the property or of assisting any person who is
involved in the commission of such an offence or offences to evade the legal consequent of his
action, or the concealment or disguise of the true nature, source, location, disposition, movement,
rights with respect to, or ownership of property, knowing that such property is derived from a
serious (indictable) offence or offences or from an act of participation in such an offence or
offences”.
Secara umum, money laundering merupakan metode untuk menyembunyikan,
memindahkan, dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan organisasi
kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan narkotika dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan.
Melihat pada definisi di atas, maka money laundering atau pencucian uang pada
intinya melibatkan asset (pendapatan/kekayaan) yang disamarkan sehingga dapat
digunakan tanpa terdeteksi bahwa asset tersebut berasal dari kegiatan yang illegal. Melalui
2
3. money laundering pendapat atau kekayaan yang berasal dari kegiatan yang melawan
hukum diubah menjadi asset keuangan yangs eolah-olah berasal dari sumber yang
sah/legal.
2. Mekanisme Kejahatan Pencucian Uang
Kegiatan pencucian uang melibatkan aktivitas yang sangat kompleks. Pada
dasarnya, kegiatan tersebut terdiri dari tiga langkah yang masing-masing berdiri sendiri
tetapi seringkali dilakukan bersama-sama yaitu placement, layering, dan integration.
Placement diartikan sebagai upaya untuk menempatkan dana yang dihasilkan dari
suatu aktivitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan fisik dan uang tunai baik
melalui penyeludupan uang tunai dari satu negara ke negara lain, menggabungkan antara
uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan
yang sah, ataupun dengan melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem perbankan,
misalnya deposito bank, cek atau melalui real estate atau saham-saham atau juga
mengkonversikan ke dalam mata uang lainnya atau transfer uang ke dalam valuta asing.
Layering diartikan sebagai memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya yaitu
aktivitas kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan tranaksi keuangan. Dalam hal ini
terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai
hasil placement ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks yang
didesain untuk menyamarkan/mengelabui sumber dana ”haram” tersebut. Layering dapat
pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan fiktif
dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.
Adapun integration yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai
”legitimate explantion” bagi hasil kejahatan. Di sini uang yang diputihkan melalui placement
maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak tidak
berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber
dari uang yang diputihkan. Pada tahap ini uang yang telah diputihkan dimasukkan kembali
ke dalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum.
Untuk mengetahui lebih jauh metode yang digunakan dalam pencucian uang, dapat
pula dikutip ”the money laundering methods” sebagaimana dimuat dalam salah satu artikel
untuk pelatihan dalam Investigation Training Institute yang menyatakan bahwa secara
umum pencucian uang melibatkan 3 (tiga) metode yang bertujuan untuk manipulasi dan
mengubah status dana ilegal menjadi legal. Ketiga metode tersebut adalah:
(1) schemes ti buy and sell assets, goods or services;
(2) offshore conversion schemes; and
(3) legitimate business conversion schemes.
Metode buy and sell coversion dilakukan melalui jual-beli barang-barang dan jasa.
Sebagai contoh, real estate atau asset lainnya dapat dibeli dan dijual kepada co-
conspirator yang menyetujui untuk membeli atau menjual dengan harga yang lebih tinggi
dari pada harga yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperoleh fees dan discount.
Kelebihan harga dibayar dengan menggunakan uang illegal dan kemudian dicuci melalui
transaksi bisnis. Dengan cara ini setiap asset, barang-barang atau jasa dapat diubah
seolah-olah menjadi hasil yang legal melalui rekening pribadi atau perusahaan yang ada di
suatu bank.
Dalam metode offshore conversion dana illegal dialihkan ke wilayah yang merupakan
tax haven money laundering centers dan kemudian disimpan di bank atau lembaga
keuangan yang ada di wilayah tersebut. Dana tersebut lalu digunakan antara lain untuk
membeli asset dan investasi (fund investment). Di wilayah atau Negara yang merupakan
tax heaven terdapat kecenderungan hukum perpajakan yang lebih longgar, ketentuan
3
4. rahasia bank yang cukup ketat dan prosedur bisnis yang sangat mudah sehingga
memungkinkan adanya perlindungan bagi kerahasiaan suatu transaksi bisnis,
pembentukan dan kegiatan usaha trust fund maupun badan usaha lainnya. Kerahasiaan
inilah yang memberikan ruang gerak yang leluasa bagi pergerakan dana melalui berbagai
pusat keuangan di dunia. Dalam hal ini para pengacara, akuntan, dan pengelola dana
biasanya sangat berperan dalam metode offshore conversion dengan menfaatkan celah
yang ditawarkan oleh ketentuan rahasia bank dan rahasia perusahaan.
Metode yang ketiga yaitu legitimate business conversions dipraktekkan melalui bisnis
atau kegiatan usaha yang sah sebagai sarana untuk memindahkan dan memanfaatkan
hasil kejahatan. Dalam hal ini hasil kejahatan dikonversikan melalui transfer, cek, atau
instrument pembayaran lainnya yang kemudian disimpan di rekening bank atau ditarik atau
ditransfer lebih lanjut ke rekening bank lainnya. Metode ini memungkinkan pelaku
kejahatan menjelaskan usaha atau bekerjasama dengan mitra bisnisnya dan
menggunakan rekening perusahaan yang bersangkutan sebagai tempat penampungan
untuk hasil kejahatan yang dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas maka setiap transaksi yang dilakukan oleh individu/pribadi
atau perusahaan, setiap bentuk kegiatan usaha maupun rekening yang terdapat di bank-
bank dapat digunakan sebagai sarana untuk melancarkan kegiatan pencucian uang.
III. Pencegahan dan Penanggulangan Pencucian Uang
Pemberantasan kegiatan money laundering (pencucian uang) dapat dilakukan melalui
pendekatan pidana atau pendekatan bukan pidana, seperti pengaturan dan tindakan
administratif. Partisipasi Pemerintah RI dalam upaya pemberantasan kegiatan pencucian uang
merupakan pelaksanaan dari amanta PBB dalam the UN Convention Against Illicit Traffic in
Narcotics, Drugs and Psychotropic Substances of 1988 yang kemudian diratifikasi oleh
Pemerintah melalui UU No. 7 Tahun 1997. Dengan penandatanganan konvensi tersebut maka
setiap negara penandatangan diharuskan untuk menetapkan kegiatan pencucian uang sebagai
suatu tindak kejahatan dan mengambil langkah-langkah agar pihak yang berwajib dapat
mengidentifikasikan, melacak dan membekukan atau menyita hasil perdagangan obat bius. Di
bawah ini hádala beberaa langkah yang telah diambil Pemerintah RI untuk menindaklanjuti
komitmen pemberantasan kegiatan pencucian uang.
a. Undang-undang Yang Berkaitan dengan Psikotropika
Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan psikotropika, antara lain UU No. 8 Tahun 1996 tentang Pengesahan
Konvensi Psikotropika 1971, UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Di samping itu,
terdapat beberapa Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1997 tentang Peredaran
Psikotropika dan Ekspor Impor Psikotropika. Dalam UU ini diatur antara lain mengenai
persyaratan dan tata cara ekspor dan impor peredaran serta penyaluran psikotropika agar
hal-hal tersebut tidak digunakan sebagai sarana kegiatan pencucian uang.
b. Undang-undang Yang Berkaitan dengan Narkotika
Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan narkotika, antara lain UU N. 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan
Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol yang Mengubahnya, UU No. 22 Tahun
1977 tentang Narkotika yang menggantikan UU No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika. UU
Narkotika ini mengatur masalah narkotika yang dibutuhkan sebagai obat dan sekaligus
mencegah dan memberantas bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.
Dalam Pasal 77 ayat (1) UU No. 22 Tahun 1997 disebutkan, bahwa narkotika dan peralatan
yang dipergunakan dalam pelanggaran narkotika dan hasil-hasilnya dapat disita untuk
negara.
4
5. c. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Pasal 31 ayat (1) mengatur sebagai berikut: “Bank Indonesia dapat memerintahkan
bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu
apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga
merupakan tindak pidana di bidang perbankan”.
Penjelasan atas ayat (1) tersebut menguraikan bahwa yang dimaksud dengan
tranaksi tertentu antara lain hádala transaksi dalam jumlah besar yang diduga berasal dari
kegiatan melanggar hukum. Dalam pengertian ini tentunya termasuk pula kegiatan
pencucian uang.
d. UU No. 24 Tahun 1999 tentang LATU Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar
Sebagaimana diketahui, kegiatan pencucian uang dapat dilakukan melalui
pergerakan dana dalam transaksi internacional. UU No. 24/1999, secara tidak langsung
memberikan landasan untuk memantau kegiatan ini. Pasal 3 ayat (2), misalnya, mengatur
sebagai berikut:
“Setiap penduduk wajib memberikan keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa
yang dilakukannya, secara langsung atau melalui pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Keterangan dan data yang diminta antara lain meliputi nilai dan jenis transaksi, tujuan
atau maksud transaksi, pelaku transaksi, dan negar tujuan atau asal pelaku transaksi.
e. Ketentuan Bank Indonesia
Banyak sekali ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mencegah atau memberantas kegiatan money
laundering secara administratif, antara lain:
e.1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/271A/KEP/DIR tentang
Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/191A/KEP/DIR
tentang Pengeluaran atau Pemasukan Mata Uang Rupiah Dari Atau Ke Dalam
Wilayah Republik Indonesia.
Berdasarkan ketentuan SK Dir. BI ini setiap orang yang membawa mata
uang Rupiah ke luar atau masuk ke dalam wilayah RI dengan jumlah lebih dari
Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) wajib mengisi formular deklarasi. Selain itu,
bagi setiap orang yang membawa mata uang Rupiah ke luar atau masuk ke
dalam wilayah RI dengan jumlah lebih dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) selain wajib mengisi formulir deklarasi juga harus memperoleh izin dari
Bank Indonesia.
e.2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/50/KEP/DIR tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pembelian Saham Bank Umum
Pasal 6 huruf b menetapkan bahwa sumber dana yang digunakan untuk
pembelian saham bank dalam rangka kepemilikan dilarang berasal dari dan
untuk tujuan money laundering.
e.3. PBI No. 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum
Pasal 6 ayat (1) huruf j dari PBI ini mengatur bahwa dalam rangka
permohonan izin pendirian bank umum, calon pemegang saham bank wajib
melampirkan surat pernyataan bahwa setoran awal bank tidak berasal dari dan
untuk tujuan money laundering. Selanjutnya Pasal 14 huruf b menetapkan
5
6. bahwa sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank atau
pembelian saham bank dilarang berasal dari dan untuk tujuan pemutihan uang.
e.4. PBI No. 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Complience
Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungís audit. Intern Bank
Umum
PBI ini bertujuan untuk memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan
yang berlaku. Dalam hal ini bank diwajibkan untuk menugaskan salah satu
anggota direksinya sebagai Compliance Director yang memastikan bahwa
bank telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk perbankan. Bank juga diwajibkan untuk
membentuk Satuan Verja Unit Intern yang bertugas melakukan pengawasan
terhadap kegiatan bank secara keseluruhan.
e.5. PBI No. 1/9/PBI/1999 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank
dan Lembaga Keuangan Non Bank Beserta Peraturan Pelaksanaannya SE No.
1/9/DSM tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa oleh Bank
Berdasarkan ketentuan ini bank wajib melaporkan data/keterangan yang
meliputi antara lain:
• Laporan transaksi, yaitu laporan mengenai transaksi yang
mempengaruhi posisi aset dan kewajiban finansial luar negeri bank
pelapor.
• Untuk transaksi di atas USD 10,000 atau ekuivalennya wajib
dilaporkan secara terinci yang mencakup keterangan mengenai
pelaku dan hubungan keuangan antar pelaku transaksi serta tujuan
transaksi.
• Laporan posisi, yaitu laporan mengenai posisi aset dan kewajiban
finansial luar negeri bank pelapor yang mencakup seluruh tagihan
dan kewajiban kepada bukan penduduk baik yang berada di dalam
negeri maupun luar negeri.
e.6. Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/10/DASP tentang Tata Usaha Penarikan
Cek/Bilyet Giro Kosong
Dalam SE ini diatur persyaratan dan tata cara pembukaan rekening yang
meliputi antara lain :
• Calon pemilik rekening yang akan membuka rekening harus
mengajukan permohonan tertulis kepada bank dengan melampirkan
data yang sekurang-kurangnya meliputi tanda bukti diri (KTP, SIM,
atau pasport); NPWP bagi nasabah yang diwajibkan mendaftarkan
diri sebagaimana dimaksud dalam SK Menteri Keuangan RI No.
947/KMK.04/1983; akte pendirian/anggaran dasar bagi perusahaan
yang bentuk hukumnya diatur dalam KUHD dan atau Undang-
undang/Peraturan Pemerintah lainnya.
• Calon pemiliki rekening tidak tercantum dalam daftar hitam yang
masih berlaku.
• Bank melakukan penelitian kelengkapan identitas calon pemilik
rekening.
e.7. PBI No. 3/3/PBI/2001 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valas oleh Bank
Dalam ketentuan ini diatur larangan dan pembatasan transaksi-transaksi
tertentu oleh bank terhadap WNA, badan hukum asing lainnya, WNI yang
6
7. memiliki status penduduk tetap negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia,
kantor bank/badan hukum Indonesia di luar negeri. Ketentuan ini sekurang-
kurangnya dapat menjadi sarana yang kondusif untuk mencegah terjadinya
transaksi yang berkaitan dengan kegiatan pencucian uang.
e.8. Peraturan Bank Indonesia No. 2/23/PBI/2000 tentang Penilaian Kemampuan
dan Kepatutan (Fit and Proper Test)
Ketentuan ini dikeluarkan tanggal 6 November 2000 sebagai pengganti
ketentuan yang lama PBI No. 2/1/PBI/2000 tanggal 14 Januari 2000. Dalam
rangka penilaian kemampuan dan kepatutan ini dilakukan pemeriksaan dan
penelitian track record dari pemegang saham dan pengueus bank sehingga
diperoleh bukti-bukti yang konkrit. Penelitian fit and proper tersebut merupakan
suatu evaluasi terhadap kompetensi dan integritas pemegang saham
pengendali serta kompetensi dan integritas dan independensi Dewan
Komisaris dan Direksi dalam mengendalikan operasional bank.
e.9. Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Mengenal
Nasabah (Know Your Customers Principles)
PBI tentang Know Your Customers (KYC) yang dikeluarkan tanggal 18
Juni 2001 ini disusun dalam rangka mengisi kekosongan peraturan selama
RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang masih dalam
tahap pembahasan di DPR. PBI ini disamping untuk memenuhi prinsip ke lima
belas dari dua puluh lima Core Principle for Effective Banking Supervision juga
dimaksudkan untuk memenuhi rekomendasi FATF. Diharapkan dengan
adanya PBI ini FATF dapat melihat wujud keseriusan Pemerintah RI
khususnya sektor perbankan Indonesia untuk berpartisipasi dalam komitmen
internasional memerangi kegiatan pencucian uang sehingga pada akhirnya
dapat menyelamatkan RI dari pengkategorian sebagai Non Cooperative
Countries and Territories (NCCTs) dalam pencegahan kegiatan pencucian
uang.
Prinsip KYC adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal
dan mengetahui identias nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah,
termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan.
Sesuai Rekomendasi FATF, prinsip KYC merupakan sarana yang paling
efektif bagi perbankan untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang melalui
perbankan. Prinsip KYC yang kurang sempurna dapat mengakibatkan bank-
bank harus berhadapan dengan risiko perbankan yang terkait dengan penilaian
masyarakat, nasabah atau mitra transaksi bank terhadap bank yang
bersangkutan, yaitu risiko reputasi, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko
konsentrasi.
Risiko reputasi berhubungan dengan hal-hal yang berpotensi
mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap praktek-praktek yang dijalankan
oleh suatu bank yang dapat mengakibatkan berkurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap integritas bank yang bersangkutan. Dalam hal ii bank
sangat rentan terhadap risiko reputasi karena ia merupakan target atau sarana
utama bagi aktivitas kejahatan yang dapat dilakukan oleh nasabah.
Risiko operasional merupakan risiko kerugian yang secara langsung
atau tidak langsung bersumber dari internal atau ekstrenal bank. Dalam
konteks KYC, risiko ini berhubungan dengan penerapan operasional
perbankan, pengawasan internal, dan due diligence yang kurang memadai.
Risiko hukum berkaitan dengan kemungkinan bank menjadi target
pengenaan sanksi karena tidak mematuhi standar KYC dan gagal
melaksanakan due diligence yang diperlukan terhadap nasabah. Dalam hal ini,
7
8. bank dapat dikenakan denda atau sanksi lainnya oleh otoritas pengawas bank
atau bahkan dikenakan pertanggungjawaban pidan oleh pihak yang berwajib.
Penyelesaian masalah melalui pengadilan dapat menimbulkan implikasi biaya
yang sangat besar bagi bank sehingga mempengaruhi bisnis perbankan yang
bersangkutan.
Risiko konsentrasi terkait dengan sisi aktiva dan pasiva bank.
Sebagaimana diketahui, dalam praktek pengawasan, pengawas bank tidak
hanya berkepentingan dengan system informai untuk mengidentifikasi
konsentrasi kredit yang dijalankan oleh bank, tetapi juga penerapan prinsip
kehati-hatian oleh bank dalam menyalurkan kredir terhadap seorang atau
group kreditur. Tanpa mengenal identitas nasabahs ecara pasti dan memaami
hubungan antara nasabah yang satu dan nasabah-nasabah lainnya, sulit bagi
bank untuk mengatasi risiko konsentrasi dimaksud. Sementara itu di sisi
pasiva, risiko terkonsentrasi berhubungan dengan risiko dana khususnya
dalam hal terjadi penarikan secara tiba-tiba dalam jumlah besar oleh nasabah
yang berakibat pada likuiditas bank yang bersangkutan. Untuk itu bank perlu
melakukan analisa terhadap adanya konsentrasi simpanan, memahami
karakteristik simpanan termasuk identias deposan dan hal-hal apa saja yang
dapat menghubungkan deposan tersebut dengan simpanan deposan lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Prinsip KYC pada dasarnya
bertujuan untuk :
a. membantu bank agar dapat mendeteksi sesegara mungkin setiap
aktivitas yang mencurigakan yang dilakukan nasabah;
b. memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan
perbakan yang berlaku;
c. menegakkan prinsip kehati-hatian dalam praktek perbankan;
d. mengurangi risiko dimanfaatkannya bank sebagai sarana untuk
melakukan aktivitas kejahatan.
e. melindungi reputasi bank.
Adapun pokok-pokok yang diatur dalam konsep PBI ini sebagian besar
mengakomodir butir-butir rekomendasi FATF khususnya yang berkaitan
dengan Know Your Customer Principles, antara lain :
- Kewajiban bank untuk memiliki kebijakan dan prosedur penerimaan
nasabah, dan pemantauan kegiatan nasabah dalam rangka
penerapan prinsip pengenalan nasabah;
- Prosedur penerimaan dan identifikasi nasabah;
- Persetujuan pembukaan rekening;
- Larangan pembukaan rekening;
- Kewajiban bank untuk melakukan pemantauan nasabah;
- Kewajiban bank untuk memiliki pedoman intern prinsip pengenalan
nasabah;
- Kewajiban bank untuk melaporkan dalam hal terdapat indikasi
transaksi yang mencurigakan lepada Unit Khusus Investigasi
Perbankan (UKIP);
- Penerapan prinsip pengenalan nasabah pada cantor bank di luar
negeri bagi bank yang berbadan hukum Indonesia.
8
9. f. Rancangan Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Banyak negara di Asia Pasifik yang sudah mempunyai undang-undang
pemberantasan money laundering, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Sementara
itu, negara-negara Asia Pasifik yang baru memiliki Rancangan Undang-undang (RUU) Anti
Money Laundering, adalah Bangladesh, Kiribati, Nepal, Filipina, Tonga, India, Marshall
Islnads, Niue, Solomon Islands, Tuvalu, Nauru, Palau, Sri Lanka, Vietnam, Brunei
Darussalam, Kamboja, Korea dan Indonesia. Sebagai bagian dari komitmen Pemerintah RI
untuk berpartisipasi dalam upaya pemberantasan kegiatan pencucian uang. Pemerintah
telah mempersiapkan RYY tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di
bawah koordinasi Departemen Kehakiman dan HAM. RUU ini juga disusun sebagai
jawaban atas dugaan dan kekhawatiran masyarakat internasional yang selama ini
menganggap Indonesia sebagai sasaran empuk untuk kegiatan pencucian uang karena
tidak atau belum mempunyai ketentuan yang secara formal dan tegas menyatakan bahwa
kegiatan pencucian uang merupakan suatu tindak pidana.
Adapun pokok-pokok yang diatur dalam RUU dimaksud antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Pengaturan cara perbuatan pencucian uang;
b. Pengertian kegiatan pencucian uang, dan tindak pidana yang merupakan
sumber pencucian uang (predicate crime), yaitu tindak pidana korupsi,
penyuapan, penyeludupan, tindak pidana yang berkaitan dengan perbankan,
narkotika, psikotropika, perdagangan budak, wanita, dan anak, perjudian, atau
terorisme. Di dalam predicate crime tersebut tidak termasuk tindak pidana
penggelapan pajak (tax evasión);
c. Pelaku kejahatan pencucian uang dapat dikenakan sanksi pidana dan denda;
d. Lembaga keuangan wajib melaporkan transaksi keuangan yang mencurigakan
atau transaksi keuangan yang berjumlah paling sedikit Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah) dengan ancaman sanksi pidana dan denda untuk
kesengajaan tidak melaporkan;
e. Pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (KP-
TPPU);
f. Kewajiban nasabah deposan (perorangan maupun korporasi) untuk
menyampaikan identitas secara lengkap dan benar di bank, termasuk nasabah
reksadana dan perusahaan efek;
g. Perlindungan hukum bagi pelapor dan saksi;
RUU tersebut sudah sejak Februari 2001 diserakan oleh Pemerintah kepada DPR
dan baru pada bulan Juni RUU ini akan dimulai dibahas oleh DPR.
Tampaknya, RUU tersebut masih memerlukan penyempurnaan, seperti mengenai
transaksi-transaksi yang dikecualikan dalam pelaporan kepada Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia sudah mengantisipasi masalah money
laundering ini dengan mencantumkannya pada Pasal 610 dan 611 Rancangan Undang-
undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU KUHAP).
Pasal 610 RUU KUHP berbunyi: Barangsiapa menyimpan uang di bank atau di
tempat lain, mentransfer, menitipkan, memindahkan, menginvestasikan, membayar uang
atau kertas bernilai uang, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, diperoleh
dari perdagangan narkotika yang tidak sah atau tindak pidana ekonomi atau tindak pidana
9
10. korupsi, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan denda paling
banyak kategori V.
Selanjutnya, Pasal 611 RUU KUHP berbunyi: Barangsiapa menerima untuk disimpan
atau sebagai titipan, menerima transfer, menerima hibah modal investasi, menerima
sebagai pembayaran uang atau kertas bernilai uang yang diketahuinya atau sepatutnya
harus diduganya, diperoleh dari perdagangan narkotik yang tidak sah atau tindak pidana
ekonomi atau tindak pidana korupsi, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh
tahun dan denda paling banyak kategori V.
mengingat RUU KUHP ini belum diajukan ke DPR, dalam pembahasannya DPR
menggunakan RUU Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang sudah
diserahkan oleh Pemerintah ke DPR sejak bulan Februari 2001.
Selain peraturan perundang-undangan tersebut masih ada lagi peraturan perundang-
undangan lain yang bail langsung maupun tidak langsung mempunyai dampak terhadap
pencegahan dan pemberantasan money laundering, seperti Undang-undang No. 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal yang dalam Pasal 36 (a) menyatakan bahwa perusahaan sekuritas dan
penasihat investasi wajib mengetahui latar belakang, keadaan keuangan dan tujuan
investasi dari nasabahnya.
g. Kerjasama Internasional
Dalam rangka kerjasama internasional kiranya dapat disebut Pasal 57 Undang-
undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menyatakan, bahwa Bank
Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan bank sentral lainnya, organisasi dan
lembaga internasional. Kerjasama ini dapat meliputi kerjasama berupa tukar-menukar
informasi yang terkait dengan tugas bank sentral, termasuk dalam bidang pengawasan
bank. Dalam kaitan dengan kerjasama ini juga dapat disebutkan, bahwa terdapat UU No. 1
Tahun 1979 tentang Ekstradisi yang memungkinkan adanya kerjasama internasional.
Republik Indonesia sudah menandatangani beberapa perjanjian ekstradisi dengan Filipina,
Malaysia, Thailand, Australia dan Hong Kong. Kerjasama dengan Australia dan Hong Kong
sudah meliputi juga money laundering, walaupun money laundering belum dinyatakan
sebagai tindak pidana.
Di samping itu, dapat dikemukakan bahwa sejak Juni 2000 Indonesia telah diterima
menjadi anggota Asia Pasific Group on Money Laundering (APG), suatu forum kerjasama
untuk pemberantasan money laundering di kawasan Asia Pasifik yang didirikan pada
Februari 1997. Sejak Mei 2001 keanggotaan APG sudah meliputi 22 negara di Asia Pasifik.
IV. Penutup
Pemerintah, termasuk Bank Indonesia, telah melakukan langkah-langkah yang lumayan
memadai, tetapi hasilnya belum cukup untuk upaya mencegah dan memberantas money
laundering, terutama disebabkan belum dinyatakannya money laundering sebagai tindak pidana
dan belum adanya suatu badan khusus yang menangani money laundering. Di samping itu,
tampaknya perlu dilakukan langkah-langkah lebih lanjut, misalnya membuat suatu aturan yang
memberikan pedoman kepada masing-masing individu di dalam menangani money laundering,
merevisi beberapa ketentuan yang dapat menghambat pencegahan, pelaporan dan
pemberantasan money laundering seperti ketentuan Pasal 45 UU No. 7 tahun 1998 yang
memberikan hak kepada nasabah yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan bank
kepada aparat penegak hukum untuk mengetahui isi keterangan. Ketentuan yang tidak
memperbolehkan bank atau aparat menanyakan asal usul uang juga sudah saatnya untuk diubah
apabila money laundering dinyatakan sebagai tindak pidana.
10
11. Akhirnya, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah money laundering ini, tidak cukup upaya dari Pemerintah saja, tetapi
juga harus didukung oleh legislatif, misalnya dalam bentuk penyusunan undang-undang yang
memadai dan yudikatif yang menunjang upaya penerapan ketentuan yang berlaku. Kerjasama
internasional juga mutlak diperluas, karena money laundering seringkali merupakan suatu
perbuatan yang melewati batas-batas yurisdiksi suatu negara. Untuk itu, semua pihak perlu yakin
bahwa pencegahan dan penanggulangan money laundering bukan saja perlu untuk
memberantas kejahatan, tetapi juga untuk tercapainya sistem perekonomian dan sistem politik
yang baik dan stabil.*
Dimuat dalam Buletin PENGEMBANGAN
PERBANKAN Mei-Juni No. 89 Th 2001
11