SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikuklum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan
penyusunan dari ruang lingkup isi kurikulum. Dimensi vartikal menyangkut
penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Bahan tersusun dari yang mudah, kemudian menuju yang lebih sulit, atau mulai yang
dasar diteruskan dengan yang lanjutannya.
Penyusunan desain kurikulum adalah kegiatan yang mengacu pada usaha
untuk melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah
ada, guna memperoleh hasil yang maksimal. Pelaksanaan kurikulum sendiri
diwujudkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip dan tuntutan
kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi pendidikan atau sekolah tertentu.
Dengan demikian, Penyusunan desain kurikulum mendiskripsikan secara
terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain
kurikulum yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Wacana ini
menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, yaitu
diantaranya tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut,
strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar, dan evaluasi pengajaran
serta penyempurnaan pengajaran. Karena setiap komponen tersebutsangat
berhubungan untuk mendesain kurikulum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain
Menurut Oemar Hamalik pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang
memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan
melaksanakan kegiatan.1 Desain kurikulum adalah menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain
kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal.
Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum.
Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran.2 Adapun George A. Beauchamp mengemukakan bahwa:
Curriculum design may be defined as the substance and organization of goal and
culture content so arranged as to reveal potential progression through levels of
schooling. (Desain kurikulum bisa digambarkan sebagai unsur pokok, komponen
hasil atau sasaran dan kultur yang membudaya).3 Sehingga dari uraian diatas dapat
penulis simpulan bahwa Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan,
isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
1 Oemar Malik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Rosda, 1993), h 21.
2 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Cet.11,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h 34.
3 Beane A. James, Curriculum Integration: Designing The Core of Democratic Eduction,
(Teachers College Press, Columbia University. 1975), h. 101.
3
B. Prinsip-Prinsip Dalam Mendesain
Saylor mengajukan ada delapan prinsip ketika akan mendesain kurikulum,
prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta
pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian
prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang
belajar dengan bimbingan guru;
3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;
4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar
anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar
di sekolah.
6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar
kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan
terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak,
kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur.
8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.4
C. Model-Model Desain Kurikulum
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum yang berpusat pada pengetahuan
yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini
4 Nadirah, Desain-Desain Kurikulum,(Bandung, Rosda, 2014), h 35.
4
juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan
untuk pengembangan intelektual siswa. Ada tiga bentuk organisasi kurikulum yang
berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: Subject Centered Design, Learner Centered
design, Problem Centered design. Setiap desian kurikulum memberikan teknik atau
cara yang efektif dalam proses pembelajaran. Karena setiap kurikulum memiliki
kelebihann dan kekurangan dalam pelaksanaannya.
1. Subject Centered Design
Desain kurikulum “subject centered design” ini berkembang dari konsep
pendidikan klasik yang memandang pentingnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai masa lalu bagi anak didik . desain ini memiliki tiga pola dari “ subject centered
design” ini yaitu: (1) The Subject Design, (2) “ The Discipline design, (3) The Broad
Fields design.
a. The Subject Design,
Model ini merupakan bentuk yang paling murni dari subject centered design
yang benar-benar menitikberatkan pada materi/isi pembelajaran. Pada model desain
ini kurikulum ini mata pelajaran diorganisir secara terpisah-pisah dalam bentuk
sejumlah materi/mata-mata pelajaran. Oleh karenanya kurikulum ini sering disebut
pula “ separated subject curiculum”.
Pengambilan desain ini bersumber dari apa yang berkembang pada pada masa
Klasik atau oleh para ahli masa lalu. Materi yang dianggap penting untuk
diturunkankan atau diwariskan kepada generasi berikutnya, seperti logika, retorika,
gramatika, matematika, geomitri, astronomi, ekonomi, politik, dan lainnya. Materi
pelajaran tersebut diambil dari oarng-orang Yunani dan Romawi atau pada lembaga
pendidikan Islam dimabil juga dari warisan masa kalsik Islam (sejak masa Rasul
Muhammad saw hingga masa dinasti Abbasiyah). Model ini sangat banyak dipakai
dalam pendidikan, sebab model desain ini kenyataannya lebih mudah disusun,
5
dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan. Pelaksanaannya juga tidak menuntut
persiapan dan persyaratan yang rumit.5
b. The Discipline design
Model “the discipline design” adalah sebagai bentuk pengembangan dari
model kurikulum yang berbasis pada materi atau mata pelajaran (subject centered
design). Terdapat beberapa perbedaan model ini dengan model “ the subjest design”.
Pertama, perbedaannya terletak pada ketegasan kreteria tentang apa yang disebut
subjek ilmu. Pada “the subject design” belum terdapat kriteria yang tegas tentang apa
yang disebut subject (ilmu), sedangkan pada “the discipline disegn” kriteria subjek
(ilmu) sudah cukup tegas. Kalau pada “ the subject design” belum ada perbedaan
antara matematika, psikologi, teknik, ekonomi, atau cara mengemudi, dan lain-lain,6
semuanya disebut subject (ilmu). Pada “the discipline design” kriteria sudah tegas
yang membedakan pakah pengetahuan itu ilmu atau bukan sebagai batang tubuh
keilmuan.
Kedua, dalam kurikulum “the discipline design”, kurikulum sudah disusun
atau diorganisir berdasarkan nama disiplin ilmu. Model ini jika dibandingkan dengan
“the subject design” memiliki kelebihan, yakni disamping memilki organisasi yang
sistimatik dan efektif. Juga dengan model ini para siswa tidak hanya menguasai
serentetan fakta, prinsif sebagai hasil hafralan, tetapi menguasai konsep, hubungan
dan proses-proses intelektual yang berkembang dari diri siswa sendiri.
Model ini juga memilki kekurang, yaitu: model ini belum dapat memberikan
pengetahuan yang terintegrasi secara luas, secara akademis dan intelektual masih
sempit, belum mampu mengitegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan
nyata, belum memberikan perhatian terhadap minat dan kebutuhan atau pengalaman
5Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2011), h 115.
6Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum..., h 117.
6
siswa , belum efisien, baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya, dan
masih menunjukkan dan memprkatikkan pemisahan antara materi dan pelajaran.
c. The Broad Fields design.
Secara etemologis “broad” berarti luas dan “field” dapat diartika bidang,
lapangan, medan. Dengan demikian model ini dapat dipahami sebagai sebuah desain
kurikulum yang memiliki atau memperhatikan bidang yang luas. Pada esensinya
model ini adalah upaya menggambungkan dua atau lebih materi atau mata pelajaran
yang terfragmentasi menjadi satu kesatuan.
Ciri utama dari model ini adalah adanya penggabungan diantara bidang studi
yang berdekatan seperti, sejarah, geogari, dan ekonomi digabung menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuannya untuk menyiapkan para siswa agar dapat hidup
dalam dunia yang sifatnya spesialistis dan memiliki pemahaman yang menyeluruh.
Model ini menurut para ahli memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantara
kelebihannya yaitu: kesiapan siswa yang betul-betul tuntas, sempurna dan
menyeluruh pada bidang keilmuannya lebih mudah dan memungkinkan dicapai oleh
siswa, diharapkan pada model ini dapat melahirkan siswa yang benar-benar siap dan
ahli dibidang disiplinnya masing-masing, memungkinkan siswa melihat dan
menguasai hubungan antara berbagai hal, dan masih adanya upaya pewarisan budaya
secara sistematis dan teratur masih dimungkinkan.
Adapun kekurangannya yaitu: masih terbatasnya pada bidangnya,
pembahasan menjadi tidak dapat terlalu dalam, kurang menekankan pada proses
pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kogniktif tingkat tinggi, dan menyiapkan
tenaga ajarnya mengalami kenadala karena yang memiliki penguasaan dan wawasan
keilmuan yang dapat memenuhi persyaratan ideal agak susah.7
7Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum,h 121.
7
2. Learner Centered Design
Konsep learner centered design bersumber dari konsep Rousseeau tentang
pendidikan alam yang menekankan perkembangan anak. Menurut pandangan model
ini, dalam pendidikan dan pengajaran yang menjadi subyek adalah anak. Guru hanya
berperan menciptakan situasi belajar, mendorong, membimbing sesuai dengan
kebutuhan anak sebab anak punya potensi untuk berbuat, berperilaku dan
berkembang.
Ada dua karakteristik utama dari model desain kurikulum ini yaitu: Pertama,
pengembangan desain kurikulum bertolak pada anak dan bukan pada isi materi;
Kedua, model ini bersifat not preplanned (kurikulum tidak disusun sebelumnya)
tetapi dikembangkan bersama antara guru dan siswa dalam menyelesaikan tugas-
tugas pendidikan.
Ada beberapa variasi dari model ini, seperti: the activity/experience design,
humanistic disegn, the open free disegn, dan lain-lainnya. Akan tetapi yang paling
terkenal ialah “The activity/experience design”.
The activity/experience design adalah sebuah model desain kurikulum yang
pengembangannya didasarkan pada pemikiran atau filsafat Jean-Jacques Rousseau
(1712-1778) dan Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827), yang berkembang di abad
18, yang memandang bahwa pendidikan harus didasarkan dan dilaksanakan sesuai
dengan keadaan anak secara alamiah.8
Beberapa ciri utama desain kurikulum model “the activity/experience design”
adalah: Pertama; struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat anak dalam
implementasinya menuntut guru; a) menemukan minat dan kebutuhan anak, b )
membantu siswa memilih mana yang paling esensial. Kedua; kurikulum tidak disusun
sebelumnya tetapi disusun bersama siswa dan guru, baik tujuan, sumber dan alat,
kegiatan belajardan evaluasinya. Ketiga ; desain kurikulum ditekankan pada prosedur
pemacahan masalah .
8Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum,h 128.
8
Salah satu contoh desain kurikulum “the activity/experience design”
misalnya dapat dilihat pada model yang dirancang John Dewey. Struktur kurikulum
yang disusun berdasarkan kebutuhan manusia, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk
membangun, kebutuhan untuk menelitin dan bereksperimen.
Adapun kelebih yang dimiliki desain ini adalah, Pertama program pendidikan
berasal dari peserta didik, maka tidak banyak mengalami kesulitan merangsang
peserta didik dalam motivasi belajar. Kedua, pengajaran memperhatikan proses
belajar siswa untuk melakukan hal-hal nyata, bermakna, dan relevan dengan
kehidupannya.
Adapun kekurangannya. Pertama, kurikulum pendidikan yang dibuat atas
dasar minat dan tuntutan anak saja dipandang tidak cukup dalam menjawab berbagai
permasalahan dan tantangan kehidupan. Kedua, model ini dianggap lemah dalam
kontinuitas dan sekuens bahan, sebab minat mudah sekali berubah oleh
perkembangan dan lingkungan. Ketiga, model ini memerlukan pemahaman yang baik
terhadap perkembangan psikologi siswa. Karena model ini tidak bisa dilakukan oleh
guru biasa atau guru bidang studi/mata pelajaran.9
3. Problem Centered Design
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan manusia
dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat dan menekankan
pada perkembangan peserta didik.10
Hal ini bertolak dari asumsi para ahli pendidikan humanistik bahwa manusia
sebagai makhluk social selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia
menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka
9Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum...., h 132.
10
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
1998), h 63.
9
berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalh social yang mereka
hadapi untuk meneingkatkan kehidupan mereka, selain itu anak atau siswa adalah
yang pertama dan utama dalam pendidikan, sehingga kurikulum humanistik lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Siswa dipandang sebaga subjek yang
menjadi pusat kegiatan pendidikan, siswa memiliki potensi, kemampuan dan
kekuatan untuk berkembang.11
Konsep-konsep ini menjadi landasan pula dalam pendidikan dan
pengembangan kurikulum. Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka
disusun sebelumnya (preplanned). Isi kurikulum berupa masalah-masalah social yang
dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan datang. Sekuens bahan disusun
berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik.
Problem centered design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta
didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu The Areas Of
Living Design,dan The Core Design.
a) The Area of Living Design
Perhatian terhadap bidang-bidang kehidupan sebagai dasar penyusunan
kurikulum telah dimulai oleh Hebert Spencer pada abad 19, dalam tulisan yang
berjudul What Knowledge is of most worth? Areas of living design seperti learner
centered design menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah.12
Prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang
bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan. Penguasaan informasi- unformasi
yang bersifat pasif tetap dirangsang. Cirri lain yaitu menggunakan pengalaman dan
situasi – situasi dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-
bidang kehidupan.
11Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h 79.
12
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011 ), h113.
10
The areas of living hubungannya besar sekali. Tiap pengalaman peserta didik
sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan
suatu desain merangkumkan pengalaman-pengalaman social peserta didik. Dengan
demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada
pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya:
1) The areas of living desaign merupakan the subject matter design tetapi dalam
bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara subject dihilangkan oleh
problema- problema kehidupan sosial.
2) Karena kurikulum diorganisasikan di sekitar problema- problema peserta
didik maka kurikulum ini menggunakan prosedur pemecahan masalah.
3) Menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan.
4) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yyang professional.
5) Motivasi berasal dari peserta didik.13
Adapun kekurangan dari desain ini adalah:
1) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sngat
esensial sangat sukar.
2) Lemahnya integrasi kurikulum
3) Desain ini megabaikan warisan budaya.
Para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan masa depan dan
mengabaikan masa lalu.
b) The Core Design
The cores design timbul sebagai reaksi utama kepadaseparate subject design,
yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar , mereka memilih
mta mata pelajaran tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan kan
13 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h. 81. Lihat juga Saifuddin Sabda,
Pengembangan Kurikulum, h 134.
11
disekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-initi bahan ajar dipusatkan pada
kebutuhan individual dan sosial. The core design biasa juga disebut the core
curriculum.
Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design. Mayoritas
memandang core curriculum sebagai suatu model pendidikan atau program
pendidikan yang memberikan pendidikan umum. Pada beberapa kurikulum yang
berlaku di Indonesia dewasa ini, core curriculum disebut kelompok mata kuliah atau
pelajaran dasar umum, dan diarahkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan
pribadi dan social. Kalau kelompok mata kuliah/pelajaran spesialisasi diarahkan pada
penguasaan keahlian/kejuruan tertentu, maka kelompok mata pelajaran ini ditujukan
pada pembentukan pribadi yang sehat, baik, matang, dan warga masyarakat yang
mampu membina kerja sama yang baik pula.14
The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan
berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping memberikan pengetahuan, niali-nlai
dan keterampilan social, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap
perkembangan social pribadi peserta didik.15
Ada beberapa variasi desain core curriculum yaitu:
1) The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan
antar-mata pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau
menjadi inti mata pelajaran lainnya dijadikan core.
2) The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate
subjects design, dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang
erat hubungannya.
3) The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject,
pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih
banyak. Sejarah, geografi, antropologi, sosiologi, ekonomi dipadukan menjadi
14 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h 85. Lihat juga Saifuddin Sabda,
Pengembangan Kurikulum, h 138.
12
studi kemasyarakatan. Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah
umum yang dapat diinjau dari berbagai sudut pandang.
4) The activity/experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan
progresif dengan learner centerd design-nya. Seperti halnya pada learner
centered, the activity/experience core dipusatkan pada minat-minat dan
kebutuhan peserta didik.
5) The areas of living core. Desain model ini berpangkal juga pada pendidikan
progresif, tetapi organisasinya berstruktur dan dirancang sebelumnya.
Berbentuk pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang
muncul di masyarakat. Bentuk desain ini dipandang sebagai core design yang
paling murni dan paling cocok untuk program pendidikan umum.
6) The social problems core. Model desain ini pun merupakan produk dari
pendidikan progresif. Dalam beberapa hal model ini sama dengan the areas of
living core. Perbedaannya terletak pada the areas of licing core didasarkan atas
kegiatan-kegiatan manusia yang universal tetapi tidak berisi hal yang
controversial, sedangkan the social problems core di dasarkan atas problema-
problema yang mendasar dan bersifat controversial. Beberapa contoh masalah
social yang menjadi tema model core design ini adalah kemiskinan, kelaparan,
inflasi, rasialisme, perang senjata nuklir, dan sebagainya. Hal-hal di atas adalah
sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan dan berisi suatu controversial bersifat
pro dan kontra. The areas of living core cenderung memelihara dan
mempertahankan kondisi yang ada, sedang the social problems core mencoba
memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai social dan
pribadi yang berbeda.16
16 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h 90.
13
BAB III
PENUTUP
Desain kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen
yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunakan
untuk proses pembelajaran. Wacana ini menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu
terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau
materi atau isi dari kurikulum tersebut. Strategi mengajar atau metode mengajar,
media mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran.
Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap
komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang harus dilakukan
oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat
digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design,
problem centered design. Setiap design kurikulum memberikan teknik atau cara yang
efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efesien. Tetapi
tidak setiap design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
melakukan proses pembelajaran. Karena setiapnya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
James, Beane A., Curriculum Integration: Designing The Core of Democratic
Eduction, Teachers College Press, Columbia University. 1975.
Malik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda, 1993.
Nadirah, Desain-Desain Kurikulum, Bandung: Rosda , 2014.
Sabda, Saifuddin, Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011.
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group 1998.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Cet.11,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

More Related Content

What's hot

Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
Isme Semangat
 
Manajemen risiko suku bunga
Manajemen risiko suku bungaManajemen risiko suku bunga
Manajemen risiko suku bunga
Desy Diyastuti
 
Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan HomogenitasUji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan Homogenitas
Putri Handayani
 
Kuesioner evaluasi proses pembelajaran oleh mahasiswa
Kuesioner    evaluasi  proses pembelajaran  oleh  mahasiswaKuesioner    evaluasi  proses pembelajaran  oleh  mahasiswa
Kuesioner evaluasi proses pembelajaran oleh mahasiswa
Bhagaskoro Kurniawan
 
Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09
Lia Ivvana
 
12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt
12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt
12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt
ayupuspawirani1
 
sistem perumusan strategi dalam manajemen
 sistem perumusan strategi dalam manajemen sistem perumusan strategi dalam manajemen
sistem perumusan strategi dalam manajemen
Hanifudin El-hadi
 
Kurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasarKurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasarSuyanto Suyanto
 
Bab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian
Bab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan PengendalianBab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian
Bab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian
Fitri Ayu Kusuma Wijayanti
 
108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...
108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...
108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...
Agus Melas Agues
 
Metopel akt 1
Metopel akt 1Metopel akt 1
Metopel akt 1
Mukhrizal Effendi
 
05 ukuran penyebaran 12 jadi
05 ukuran penyebaran 12 jadi05 ukuran penyebaran 12 jadi
05 ukuran penyebaran 12 jadiHaidar Bashofi
 
BMP EKMA4262 Manajemen Risiko
BMP EKMA4262 Manajemen RisikoBMP EKMA4262 Manajemen Risiko
BMP EKMA4262 Manajemen Risiko
Mang Engkus
 
Pengantar Manajemen Layanan Khusus
Pengantar Manajemen Layanan KhususPengantar Manajemen Layanan Khusus
Pengantar Manajemen Layanan KhususAdy Setiawan
 
Utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
Utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasaUtang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
Utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
Isah Nurdianah
 
Pasar Uang & Valuta Asing
Pasar Uang & Valuta AsingPasar Uang & Valuta Asing
Pasar Uang & Valuta Asing
Syafril Djaelani,SE, MM
 
PPT Tax Planning PPh Badan.pptx
PPT Tax Planning PPh Badan.pptxPPT Tax Planning PPh Badan.pptx
PPT Tax Planning PPh Badan.pptx
MarethaEsti1
 
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Andy Susanto
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
Annisa Khoerunnisya
 

What's hot (20)

Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
 
Manajemen risiko suku bunga
Manajemen risiko suku bungaManajemen risiko suku bunga
Manajemen risiko suku bunga
 
Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan HomogenitasUji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan Homogenitas
 
Kuesioner evaluasi proses pembelajaran oleh mahasiswa
Kuesioner    evaluasi  proses pembelajaran  oleh  mahasiswaKuesioner    evaluasi  proses pembelajaran  oleh  mahasiswa
Kuesioner evaluasi proses pembelajaran oleh mahasiswa
 
Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09
 
Taksonomi variabel
Taksonomi variabelTaksonomi variabel
Taksonomi variabel
 
12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt
12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt
12.-Pengolahan-Modal-Kerja.ppt
 
sistem perumusan strategi dalam manajemen
 sistem perumusan strategi dalam manajemen sistem perumusan strategi dalam manajemen
sistem perumusan strategi dalam manajemen
 
Kurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasarKurikulum pendidikan dasar
Kurikulum pendidikan dasar
 
Bab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian
Bab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan PengendalianBab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian
Bab.15 Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian
 
108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...
108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...
108967219 contoh-soal-penyelesaian-analisa-regresi-dan-korelasi-jurusan-tekni...
 
Metopel akt 1
Metopel akt 1Metopel akt 1
Metopel akt 1
 
05 ukuran penyebaran 12 jadi
05 ukuran penyebaran 12 jadi05 ukuran penyebaran 12 jadi
05 ukuran penyebaran 12 jadi
 
BMP EKMA4262 Manajemen Risiko
BMP EKMA4262 Manajemen RisikoBMP EKMA4262 Manajemen Risiko
BMP EKMA4262 Manajemen Risiko
 
Pengantar Manajemen Layanan Khusus
Pengantar Manajemen Layanan KhususPengantar Manajemen Layanan Khusus
Pengantar Manajemen Layanan Khusus
 
Utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
Utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasaUtang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
Utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa
 
Pasar Uang & Valuta Asing
Pasar Uang & Valuta AsingPasar Uang & Valuta Asing
Pasar Uang & Valuta Asing
 
PPT Tax Planning PPh Badan.pptx
PPT Tax Planning PPh Badan.pptxPPT Tax Planning PPh Badan.pptx
PPT Tax Planning PPh Badan.pptx
 
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 

Similar to Desain kurikulum

Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1   kurikulum dan pembelajaranTugas 1   kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
Kadek Kariasa
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulum
idhessara
 
Andi alfina ulandari dpkb
Andi alfina ulandari dpkbAndi alfina ulandari dpkb
Andi alfina ulandari dpkb
Alfina Wulandari
 
Aan rukanda
Aan rukandaAan rukanda
Aan rukanda
Aan Rukanda Net
 
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
Desmon Kamaludin Sihaloho
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaranitanurhayati
 
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaKurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaIRMA HERDIANTI
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaranitanurhayati
 
Anatomi dan Desain Kurikulum.docx
Anatomi dan Desain Kurikulum.docxAnatomi dan Desain Kurikulum.docx
Anatomi dan Desain Kurikulum.docx
Zukét Printing
 
Anatomi dan Desain Kurikulum.pdf
Anatomi dan Desain Kurikulum.pdfAnatomi dan Desain Kurikulum.pdf
Anatomi dan Desain Kurikulum.pdf
Zukét Printing
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
ayu
 
Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...
Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...
Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...
Musthofa Thofa
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Bun Faris
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Ririn Romayanti
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Rien Romayanti
 

Similar to Desain kurikulum (20)

Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1   kurikulum dan pembelajaranTugas 1   kurikulum dan pembelajaran
Tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
 
Desain kurikulum
Desain kurikulumDesain kurikulum
Desain kurikulum
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulum
 
Desain kurikulum
Desain kurikulumDesain kurikulum
Desain kurikulum
 
Andi alfina ulandari dpkb
Andi alfina ulandari dpkbAndi alfina ulandari dpkb
Andi alfina ulandari dpkb
 
Aan rukanda
Aan rukandaAan rukanda
Aan rukanda
 
Aan rukanda
Aan rukandaAan rukanda
Aan rukanda
 
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaKurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Dian andriani 2 d
Dian andriani 2 dDian andriani 2 d
Dian andriani 2 d
 
Dian andriani 2 d
Dian andriani 2 dDian andriani 2 d
Dian andriani 2 d
 
Anatomi dan Desain Kurikulum.docx
Anatomi dan Desain Kurikulum.docxAnatomi dan Desain Kurikulum.docx
Anatomi dan Desain Kurikulum.docx
 
Anatomi dan Desain Kurikulum.pdf
Anatomi dan Desain Kurikulum.pdfAnatomi dan Desain Kurikulum.pdf
Anatomi dan Desain Kurikulum.pdf
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...
Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...
Model pembelajaran efektif untuk pencapaian kompetensi dasar menurut kurikulu...
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 

Recently uploaded

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
HERIHERI52
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 

Recently uploaded (20)

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 

Desain kurikulum

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikuklum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari ruang lingkup isi kurikulum. Dimensi vartikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesulitan yang dihadapi. Bahan tersusun dari yang mudah, kemudian menuju yang lebih sulit, atau mulai yang dasar diteruskan dengan yang lanjutannya. Penyusunan desain kurikulum adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada, guna memperoleh hasil yang maksimal. Pelaksanaan kurikulum sendiri diwujudkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi pendidikan atau sekolah tertentu. Dengan demikian, Penyusunan desain kurikulum mendiskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Wacana ini menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, yaitu diantaranya tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar, dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Karena setiap komponen tersebutsangat berhubungan untuk mendesain kurikulum.
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Desain Menurut Oemar Hamalik pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.1 Desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.2 Adapun George A. Beauchamp mengemukakan bahwa: Curriculum design may be defined as the substance and organization of goal and culture content so arranged as to reveal potential progression through levels of schooling. (Desain kurikulum bisa digambarkan sebagai unsur pokok, komponen hasil atau sasaran dan kultur yang membudaya).3 Sehingga dari uraian diatas dapat penulis simpulan bahwa Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya. 1 Oemar Malik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Rosda, 1993), h 21. 2 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Cet.11, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h 34. 3 Beane A. James, Curriculum Integration: Designing The Core of Democratic Eduction, (Teachers College Press, Columbia University. 1975), h. 101.
  • 3. 3 B. Prinsip-Prinsip Dalam Mendesain Saylor mengajukan ada delapan prinsip ketika akan mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan. 2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru; 3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah; 4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa 5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah. 6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman berikutnya. 7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur. 8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.4 C. Model-Model Desain Kurikulum Longstreet mendefinisikan desain kurikulum yang berpusat pada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini 4 Nadirah, Desain-Desain Kurikulum,(Bandung, Rosda, 2014), h 35.
  • 4. 4 juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Ada tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: Subject Centered Design, Learner Centered design, Problem Centered design. Setiap desian kurikulum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran. Karena setiap kurikulum memiliki kelebihann dan kekurangan dalam pelaksanaannya. 1. Subject Centered Design Desain kurikulum “subject centered design” ini berkembang dari konsep pendidikan klasik yang memandang pentingnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai masa lalu bagi anak didik . desain ini memiliki tiga pola dari “ subject centered design” ini yaitu: (1) The Subject Design, (2) “ The Discipline design, (3) The Broad Fields design. a. The Subject Design, Model ini merupakan bentuk yang paling murni dari subject centered design yang benar-benar menitikberatkan pada materi/isi pembelajaran. Pada model desain ini kurikulum ini mata pelajaran diorganisir secara terpisah-pisah dalam bentuk sejumlah materi/mata-mata pelajaran. Oleh karenanya kurikulum ini sering disebut pula “ separated subject curiculum”. Pengambilan desain ini bersumber dari apa yang berkembang pada pada masa Klasik atau oleh para ahli masa lalu. Materi yang dianggap penting untuk diturunkankan atau diwariskan kepada generasi berikutnya, seperti logika, retorika, gramatika, matematika, geomitri, astronomi, ekonomi, politik, dan lainnya. Materi pelajaran tersebut diambil dari oarng-orang Yunani dan Romawi atau pada lembaga pendidikan Islam dimabil juga dari warisan masa kalsik Islam (sejak masa Rasul Muhammad saw hingga masa dinasti Abbasiyah). Model ini sangat banyak dipakai dalam pendidikan, sebab model desain ini kenyataannya lebih mudah disusun,
  • 5. 5 dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan. Pelaksanaannya juga tidak menuntut persiapan dan persyaratan yang rumit.5 b. The Discipline design Model “the discipline design” adalah sebagai bentuk pengembangan dari model kurikulum yang berbasis pada materi atau mata pelajaran (subject centered design). Terdapat beberapa perbedaan model ini dengan model “ the subjest design”. Pertama, perbedaannya terletak pada ketegasan kreteria tentang apa yang disebut subjek ilmu. Pada “the subject design” belum terdapat kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu), sedangkan pada “the discipline disegn” kriteria subjek (ilmu) sudah cukup tegas. Kalau pada “ the subject design” belum ada perbedaan antara matematika, psikologi, teknik, ekonomi, atau cara mengemudi, dan lain-lain,6 semuanya disebut subject (ilmu). Pada “the discipline design” kriteria sudah tegas yang membedakan pakah pengetahuan itu ilmu atau bukan sebagai batang tubuh keilmuan. Kedua, dalam kurikulum “the discipline design”, kurikulum sudah disusun atau diorganisir berdasarkan nama disiplin ilmu. Model ini jika dibandingkan dengan “the subject design” memiliki kelebihan, yakni disamping memilki organisasi yang sistimatik dan efektif. Juga dengan model ini para siswa tidak hanya menguasai serentetan fakta, prinsif sebagai hasil hafralan, tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang dari diri siswa sendiri. Model ini juga memilki kekurang, yaitu: model ini belum dapat memberikan pengetahuan yang terintegrasi secara luas, secara akademis dan intelektual masih sempit, belum mampu mengitegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan nyata, belum memberikan perhatian terhadap minat dan kebutuhan atau pengalaman 5Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2011), h 115. 6Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum..., h 117.
  • 6. 6 siswa , belum efisien, baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya, dan masih menunjukkan dan memprkatikkan pemisahan antara materi dan pelajaran. c. The Broad Fields design. Secara etemologis “broad” berarti luas dan “field” dapat diartika bidang, lapangan, medan. Dengan demikian model ini dapat dipahami sebagai sebuah desain kurikulum yang memiliki atau memperhatikan bidang yang luas. Pada esensinya model ini adalah upaya menggambungkan dua atau lebih materi atau mata pelajaran yang terfragmentasi menjadi satu kesatuan. Ciri utama dari model ini adalah adanya penggabungan diantara bidang studi yang berdekatan seperti, sejarah, geogari, dan ekonomi digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuannya untuk menyiapkan para siswa agar dapat hidup dalam dunia yang sifatnya spesialistis dan memiliki pemahaman yang menyeluruh. Model ini menurut para ahli memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihannya yaitu: kesiapan siswa yang betul-betul tuntas, sempurna dan menyeluruh pada bidang keilmuannya lebih mudah dan memungkinkan dicapai oleh siswa, diharapkan pada model ini dapat melahirkan siswa yang benar-benar siap dan ahli dibidang disiplinnya masing-masing, memungkinkan siswa melihat dan menguasai hubungan antara berbagai hal, dan masih adanya upaya pewarisan budaya secara sistematis dan teratur masih dimungkinkan. Adapun kekurangannya yaitu: masih terbatasnya pada bidangnya, pembahasan menjadi tidak dapat terlalu dalam, kurang menekankan pada proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kogniktif tingkat tinggi, dan menyiapkan tenaga ajarnya mengalami kenadala karena yang memiliki penguasaan dan wawasan keilmuan yang dapat memenuhi persyaratan ideal agak susah.7 7Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum,h 121.
  • 7. 7 2. Learner Centered Design Konsep learner centered design bersumber dari konsep Rousseeau tentang pendidikan alam yang menekankan perkembangan anak. Menurut pandangan model ini, dalam pendidikan dan pengajaran yang menjadi subyek adalah anak. Guru hanya berperan menciptakan situasi belajar, mendorong, membimbing sesuai dengan kebutuhan anak sebab anak punya potensi untuk berbuat, berperilaku dan berkembang. Ada dua karakteristik utama dari model desain kurikulum ini yaitu: Pertama, pengembangan desain kurikulum bertolak pada anak dan bukan pada isi materi; Kedua, model ini bersifat not preplanned (kurikulum tidak disusun sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dan siswa dalam menyelesaikan tugas- tugas pendidikan. Ada beberapa variasi dari model ini, seperti: the activity/experience design, humanistic disegn, the open free disegn, dan lain-lainnya. Akan tetapi yang paling terkenal ialah “The activity/experience design”. The activity/experience design adalah sebuah model desain kurikulum yang pengembangannya didasarkan pada pemikiran atau filsafat Jean-Jacques Rousseau (1712-1778) dan Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827), yang berkembang di abad 18, yang memandang bahwa pendidikan harus didasarkan dan dilaksanakan sesuai dengan keadaan anak secara alamiah.8 Beberapa ciri utama desain kurikulum model “the activity/experience design” adalah: Pertama; struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat anak dalam implementasinya menuntut guru; a) menemukan minat dan kebutuhan anak, b ) membantu siswa memilih mana yang paling esensial. Kedua; kurikulum tidak disusun sebelumnya tetapi disusun bersama siswa dan guru, baik tujuan, sumber dan alat, kegiatan belajardan evaluasinya. Ketiga ; desain kurikulum ditekankan pada prosedur pemacahan masalah . 8Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum,h 128.
  • 8. 8 Salah satu contoh desain kurikulum “the activity/experience design” misalnya dapat dilihat pada model yang dirancang John Dewey. Struktur kurikulum yang disusun berdasarkan kebutuhan manusia, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk membangun, kebutuhan untuk menelitin dan bereksperimen. Adapun kelebih yang dimiliki desain ini adalah, Pertama program pendidikan berasal dari peserta didik, maka tidak banyak mengalami kesulitan merangsang peserta didik dalam motivasi belajar. Kedua, pengajaran memperhatikan proses belajar siswa untuk melakukan hal-hal nyata, bermakna, dan relevan dengan kehidupannya. Adapun kekurangannya. Pertama, kurikulum pendidikan yang dibuat atas dasar minat dan tuntutan anak saja dipandang tidak cukup dalam menjawab berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan. Kedua, model ini dianggap lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan, sebab minat mudah sekali berubah oleh perkembangan dan lingkungan. Ketiga, model ini memerlukan pemahaman yang baik terhadap perkembangan psikologi siswa. Karena model ini tidak bisa dilakukan oleh guru biasa atau guru bidang studi/mata pelajaran.9 3. Problem Centered Design Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat dan menekankan pada perkembangan peserta didik.10 Hal ini bertolak dari asumsi para ahli pendidikan humanistik bahwa manusia sebagai makhluk social selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka 9Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum...., h 132. 10 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 1998), h 63.
  • 9. 9 berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalh social yang mereka hadapi untuk meneingkatkan kehidupan mereka, selain itu anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan, sehingga kurikulum humanistik lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Siswa dipandang sebaga subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, siswa memiliki potensi, kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.11 Konsep-konsep ini menjadi landasan pula dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum. Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya (preplanned). Isi kurikulum berupa masalah-masalah social yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan datang. Sekuens bahan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik. Problem centered design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu The Areas Of Living Design,dan The Core Design. a) The Area of Living Design Perhatian terhadap bidang-bidang kehidupan sebagai dasar penyusunan kurikulum telah dimulai oleh Hebert Spencer pada abad 19, dalam tulisan yang berjudul What Knowledge is of most worth? Areas of living design seperti learner centered design menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah.12 Prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan. Penguasaan informasi- unformasi yang bersifat pasif tetap dirangsang. Cirri lain yaitu menggunakan pengalaman dan situasi – situasi dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang- bidang kehidupan. 11Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h 79. 12 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011 ), h113.
  • 10. 10 The areas of living hubungannya besar sekali. Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain merangkumkan pengalaman-pengalaman social peserta didik. Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat. Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya: 1) The areas of living desaign merupakan the subject matter design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema- problema kehidupan sosial. 2) Karena kurikulum diorganisasikan di sekitar problema- problema peserta didik maka kurikulum ini menggunakan prosedur pemecahan masalah. 3) Menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. 4) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yyang professional. 5) Motivasi berasal dari peserta didik.13 Adapun kekurangan dari desain ini adalah: 1) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sngat esensial sangat sukar. 2) Lemahnya integrasi kurikulum 3) Desain ini megabaikan warisan budaya. Para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan masa depan dan mengabaikan masa lalu. b) The Core Design The cores design timbul sebagai reaksi utama kepadaseparate subject design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar , mereka memilih mta mata pelajaran tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan kan 13 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h. 81. Lihat juga Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum, h 134.
  • 11. 11 disekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-initi bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core design biasa juga disebut the core curriculum. Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design. Mayoritas memandang core curriculum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. Pada beberapa kurikulum yang berlaku di Indonesia dewasa ini, core curriculum disebut kelompok mata kuliah atau pelajaran dasar umum, dan diarahkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi dan social. Kalau kelompok mata kuliah/pelajaran spesialisasi diarahkan pada penguasaan keahlian/kejuruan tertentu, maka kelompok mata pelajaran ini ditujukan pada pembentukan pribadi yang sehat, baik, matang, dan warga masyarakat yang mampu membina kerja sama yang baik pula.14 The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping memberikan pengetahuan, niali-nlai dan keterampilan social, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap perkembangan social pribadi peserta didik.15 Ada beberapa variasi desain core curriculum yaitu: 1) The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar-mata pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata pelajaran lainnya dijadikan core. 2) The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate subjects design, dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat hubungannya. 3) The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject, pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak. Sejarah, geografi, antropologi, sosiologi, ekonomi dipadukan menjadi 14 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h 85. Lihat juga Saifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum, h 138.
  • 12. 12 studi kemasyarakatan. Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat diinjau dari berbagai sudut pandang. 4) The activity/experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif dengan learner centerd design-nya. Seperti halnya pada learner centered, the activity/experience core dipusatkan pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik. 5) The areas of living core. Desain model ini berpangkal juga pada pendidikan progresif, tetapi organisasinya berstruktur dan dirancang sebelumnya. Berbentuk pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di masyarakat. Bentuk desain ini dipandang sebagai core design yang paling murni dan paling cocok untuk program pendidikan umum. 6) The social problems core. Model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan progresif. Dalam beberapa hal model ini sama dengan the areas of living core. Perbedaannya terletak pada the areas of licing core didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia yang universal tetapi tidak berisi hal yang controversial, sedangkan the social problems core di dasarkan atas problema- problema yang mendasar dan bersifat controversial. Beberapa contoh masalah social yang menjadi tema model core design ini adalah kemiskinan, kelaparan, inflasi, rasialisme, perang senjata nuklir, dan sebagainya. Hal-hal di atas adalah sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan dan berisi suatu controversial bersifat pro dan kontra. The areas of living core cenderung memelihara dan mempertahankan kondisi yang ada, sedang the social problems core mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai social dan pribadi yang berbeda.16 16 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, h 90.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP Desain kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Wacana ini menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut. Strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum. Desain kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design, problem centered design. Setiap design kurikulum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efesien. Tetapi tidak setiap design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Karena setiapnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. James, Beane A., Curriculum Integration: Designing The Core of Democratic Eduction, Teachers College Press, Columbia University. 1975. Malik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda, 1993. Nadirah, Desain-Desain Kurikulum, Bandung: Rosda , 2014. Sabda, Saifuddin, Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011. Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group 1998. Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek). Cet.11, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.