tugas pelaksana lapangan pekerjaan saluran irigasi
147701255-Rijang-Dan-Pembentukannya.pdf
1. PEMBENTUKAN MIKROKRISTALIN KUARSA PADA RIJANG
Tjang Andreas Archie Candra Sapura Wijaya1
21100112120001
Email: andreas.archie@gmail.com
1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Rijang merupakan jenis sedimen non-klastik yang terbentuk hasil pengendapan silikat dari organisme
yaitu radiolaria dan diatom. Kedua jenis organisme ini merupakan organisme yang tinggal di kedalaman
di atas 1000 m. Jika di suatu singkapan ditemukan suatu baturijang, dipastikan daerah tersebut dulunya
merupakan laut dalam yang mengalami pengangkatan oleh proses geologi. Rijang disusun dari
mikrokristalin kuarsa. Pembenrukan mikrokristalin kuarsa adalah Opal A, Opal CT, dan mikrokristalin
kuarsa.
Kata kunci: Opal, mikrokristalin, kuarsa, rijang.
PENDAHULUAN
Pembentukan rijang pada dasarnya pembentukan
mikrokristalin kuarsa. Pada paper ini, penulis akan
membahas pembentukan mikrokristalin kuarsa
dari fase terlarut menjadi kristal kuarsa.
TINJAUAN PUSTAKA
Rijang
Rijang adalah batuan sedimen keras dan padat,
yang tersusun atas kuarsa, yaitu mikrokristalin,
kriptokristalin, dan mikrofibrous. Hal ini ditandai
dengan kilap kaca dan pecahan conchoidal. Rijang
memiliki tiga jenis struktur yaitu nodular, massif,
dan perlapisan. Sementara rijang mengacu pada
semua jenis batuan yang komposisi utamanya
seperti diatas, flint berarti jenis rijang yang
terbentuk dalam nodular dalam kapur dan
batugamping. Dalam arkeologi, kedua istilah ini
mengacu pada kualitas dimana rijang merupakan
material dengan kualitas dibawah flint. Jenis lain
dari rijang adalah jasper. Jasper umumnya
memiliki warna merah atau kuning tergantung
jenis oksida besi di dalamnya.
Radiolaria
Radiolaria adalah amoeba yang memiliki rangka
dalam yang rumit, biasanya dengan inti yang
membagi sel ke dalam dan luar. Radiolaria
ditemukan sebagai zooplankton di lautan dan
kerangka yang tersisa menyebar dalam jumlah
yang besar sebagai radiolaria ooze. Oleh karena
waktu hidup yang singkat, radiolaria menjadi fosil
penciri dari masa Kambrium. Contoh fosilnya
adalah Actinomma, Heliosphaera, dan
hexadoridium.
Diatom
Diatom adalah organisme sejenis alga dengan
karakteristik tenggelam jika mati.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penyusunan jurnal
ini adalah studi pustaka. Hal ini dengan membaca
jurnal yang telah ada sebelumnya dan menuliskan
kembali menurut pemahaman penulis secara
singkat dan sejelas mungkin
DESKRIPSI
Baturijang memiliki sifat yang sejenis dengan
kuarsa karena material penyusunnya adalah
kuarsa. Rijang memiliki kekerasan 7 skala Mohs,
kilapnya kaca, warnanya putih dan bisa berubah
sesuai material lainnya, strukturnya massif,
ceratnya logam.
Kandungan kimia rijang yang utama sesuai
dengan kuarsa yaitu SiO2. Selain kuarsa, terdapat
mineral lain berupa alkali, logam, dan mungkin
karbonat. Kuarsa pada rijang berupa mikrokuarsa
yang berukuran kurang dari 20 micron. Rijang
2. juga banyak mengandung mikroorganisme seperti
radiolarian dan diatom.
PEMBAHASAN
Pembentukan mikrokristalin kuarsa diawali dari
pembentukan Opal A. Opal A merupakan silika
amorf yang terbentuk dengan kondisi lingkungan
air laut mengandung 2 – 14 ppm SiO2. Organisme
dapat menyerap silika yang terlarut jika
kandungan silika dibawah titik jenuh. Silika amorf
ini terdepositkan secara abiogenik. Kejenuhan
bisa terjadi karena penurunan suhu secara tiba-tiba
dan penurunan tekanan. Dasar pembentukan Opal
A ini adalah evaporasi yang lambat dan kejenuhan
silika.
Setelah terbentuk Opal A, Opal A yang
mengalami pertumbuhan secara berlebihan
menjadi Opal CT. Opal CT terdiri dari kristobalit
dan tridimit. Susunan mineral pada Opal C buruk.
Opal A menjadi Opal CT dalam keadaan
penimbunan material sedimen menyebabkan suhu
sekitar ~500
C. Tanah liat menjadi penghambat
pembentukan Opal CT. Hal ini karena Silika
diserap oleh tanah liat.
Setelah itu, terjadi penusunan kembali mineral
pada Opal CT. Ruang kosong pada Opal CT
menurun seeiring kedalaman yang semakin besar.
Opal CT masih mengandung 1 – 2% kandungan
non silika. Difusi kation pada Opal CT menjadi
unsur penting dalam penstabilan, perlarutan, dan
perubahan Opal CT menjadi mikrokristalin
kuarsa. Tridimit cenderung mengalami pelarutan
lapisannya sedangkan kristobalit cenderung
mengalami presipitasi.
Kuarsa lalu mengalami presipitasi. Air menjadi
katalis dalam proses ini dengan menurunkan
energi yang diperlukan dalam pembentukan
kuarsa. Suhu yang ideal berkisar antara 310
-
1650
C. Tanah liat menjadi faktor pendukung
perubahan Opal CT menjadi mikrokristalin
kuarsa.
Kuarsa lalu mengalami rekristalisasi.
Kriptokristalin berubah menjadi mikrokristalin
secara lambat. Pertumbuhan yang lambat ini
menyebabkan tingkat kristalisasi kuarsa menjadi
10 atau tertinggi dalam tingkatnya.
KESIMPULAN
Proses pembentukan mikrokristalin kuarsa diawali
dari penerapan SiO2 oleh organisme saat kondisi
silika dalam air laut di bawah titik jenuh oleh
penurunan pH, suhu, maupun terjadinya
evaporasi. Opal A akan terdeposit dalam sedimen
dan susunannya meningkat menjadi Opal A’. Opal
CT terbentuk dari Opal A yang bertumbuh dan
menumpuk. Tanah liat menjadi penghambat.
Kristalisasi meningkat dengan pertambahan
waktu.
REFERENSI
Williams, Loretta Ann & David A. Crerar. 1985.
Silica Diagenesis, II. General Mechanisms in
Journal of Sedimentary Petrology
HESSE. R. 1989. Silica Diagenesis: Origin of
Inorganic and Replacement Cherts. Earth
Science Reviews. 26, 253 - 284.