Laporan studi kasus PT ITI memberikan ringkasan singkat tentang profil perusahaan, proses produksi, fasilitas kesehatan, program kesehatan, masalah ergonomi, dan sarana P3K.
Audiometri adalah tes pendengaran untuk menentukan jenis dan derajat gangguan pendengaran dengan mengukur ambang pendengaran menggunakan audiometer pada rentang frekuensi dan intensitas suara. Hasilnya berupa audiogram yang menunjukkan ambang pendengaran untuk masing-masing telinga.
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerjaFionna Pohan
Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan pabrik kelapa sawit dan menemukan bahwa mayoritas pekerja di bagian pengolahan mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan mesin berat. Dokter tersebut kemudian mempelajari definisi, klasifikasi, etiologi, pencegahan dan penanganan gangguan pendengaran akibat kerja.
PT. INTI melakukan program kesehatan karyawan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun, upaya perusahaan dalam bidang promotif, preventif dan rehabilitatif belum maksimal. PT. INTI perlu meningkatkan program kesehatan karyawan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan meningkatkan produktivitas.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit akibat kerja, yang didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Faktor-faktor penyebabnya meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi. Contoh penyakit akibat kerja yang dijelaskan meliputi penyakit alergi, paru, hati, ginjal, darah, jantung, reproduksi, otot dan t
Dokumen tersebut membahas berbagai faktor fisik yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan di rumah sakit, seperti tekanan panas, radiasi elektromagnetik, getaran, kebisingan, dan partikel berenergi tinggi. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan alam maupun buatan manusia, dan dapat menyebabkan berbagai efek akut maupun kronis seperti terbakar, gangguan sistem syaraf,
Laporan studi kasus PT ITI memberikan ringkasan singkat tentang profil perusahaan, proses produksi, fasilitas kesehatan, program kesehatan, masalah ergonomi, dan sarana P3K.
Audiometri adalah tes pendengaran untuk menentukan jenis dan derajat gangguan pendengaran dengan mengukur ambang pendengaran menggunakan audiometer pada rentang frekuensi dan intensitas suara. Hasilnya berupa audiogram yang menunjukkan ambang pendengaran untuk masing-masing telinga.
Gangguang kebisingan penyakit akibat kerjaFionna Pohan
Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan pabrik kelapa sawit dan menemukan bahwa mayoritas pekerja di bagian pengolahan mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan mesin berat. Dokter tersebut kemudian mempelajari definisi, klasifikasi, etiologi, pencegahan dan penanganan gangguan pendengaran akibat kerja.
PT. INTI melakukan program kesehatan karyawan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun, upaya perusahaan dalam bidang promotif, preventif dan rehabilitatif belum maksimal. PT. INTI perlu meningkatkan program kesehatan karyawan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan meningkatkan produktivitas.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit akibat kerja, yang didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Faktor-faktor penyebabnya meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi. Contoh penyakit akibat kerja yang dijelaskan meliputi penyakit alergi, paru, hati, ginjal, darah, jantung, reproduksi, otot dan t
Dokumen tersebut membahas berbagai faktor fisik yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan di rumah sakit, seperti tekanan panas, radiasi elektromagnetik, getaran, kebisingan, dan partikel berenergi tinggi. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan alam maupun buatan manusia, dan dapat menyebabkan berbagai efek akut maupun kronis seperti terbakar, gangguan sistem syaraf,
Fisioterapi adalah ilmu yang menitikberatkan pada penstabilan dan perbaikan gangguan fungsi tubuh melalui terapi gerak. Fisioterapis adalah orang yang telah lulus pendidikan fisioterapi dan diberi wewenang untuk melakukan tindakan fisioterapi berdasarkan ilmu dan kompetensinya. Proses fisioterapi meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, dan reevaluasi untuk mencapai tujuan pemulihan fun
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, penyebab, gejala umum, dan penanganan awal fraktur tulang seperti pemberian first aid, pembidaian, dan contoh pembidaian beberapa bagian tulang tertentu seperti lengan atas, paha, lutut, dan pergelangan kaki dalam 3 kalimat.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk berbagai bahaya potensial di tempat kerja seperti bahaya mekanik, listrik, kimia, dan psikososial beserta konsekuensinya berupa kecelakaan atau penyakit akibat paparan bahaya tersebut. Dokumen tersebut juga menjelaskan prinsip-prinsip K3 seperti mengidentifikasi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikan ek
Topik kedelapan perkuliahan Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi adalah tentang Biomekanika
Bagian pertama membahas mengenai konsep Biomekanika dan kegunaannya dalam Perancangan Sistem Kerja yang Ergonomis
Tuli akibat bising merupakan ketulian yang terjadi akibat exposure bising melampaui batas waktu yang diperbolehkan. Permanen, progresif dan tidak bisa kembali TAPI BISA DICEGAH
Keputusan Menteri Kesehatan menetapkan persyaratan higiene sanitasi untuk usaha jasa boga agar melindungi kesehatan masyarakat dari makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan serta menyesuaikan peraturan sebelumnya mengenai hal tersebut."
Dokumen tersebut membahas empat sistem manajemen yaitu ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001, dan SMK3. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan, prinsip-prinsip, persyaratan standar, daftar periksa kesesuaian, integrasi sistem manajemen, audit sistem manajemen, peran auditor, dan keberhasilan audit untuk keempat sistem manajemen tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan kerja dan ergonomi di PT Riau Andalan Pulp and Paper. Perusahaan telah melakukan berbagai upaya kesehatan dan keselamatan kerja seperti menyediakan fasilitas kesehatan, melakukan screening kesehatan berkala, serta mengikutsertakan seluruh pekerja dalam asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja. Namun demikian, masih terdapat beberapa area yang perlu diperbaiki
Fisioterapi adalah ilmu yang menitikberatkan pada penstabilan dan perbaikan gangguan fungsi tubuh melalui terapi gerak. Fisioterapis adalah orang yang telah lulus pendidikan fisioterapi dan diberi wewenang untuk melakukan tindakan fisioterapi berdasarkan ilmu dan kompetensinya. Proses fisioterapi meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, dan reevaluasi untuk mencapai tujuan pemulihan fun
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, penyebab, gejala umum, dan penanganan awal fraktur tulang seperti pemberian first aid, pembidaian, dan contoh pembidaian beberapa bagian tulang tertentu seperti lengan atas, paha, lutut, dan pergelangan kaki dalam 3 kalimat.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk berbagai bahaya potensial di tempat kerja seperti bahaya mekanik, listrik, kimia, dan psikososial beserta konsekuensinya berupa kecelakaan atau penyakit akibat paparan bahaya tersebut. Dokumen tersebut juga menjelaskan prinsip-prinsip K3 seperti mengidentifikasi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikan ek
Topik kedelapan perkuliahan Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi adalah tentang Biomekanika
Bagian pertama membahas mengenai konsep Biomekanika dan kegunaannya dalam Perancangan Sistem Kerja yang Ergonomis
Tuli akibat bising merupakan ketulian yang terjadi akibat exposure bising melampaui batas waktu yang diperbolehkan. Permanen, progresif dan tidak bisa kembali TAPI BISA DICEGAH
Keputusan Menteri Kesehatan menetapkan persyaratan higiene sanitasi untuk usaha jasa boga agar melindungi kesehatan masyarakat dari makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan serta menyesuaikan peraturan sebelumnya mengenai hal tersebut."
Dokumen tersebut membahas empat sistem manajemen yaitu ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001, dan SMK3. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan, prinsip-prinsip, persyaratan standar, daftar periksa kesesuaian, integrasi sistem manajemen, audit sistem manajemen, peran auditor, dan keberhasilan audit untuk keempat sistem manajemen tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan kerja dan ergonomi di PT Riau Andalan Pulp and Paper. Perusahaan telah melakukan berbagai upaya kesehatan dan keselamatan kerja seperti menyediakan fasilitas kesehatan, melakukan screening kesehatan berkala, serta mengikutsertakan seluruh pekerja dalam asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja. Namun demikian, masih terdapat beberapa area yang perlu diperbaiki
Dokumen tersebut membahas mengenai pengawasan kesehatan kerja yang mencakup pengertian, dasar hukum, ruang lingkup, pelayanan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan penyakit akibat kerja. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang upaya jaminan dan perlindungan kesehatan bagi pekerja dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di tempat kerja, terutama di rumah sakit. Dibahas pengertian K3, tujuan kesehatan dan keselamatan kerja, serta syarat-syarat untuk mencapai K3 yang baik seperti mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Juga diberikan contoh bahaya potensial di tempat kerja rumah sakit.
PT IT telah menerapkan program kesehatan kerja yang mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Program tersebut dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan berkala, edukasi kesehatan, dan kerja sama dengan fasilitas kesehatan eksternal. Laporan mengidentifikasi beberapa potensi bahaya kesehatan di tempat kerja serta memberikan saran perbaikan program kesehatan kerja.
Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP) bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas pekerja perempuan melalui upaya pencegahan dan pengendalian risiko kesehatan serta perbaikan lingkungan kerja. GP2SP melibatkan partisipasi pemerintah, pemberi kerja, dan serikat pekerja/buruh.
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKITFera Rausanni Ilma
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan ergonomi di rumah sakit untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya untuk menyesuaikan tugas dengan kondisi fisik. Penerapan ergonomi di rumah sakit meliputi penyesuaian posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, dan shift work untuk mengurangi kelelahan. Hal ini bertu
Dokumen ini berisi panduan akupresur mandiri untuk pekerja di tempat kerja guna mengatasi gangguan kesehatan ringan akibat kerja seperti sakit kepala, lelah, dan nyeri otot tulang. Dokumen ini menjelaskan pengertian akupresur, titik-titik akupresur untuk berbagai masalah kesehatan, dan tahapan pelaksanaan akupresur mandiri bagi pekerja agar dapat menjaga kesehatan dan meningkatkan produ
Dokumen tersebut membahas konsep dasar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit. Ia menjelaskan pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja, tujuan masing-masing, serta syarat-syarat untuk mencapai kesehatan dan keselamatan yang optimal bagi tenaga kesehatan di rumah sakit. Dokumen tersebut juga menyebutkan beberapa data mengenai risiko penyakit akibat kerja yang dihadapi tenaga
Dokumen tersebut membahas tentang pengawasan kesehatan dan lingkungan kerja, termasuk peraturan perundang-undangan terkait, organisasi pelayanan kesehatan kerja, dan bentuk penyelenggaraannya berdasarkan jumlah tenaga kerja dan tingkat bahaya di tempat kerja.
Peraturan ini mengatur panduan kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh pihak. Dokumen ini menjelaskan definisi kesehatan kerja, upaya-upaya K3 yang dilakukan, dan bahaya potensial di rumah sakit seperti faktor biologi, kimia, ergonomi, dan psikososial.
1. WALKTHROUGH SURVEY
PT. RADIAN PUTRA METROPOLINDO
PRATAMA
DITINJAU DARI SISI KESEHATAN DAN
ERGONOMI
dr. Adlina Zahra
dr. Afni Apla
dr. Aranda Amagasa
dr. Denny Takbir F
dr. Dhita Hestivana
dr. Ediar
dr. Elisabeth Pauline Tifany
Laporan Kunjungan
Jakarta, 5 Juli 2018
dr. Gary Tahalele
dr. Khoirul Maarif S
dr. M. Satria Erlangga
dr. Rudy Ardian
dr. Sholehudin W.P
dr. Theresia Amanda
dr. Theresia Harum
3. DASAR HUKUM
• UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
• UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
• UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
• UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
• Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
• Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja
• Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja
• Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba, psikotropika
dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
• Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan
• Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi paramedic
perusahaan
• Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam
penyelanggaraan keselamatan kerja
• Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
• SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang makan
• SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang mengelola makanan
bagi tenaga kerja
• Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan di
tempat kerja.
4. PROFIL PERUSAHAAN
PT Radian Putra
Metropolindo
Pratama
Pengerjaan
logam, webbing,
bordir komputer
Sejak 2008.
Di PIK,
Pulogadung.
Jumlah Pekerja:
200 orang
Waktu Kerja:
• I : 07.00 – 10.00
• II : 19.00 – 07.00
• * Jika order banyak
5. VISI & MISI PERUSAHAAN
Visi
• Menjadi perusahaan
logam, konveksi dan
bordir computer terbaik di
Indonesia, menjadi
perusahaan yang semua
pekerjaannya dapat
diterima disemua lini
lingkungan pemerintahan
dan swasta, serta dapat
menjadi perusahaan yang
dapat diterima diseluruh
Indonesia dan
Internasional yang dapat
mengekspansi ke
berbagai negara.
Misi
• Berorientasi pada
kepuasan pelanggan
• Menjadikan kebijaksanaan
mutu sebagai kesadaran
dan tanggung jawab
seluruh pekerja
• Untuk menciptakan
lapangan kerja bagi
penduduk sekitar,
terutama penduduk dalam
lingkungan sekitar pabrik
8. TEORI : ERGONOMI
Penerapan ilmu biologi manusia
sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan
manusia secara optimum agar
bermanfaat demi efisiensi dan
kesejahteraan
9. Tujuan Ergonomi:
• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,
dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja
• Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan
meningkatkan kualitas kerjasama sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
sistem kebersamaan dalam tempat kerja,
• Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara
aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya
dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.
10. Manfaat Ergonomi:
• Menurunnya angka kesakitan akibat kerja
• Menurunnya kecelakaan kerja
• Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang
• Stress akibat kerja berkurang
• Produktivitas membaik
• Alur kerja bertambah baik,
• Rasa aman karena bebas dari gangguan
cedera
• Kepuasan kerja meningkat.
11. APLIKASI ERGONOMI
• Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja;
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
Posisi Kerja
• Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja
sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
Proses Kerja
12. APLIKASI ERGONOMI
• Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.
Tata Letak Tempat Kerja
• Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll.
Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan
cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Mengangkat Beban
13. TEORI : KESEHATAN KERJA
UU Kesehatan 1992 Pasal 23 :
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal
Aplikasi
Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif
14. COMMON WORK-RELATED MSDS
− Discomfort
− Pain
− Numbness
− Loss of motion/flexibility
− Spasticity
− Stiff joints
− Burning
− Swelling
− Tingling
− Inflammation
− Throbbing
− Paralysis
Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Affect the muscles, nerves, blood vessels,
ligaments, and tendons
• Symptoms
16. Most commonly
affected areas:
Back
Arms, Elbows,
and Shoulders
Neck
Hands, Wrists,
and Fingers
Knees, Ankles,
and Feet
COMMON WORK-RELATED MSDS
This chart shows a distribution of injuries and illnesses to body parts due to MSDs using statistics from the Bureau of Labor
Statistics, FY2014.
17. PELAKSANAAN
• Pengamatan tempat kerja (walkthrough
survey) di PT. Radian Putra Metropolindo
Pratama ini dilakukan pada hari Kamis, 5 Juli
2018 pada pukul 09.30 hingga 11.00 WIB.
Tanggal dan waktu pengamatan
• Pengamatan dilakukan di PT. Radian Putra
Metropolindo Pratama yang beralamatkan di
Jl. Raya Penggilingan PIK Blok B, Barak Kerja
No. 109 – 113 Cakung Jakarta Timur DKI
Jakarta, 13940, Indonesia.
Lokasi Pengamatan
19. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Tidak Terdapat
Unit Pelayanan
Kesehatan
Tidak ada
penanggung
jawab terhadap
pelayanan
kesehatan
Belum Ada
- UU No. 24 tahun
2011 tentang BPJS
- UU No. 40 tahun
2004 tentang Sistem
Jaminan Nasional
Menunjuk
dokter
perusahaan
menjadi
dokter
penanggung
jawab
pelayanan
kesehatan
kerja
Tenaga kerja
terdaftar dalam
BPJS Kesehatan
dan
Ketenagakerjaan
Kesehatan tenaga
kerja dijamin oleh
perusahaan
-
Langkah
yang diambil
pihak
perusahaan
sudah tepat
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecaha
n Masalah
20. PROGRAM KESEHATAN
Program
kesehatan
Promotif: tidak
ada penyuluhan
kesehatan.
Tidak adanya
poster atau
media iklan
lainnya mengenai
penggunaan
kesehatan kerja,
keselamatan
kerja, dan APD
yang baik
ditempat kerja.
Kemungkinan
terjadinya
kecelakaan kerja
dan penyakit
akibat kerja
dikemudian hari
memiliki peluang
tinggi.
Belum ada
Keputusan
Direktur Jendral
Pembinaan
Pengawasan
Ketenagakerjaa
n
No.Kep.22/DJP
PK/V/2008
Dilakukan
pembinaan
kesehatan kerja
kepada tenaga
kerja minimal 1
bulan sekali
Dilakukan
pemasangan media
iklan berupa poster
atau sejenisnya
untuk
mengingatkan tega
kerja akan
pentingnya
kesehatan dan
keselamatan dalam
bekerja.
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
21. PROGRAM KESEHATAN
Program
Kesehatan
Preventif : dokter
perusahaan tidak
melakukan
pemantauan
lingkungan kerja
secara berkala.
Penggunaan
APD tidak
berjalan dengan
baik
diperusahaan.
Dapat terjadi
kecelakaan kerja
sewaktu-waktu
diperusahaan.
Belum ada
PP No.50 Tahun
2012 tentang
Penerapan Sistem
Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3)
Melengkapi
sarana APD
bagi tenaga
kerja dan
memberi
peringatan bagi
tenaga kerja
yang tidak
menggunakan
APD pada saat
bekerja.
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
22. PROGRAM KESEHATAN
Program
Kesehatan
Kuratif: karyawan
yang memiliki
keluhan
kesehatan ringan
membeli obat
mandiri ke
warung.
Terkecuali
keluhan sudah
semakin
memberat
karyawan berobat
ke klinik atau RS
terdekat dengan
menggunakan
BPJS.
Para tenaga kerja
tidak
mendapatkan
fasilitas
kesehatan yang
baik
-
PP No.50 Tahun
2012 tentang
Penerapan Sistem
Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3
Meningkatkan
upaya kuratif
agar karyawan
dapat
berkonsultasi
dahulu kepada
dokter sebelum
mengkonsumsi
obat.
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
23. PROGRAM KESEHATAN
Program
Kesehatan
Rehabilitatif:
untuk pekerja
yang mengalami
keluhan
kesehatan yang
membutuhkan
waktu untuk
istirahat, maka
akan diberikan
surat keterangan
istirahat oleh
dokter dan
diupayakan
dapat bekerja
kembali
dilingkungan
sebelumnya.
- -
Peraturan
Pemerintah No.43
tahun1998 tentang
Upaya Peningkatan
Kesejahteraan
Sosial Penyandang
Cacat.
Program
rehabilitasi
sudah berjalan
dengan
seharusnya.
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
24. PENCEGAHAN HIV/AIDS DAN NARKOBA
Pencegahan
HIV, AIDS, dan
Narkoba
Perusahaan
belum
mengadakan
program
pencegahan HIV,
AIDS dan
narkoba
Tingkat
kesadaran dan
pengetahuan
tenaga kerja
rendah
Belum ada
PER.11/MEN/VI/2005
tentang Pencegahan
dan penanggulangan
Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap
Narkotika,
Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya di
tempat kerja
Kep. 68/MEN/2004
tentang Pencegahan
dan penanggulangan
HIV, AIDSdi tempat
kerja
Menjadwalkan
dan melakukan
penyuluhan
tentang narkoba
dan HIV secara
berkala
Menerapkan
prosedur K3
khusus untuk
pencegahan dan
penanggulan
HIV/AIDS
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
25. PEMERIKSAAN KESEHATAN (MCU)
Pemeriksaan
kesehatan
(Medical
Check Up)
Dari keterangan
tenaga kerja,
tidak ada
pemeriksaan
Medical Check
Up awal dan
berkala
Penyakit akibat
kerja sulit untuk
dicegah sedini
mungkin
Belum ada
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No.
Per.02/MEN/1980
Pasal 5
Re-sosialisasi
tentang
pentingnya
memeriksakan
kesehatan
kepada
karyawan
walaupun tidak
dirasakan
adanya keluhan
yang berarti
Tidak ada
pemeriksaan
kesehatan
khusus bagi
karyawan
dengan
kebutuhan atau
butuh perhatian
khusus, seperti:
audiometri,
spirometri,
pemeriksaan
mata dll
Kemungkinan
tenaga kerja
mengalami PAK
dalam pabrik ini
sangat tinggi
Belum ada
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No.
Per.02/MEN/1980
Pasal 5
Perlu perhatian
khusus bagi
karyawan yang
sudah bekerja
dengan lama
dan dengan
paparan khusus
(contoh :
pencahayaan
atau bising)
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
26. ERGONOMI
Kesesuaian
pekerja
dengan alat
(Ergonomi)
Semua kursi tidak
memiliki sandaran
meskipun jam kerja yang
lama dengan posisi yang
statis
Musculoskeletal disorder Belum ada
UU No.1 Th.
1970 tentang
keselamatan
kerja
Pengadaan alat
kerja yang sesuai
dengan prinsip-
prinsip ergonomi
Kursi berupa kursi plastik
dengan letak yang
kadang lebih rendah
dibandingkan meja
Kursi yang dapat diatur
tingginya akan membuat
pekerja bisa mencari
posisi yang nyaman
Belum ada
UU RI No.13
Th. 2001
Tentang
Ketenagakerja
an
Pengadaan alat
kerja yang sesuai
dengan prinsip-
prinsip ergonomi.
Unit Kerja Hasil Pengamatan
Dampak Yang Dapat
Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
27. ERGONOMI
Kesesuaian
pekerja
dengan alat
(Ergonomi)
Tinggi meja
tempat kerja
terlalu rendah
pada pekerja
dengan posisi
berdiri
Posisi yang tidak
ergonomis akan cepat
membuat lelah dan
dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya
menurunkan
produktivitas
Para tenaga kerja
kesulitan mencari kotak
P3K jika terjadi penyakit
kecelakaan akibat kerja
Belum ada
penggantian
dengan meja
yang sesuai
dengan tinggi
pekerjaan
PPNo. 50 Th 2012
tentang penerapan
SMK3
Diadakan
penyuluhan atau
pelatihan
mengenai
ergonomi serta
posisi dan
postur kerja
yang ergonomis
dan manfaat
ergonomi pada
tenaga kerja
Pekerja
mengangkat
barang dengan
posisi yang tidak
ergonomis
Belum pernah
dilakukan
penyuluhan
bagaimana
posisi yang
ergonomics
dalam
melakukan
pekerjaan -
Pekerja tidak
mengetahui
mengenai postur
kerja yang
ergonomis
Penyakit akibat kerja
yang berhubungan
dengan ergonomi
Permenakertrans no.
PER. 03/MEN/1982
tentang pelayanan
kesehatan kerja
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
28.
29. ERGONOMI
Unit kerja : kesesuaian alat dengan pekerja
Hasil pengamatan :
Beberapa pekerja bekerja dengan posisi berdiri dan
duduk yang tidak fisiologis (awkward posture)
Dampak yang dapat terjadi :
Bekerja dengan awkward posture dan repetitive
work akan cepat membuat lelah dan dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
Pemecahan masalah :
pengadaan alat/kursi untuk para pekerja
beristirahat sejenak dan melakukan stretching secara
berkala
30. Unit kerja : kesesuaian alat dengan pekerja
Hasil pengamatan :
Beberapa pekerja bekerja dengan posisi duduk di lantai,
tanpa
menggunakan kursi ataupun alas duduk.
Dampak yang dapat terjadi :
posisi bekerja yang tidak sesuai akan cepat membuat
lelah dan dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
Pemecahan masalah :
Pengadaan alat/kursi, untuk seluruh para pekerja
dengan posisi yang
ergonomis.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37. “fitting the job to the worker,” including:
Work stations
Tools
Equipment
38.
39. SARAN
Overexertion
Memperbaiki sistem sirkulasi udara di ruangan
Bodily reaction
Memberikan kursi dan sandaran yang sesuai dengan
masing masing pekerja
Repetitive motion
melakukan peregangan secara berkala
40. GIZI KERJA
Program
pemenuhan
gizi tenaga
kerja, kantin,
atau ruang
makan
Tidak disediakan
makan untuk
tenaga kerja,
uang makan
dimasuukan
kedalam gaji
sehingga tenaga
kerja membawa
sendiri atau
dapat membeli
makanan yang
dapat tersedia di
kantin kerja
Karena makanan yang
tidak disediakan oleh
catering perusahaan
sehingga ada
kemungkinan nutrisi
yang dapat oleh setiap
pekerja tidak sesuai
dengan kebutuhan
kalori sesuai dengan
pekerjaanya yang dapat
menyebabkan
berkurangnya
produktivitas tenaga
kerja
Belum ada
Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. SE.
01/Men/1979 tentang
pengadaan kantin
dan ruang makan
Menyediakan
makanan bagi
tenaga kerja,
uang makan
tidak
dimasukkan ke
dalam gaji
karena tidak
semua tenaga
kerja
mrnggunakan
uang tersebut
untuk membeli
makanan yang
sesuai dengan
kebutuhan gizi
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
41. 10 PENYAKIT TERSERING
10 Penyakit
tersering
pada
perusahaan
Dari hasil tanya
jawab dengan
pekerja,
didapatkan
beberapa
penyakit yang
sering terjadi
pada pekerja
antara lain:
myalgia, ISPA,
sakit kepala,
alergi, maag,
diare, demam,
sakit perut, sakit
gigi dan keluhan
telinga
Produktivitas pekerja
dapat menurun bla
pekerja sering sakit
Belum ada
Permenakertrans No
Per. 01/Men/1981
tentang kewajiban
lapor penyakit akibat
kerja
Keputusan menteri
tenaga kerja No. 333
tahun 1989 tentang
diagnosis dan laporan
penyakit akibat kerja
Program
pelayanan
kesehatan
promotif dan
preventif harus
lebih
diupayakan
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
42. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit
Akibat Kerja
yang Terjadi
Tidak ada data
rinci mengenai
PAK yang terjadi,
karena
keterbatasan
SDM
Tidak adanya bukti
otentik bahwa program
P2K3 telah
dilaksanakan
Belum ada
UU no. 1 th 1970
tentang keselamatan
kerja
Memulai rekap
data dalam hal
PAK yang
terjadi sehingga
tindakan yang
sesuai dapat
dilakukan sedini
mungkin
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
43. P3K
P3K
Tidak terdapat
ruang P3K.
Terdapat kotak P3K
(jumlah tidak
diketahui) yang
seluruhnya
disimpan di dalam
gudang
Keterlambatan atau
hambatan dalam
pertolongan pertama
pada kecelakaan
Belum ada
Peraturan menteri
tenaga kerja dan
transmigrasi Republik
Indonesia Nomor:
PER.15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan
Pertama Pada
Kecelakaan Di Tempat
Kerja
Pada kunjungan
kali ini, peneliti
tidak dapat
mengakses unit
P3K di gudang.
Diharapkan pada
inspeksi
berikutnya lebih
diperhatikan
tentang
pengadaan ruang
P3K dan juga
jenis kotak P3K
yang ada
Terdapat panitia
K3, dimana usaha
K3 seluruhnya
dilakukan anggota
kepanitiaan
tersebut, yang juga
merangkap dari
pekerja pabrik
Dapat terjadi
keterlambatan, kesalahan
ataupun kekeliruan dalam
memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan
kerja
Belum ada
Mengisi unit P3K
dengan unit yang
terlatih, memiliki
sertifikat
pelatihan, serta
memberikan
pelatihan K3
secara berkala
kepada seluruh
pekerja
Unit Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaan
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
44.
45. PERSONIL KESEHATAN
Personil
kesehatan
Tidak terdapat
fasilitas kesehatan
seperti klinik
dengan tenaga
kesehatannya.
Klinik terdekat
berjarak beberapa
ratus meter.
Rumah sakit
terdekat lebih jauh
lagi.
Tidak ada pelayanan
kesehatan yang
memadai karena tidak
adanya tenaga
kesehatan dengan
akses cepat
Belum ada
- Peraturan menteri
tenaga kerja nomor
per 03/men/1982
tentang pelayanan
kesehatan kerja
- UU nomor 1 tahun
1970 tentang
keselamatan kerja
Langkah yang
diambil oleh
pihak
perusahaan
hendaklah
mengadakan
tenaga
kesehatan guna
memberikan
pelayanan
kesehatan yang
baik kepada para
tenaga kerja
Unit
Kerja
Hasil
Pengamatan
Dampak Yang
Dapat Terjadi
Upaya
Perusahaa
n
Standar/PP
Pemecahan
Masalah
46. KESIMPULAN
Fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja sangat
minimal, sebetulnya dengan adanya unit panitia K3 di dalam
lingkungan perusahan sudah sangat baik, namun demikian bentuk
pelayanan kesehatan belumlah optimal.
Dari aspek pelayanan kesehatan, fungsi promotif belum dijalankan
dan fungsi preventif yang dijalankan belum dilakukan secara optimal,
hal ini dapat dilihat dari lingkungan kerja dengan fasilitas kesehatan
yang kurang memadai dan juga ketidak patuhan tenaga kerja dalam
penggunaan APD. Untuk pelayanan kuratif dan rehabilitative juga
kurang.
Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan masih
belum menjalankan program apapun yang terkait.
Dari aspek pemeriksaan kesehatan. Perusahaan tidak menjalankan
pemeriksaan awal untuk menyaring tenaga kerja yang masuk.
Pemeriksaan berkala dan khusus masih belum dilakukan.
47. KESIMPULAN
Dari aspek ergonomi, kursi, sikap bekerja, cara kerja masih
belum sesuai dengan prinsip ergonomis.
Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja hanya diberi
uang makan yang sudah termasuk dalam gaji bulanan.
Perusahaan tidak memiliki kantin maupun ruang makan.
Beberapa penyakit yang sering terjadi antara lain myalgia,
gastritis, diabetes mellitus, dan ISPA.
Belum ada data terhadap penyakit akibat kerja selama ini.
Kecelakaan kerja terjadi sekali satu tahun yang lalu, namun
tidak ada lagi data yang lebih jauh atau terjamin
Perusahaan tidak memiliki ruang P3K, terdapat kotak P3K
yang disimpan di gudang, dan memiliki panitia K3 yang terdiri
dari pekerja di pabrik tersebut
48. SARAN
Mempekerjakan tenaga kesehatan yang terlatih menjadi
penanggung jawab pelayanan kesehatan dan keselamatan
kerja dan diupayakan pengadaan serta perbaikan fasilitas
kesehatan
Dilakukan pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja
kepada tenaga kerja minimal 1 bulan sekali.
Dilakukan pemasangan media iklan berupa poster atau
sejenisnya untuk mengingatkan tenaga kerja akan pentingnya
kesehatan dan keselamatan dalam bekerja serta melengkapi
sarana APD bagi tenaga kerja
Melakukan peregangan disela sela waktu bekerja
Menjadwalkan dan melakukan penyuluhan tentang narkoba
dan HIV secara berkala
49. SARAN
Re-sosialisasi tentang pentingnya memeriksaan kesehatan kepada
para karyawan
Pengadaaan alat kerja yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi
Menyediakan makanan untuk tenaga kerja
Perlu disediakan ruang makan atau kantin untuk makan agar tenaga
kerja dapat makan dan beristirahat di tempat yang seharusnya
Program pelayanan kesehatan promotive dan preventif harus lebih
diupayakan
Memulai rekap data dalam hal PAK yang terjadi sehingga tindakan
yang sesuai dapat dilakukan sedini mungkin.
Mengisi unit P3K dengan unit yang terlatih dan memiliki sertifikat
pelatihan
Mengadakan tenaga kesehatan guna membantu perusahaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada para tenaga
kerja